Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAAN

SUSU KEDELAI SARI BUMI LOMBOK

NADWATUN ADILA

A1C 116 067

PROGRAM STUDI SARJANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2020
PROPOSAL PENELITIAN

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

SUSU KEDELAI SARI BUMI LOMBOK

Oleh:

NAMA : NADWATUN ADILA

NIM : A1C116067

JURUSAN : AKUNTANSI

Setelah membaca naskah proposal ini dengan seksama, maka menurut pertimbangan

kami telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Menyetujui:

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping
(HJ. Susi Retna C, SE., M.Si, Ak)
NIP. 196912031998022001

(Adhitya Bayu S, SE., M.SA)

NIP.199006182018031001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan swasta menginginkan segala kegiatannya dapat terkendali,

terutama disektor manufaktur. Perusahaan manufaktur berbeda dari perusahaan jasa

dan perusahaan dagang, Transaksi bisnis diindustri manufaktur umumnya lebih rumit

jika dibandingkan dengan transaksi bisnis diperusahaan jasa dan dagang. Hal tersebut

dikarenakan karakteristik industri manufaktur yang mengolah barang mentah hingga

menjadi barang jadi. Proses pembuatan produk yang relatif panjang juga berkaitan

dengan kompleksitas pencatatan akuntansi diperusahaan manufaktur. Pencatatan

akuntansi di perusahaan manufaktur dimulai dari pembelian bahan baku untuk diolah,

penggunaan bahan baku, penggunaan tenaga kerja, penggunaan fasilitas untuk

mendukung proses produksi hingga pengiriman produk jadi ke gudang atau ke

departemen selanjutnya.  Pada dasarnya perbedaan transaksi yang terjadi di

perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang hanya terletak pada pemrosesan

bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan di perusahaan dagang tidak diperlukan

pengolahan bahan baku. 

Selain itu, pada perusahaan manufaktur kegiatan produksi pada perusahaan

manufaktur merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup

perusahaan. Kegiatan produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk
jadi (widayanti, 2012). Dari kegiatan produksi inilah perusahaan dapat menghasilkan

barang jadi untuk dijual sehingga menghasilkan laba bagi perusahaan.

Pada perusahaan industri, aktivitas produksi merupakan hal yang penting bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Karena dari aktivitas produksi ini perusahaan dapat

melakukan penjualan dan menghasilkan pendapatan untuk membiayai seluruh

aktivitas yang ada. Kegiatan produksi harus direncanakan dengan baik sehingga biaya

produksi yang dikeluarkan bisa dipertanggungjawabkan. Menurut mulyadi (2018:14)

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Agar perencanaan biaya produksi bisa

diperhitungkan dengan tepat, maka harus dibuat anggaran penjualannya terlebih

dahulu sehingga dapat diketahui jumlah unit yang akan dijual oleh perusahaan

tersebut.

Langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran produksi. Menurut adisaputro

dan sri (2016:181) anggaran produksi dalam arti yang luas berupa penjabaran dari

rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian kegiatan produksi

bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari

rencana penjualan. Rencana produksi yeng demikian meliputi perencanaan tentang

jumlah produksi , kebutuhan persediaaan, material, tenaga kerja dan kapasitas

produksi.

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam

rangka waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan

kuantitatif orang lain (gusnita, 2009). Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai
perencanaan laba (profit planning). Anggaran merupakan perencanaan dari seluruh

kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai

tujuan dan sasaran perusahaan (Saray, et al. 2014). Dalam perencanaan laba,

manajemen menyusun rencana operasional yang implikasinya dinyatakan dalam

laporan laba rugi jangka pendek dan jangka panjang, neraca kas dan modal kerja yang

diproyeksikan di masa yang akan datang.

Kelancaran operasi perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik, bila sebelumnya

dilakukan perencanaan yang baik pula. Suatu perusahaan dalam membuat

perencanaan biaya produksi dapat menyiapkannya sesuai dengan data yang dimiliki

perusahaan. Oleh karena itu biaya produksi hendaknya direncanakan dan

dikendalikan dengan baik agar perusahaan mempunyai kesempatan yang besar untuk

memperoleh laba yang lebih tinggi. Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk

penyusunan anggaran-anggaranlain nya. (Anggraini, 2012).

Pada penelitian Rosidah, Krisnadi (2008) meneliti tentang peranan anggaran

biaya produksi pada perusahaan PT. Bineatama keyone lestari tasikmalaya dengan

hasil yang menunjukan bahwa perolehan tingkat efektivitas pengendalian biaya

produksi tidak melebihi standar efektivitas yang telah ditentukan oleh perusahaan,

yaitu 10%. Yang menyatakan bahwa anggaran biaya produksi berperan terhadap

efektivitas pengendalian biaya produksi.

Begitu pula dengan penelitian Widayanti, 2012 meneliti tentang kesesuaian

penyusunan anggaran biaya produksi dengan kajian teori pada perusahaan pabrik gula
PG. Madukismo. Berdasarkan hasil analisis data bahwa penyusunan anggaran biaya

produksi yang dibuat oleh PG. Madukismo tahun 2011 belum sesuai. Hal ini dapat

dilihat dari prosedur penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan

perusahaan, yaitu pada langkah penyusunan rencana produksi dan penyusunan

anggaran penjualan belum sesuai, walaupun pada penyusunan anggaran biaya bahan

baku, penyusunan anggaran biaya tenaga kerja langsung dan penyusunan anggaran

biaya overhead pabrik sudah sesuai dengan kajian teori.

Selanjutnya pada penelitian Purwanti, 2017 meneliti tentang penyusunan

anggaran biaya produksi yang tidak memperhitungkan anggaran biaya overhead

pabrik. Disimpulkan bahwa perusahaan sudah membuat anggaran biaya produksinya

yaitu menghitung anggaran biaya bahan baku dan anggaran biaya tenaga kerja

langsung tetapi belum menghitung anggaran biaya overhead pabrik, sehingga

perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan pada periode mendatang adalah lebih

kecil dari yang seharusnya.

Selanjutnya pada penelitian Wijaya, Safitri (2017) meneliti tentang pengendalian

biaya produksi dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan pada pabrik penggilingan

srikandi palembang. Hasil analisis yang penulis lakukan, alokasi biaya produksi pada

PP Srikandi Palembang belum tepat karena terdapat biaya administrasi dan umum

yang seharusnya tidak termasuk dalam biaya produksi, tetapi dimasukkan kedalam

biaya operasional perusahaan. Alokasi dari salah penyajian biaya produksi

menyebabkan biaya produksi yang disajikan perusahaan lebih besar dari yang
seharusnya sebesar Rp.45.500.00 pada tahun 2010 dan Rp 50.500.000 pada tahun

2011.

Selanjutnya pada penelitian Ananda, Nuraeni (2019) meneliti tentang kesesuaian

penyusunan anggaran biaya produksi dengan kajian teori pada perusahaan CV. Putra

mataram wonomulyo kabupaten polewali mandar. Berdasarkan hasil analisis data

bahwa penyusunan anggaran biaya produksi yang dibuat oleh CV. Putra Mataram

tahun 2019 belum sesuai. Hal itu terlihat dari ketidaksamaan prosedur antara rencana

produksi dan rencana penjualan. Selain itu, CV. Putra Mataram tidak menyusun

anggaran biaya produksi yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya

tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik ke dalam penyusunan

anggaran biaya produksi perusahaan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah kelompok usaha yang

memiliki jumlah paling besar. Kriteria usaha yang termasuk dalam UMKM telah

diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Salah satunya usaha kecil dimana usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yang diatur dalam undang-undang.

Mayoritas usaha kecil tidak membuat pembukuan dengan alasan malas membuat

pembukuan, memerlukan biaya untuk membayar orang untuk membuat pembukuan,


dan mereka merasa tidak memiliki waktu untuk membuat pembukuan. Banyaknya

pengusaha kecil di Kota Mataram yang bergerak dalam bidang industri pengolahan

kacang kedelai menjadi beberapa produk olahan seperti susu kedelai, tahu, tempe,

serta keripik tempe. Produk susu kedelai pada dasarnya terbuat dari sari kedelai murni

yang distabilkan. Susu kedelai ini memiliki kandungan gizi yang hampir sama dengan

susu sapi juga memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan jantung, menurunkan berat

badan, menurunkan kolesterol, melancarkan pencernaan, mencegah osteoporosis,

memperkuat pembuluh darah, menghindari penyakit kronis, dan meningkatkan sistem

imun, serta tidak menyebabkan alergi cocok untuk penderita lactose intolerance.

Untuk mencapai tujuannya, sebuah bisnis harus merencanakan dan menerapkan

strateginya dengan cara yang terukur. Bisnis harus menentukan apakah suatu proyek

layak secara finansial, kemudian mengaitkan tujuan perusahaan dengan sumber daya

yang tersedia. Penganggaran perusahaan memungkinkan manajemen yang lebih

tinggi mengembangkan strategi yang masuk akal bagi mereka yang berada di level

bawah organisasi. Pada perusahaan yang berskala kecil, anggaran biaya produksi dan

anggaran penjualan sangat diperlukan karena kedua anggaran ini digunakan sebagai

dasar untuk melakukan kegiatan produksi. Seperti dengan halnya perusahaan susu

kedelai sari bumi lombok merupakan suatu perusahaan manufaktur yang bergerak

dalam bidang produksi susu kedelai. Dimana pemilik dari perusahaan ini bernama

bapak Zulkifli dan ibu Rohana. Bapak Zulkifli mencatat penjualannya setiap hari.

Namun perusahaan bapak Zulkifli tidak membuat anggaran untuk perusahaannya,


karena menurut bapak Zulkifli cukup menggunakan perkiraan dana yang akan

dikerluarkan masih bisa mampu untuk menjalankan perusahaanya.

Sedangkan, dengan adanya penggunaan anggaran biaya produksi pada

perusahaan, perusahaan dapat menyusun perencanaan dengan lebih baik, sehingga

koordinasi dan pengendalian yang dilakukan dapat memadai pula (Marlina, et al.

2015). Penyusunan anggaran merupakan siklus penting bagi perusahaan yaitu untuk

membantu pelaksanaan dalam merencanakan seberapa banyak produksi perusahaan

dan memberikan gambaran awal seberapa besar dana yang akan dikeluarkan untuk

mewujudkan usaha tersebut sebagai pertanggungjawaban sehingga kesalahan dalam

perusahaan tersebut dapat diminimalisasi. Penyusunan anggaran biaya produksi yang

tidak tepat akan mengakibatkan kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi

dan penetapan harga jual yang tidak tepat sehingga perusahaan tidak mengetahui pasti

keuntungan atau kerugian yang sebenarnya.

Berdasarkan masalah yang telah di uraikan diatas, maka peneliti bermaksud

melakukan penelitian dengan judul: “Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Pada

Perusahaan Susu Kedelai Sari Bumi Lombok”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan susu kedelai

sari bumi lombok ?

1.3. Tujuan Masalah


Untuk membuat penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan susu

kedelai sari bumi lombok.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai penyusunan anggaran biaya produksi pada

perusahaan susu kedelai sari bumi lombok untuk mengetahui terhadap penyusnan

anggaran biaya produksi telah dilaksanakan pada perusahaan susu kedelai sari bumi

lombok ini diharapkan dapat memberikan manfaat, untuk menjadi refrensi para

peneliti agar bisa mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan susu

kedelai sari bumi lombok untuk meningkatkan laba dari usaha susu kedelai sari bumi

Lombok.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menjadi bahan

masukan dan sumbangsih pemikiran, serta bisa menambah ilmu dan pengetahuan

terkait judul yang saya ambil dan juga agar penelitian ini dapat menjadi referensi

untuk penelitian–penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.4.3. Manfaat Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, baik kepada

masyarakat luas selaku pelaku usaha ataupun calon pengusaha bagi usahanya sendiri

ataupun perekonomian dalam membuat keputusan.


a. Bagi pelaku usaha ataupun calon pengusaha, penelitian ini dapat menjadi

acuan pertimbangan dalam menyusun anggaran biaya produksi.

b. Bagi pemerintah, dapat membantu membangun perekonomian Indonesia

dalam penentuan kebijakan ekonomi yang terkait dengan pengembangan

sumber daya manusia.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Anggaran

2.1.1.1. Pengertian anggaran

Anggaran ialah rencana kegiatan perusahaan yang mencangkup kegiatan

operasional dalam suatu organisasi dinyatakan secara formal dan terperinci dalam

bentuk kuantitas dan ukuran lainnya sebagai pedoman untuk mencapai tujuan

organisasi dalam suatu periode tertentu (Rahmawati, et al. 2015).

Anggaran merupakan suatu rencana operasi yang dirumuskan dalam bentuk

angka, termasuk taksiran atas pendapatan dan biaya untuk periode tertentu yang

biasanya satu tahun (Delvi, 2010).

Anggaran merupakan perencanaan dari seluruh kegiatan perusahaan yang

mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling

mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran

perusahaan (Saray, et al. 2014).

Dari pengertian tersebut, nampaklah bahwa suatu anggaran mempunyai empat

unsur, yaitu:

1. Rencana adalah penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang

akan dilakukan di waktu yang akan datang.


2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan yaitu mencakup semua kegiatan yang akan

dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

3. Dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit (satuan) yang dapat diterapkan pada

berbagai kegiatan yang beraneka ragam.

4. Jangka waktu tententu yang akan datang, menunjukkan bahwa anggaran

berlakunya untuk masa yang akan datang.

2.1.1.2. Karakteristik anggaran

1. Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis.

2. Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter.

3. Anggaran pada umumnya mencakup periode satu tahun.

4. Anggaran merupakan komitmen manajemen.

5. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pihak yang menganggarkan.

6. Anggaran yang telah disetujui hanya dapat diubah dalam kondisi yang

ditetapkan.

7. Secara berkala kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran

dan selisih yang terjadi dianalisis dan dijelaskan.

2.1.1.3. Kelemahan-kelemahan anggaran

Menurut Adisaputro dan asri (2016:53) meskipun begitu banyak manfaat yang

diperoleh dengan menyusun anggaran, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan

yang membatasi anggaran. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:


1. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (potensi penjualan, kapasitas

produksi dan lain-lain) maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan

tergantung pada ketepatan estimasi tersebut.

2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila

dilaksanakan sungguh-sungguh.

3. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu manajer

dalam melaksanakan tugasnya, bukan menggantikannya.

4. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan

sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.

2.1.1.4. Macam-macam anggaran

Menurut Adisaputro dan asri (2016:63) anggaran diklasifikasikan menjadi dua

kelompok, yaitu:

1. Anggaran operasional merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan

untuk mencapai tujuan yang pada umumnya tujuan perusahaan adalah

mendapatkan keuntungan. Anggaran operasional ini dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Anggaran proyeksi rugi/laba. Dalam anggaran ini dihitung atau ditaksir

besarnya laba, baik menurut bagian, menurut jenis produk maupun laba yang

merupakan keseluruhan

b. Anggaran pembantu laporan rugi/laba (income statement supporting budget).

Anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-kegiatan yang menyokong

penyusunan suatu laporan rugi/laba.

2. Anggaran keuangan
a. Anggaran proyeksi neraca mencerminkan perkiraan semua aktiva dan pasiva

yang akan dimiliki oleh perusahaan pada akhir suatu periode produksi.

b. Anggaran pembantu proyeksi neraca merinci masing-masing pos yang ada

dalam neraca, terutama pos-pos yang berhubungan dengan masalah

likuiditas perusahaan. Antara lain:

1) Anggaran kas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar.

2) Anggaran piutang mendasarkan diri pada anggaran penjualan.

3) Anggaran utang disusun dengan mendasarkan dari besarnya pembelian-

pembelian secara kredit dan besarnya bunga pinjaman yang belum

dibayar.

4) Anggaran penambahan modal pada dasarnya disusun untuk jangka

panjang.

5) Anggaran penyusutan aktiva anggaran depresiasi perlu disusun secara

khusus oleh perusahaan, karena aktiva tetap yang dimiliki perusahaan

lebih dari satu (banyak), usia masing-masing aktiva tetap berlainan dan

metode penghitungan penyusutan masing-masing aktiva tetap berlainan

pula.

2.1.2. Anggaran Penjualan

Penyusunan konsep anggaran penjualan dapat dikatakan mencakup segala

kegiatan di bidang penjualan. Anggaran penjualan disusun dengan menggunakan

berbagai pendekatan (approach). Jadi bukannya tanpa pertimbangan sama sekali.


Masing-masing cara pendekatan mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda,

sehingga perlu dipertimbangkan, cara pendekatan mana yang paling menguntungkan.

Dalam melakukannya perlu dipertimbangkan beberapa faktor, seperti :

1. Karakteristik pasar yang dihadapi perusahaan seperti

a. Luas pasar:

- Bersifat lokal.

- Bersifat regional.

- Bersifat nasional.

b. Keadaan persaingan:

- Bersifat monopoli.

- Bersifat persaingan bebas.

- Bersifat persaingan monopolistis.

c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang.

d. Keadaan/sifat konsumen, apakah konsumennya merupakan

- Konsumen akhir.

- Konsumen industri.

2. Kemampuan finansial

- Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan.

- Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan

(modal kerja).
- Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan.

2.1.2.1. Langkah dalam menyusun rencana penjualan

Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi:

1. Penentuan dasar-dasar anggaran

a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan.

b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan.

c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai.

2. Penyusunan rencana penjualan

a. Analisa ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro

seperti:

- Moneter.

- Kependudukan.

- Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi.

- Teknologi.

- Dan menilai akibatnya terhadap permintaan industri.

b. Melakukan Analisa Industri

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap

produk sejenis yang dihasilkan oleh industri.

c. Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu.

Dengan kata lain untuk mengetahui market share yang dimiliki perusahaan

di masa lampau.

d. Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai

target penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor-faktor

produksi seperti:

- Bahan mentah.

- Tenaga kerja.

- Kapasitas produksi.

- Keadaan permodalan.

e. Menyusun Forecast Penjualan, yaitu meramalkan jumlah penjualan yang

diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu

(Forecasted Sales).

f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (Budgeted Sales).

g. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain

yang berkepentingan.

2.1.3. Anggaran Produksi

2.1.3.1. Pengertian anggaran produksi

Menurut Adisaputro dan asri (2016:181) anggaran produksi dalam arti yang luas

berupa penjabaran dari rencana penjalan menjadi rencana produksi. Dengan demikian
kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas

penunjang dari rencana penjualan. Karena itu jelas bahwa rencana produksi yang

demikian meliputi perencanaan tentang jumlah produksi, kebuuhan persediaan,

material, tenaga kerja dan kapasitas produksi. Anggaran produksi dalam arti sempit

juga disebut anggaran jumlah yang harus diproduksi adalah suatu perencanaan tingkat

atau volume barang yang harus diprodusir oleh perusahaan agar sesuai dengan

volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan.

Anggaran produksi merupakan suatu anggaran yang merencanakan jumlah unit

yang akan diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan rencana penjualan yang

telah ditetapkan (Lisal, et al. 2018).

Anggaran produksi ini terdiri dari beberapa sub bagian, yaitu:

1. Anggaran jumlah unit yang harus diproduksi Rencana tentang jumlah produk

yang harus dihasilkan dengan memperhatikan terlebih dahulu anggaran

penjualan, persediaan awal dan persediaan akhir tahun.

2. Anggaran bahan mentah, yang terdiri dari:

a. Anggaran kebutuhan bahan mentah (dalam unit).

b. Anggaran pembelian bahan mentah (dalam unit dan harga).

c. Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam produksi (dalam

harga).

d. Anggaran tenaga kerja langsung.


e. Anggaran biaya overhead pabrik yaitu anggaran semua jenis biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya material dan biaya

tenaga kerja langsung.

2.1.3.2. Tujuan penyusunan anggaran produksi

Anggaran produksi merupakan alat untuk merencanakan, mengkoordinir

kegiatan-kegiatan produksi dan mengontrol kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan

disusunnya anggaran, Adisaputro dan asri (2016:183):

1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan

yang telah direncanakan.

2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai. Artinya tingkat persediaan yang

tidak terlalu besar tidak pula terlalu kecil. Prinsip manajemen produksi

menyatakan bahwa tingkat persediaan yang terlalu besar mengakibatkan

meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang menjadi beban perusahaan.

Sebaliknya tingkat persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan banyaknya

gangguan, kekurangan persediaan bahan mentah mendatangkan gangguan pada

proses produksi, sedangkan kekurangan persediaan barang jadi. mengakibatkan

banyaknya langganan yang kecewa dan hilang peluang memperoleh keuntungan.

3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang

dihasilkan akan seminimal mungkin.

2.1.3.3. Penyusunan anggaran produksi

Menurut adisaputro dan asri (2016:183) secara garis besar anggaran produksi

disusun dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut :


Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) xxx

Tingkat persediaan akhir xxx

Jumlah xxx

Tingkat persediaan awal xxx

Tingkat produksi xxx

2.1.3.4. Langkah-langkah penyusunan anggaran produksi

Menurut Adisaputro dan asri (20016:184) anggaran produksi merupakan dasar

dari penyusunan anggaran-anggaran lainnya seperti anggaran bahan mentah,

anggaran tenaga kerja, dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehingga

langkahlangkah penyusunan anggaran produksi dapat dilakukan dengan cara:

1. Tahap perencanaan

a. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam

penyusunan anggaran produksi.

b. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan kapan barang diproduksi.

b. Menentukan dimana barang akan diproduksi.

c. Menentukan urut-urutan proses produksi.


d. Menentukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk mencapai

efisiensi.

e. Menyusun program tentang penggunaan bahan mentah, buruh, service dan

peralatan.

f. Menyusun standar biaya produksi.

g. Membuat perbaikan bila diperlukan.

2.1.3.5. Anggaran produksi sebagai alat perencanaan, pengkoordinasian dan

pengawasan

Menurut Adisaputro dan asri (2016:196) anggaran produksi berfungsi sebagai

alat perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Anggaran produksi disusun

dengan berdasarkan pada anggaran penjualan yang telah disusun sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa semua hal yang berhubungan dengan produksi, seperti

kebutuhan bahan mentah, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas mesin-mesin,

penambahan modal dan kebijaksanaan persediaan, diselaraskan dengan kemampuan

menjual. Jelaslah bahwa anggaran produksi mempunyai fungsi sebagai alat

perencanaan. Apabila anggaran produksi memang betul-betul disusun dengan baik,

maka anggaran inipun dapat berfungsi sebagai alat pengkoordinasian. Anggaran

produksi mengkoordinasikan berapa jumlah yang akan diproduksi dengan keadaan

finansial, keadaan permodalan, perkembangan produk dan tingkat penjualan.

Sebetulnya antara bagian penjualan dengan bagian produksi harus selalu ada

hubungan timbal balik. Kepala bagian penjualan harus mengetahui banyak keadaan

atau kemampuan bagian produksi sebelum membuat anggaran penjualan. Selanjutnya


anggaran produksi dapat pula dipakai sebagai alat pengawasan. Pengawasan produksi

meliputi pengawasan kualitas, kuantitas dan tentu saja pengawasan biaya. Dalam

hubungannya dengan fungsi pengawasan, hal-hal utama yang perlu diperhatikan

adalah pengawasan bahan mentah, penganalisaan proses produksi, penentuan

scheduling, pemberian perintah kerja dan akhirnya sampai kepada follow-up. Untuk

keperluan pengawasan terhadap tingkat produksi dan tingkat persediaan barang jadi,

baik harian maupun mingguan disusunlah laporan pelaksanaan (performance report).

Dalam laporan pelaksanaan dilakukan perbandingan antara rencana dengan

realisasinya, sehingga akan segera tampak apabila terdapat penyimpangan-

penyimpangan.

2.1.4. Anggaran Bahan Mentah

Menurut Adisaputro dan asri (2016:213) bahan mentah yang digunakan dalam

prosese produksi dikelompokkan menjadi bahan mentah langsung (direct material)

dan bahan mentah tak langsung (indirect material).

Bahan mentah langsung adalah semua bahan mentah yang merupakan yang

merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan. Bahan mentah tak langsung adalah

bahan mentah yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung

tampak pada barang jadi yang dihasilkan.


Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah dapat dikatakan

sebagai berikut:

1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah.

2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan

3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk

melaksanakan pembelian bahan mentah.

4. Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen

harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi.

5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.

2.1.4.1. Anggaran kebutuhan bahan mentah

Telah diterangkan bahwa bahan mentah yang dipakai dalam proses produksi

dikelompokkan menjadi bahan mentah langsung dan tak langsung. Anggaran

Kebutuhan Bahan Mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah

langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Secara terperinci pada

anggaran ini harus diantumkan:

1. Jenis barang jadi yang dihasilkan.

2. Jenis bahan mentah yang digunakan.

3. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.

4. Standar penggunaan bahan mentah.

5. Waktu penggunaan bahan mentah.


Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa satuan

bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.

2.1.4.2. Anggaran pembelian bahan mentah

Anggaran Pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang

harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan

secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian. Apabila jumlah

bahan mentah yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan berbagai risiko seperti:

Bertumpuknya bahan mentah di gudang, yang mungkin mengakibatkan

penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan mentah “menunggu” giliran diproses, serta

timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan mentah pengganti secepatnya.

2.1.4.3. Jumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (Economical Order

Quantity).

Jumlah pembelian yang paling ekonomis ini disebut sebagai Economical Order

Quantity (EOQ). Dalam menghitung EOQ dipertimbangkan 2 jenis biaya yang

bersifat variabel, yaitu:

1. Biaya Pemesanan Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

kegiatan pemesanan bahan mentah. Biaya ini berubah-ubah sesuai dengan

frekuensi pemeanan, semakin tinggi frekuensi pemesanannya semakin tinggi pula

biaya pemesanannya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah


(kuantitas) bahan mentah setiap kali pemesanan. Hal ini disebabkan karena

semakin besarnya jumlah setiap kali pemesanan dilakukan, berarti frekuensi

pemesanan menjadi semakin rendah.

Umpamanya :

a. Biaya-biaya persiapan pemesanan;

b. Biaya administrasi;

c. Biaya pengiriman pesanan;

d. Biaya mencocokkan pesanan yang masuk;

e. Biaya mempersiapkan order pembayaran.

2. Biaya Penyimpanan Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan

kegiatan penyimpanan bahan mentah yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah

sesuai dengan jumlah bahan mentah yang disimpan. Semakin besar jumlah bahan

mentah setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar

pula. Jelaslah bahwa biaya penyimpanan membpunyai sifat yang berlawanan

dengan biaya pemesanan.

Umpamanya:

a. Biaya pemeliharaan;

b. Biaya asuransi;

c. Biaya perbaikan kerusakan.

Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas, maka jumlah pembelian yang

paling ekonomis dapat dihitung dengan rumus:


EOQ= √❑

Dimana :

R = jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu

S = biaya pemesanan.

P = harga per unit bahan mentah

I = biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari persediaan rata-rata.

2.1.4.4. Anggaran persediaan bahan mentah

Dalam pneyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah dan Anggaran

Pembelian Bahan Mentah di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan

persediaan akhir bahan mentah selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat

mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada

dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out);

2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).

Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan untuk

produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering

pula diterjemahkan “Pertama Masuk Pertama Keluar”. Dengan kata lain, penilaian

bahan mentah di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.

Sebaliknya dalam kebijaksanaan LIFO, harga bahan mentah yang masuk ke gudang
lebih akhir justru dipakai untuk menetukan nilai bahan mentah yang digunakan dalam

produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.

2.1.5. Anggaran Tenaga Kerja

2.1.5.1. Perencanaan tenaga kerja

Pada setiap perusahaan tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluan buruh.

Buruh atau tenaga kerja, merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan yang

selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut sudah digunakan

mesin-mesin. Mesin yang bekerja dalam perusahaan tentu saja perlu ditangani oleh

tenaga manusia, meskipun mesin-mesin zaman sekarang sudah banyak yang bersifat

otomatis.

Tenaga kerja yang bekerja di pabrik dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Tenaga kerja langsung dan

2. Tenaga kerja tak langsung.

Tenaga kerja langsung pengertiannya pada prinsipnya terbatas pada tenaga kerja

di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan

pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tak

langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara

langsung pada proses produksi dan biayanya dikatikan pada biaya overhead pabrik.
Anggaran Tenaga Kerja, seperti halnya Anggaran Bahan Mentah hanya

merencanakan unsur tenaga kerja langsung. Dan seperti halnya anggaran bahan

mentah, anggaran tenaga kerja ini selalu dikaitkan dengan Anggaran Produksi yang

telah disusun sebelumnya. Perencanaan tenaga kerja meliputi aspek yang luas sekali,

sehingga perlu diiperhitungkan secara matang oleh pimpinan perusahaan.

Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan tenaga kerja antara lain adalah:

1. Kebutuhan tenaga kerja

2. Pencarian atau penarikan tenaga kerja

3. Latihan bagi tenaga kerja baru

4. Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja

5. Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja

6. Pengawasan tenaga kerja

2.1.5.2. Jenis tenaga kerja

Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan penghitungan harga pokok produk

maka biasanya tenaga kerja dibagi menjadi:

1. Tenaga kerja langsung.

2. Tenaga kerja tak langsung.

Pada dasarnya sama sifatnya dengan tenaga kerja langsung dan tak langsung ini.

Tenaga kerja langsung mempunyai sifat-sifat:


1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secara langsung

dengan tingkat kegiatan produksi.

2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel.

3. Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja yang

kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam

penentuan harga pokok).

2.1.5.3. Persiapan-persiapan dalam penyusunan anggaran tenaga kerja

Sebelum menyusun anggaran tenaga kerja perlu ditentukan terlebih dahulu dasar

satuan utama yang digunakan untuk menghitungnya. Kerapkali ditemui dalam

praktek yakni stuan hitung atas dasar jam buruh langsung (Direct Labor Hour) dan

biaya buruh langsung (Direct labor cost). Dalam persiapan penyusunan anggaran ini

terlebih dahulu dibuat Manning table.

2.1.6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Dan Biaya Operasi

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan pada umumnya adalah

keuntungan yang maksimal. Dalam usahanya untuk mencapai tingkat keuntungan

yang maksimal, tingkat biaya perlu direncanakan secara hati-hati, terutama dalam

hubungannya dengan:

1. Proyeksi arus kas keluar

2. Pengawasan biaya.
Perencanaan biaya yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat

pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Kadang-

kadang, untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan harus mengeluarkan biaya

yang cukup besar. Umpamanya sebuah perusahaan akhir-akhir ini merasakan perlu

diadakan usaha-usaha untuk meningkatkan volume penjualan. Manfaat yang

diperoleh dari kegiatan ini tentu saja berupa peningkatan volume penjualan. Untuk itu

perusahaan harus mengeluarkan biaya promosi dan distribusi yang besar.

Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui

sifat-sifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 macam biaya yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat constant

secara total dari bulan kebulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan

beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan manajemen, periode waktu dan

lain-lain.

Biaya yang termasuk biaya tetep antara lain:

a. Gaji

b. Pajak kekayaan

c. Asuransi

d. Penyusutan (kecuali yang menggunakan performance method)

2. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya-biaya yang secara total selalu

mengalami perubahan, dimana perusahaan itu searah dan sebanding dengan

perubahan tingkat kegiatan.


Biaya yang termasuk biaya variabel antara lain:

a. Biaya bahan mentah langsung

b. Biaya tenaga kerja langsung

c. Tenaga

3. Biaya semi variabel (semi variable cost) yaitu biaya-biaya yang tidak bersifat

variabel, biaya ini mengalami perubahan, tetapi tidak sebanding dengan

perubahan tingkat kegiatan.

Biaya yang termasuk biaya variabel antara lain:

a. Biaya tenaga kerja tak langsung

b. Biaya pemeliharaan

c. Biaya peralatan

d. Biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain.

2.1.6.1. Anggaran biaya overhead pabrik

Biaya-biaya yangdikeluarkan untuk proses produksi (di dalam pabrik) sangat

kompleks jenisnya. Yang dikategorikan sebagai biaya-biaya overhead pabrik (factory

overhead) adalah biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

rangka proses produksi, kecuali biaya bahan mentah langsung dan tenaga kerja

langsung. Begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik, sehingga

memerlukan perhatian khusus.

2.1.6.2. Perencanaan besarnya anggaran


Di dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk Anggaran

Biaya Overhead Pabrik, terdapat dua permasalahan pokok yang perlu dipecahkan,

yakni :

1. Penanggung jawab perencanaan: di sini perlu diterapkan prinsip akuntansi

pertanggungan jawab (responsibility accounting) atau juga sering disebut prinsip

Biaya Departemen Langsung (Direct Departmental Cost). Atas dasar prinsip ini

dikenal adanya pembagian menjadi departemen produksi dan departemen jasa

untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.

Departemen Produksi (Producing Department) yaitu bagian di pabrik yang

bekerja mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau produk akhir. Sehingga

bagian ini dikatakan sebagai bagian yang secara langsung memproses barang

jadi.

Departemen Jasa (Service Deparment) yaitu bagian di pabrik yang

menyediakan jasanya dan secara tidak langsung ikut berperan dalam proses

produksi jasa yang disediakan mungkin saja sebagian dipergunakan sendiri oleh

bagian ini.

Berdasarkan pembagian seprti itulah maka dikenal dua macam biaya

overhead pabrik yakni BOP – langsung yang terjadi pada Departemen Produksi

dan BOP – tidak langsung yang terjadi pada Departemen Jasa.

2. Cara menentukan jumlah anggaran. Masing-masing departemen (produksi dan

jasa) berhak merencanakan biaya sesuai dengan jenis biaya yang menjadi
tanggung jawabnya masing-masing. Sedang untuk menentukan jumlahnya biaya

masing-masing item maupun biaya keseluruhan bagi departemennya, kita perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Berdasarkan sifatnya biaya dibagi menjadi tiga macam, yakni jenis biaya

fixed, jenis biaya variabel dan jenis biaya semivariabel. Sehingga ada biaya

yang jumlahnya sudah jelas, seperti mislanya pneyusutan, jumlahnya dapat

dikatakan sama dari waktu ke waktu, demikian juga gaji pegawai kecuali

bila manajemen mengubah kebijaksanaannya. Lain halnya dengan biaya

yang sifatnya variabel, jumlahnya berbeda dari waktu ke waktu sesuai

dengan tingkat aktivitas yang direncanakan.

b. Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran. Ada biaya yang

wewenang menentukannya terletak di bagian itu sendiri, sudah barang tentu

dengan pengertian dapat disetujui oleh atsan langsung. Misalnya

penganggaran biaya administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu

sendiri, adalah menjadi wewenang bagian itu sendiri untuk

menganggarkannya. Ada pula biaya yang dihitung atas dasar ketentuan yang

wewenangnya terletak di luar/di atas bagian itu sendiri. Misalnya gaji untuk

pegawai tetap yang bekerja di bagian itu sendiri, wewenangnya adalah pada

Direksi dan bukan di bagian itu sendiri.

2.1.7. Biaya

2.1.7.1. Pengertian biaya


Menurut mulyadi (2018:8) menyatakan pengertian biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa terdapat empat unsur dalam biaya, yaitu:

1. Pengorbanan sumber ekonomis.

2. Diukur dalam satuan uang.

3. Telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi.

4. Untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.7.2. Cara penggolongan biaya

Menurut mulyadi (2018:13) biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.

Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai

dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep

“different costs for different purpose”. Biaya dapat digolongkan menurut:

1. Objek pengeluaran.

Menurut mulyadi (2018:13) dalam cara penggolongan ini, nama objek

pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek

pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan

dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan.

Menurut mulyadi (2018:14) dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi

pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi, dan fungsi
administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

a. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produk dan pemasaran produk.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Menurut mulyadi (2018:14) Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai,

biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

b. Bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen

(directdepartmental costs) adalah semua biaya yang terjadi didalam

departemen tertentu..

c. Biaya tidak langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang

terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak

langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya

produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah

diidentifikasikan dengan produk tertentu.

4. Prilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.


Menurut mulyadi (2018:15) dalam hubungannya dengan perubahan volume

aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semivariabeladalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya

tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada jumlah produksi.

d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

kegiatan tertentu.

5. Jangka waktu manfaatnya.

Menurut mulyadi (2018:16) atas dasar jangka waku pemanfaatnya, biaya dapat

dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pengeluaran modal Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode

akuntansi.

b. Pengeluaran pendapatan Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam

periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.2. Penelitian Terdahulu


Pada penelitian Rosidah, krisnadi. 2008. Penelitian ini tentang peranan anggaran

biaya produksi dalam menunjang efektifitas pengendalian biaya produksi (studi kasus

pada PT. Bineatama kayone lestari tasikmalaya. Bertujuan untuk mengetahui

anggaran biaya produksi, mengetahui efektifitas pengendalian biaya produksi,

mengetahui peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang efektifitas

pengendalian biaya produksi di PT Bineatam Kayone Lestari Tasikmalaya. Dengan

hasil penelitian yang menunjukan bahwa perolehan tingkat efektivitas pengendalian

biaya produksi tidak melebihi standar efektivitas yang telah ditentukan oleh

perusahaan, yaitu 10%. Yang menyatakan bahwa anggaran biaya produksi berperan

terhadap efektivitas pengendalian biaya produksi.

Begitu pula dengan penelitian Widayanti. 2012. Penelitian ini tentang biaya

produksi (studi kasus pada pabrik gula madukismo Yogyakarta Padokan,

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta). Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kesesuaian antara penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan

oleh PG. Madukismo menurut kajian teori. Berdasarkan hasil analisis data bahwa

penyusunan anggaran biaya produksi yang dibuat oleh PG. Madukismo tahun 2011

belum sesuai. Hal ini dapat dilihat dari prosedur penyusunan anggaran biaya produksi

yang dilakukan perusahaan, yaitu pada langkah penyusunan rencana produksi dan

penyusunan anggaran penjualan belum sesuai, walaupun pada penyusunan anggaran

biaya bahan baku, penyusunan anggaran biaya tenaga kerja langsung dan penyusunan

anggaran biaya overhead pabrik sudah sesuai dengan kajian teori.


Selanjutnya pada penelitian Purwanti. 2017. Penelitian ini tentang penyusunan

anggaran biaya produksi (Studi Kasus pada Rianaya Lovely Hijab). Penelitian ini

bertujuan untuk dapat menyusun anggaran biaya produksi dengan menggunakan

metode pendekatan fix budget. Disimpulkan bahwa perusahaan sudah membuat

anggaran biaya produksinya yaitu menghitung anggaran biaya bahan baku dan

anggaran biaya tenaga kerja langsung tetapi belum menghitung anggaran biaya

overhead pabrik, sehingga perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan pada periode

mendatang adalah lebih kecil dari yang seharusnya.

Selanjutnya pada penelitian Wijaya, syafitri. 2017. Penelitian ini tentang analisis

pengendalian biaya produksi dan pengaruhnya terhadap laba pabrik penggilingan

(PP) Srikandi Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya

produksi yang dianggarkan oleh PP Srikandi Palembang sudah dianggarkan dengan

tepat. Berdasarkan pada hasil analisis yang penulis lakukan, alokasi biaya produksi

pada PP Srikandi Palembang belum tepat karena terdapat biaya administrasi dan

umum yang seharusnya tidak termasuk dalam biaya produksi, tetapi dimasukkan

kedalam biaya operasional perusahaan. Alokasi dari salah penyajian biaya produksi

menyebabkan biaya produksi yang disajikan perusahaan lebih besar dari yang

seharusnya sebesar Rp.45.500.00 pada tahun 2010 dan Rp 50.500.000 pada tahun

2011.

Selanjutnya pada penelitian Ananda, Nuraeni. 2019. Penelitian ini tentang

analisis penyusunan anggaran biaya produksi sebagai alat pengendalian internal (studi
kasus pada CV. Putra Mataram Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara penyusunan anggaran biaya

produksi yang dilakukan oleh CV. Putra Mataram menurut kajian teori yang

digunakan sebagai alat pengendalian internal. Berdasarkan hasil analisis data bahwa

penyusunan anggaran biaya produksi yang dibuat oleh CV. Putra Mataram tahun

2019 belum sesuai. Hal itu terlihat dari ketidaksamaan prosedur antara rencana

produksi dan rencana penjualan. Selain itu, CV. Putra Mataram tidak menyusun

anggaran biaya produksi yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya

tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik ke dalam penyusunan

anggaran biaya produksi perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah penelitian sebelumnya

meneliti tentang analisis anggaran biaya produksi dimana anggaran produksi tersebut

sudah tersusun dan dianalisis tingkat keberhasilannya. Sedangkan penelitian kali ini

meneliti tentang penyusunan anggaran biaya produksi itu sendiri dimana perusahaan

sari susu kedelai sari bumi lombok ini belum melakukan penyusunan anggaran biaya

produksi.
2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran agar terealisasnya penyusunan anggaran pada perusahaan

susu kedelai sari bumi Lombok digambarkan dalam bagan kerangka konseptual

sebagaimana gambar berikut:

Perusahaan Susu Kedelai Sari


Bumi Lombok

Penyusunan Anggaran
Penjualan

Penyusunan Anggaran Produksi

Anggaran Biaya Anggaran Biaya Anggaran Biaya


Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Pabrik

Gambar 2.6 Kerangka konseptual.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif pendekatan

kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:09) Penelitian kualitatif adalah yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk

penyusunan angaran biaya produksi pada perusahaan susu kedelai sari bumi Lombok.

3.2. Pengumpulan Data

3.2.1. Informan dan Kehadiran Peneliti

1. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pemilik dari perusahaan susu kedelai sari

bumi lombok

2. Kehadiran peneliti

Peneliti secara aktif berinteraksi secara langsung dengan pemilik perusahaan. Hal

tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat. Dimana peneliti

membuat daftar pertanyaan untuk ditunjukkan kepada pemilik perusahaan.

3.2.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan susu kedelai sari bumi lombok,

dimana perusahaan ini berlokasi dijalan abdul kadir munsyi punia karang kateng,

mataram. Perusahaan mulai berdiri dari tahun 2007, perusahaan ini dibangun oleh

bapak zulkifli dan ibu rohana. Asal mula terbangunnya perusahaan sari susu kedelai

yaitu bapak zulkifli yang mulanya memulai usaha membuat tahu tetapi usaha yang

dibangun oleh bapak zulkifli mengalami kegagalan, dan dari kegagalan tersebut

bapak zulkifli mendapatkan sebuah ide dari warga yang sering meminta hasil

saringan air dari sari kedelai pembuatan tahu tersebut. Sehingga bapak zulkifli

berfikir untuk membuat usaha susu kedelai dengan bermodalkan uang sebesar

Rp5.000.000. Mulai dari itu usaha bapak zulkifli berkembang hingga mempunyai

beberapa pegawai. Bapak zulkfli membuat berbagai banyak rasa yaitu: rasa vanilla,

coklat, strawberry, jahe, kurma dan ada 3 bentuk kemasan yaitu, kemasan plastik

isian 200ml, botol tanggung dengan isian 330ml, serta botol besar dengan isian

600ml. Dengan waktu penelitian dimulai pada saat seminar proposal telah selesai

3.2.3. Prosedur Pengumpulan Data.

3.2.3.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono

2012:225). Data primer yang penulis kumpulkan adalah beberapa hasil wawancara

dengan pihak perusahaan. Dimana pemilik perusahaan menjelaskan mengenai sejarah


perusahaan, modal awal terbangunnya usaha serta informasi data mengenai penjualan

setiap hari perusahaan.

3.2.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan

ini adalah:

1. Observasi (observation) merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan

data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya (Jogiyanto 2016).

Dengan metode ini peneliti mengamati lansung persediaan susu kedelai di dalam

fleezer.

2. Wawancara (interview) adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari

reponden (Jogiyanto 2016). Dengan metode ini peneliti akan melakukan

wawancara dengan bagian-bagian terkait yang dapat memberikan informasi

tentang proses penyusunan anggaran produksi, serta informasi lainnya yang

menunjang dalam pelaksanaan penelitian ini.

3.3. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain (Sugiyono 2012:244).


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data di

lapangan model Miles and Huberman yaitu analisis data dalam penelitian kualitatif,

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan

data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data yaitu meliputi: (a) reduksi

data (b) penyajian data (c) conclusion drawing/verification (Sugiyono 2012:247).

Pengumpulan data Penyajian data

Kesimpulan
Reduksi data penarikan/verifikas
i

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (interactive model)

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapanga jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk

tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,

maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

c. Conclusion Drawing/verification

langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tiddak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Nuraeni. 2019. Analisis penyusunan anggaran biaya produksi sebagai alat

pengendalian internal (studi kasus pada cv. Putra mataram wonomulyo

kabupaten polewali mandar). Journal of Economic, Public, and Accounting

(JEPA) ISSN Online 2623-2472 Vol. 2 No.1 Oktober 2019, hlmn. 28-40

Anggraini, Ninik. 2012. Penyusunan Anggaran Penjualan Sebagai Dasar

Penyusunan Anggaran Biaya Produksi. Jurnal.

Delvi, Sri Yuniar. 2010. Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat

Perencanaan Dan Pengawasan Pada PT. Perkebunan Nusantara V Bukit

Selasih-Riau. Skripsi.

Dewi, Sofia Prima Dan Septian Bayu Kristanto. 2013. Akuntansi Biaya. Bogor. In

Media.

Gunawan Adisaputro, Marwan Asri. (2016). Anggaran Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

Gusnita, Yosi. 2009. Penyusunan Anggaran Produksi Sebagai Alat Perencanaan

Biaya Produksi Di PT. Multi Plastindo Utama. Tugas Akhir.

Jogiyanto, H.M. (2016). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.


Marlina, Efrianti. .2015. Peranan anggaran biaya produksi sebagai alat

pengendalian biaya produksi pada CV. Azka Syahrani. Jurnal

Mulyadi. 2018. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.

Purwanti, Nia. 2017. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi (Studi Kasus Pada

Rianaya Lovely Hijab). Skripsi

Rahmawati, Diani Awalia dan Desi Efrianti. 2015. Analisa Anggaran Biaya Produksi

Dalam Mengukur Efisiensi Harga Pokok Produksi Studi Kasus Pada Raja Itik

Farm. Jurnal

Rosidah, Krisnandi. 2008. Peranan anggaran biaya produksi dalam menunjang

efektivitas pengendalian biaya produksi (studi kasus pada PT Bineatama

Kayone Lestari Tasikmalaya). Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 1, 2008

ISSN : 1907 - 9958

Saray, Deni, Herman Karamoy, dan Rudy Pusung. 2014. Evaluasi Anggaran Biaya

Produksi Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen Pada Pt. Manado

Media Grafika. Jurnal EMBA Vol.2 No.2

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.
Widayanti, Cornelia. 2012. Analisis Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Studi

Kasus Pada PT. Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta Padokan, Tirtonimolo,

Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi.

Wijaya, safitri. 2017. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dan Pengaruhnya

Terhadap Laba Pabrik Penggilingan ( PP) Srikandi Palembang. Jurnal

https://pendidikanakuntansi.feb.ugm.ac.id/2019/08/23/dasar-dasar-akuntansi-industri-

manufaktur-pengantar-akuntansi-biaya/

https://www.jurnal.id/pengertian-jenis-dan-perkembangan-umkm-di-indonesia/

https://aboutaccurate.com/2019/09/24/alasan-pelaku-ukm-wajib-memiliki-

pembukuan-sederhana/

Anda mungkin juga menyukai