Perkembangan hukum perdata di Indonesia tidak terlepas dari politik
hukum Hindia Belanda.
Mengapa terjadi pluralisme dalam Hukum Perdata di Indonesia dan
bagaimanakah kedudukan KUHPerdata setelah Indonesia merdeka? Jelaskan!
JAWAB:
a. Mengapa terjadi pluralisme dalam Hukum Perdata Indonesia?
Karena terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya
pluralisme dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu:
1. Politik pemerintahan Hindia Belanda
2. Belum adanya ketentuan hukum yang berlaku secara nasional
3. Faktor etnisitas
b. Bagaimanakah kedudukan KUH Perdata setelah Indonesia merdeka?
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan produk peraturan perundang-undangan warisan masa penjajahan Belanda.
Menurut buku “Hukum Perdata Indonesia” yang ditulis oleh
Abdulkadir Muhammad KUHPerdata adalah kodifikasi hukum perdata Belanda yang isi dan bentuknya sebagaian besar serupa dengan Code Civil Prancis (kodifikasi hukum perdata Prancis). Lalu, karena Belanda pernah menjajah Indonesia, maka KUH Perdata Belanda ini diusahakan kerajaan Belanda supaya dapat diberlakukan pula di Hindia Belanda (Indonesia) pada waktu itu. Abdulkadir menjelaskan KUH Perdata untuk Hindia Belanda (Indonesia) disahkan sebagai undang-undang oleh Raja Belanda pada tanggal 16 Mei 1846, melalui Staatsblad 1847-23 dan dinyatakan berlaku pada tanggal 1 Mei 1848. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, KUH Perdata tersebut masih berlaku di Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD”) yang menyatakan bahwa: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.” KUH Perdata sebagai Undang-Undang sampai saat ini masih berlaku di Indonesia, selama belum digantikan oleh undang-undang baru
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa KUH Perdata merupakan
suatu undang-undang yang dikitabkan (dikodifikasikan) sehingga disebut sebagai suatu kitab undang-undang, dan sampai saat ini KUH Perdata tersebut masih berlaku di Indonesia.
Berdasarkan pengaturan Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011, maka
sebenarnya tidak terdapat suatu masalah mengenai kedudukan KUH Perdata dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Karena KUH Perdata sampai saat ini masih dinyatakan berlaku sebagai undang- undang. Karena itu, KUH Perdata berkedudukan sebagai Undang- Undang sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf c UU 12/2011. SUMBER REFERENSI: