Anda di halaman 1dari 12

KESKOM.

2020;6(1) : 44 - 55

JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS


J ( J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A LT H )
http://jurnal.htp.ac.id

A Phenomenology Study: The Experience Of Mother


Gave Birth At Home With Partnership Of Health
Workers And Traditional Birth Attendants
Studi Fenomenologi: Pengalaman Ibu Melahirkan Di
Rumah Dengan Kemitraan Tenaga Kesehatan Dan
Dukun Beranak
Dian Roza Adila1, H.M. Natsir Nugroho2, Idriani3
1
Bagian Keperawatan Maternitas Program Studi Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2
Dokter SPOGRumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
Timur
3
Bagian Keperawatan Maternitas Program Studi keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT ABSTRAK
One indicator to determine the high degree of health of a country Salah satu indikator untuk menentukan ngginya derajat
showed from maternal mortality (MMR). For some areas that kesehatan suatu negara dilihat dari angka kema an ibu (AKI).
have difficult access to health services, the Ministry of Health Untuk beberapa daerah yang memiliki akses pelayanan
makes a policy by developing partnership programs for health kesehatan yang sulit, Kementrian Kesehatan membuat sebuah
workers and tradi onal birth a endants. The phenomenon of kebijakan dengan mengembangkan program kemitraan tenaga
trad i o n al b irth a e n d ants b e co m e s an inte re s n g kesehatan dan dukun. Fenomena dukun beranak menjadi
phenomenon because of the values of local wisdom they guard. fenomena yang menarik, karena nilai-nilai kearifan lokal yang
This study aims to find out more about the experience of tetap terjaga. Peneli an ini bertujuan mengetahui lebih dalam
par cipants at-home birth with a partnership of health workers pengalaman par sipan melahirkan di rumah dengan kemitraan
and tradi onal birth a endants. The method used with tenaga kesehatan dan dukun beranak. Metode yang digunakan
qualita ve design with phenomenology approach. Par cipants dengan desain kualita f dengan pendekatan fenomenologi.
were determined using Purposive sampling method. Methods of Penentuan par sipan menggunakan metode purposive
data collec on used in-depth interviews with mothers and FGDs sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara
on Kepala Desa, Pemangku Adat, tradi onal birth a endants, mendalam pada ibu dan FGD pada Kepala Desa, Pemangku Adat,
and health workers. The results of this study obtained 6 themes dukun beranak dan tenaga kesehatan. Hasil peneli an ini
of choice of place and helpers during childbirth, mother beliefs diperoleh 6 tema yaitu pilihan tempat dan penolong saat
against tradi onal birth a endants in the process of childbirth, melahirkan, keyakinan ibu terhadap dukun beranak dalam
Tradi on of manyiria and sequen al during pregnancy and a er proses melahirkan, tradisi manyiria danberurut selama hamil dan
childbirth, mother's feelings with partnership, independent task setelah melahirkan, perasaan ibu dengan kemitraan, tugas
of tradi onal birth a endants a er childbirth and U liza on of mandiri dukun beranak setelah melahirkan dan Pemanfaatan
health services. Sugges on in this research is health workers pelayanan kesehatan. Disarankan pada tenaga kesehatan untuk
must know culture adopted by pa ent and family cared. It aims to
memiliki pengetahuan tentang budaya yang dipercayai oleh
give an overview and posi ve impact on the enhancement of the
quality of maternal health services in the context of culture. pasien dan keluarga, agar bisa memberikan dampak posi f
terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu
melahirkan dalam konteks budaya.

Keywords : Tradi onal birth a endants, Partnership, Experience Kata Kunci :Dukun beranak, Kemitraan, Pengalaman ibu, Tenaga
of mother, Health workers. Kesehatan.
Correspondence :Dian Roza Adila, Jl. Swakarya, Perumahan HSB Indah Residen blok c No 3, Tampan-Panam
Email : adila_skep@ymail.com , 085365561571

• Received 11 Maret 2019 • Accepted 10 April 2020 • p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 •
DOI: h ps://doi.org/10.25311/keskom.Vol6.Iss1.365
Copyright @2017. This is an open-access ar cle distributed under the terms of the Crea ve
Commons A ribu on-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna onal License (h p://crea vecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
which permits unrestricted non-commercial used, distribu on and reproduc on in any medium
Keskom, Vol. 6, No. 1
45 April 2020

PENDAHULUAN bidan dalam pertolongan persalinan, sulitnya transportasi untuk


merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan serta masih ada ibu
Pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan
hamil yang dak ingin bersalin di fasilitas kesehatan, yaitu
meningkat dari tahun 2005 hingga 2012. Pada tahun 2013 dan
persalinan yang dilakukan di rumah. Persalinan yang dilakukan di
2015 terjadi penurunan dari 90,88% menjadi 88,55%.
rumah ini juga bisa dipengaruhi oleh budaya yang diyakini oleh
Peningkatan terjadi dikarenakan persalinan yang dilaksanakan
ibu. Menurut Andrews dan Boyle (2011) Budaya dalam suatu
dak di fasilitas pelayanan kesehatan, dan hal ini dianggap
kelompok sangat berbeda-beda dalam prakteknya, nilai dan
menjadi salah satu penyebab masih ngginya AKI. Data Ditjen
kepercayaan tentang persalinan dan peran dari wanita, suami,
Kesehatan Masyarakat, persentasi penolong persalinan oleh
keluarga dan pendukung sosial, dan tenaga kesehatan. Mereka
tenaga kesehatan yaitu 88,55%, persalinan yang dilakukan di
mendukung dari gerakan “back to nature” dimana persalinan
pelayanan kesehatan sebanyak 79,2%, sedangkan penolong
dilakukan di rumah dengan bantuan dukun beranak, yang
persalinan di luar pelayanan kesehatan adalah 8,83% (Kemenkes
melipu penggunaan obat tradisional.
RI, 2016). Untuk data dari Dinkes Provinsi Riau (2016)
Wanita yang melahirkan secara tradisional dipandang
pertolongan persalinan pada tahun 2015 yang ditolong oleh
sebagai proses normal yang dapat ditangani dengan keterlibatan
tenaga kesehatan yaitu sebesar 84,4%, dan ini masih belum
minimal dari tenaga kesehatan. Hal ini merupakan pandangan
memenuhi target yang dibuat yaitu sebesar 90%. Sehingga
dari sisi keyakinan kebudayaan yang berlawanan dengan
dibutuhkan upaya kesehatan dalam menurunkan AKI.
pelayanan medis. Perawat beranggapan bahwa perilaku tersebut
Upaya kesehatan ibu bersalin dilakukan untuk mendorong
bertentangan dengan prak k kesehatan. Untuk memberikan
agar se ap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terla h,
pelayanan yang kompeten secara budaya, perawat harus
yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter
mengkaji kepercayaan dan perilaku pasien serta harus
umum, bidan serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan
memper mbangkan seluruh aspek dari budaya di daerah
kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin bisa diukur
melalui indikator persentasi persalinan ditenaga kesehatan tersebut. Asuhan keperawatan diberikan dalam konteks
terla h. Indikator ini menunjukan kemampuan pemerintah kebudayaan mul pel yang melipu budaya dari pasien, perawat,
dalam menyediakan pelayanan persalinan yang berkualitas yang dan sistem pelayanan kesehatan, serta kebudayaan masyarakat
ditolong oleh tenaga kesehatan terla h. Hal ini mendukung yang lebih luas, dimana pelayanan kesehatan tersebut diberikan
kebijakan yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan yaitu se ap (Lowdermilk, Perry & Cashion, 2013).
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan Perawat dalam asuhan keperawatannya harus mempunyai
mengembangkan program kemitraan tenaga kesehatan dan pengetahuan tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial
dukun beranak. Kemitraan yang dilakukan antara tenaga pada pasien. Dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor teknologi,
kesehatan dengan dukun, dengan harapan pertolongan agama, faktor sosial dan keterikatan keluarga, nilai budaya dan
persalinan akan berpindah dari dukun ke tenaga kesehatan, gaya hidup, poli k dan kebijakan, ekonomi serta pendidikan
sehingga peran dukun dak lagi memeriksa kehamilan dan pasien yang mereka asuh. Peran perawatan pada transcultural
menolong persalinan (Kemenkes, 2016). nursing adalah menjembatani antara sistem perawatan yang
Fenomena dukun beranak menjadi menarik, karena dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang masyarakat tertap profesional melalui asuhan keperawatan. Dimana intervensi
terjaga (Damaiyan , 2015). Dukun beranak berperan dalam keperawatannya melipu pelestarian budaya, negosiasi budaya
menolong ibu selama masa kehamilan hingga masa nifas yang dan rekonstruksi budaya (Alligood, 2017).
berkaitan dengan budaya setempat. Umumnya mereka Dewasa ini masih ada daerah di Indonesia yang masih tetap
dipercaya memberikan kekuatan spiritual melalui doa-doa, mempertahankan budaya tradisional dalam proses persalinan
mantra, dan ritual-ritual adat yang dilakukannya, sehingga yaitu bantuan dukun beranak. Keberadaan dukun beranak masih
memberikan rasa nyaman pada ibu (Tim BASICS, 2014). Menurut ada di ha beberapa wanita. Beberapa alasan yang dikemukakan
Niehof (2014) peran dukun beranak lainnya adalah memijat seper takut dengan peralatan medis, perasaan dak nyaman
wanita selama kehamilan, memberikan saran diet, merawat dengan pelayanan tenaga kesehatan, takut dengan ndakan
plasenta, sunat pada perempuan, perawatan nifas dan medis yang akan dilakukan misalnya operasi. Alasan lain adalah
melakukan ritual di bulan ketujuh kehamilan serta 40 hari setelah keyakinan dan adat budaya yang mempengaruhi cara pandang
kelahiran. mereka dalam melahirkan, seper melahirkan harus didampingi
Peneli an yang dilakukan oleh Nanur (2015) diperoleh dukun beranak. Kondisi ini terjadi di desa Perhen an Luas.
adanya hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Perhen an
bidan yaitu: masih ada dukun yang dak ingin bermitra dengan Luas tahun 2015 yaitu sebanyak 86% dan tahun 2016 yaitu

h p://jurnal.htp.ac.id
Dian Roza Adila, et al
phenomenology: the experience of mothers giving birth at home with the partnership of health workers and tradi onal birth a endants
fenomenologi: pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun beranak
46

sebanyak 88,7% melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga


HASIL
kesehatan dan dukun beranak.
Par sipan yang diambil dalam peneli an adalah sebanyak 7
METODE orang ibu yang melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga
kesehatan dan dukun beranak. Par sipan yang dipilih
Metode kualita f dengan pendekatan fenomenologi untuk
berdasarkan latar belakang pendidikan berbeda, status sosial
menggali pengalaman ibu dalam persalinan yang dilakukan
ekonomi yang berbeda, usia yang berbeda dan pengalaman
dirumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun
melahirkan yang berbeda dari persalinan sebelumnya. Hal ini
beranak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
dilakukan peneli agar informasi yang diperoleh bisa beragam.
mendalam dengan ibu yang melahirkan di rumah dan focus
Sedangkan untuk par sipan kunci yang diambil untuk FGD adalah
group discussion (FGD) dengan par sipan kunci. Pemilihan
berdasarkan latar belakang pekerjaan yang berbeda, yang
par sipan dengan teknik purposive sampling dengan jenis
berpengaruh dan mengetahui kebiasaan adat di desa Perhen an
par sipan heterogen yaitu berbeda kelompok. Purposive
Luas. Pada FGD peneli memilih bidan yang sering membantu
sampling merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan
persalinan di desa tersebut, yaitu bidan koordina r dan bidan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneli (Ya &
pelaksana, dukun beranak 2 orang yang biasa di jemput oleh
Rachmawa , 2014). Kriteria par sipan pada peneli an ini adalah
keluarga untuk menolong persalinan dan merupakan saran yang
ibu yang melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga
diberikan bidan koordinator pada peneli , kepala desa sebagai
kesehatan dan dukun beranak, bersedia dilakukan wawancara
pengambil keputusan dan pembuat kebijakan dan pemangku
yang mendalam, dapat berkomunikasi dengan baik, sehat
adat yang mengetahui adat dan budaya setempat dan
jasmani dan rohani, masyarakat asli dari tempat dilakukan
merupakan orang yang berpengaruh. Latar belakang informan
peneli an serta bidan, dukun beranak, kepala desa dan
dijabarkan dalam tabel 1 dan tabel 2.
pemangku adat yang nggal di tempat peneli an.
Dalam peneli an kualita f, peneli berperan baik sebagai Tabel 1 Karakteris k Par sipan Ibu Melahirkan
instrumen, pedoman wawancara dan FGD. Validitas data diukur
dari informasi par siapan dan kemudaian dilakukan triangulasi
sumber dan metode pada FGD. Sebanyak 7 orang ibu yang
melahirkan di rumah yang pilih berdasarkan latar belakang umur,
pendidikan dan jumlah anak yang berbeda. Sedangkan FGD
terdiri dari kepala desa, pemangku adat yang dipilih oleh kepala
desa, bidan koordinator dan bidan pelaksana yang sering
membantu persalinan, sedangkan dukun beranak ditentukan
berdasarkan masukan dari bidan koordinator. Analisa data
menggunakan content analysis dengan tahapan yaitu tahap
Pilihan Tempat dan Penolong Saat Melahirkan
pertama data yang diperoleh dibuat dalam bentuk transkrip
Dalam menentukan tempat melahirkan, ibu mempunyai
verba m masing-masing par sipan, dianalisa dan dibuat kata
beberapa alasan untuk tetap melahirkan di rumah. Beberapa
kunci menjadi formulasi makna se ap par sipan dengan
alasan yang ungkapkan oleh ibu ke ka ingin melahirkan di rumah
memberikan koding pada kata kunci. Tahap kedua adalah
dan di pelayanan kesehatan. Dari wawancara yang dilakukan,
menentukan kategori dari formulasi makna dari se ap par sipan
alasan ibu melahirkan di rumah adalah kenyamanan, ingin
dengan menggunakan kode kategori. Formulasi makna
persalinan normal, status ekonomi, ketakutan akan dirujuk.
dikelompokkan berdasarkan koding yang dibuat dan dijadikan
Berikut adalah pernyataan par sipan
dalam satu kategori. Langkah analisa terakhir adalah dengan
”...kalau ke Puskesmas itu banyak menghabiskan uang. Kalau
menentukan tema dari beberapa kategori yang ada yang
dirumah dak” (P4).
didapatkan dari semua par sipan. Sehingga pada peneli an ini
“Saya sudah biasa melahirkan di rumah. Kalau di Puskesmas
didapatkan 6 tema yang disajikan dalam bentuk teks (Creswell,
takut, kalau di Puskesmas itu sekian jam atau dua jam, atau satu
2014). Peneli an ini telah dinyatakan lolos uji e k oleh Fakultas
jam setengah apabila terlambat melahirkan, kita dilarikan ke
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan
Taluk (Rumah sakit rujukan kabupaten).... di operasi” (P5).
nomor surat 446/PMK-UMJ/IV/2017.
(“... dak ada orang melahirkan di Puskesmas, memang di
rumah saja. Ya kita juga ikut melahirkan di rumah...Lebih nyaman
di rumah rasanya. Nan kalau di Puskesmas, nan banyak orang.
Dan juga kalau melahirkan di Puskesmas, nan orang berpikir

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
47 April 2020

sulit melahirkan” (P7). “Dukun beranak dan tenaga kesehatan bekerjasama


Tujuan memanggil penolong persalinan pertama kali juga saja....tenaga kesehatan dibawah, dukun beranak di atas
menjadi alasan pen ng bagi ibu. Hal ini berhubungan dengan memberikan kita semangat, dorong sedikit kata tenaga
kepercayaan atas ndakan yang akan dilakukan oleh penolong kesehatan, ya di dorong oleh dukun beranak. Tapi yang banyak
persalinan. 4 orang ibu mengatakan memanggil dukun beranak bekerja ya tenaga kesehatan” (P4).
pertama kali karena alasan kepercayaan pada obat tradisional Pernyataan-pernyataan ibu, dibenarkan oleh tenaga
dan ndakan dukun beranak. Berikut adalah pernyataan ibu: kesehatan dan dukun beranak. Berikut adalah pernyataan tenaga
“Pertama kali saya jemput adalah Dukun beranak…. karena kesehatan
sudah terasa akan melahirkan, pergilah suami saya kerumahnya” “Nah...kalau kami pada saat persalinan, saling bekerjsama,
(P5). saling menger . Kalau dukun beranak biasanya mengurut perut
“Memanggil dukun beranak karena pusing, karena dukun ibu, kalau ada yang perlu dibantu di sana. Pokoknya memberikan
beranak akan membuatkan kita tatoguan, dukun beranak tau dukungan moral, kalau perlu obat kampung si ibu, ya dibuatkan,
apakah kita tatoguan atau dak” (P4) seper palosua. Kalau kami ya dibawah menolong ibu. Setelah
“... Ya kalau ingin di raba-raba perut kita, apakah akan lahir, kami potong tali pusatnya. Kalau ada masalah nan , di
melahirkan atau dak. Tidak seper tenaga kesehatan, dak ada bantu oleh dukun beranak. Umpamanya bayi asfiksia atau
pemeriksaan seper itu” (P1). gimana-gimana, itu kerjaan tenaga kesehatan. Nan dukun
Pernyataan Par sipan kunci dalam FGD beranak ada juga obat yang dibuatnya. Kalau bidan kampung
“Saya hanya meraba-raba saja (perut ibu dan janin), saya secara sprituilnya mungkin, obat-obat kampungnya. Kalau kami
goyang-goyang saja (janin), saya mengatakan belum waktunya secara medisnya. Nan setelah membersihkan yang dibawah,
melahirkan,,,itu yang bisa saya lakukan hahahahaha... Apabila ada yang perlu di jahit, biasanya kami yang menjahit dukun
saya merasa sudah dekat waktunya, saya menyuruh menjemput beranak yang menolong menyenterkan. Setelah itu, pindah ke
tenaga kesehatan” (M) lapiak koriang namanya, dukun beranak membersihkan kain ibu”
Keyakinan Ibu terhadap Dukun Beranak (KN).
Keyakinan ibu terhadap dukun beranak dalam proses Dalam proses melahirkan, ada beberapa par sipan yang
melahirkan dan setelah melahirkan ditentukan oleh beberapa mempercayai mitos yang mereka yakini bisa mengganggu
faktor yaitu peran dukun beranak dalam persalinan seper kesehatan ibu dan anak.
memberikan obat tradisional dan dorongan selama persalinan, “... ya kalau dukun beranak itu dengan obat-obatannya,
peran dukun beranak setelah melahirkan, dan adanya mantra-mantranya.ya seper itu, seper waktu dulu kan banyak
kepercayaan budaya (mitos) yang di miliki pas sipan. hantu kacinden,hantu buruak, kan ada dukun beranak yang
Peran dukun beranak dalam persalinan melipu pemberian mengatasinya. kalau tenaga kesehatan kan untuk kesehatan kita
obat ini tradisional untuk par sipan saja” (P1).
“Ya waktu melahirkan dulu, dukun beranak membuat “... pada saat anak kita telah lahir, ada tangkal-tangkalnya kan,
sasombuan itu aja. Jarangau kunik bolai itu, disemburkan pada ya kena apa gitu....karena banyak kadang anak baru lahir itu yang
saya, setelah itu ya air minum, tapi saya tak tau, entah apa yang menginginkannya, seper katanya. Seper hantu atau apa gitu...”
dibaca oleh dukun beranak” (P1). (P6).
“Saya dibuatkan Air pu h oleh dukun beranak, diminum, ya Pernyataan ibu dibenarkan oleh par sipan kunci:
itu obat palosua” (P6) “Kepercayaan ibu mungkin bisa jadi lebih pada dukun
Dalam hal ini, tenaga kesehatan juga mengatakan hal yang beranak dari pada kami, karena secara tadi, ya sama tau lah kan,
sama dengan Par sipan adat tradisi. Jadi rasanya memang lebih nyaman” (KN).
“... kalau perlu obat kampung si ibu, ya dibuatkan, seper Tradisi Manyiria dan Berurut Selama Hamil dan Setelah
palosua.” (KN). Melahirkan
Selain memberikan obat, tugas lain dari dukun beranak Tradisi Manyiria dan berurut selama hamil dan setelah
adalah peran dukun beranak dalam mendampingi tenaga melahirkan ini merupakan kebiasaan masyarakat. Menurut
kesehatan dalam persalinan. Dimana dukun beranak dan tenaga Pemangku Adat desa Perhen an Luas, manyiria adalah
kesehatan saling bekerjasama satu sama lain. menyerahkan ibu yang hamil kepada dukun beranak kemudian
“Kalau dukun beranak itu tak banyak kerjanya. tenaga dukun beranak menerima dengan ikhlas dimana pada saat itu
kesehatan di bawah posisinya, dukun beranak di atas di dekat langsung dukun beranak meraba perut (diurut) dengan ilmu yang
perut di sini (menunjuk sebeleh pinggang kanan) memegang dimiliki dan dirawat hingga melahirkan. Tradisi manyiria ini
perut saya aja, supaya jangan ke atas mungkin kan, dipegangnya merupakan data yang harus dilakukan.
seper itu” (P3).

h p://jurnal.htp.ac.id
Dian Roza Adila, et al
phenomenology: the experience of mothers giving birth at home with the partnership of health workers and tradi onal birth a endants
fenomenologi: pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun beranak
48

Tradisi manyiria dan berurut ini dilakukan dan dibenarkan “... ya senang perasaannya, ada kedua-duanya. Kalau sakit,
oleh semua par sipan. kalau ingin berurut, ada dukun beranak. Kalau ingin di sun k, ada
“Selama hamil saya ke dukun ga kali, pertama manyiria, yang juga tenaga kesehatan” (P1).
kedua kandungan lima bulan. Setelah itu yang terakhir pada “Nyaman rasanya dengan ada tenaga kesehatan dan dukun
waktu dekat untuk melahirkan. Tapi perut kita di pegangya begini beranak....Apalagi waktu melahirkan terjadi perdarahan,
saja (memegang perut dengan kedua sisi dengan tangan, sambil mungkin karena sudah lama keluar tanda-tandanya. Dan saya
menekan dengan telapak tangan), dak di urutnya, diraba oleh mengahabiskan infus 5 tabung.” (P2).
dukun beranak” (P2). “Ada senangnya kalau dengan tenaga kesehatan ini,
“Kalau ke dukun beranak, ya pas usia kehamilan 4 bulan. Itu senangnya itu seper kalau dengan dukun beranak, saya sering
namanya manyiria kata orang. Setelah itu usia kehamilan tujuh sakit-sakitan dibuatnya.Kalau dengan tenaga kesehatan, saya
bulan, ya pergi juga sekali. pergi merasakan ke dukun beranak. dak ada sakit, karena sun k selalu masuk, obatnya masuk, anak
Pada umur kehamilan sembilan bulan itu, saya pergi juga karena saya sehat alhamdulillah.Kalau anak yang berdua selalu saja
ingin menyamakan lah, sama atau dak persepsi tenaga sakit.Kalau anak ini hanya sakit ke ka posyandu saja.ha gitu
kesehatan dengan dukun beranak, apakah kepalanya sudah senangnya. saya dak ada mengeluarkan banyak darah, ke ka
turun kebawah atau belum” (P7). dengan dukun beranak saya mengalami perdarahan. Lama baru
Pernyataan Par sipan dibenakan oleh par sipan kunci dalam kering. Kalau dengan tenaga kesehatan ini alhamdulillah mudah,
FGD. setenga jam anak lahir.” (P5)
“Rata-rata mayiria semuanya. selagi warga asli, tetap Perasaan senang yang dirasakan oleh par sipan, dirasakan
manyiria. karena ini terkait dengan masalah adat. Resikonya juga oleh tenaga kesehatan dan dukun beranak. Berikut adalah
nan kalau dak manyiria, pada saat bayar hutang ke dukun pernyataannya
beranak, orang-orang adat, niniak mamak tak mau datang untuk “Sudah beruntung saya sekarang rasanya. dulu rasa-rasa ingin
menyelesaikan administrasi semacamnya. menentukan bahwa putus nyawa ini menjelang anak itu lahir. kalau sekarang dak
lope kobek dek bongka, ada is lah-is lah oleh orang adat. lunas lagi, tenang saja, ketawa saja” (M).
hutang karena di bayar gitu lah ar nya. Cuma harus dihadiri pada “Oleh kami rasanya sangat membantu, kalau kita di kampung,
saat dia syukuran beberapa hari setelah melahirkan, ga belas secara moril memang dak bisa dipungkiri, dukun beranak ini
hari. Itu memberi tau pada orang kampung semuanya, bahwa memang besar pengaruhnya pada psikis ibu, menimbulkan rasa
ada warga baru, seper itu” (KD) nyaman dan sebenarnya sangat membantu. Kerjasama dimana-
Setelah melahirkan, par sipan biasanya memiliki kebiasaan mana lebih menyenangkan dari pada sendiri.” (KN).
untuk berurut dengan dukun beranak yaitu berurut selama ga Tugas mandiri Dukun Beranak Setelah Melahirkan
kali. Setelah proses melahirkan, dukun beranak memiliki tugas
“… harus di urut. Tradisi dukun beranak seper itu kan. Harus yang tak bisa wakilkan oleh tenaga kesehatan. Tugas dukun
ga kali juga...memang seper itu kalau dengan dukun beranak” beranak ini juga merupakan aturan yang telah disepaka oleh
(P2). desa, adat dan tenaga kesehatan. Dimana tugas mandiri dukun
“Ya di urut kan, dikasihnya tali, bukak bobek namanya oleh beranak setelah melahirkan melipu : adanya ritual dalam
orang sini. ya itu aja. urutnya ga kali, turun mandi, di urutnya lagi membersihkan plasenta dan turun mandi. Berikut adalah
kita, ya kalo anak kita di urutnya juga, pusat anak kita ato pernyataan par sipan
gimananya. setelah itu lope bontan sekali, empat-puluh empat “... Dukun beranak ya membersihkan kakaknya (plasenta).
hari.” (P6). Setelah bersih, dikuburkan, dengan menggunakan kain pu h,
Pernyataan par sipan kunci pakai tanaman susugi, sidingin, sitawa.Setelah itu pada sore hari
“Pada in nya, kalau dengan dukun beranak, setelah disiram dengan air kunyit ga petang, pakai lilindiatasnya” (P2).
melahirkan, nan ada berurut, sementara nan dengan tenaga “... mencuci plasenta nya itu, ya dibungkuskan, ditanam (sama
kesehatan dak ada seper itu, begitulah” (KD). dengan dikubur), kemudian disuruhnya suami kita menggali
Perasaan dengan Kemitraan tanah” (P6)
Perasaan dengan kemitraan ini merupakan hal-hal yang “... Tak ada dukun beranak payah anak kita mau turun
dirasakan oleh par sipan ke ka melahirkan dengan kemitraan mandi.... seper itu kan adat kita....Anak kita harus pakai turun
tenaga kesehatan dan dukun beranak. Hal ini melipu mandi, orang kota-kota mana tau itu...kalau dak ada turun
pengalaman melahirkan dengan kemitraan tenaga kesehatan mandi ya lebih baik satu penolong saja. Susahnya itu, dukun
dan dukun beranak seper perasaan senang dan nyaman. beranak dibawa ke ka turun mandi” (P3).
Berikut adalah pernyataan par sipan. Pernyataan par sipan dibenarkan oleh par sipan kunci pada
FGD. Berikut adalah pernyataannya

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
49 April 2020

“... setelah nan ibunya selesai, sudah dak ada masalah,


pindah ke lapiak koriang namanya, nah itu nan dukun beranak
PEMBAHASAN
yang membersihkan plasentanya, ada juga ritualnya, dak Par sipan yang diambil adalah ibu yang penduduk asli desa
dbersihkan dengan cara dicuci langsung terus dibuang, dak Perhen an Luas, yang masih tetap menajalankan adat is adat
seper itu, ada ritual oleh dukun beranak” (KN). setempat pada zaman modern sekarang ini. Mereka tetap
Pernyataan par sipan juga dipertegas pada saat FGD. Berikut mempertahankan nilai kearifan lokal. Menurut Prayogi dan
pernyataannya: Danial (2016) Nilai kearifan lokal sebagai upaya untuk
“....dukun beranak dak boleh sendiri dalam menyelamatkan mempertahakan sebuah budaya dalam suatu bangsa.
bayi tadi, harus ada kerjasama dengan orang Puskesmas. Kalau Kebudayaan adalah mencakup keseluruhan dari pengetahuan,
seandainya dak ada kerjasama dengan tenaga kesehatan, nan keyakinan yang dimiliki, kesenian, moral dalam masyarakat,
akan ada saksi. Sanksinya se ap anak yang dilahirkan, dak akan hukum, adat is adat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang
dikeluarkan surat kelahirannya, nah itu tadi. jadi seper itu jika lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
dukun beranak saja yang menolong tanpa ada kerjasama dengan Mayoritas par sipan adalah ibu rumah tangga dengan
tenaga kesehatan. jadi harus mereka bekerjasama, antara dukun pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sarjana.
beranak dan tenaga kesehatan. Mereka telah diikat oleh Rentang lama persalinan dari 1 bulan hingga 3 tahun. Par sipan
peraturan.....nan dalam rangka ikatan penyelesaian masalah diambil berdasarkan alasan peran dalam kemitraan dan
kelahiran anak dukun beranak, ar nya kalau anak itu telah lahir, pengalaman ibu. Umur ibu dari 28 tahun hingga 38 tahun,
umur tujuh hari nan ada namanya bayar hutang pada bidan dengan riwayat kehamilan satu hingga ga kali. Par sipan FGD
(turun mandi) melalui adat” (KD). diambil berdasarkan informasi yang ingin diperoleh yang
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dihubungkan dari segi kesehatan, adat is adat dan aturan adat
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang ditetapkan pada desa tempat peneli an. Dimana umur
kesehatan yang dimanfaatkan oleh ibu selama hamil. Pada hasil par sipan dari 30 hingga 65 tahun, dengan jenjang pedidikan SD
peneli an, pemanfaatan pelayanan kesehatan ini melipu hingga Strata 2. Pengalaman yang dimiliki oleh par sipan kunci
pelayanan kesehatan selama hamil, pemanfaatan teknologi, dalam menolong persalinan 8 hingga 23 tahun untuk tenaga
peran tenaga kesehatan dan waktu kunjungan tenaga kesehatan. kesehatan dan 30-40 tahun untuk dukun beranak.
Informasi melahirkan. Semua ibu melakukan pemeriksaan ru n Peneli an ini menghasilkan 6 tema yang ditemukan dari
dan menerima pelayanan dari tenaga kesehatan, 2 orang informasi yang diberikan oleh par sipan. Tema-tema ini
diantara mereka pernah melakukan USG. Berikut adalah menggambarkan tentang tujuan peneli an yang telah dilakukan.
pernyataan ibu Ada beberapa tema yang saling berkaitan satu sama lain dalam
“Sekali se ap bulan ke Puskesmas, selama sembilan bulan hal pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan
dan setelah melahirkan tenaga kesehatan mengunjungi kita. Tiga tenaga kesehatan dan dukun beranak, berdasarkan pendekatan
hari di kunjungunya kita. Setelah habis obat, di kunjunginya lagi. teori keperawatan Leininger yang diambil tentang budaya ibu.
Dia tau kapan waktu obat kita habis” (P4). Menurut WHO (2008) dukun beranak dapat didefinisikan
“Tak pernah USG. Perah sih disuruh oleh tenaga kesehatan, sebagai "tradisional, independen, yaitu penyedia layanan
tapi saya tak mau pergi. Saya takut kalau gimana-gimana, takut perawatan yang dak terla h secara formal dan berbasis
nan kalau tau anak saya cacat, itu yang saya pikirkan” (P6) masyarakat selama kehamilan, persalinan, dan setelah
Penyataan par sipan dibenarkan oleh par sipan kunci melahirkan. Dukun beranak sering disukai oleh perempuan
“... Kami kan biasanya kunjungan nifas ga kali, ya sampai dalam membantu persalinan, hal ini disebabkan oleh faktor
habis masa nifas kan, sesuai dengan aturan-aturan yang ada” sosial budaya seper : menunjukkan rasa hormat kepada klien,
(KN). kefasihan mereka dalam bahasa lokal, ke dakpercayaan
Informasi tentang melahirkan diperoleh oleh ibu dari tenaga terhadap sistem pelayanan kesehatan nasional, dan status
kesehatan. Dua dari enam ibu menyatakan hal ini, berikut mereka dalam masyarakat (Ribbon, 2004 dalam Raheem, 2015).
pernyataannya: Kepala desa dan pemangku adat diikutsertakan dalam
“Ya itu, kan pada saat kita periksa ke Puskesmas, disebutkan peneli an ini dikarenakan mereka adalah pihak yang bisa
ciri-ciri akan melahirkan oleh tenaga kesehatan. Sakit pinggang membuat suatu kebijakan di desa, yang akan saling bekerjasama
yang disertai dengan penyerta seper darah, lendir” (P1) dalam mempertahankan adat is adat yang ada. Adat dak akan
“Informasi menurut kami ke tenaga kesehtan, karena mereka dapat berfungsi tanpa adanya orang-orang sebagai pendukung
tau, yang lebih berpengalaman, lebih tau jawaban dari penganutnya, oleh sebab itu dibutuhkan lembaga adat. Lembaga
pertanyaan kita, dibandingkan dukun beranak” (P7). adat hadir di tengah masyarakat selaku hakim bagi pelanggar
adat. Adat dipahami sebagai aturan-aturan yang dianut oleh

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Dian Roza Adila, et al
phenomenology: the experience of mothers giving birth at home with the partnership of health workers and tradi onal birth a endants
fenomenologi: pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun beranak
50

suatu kelompok secara turun–temurun, dak tertulis, dan resiko yang bisa menyebabkan kema an pada ibu. Pada situasi
mengandalkan daya ingat sang pemangku adat (Rangi, 2017). seper ini, dibutuhkan ndakan medis dan peralatan medis yang
Mereka mempunyai wewenang untuk mengupayakan nilai-nilai memadai untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya (Meroz
yang ingin mereka pertahankan, agar nilai-nilai tersebut dapat & Gesser-Edelsburg, 2015).
terjaga keberadaannya dan dak menghilang begitu saja. Keyakinan Ibu terhadap Dukun Beranak dalam Proses
Berikut adalah uraian hasil tema yang diperoleh dari hasil Melahirkan.
peneli an: Pengalaman ibu dalam hal keyakinan terhadap dukun
Pilihan Tempat dan Penolong Saat Melahirkan beranak dalam proses persalinan ini melipu obat-obat
Pada hasil peneli an ini, par sipan lebih memilih untuk tradisional yang diberikan dukun beranak pada saat persalinan,
melahirkan di rumah dengan alasan kenyamanan, status peran dukun beranak dalam memberikan dukungan dalam
ekonomi,keingan untuk persalinan normal, ketakutan akan mendampingi persalinan serta kepercayaan mitos yang diyakini
dirujuk, dan adanya alasan tentang kepercayaan pada dukun ibu selama melahirkan. Pengalaman ibu tentang keyakinan pada
beranak seper obat tradisioanl dan ndakan yang dilakukan dukun beranak ini, merupakan keyakinan yang dimiliki oleh ibu
dukun beranak pada saat persalinan. Hasil peneli an ini berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Dukun beranak ini
didukung dengan peneli an yang dilakukan oleh Titaley dkk mempunyai tempat di ha masyarakat, tak jarang wanita di desa
(2010), dimana hampir 80% ibu melahirkan di rumah dan 119 ibu Perhen an Luas ini mereka menyerahkan keselamatan mereka
atau lebih dari 40% menggunakan dukun beranak saat dari hamil hingga setelah nifas kepada ibu hamil.
melahirkan. Peneli an yang dilakukan oleh Hadijah dan Tongku Keyakinan tentang kesehatan dan nilai-nilai tradisional
(2015) menunjukan bahwa informasi aspek sosial budaya tentang persalinan cenderung mendasari proses persalinan.
mempengaruhi pemilihan dukun sebagai penolong persalinan di Seringkali terdapat perbedaan dengan sistem perawatan
Kelurahan Taipa adalah aspek kepercayaan, aspek pengetahuan, kesehatan biomedis kontemporer. Keyakinan tradisional yang
aspek ekonomi, aspek geografi, aspek sistem sosial dan aspek dimiliki oleh wanita memiliki berbagai efek pada berbagai aspek
sistem pemerintahan. kepercayaan dan nilai kesehatan (Thwala, Jones & Holroyd,
Pilihan pertolongan persalinan merupakan salah satu upaya 2012). Kepercayaan ibu pada dukun beranak ini dak ada
yang dilakukan untuk mencari pertolongan ke ka menghadapi paksaan dari orang lain. Ibu meyakini se ap ndakan yang
proses persalinan. Adapun tenaga penolong persalinan yaitu dilakukan oleh dukun beranak.dalam proses persalinan, terlebih
orang-orang yang biasa memeriksa wanita hamil atau pada obat tradisional yang dibuat oleh dukun kampung selama
memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas. Dalam hal persalinan. Obat yang dibuat ini seper palosua, dan obat adanya
ini pilihan persalinan termasuk dukun beranak dan tenaga sasombuan baik untuk ibu maupun untuk bayinyayang diberikan
kesehatan (Prawirohardjo, 2009 dalam Hadijah & Tongku, 2015). oleh dukun beranak, dan tatoguan.
Dalam antropologi kesehatan Foster dan Anderson (1986) Obat Palosua berupa air pu h yang dimantra-manta oleh
dijelaskan bahwa Ada sebuah keyakinan yang kuat bahwa dukun beranak yang di berikan kepada ibu dengan cara di minum
persalinan yang dilakukan di rumah akan memberikan perasaan dan di usapkan pada tubuh ibu. Dimana air pu h itu dicampur
keberhasilan dalam persalinan dimana perha an hanya berpusat dengan tumbuhan didalamnya yang akan dimantra-mantra oleh
pada ibu, bukan pada ak vitas-ak vitas pembantu persalinan. dukun beranak. Palosua ini mereka percayai bisa mempercepat
Persalinan yang dilakukan di rumah, akan memberikan dan memperlancar proses persalinan. Sasombuan ini sendiri
kesempatan pada sang suami dalam menjalankan perannya pada yang terdiri dari jerangau, kunik bolai yang telah kering. Dimana
proses penyembuhan dalam persalinan dan ikut serta dalam jerangau, kunik bolai ini akan dihancurkan dengan cara di kunyah
persalinan tersebut. Rasa sakit yang dibayangkan oleh ibu bisa oleh dukun beranak kemudian dihembuskan di kepala ibu, dan di
berkurang ke ka mereka berada dalam lingkungan rumah, semburkan pada sekeliling ibu. Sasombuan ini dipercaya sebagai
karena memberikan kesempatan untuk mereka berak vitas yang penjaga ibu dari roh-roh atau makhluk mis s yang dapat
normal hingga persalinan bahkan diantara proses kontraksi. mengganggu dan membahayakan proses persalinan.
Kebanyakan orang menghorma hak dari ibu untuk memilih Tatoguan adalah obat tradisional yang dibuat dari kunyit.
tempat persalinan yang sesuai dengan keinginanya seper Dimana kunyit diambil sekita 2 cm, kemudian kunyit ini dibelah
keiinginan melahirkan di rumah. Ada ketakutan tentang menjadi dua bagian. setelah itu, kunyit diletakkan di atas
keamanan persalinan yang dilakukan di rumah karena memiliki punggung tangan dan diputar sambil dibacakan mantra-mantra
banyak keterbatasan dalam persalinan. Ketakutan tentang oleh dukun beranak, kemudian telapak dibalikkan ke lantai.
persalinan di rumah adalah apabila persalinan yang lama maka Hasilnya ke ka ada salah satu kunyit ini telentang, dapat diambil
bisa mengancam ibu dan janin. Selain itu ditakutkan komplikasi kesimpulan bahwa sang ibu terkena tatoguan. Masyarakat
dan faktor penyulit dalam persalinan. Dan ini merupakan faktor percaya bahwa, ke ka mereka terkena tatoguan, apabila dak

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
51 April 2020

dibuatkan maka pusing dak akan hilang, maka akan menjadi ibu melahirkan, ibu pergi ke salah satu dukun beranak yang ada di
tambah memburuk. Menurut pengalaman ibu, pusing karena desa untuk ditunjuk sebagai orang yang merawatnya selama
tatoguan ini dak bisa disembuhkan pengobatan medis. hamil dan setelah melahirkan.
Dalam prak k pengobatan tradisional pada masyarakat, yang Manyiria ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
disebut juga dengan sebagai penyembuh tradisional. masyarakat, karena peran dukun selama hamil dan akan hilang
Pengobatan tradisional ini dengan menggunakan tumbuhan atau setelah nifas. Dimana nan hutang pada dukun akan dibayar
sayuran, hewan dan air dan beberapa jenis lainnya. (Sofowora, dengan cara adat, yang akan dihadiri oleh niniak mamak, dan
1993 dalam Omoregie dkk, 2015). Biasanya para pembuat pemangku adat berdasarakan suku calon ibu. Semua masyarakat
ramuan tradisional menganjurkan ramuan-ramuan ini di minum asli Perhen an Luas mempertahankan tradisi ini, mereka
atau dimakan oleh calon ibu, sesuai dengan pengetahuan budaya diwajibkan untuk manyiria karena nan akan berkelanjutan
setempat. Ramuan dan obat-obatan ini dipercaya sebagai dengan tugas dukun beranak sampai masa nifas. Peneli an ini
penguat tubuh dan memperlancar proses persalinan (Swasono, dukung oleh Ipa, Prasetyo dan Kasnodihardjo (2016) yang
1998). dilakukan oleh Wanita hamil di suku Baduy Dalam, ritual yang
Ibu percaya terhadap mitos selama persalinan dan kelahiran. dijalani yaitu tradisi Kendit, ritual saat usia kehamilan tujuh bulan
Para ibu mempercayai adanya roh-roh jahat yang akan bisa dengan cara datang ke Puun (nyareat) dengan membawa
mengganggu proses persalinan. Kepercayaan ibu ini melipu seupaheun (sirih, gambir dan apu) dan kantehhideung (gelang
antu kacinden, antu go baranak, antu buruak yang bisa kain berwarna hitam). Kanteh Hideung diberi mantra dan dipakai
mengganggu proses persalinan dan mengganggu bayi mereka selama 3 hari 3 malam.
setelah lahir, sehingga bisa menyebabkan sakit hingga hal fatal. Pada masa kehamilan tujuan calon ibu berurut adalah untuk
Tujuan dari pengetahuan budaya adalah agar ke ka memberikan menormalkan letak janin mereka. Mereka lebih mengatakan itu
pelayanan kesehatan bisa mengacu pada sistem kepercayaan bukan di urut, tapi raba. Hal ini sangat bertentangan dengan
pasien. Ke ka budaya itu baik, maka sebagai perawat kita harus kesehatan. Tindakan mengurut perut ibu hamil, terutama pada
m e m p e r ta h a n ka n nya .Teta p i ke ka b u d aya te rs e b u t masa trimester ga, dak dibenarkan. Indikasi pengurutan
berpengaruh kepada kesehatan, perawat harus bekerjasama hanyalah bila posisi bayi sungsang, itupun harus dilakukan
dengan semua sektor dalam hal meningkatkan kesehatan ibu dan dengan manuver khusus dan dipantau oleh dokter (Liwang, 2012
anak. dalam Ipa, Prasetyo & Kasnodihardjo, 2016). Dari perspek f
Peneli an ini didukung oleh peneli an yang dilakukan oleh kedokteran modern, peran dukun selama kehamilan bisa
Kar kowa , Hidir dan Meilani (2015) di Koto Baru Kabupaten merusak kesejahteraan ibu dan anak. Banyak dukun beranak
Kuantan Singingi, hasil peneli an tentang sistem kepercayaan di dengan percaya diri mengatakan dapat memperbaiki posisi bayi
kalangan ibu/wanita hamil dalam masyarakat Melayu jika dak normal (Niehof, 2014).
menunjukkan bahwa dalam proses kehamilan dan kelahiran, Masyarakat di desa Perhen an Luas memiliki tradisi berurut
masih dianggap sebagai kejadian yang penuh misteri dan mis s. setelah melahirkan. Tidak hanya berurut ke ka hamil tetapi juga
Akibatnya mitos yang melatar belakangi kejadian itu masih berurut setelah melahirkan. Dimana setelah melahirkan dukun
dipraktekkan. beranak akan mengunjungi ibu untuk di urut sesuai dengan
Tradisi Manyiria dan Berurut Selama Hamil dan Setelah tradisi yang ada, mereka akan diurut sebanyak ga kali. Diurut
Melahirkan. pada hari ke ga setelah melahirkan, dinamakan dengan bukak
Tradisi merupakan suatu adat kebiasaan yang dilakukan oleh bobek, diurut ke ka hari ke 13 atau 14 persalinan atau
masyarakat secara terus menerus. Tradisi ialah adat kebiasaan tergantung waktu lepasnya tali pusat bayi, dinamakan dengan
turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam diurut ke ka turun mandi, sedangkan diurut setelah nifas atau
masyarakat. Menurut pengalaman ibu, ibu akan pergi manyiria sering juga dikatakan setelah empat puluh empat hari setelah
ke ka usia kehamilan 5-7 bulan pada dukun beranak yang persalinan, dinamakan dengan urut lope bontan.
mereka pilih. Pengalaman ini melipu berurut selama hamil. Ibu Kebiasaan berurut setelah melahirkan ini di dukung oleh
menjelaskan bahwa masyarakat Perhen an Luas selalu peneli an Diah Andriani Kusumastu (2016) diperoleh hasil
melakukan tradisi manyiria dan berurut selama hamil dan setelah peneli an yaitu ada hubungan pengetahuan tentang perawatan
melahirkan. Menurut Pemangku Adat desa Perhen an Luas, ibu nifas. Menurut Niehof (2014) Selama minggu pertama
manyiria ini adalah “Manyiria adalah menyerahkan ibu yang setelah melahirkan, dukun bayi akan datang se ap hari untuk
hamil kepada dukun beranak kemudian dukun beranak mandi dan memijat bayi serta memijat ibu. Masa perinatal
menerima dengan ikhlas dimana pada saat itu langsung dukun berakhir setelah empat puluh hari dan ditandai dengan upacara
beranak meraba perut (diurut) dengan ilmu yang dimiliki dan sederhana dimana anak tersebut tunjukan pada masyarakat.
dirawat hingga melahirkan”. Dapat disimpulkan yaitu sebelum Dukun bayi mempunyai peran dari setelah melahirkan hingga

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Dian Roza Adila, et al
phenomenology: the experience of mothers giving birth at home with the partnership of health workers and tradi onal birth a endants
fenomenologi: pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun beranak
52

nan pada masa 40 hari setelah persalinan. pada ibu selama melahirkan (Lowdermilk, Perry & Cashion,
Tujuan melakukan urut perut selama melahirkan yaitu untuk 2013).
menaikkan kembali rahim pada posisi semula. Banyak ibu Peneli an yang dilakukan oleh Alhikma (2015) hasil
mengatasi hal ini dengan melakukan massase atau pemijatan peneli an didapatkan perasaan ke daknyaman ibu ditolong oleh
yang dilakukan oleh dukun bayi. Budaya walik dadah yang dukun bayi melipu perasaan takut dan khawa r yang paling
berkembang dalam masyarakat Jawa biasanya dilakukan oleh kuat dirasakan oleh ibu dalam persalinan yang ditolong oleh
dukun tradisional pada dasarnya merupakan usaha untuk dukun bayi. Berbeda dengan hasil peneli an ini, dimana semua
mencegah kehamilan berikutnya. Namun, walik dadah untuk par sipan dalam peneli an ini mengatakan senang dan nyaman
memulihkan posisi alat kandungan yang dilakukan oleh dukun dengan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
dapat mengakibatkan perdarahan saat masa nifas (Purwanto, kesehatan dan dukun beranak. Hal ini dikarenakan kemudahan
2011 dalam Kusumastu , 2016). dalam berobat yaitu obat tradisional yang diberika oleh dukun,
Perasaan Ibu dengan Kemitraan Tenaga Kesehatan dan Dukun dan obat medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Beranak Tugas Mandiri Dukun Beranak Setelah Melahirkan
Perasaan ibu merupakan sesuatu yang dirasakan ibu ke ka Tugas mandiri dukun beranak ini melipu ritual menguburkan
mereka melahirkan dengan menggunakan bantuan kemitraan plasenta dan turun mandi pada masyarakat Perhen an Luas.
tenaga kesehatan dan dukun beranak. Pada hasil peneli an Tradisi ini hanya bisa dilakukan oleh dukun beranak. Tradisi ini
perasaan par sipan tentang kemitraan tenaga kesehatan dan berhubungan dengan kebijakan yang dibuat oleh desa, yaitu
dukun bernak yaitu pengalaman ibu melahirkan melipu rasa mengharuskan untuk menggunakan dukun beranak dalam
senang dan nyaman dengan kemitraan tersebut. Menurut Smith proses persalinan. Dengan adanya tugas mandiri ini, peran dukun
(2006) dalam Raheem (2015) Pengalaman persalinan bukan beranak ini belum bisa digan kan oleh masyarakat. Ritual
hanya peris wa biologis atau medis tapi juga kayadengan plasenta yang dilakukan oleh dukun beranak dengan cara
perasaan pribadi, dimana kualitas hubungan antara wanita membersihkan plasenta kemudian akan diberi mantra-mantra,
melahirkan dan penolong persalinan bisa mempengaruhi kemudian plasenta tersebut akan dibalut dengan kain pu h, dan
pengalaman seseorang. dikubur oleh suami atau kerabat terdekat. Suami atau kerabat
Kemitraan dibangun untuk memadukan keterampilan dan menggali tanah untuk kuburan plasenta, harus menggunakan
keahlian serta sumber daya yang lain untuk menangani suatu tangan kanan. Karena dipercayai ke ka anak lahir akan
permasalahan. Adanya pembagian tanggung jawab dan peran menggunakan tangan kanan pula dalam ak vitasnya. Setelah
dari masing-masing teman mitra, akan memudahkan dalam palsenta dikuburkan, diatas mbunan tanah akan diberi tumbuh-
pembagian peran dan tugas. Dalam konteks kemitraan dukun tumbuhan seper sidingin, sitawa, sususugi. Kemudian plasenta
dan tenaga kesehatan, dukun memiliki keahlian dalam hal ini akan disiram se ap petang dengan menggunakan kunyit yang
supranatural dan budaya setempat sedangkan tenaga kesehatan direbus dengan air, dan setelah airnya mendidih, langsung di
memiliki keahlian dalam menangani persalinan sehingga jika siram pada kuburan plasenta tersebut. Hal ini dipercayai ke ka
kedua ini disatukan maka masalah yang mbul dalam persalinan anak dur, maka dur anak lelap dan dak terkejut.
terutama dalam konteks budaya dan kesehatan dapat ditangani. Beberapa wanita memiliki kepercayaan mengenai budaya
Dan ini akan memberikan rasa nyaman pula kepada orang yang perawatan plasenta dan cara pembuangannya setelah
ditolong (Nanur, 2015). melahirkan. Beberapa diantara mereka mempercayai bahwa
Pada proses persalinan, faktor budaya memegang peranan perawatan plasenta setelah lahir merupakan salah satu cara
pen ng pada se ap tahapnya. ibu mempunyai ide sendiri melindungi bayi dari penyakit dan nasib yang dak diinginkan.
mengenai perilakuk yang benar sesuai dengan budaya yang Beberapa budaya memiliki ciri khusus dalam membuang
mereka miliki. Mereka bisa beradaptasi dengan rasa sakit sesuai plasenta, baik metode, tempat pembuangan, waktu
dengan ide budaya yang mereka miliki. Selain itu, pendamping pembuangan dan ritual pembuangan berdasarkan jenis kelamin
persalinan juga memiliki peranan yang pen ng, seper sumai, dari anak yang dilahirkan (Lowdermilk, Perry & Cashion, 2013).
orang tua dan pendukung lainnya seper doula (dukun beranak). Pandangan budaya mengenai plasenta, pada banyak masyarakat
Doula ini merupakan wanita yang berpengalaman yang sengaja di Indonesia dan juga Malaysia, plasenta dianggap sebagai
dibayar oleh ibu dalam menemaninya selama persalianan. saudara dari sang bayi, sehingga harus dianggap dan
Dimana nan nya perawat dan doula saling melengkapi dan saling diperlakukan dengan cara yang baik pula. Banyak kebudayaan
bekerjasama dalam m. Dimana doula ini memberikan yang melakukan ritual hingga upacara kelahiran dimulai dengan
perawatan secara non medis, sedangkan perawat pada membersihkan plasenta dan menguburkannya di tempat yang
pemantauan konsisi ibu dan janin secara klinis. Dapat layak bagi keluarga (Swasono, 1998).
disimpulkan bahwa hal tersebut bisa meningkatkan kenyamanan

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
53 April 2020

Menurut pemangku adat, selain tradisi mengubur plasenta, memanfaatkan pelayanan yang diberikan dalam proses
tugas dukun beranak setelah melahirkan adalah tradisi turun persalinan. Setelah persalinan, tenaga kesehatan juga memiliki
mandi. Hal ini untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa tugas dan tanggung jawab untuk mengunjungi ibu setelah
telah lahir anggota baru. Turun mandi adalah prosesi dimana melahirkan, yaitu sebanyak 3 kali kunjungan. Pada Puskesmas
ke ka tali pusat anak telah lepas, maka anak akan dibawa ke Perhen an Luas ini belum terdapat dokter spesial obstetri
sungai untuk dimandikan oleh dukun beranak. Dimana anak akan ginekologi. Untuk alat penunjang pemanatauan kesehatan janin
dinaikan keatas ayam, kemudian anak akan di kelilingi dengan seper USG belum tersedia. Sehingga bagi ibu yang ingin USG,
asap dan api dari kayu bakar, baru setelah itu anak dimandikan di mereka akan pergi ke rumah sakit umum daerah atau praktek
sungai. Setelah anak dimandikan, anak akan dilakukan ndik dan dokter swasta yang ada di Taluk Kuantan.
sunat bagi perempuan oleh dukun beranak. Dimana pada saat Hasil peneli an ini bertolak belakang dengan hasil peneli an
ini, anak-anak kecil akan dibawa ke sungai untuk makan ketupat. Ipa, Prasetyo dan Kasnodihardjo (2016) dimana Penggunaan
Ini merupakan tradisi masyarakat setempat. Setelah itu, dukun alat-alat kesehatan yang modern seper penggunaan
akan mengurut ibu, dan akan dibayar hutang pada dukun tensimeter, mbangan badan, stetoskop, infus, sun k dan alat-
beranak secara adat. Mendoa ini akan dihadiri oleh niniak alat lainnya dak diijinkan oleh aturan adat sehingga bentuk
mamak berdasarkan suku dari orang tua perempuan. Sebelum pemeriksaan kesehatan disana berdasarkan keluhan yang
anak turun mandi maka ibu dan anak dak diperbolehkan keluar mereka rasakan. Meskipun penerimaan terbuka terhadap obat
rumah karena berhubungan dengan keyakinan budaya pada modern, namun tetap dak semua jenis obat mereka mau
masyarakat. mengkonsumsinya. Hal ini terkait dengan persepsi “obat manjur”
Peneli an Januar (2015) tentang analisis nilai-nilai turun yang mereka pahami, bahwa obat dikatakan cocok apabila hanya
mandi pada masyarakat Minangkabau dimana nilai-nilai yang dalam waktu hitungan 1-2 hari bisa menyembuhkan mereka.
terdapat dalam tradisi turun mandi di kenegarian Selayo ini Persepsi konsumen yang melahirkan di Puskesmas maupun di
adalah memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitar, setelah non fasilitas mengatakan jarak Puskesmas masih bisa dijangkau,
anak besar diharapkan dapat menjadi penerang bagi masyarakat, hal ini sangat berpengaruh dalam pelayanan persalinan difasilitas
agama, dan bangsanya, pemberani dalam menegakan kesehatan, jika jarak Puskesmas lebih jauh dari rumah responden
kebenaran, dapat menjadi orang yang sukses, dapat menjadi maka minat responden untuk melahirkan di Puskesmas lebih
orang yang mandiri dan nilai yang terkandung dalam tradisi turun rendah dibandingkan dengan tempat penolong persalinan yang
mandi yaitu menjadi orang yang dak pelit dan suka memberi terdekat yaitu dukun. Selain pelayanan, lokasi Puskesmas juga
serta dermawan. upacara turun mandi adalah salah satu berpengaruh terhadap minat seseorang untuk melakukan
diantara upacara adat Minangkabau yang masih terlestarikan kunjungan ke fasilitas kesehatan (Prayogi, 2016).
hingga saat ini.
Desa Perhen an Luas memiliki suatu kebijakan atau
KESIMPULAN
peraturan, bahwa se ap ibu yang melahirkan diharuskan untuk Berdasarkan pendekatan Leininger, hasil peneli an ini
membawa tenaga kesehatan. Apabila ada masyarakat yang diperoleh negosiasi budaya dengan ibu yaitu pada tema 1, 2, 3,
melanggar, maka akan dikenakan sanksi oleh pihak desa dan 5. Dimana negosiasi budaya ini bertujuan untuk membantu
setempat, dimana dak dikeluarkannya surat akta kelahiran anak ibu beradaptasi terhadap budaya yang lebih menguntungkan
yang dilahirkan dan akan diberikan sanksi berupa uang. Lain kesehatan. Asuhan keperawatan budaya akan menguntungkan
halnya ke ka dukun beranak yang dak ada dalam proses jika kebiasaan dari budaya klien diketahui oleh perawat.
persalinan. Ke ka dukun beranak dak ada ke ka persalinan, Pengalaman dan nilai budaya klien sangat berar bagi perawat
sang dukun tetap akan menajalankan perannya setelah ibu lahir klien tersebut. Akhirnya, jika klien menerima asuhan
hingga nan setelah nifas. Cara yang dilakukan ini sangat baik, keperawatan yang sesuai secara budaya, klien dak akan
karena dengan kebijakan seper ini, akan menurunkan angka menunjukkan tanda-tanda stres, ke dakpatuhan, konflik
kema an ibu dan bayi dalam proses persalinan. budaya. Menurut Leininger pada Alligood (2017) menyatakan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan bahwa dokumentasi ke ga prinsip yaitu pelestarian budaya,
Peran tenaga kesehatan juga merupakan peran yang pen ng, negosiasi dan rekontruksi diperlukan agar perawat dapat
mulai dari kehamilan hingga nifas. Se ap bulannya tenaga memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap pasien, dan
kesehatan melakukan posyandu secara ru n dan memberikan prinsip tersebut diperkirakan mempengaruhi perawatan
informasi-informasi tentang persalinan. Pada saat persalinan, berbasis budaya. Peneli mengacu pada temuan dari praktek
tenaga kesehatan membantu persalinan. Semua ibu dalam tradisional dan profesional, dan faktor lain yang mempengaruhi
peneli an ini bisa menerima ndakan yang dilakukan oleh selama perawat mempelajari budaya.
tenaga kesehatan, dak ada pengaruh budaya disini. Ibu bisa

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Dian Roza Adila, et al
phenomenology: the experience of mothers giving birth at home with the partnership of health workers and tradi onal birth a endants
fenomenologi: pengalaman ibu melahirkan di rumah dengan kemitraan tenaga kesehatan dan dukun beranak
54

Negosiasi budaya yang bisa dilakukan pada peneli an ini membantu terlaksananya riset ini baik secara langsung dan
adalah par sipan dianjurkan untuk melakukan persalinan di dak langsung.
fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa melibatkan dukun
beranak dalam persalinan. Sedangkan untuk pengobatan DAFTAR PUSTAKA
tradisional yang diberikan oleh dukun beranak, apabila ramuan Alligood, M., R.(2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya
tersebut bersifat umum, seper air pu h saja dan dilihat dari segi Mereka edisi 8 Bahasa Indonesia.Ahli Bahasa Hamid,
penggunaannya dak berbahaya, maka tenaga kesehatan A., Y., & Ibrahim. K. Singapore: Elsevier
memberikan izin kepada dukun dan ibu untuk menggunakan Alhikma. (2015). Pengalaman Melahirkan Ditolong Dukun
ramuan tersebut. Apabila dilihat berbahaya, tenaga kesehatan Bayi di Daerah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung
harus melakukan intervensi dengan memberikan alasan yang Kabupaten Bogor. 27 J u l i 2 0 1 5 .
benar tentang bahaya penggunaan obat. Untuk ritual plasenta h p://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12
dan turun mandi hal yang bisa dilakukan adalah ke ka dukun 3456789/28919/1/ALHIKMA-FKIK.pdf
beranak melakukan tugasnya, penyedia pelayanan kesehatan Andrews, M & Boyle, J.S. (2011).Transcultural Concepts in
dalam hal ini ikut memfasilitasi kegiatan dengan cara penyedian Nursing Care, 6th Edi on.Philadelphia : J.B Lippincot
alat-alat baik steril maupun bersih yang digunakan oleh dukun Company
beranak agar dak terjadi infeksi silang. Adanya kebiasaan Creswell, J., W. (2014). Peneli an Kualita f dan Desain
berurut perut selama hamil ini merupakan hal yang
Riset, Memilih Diantara Lima Pendekatan Edisi 3.
Ahli bahasa Lazuardi, A., L. Edisi Indonesia. Pustaka
bertentangan dengan dunia kesehatan. Hal ini bisa menimbulkan
Pelajar :Yogyakarta
bahaya pada ibu dan janin. Peran tenaga kesehatan sangat
Damaiyan , V., P. (2015). Sinergisitas Bidan dan Dukun
pen ng disini, dak cukup memberikan edukasi pada ibu, tapi
Beranak: Paradoks Kearifan Lokal dan Kebijakan
harus ada kerjasama dengan pemerintahan. Negosiasi dilakukan
Pemerintah dalam Menurunkan Angka Kema an Ibu
dengan meminta ibu dak melakukan urut perut selama hamil, dan Bayi. ProsidingPKWG Seminar Series 260.18 Juli
cukup pada anggota gerak ibu saja. 2017.h p://pkwg.ui.ac.id/wpcontent/uploads/sites
Budaya merupakan kebiasaan yang selalu dilakukan oleh /28/2015/08/16.XVariniaXP.XDamaian .pdf
orang-orang yang menganutnya. Masyarakat selalu berusaha Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2016). Profil Kesehatan
untuk mempertahankan kebiasaan yang mereka lakukan, agar Provinsi Riau 2015. Pekanbaru.
dak lekang oleh waktu dan zaman modern pada saat sekarang Foster, G., M. & Anderson, B., G. (1986). Antropologi
ini. Tradisi yang masih dipertahankan seper memanggil dukun Kesehatan. Penerjemah Suryadarama & Swasono.
beranak dalam persalinan yang berhubungan dengan mantra- Jakarta: UI-Press
mantra dan ritual plasenta, tradisi manyiria dan berurut selama Hadijah, S. & Tongku, L., M. (2015). Aspek Sosial Budaya
hamil dan setelah melahirkan dan tradisi turun mandi. Sehingga Dalam Pemilihan Dukun Sebagai Penolong
dengan demikian dibuatlah suatu peraturan yang mengharuskan Persalinan Di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja
wanita untuk melibatkan dukun beranak selama hamil hingga Puskesmas Mamboro. JIK Vol.1 No.19 Oktober 2015:
nifas.Hal ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan 935 – 1014 e-ISSN: 2527-7170. 24 Juli 2017.
budaya nenek moyang yang turun menurun.Berdasarkan hasil h p://www.poltekkespalu.ac.id/jurnal/index.php/J
peneli an ini, tema-tema yang diperoleh banyak berhubungan IK/ar cle/view/24.
dengan budaya par sipan dan sesuai dengan teori keperawatan Ipa, M., Prasetyo, D., A & Kasnodihardjo. (2016). Prak k
Leininger yakni intervensi budaya yang dilakukan adalah Budaya Perawatan dalam Kehamilan Persalinan dan
negosiasi budaya. Negosiasi budaya berhubungan dengan pilihan Nifas pada Etnik Baduy Dalam. Jurnal kesehatan
tempat dan penolong persalinan, pengunaan obat tradisional,
reproduksi. (p-ISSN: 2087-703X, e-ISSN: 2354-8762).
2 8 J u l i
tugas mandiri dukun beranak setelah melahirkan dan tradisi
2017.h p://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.ph
manyiria, berurut selama hamil dan setelah melahirkan.
p/kespro/ar cle/view/5097/4306
Konflik Kepen ngan Januar. (2015). Analisis Nilai-Nilai Tradisi Turun Mandi
Tidak terdapat konflik kepen ngan dalam peneli an ini dalam Masyarakat Minangkabau di Kanagarian
Ucapan Terima Kasih Selayo Kab. Solok. Journal of Islamic & Social Studies
Ucapan terima kasih disampaikan kepada para Vol. 1, No.2, Juli-Desember 2015.
par sipan baik ibunyang wawancara mendalam maupun h p://ejournal.iainbuki nggi.ac.id/index.php/Isla
peserta FGD yang memberikan banyak informasi dan m_realitas/ar cle/view/49/59
Kerjasama dalam peneli an ini dan semua pihak yang telah

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 6, No. 1
55 April 2020

Kar kowa , R., S., Hidir, A., & Meilani, N., L. (2015). Pola Prap , R.,H.,E. (2015). Kertas kajian SRHR dan AGENDA
Edukasi dalam Sistem Kepercayaan di Kalangan 2030: Memposisikan SRHR di seluruh bidang
Wanita Hamil Masyarakat Melayu Kuantan Singingi pembangunan berkelanjutan. Rutger: WPF
Riau. marwah, Vol. XIV No. 1 Juni Th. 2015. 25 Juli I n d o n e s i a . 1 2 M a r e t 2 0 1 7 .
2017.h p://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/mar h p://www.rutgerswpfindo.org/assets/upload/sdg
wah/ar cle/view/2603/1631 s-paper-digital-2015.pdf
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2017). Aturan Prayogi, R & Danial, E. (2016). Pergeseran Nilai-Nilai Budaya
Kemenkes Soal Persalinan.6 Agustus pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture di Kecamatan
2017.h p://www.depkes.go.id/ar cle/print/17072 Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi
400010/-ini-aturan-kemenkes-soal-persalinan.html Riau. HUMANIKA Vol. 23 No. 1 (2016) ISSN 1412-
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan 9 4 1 8 . 2 3 J u l i 2 0 1 7 .
Indonesia 2015. Jakarta h p://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/ar
Kusumastu , D., A. (2016). Hubungan Pengetahuan cle/view/11764/9004
tentang Perawatan Masa Nifasdengan Prak k Pijat Rangi, F. (2017). Peran dan Poli sasi Lembaga Adat di
Perut Pasca Persalinan oleh Dukun Bayi Di Desa K a b u p a t e n S i g i . 2 3 J u l i
Besito Kabupaten Kudus. Naskah Publikasi. ISSN 2017.h p://celebesins tute.org/wpcontent/uploa
2 4 0 7 - 9 1 8 9 . 2 7 J u l i ds/2017/02/Selanjutnya...1.pdf
2017.h ps://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/h Raheem, A. (2015). Tradi onal Birth A endants'
andle/11617/7774/MIPA%20DAN%20KESEHATAN_ Knowledge, Beliefs and Prac ces in Maternal And
6.pdf?sequence=1&isAllowed=y Infant Health Care Services In Selected Local
Lowdermilk, D., L., Perry, S., E., & Cashion, K. (2013). Government Areas In Ibadan Oyo State, Nigeria.
Keperawatan Maternitas Edisi 8, buku 1. Ahli bahasa M . S c D i s s e r t a o n . 2 7
Sidartha, F. & Tania, A. Elsevier : PT. Salemba Medika: Juli2017.h p://196.222.5.9:8080/xmlui/bitstream/
Jakata handle/123456789/5358/AMINA%20RAHEEM.pdf?
Meroz, M & Gesser-Edelsburg, A. (2015). Ins tu onal and sequence=1&isAllowed=y
Cultural Perspec ves on Home Birth in Israel. The Swasono, M., F. (1998). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan
Journal of Perinatal Educa on, 24(1), 25–36. 28 ibu dan bayi dalam konteks budaya. Jakarta:UI Press.
J a n u a r i 2 0 1 7 . TIM BASICS.(2014).Panduan Penerapan Prak k Cerdas
h ps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar cles/PMC4 Kemitraan Bidan, Dukun Bayi Dan Kader Posyandu.
720861/ Jakarta
Nanur, F., N. (2015). Kemitraan Dukun dengan Bidan dalam Titaley, Hunter, Dibley , Heywood . (2010). Why do Some
Pertolongan Persalinan di Kecamatan Borong Women S ll Prefer Tradi onal Birth A endants and
Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Home Delivery?: A Qualita ve Study on Delivery
T i m u r. Te s i s . 2 8 J a n u a r i 2 0 1 7 . Care Services in West Java Province, Indonesia.
h p://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unu Jurnal Pragnancy and Childbirt. London: BMC. 07
d - 1 4 7 0 - 1 3 4 7 8 8 2 0 4 8 - M a r e t
tesis%20fransiska%20nova%20nanur%20pdf.pdf 2017.h p://remotelib.ui.ac.id:2073/docview/9021
Niehof, A. (2014). Tradi onal Birth A endants and the 36551/BAB110BFF7444673PQ /6?accoun d=17242
Problem of Maternal Mortality in Indonesia. Pacific .
Affairs: Vol. 87, December 2014. 07 Maret Thwala, S., B., P., Jones, L., K., & Holroyd, E. (2012). An
2017.h p://remotelib.ui.ac.id:2073/docview/1636 ethnographic account of the beliefs, values, and
473792/fulltextPDF/97CBDFEBAC2443DEPQ /16?ac experiences of rural Swazi women during
coun d=17242. childbirth.Evidence Based Midwifery 10(3): 101-
Omoregie, dkk. (2015). Integra ng Tradi onal Medicine 1 0 6 . 0 2 F e b r u a r i
Prac ce into the Formal Health Care Delivery System 2017.h p://remotelib.ui.ac.id:2073/docview/1470
in the New Millennium–The Nigerian Approach: A 800432/D3A9B87040054CA2PQ/1?accoun d=172
Review.Interna onal Journal of Life Sciences Vol. 4
4.No. 2. 2015. Pp.120-128. 27 Juli Ya , A., & Rachmanwa , I., N. (2014). Metodologi
2 0 1 7 . h p : / / w w w. c r d e e p j o u r n a l . o r g / w p - Peneli an Kualita f dalam Riset Keperawatan. PT
content/uploads/2015/04/Vol-4-2-11-IJLS.pdf Rajagrafindo Persada: Jakarta

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS

Anda mungkin juga menyukai