Anda di halaman 1dari 6

A.

AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya. HIV adalah singkatan
dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. HIV belum bisa
disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk memperlambat
perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat penderitanya hidup lebih
lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan normal. Dengan diagnosis HIV dini dan
penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah
stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah hilang sepenuhnya.

a. Penyebaran AIDS

IV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.
HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang
dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa
menyebar melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum
suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
 Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau
menyusui.
 Melalui seks oral.
 Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
 Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
 Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah
terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.

b. Pencegahan AIDS

Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara


aman, dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang
pernah berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko
untuk terinfeksi HIV.
B. GONORE

Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umum
dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria
maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di
cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi. Bakteri penyakit ini bisa menyerang
dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan.
Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal,
mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap digunakan,
dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Bayi juga bisa terinfeksi saat proses
kelahiran jika ibunya mengidap penyakit gonore dan umumnya menjangkiti mata bayi,
hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen. Bakteri gonore tidak bisa bertahan
hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang lama, itu sebabnya gonore tidak menular
melalui dudukan toilet, peralatan makan, berbagi handuk, kolam renang, berbagi gelas,
ciuman, dan pelukan.

a. Gejala Gonore

 Sekitar 10 persen pria yang terinfeksi dan 50 persen dari wanita yang terinfeksi tidak
mengalami gejala sehingga banyak penderita gonore menularkannya kepada pasangan
mereka tanpa disadari.
 Biasanya lebih mudah untuk mengenali gejala gonore pada pria dibandingkan wanita
karena gejala awal pada wanita mungkin sangat ringan atau tidak begitu jelas
sehingga sering keliru dianggap sebagai infeksi vagina atau infeksi saluran kemih.
Namun demikian, infeksi akan menjalar ke organ panggul wanita jika tidak segera
diobati dan bisa menyebabkan perdarahan pada vagina, sakit pada perut bagian
bawah, demam, dan sakit saat melakukan hubungan seksual.
 Gejala gonore yang sering muncul, baik pada pria maupun wanita, di antaranya adalah
saat buang air kecil akan terasa sakit atau perih dan keluarnya cairan kental seperti
nanah berwarna kuning atau hijau dari vagina atau penis. Oleh karena itu, penyakit ini
dikenal dengan sebutan ‘kencing nanah’.

b. Pencegahan Gonore

Untuk mencegah penularan pada orang lain atau terinfeksi kembali, Anda dan
pasangan Anda sebaiknya tidak berhubungan seks hingga perawatan benar-benar tuntas
dan pemeriksaan ulang telah terbukti negatif.
Anda bisa terkena penyakit gonore kembali jika tidak melakukan hubungan seks yang
sehat dan aman di kemudian hari. Cara terbaik untuk mencegah infeksi menular seksual
adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual di luar
nikah, dan gunakan kondom jika melakukan hubungan seks.
C. KLAMIDA

Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks
tanpa menggunakan kondom. Penyakit ini bisa menjangkiti pria dan wanita dalam segala
usia. Namun sebagian besar kasus chlamydia dialami oleh wanita berusia muda yang aktif
secara seksual. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih serius jika
tidak segera ditangani dengan tuntas.

a. Gejala Klamidia
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini ditularkan
oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Penularan
chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin.
Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan
kondom atau tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan, dapat
meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena chlamydia
adalah:
 Pernah mengidap penyakit menular seksual.
 Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
 Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
 Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Chlamydia tidak menular melalui beberapa hal berikut ini:
 Pelukan
 Dudukan toilet
 Menggunakan peralatan makan yang sama dengan penderita
 Berbagi handuk dengan penderita
 Ciuman
 Berenang di kolam renang yang sama
 Mandi di kamar mandi yang sama
Ibu penderita chlamydia bisa menularkan infeksi pada bayi yang dilahirkannya dan
menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan cairan atau yang disebut dengan
konjungtivitis. Oleh karena itu, ketika merencanakan kehamilan atau pada saat awal
kehamilan, pastikan Anda tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika positif, obati
secepat mungkin.

b. Pencegahan Klamidia
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual seperti chlamydia (termasuk gonore atau herpes genital), yaitu dengan
menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berbagi penggunaan alat bantu
seks. Pemakaian kondom memang tidak 100 persen menghilangkan risiko terkena infeksi,
namun setidaknya cara ini cukup efektif dalam mengurangi risikonya.
Selain itu, penularan chlamydia juga dapat dicegah dengan cara membatasi jumlah
pasangan seksual atau setia dengan satu orang pasangan saja. Jika Anda aktif melakukan
hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, maka Anda dianjurkan melakukan
pemeriksaan secara rutin mengingat chlamydia tidak menimbulkan gejala pada sebagian
orang.Wanita juga disarankan untuk tidak terlalu sering membersihkan vagina, karena
dapat mengurangi jumlah bakteri baik di dalamnya. Jumlah bakteri baik yang sedikit akan
meningkatkan risiko infeksi dalam vagina.
D. SIFILIS

Sifilis atau raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama
Treponema pallidum. Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS). Umumnya,
infeksi ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Selain
melalui hubungan intim, bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui pajanan
cairan tubuh penderitanya, misalnya melalui darah. Pada umumnya, kontak langsung
terjadi melalui hubungan seksual. Hubungan seksual ini bisa berbentuk seks vaginal, anal,
maupun oral. Selain itu, berbagi jarum juga bisa menularkan infeksi penyakit ini, baik
pada pengguna narkoba suntik maupun pada penyuka seni merajah tubuh, misalnya tato
dan menindik telinga.
Penularan sifilis juga bisa terjadi dari seorang wanita hamil kepada bayi yang
dikandungnya. Kondisi ini dikenal sebagai sifilis kongenital. Kematian bayi di dalam
kandungan bisa terjadi karena infeksi ini.

Bakteri penyebab sifilis tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia, dan penyakit
ini tidak dapat ditularkan lewat cara-cara di bawah ini:
 Memakai toilet yang sama dengan pengidap sifilis.
 Berbagi peralatan makan yang sama.
 Memakai pakaian yang sama.
 Berbagi kolam renang atau pun kamar mandi yang sama.

a. Gejala Sifilis
Gejala pertama sifilis muncul sekitar tiga minggu setelah bakteri memasuki tubuh.
Infeksi sifilis terbagi menjadi empat tahapan utama, antara lain:

Sifilis Primer
Penderita sifilis mengalami gejala yang dimulai dengan lesi atau luka pada alat
kelamin atau di dalam dan di sekitar mulut. Luka yang terjadi berbentuk seperti gigitan
serangga tapi tidak menimbulkan rasa sakit. Pada tahap ini, jika orang yang terinfeksi
berhubungan seksual dengan orang lain, penularan sangat mudah terjadi. Luka ini bertahan
selama 1-2 bulan. Pada akhirnya, lesi ini akan sembuh tanpa meninggalkan bekas.

Sifilis Sekunder
Penderita sifilis sekunder akan mengalami ruam merah serukuran koin kecil dan
biasanya ruam ini muncul pada telapak tangan dan telapak kaki. Gejala lain yang mungkin
muncul adalah demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan dan kutil kelamin.
Fase ini bisa bertahan selama satu hingga tiga bulan.

Sifilis Laten
Setelah fase sifilis sekunder, sifilis seakan-akan menghilang dan tidak menimbulkan
gejala sama sekali. Masa laten ini bisa bertahan sekitar dua tahun sebelum kemudian lanjut
ke masa yang paling berbahaya dalam infeksi sifilis yaitu sifilis tersier.

Sifilis Tersier
Jika infeksi tidak terobati, sifilis akan berkembang ke tahapan akhir, yaitu sifilis
tersier. Pada tahap ini, infeksi bisa memberi efek yang serius pada tubuh. Beberapa akibat
dari infeksi pada tahapan ini adalah kelumpuhan, kebutaan, demensia, masalah
pendengaran, impotensi, dan bahkan kematian jika tidak ditangani. Sifilis paling mudah
menular pada fase sifilis primer dan sekunder.
Jika Anda merasa terinfeksi sifilis, segera periksakan diri ke dokter atau klinik
spesialis penyakit kelamin untuk memastikan diagnosis terhadap sifilis. Makin cepat sifilis
diobati, makin kecil kemungkinan sifilis berkembang menjadi penyakit yang serius.

b. Pengobatan Sifilis
Pengobatan sifilis sangat mudah dilakukan. Pengobatan umumnya adalah dengan
menggunakan antibiotik berupa suntikan penisilin. Jika tidak diobati, sifilis bisa menjadi
penyakit yang berbahaya dan bisa berujung kepada kematian. Penderita sifilis yang sedang
dalam masa pengobatan harus menghindari hubungan seksual hingga infeksi dipastikan
sudah sembuh total.

E. CANDIDIAS
Candidiasis adalah infeksi akibat jamur Candida. Jamur ini memiliki lebih dari 20
jenis. Meski demikian, jenis Candida yang paling sering menyebabkan infeksi adalah
Candida albicans. Candiadisis bisa muncul pada berbagai bagian tubuh manusia. Bagian
tubuh yang paling sering mengalami infeksi ini adalah mulut dan di sekitar kelamin.
Bagian tubuh lain yang dapat terkena infeksi Candida adalah kuku, esophagus, daerah
sekitar anus, dan saluran pencernaan.

a. Gejala Candidias
Gejala yang timbul berbeda-beda sesuai lokasi infeksi. Berikut penjelasan rinci
mengenai gejala-gejala pada lokasi tersering infeksi Candida.

Candidiasis Mulut (Oral Trush)


Gejala umum candidiasis mulut meliputi bintil-bintik berwarna putih di dalam mulut
dan lidah, kulit di sudut mulut pecah-pecah, dan kemerahan pada rongga mulut. Sakit
tenggorokan dan sulit menelan juga mungkin dialami oleh penderita.

Infeksi Candida di sekitar kelamin


Infeksi jamur ini merupakan penyebab umum dari iritasi pada vagina, tapi juga bisa
dialami oleh pria (khususnya pria yang belum disunat). Gejala infeksi jamur pada wanita
meliputi gatal luar biasa yang terasa di sekitar vagina, bagian di sekeliling vagina
memerah dan perih, serta keputihan yang menggumpal seperti keju. Sementara gejala pada
pria biasanya berupa ruam merah pada penis, gatal dan sensasi terbakar di ujung penis,
serta bau tidak sedap.
Infeksi jamur pada kelamin termasuk penyakit menular seksual, khususnya pada pasangan.
Karena itu, pengobatan sesegera mungkin sangat penting bagi pasien yang terinfeksi.
Infeksi jamur sebaiknya segera diobati, terutama yang sudah parah. Jika tidak ditangani
dan dibiarkan terlalu lama, candidiasis berpotensi menyebabkan jamur masuk hingga ke
aliran darah dan memicu infeksi di darah.

Penyebab dan Faktor Risiko Candidiasis


Pada kondisi normal, jamur Candida memang sudah ada pada permukaan kulit
manusia. Tetapi jika berkembang biak secara berlebihan, terutama pada bagian tubuh yang
lembap, jamur ini akan memicu terjadinya infeksi. Beberapa faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko infeksi jamur adalah:
 Usia. Infeksi jamur lebih sering dialami oleh bayi dan lansia. Contohnya, ruam popok
pada bayi.
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV, pasien yang
menjalani kemoterapi, serta pengguna steroid.
 Penyakit kronis, seperti diabetes.
 Obat-obatan tertentu, contohnya antibiotik.

b. Pencegahan Candidiasis
Pengobatan yang akan dijalani oleh tiap pengidap tentu berbeda-beda, bergantung pada
lokasi infeksi, tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan pasien. Terdapat berbagai jenis
obat anti-jamur yang bisa dibeli secara bebas di apotek-apotek terdekat untuk mengobati
infeksi jamur yang Anda alami. Namun, pastikan Anda selalu memeriksakan diri ke dokter
untuk memastikan diagnosis. Hal ini dilakukan agar obat yang dipilih benar-benar sesuai
dengan jenis infeksi jamur yang Anda idap.

Berikut adalah contoh jenis obat yang mungkin dianjurkan berdasarkan jenis
candidiasis yang dialami pasien.
 Candidiasis mulut dapat diobati dengan antijamur berbentuk obat kumur atau gel.
Lama pengobatan yang dibutuhkan umumnya berkisar antara satu hingga dua minggu.
Dokter mungkin akan memberikan obat anti-jamur dalam bentuk tablet atau kapsul.
 Infeksi Candida di sekitar kelamin dapat diobati dengan anti-jamur berbentuk krim,
supositoria, serta tablet.
 Ruam popok akibat candidiasis dapat diberikan antijamur dalam bentuk krim, salep,
serta bedak.

Selain dengan obat-obatan, ada beberapa cara untuk mempercepat kesembuhan infeksi
candidiasis mulut, antara lain:
 Menjaga kebersihan, misalnya rajin menggosok gigi, merawat gigi secara teratur ke
dokter, serta membersihkan sela gigi dengan dental floss atau benang gigi secara
teratur.
 Berhenti merokok.

Adapun untuk mempercepat kesembuhan infeksi Candida di sekitar kelamin, Anda


dapat melakukan hal-hal berikut:
 Kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun.
 Jangan mengenakan pakaian dalam yang terlalu ketat.
 Hindari penggunaan sabun yang mengandung pewangi pada organ intim.
 Pastikan organ intim senantiasa kering, khususnya setelah dibersihkan atau sehabis
mandi.

Anda mungkin juga menyukai