Anda di halaman 1dari 15

Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam

MAKALAH
Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Ramdhan S.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Huda fitriyani
Heri purnama
Syahrul firmansyah
Melly nurul imanah
Siti hurun aen

FAKULTAS MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


STAI DARUSSALAM KUNIR
SUBANG
2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


Ta’ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“TOKOH PEMBAHARU PENDIDIKAN ISLAM” dapat kami selesaikan dengan
baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami,
dosen pembimbing kami, Bapak. Ahmad Ramdhan S.Pd, dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan
materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu
kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Subang, 01 November 2022

Penulis

I
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................ I
Daftar Isi ......................................................................................................... II
BAB 1 ............................................................................................................. 1
Pendahuluan ........................................................................................................................ 1
1. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
2. Latar belakang ................................................................................................................ 1
3. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 1

BAB 2 ............................................................................................................. 2
A.TOKOH PEMBAHARU PENDIDIKAN ISLAM ........................................................ 2
1. Muhammad Ali Pasya ( 1795-1849 ) ............................................................................. 2
2. At-tahtawi ( 1801-1803 ) ................................................................................................ 3
3. Jamaludin Al-afghani ( 1839-1897 ) ............................................................................. 4
4. Muhammad Abduh ( 1849-1905 ) ................................................................................. 4
5. Rasyid Ridha ( 1865-1935 ) ........................................................................................... 5

B. PEMIKIRAN TOKOH PEMBAHARU PENDIDIKAN ISLAM .............................................. 5


C. Dampak Pembaharuan Pendidikan Islam Pada Pendidikan Islam di Indonesia .............8

BAB 3 ............................................................................................................. 10
1.Kesimpulan .................................................................................................. 10

Daftar Pustaka .............................................................................................. 11

II
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Islam mengalami puncak kejayaan di berbagai bidang dan menjadi kiblat peradaban
seantero dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa yang berpusat di Bagdad. Bersamaan dengan itu,
di belahan dunia bagian Barat berdirilah dengan kokohnya sebuah pusat peradaban yang didirikan
oleh keturunan Bani Umayyah di Spanyol, kemudian diikuti oleh Dinasti Fatimiyah di Masir. Ke
tiga pusat kerajaan ini masing-masing menyumbangkan paradaban tiada tara yang bukan hanya
mengharumkan nama Islam, tapi juga menjadi penyebab bangkitnya Eropa (Barat) dari
keterbekangan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Punahnya kejayaan Islam terjadi antara abad VI – XI M. Akhirnya abad XI M. Datanglah
serangan Pasukan Salib yang mengumandangkan perang suci melawan umat Islam berlangsung
kurang lebih dua abad. Belum sembuh luka yang diderita umat Islam dari peristiwa itu, muncul
lagi serangan yang lebih dahsyat dari sebelumnya yakni serangan Jangis Khan dan cucunya
Khulagu Khan serta Timur Lenk secara bertubi-tubi dan mebabi buta.
Akibat serangan tersebut, peradaban Islam porak-poranda, hancur berkeping-keping. Islam
mengalami kemunduran, sementara Eropa (Barat) mengalami kemajuan yang ditandai dengan
adanya Revolusi Industri dan Renaissance di Dunia Barat. Di saat Islam dalam keadaan lemah
itulah sehingga mereka dijajah.
Napoleon Bonaparte menguasai Mesir sejak tahun 1798 M. Ini merupakan momentum baru
bagi sejarah umat Islam, khususnya di Mesir yang menyebabkan bangkitnya kesadaran akan
kelemahan dan keterbelakangan mereka. Kehadiran Napoleon Bonaparte di samping membawa
pasukan yang kuat, juga membawa para ilmuwan dengan seperangkat peralatan ilmiah untuk
mengadakan penelitian.
Hal inilah yang membuka mata para pemikir-pemikir Islam untuk melakukan perubahan
meninggalkan keterbelakangan menuju modernisasi di berbagai bidang khususnya bidang
pendidikan. Upaya pembaharuan dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, kemudian diikuti oleh
pemikir-pemikir lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah yang kami buat memuat beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu
sebagai berikut:
1. Siapa sajakh tokoh pembaharu pendidikan islam?
2. Apa pemikiran setiap tokoh pembaru pendidikan islam?
3. Apa dampak pemikiran tersebut terhadap pendidikan di Indonesia?

C. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari makalah ini disusun adalah agar para pembaca dapat mengenal siapa saja tokoh
pembaharu pendidikan islam juga dapat mengetahui setiap pemikiran mereka dan pengaruh
pemikiran tersebut terhadap pendidikan di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TOKOH PEMBAHARU PENDIDIKAN ISLAM

1. Muhammad Ali Pasya ( 1795-1849 )


Muhammad Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani, pada tahun 1765,
dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Orang tuanya bekerja sebagai seorang penjual rokok dan
dari kecil Muhammad Ali telah harus bekerja. Ia tak memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah
dengan demikian dia tidak pandai menulis maupun membaca, meskipun ia tak pandai membaca atau
menulis, namun ia adalah seorang anak yang cerdas dan pemberani, hal itu terlihat dalam karirnya
baik dalam bidang militer ataupun sipil yang selalu sukses.

Setelah dewasa, Muhammad Ali Pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena ia rajin
bekerja jadilah ia kesenangan Gubernur dan akhirnya menjadi menantu Gubernur. Setelah kawin ia
diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas, ia diangkat
menjadi Perwira. Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan
tentara ke Mesir, diantaranya adalah Muhammad Ali Pasya, bahkan dia ikut bertempur melawan
Napoleon pada tahun 1801. Rakyat Mesir melihat kesuksesan Muhammad Ali dalam pembebasan
mesir dari tentara Napoleon, maka rakyat mesir mengangkat Muhammad Ali sebagai wali mesir dan
mengharapkan Sultan di Turki merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru
mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat mematahkan Intervensi Inggris di
Mesir.

Seperti telah diketahui, bahwa muhammad Ali seorang buta huruf, sebab ia tidak punya
kesempatan memasuki sekolah atau pendidikan formal. Akan tetapi, Muhammad Ali menyadari akan
pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara. Kemajuan ekonomi
dan kemajuan militer tidak akan dapat dicapai tanpa sarana-sarana ilmu modern sebagai telah dikenal
orang di eropa. Dalam hal ini, sebagai dikatan harun Nasution, ia terpengaruh oleh cerita-cerita para
pembesar yang berada disekitarnya mengenai unsur-unsur dan hal-hal baru yang dibawa ekspedisi
Napoleon.

Usaha muhammad Ali dalam bidang pendidikan dimulainya dari pendidikan dari suatu
lembaga kementrian pendidikan. Lembaga ini dimaksudkan untuk mengelola dan mengatur
pengadaan dan pengembangan berbagai sarana pendidikan. Lembaga pendidikan yang pertama sekali
didirikan ialah sekolah militer tahun 1815 M. Menyusul sesudahnya sekolah teknik pada tahun 1916
M, 2 tahun kemudian sekolah kedokteran (1827 M), tahun 1829 dibuka pula sekolah obat-obatan,
tahun 1934 M sekolah pertambangan, th 1836M sekolah pertanian dan sekolah penerjemahan.
Sekolah-sekolah seperti ini boleh dikatan baru kali ini didirikan didunia islam.

Dengan didirikannya sarana pendidikan seperti tersebut diatas tidak berarti semua persoalan
sudah selesai. Tetapi muncul persoalan, tentang cara menarik minat calon pelajar memasuki sekolah-
sekolah yang ada, terutama non militer. Pada tahap awal mereka tidak hanya dibebaskan membayar
uang sekolah, tapi juga diberi uang saku sekadarnya. Lebih dari itu, setelah mereka lulus, diberi
kesempatan menjadi pegawai pemerintah.

2
Usaha Muhammad Ali berikutnya dalam penyempurnaan dibidang pendidikan ini adalah
dengan mengadakan gerakan penerjemahan buku-buku eropa yang berisikan ilmu-ilmu modern
kedalam bahasa Arab. Usaha ini dimaksudkan untuk mengatasi persoalan yang timbul, yaitu terbatas
atau kurangnya teks book. Yang dapat dipahami para pelajar, dalam melengkapi materi yang
disampaikan guru mereka secara lisan.

2. At-tahtawi (1801-1803)
Al-Tahtawi dilahirkan di Thahta, sebuah kota kecil di Mesir tiga tahun setelah Napoleon
Boneparte menginjakkan kakinya di Mesir. Ia melewati masa kecilnya di kota itu, mempelajari ilmu
agama dan mendengarkan cerita-cerita kejayaan Islam masa silam. Ia selalu tertarik mendengar kisah-
kisah semacam itu, satu hal yang kemudian sangat mempengaruhi perjalanan intelektualnya. Dia
adalah seorang pembawa pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama
dari abad ke-19 di Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi turut
memainkan peranan. Ketika Muhammad Ali Pasya mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir harta
orang tua Al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di masa
kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo untuk
belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun
1822. Ia adalah murid kesayangan dari gurunya Syaikh Hasan Al-‘Atthar yang banyak mempunyai
hubungan dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan Prancis yang datang dengan Napoleon ke Mesir. Syaikh
Hasan Al-‘Atthar melihat bahwa Al-Tahtawi adalah seorang pelajar yang sungguh-sungguh dan tajam
pikirannya, dan oleh karena itu ia selalu memberi dorongan kepadanya untuk senantiasa menambah
ilmu pengetahuan. Setelah selesai dari study di Al-Azhar, Al-Tahtawi mengajar disana selama dua
tahun, kemudian diangkat menjadi imam tentara di tahun 1824. Dua tahun kemudian dia diangkat
menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris. Di samping tugasnya
sebagai imam ia turut pula belajar bahasa Prancis sewaktu ia masih dalam perjalanan ke Paris.[3]
Pemikiran-pemikiran at-tahtawi tentang kemjuan umat islam adalah:

1. Penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa arab sangat penting agar umat islam dapat
mengetahui ilmu-ilmu yang membawa kemajuan dibarat.
2. Salah satu menuju kesejahteraan adalah berpegang kepada agama dan budi pekerti yang baik.
Untuk itu diperlukan pendidikan. Ia menganjurkan pendidikan universal, pendidikan untuk
semua, termasuk wanita.
3. Tujuan pendidikan harus mencakup kecintaan kepada bangsa atau patriotisme (Hub al-
wathan)
4. Ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar mereka dapat menyesuaikan syariat dengan
kebutuhan zaman modern
5. Persatuan harus ditegakkan[4]
Pengiriman mahasiswa ke luar negeri membuka jalan pengetahuan islam yang baru. Islam juga
turut berkembang dengan adanya ilmu-ilmu barat, seperti yang dilakukan oleh at thantawi yang
belajar bahasa prancis, sehingga is dapat menerjemahkan buku-buku barat kedalam bahasa Arab. Ini
mereupakan trasformasi ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam. Gerakan pembaharuan
pendidikan islam yang dikembangkan oleh At Thantawi juga mengutamakan agama dan budi pekerti
dan universal. Pada dasarnya pendidikan Islam sumbernya adalah agama. Jika pendidikan
menyimpang dari agama maka budi pekerti sebagai hasil dari pendidikan islam tidak akan dihasilkan
sedikitpun. Pendidikan yang diusung oleh at tantawi juga mencakup kecintaan kepada bangsa atau
patriotisme.

3
3. Jamaludin Al-afghani (1839-1897)
Jamaluddin al-Afgani lahir di Asadabad Afganistan pada tahun 1838 sebagai seorang anak dengan
kualitas Intelektual yang sangat luar biasa. Ia meninggal dunia pada tahun 1897 M. Berdasarkan
silsilah keturunannya al-Afgani adalah keturunan Nabi melalui Sayyidina Ali ra. Ia
bergelar sayyid menunjukan ia berasal dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Disamping itu
ia juga dikenal dengan nama Asadabadi[5]
Pada umur 18 tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan, filsafat, politik,
ekonomi, hukum dan agama. Karena keluasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka pada saat
umur 18 tahun tersebut ia telah mempesona dunia intelektual dan politik dengan gaya agitasinya yang
sungguh menakjubkan. Ketika baru berusia 22 tahun ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost
Muhammad Khan di Afganistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pengaruh agitasinya
telah melahirkan suatu revolusi di Afganistan (Kabul) yang memaksa dia harus mengungsi ke India
untuk kali pertama pada tahun 1867, sebagai awal dari pertualangan kemuliaan dan politiknya.[6]
Dalam bidang pendidikan, Jamaluddin al-Afghani memang sangat berpengaruh. Ia juga
sangat giat dalam mengadakan diskusi bersama murid-muridnya, seperti Muhammad Abduh, Sa’ad
Zaghlul, dan sebagainya. Rumahnya ia jadikan sebagai tempat belajar bersama dengan murid-
muridnya, karena memang banyak muridnya yang datang ke rumahnya guna menuntut ilmu.

Jamaluddin mengajak kepada masyarakat Mesir agar mau bersuara, dalam artian mau
mengutarakan pendapatnya. Dalam hal ini Jamaluddin mengumpulkan anak-anak muda dan diajarkan
untuk menulis. Mereka juga diajak untuk membuat majalah atau surat kabar, yang bisa dijadikan
sebagai sarana untuk mengutarakan pendapat mereka. Jamaluddin mengajak para penulis muda yang
mempunyai bakat menulis untuk dapat memilih topik yang mengenai kehidupan umat.[7] Dalam
pendidikan yang ia ajarkan, sebenarnya maksud yang diinginkan Jamaluddin adalah ia ingin
membuka pikirin muridnya yang seluas-luasnya agar mereka bisa memahami dunia dan mengejar
kebebasan berfikir. Selain itu dalam pendidikanya ia juga mencari pemuda-pemuda yang suka
meneliti dan mengkritik. Hal ini dimaksudkan agar mereka tahu bagaimana posisi seorang rakyat
terhadap penguasa begitupun sebaliknya. Yang mana rakyat harus berani berkata “tidak” ketika
seorang penguasa keluar dari batas-batas peraturan.[8]

4. Muhammad Abduh(1849-1905)
Gagasan pembaharuan Islam sesungguhnya muncul pda akhir abad ke 18 dan awal 19 Masehi.
Dari sekian pembaharu, Muhammad Abduh (1849-1905) adalah tokoh yang monumental dan paling
bersemangat melakukan pembaharuan bagi dunia Islam. Muhammad Abduh sebagai tokoh
pembaharu dalam pendidikan Islam patut dikenang dan diteladani, karena ia telah banyak berjuang
untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang sebelumnya bersifat statis menjadi dinamis.

Muhammad Abduh sebagai seorang pembaharu dalam pendidikan, ada beberapa masalah yang ia
temukan di lapangan yang menurutnya menyimpang dan menjadi penyebab kemunduran umat Islam,
di antara masalah-masaah tersebut adalah masalah kurikulum, metode mengajar, dan pendidikan
wanita.

Gerakan pembaharuan Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta
pada ilmu pengetahuan. Gibb, dalam salah satu karya terkenalnya Modern Trend in Islam yang
kemudian dikutip oleh Samsul Nizar , menyebutkan, empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh.
Keempat agenda it adalah pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dana amalan yang tidak
benar.

4
5. Rasyid Ridha (1865-1935)

Rasyid Ridha adalah murid Muhammad ‘Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di al-Qalamun,
suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari
keturunan al-Husain, cucu Rasulullah.

Semasa kecil, ia belajar di sebuah sekolah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis,
berhitung dan membaca al-Qur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di al-Madrasah al-
Wataniah al-Islamiyyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Sekolah ini didirikan oleh al-Syaikh
Husain al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern.

Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di
samping pengetahuan-pengetahuan agama juga diajarkan pengetahuan modern.[1]

Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Namun
hubungan dengan al-Syaikh Hussein al-Jisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing
baginya di masa muda.

Selanjutnya ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh
melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan al-Afghani di
Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud.

Sewaktu Muhammad ‘Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik
untuk berjumpa dan berdialog dengan murid utama al-Afghani itu. Pemikiran-pemikiran pembaruan
yang diperolehnya dari al-Syaikh Hussain al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide
al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh amat mempengaruhi jiwanya. Beberapa bulan kemudian ia mulai
menerbitkan majalah yang termasyhur, al-Manar.

B. PEMIKIRAN TOKOH PEMBAHARU PENDIDIKAN ISLAM

Gerakan pembaharuan Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta
pada ilmu pengetahuan. Gibb, dalam salah satu karya terkenalnya Modern Trend in Islam yang
kemudian dikutip oleh Samsul Nizar , menyebutkan, empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh.
Keempat agenda itu adalah pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dana amalan yang tidak
benar yaitu :

1. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh
berkaitan dengan munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum
muslim. Kaum muslim tak perlu mempercayai adanya karamah yang dimiliki para wali atau
kemampuan mereka sebagai perantara (wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan Muhammad
Abduh, seorang muslim diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan syirik (QS. 6:79)

2. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Isam difokuskan Muhammad Abduh pada universitas almamaternya, al-
Azhar. Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar tidak hanya mempelajari buku-buku
klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi kewajiban
belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains modern, serta sejarah dan agama Eropa, agar
5
diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Usaha awal reformasi Muhammad Abduh
adalah memperjuangkan mata kuliah filsafat agar diajarkan di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat,
semangat intelektualisme islam yang padam diharapkan hidup kembali.

3. Pembelaan Islam
Muhammad Abduh lewat Risalah Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret dari Islam. Hasratnya
untuk menghilangkan unsure-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan
kemandirian Islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-
paham filsafat antiagama yang marak di Eropa. Dia tertarik memperhatikan serangan-serangan
terhadap Islam menurut segi keilmuan. Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret Islam
dengan menegaskan bahwa jika pikiran dimanfaatkan sebagaimaa mestinya. Hasil yang
dicapainyaotomatis akan selaras dengan kebenaran ilahi yang dipelajari melalui agama.

4. Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut dilaksanakan Muhammad Abduh dengan cara membuka kembali pintu
ijtihadd. Menurutnya kemunduran kaum muslim disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan
eksternal. Muhammad Abduh dengan reformulasinya menegaskan bahwa Islam telah
membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan tidak
terkekang.

Di samping pendidikan akal juga mementingkan pendidikan spiritual. Tujuan pendidikan yang
demikian ia wujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ke tingkat atas.
Kurikulum tersebut adalah :

1. Kurikulum Al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi al-azhar disesuaikan dengan kebutuhan masyarkat kala itu. Dalam hal
ini ia memasukkan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-azhar.
Upaya ini dilakukan agar outputnya dapat menjadi ulama modern.

1. Tingkat sekolah dasar


Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa keagamaan hendaknya sudah dimulai semenjak
masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan inti semua mata
pelajaran.

1. Tingkat atas
Upaya yang dilkukan Abduh adalah dengan mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk
menghasilkan ahli dalam bidang administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan sebagainya.

Dalam ketiga paket tersebut Muhammad Abduh tidak memasukkan ilmu-ilmu barat dlam kurikulum
yang direncanakan. Dengan demikian, dalam bidang pendidikan formai Muhammad Abduh
menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu fikih, sejarah Islam, Akhlak, dan bahasa.

Meskipun agaknya kurikulum yang dirancang Muhammad Abduh sukar diterapkan secara utuh,
lebih-lebih di sekolah umum seperti yang diharapkannya, tetapi dari materi-materi pelajaran yang
demikian dapat dijangkau pemikirannya yang menghargai ilmu agama, sama dengan penilaiannya
terhadap ilmu-ilmu yang datang dari barat. Ia menginginkan agar sekolah-sekolah umum menerapkan
kurikulum yang demikian sama halnya dengan keinginannya agar al azhar mengubah sistem
pengajarannya, antara lain dengan menerapkan ilmu-ilmu yang datang dari Barat.

6
Dalam bidang metode pengajaran ia pun mengkritik dengan tajam terkait dengan metode hafalan
tanpa pengertian yang umumnya dipraktikkan di sekolah-sekolah saat itu. Dalam mengajar ia
menerapkan metode diskusi untuk memberikan pengertian mendalam pada muridnya. Ia menekankan
pentingnya pemberian pengertian dalam setiap pelajaran yang diberikan.

Pemikiran Muhammad Abduh yang lain adalah tentang pendidikan wanita . menurutnya pendidikan
wanita haruslah mendapatkan pendidikan yang sama dengan lelaki. Hal tersebut sesuai dengan QS.
(2) al Baqarah;228 serta dalam QS: (33) al azhab: 35 dalam pandangan Abduh ayat tersebut
Muhammad Abduh menyejajarkan lelaki dan wanita dalam hal mendapatkan kemampuan dan apabila
yang diberikan Allah atas perbuatannya sama, baik yang bersifat keduniaan maupun agama. Dari sini
ia bertolak bahwa perempuan pun punya hak mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Dalam pendidikan nonformal Muhammad Abduh menyebutkan usaha perbaikan (Ishlah). Dalam hal
ini Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal mempersiapkan para
pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah :

1. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar


2. Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang
belum mereka ketahui
3. Meniupkan ke dalam jiwa mereka cinta pada Negara, cinta tanah air, dan pemimpin.[9]
Dengan adanya campur tangan dari pemerintah maka pemerataan pendidikan dapat tercapai. Adanya
sosialisasi oleh pemerintah tentang kewajiban belajar juga merupakan pengamalan salah satu hadist
Rasulullah tentang kewajiban belajar bagi muslim dan muslimah juga akan membentuk manusia yang
berakhlak mulia serta mampu menjadi penerus bagi bangsa dan Negara. Karena belajar juga
merupakan bukti cinta pada Negara dan tanah air

1. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Para Tokoh


Dari ke empat pemikiran tokoh tersebut hampir memiliki persamaan tetapi ada sedikit perbedaan
diantaranya yaitu:

Pemikiran Muhammad Ali Pasya lebih menekankan kepada upaya pengembangan pendidikan di
mesir. Meskipun Muhammad Ali Pasya buta huruf,namun dia mengerti tentang pentingnya
pendidikan.Maka dibangunlah berbagai sekolah seperti sekolah teknik, sekolah kedokteran,
pertambangan, pertanian dan sekolah penerjemah dengan mendatangkan guru-guru dari barat.
Sekolah penerjemah ini yang kemudian memperlancar penerjemahan berbagai buku dalam bahasa
Arab.

 Sedangkan pemikiran At-Tahtawi yaitu menghendaki Mesir maju seperti barat, namun tetap
dijiwai oleh agama dalam segala aspek. Salah satu jalan untuk kesejahteraan adalah dengan
berpegang dengan Agama dan akhlak. Oleh karenanya pendidikan adalah penting untuk
membentuk manusia berkepribadian dan patriotisme (hub al wathan). Dia juga mencetuskan
emansipasi pendidikan bagi wanita, agar mereka bisa mendidik anak-anaknya,menjadi
pathner suami dalan kehidupan intelek dan sosial serta dapat pula bekerja.
Dalam hal agama, dia menghendaki agar para ulama mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tidak menutup pintu ijtihad. Dapat di simpulkan bahwa pemikiran At-
Tahtawi memang tidak jauh berbeda dengan Muhammad Ali Pasya tetapi pemikiran At-
Tahtawi lebih menekankan agar masyarakat mesir memiliki kesejahteraan dengan berpegang
teguh pada agama dan akhlak serta menganjurkan pendidikan universal baik laki-laki maupun
perempuan.

7
 Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani berfokus pada mengajak kepada masyarakat Mesir agar
mau bersuara, dalam artian mau mengutarakan pendapatnya. Dalam hal ini Jamaluddin
mengumpulkan anak-anak muda dan diajarkan menulis. Mereka juga diajak untuk membuat
majalah atau surat kabar.

Dapat di simpulkan bahwa dalam pendidikan yang diajarkan, sebenarnya maksud yang di
inginkan Jamaluddin adalah ia ingin membuka pikiran muridnya yang seluas-luasnya agar
mereka bisa memahami dunia dan mengejar kebebasan berfikir. Hal ini dimaksudkan agar
mereka tahu bagaimana posisi seorang rakyat terhadap penguasa begitupun sebaliknya. Yang
mana rakyat harus bisa berkata ”tidak” ketika seseorang penguasa keuar dari batas-batas
peraturan.

 Gerakan pembaharuan Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang
cinta pada ilmu pengetahuan. Situasi yang demikian melahirkan pemikiran dalam bidang
pendidikan formal dan nonformal. Tujuan pendidikan yang dirumuskan adalah lebih
menekankan pada pentingnya pendidikan akal juga pendidikan spiritual.

Persamaan pemikiran dari ke empat tokoh tersebut adalah bertujuan untuk memperbaiki pendidikan
islam yang ada pada masyarakat Mesir ke arah yang lebih baik menuju kesejahteraan serta perlunya
pendidikan yang universal / menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Pembaharuan dalam islam
dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an
& Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an
dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan islam
mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan dengan
petunjuk Al-Qur’an & Al-Sunnah.

C. Dampak Pembaharuan Pendidikan Islam Pada Pendidikan Islam di Indonesia

Pembaharuan yang dilakukan oleh para tokoh islam di mesir juga berpengaruh terhadap
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Terkait tentang hal tersebut akan diuraikan lebih
jelasnya sebagai berikut

1. Tujuan Pendidikan
Salah satu tujuan pendidikan Islam Indonesia yang selaras dengan pembaharuan pendidikan Islam
di Mesir adalah mengarah pada semangat patriotisme. Ini diungkapkan oleh salah satu tokoh
pembaharu pendidikan Islam di Indonesia yaitu K.H. Hasyim Asy’ari.

K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871. Latar belakang dari keluarga
santri dan hidup di pesantren sejak lahir, memberikan sentuhhan yang tersendiri bagi Hasyim dalam
mengemukakan pemikirannya dalam Islam. Ia merupakan salah satu pendiri salah satu organisasi
besar Islam di Indonesia Nahdatul Ulama.

Ketika Indonesia merdeka rupanya Belanda tidak rela, dan dengan bantuan sekutu Inggris, Belanda
hendak kembali mencengkeram kakinya dib umi pertiwi ini. Maka Kiyai Hasyim mengeluarkan fatwa
guna mempertahankan keutuhan Republik Indonesia. Fatwa tersebut antara lain berisi :

1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus wajub dipertahankan


2. Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintah yang sah harus dijaga dan ditolong

8
3. Musuh Indonesia adalah Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan Sekutu (Inggris)
pasti akan menggunakan cara –cara politik dan militer untuk memjajah kembali Indonesia
4. Umat islam terutama anggota NU, harus mengangkat senjata melawan Belanda dan
Sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali
5. Kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap meslim
yang tinggal dalam radius 94 km , sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus
membantu secara material terhadap mereka yang berjuang.

Keruan saja, fatwa yang dikeluarkan Kiyai Hasyim mendapat sambutan dari segala lapisan
masyarakat. Bahkan, Bung Tomo seorang tokoh utama dari Barisan Pemberontak Republik Indonesia
yang beraliran sosialis dan berbasis di Surabaya, meminta dukungan dan menggunakan fatwa Kiyai
Hasyim untuk melakukan perlawanan bersenjata, melalui siaran radio. Melalui radio pula Bung Tomo
memompa semangat arek-arek Soeroboyo yang mempunyai semboyan berjuang atau matu daripada
hidup kembali dijajah. Pompaan semangat dari Bung Tomo ini mendapat darah segarnya setelah
setelah Kiyai Hasyim mengeluarkan fatwa jihadnya. Kisah heroik pertempuran 10 November 1945,
adalah perang terbesar dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Itu sebabnya, setiap tahunnya
10 November diperingati sebagai hari pahlawan.
Sebagai seorang Ulama ia tidak berada di atas awan. Fatwa jihadnya dan pesantrennya adalah
bukti nyata, bahwa kiyai Hasyim tak mau tinggal diam dalam keterlibatannya dalam membangun
masyarakat, negara dan bangsa. [10]
Dengan adanya fatwa jihad yang kemukakan oleh Kiyai Hasyim maka semangat para pejuang
Indonesia melawan penjajahan sangat berkobar. Terutama Bung Tomo sebagai pejuang di barisan
terdepan yang terinspirasi dari sebuat fatwa jihad ini. Tujuan pendidikan dengan menekannkan cinta
tanah air dan semangat patriotisme akan tersampaikan. Semangat cinta tanah air merupakan buah dari
sebuah pendidikan. Dari pendidikan melahirkan seorang yang kuat jiwanya, tangguh dalam berjuang
dan selalu menjadi tauladan bagi saudaranya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. KESIMPULAN

Gerakan pembaharuan pendidikan Islam adalah usaha mengubah/ gerakan yang bertujuan
mengubah pendidikan ke arah yang lebih baik. Tokoh-tokoh yang menjadi pelopor gerakan
pembaharuan pendidikan Islam di Mesir antara lain Muhammad Ali Pasya, at Thantawi, Jamaludin
Al-afghani, Muhammad abduh dan rasya ridha.

Gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya dalam pendidikan Islam di
Mesir antara lain mendirikan suatu lembaga kementrian pendidikan, mendatangkan guru-guru dari
Eropa, mengirimkan para pelajar mesir untuk belajar ke Eropa, mengadakan gerakan penerjemahan
buku-buku eropa yang berisikan ilmu-ilmu modern kedalam bahadsa arab, dirikanya sekolah
penerjemahan. Pemikiran yang di cetuskan oleh At Thantawi Penerjemahan buku-buku barat ke
dalam bahasa arab sangat penting agar umat islam dapat mengetahui ilmu-ilmu yang membawa
kemajuan dibarat. Salah satu menuju kesejahteraan adalah berpegang kepada agama dan budi pekerti
yang baik. Tujuan pendidikan harus mencakup kecintaan kepada bangsa atau patriotisme (Hub al-
wathan). Ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar mereka dapat menyesuaikan syariat
dengan kebutuhan zaman modern.

Jamaluddin Al Afgani Dalam hal ini Jamaluddin mengumpulkan anak-anak muda dan
diajarkan untuk menulis, mengadakan diskusi bersama murid-muridnya. Lain halnya pembaharuan
Muhammad Abduh dalam pendidikan Islam di Mesir yaitu membuka kembali pintu ijtihadd.
Muhammad Abduh juga memperbaharui kurikulum dalam bidang pemikiran formal dan nonformal.
Kurikulum perguruan tinggi al-azhar disesuaikan dengan kebutuhan masyarkat, mata pelajaran
agama hendaknya dijadikan inti semua mata pelajaran, mendirikan sekolah menengah pemerintah
untuk menghasilkan ahli dalam bidang administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan
sebagainya. Pendidikan wanita juga haruslah sama dengan lelaki.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah. Jakarta: Djambatan. 1995
Asmuni, Yusran. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.1998
1. Samsul Nizar. Sejaran Sosial & Dinamika Pendidikan Islam Nusantara. Jakarta: Kencana.
2013
Hamid, Abdul dan Yahya. Pemikiran Modern Dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2010
Herry Mohammad dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta : Gema Insani. 2006
Martini, Eka. Pemikiran Modern Dalam Islam. Palembang: IAIN Raden Fatah. 2011
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana Prenada Media Group : 2013
Rusli, Ris’an. Pembaharuaan Pemikiran Modern Dalam Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2013
SJ, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah. Malang: UIN MALANG PRESS.
2008
[1] Drs.H.M.Yusran Asmuni.Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam.(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.1998 cet.2 ) h. 67
[2] Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.A, Pembaharuaan Pemikiran Modern Dalam Islam, (Jakarta:PT.
RajaGrafindo,Persada, 2013, ) h. 59-61
[3] Eka Martini. Pemikiran Modern Dalam Islam. (Palembang: IAIN Raden Fatah. 2011). Hal 81
[4] Drs. Fadil SJ., M. Ag, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, (Malang, UIN
MALANG PRESS, 2008) cet. 1, h.256-257
[5] Abdul Hamid dan Yahya. Pemikiran Modern Dalam Islam. (Bandung : Pustaka Setia, 2010).
h.243
[6] Eka Martini, Ibid. Hal. 74
[7] Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995), h..271.
[8] Ibid.,h.276.
[9] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media
Group : 2013) cet. 5, h. 246-251
[10] Herry Mohammad dkk, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta : Gema Insani),
2006, h. 25-26
[11] Ibid, h.64
[12]H. Samsul Nizar, Sejaran Sosial & Dinamika Pendidikan Islam Nusantara, (Jakarta: Kencana,
2013), hal 211
[13]Ibid, 21

11
1

Anda mungkin juga menyukai