Anda di halaman 1dari 220

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME DAN SUPERPLASTICIZER

TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN


METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk


Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh:

KRISMAN APRIELI ZAI


100 424 036

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya

yang memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan, dan kesempatan kepada

penulis, sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat

utama yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana teknik dari Universitas

Sumetera Utara dengan judul “Pengaruh Penambahan Silica Fume dan

Superplasticizer terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI

(American Concrete Institute)”

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis telah mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknya

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, sebagai Koordinator Program

Pendidikan Sarjana Ekstensi Jurusan Teknik Sipil;

3. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., sebagai dosen pembimbing I yang telah membimbing

penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

4. Ibu Rahmi Karolina, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing II yang telah

membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir ini dari awal hingga selesai;

5. Seluruh dosen penguji yang telah memberi masukan pada tugas akhir ini;

6. Seluruh dosen dan pegawai Universitas Sumatera Utara khususnya Jurusan

Teknik Sipil;

Universitas Sumatera Utara


7. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua Orangtua, Abang,

Kakak, Adek, Keponakan & Kekasih Penulis, Deti Zebua yang telah

memberikan banyak dukungan dan doa yang tulus kepada penulis;

8. Kepada asisten-asisten Laboratorium Beton Teknik Sipil USU, terutama Prima,

Rahmat dan Fauzi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan;

9. Kepada Pimpinan PT. SIKA Indonesia dan Abangda Marsha Napitupula untuk

bantuan bahan/materialnya;

10. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa ekstensi, terutama kepada Yuli, Fachri,

Febri dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu

persatu yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis juga

menyadari kemungkinan terdapat kekurangan dan kesilafan di dalam laporan ini. Hal

ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

para pembaca yang nantinya dapat memperbaiki laporan selanjutnya sehingga dapat

lebih baik lagi.

Semoga laporan ini dapat memberikan informasi, manfaat dan pengetahuan

bagi para pembaca.

Medan, Desember 2013

Hormat saya

Penulis,

KRISMAN APRIELI ZAI


NIM. 100 424 036

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perkembangan teknologi beton terutama beton mutu tinggi sekarang ini sangat pesat.
Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas beton, teknologi bahan dan teknik-teknik pelaksanaan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan dan tantangan yang semakin tinggi terhadap
pemakaian beton mutu tinggi itu sendiri. Sifat beton sendiri akan mengalami
penurunan kekuatan akibat adanya bahan tambah semen, agregat, dan adanya pori-
pori. Pengurangan faktor air semen (fas) dan penambahan additive seperti silica fume
sering digunakan untuk memodifikasi komposisi beton dan mengurangi porositas.
Pengurangan fas mengakibatkan menurunnya porositas beton dan pori-pori, namun
kelecakan beton juga akan berkurang sehingga sulit dikerjakan. Agar mudah
dikerjakan maka perlu digunakan superplasticizer dengan dosis tertentu terhadap
berat semen sehingga akan meningkatkan kelecakan pasta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Kadar silica fume yang digunakan sebanyak
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari
berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang
diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan
curing. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x
30 cm, sebanyak 100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada penambahan silica fume 10% dan
superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar
81,76 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik sebesar
960 kg/cm2.

Kata kunci: beton mutu tinggi, kuat tekan, superplasticizer, silica fume.

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN .................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 3

1.5. Batasan Masalah..................................................................... 3

1.6. Metodelogi Penelitian ............................................................ 5

1.7. Percobaan ............................................................................... 6

1.8. Benda Uji Silinder .................................................................. 8

1.9. Sistematika Penulisan ............................................................ 9

1.10. Diagram Alir Penelitian ......................................................... 10

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11

2.1. Pengertian Umum................................................................... 11

2.2. Beton ...................................................................................... 12

2.3. Beton Mutu Tinggi ................................................................. 16

2.4. Semen Portland...................................................................... 18

2.5. Agregat ................................................................................... 25

2.6. Air .......................................................................................... 29

2.7. Bahan Tambah (Silica Fume dan Superplasticizer) ............... 31

2.8. Workability ............................................................................. 39

2.9. Faktor Air Semen (FAS) ........................................................ 41

2.10. Slump ...................................................................................... 43

2.11. Kuat Tekan Beton .................................................................. 44

2.12. Mutu Pelaksanaan dan Kuat Tekan Beton Karakteristik ....... 46

2.13. Perencanaan Campuran Beton ............................................... 48

2.14. Hasil Penelitian yang Pernah dilakukan ................................. 62

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................... 64

3.1. Persiapan Bahan dan Peralatan .............................................. 64

3.2. Pemeriksaan Material ............................................................. 66

3.3. Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi dengan Metode

ACI (American Concrete Institute) ........................................ 89

3.4. Pengerjaan Beton ................................................................... 103

3.5. Pengolahan Data..................................................................... 111

Universitas Sumatera Utara


BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 112

4.1. Umum..................................................................................... 112

4.2. Pemeriksaan Bahan Susun ..................................................... 112

4.3. Proses Pembuatan Benda Uji ................................................. 113

4.4. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) dengan

Metode ACI............................................................................ 114

4.5. Hasil Pengujian dan Pembahasan........................................... 115

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 131

A. Kesimpulan ............................................................................... 131

B. Saran ......................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Benda Uji Silinder ................................................................. 5

Gambar 1.2 Diagram Alir Penelitian ........................................................ 10

Gambar 2.1 Kerucut Abrams .................................................................... 40

Gambar 4.1 Pengaruh Kadar Silica Fume Terhadap Nilai Slump............. 117

Gambar 4.2 Pengujian Slump pada Campuran Beton Normal .................. 118

Gambar 4.3 Peningkatan Kekuatan Tekan Beton Gabungan Berdasarkan

Umur Pengujian di Lapangan................................................ 120

Gambar 4.4 Kuat Tekan Beton Rata-rata pada Umur 28 Hari .................. 120

Gambar 4.5 Benda Uji Silinder Setelah Pengujian Kuat Tekan ............... 123

Gambar 4.6 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 1 ............................. 127

Gambar 4.7 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 2 ............................. 128

Gambar 4.8 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 3 ............................. 129

Gambar 4.9 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 4 ............................. 130

Gambar 4.10 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 5 ............................. 130

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Benda Uji Silinder yang digunakan ............................... 8

Tabel 2.1 Unsur-unsur Beton ...................................................................... 13

Tabel 2.2 Kekuatan Tekan Beton Relatif sesuai dengan Pengaruh Jenis

Semen yang digunakan ............................................................... 22

Tabel 2.3 Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland .................... 23

Tabel 2.4 Klasifikasi Bentuk Agregat ......................................................... 28

Tabel 2.5 Batas Maksimum Ion Klorida..................................................... 30

Tabel 2.6 Ketentuan Minimum untuk Beton Kedap Air............................. 30

Tabel 2.7 Komposisi Kimia Silica Fume .................................................... 35

Tabel 2.8 Faktor Air Semen untuk Setiap Kondisi Lingkungan ................. 42

Tabel 2.9 Nilai Slump untuk Berbagai Macam Struktur ............................. 44

Tabel 2.10 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur ...... 45

Tabel 2.11 Mutu pelaksanaan diukur dengan deviasi standar ...................... 47

Tabel 2.12 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji .... 48

Tabel 2.13 Slump yang dianjurkan untuk Beton dengan HRWR atau

Tanpa HRWR ............................................................................. 53

Tabel 2.14 Perkiraan Ukuran Maksimum Agregat ....................................... 54

Tabel 2.15 Volume Agregat Kasar yang dianjurkan per Unit Volume Beton 54

Tabel 2.16 Estimasi Pertama Air Campuran yang dibutuhkan dan Kadar

Udara Beton Segar Berdasarkan Penggunaan Pasir dengan

35% Voids ................................................................................... 56

viii

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.17 W/c+p Maksimum yang dianjurkan untuk Beton Tanpa

Menggunakan HRWR................................................................. 57

Tabel 2.18 W/c+p Maksimum yang Dianjurkan untuk Beton dengan

Menggunakan HRWR................................................................. 58

Tabel 3.1 Spesifikasi yang direncanakan untuk Beton Mutu Tinggi .......... 65

Tabel 3.2 Volume Material Campuran per kg/m3 Tanpa Pasir ................... 93

Tabel 3.3 Komposisi Campuran Dasar ....................................................... 94

Tabel 3.4 Variasi Campuran Silica Fume ................................................... 94

Tabel 3.5 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (kg)........... 95

Tabel 3.6 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (%) ........... 95

Tabel 3.7 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa

Pasir ............................................................................................ 96

Tabel 3.8 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa

Pasir ............................................................................................ 97

Tabel 3.9 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa

Pasir ............................................................................................ 97

Tabel 3.10 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa

Pasir ............................................................................................ 98

Tabel 3.11 Komposisi Campuran Pertama ................................................... 99

Tabel 3.12 Komposisi Campuran Kedua ...................................................... 99

Tabel 3.13 Komposisi Campuran Ketiga ...................................................... 100

Tabel 3.14 Komposisi Campuran Keempat .................................................. 100

Tabel 3.15 Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air............ 101

Tabel 3.16 Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air ........ 101

ix

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.17 Komposisi Campuran Kedua Setelah Koreksi Kadar Air .......... 102

Tabel 3.18 Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air .......... 102

Tabel 3.19 Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air ...... 103

Tabel 4.1 Kebutuhan Bahan Susun Beton Tiap 1 m3.................................. 115

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Slump Beton Segar dengan Kadar

Superplasticizer 2% dan Kadar Silica Fume Bervariasi ............. 117

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Saat Pengujian

di Lapangan................................................................................. 119

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Umur 28 Hari ....... 119

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik ....................... 124

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ACI = American Concrete Institute

ASTM = American Society for Testing and Material

SII = Standar Industri Indonesia

SNI = Standar Nasional Indonesia

f’c = Kuat tekan beton yang disyaratkan

W = Rasio total berat air

PC = Portland Cement

fas = Faktor air semen, rasio berat air dan semen

P = Beban maksimum yang dapat ditahan benda uji

A = Luas tampang benda uji

HRWR = High Range Water Reducer

MKB = Modulus Kehalusan Butir

WCR = Water Cement Ratio

BN = Beton normal campuran superplasticizer

BS5 = Beton campuran superplasticizer penggantian silica fume 5%

BS10 = Beton campuran superplasticizer penggantian silica fume 10%

BS15 = Beton campuran superplasticizer penggantian silica fume 15%

BS20 = Beton campuran superplasticizer penggantian silica fume 20%

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pemeriksaan Agregat, Semen, dan Silica Fume.

Lampiran 2. Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Lampiran 3. Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik

Lampiran 2. Perhitungan Campuran Beton (Mix Design) dengan Metode ACI.

Lampiran 3. Foto-foto Dokumentasi.

xii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perkembangan teknologi beton terutama beton mutu tinggi sekarang ini sangat pesat.
Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas beton, teknologi bahan dan teknik-teknik pelaksanaan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan dan tantangan yang semakin tinggi terhadap
pemakaian beton mutu tinggi itu sendiri. Sifat beton sendiri akan mengalami
penurunan kekuatan akibat adanya bahan tambah semen, agregat, dan adanya pori-
pori. Pengurangan faktor air semen (fas) dan penambahan additive seperti silica fume
sering digunakan untuk memodifikasi komposisi beton dan mengurangi porositas.
Pengurangan fas mengakibatkan menurunnya porositas beton dan pori-pori, namun
kelecakan beton juga akan berkurang sehingga sulit dikerjakan. Agar mudah
dikerjakan maka perlu digunakan superplasticizer dengan dosis tertentu terhadap
berat semen sehingga akan meningkatkan kelecakan pasta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Kadar silica fume yang digunakan sebanyak
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari
berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang
diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan
curing. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x
30 cm, sebanyak 100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada penambahan silica fume 10% dan
superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar
81,76 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik sebesar
960 kg/cm2.

Kata kunci: beton mutu tinggi, kuat tekan, superplasticizer, silica fume.

iii

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dan perkembangan di bidang struktur dewasa ini mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut berlangsung diberbagai bidang,

misalnya gedung-gedung bertingkat tinggi, jembatan dengan bentang yang panjang

dan lebar, tower, dan sebagainya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, beton terutama

beton mutu tinggi merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam

konstruksi bangunan.

Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah

adanya porositas. Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil,

sebaliknya semakin kecil porositas maka kuat tekannya semakin besar. Porositas

dapat diakibatkan oleh adanya partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif

besar, sehingga kerapatan tidak dapat maksimal. Partikel terkecil bahan penyusun

beton konvensional adalah semen. Untuk mengurangi porositas semen dapat

digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

penyemenan dan banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja kekuatan beton,

terutama untuk beton mutu tinggi. Salah satu additive tersebut adalah silica fume.

Silica fume adalah material pozollan yang sangat halus, dengan kadar kandungan

senyawa SiO2 yang sangat tinggi (> 90%) dan memiliki ukuran sekitar 1/100 ukuran

rata-rata partikel semen. Silica fume sendiri komposisi silikanya lebih banyak yang

dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon.

Universitas Sumatera Utara


Besar dan kecilnya porositas juga dipengaruhi besar dan kecilnya fas yang

digunakan. Semakin besar fas-nya porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil

fas-nya porositas semakin kecil. Beton mutu tinggi sendiri membutuhkan fas yang

rendah, namun jika fas-nya terlalu rendah pengerjaan beton terutama ketika diaduk,

dituang, diangkut dan terutama ketika dipadatkan tidak maksimal, sehingga akan

mengakibatkan beton menjadi keropos, hal tersebut akan mengakibatkan

menurunnya kuat tekan beton. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dipergunakan

superplasticizer. Superplasticizer adalah bahan tambah yang bersifat kimiawi

(chemical admixture) yang lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja

pelaksanaan. Penggunaan superplasticizer dapat mengurangi jumlah pemakaian air,

mempercepat waktu pengerasan dan meningkatkan workability.

Berdasarkan uraian masalah tersebut di atas, maka penelitian ini mempunyai

tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan silica fume dan

superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Diharapakan dari penelitian

ini, nilai kuat tekan yang dicapai > f’c 70 MPa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti yaitu:

1. Benarkah nilai kuat tekan beton yang dihasilkan dengan penambahan silica fume

dan superplasticizer lebih tinggi dari nilai kuat tekan beton normal.

2. Bagaimana pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap

workability dan nilai slump untuk menentukan proporsi campuran beton mutu

tinggi.

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimanakah pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap

porositas beton.

4. Berapa besar peningkatan kekuatan beton pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan

28 hari dengan penambahan silica fume dan superplasticizer.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer

terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.

2. Untuk mengetahui persentase penambahan silica fume optimum dalam adukan

beton agar menghasilkan kuat tekan beton yang maksimum.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer

terhadap nilai slump.

4. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton karakteristik dengan penambahan silica

fume dan superplasticizer.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai teknologi beton dan memperoleh pengalaman dalam pembuatan beton

dengan mutu yang tinggi.

2. Bagi dunia pendidikan khususnya Jurusan Teknik Sipil, tugas akhir ini dapat

menambah referensi dan pengetahuan tentang perkembangan teknologi beton

terutama beton mutu tinggi.

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi masyarakat, tugas akhir ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan perbandingan

untuk dapat diaplikasikan dalam dunia konstruksi beton terutama konstruksi beton

dengan menggunakan beton mutu tinggi.

1.5. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi cakupan/ruang lingkupnya agar

tidak terlalu luas. Pembatasan masalah tersebut meliputi:

1. Kuat tekan beton mutu tinggi yang direncanakan dalam penelitian ini adalah f’c

70 MPa.

2. Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan hasil kuat tekan, nilai faktor air

semen (fas), nilai slump, nilai kuat tekan beton karakteristik, dan kadar masing-

masing bahan (air, semen, agregat, silica fume, superplasticizer) dalam

campuran.

3. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton pada saat

beton berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari untuk setiap variasi.

4. Perencanaan campuran beton (mix design) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perencanaan campuran dengan metode ACI (American Concrete

Institute).

5. Nilai FAS yang diharapkan pada beton mutu tinggi ini berada dalam rentang 0,2-

0,5.

6. Nilai slump yang diharapkan dalam penelitian berkisar antara 25-50 mm.

7. Silica fume yang digunakan produk dari PT. SIKA INDONESIA. Dalam

penelitian ini silica fume digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Kadar

silica fume yang digunakan 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen

Universitas Sumatera Utara


8. Superplastisizer yang digunakan adalah SikaCim, produk dari PT. SIKA

INDONESIA. Kadar superplastisizer yang digunakan untuk setiap variasi tetap

yaitu sebesar 2% dari berat semen.

9. Dalam penelitian ini menggunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan

tinggi 30 cm.

Gambar 1.1 Benda Uji Silinder

1.6. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian

eksperimental di laboratorium. Pada proses ini, penulis mengumpulkan data dan

informasi yang berhubungan dengan pokok pembahasan kemudian melakukan

penelitian dan pengujian berdasarkan data dan informasi yang ada dan setelah itu

disusun dalam bentuk laporan dengan harapan dapat disusun secara sistematis dan

terarah. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur dengan mengumpulkan data dan informasi, keterangan dari buku-

buku, naskah ilmiah maupun jurnal dan skripsi mahasiswa yang berhubungan

dengan penelitian ini, serta masukan dari dosen pembimbing dan dosen

pembanding.

Universitas Sumatera Utara


2. Pelaksaan dan pengujian di lapangan, adapun tahapan-tahapan dalam penelitian

ini adalah:

a. Pemeriksaan material berupa pemeriksaan agregat (kasar dan halus), yaitu

melakukan: pemeriksaan analisa ayak, kadar air, kadar lumpur, kadar

organik, kadar liat, berat jenis, berat isi padat kering oven, los angeles dan

daya serap.

b. Pemeriksaan berat jenis semen dan silica fume.

c. Selanjutnya dilakukan perencanaan campuran (mix design) beton yang

hasilnya digunakan untuk proses pengolahan data. Metode perencanaan

campuran akan diuraikan untuk penentuan proporsi dari unsur pembuatan

beton mutu tinggi berdasarkan metode ACI (American Concrete Institute).

ACI digunakan karena pemakaiannya sederhana namun cukup akurat dalam

penentuan bahan yang dipakai khususnya untuk beton mutu tinggi.

d. Setelah itu akan dilakukan pencampuran (mixing), pemeriksaan slump,

pembuatan benda uji, perawatan benda uji (curing), dan pengujian benda uji.

e. Setelah di dapatkan data dari hasil pengujian dilakukan analisis data.

f. Menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

1.7. Percobaan

1. Pembuatan benda uji: Jumlah benda uji yang dibuat berjumlah 100 buah benda

uji dimana setiap variasi menggunakan 5 buah benda uji. Benda uji yang dibuat

adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Adapun variasi yang digunakan adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Variasi 1, tanpa penambahan silica fume dan penambahan superplasticizer

sebesar 2% dari berat semen.

b. Variasi 2, penambahan silica fume sebesar 5% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen.

c. Variasi 3, penambahan silica fume sebesar 10% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen.

d. Variasi 4, penambahan silica fume sebesar 15% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen.

e. Variasi 5, penambahan silica fume sebesar 20% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen.

2. Pemeriksaan nilai slump setiap benda uji dilakukan di empat titik, kemudian dari

empat kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata.

3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 7 hari, 14 hari, 21

hari, dan 28 hari untuk setiap variasi.

Universitas Sumatera Utara


1.8. Benda Uji Silinder

Tabel 1.1 Jumlah Benda Uji Silinder yang digunakan

Jumlah Benda Uji untuk

Superplasticizer Kuat Tekan Beton Umur


Variasi FAS Total
(SikaCim type F) 7 14 21 28

Hari Hari Hari Hari

Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 0%

Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 5%

Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 10%

Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 15%

Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 20%

Jumlah Benda Uji Silinder ∅15 cm, h = 30 cm 100

Universitas Sumatera Utara


1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir “Pengaruh Penambahan Silica


Fume dan Superplasticizer terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan
Metode ACI (American Concrete Institute)” disusun sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Membahas landasan teori dan dasar-dasar dari pelaksanaan penelitian.

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

Berisi tentang alur penelitian dan metode pengujian.

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang hasil dan analisa pengujian slump dan kuat tekan

beton.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Memuat kesimpulan dan saran dari hasil hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


1.10. Diagram Alir Penelitian

10

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Umum

Beton merupakan ikatan dari material-material pembentuk beton, yaitu terdiri

dari campuran agregat (kasar dan halus), semen, air, dan ditambah dengan bahan

campuran tertentu apabila dianggap perlu. Bahan air dan semen disatukan akan

membentuk pasta semen berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus

dan agregat kasar sebagai pengisi (Paul Nugraha & Antoni, 2007).

Agar dihasilkan kuat tekan beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix

design untuk menentukan jumlah masing-masing bahan susun yang dibutuhkan.

Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar

homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi. Selain perbandingan

bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan

penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran

beton, maka semakin tinggi kuat tekan beton yang dihasilkan.

Pada umumnya jika berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang

tinggi diinginkan. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan

dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, meliputi faktor air semen

(FAS), kualitas agregat halus, kualitas agregat kasar, dan penggunaan bahan tambah

baik admixture (kimia) maupun aditif (mineral) (Tri Mulyono, 2004).

Semen dan air dalam adukan beton membuat pasta yang disebut pasta semen.

Adapun pasta semen ini selain berfungsi untuk mengisi pori-pori antara butiran

agregat halus dan agregat kasar juga mempunyai fungsi sebagai pengikat sehingga

11

Universitas Sumatera Utara


terbentuk suatu massa yang kompak dan kuat. Semen bersenyawa dengan air. Dari

persenyawaan ini butiran semen membentuk suatu produksi. Suatu hubungan yang

erat akan ditimbulkan bila produksi/reaksi dari seluruh butiran-butiran semen seakan-

akan saling tumbuh menyatu.

Ruang yang tidak ditempati oleh butiran semen, merupakan rongga yang berisi

udara dan air yang saling berhubungan yang disebut kapiler. Kapiler yang terbentuk

akan tetap tinggal ketika beton sudah mengeras, sehingga beton akan mempunyai

sifat tembus air yang besar, akibatnya kekuatan beton berkurang. Rongga ini dapat

dikurangi dengan bahan tambah meskipun penambahan ini akan menambah biaya

pelaksanaan. Bahan tambah ini merupakan bahan khusus yang ditambah dalam

campuran beton dan pada umumnya berupa bahan tambah yang bersifat kimiawi

(chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

2.2. Beton

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai

pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan mungkin

sebelum itu. Secara umum beton didefenisikan sebagai sekumpulan interaksi

mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Dengan demikian, masing-masing

komponen tersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan.

Perencana dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya

sehingga diperoleh beton yang efisien, dan memenuhi persyaratan. Beton juga dapat

dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain sesuai dengan perilaku

yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misalnya beton pra-tekan atau pra-

tegang, dan beton pra-cetak. Beton juga dapat digunakan untuk struktur yang

memerlukan bahan struktur yang ringan.

12

Universitas Sumatera Utara


Beton terutama terdiri dari tiga bahan yaitu: semen, air, agregat dan jika

diperlukan bahan pembantu (bahan tambah) untuk merubah sifat-sifat tertentu dari

beton yang bersangkutan. Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi

aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan dalam

pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah

selesai pengadukan.

Disamping itu, dengan menggunakan agregat, keawetan beton dapat diperbaiki.

Dalam beton yang direncanakan dengan seksama dan kemudian dipadatkan dengan

baik akan terdapat sedikit rongga-rongga udara, yaitu kurang dari 2%. Campuran

yang membentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan

beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan rencana setelah mengeras

dan cukup ekonomis. Ini bergantung pada jenis, mutu, serta perbandingan-

perbandingan dari bahan-bahan campurannya.

Tabel 2.1 Unsur-unsur Beton

Agregat (kasar + halus) 60% - 80%

Semen 7% - 15%

Air 14% - 21%

Udara 1% - 8%

Untuk meningkatkan kekuatan beton, sedikitnya ada tiga konsep dasar yang

perlu diketahui; pertama, peningkatan kekuatan pasta semen yang biasanya

didapatkan dengan mengurangi porositas pasta berupa pengurangan rasio air-semen;

kedua, pemilihan kualitas agregat yang baik; dan ketiga, meningkatkan kuat lekat

antara pasta semen dengan agregat.

13

Universitas Sumatera Utara


2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan

tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat dibuat bermacam-macam bentuk, sehingga

dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan

dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir

yang dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose agregatnya. Selain tahan

terhadap serangan api, beton juga tahan terhadap serangan korosi. Secara umum

kelebihan dan kekurangan beton adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi

b. Mampu memikul beban yang berat

c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi

d. Biaya pemeliharaaan yang kecil.

2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

c. Berat

d. Daya pantul suara yang besar.

Nilai kuat tekan dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Setiap usaha

perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil dari kuat

tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15% kuat

tekannya. Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton

biasa. Untuk mengatasinya beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana

baja biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan karena koefisien baja hampir sama

dengan koefisien beton.

14

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Sifat dan Karateristik yang Dibutuhkan pada Perancangan Beton

1. Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan

adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Penentuan

kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji

berbentuk silinder atau kubus pada umur 28 hari.

2. Kemudahan Pengerjaan
Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kekuatan tekan

yang tinggi, tetapi jika perancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di

lapangan karena sulit dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi percuma.

3. Rangkak dan Susut


Setelah beton mengeras beton akan mengalami pembebanan. Pada beton

yang menahan beban akan terbentuk regangan yang merupakan fungsi dari waktu

pembebanan.

Rangkak (creep) atau lateral material flow didefenisikan sebagai

penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.

Umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan

struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban

yang bekerja dan mengakibatkan terjadinya peningkatan atau lendutan

(deflection).

Susut didefenisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan

dengan beban. Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya

terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh yang sama terhadap

deformasi.

15

Universitas Sumatera Utara


2.3. Beton Mutu Tinggi

Sejalan dengan perkembangan teknologi beton yang sedemikian pesat, ternyata

kriteria beton mutu tinggi pun semakin berkembang dan berubah sesuai

perkembangan jaman dan kemajuan tingkat mutu yang dihasilkan. Berdasarkan

sejarah perkembangan beton mutu tinggi berdasarkan tingkat mutu yang berhasil

dicapai. Pada tahu 1950an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika

kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960-1970an, kriterianya naik menjadi 40 MPa.

Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50

MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu sangat tinggi.

Dalam beberapa tahun terakhir, beton mutu tinggi juga sudah mulai dikenal

dan digunakan dalam dunia konstruksi di Indonesia. Perkembangan teknologi dalam

bidang konstruksi di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak

lepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang

semakin maju, seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung

bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas lain,

dimana fasilitas-fasilitas tersebut tersebut membutuhkan material yang kuat dan

mampu untuk mendukung struktur yang dibangun. Perencananaan fasilitas-fasilitas

tersebut mengarah kepada digunakannya beton mutu tinggi, dimana mencakup

kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan efisiensi. Dengan beton mutu tinggi

dimensi dari struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur menjadi lebih ringan,

hal tersebut menyebabkan beban yang diterima pondasi secara keseluruhan menjadi

lebih kecil, jika ditinjau dari segi ekonomi hal tersebut tentu akan lebih

menguntungkan. Disamping itu untuk bangunan bertingkat tinggi dengan semakin

kecilnya dimensi struktur kolom pemanfaatan ruangan akan semakin maksimal.

16

Universitas Sumatera Utara


Porositas yang dihasilkan beton mutu tinggi juga lebih rapat, sehingga akan

menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat karena tidak dapat

ditembus oleh air dan bakteri perusak beton. Oleh sebab itu penggunaan beton

bermutu tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur

bangunan.

Beton mutu tinggi sendiri dapat didefenisikan sebagai suatu bahan yang dibuat

dari campuran beton (semen, agregat, air) dan pengurangan semen dengan

penambahan zat aditif dan penambahan bahan tambah kimia sesuai dengan

perbandingan sedemikian rupa sehingga bahan itu merupakan satu kesatuan yang

dapat membentuk kekuatan beton yang lebih tinggi. Berdasarkan kuat tekannya (SNI

03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92), beton dikatakan bermutu tinggi (high

strength concrete) jika beton tersebut memiliki nilai kuat tekan yang

disyaratkan: f’c > 41,4 MPa.

Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya

adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen yang rendah dan

kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan

parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan

terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang

menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek

mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak

menjadi masalah.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam

menghasilkan beton dengan mutu yang tinggi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

17

Universitas Sumatera Utara


1) Faktor air semen (FAS);

2) Kualitas pasir (agregat halus);

3) Kualitas kerikil (agregat kasar);

4) Bahan tambah yang digunakan baik itu chemical admixture maupun additive;

5) Kontrol Kualitas.

2.4. Semen Portland

Semen adalah bahan-bahan yang memperlihatkan sifat-sifat karakeristik

mengenai pengikatan serta pengerasannya jika dicampur dengan air, sehingga

terbentuk pasta semen. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland didefenisikan

sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari

kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium

sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

Semen merupakan bahan pengikat yang penting dan banyak digunakan dalam

pembangunan fisik di sektor industri sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi

pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang

jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang

setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk

suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat.

Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena

fungsinya sebagai bahan pengikat, maka peranan semen menjadi penting.

Perbandingan bahan-bahan utama dari semen portland adalah sebegai berikut:

- Kapur (CaO) 60 – 65 %
- Silika (SiO2) 20 – 25 %
- Oxida besi dan Alumina (Fe2O3 dan Al2O3) 7 – 12 %

18

Universitas Sumatera Utara


2.4.1. Jenis-jenis Semen Portland

Sehubungan dengan susunan ikatan kimianya, sifat-sifat dan tujuan

penggunaannya, semen portland dibagi dalam beberapa jenis. Standar Industri

Indonesia SII 0013-1977 menetapkan lima jenis (type) semen yaitu:

1. Type I adalah semen portland yang digunakan untuk pembuatan konstruksi

bangunan secara umum, yang untuk penggunaannya tidak memerlukan

persyaratan khusus.

2. Type II adalah semen portland yang mempunyai ketahanan sedang terhadap

garam-garam sulfat di dalam air. Semen ini digunakan untuk konstruksi bangunan

atau beton yang berhubungan terus menerus dengan air kotor atau air tanah.

3. Type III adalah semen portland yang mempunyai sifat yang mengeras cepat atau

mempunyai kekuatan awal tinggi pada umur muda. Semen ini digunakan untuk

pekerjaan konstruksi atau beton yang mempunyai suhu rendah terutama di negara-

negara beriklim dingin.

4. Type IV adalah semen portland yang mempunyai panas hidrasi rendah,semen

jenis ini pengerasan dan perkembangan kekuatannya rendah. Semen ini digunakan

untuk pembuatan konstruksi beton berdimensi besar dan bentuknya gemuk.

5. Type V adalah semen portland tahan sulfat, artinya tahan terhadap larutan garam

sulfat di dalam air. Semen type ini digunakan untuk konstruksi yang berhubungan

dengan air laut, air limbah industri, untuk bangunan yang terkena pengaruh gas

atau uap kimia yang agresif.

2.4.2. Sifat dan Karakteristik Semen Portland

Sifat-sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan

kimia.

19

Universitas Sumatera Utara


1. Sifat-sifat Fisika Semen Portland

a. Kehalusan butir

Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan

(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih besar. Sebaliknya,

semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga

kekuatan awal tinggi dan kekuatan berkurang. Kehalusan butir semen yang

tinggi dapat mengurangi bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi

menambah kecenderungan beton menyusut lebih banyak dan mempermudah

terjadinya retak dan susut.

b. Kemulusan

Kemulusan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran

dari kemampuan pengembangan dari bahan-bahan campurannya dan

kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat.

Ketidakmulusan pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur

bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat di

dalam campuran tersebut.

c. Waktu Pengikatan

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras

terhitung mulai dari bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta

semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Waktu ikat awal yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi

pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan.

20

Universitas Sumatera Utara


2) Waktu ikat akhir yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton

mengeras.

Waktu pengikatan diukur dengan alat vicat atau gillmore. Dengan

demikian dapat ditentukan apakah pasta semen itu cukup lama berada dalam

keadaan plastis sampai beton bersangkutan dapat dituang atau dicor.

d. Perubahan Volume

Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran

yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan

kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.

Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya kapur bebas yang

pembakaran semen tidak sempurna. Kapur bebas itu mengikat air dan

kemudian menimbulkan gaya-gaya expansi.

e. Kepadatan (Density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15. Pada

kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,05-3,25.

Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran.

f. Konsistensi

Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat

pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton

mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen dan air

serta aspek bahan semen.

21

Universitas Sumatera Utara


g. Panas Hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan

air. Jumlah panas yang dikeluarkan terutama bergantung pada susunan kimia,

kehalusan butiran semen, serta suhu pada waktu dilaksanakan perawatan.

Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah

yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.

h. Kekuatan Tekan

Kekutan semen portland ditentukan dengan menekan benda uji semen

sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir silika

dengan perbandingan tertentu kemudian dibentuk menjadi kubus atau silinder.

Setelah dirawat dalam jangka waktu tertentu benda uji ditekan sampai hancur

untuk memperoleh gambaran dari perkembangan kekutan semen portland yang

sedang diuji.

Tabel 2.2 Kekuatan Tekan Beton Relatif sesuai dengan Pengaruh


Jenis Semen yang digunakan

Kekuatan Tekan,
Jenis Semen Portland % dari Semen Portland Jenis I
1 Hari 3 Hari 7 Hari 28 Hari
I. Biasa 100 100 100 100
II. Modified (diubah) 80 85 90 100
III. Kekuatan awal tinggi 190 120 110 100
IV. Panas hidrasi rendah 55 55 75 100
V. Tahan terhadap sulfat 65 75 85 100
Sumber : Teknologi Bahan II, P. E. D. C.

22

Universitas Sumatera Utara


2. Sifat-sifat Kimia Semen Portland

a. Senyawa Kimia
Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang menyusun

semen portland yaitu:

- Trikalsium Silikat (C3S)

- Dikalsium Silikat (C2S)

- Trikalsium Aluminat (C3A)

- Tetrakalsium Aluminoferrit (C4AF)

Tabel 2.3 Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland

Trikalsium Dikalsium Trikalsium Tetrakalsium


Silikat Silikat Aluminat Aluminoferfrit
Nilai 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 4CaO.Al2O 4CaO.Al2O3F
atau C3S atau C2S 3 atau C3A e2O3
Penyemenan Baik Baik Buruk Buruk
Kecepatan
Sedang Lambat Cepat Lambat
Reaksi
Pelepasan
Panas Sedang Sedikit Banyak Sedikit
Hidrasi
Sumber : Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi, 2003:38

b. Kesegaran Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran dilakukan pada semen

dengan suhu 900-1000 ºC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban

yang menyebabkan rehidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau

magnesium yang menguap. Kehilangan berat semen ini merupakan ukuran dari

kesegaran semen. Dalam keadaan normal akan terjadi kehilangan berat sekitar

2% (batas maksimum 4%).

23

Universitas Sumatera Utara


c. Sisa yang Tidak Larut

Sisa bahan yang tidak habis bereaksi adalah sisa bahan tidak aktif yang

terdapat pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas

semen. Jumlah maksimum tidak larut yang dipersyaratkan adalah 0,85%.

d. Panas Hidrasi Semen

Proses hidrasi terjadi dengan arah kedalam dan keluar. Maksudnya, hasil

mengendap di bagian luar, semen yang bagian dalamnya terhidrasi secara

bertahap akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut). Selama proses

hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang dinamakan panas hidrasi. Pasta

semen yang telah mengeras memiliki struktur berpori dengan ukuran yang

sangat kecil dan bervariasi. Setelah proses hidrasi berlangsung, endapan pada

permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang

belum terhidrasi semakin sulit.

e. Kekuatan Pasta Semen dan Faktor Air Semen

Banyaknya air yang dipakai selama proses hidrasi akan mempengaruhi

karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasarnya jumlah air yang dibutuhkan

untuk proses hidrasi tersebut adalah sekitar 25% dari berat semen. Jika air

yang digunakan kurang dari 25%, maka kelecekan atau kemudahan dalam

mengerjakan tidak akan tercapai. Beton yang memiliki workability

didefenisikan sebagai beton yang dapat dengan mudah dikerjakan atau

dituangkan ke dalam cetakan dan dapat dengan mudah dibentuk. Kekuatan

beton akan turun jika air yang ditambahkan ke dalam campuran semakin

24

Universitas Sumatera Utara


banyak. Karena itu penambahan air harus dilakukan sedikit demi sedikit

sampai nilai maksimum yang tercantum dalam rencana tercapai.

Faktor Air Semen (FAS) atau Water Cement Ratio (WCR) adalah berat

air dibagi dengan berat semen. FAS yang rendah menyebabkan air yang berada

di antara bagian-bagian semen sedikit dan jarak antar butiran-butiran semen

menjadi pendek.

2.5. Agregat

Dalam perencanaan beton, agregat mendapat perhatian yang utama karena

bahan tersebut menempati volume yang paling besar dalam campuran beton dan

sangat mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat beton lainnya. Biasanya, beton mutu

tinggi diproduksi dengan menggunakan agregat ringan untuk struktur beton dan

agregat berat untuk beton density tinggi.

Beton umumnya mengandung lebih kurang 60-70% agregat (halus dan kasar)

dari keseluruhan komposisi beton, oleh karena itu agregat memegang peranan

penting dalam suatu campuran beton. Agregat tidak hanya membantu kekuatan dari

beton tetapi juga berpengaruh besar terhadap ketahanan dan kekompakan struktural

beton yang dihasilkan. Untuk mendapatkan beton yang baik, pembagian ukuran

butiran yang baik pula, sehingga dapat memberikan stabilitas dan keawetan yang

lebih tinggi sebagai beton berkekuatan tinggi.

Banyaknya pasta semen yang diinginkan per unit volume campuran beton

berkurang dengan meningkatnya volume relatif antara agregat kasar dan agregat

halus. Karena jumlah material semen yang terkandung dalam beton mutu tinggi

biasanya cukup besar, volume partikel halus dalam campuran cenderung menjadi

tinggi. Akibatnya, volume pasir dapat dipertahankan sampai nilai minimum yang

25

Universitas Sumatera Utara


dibutuhkan untuk mencapai workabilitas dan kompabilitas (kepadatan). Dengan cara

ini, memungkinkan untuk memproduksi beton dengan kekuatan yang lebih tinggi

untuk kadar material semen yang diberikan.

Bentuk, ukuran, kekerasan, dan kehalusan permukaan agregat mempengaruhi

besarnya kekuatan beton, khususnya untuk beton mutu tinggi dimana kekuatan

lenturnya lebih berpengaruh daripada kekuatan tekan. Permukaan yang lebih kasar

mengakibatkan gaya adhesi atau ikatan antar partikel dan material semen semakin

kuat. Demikian juga semakin luas bidang permukaan dan lebih angular agregat,

menghasilkan ikatan yang lebih kuat.

Agregat lebih murah harganya bila dibandingkan dengan harga semen, oleh

karena itu akan lebih ekonomis apabila mempergunakan banyak agregat dalam

campuran beton dan mempengaruhi jumlah semen, namun tetap dalam batas

kekuatan beton yang direncanakan.

Klasifikasi agregat secara umum adalah mengenai bentuk dan ukuran agregat.

Bentuk agregat terdiri dari agregat alam yang berbentuk bulat dan agregat batu pecah

yang berbentuk runcing menyudut. Agregat yang bentuknya bulat adalah akibat dari

kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi dari batuan asal dan tujuan penggunaan

sebelumnya. Dalam kasus batu pecah, bentuknya sangat tergantung dari peralatan

tipe mesin pemecah batu yang menghasilkan ukuran dan bentuk batu pecah.

Agregat dibedakan dalam dua jenis, yaitu agregat kasar (batu pecah) yang

mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm dan agregat halus (pasir) dengan ukuran

maksimum 4,75 mm.

Agregat kasar dapat mempengaruhi kekuatan dan sifat struktur beton. Oleh

karena itu, agregat kasar harus dipilih yang cukup keras, tidak retak dan tidak mudah

26

Universitas Sumatera Utara


pecah, bersih, dan bebas dari lapisan di permukaannya. Sifat agregat kasar juga

mempengaruhi karakteristik lekatan agregat-mortar dan kebutuhan air pencampur.

Untuk masing-masing tingkatan kekuatan beton, Ada ukuran optimum agregat

kasar yang menghasilkan kekuatan tekan terbesar untuk setiap berat semen. Agregat

dengan ukuran nominal 25 mm dan 20 mm umumnya digunakan untuk memproduksi

beton dengan kekuatan sampai 62 Mpa, dan ukuran 12,5 mm atau 10 mm untuk mutu

beton di atas 62 Mpa. Umumnya ukuran agregat kasar yang terkecil menghasilkan

kekuatan yang paling tinggi dengan w/c+p yang diberikan. Walaupun demikian,

kekuatan tekan di atas 70 Mpa dapat juga diperoleh dengan menggunakan ukuran

nominal maksimum agregat 25 mm jika pada campuran diberikan bahan tambahan

kimia (chemical admixture). Penggunaan ukuran agregat kasar yang terbesar

merupakan pertimbangan yang penting jika optimasi modulus elastisitas, rangkak

(creep), dan susut kering (drying shrinkage) merupakan hal yang utama.

Agregat kasar diambil dari agregat alam yang terjadi dari proses pelapukan

(weathering) dan abrasi. Untuk memperoleh keseragaman kekuatan agregat kasar

yang digunakan, maka agregat kasar yang dipakai dalam penelitian ini diambil dari

daerah Binjai.

Agregat halus dengan gradasi dan bentuk partikelnya merupakan faktor yang

penting dalam memproduksi beton dengan mutu tinggi. Bentuk partikel dan tekstur

permukaan mempunyai pengaruh yang besar pada kebutuhan air pencampur dan

kekuatan tekan sebagaimana dengan agregat kasar. Agregat halus dengan gradasi

yang sama tetapi mempunyai perbedaan kandungan udara 1% dapat mengakibakan

perbedaan kebutuhan air pencampur sebesar 1 kg/m3.

27

Universitas Sumatera Utara


Agregat halus dengan modulus kehalusan (FM) antara 2,5 sampai 3,2 lebih

baik untuk beton mutu tinggi. Campuran beton yang dibuat dengan agregat halus

yang mempunyai modulus kehalusan (FM) kurang dari 2,5 biasanya bersifat lengket

(sticky) dan mempunyai workabilitas yang rendah dan memerlukan kebutuhan air

pencampur yang lebih tinggi. Terkadang memungkinkan untuk mencampur pasir dari

daerah/lokasi yang berbeda untuk meningkatkan keragaman gradasinya dan

kapasitasnya untuk menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.

Ukuran agregat halus yang digunakan, lolos saringan ayakan 5 mm dan

mempunyai tekstur yang baik. Kadar lumpur, kadar organik, dan kadar air serta

sifat-sifat lainnya harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini merupakan agregat alam

yang berasal dari sungai Sei Wampu, Binjai. Klasifikasi bentuk agregat dapat dilihat

pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Klasifikasi Bentuk Agregat

Klasifikasi Bentuk

Aus akibat air, atau terbentuk akibat terkikis


Bulat
keseluruhannya
Iregular alami atau sebagian tekikis dan memiliki
Tak Beraturan
bentuk bulat
Flaky Material yang tipis pada salah satu sisinya

Memiliki bentuk sisi yang baik pada seberang dari


Angular
planar yang kasar
Material yang menyudut salah satu sisinya lebih
Elongated
panjang dari yang lain
Material yang memiliki panjang yang lebih besar
Flaky dan Elongated
dan lebar, dan lebar lebih besar dari tebalnya

28

Universitas Sumatera Utara


2.6. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk proses kimiawi semen, membasahi

agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang banyak

mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula

atau bahan kimia yang lainnya, bila dipakai dalam dalam campuran beton akan

menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang

dihasilkan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah

proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses

hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.

1. Sumber-sumber Air

- Air yang terdapat di udara

- Air hujan

- Air tanah

- Air permukaan

- Air laut

2. Syarat Umum Air

Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam alkali zat organik atau bahan lainnya yang dapat

merusak beton atau tulangan. Air yang dipakai dalam pembuatan beton pra-tekan

dan beton yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang

terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah

yang membahayakan (ACI 318-89: 2-2). Untuk perlindungan terhadap korosi,

konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang telah

29

Universitas Sumatera Utara


mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air,

agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui

nilai batas yang telah ditentukan.

Tabel 2.5 Batas Maksimum Ion Klorida

Jenis Beton Batas (%)

Beton pra-tekan 0,06

Beton bertulang yang selamanya


0,15
berhubungan dengan klorida

Beton betulang yang selamanya kering


1,00
atau terlindung dari basah

Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30

Sumber : Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi, 2003: 54

Tabel 2.6 Ketentuan Minimum untuk Beton Kedap Air

Kondisi Kadar Semen


Faktor Air
Lingkungan Minimum (kg/m3)
Jenis Beton Semen
Berhubungan
Maksimum 40 mm 20 mm
dengan

Air Tawar 0,50 260 290


Beton Bertulang
Air Payau/Air Laut 0,45 320 360

Beton Pra- Air Tawar 0,50 300 300

Tekan Air Payau/Air Laut 0,45 320 360

Sumber : Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi, 2003: 54

30

Universitas Sumatera Utara


2.7. Bahan Tambah (Silica Fume dan Superplasticizer)

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam

campuran beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Admixture atau

bahan tambah didefenisikan dalam Standard Definition of Terminology Relating to

Concrete and Concrete Agregates ASTM C. 125-1995:61 sebagai material selain air,

agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang

ditambahakan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Tujuannya dari

penggunaan bahan tambah adalah untuk mengubah atau memodifikasi satu atau lebih

sifat-sifat dan karakteristik beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah

mengeras.

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan

menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (Chemical Admixture) dan

bahan tambah yang bersifat mineral (Additive).

Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat

pelaksanaan pengecoran, sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral

ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambah ini biasanya merupakan

bahan tambah kimia yang dimasukkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat

pelaksanaan pekerjaan, jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambahan kimia (Chemical

Admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Bahan

tambah aditif merupakan bahan tambah yang paling banyak bersifat penyemenan,

jadi bahan tambah aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja

kekuatannya.

Bahan tambah seharusnya hanya berguna jika sudah ada evaluasi yang teliti

tentang pengaruhnya pada beton, khususnya dalam kondisi dimana beton diharapkan

31

Universitas Sumatera Utara


akan digunakan. Bahan tambah ini biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif

sedikit, dan pengawasan yang ketat harus diberikan agar tidak berlebihan yang justru

akan dapat memperburuk sifat beton. Sifat-sifat beton yang diperbaiki itu antara lain

kecepatan hidrasi (waktu pengikatan), kemudahan pengerjaan, dan kekedapan

terhadap air.

Bahan tambah kimia (Chemical Admixture) ada bermacam-macam. Menurut

ASTM, bahan tambah kimia itu terbagi menjadi:

1. Tipe A - Water-Reducing Admixtures, adalah bahan tambah yang mengurangi air

pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi

tertemtu.

2. Tipe B - Retarding Admixtures, adalah bahan tambah yang berfungsi untuk

menghambat waktu pengikatan beton.

3. Tipe C - Accelerating Admixtures, adalah bahan tambah yang berfungsi untuk

mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.

4. Tipe D - Water Reducing and Retarding Admixtures, adalah bahan tambah yang

berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk

menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan

awal.

5. Tipe E - Water Reducing and Accelerating Admixtures, adalah bahan tambah yang

berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk

menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan

awal.

32

Universitas Sumatera Utara


6. Tipe F - Water Reducing, High Range Admixtures, adalah bahan tambah yang

berfungsi untuk mengurangi jumalah air pencampur yang diperlukan untuk

menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.

7. Tipe G - Water Reducing, High Range Retarding Admixtures, adalah bahan

tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan

untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih

dan juga untuk menghambat pengikatan beton.

Selain itu ada juga:

1. Air Entrain, adalah menambahkan sejumlah buih udara dalam bentuk yang benar

ke dalam campuran tanpa secara signifikan mengubah sifat-sifat setting atau

kecepatan hardening.

2. Waterproofing Admixtures, bahan kimia tambahan yang waterproofing berguna

mengurangi permeabilitas melalui kapiler dari pasta semen keras, terutama terbuat

dari stearat

Untuk menghasilkan beton dengan mutu (kuat tekan beton) tinggi dibutuhkan

bahan tambah kimia (Chemical Admixture) yaitu superplasticizer atau HRWR (high

range water reducer) dan aditif mineral yang bersifat penyemenan yaitu berupa abu

terbang (fly ash), pozzofume (super fly ash), dan mikrosilika (silica fume) dengan

kadar yang tepat. Sebab bahan admixture dan aditif jika dicampur dengan kadar yang

tidak tepat hasilnya akan sebaliknya, yaitu tidak meningkatkan kuat tekannya akan

tetapi dapat menurunkan.

33

Universitas Sumatera Utara


2.7.1. Silica Fume

Silica fume merupakan material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika

lebih banyak dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon dan alloy besi

silikon (dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume). Silica fume

merupakan bahan pengisi (filler) dalam beton yang mengandung kadar silica yang

tinggi. Kandungan SiO2 mencapai lebih dari 90%. Ukuran butir silica yang sangat

halus berkisar antara 0,1-1 mikron, lebih kecil dibandingkan butiran semen yang

berkisar antara 5-50 mikron. Jika ditambahkan pada adukan beton, maka silica akan

mengisi rongga-rongga diantara butiran semen sehingga beton akan menjadi lebih

kompak dan padat. Selain itu juga silica akan bereaksi dengan C3S dan C2S dalam

semen dan menghasilkan gel CSH2 yang akan membentuk suatu ikatan gel yang kuat

dan padat di dalam beton. Selanjutnya, reduksi kalsium hidroksida (CaOH) oleh SiO2

akan mengurangi unsur pembentuk etteringite sehingga mengurangi sensivitas beton

terhadap serangan sulfat. Karenanya beton tidak mudah ditembus air serta tidak

mudah mengalami korosi.

Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk

menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan

tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau

beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton berkinerja tinggi

sekarang ini sekitar 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Karena secara harga silica fume

masih mahal, maka pada umumnya penggunaan silica fume hanya sekitar 3%-10%

dari berat semen dalam adukan beton. Menurut standar ACI, penambahan silica fume

pada campuran beton sebanyak 5%-15% dan berdasarkan buku Yongedran, et al,

1987:124-129, penggunaan silica fume pada campuran beton berkisar antara 0%-

34

Universitas Sumatera Utara


30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor

air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa bahan superplasticizer dan nilai

slump 50 mm.

Komposisi kimia dan fisika dari silica fume dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7 Komposisi Kimia Silica Fume

Kimia Berat dalam persen

SiO2 92-94

Karbon 3-5

Fe2O3 0,10-0,50

CaO 0,10-0,15

Al2O3 0,20-0,30

MgO 0,10-0,20

MnO 0,008

K2O 0,10

Na2O 0,10

Fisika Berat dalam persen

Berat Jenis 2,02

Rata-rata Ukuran Partikel (Mikron) 0,1

Lolos Ayakan no. 325 dalam % 99,00

Keasaman PH (10% air dalam slurry) 7,3

Sumber : Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi, 2003: 127

35

Universitas Sumatera Utara


1. Sifat-sifat Fisik Silica Fume

Sifat-sifat fisik silica fume adalah (dari Wulandari: 24) sebagai berikut:

a. Warna: bervariasi mulai dari abu-abu sampai abu-abu gelap.

b. Spesifik gravity: 2,0-2,5.

c. Bulk density: 250-300 kg/m3.

d. Ukuran: 0,1-1,0 mikron (1/100 ukuran partikel semen).

2. Sifat Kimia Silica Fume

Silica fume merupakan material yang bersifat pozzollonic. Dalam

penggunaanya, silica fume berfungsi sebagai pengganti sebagian dari jumlah

semen dalam campuran beton, yaitu sebanyak 5%-15% dari total berat semen.

Kandungan SiO2 dalam silica fume akan bereaksi dengan kapur bebas yang

dilepaskan semen pada saat proses pembentukan senyawa kalsium silikat hidrat

(CSH) yang berpengaruh dalam proses pengerasan semen.

3. Keunggulan dan Kendala Penggunaan Silica Fume

Keunggulan-keunggulan penggunaan silica fume dalam beton adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kuat tekan beton;

b. Meningkatkan kuat lentur beton;

c. Memperbesar modulus elastisitas beton;

d. Mengecilkan regangan beton;

e. Meningkatkan durabilitas beton terhadap serangan unsur kimia;

f. Mencegah reaksi alkali silica dalam beton;

g. Meningkatkan kepadatan (density) beton;

36

Universitas Sumatera Utara


h. Meningkatkan ketahanan terhadap abrasi dan korosi;

i. Menyebabkan temperatur beton menjadi lebih rendah sehingga mencegah

terjadinya retak pada beton.

Kendala-kendala dalam penggunaan silica fume sebagai campuran beton

adalah sebagai berikut:

a. Silica fume merupakan material yang sangat lembut sehingga mudah terbawa

oleh angin. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan loading,

pengangkutan, penyimpanan dan pencampuran.

b. Terhirupnya partikel halus silica fume dapat mengganggu saluran pernafasan.

2.7.2. Superplasticizer

Untuk meningkatkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan pengecoran

(workability) beton dengan menggunakan air yang seminimum mungkin, digunakan

bahan kimia tambah (chemical admixture) seperti superplasticizer sehingga dapat

dihasilkan beton segar (flowing concrete).

Superplasticizer jenis bahan tambah kimia (chemical admixture) Tipe F, yaitu

Water Reducing, High Range Admixtures. Water Reducing, High Range Admixtures

adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%

atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan

kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat

kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Superplasticizer sering disebut juga sebagai

“bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga jenis plasticizer yang dikenal adalah

(1). kondensi sulfonat melamin formadehid dengan kandungan klorida sebesar

0,005%, (2). sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat

37

Universitas Sumatera Utara


diabaikan dan (3). modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis

bahan tambahan tersebut dibuat dari sulfonat organik dan disebut superplasticizer,

karena dapat mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan

slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang disarankan adalah 1%

sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya

kekuatan tekan beton.

Pada penelitian ini digunakan bahan superplasticizer dengan dosis seperti yang

telah disarankan 1%-2% dari jumlah berat bahan semen. Superplasticizer adalah

bahan tambah kimia (chemical admixture) yang melarutkan gumpalan-gumpalan

dengan cara melapisi pasta semen sehingga semen dapat tersebar dengan merata pada

adukan beton dan mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workability beton

sampai pada tingkat yang cukup besar. Bahan ini digunakan dalam jumlah yang

relatif sedikit karena sangat mudah mengakibatkan terjadinya bleeding.

Superplasticizer dapat mereduksi air sampai 40% dari campuran awal.

Beton berkekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan pengurangan kadar air,

akibat pengurangan kadar air akan membuat campuran lebih padat sehingga

pemakaian superplasticizer sangat diperlukan untuk mempertahankan nilai slump

yang tinggi. Keistimewaan penggunaan superplasticizer dalam campuran pasta

semen maupun campuran beton antara lain:

a. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga didapatkan campuran

dengan workability tinggi.

b. Mengurangi jumlah air dan menjaga kandungan semen dengan kemampuan

kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor air semen yang lebih rendah

dengan kekuatan yang lebih besar.

38

Universitas Sumatera Utara


c. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air semen yang konstan

tetapi meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga menghasilkan beton dengan

kekuatan yang sama tetapi menggunakan semen lebih sedikit.

d. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara kedalam beton dapat

menyebabkan pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk memperoleh kekuatan

yang tinggi, diharapkan dapat menjaga ”air content” di dalam beton serendah

mungkin. Penggunaan superplasticizer menyebabkan sedikit bahkan tidak ada

udara masuk kedalam beton.

e. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan.

2.8. Workability

Workability sulit untuk didefenisikan dengan tepat, namun sering diartikan

sebagai tingkat kemudahan pengerjaan campuran beton untuk diaduk, dituang,

diangkut dan dipadatkan. Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan

dikerjakan antara lain:

1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang

dipakai, makin mudah beton segar itu dikerjakan. Tetapi pemakaian air juga tidak

boleh terlalu berlebihan.

2. Penambahan semen kedalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan

betonnya, karena pasti juga diikuti dengan penambahan air campuran untuk

memperoleh nilai faktor air semen tetap.

3. Gradasi campuran pasir dan kerikil, jika campuran pasir dan kerikil mengikuti

gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton mudah

dikerjakan.

4. Pemakaian butiran yang bulat memudahkan cara pengerjaan.

39

Universitas Sumatera Utara


5. Pemakaian butiran maksimum kerikil yang dipakai berpengaruh terhadap cara

pengerjaan.

6. Cara pemadatan beton menentukan sifat pekerjaan yang berbeda.

7. selain itu, beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah kadar udara

yang terdapat di dalam beton dan penggunaan bahan tambah dalam campuran

beton.

Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat

kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit daripada

jika dipadatkan dengan tangan.

Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump

yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong baja yang

berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams.

Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm

(disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerucut Abrams

40

Universitas Sumatera Utara


Bila tidak terjadi crumbling atau collapse maka diindikasikan slump

mengalami kelembutan (softness) sebagai lawan kekakuan (stiffness) dari campuran.

Runtuh (collapse) sering terjadi pada beton yang kurang pasir (lean), menandakan

rendahnya kohesi dan rendahnya kemampuan beton segar untuk berderformasi

plastis.

2.9. Faktor Air Semen (FAS)

Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang

digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan

beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah faktor

air semen kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian, nilai faktor air semen

yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai

faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu

kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu

beton menurun. Oleh sebab itu terdapat suatu nilai faktor air semen optimum yang

menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai fas minimum untuk beton

normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2003). Perbandingan faktor air

semen dengan kondisi lingkungan dapat dilihat pada tabel 2.8.

41

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.8 Faktor Air Semen untuk Setiap Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan

Di bawah
Basah kering
Kondisi Normal Pengaruh
berganti-ganti
Sulfat/air laut
Koreksi langsing atau yang

hanya mempunyai penutup


0,53 0,49 0,40
tulangan kurang dari 25

mm.

Struktur dinding penahan


* 0,53 0,44
tanah, pilar, balok, abutmen.

Beton yang tertanam dalam


- 0,44 0,44
pilar, balok, kolom.

Struktur lantai beton di atas


* - -
tanah

Beton yang terlindung dari

perubahan udara (konstruksi * - -

interior bangunan)

*Rasio air semen ditentukan berdasarkan persyaratan kekuatan tekan rencana.

Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan

sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air (termasuk air yang

terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen dan additif

cementious yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi. Pada

beton mutu tinggi nilai faktor air semen ada dalam rentang 0,2-0,5 (SNI 03-6468-

2000). Bahan ikat yang digunakan pada penelitian ini adalah semen dan silica fume

42

Universitas Sumatera Utara


(sebagai pengganti sebagian semen). Rumus yang digunakan pada beton mutu tinggi

adalah:

FAS = W/(c+p) (2.1)

Keterangan: FAS = Faktor Air Semen

W = Rasio total berat air

c = Berat semen

p = Berat bahan tambah pengganti semen

Nilai faktor air semen pada beton mutu tinggi termasuk berat air yang

terkandung di dalam agregat. Faktor air semen pada kondisi agregat kering oven.

2.10. Slump

Slump merupakan tinggi dari adukan dalam kerucut terpancung terhadap tinggi

adukan setelah cetakan diambil. Slump merupakan pedoman yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kelecakan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat kekenyalan

maka semakin mudah pengerjaannya (nilai workability tinggi). Nilai slump berbagai

macam struktur diperlihatkan pada tabel 2.9.

43

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.9 Nilai Slump untuk Berbagai Macam Struktur

Uraian Nilai Slump (mm)

Maksimum Minimum

Dinding pelat pondasi dan


80 25
pondasi telapak bertulang

Pondasi telapak tidak

bertulang, kaison dan 80 25

konstruksi di bawah tanah

Pelat, balok, kolom dan


100 25
dinding

Perkerasan jalan 80 25

Pembetonan massal 50 25

Sumber: Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992

2.11. Kuat Tekan Beton

Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan beton

biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton

tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik.

Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih, tergantung

pada jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta kualitas perawatan. Kekuatan tekan

beton yang paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2 sampai 500 kg/cm2.

Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan

mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan

peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder dengan ukuran Ø 15 cm

dan tinggi 30 cm. Selanjutnya benda uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah.

44

Universitas Sumatera Utara


Beban tekan maksimum pada saat benda uji pecah dibagi luas penampang benda uji

merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan dalam MPa atau kg/cm2. Tata cara

pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39 atau menurut yang

disyaratkan PBI 1989.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton adalah:


f’c = (2.2)

Keterangan:

f’c = Kuat tekan beton yang diisyaratkan (MPa)

P = Beban maksimum (kN)

A = Luas penampang benda uji (cm2)

Data kuat tekan sebagai dasar perancangan, dapat menggunakan hasil uji

kurang dari 28 hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi pekerjaan

yang sama, dengan karakteristik lingkungan dan kondisi yang sama. Jika

menggunakan hal ini maka dalam perancangan harus disebutkan (dalam gambar atau

dalam uraian lainnya), dan hasilnya dikonversi untuk umur 28 hari berdasarkan

Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur

Umur beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 360

Semen Portland ( biasa ) 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35

Semen Portland kekuatan awal


0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
tinggi

45

Universitas Sumatera Utara


Kuat tekan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pengaruh mutu semen portland.

2. Pengaruh dari perbandingan adukan beton.

3. Pengaruh air untuk membuat adukan

4. Pengaruh umur beton.

5. Pengaruh waktu pencampuran.

6. Pengaruh perawatan.

7. Pengaruh bahan campuran tambahan.

2.12. Mutu Pelaksanaan dan Kuat Tekan Beton Karakteristik

Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan

yang khas, yaitu kecenderungan untuk bervariasi (tidak seragam) dan nilainya akan

menyebar pada suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil pemeriksaan akan

kecil atau besar tergantung pada tingkat kesempurnaan dari proses pelaksanaannya.

Tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

variasi mutu bahan, pengadukan, pemadatan, stabilitas pekerja dan faktor lainnya.

Atas adanya variasi kekuatan tekan beton tersebut maka diperlukan adanya

pengendalian terhadap mutu (quality control) untuk memperoleh kekuatan tekan

yang hampir seragam. Deviasi standar merupakan rata-rata ukuran besar kecilnya

penyebaran yang menjadi ukuran dari mutu pelaksanaannya. Semakin besar

penyebaran maka semakin buruk mutu pelaksanaan tersebut.

Rumus deviasi standar:

�(�’ −�’ �)
�= (2.3)
�−

46

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

s = Deviasi standar (kg/cm2)

σ’b = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm = Kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)

Menurut rumus

� �’
σ’bm = (2.4)

N = Jumlah benda uji

Tabel 2.11 Mutu pelaksanaan diukur dengan deviasi standar

Isi Pekerjaan Deviasi Standar (s) (kg/cm2)


Jumlah Beton Dapat
Sebutan Baik Sekali Baik
(m3) Diterima
Kecil < 1000 45 < s < 55 55 < s < 65 65 < s < 85
Sedang 1000-3000 35 < s < 45 45 < s < 55 55 < s < 75
Besar >3000 25 < s < 35 35 < s < 45 45 < s < 65

Dengan menganggap nilai-nilai hasil pemeriksaan benda uji menyebar normal,

maka kekuatan tekan beton karakteristik σ’bk, dengan 5% kemungkinan adanya

kekuatan yang tidak memenuhi syarat, ditentukan rumus :

σ’bk = σ’bm - 1.64.s (2.5)

dimana, s adalah deviasi standar

Untuk menghitung kekuatan beton karakteristik dihitung dari benda uji kubus

15x15x15 cm pada umur 28 hari dengan satuan kg/cm2. Apabila benda uji bukan

berupa kubus karena alasan tertentu, misalnya benda uji silinder ukuran Ø 15 cm x

47

Universitas Sumatera Utara


30 cm, maka hasil uji kuat tekan dikonversikan ke dalam bentuk kubus dengan faktor

pembagi 0,83.

Tabel 2.12 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji

Benda Uji Perbandingan Kekuatan Beton

Kubus 15x15x15 cm 1,00

Kubus 20x20x20 cm 0,95

Silinder Ø 15 cm x 30 cm 0,83

2.13. Perencanaan Campuran Beton

Tata cara perencanaan beton kekuatan tinggi dengan semen dan silica fume ini

dapat digunakan untuk menentukan proporsi campuran semen beton kekuatan tinggi

dan untuk mengoptimasi proporsi campuran tersebut berdasarkan campuran coba.

Tata cara ini hanya berlaku untuk beton berkekuatan tinggi yang diproduksi dengan

menggunakan bahan dan metode produksi konvensional.

2.13.1. Persyaratan Kinerja

1. Umur Uji

Kuat tekan yang disyaratkan untuk menentukan proporsi campuran beton

kekuatan tinggi dapat dipilih untuk umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56

hari.

2. Kuat Tekan Yang Disyaratkan

Untuk mencapai kuat tekan yang disyaratkan, campuran harus

diproporsikan sedemikian rupa sehingga kuat tekan rata-rata dari hasil pengujian

di lapangan lebih tinggi dari pada kuat tekan yang disyaratkan (f’c). Produsen

48

Universitas Sumatera Utara


beton boleh menentukan proporsi campuran beton kekuatan tinggi berdasarkan

pengalaman dilapangan berdasarkan pada kekuatan tekan rata-rata yang

ditargetkan (f’cr) yang nilainya lebih besar dari dua persamaan berikut:

f'cr = f'c + (1,34.s) (2.6)

f'cr = (0,90. f'c)+ (2,33.s) (2.7)

Dalam hal ini produsen beton menentukan proporsi campuran beton kekuatan

tinggi berdasarkan campuran coba dilaboratorium, kekuatan tekan rata-rata yang

ditargetkan (f’cr) dapat ditentukan dengan persamaan:

( �′ �+ �,��) ��
f'cr = ` (2.8)
0,90

3. Persyaratan Lain

Beberapa persyaratan lain yang dapat mempengaruhi pemilihan bahan dan

proporsi campuran beton antara lain.

a. Modulus Elastisitas.

b. Kuat Tekan dan Kuat Lentur.

c. Panas Hidrasi.

d. Rangkak dan Susut akibat pengeringan.

e. Permeabilitas.

f. Waktu Pengikatan.

g. Metode Pengecoran.

h. Kelecakan.

49

Universitas Sumatera Utara


2.13.2. Faktor-faktor Yang Menentukan

1. Pemilihan Bahan

Proporsi campuran yang optimum harus ditentukan dengan

mempertimbangkan karakteristik semen portland dan silica fume, kualitas

agregat, proporsi pasta, interaksi agregat pasta, macam dan jumlah bahan

campuran tambahan dan pelaksanaan pengadukan. Hasil evaluasi tentang semen

portland, silica fume, bahan campuran tambahan, agregat dari berbagai sumber,

serta berbagai macam proporsi campuran, dapat digunakan untuk menentukan

kombinasi bahan yang optimim.

2. Semen Portland (PC)

Semen portland harus memenuhi SNI 15-2049-1994 tentang Mutu dan

Cara Uji Semen Portland. Semen yang dipakai adalah Tipe I Semen Padang.

3. Silica Fume

Silica fume harus memenuhi ASTM.C.1240,1995:637-642 tentang

Spesifikasi Silica fume Sebagai Bahan Tambahan untuk Campuran Beton. Silica

fume yang dipakai adalah Produksi PT. SIKA Indonesia.

4. Air

Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan

Bangunan bagian A (Bahan Bangunan bukan Logam).

5. Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan adalah agregat normal yang sesuai dengan

SNI 03-1750-1990 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton. Ukuran nominal

50

Universitas Sumatera Utara


agregat maksimum 20 mm atau 25 mm, jika digunakan untuk membuat beton

berkekuatan sampai 62,1 MPa, dan ukuran 10 mm atau 15 mm, jika digunakan

untuk beton berkekuatan lebih besar dari pada 62,1 MPa. Secara umum, untuk

rasio air bahan bersifat semen W/(c+p) yang sama, agregat yang ukuran

maksimumnya lebih kecil akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih tinggi.

6. Agregat Halus

Agregat halus harus memenuhi ketentuan SNI 03-1750-1990 tentang Mutu

dan Cara Uji Agregat beton. Beton kekuatan tinggi sebaiknya menggunakan

agregat halus dengan modulus kehalusan 2,5 sampai dengan 3,2. Bila digunakan

pasir buatan, adukan beton harus mencapai kelecakan adukan yang sama dengan

pasir alam.

7. Superplasticizer

Superplasticizer harus memenuhi SNI 03-2495-1991 tentang Spesifikasi

Bahan Tambahan untuk Beton. Bila Superplasticizer yang digunakan berbentuk

cair, maka kadarnya dinyatakan dalam satuan ml/kg (c+p), dan bila berbentuk

tepung halus jumlahnya dinyatakan dalam berat kering gr/kg (c+p).

8. Rasio Air dengan Bahan Bersifat Semen W/(c+p)

Rasio air dengan bahan bersifat semen W/(c+p) harus dihitung

berdasarkan perbandingan berat. Berat air yang dikandung oleh superplasticizer

berbentuk cair harus diperhitungkan dalam W/(c+p). Perbandingan W/(c+p)

untuk beton kekuatan tinggi secara tipikal ada dalam rentang nilai 0,20-0,5

51

Universitas Sumatera Utara


9. Kelecakan

Kelecakan adalah kemudahan pengerjaan yang meliputi pengadukan,

pengecoran, pemadatan dan penyelesaian permukaan (finishing) tanpa terjadi

segregasi.

10. Slump

Beton kekuatan tinggi harus diproduksi dengan slump terkecil yang masih

memungkinkan adukan beton di lapangan untuk dicor dan dipadatkan dengan

baik. Slump yang digunakan umumnya sebesar 50-100 mm. Bila menggunakan

Superplasticizer, nilai slump boleh lebih dari pada 200 mm.

11. Metode Pengujian

Metode pengujian yang digunakan adalah berdasarkan SNI, kecuali jika

terdapat indikasi adanya penyimpangan akibat karakteristik beton kekuatan

tinggi tersebut. Kekuatan potensial untuk satu set bahan tertentu dapat ditetapkan

hanya bila benda uji telah dibuat dan diuji pada kondisi standar. Minimum dua

benda uji harus diuji untuk setiap umur dan kondisi uji.

12. Ukuran Benda Uji

Ukuran benda uji silinder yang dapat digunakan adalah 150 x 300 mm

benda uji standar untuk mengevaluasi kekuatan tekan beton kekuatan tinggi.

13. Cetakan

Cetakan benda uji dibuat dari baja sesuai dengan SNI 03-2493-1991.

14. Mesin uji

Mesin uji yang digunakan berkapasitas 2000 kN.

52

Universitas Sumatera Utara


2.13.3. Prosedur Proporsi Campuran Beton Kekuatan Tinggi

1. Langkah 1: Menentukan Slump dan Kekuatan Beton yang diinginkan


Nilai slump beton yang dianjurkan diberikan pada Tabel 2.10 Slump awal

diantara 2,5 sampai 5 cm. sebelum penambahan HRWR dianjurkan. Hal ini akan

menjamin jumlah air campuran yang cukup dan menyebabkan superplasticizer

dapat bekerja efektif.

Tabel 2.13 Slump yang dianjurkan untuk Beton dengan HRWR


atau Tanpa HRWR
Beton dengan menggunakan HRWR *

Slump sebelum penambahan HRWR 2,5 sampai 5 cm

Beton yang dibuat tanpa menggunakan HRWR *

Slump 5 sampai 10 cm

* Slump yang diiinginkan di lapangan diatur dengan penambahan HRWR.

Untuk beton mutu tinggi yang dibuat tanpa HRWR, slump antara 5

sampai 10 cm dapat dipilih sesuai dengan tipe pekerjaan yang dilakukan. Nilai

slump minimum 5 cm dianjurkan untuk beton tanpa HRWR. Beton dengan

slump kurang dari 5 cm sulit untuk dipadatkan akibat tingginya kadar agregat

kasar dan semen dalam campuran.

2. Langkah 2: Menentukan Ukuran Maksimum Agregat

Berdasarkan pada persyaratan kekuatan, ukuran maksimum agregat

kasar yang dianjurkan diberikan pada Tabel 2.11 ACI 318 menyatakan bahwa

ukuran maksimum agregat tidak boleh melebihi 1/5 dari dimensi terkecil antara

sisi bekisting, 1/3 dari ketinggian slab, atau ¾ dari jarak bersih minimum antar

batang tulangan, ikatan batang, atau tendon atau selongsong tendon.

53

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.14 Perkiraan Ukuran Maksimum Agregat

Perkiraan Ukuran Maksimum


Kekuatan beton yang diinginkan
Agregat Kasar
(Mpa)
(cm)
< 62 2 sampai 2,5

>62 1 sampai 1,3 *

* Dengan menggunakan HRWR, kekuatan tekan beton antara 62 sampai 82 dapat dicapai dengan
menggunakan ukuran agregat yang lebih besar dari ukuran nominal agregat kasar yang
dianjurkan (sampai 2,5 cm).

3. Langkah 3: Menentukan Kadar Optimum Agregat Kasar

Kadar optimum agregat kasar tergantung pada ukuran maksimumnya.

Kadar optimum agregat kasar yang dianjurkan, dinyatakan sebagai fraksi dari

berat kering satuan (DRUW = dry-rodded unit weight), ditunjukkan pada Tabel

2.12 sebagai fungsi dari ukuran nominal maksimum.

Tabel 2.15 Volume Agregat Kasar yang dianjurkan per Unit Volume Beton

Kadar agregat kasar optimum untuk ukuran nominal maksimum dari agregat

dengan menggunakan pasir dengan nilai modulus kehalusan 2,5 sampai 3,2

Ukuran nominal maksimum, cm 1 1,3 2 2,5

Volume fraksi * dari berat kering agregat


0,63 0,68 0,72 0,75
kasar (oven-dry rodded)

* Volume berdasarkan kondisi agregat kering (oven-dry rodded) seperti dijelaskan dalam ASTM C 29
untuk berat satuan agregat.

Setelah kadar optimum agregat kasar dipilih dari Tabel 2.12 berat

kering (oven-dry unit weight) agregat kasar per m3 beton dapat dihitung dengan

persamaan (2.9).

Berat Kering Agregat (OD) = (% x DRUW) x (DRUW) (2.9)

54

Universitas Sumatera Utara


Dalam perencanaan campuran beton dengan kekuatan normal, kadar

optimum agregat kasar diberikan sebagai suatu fungsi dari ukuran maksimum

agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus. Akan tetapi, campuran

beton mutu tinggi biasanya mempunyai kadar bahan semen yang tinggi, dan

dengan demikian tidak tergantung pada kehadiran agregat halus untuk

menambah partikel halus demi kelicinan dan kepadatan beton segar. Oleh

karena itu, untuk nilai yang diberikan dalam Tabel 2.12 dianjurkan untuk

menggunakan pasir dengan nilai modulus kehalusan 2,5 sampai 3,2.

4. Langkah 4: Estimasi Air Campuran dan Kadar Udara

Jumlah air per unit volume beton yang dibutuhkan untuk

menghasilkan slump yang disyaratkan tergantung pada ukuran maksimum

agregat kasar, bentuk partikel, dan gradasi agregat, jumlah semen, dan tipe

water reducing admixture yang digunakan. Jika HRWR yang digunakan, kadar

air dalam admixture biasanya dikalkulasi sebagai bahan dari W/c+p. Tabel 2.13

memberikan estimasi air campuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton

mutu tinggi yang dibuat dengan ukuran maksimum agregat 1 cm sampai 2,5

cm sebelum adanya penambahan admixture kimia. Juga diberikan

korespondensi/hubungan nilai kandungan udara yang terperangkap. Jumlah air

campuran tersebut adalah maksimum untuk agregat dengan bentuk yang baik,

bersih, agregat kasar bersiku (angular), gradasi baik dalam batas ASTM C 33.

Karena bentuk partikel dan tekstur permukaan agregat halus dapat

mempengaruhi kadar rongga kosongnya (void content), persyaratan air

campuran mungkin berbeda dengan nilai yang diberikan.

55

Universitas Sumatera Utara


Nilai air campuran yang diberikan pada Tabel 2.13 dapat digunakan

jika agregat halus yang digunakan mempunyai voids content 35%. Voids

content agregat halus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.10).

oven-dry rodded unit weight


Void Content, V,% = − x 100 (2.10)
bulk specify gravity (dry)

Bila agregat halus dengan void content tidak sama dengan 35% yang

digunakan, penyesuaian harus dibuat terhadap kadar air campuran yang

dianjurkan. Penyesuaian air ini dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan (2.11).

Koreksi Air Pencampur, kg/m3 = (V - 35) x 4,74 (2.11)

Penggunaan persamaan (2.11) menghasilkan koreksi air campuran

sebesar 4,74 kg/m3 untuk setiap penyimpangan void content dari 35%.

Tabel 2.16 Estimasi Pertama Air Campuran yang dibutuhkan dan Kadar Udara
Beton Segar Berdasarkan Penggunaan Pasir dengan 35% Voids
Campuran Air (kg/m3)
Slump, cm.
Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)

1 1,3 2 2,5

2,5 sampai 5 184 175 170 166

5 sampai 7,5 190 184 175 172

7,5 sampai 10 196 190 181 178

Udara yang Terperangkap 3% 2,5% 2% 1,5%

* (2,5%) ** (2,0%) (1,5%) (1,0%)

* Nilai yang diberikan harus disesuaikan untuk pasir dengan voids ≠ 35% dengan
menggunakan persamaan 4-3.
** Untuk campuran yang diberi tambahan HRWR.

56

Universitas Sumatera Utara


5. Langkah 5: Menentukan W/c+p

Dalam campuran beton mutu tinggi, bahan campuran semen lain,

seperti silica fume, dapat digunakan, W/c+p dapat dihitung dengan membagi

berat air campuran dengan berat campuran semen dan silica fume.

Dalam Tabel 2.14 dan 2.15, w/c+p maksimum yang dianjurkan

diberikan sebagai suatu fungsi dari ukuran maksimum agregat untuk mencapai

kekuatan tekan yang berbeda baik pada umur 28 hari maupun 56 hari.

Penggunaan HRWR pada umumnya meningkatkan kekuatan tekan beton. Nilai

W/c+p yang diberikan dalam Tabel 2.14 berlaku untuk beton yang dibuat tanpa

HRWR sedangkan Tabel 2.15 berlaku untuk beton yang dibuat dengan

menggunakan HRWR.

Tabel 2.17 W/c+p Maksimum yang dianjurkan untuk Beton Tanpa Menggunakan HRWR

W/c+p
Field Strength, fcr* (Mpa) Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)
1 1,3 2 2,5
28 hari 0,42 0,41 0,40 0,39
48
56 hari 0,46 0,44 0,44 0,43
28 hari 0,35 0,34 0,33 0,33
55
56 hari 0,38 0,37 0,36 0,35
28 hari 0,30 0,29 0,29 0,28
62
56 hari 0,33 0,32 0,32 0,30
28 hari 0,26 0,26 0,25 0,25
69
56 hari 0,29 0,28 0,27 0,26
* fcr = fc + 9,65

57

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.18 W/c+p Maksimum yang Dianjurkan untuk Beton dengan Menggunakan HRWR

W/c+p
Field Strength, fcr* (Mpa) Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)
1 1,3 2 2,5
28 hari 0,50 0,48 0,45 0,43
48
56 hari 0,55 0,52 0,48 0,46
28 hari 0,44 0,42 0,40 0,38
55
56 hari 0,48 0,45 0,42 0,40
28 hari 0,38 0,36 0,35 0,34
62
56 hari 0,42 0,39 0,37 0,36
28 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
69
56 hari 0,37 0,35 0,33 0,32
28 hari 0,30 0,29 0,27 0,27
76
56 hari 0,33 0,31 0,29 0,29
28 hari 0,27 0,26 0,25 0,25
83
56 hari 0,30 0,28 0,27 0,26
W/c+p selanjutnya dibatasi oleh persyaratan durabilitas.

Bila kadar bahan semen dari tabel tersebut melebihi 454 kg, percobaan

pencampuran dapat dilakukan lagi dengan menggunakan alternatif bahan

pengganti semen.

6. Langkah 6: Menghitung Kadar Bahan Semen

Berat bahan semen yang dibutuhkan per m3 beton ditentukan dengan

membagi jumlah air campuran per m3 beton (langkah 4) dengan W/c+p

(langkah 5).

58

Universitas Sumatera Utara


7. Langkah 7: Perhitungan Komposisi Dasar Campuran tanpa Penggunaan

Bahan Campuran Semen Lainnya

Untuk menentukan komposisi optimum campuran, perlu dilakukan

beberapa campuran trial dengan kadar silica fume yang berbeda. Pada

umumnya, satu trial mix dibuat dengan menggunakan hanya semen portland

sebagai bahan semen. Langkah-langkah berikut ini seharusnya diikuti untuk

menyempurnakan komposisi campuran dasar.

1) Kadar semen – Untuk campuran ini, karena tidak ada bahan campuran

semen lain yang digunakan, berat semen sama dengan berat bahan dihitung

dalam langkah 6.

2) Kadar pasir – Setelah menentukan berat per m3 untuk agregat kasar, semen

dan air, dan persentasi kandungan udara, kadar pasir dapat dihitung untuk

menghasilkan 1 m3, dengan menggunakan metode volume absolut.

8. Langkah 8: Penentuan Komposisi Campuran dengan Menggunakan Silica

Fume

Dalam tahap ini menentukan komposisi optimum campuran, perlu

dilakukan beberapa campuran trial dengan kadar silica fume yang berbeda.

Trial mix dibuat dengan menggunakan semen portland dan silica fume sebagai

bahan semen. Langkah-langkah berikut ini seharusnya diikuti untuk

menyempurnakan komposisi campuran dasar.

1) Kadar semen – Untuk campuran ini, karena menggunakan bahan campuran

semen lain yaitu silica fume, maka berat bahan bersifat semen sama dengan

berat semen portland yang digunankan ditambah berat silica fume sebagai

bahan pengganti sebahagian semen.

59

Universitas Sumatera Utara


2) Kadar pasir – Setelah menentukan berat per m3 untuk agregat kasar, bahan

semen dan air, dan persentasi kandungan udara, kadar pasir dapat dihitung

untuk menghasilkan 1 m3, dengan menggunakan metode volume absolut.

9. Langkah 9: Campuran Percobaan (Trial Mix)

Untuk setiap campuran yang didapat dari langkah 1 sampai 8, suatu

trial mix harus dilakukan untuk menentukan workabilitas dan karakteristik

kekuatan campuran. Berat pasir, agregat kasar dan air harus disesuaikan untuk

mengkoreksi kondisi kelembaban atau kadar air dan daya serap agregat yang

digunakan.

10. Langkah 10: Penyesuaian Komposisi Campuran Percobaan

Bila sifat-sifat beton yang diinginkan tidak tercapai, maka proporsi

campuran coba semula harus dikoreksi agar menghasilkan sifat-sifat beton

yang diinginkan.

1. Slump Awal - Jika slump awal campuran coba di luar rentang slump yang

diinginkan, maka pertama-tama harus dikoreksi adalah kadar air.

Kemudian kadar bahan bersifat semen dikoreksi agar rasio (W/c+p) tidak

berubah, dan kemudian baru dilakukan koreksi kadar pasir untuk

menjamin tercapainya slump yang diinginkan.

2. Kadar Superplasticizer (HRWR) - Bila digunakan bahan superplasticizer

maka kadarnya harus divariasikan pada suatu rentang yang cukup besar

untuk mengetahui efek yang timbul pada kelecakan dan kekuatan beton.

3. Kadar Agregat Kasar Setelah campuran coba dikoreksi untuk mencapai

kelecakan yang direncanakan, harus dilihat apakan campuran menjadi

60

Universitas Sumatera Utara


terlalu kasar untuk pengecoran atau untuk difinishing. Bila perlu, kadar

agregat kasar boleh direduksi dan kadar pasir disesuaikan supaya

kelecakan yang diinginkan tercapai. Proporsi ini dapat mengakibatkan

kebutuhan air bertambah sehingga kebutuhan total bahan bersifat semen

juga meningkat agar rasio (W/c+p) terjaga konstan.

4. Kadar Udara - Bila kadar udara hasil pengukuran berbeda jauh dari yang

diperkirakan pada langkah (4), jumlah superplasticizer harus direduksi

5. atau kadar pasir dikoreksi untuk mencapai kelecakan yang direncanakan.

6. Rasio (W/c+p) - Bila kuat tekan yang ditargetkan tidak dapat dicapai

dengan menggunakan (W/c+p) yang ditentukan pada tabel 2.14 atau 2.15,

campuran coba ekstra dengan perbandingan (W/c+p) yang lebih rendah

harus dibuat dan diuji.

11. Langkah 11: Menentukan Komposisi Campuran Optimum

Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan kelecakan dan

kekuatan yang diinginkan, benda-benda uji harus dibuat dengan proporsi

campuran coba tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk

mempermudah prosedur produksi dan pengontrolan mutu, maka pelaksanaan

pembuatan benda uji itu harus dilakukan oleh personil dengan menggunakan

peralatan yang akan digunakan di lapangan. Hasil uji kekuatan untuk

menentukan proporsi campuran optimum yang akan digunakan berdasarkan

dua pertimbangan utama yaitu kekuatan beton dan biaya produksi.

61

Universitas Sumatera Utara


2.14. Hasil Penelitian yang Pernah dilakukan

2.14.1. Dwi Afif Susilo

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui komposisi optimum bahan

pengikat (binder) yang menggunakan teknik partial replacement semen dengan

bahan tambah silica fume untuk meningkatkan kuat tekan beton ringan. Penambahan

silica fume dalam penelitian menggunakan 6 (enam) variasi, yaitu: 0%, 3%, 6%, 9%,

12% dan 15% silica fume dengan nilai FAS 0,45. Menggunakan superplastisizer

sikamen NN 3,98 dan plastimen vz 0,7 dari berat semen. Pengujian kuat tekan

dilakukan setelah beton berumur 56 hari. Benda uji yang digunakan adalah benda uji

silinder berukuran 15 x 30 cm. Hasil penelitian didapatkan bahwa kuat tekan silinder

beton dengan penambahan silica fume 9% dapat menambah kuat tekan beton sebesar

16,734% dari beton normal.

2.14.2. Jemmy Rumengan

Penelitian ini berhubungan dengan penggunaan bahan tambahan mineral dalam

beton sebagai pengganti semen. Bahan tambahan mineral ini berupa Fly Ash, Silica

Fume dan Blast Furnace Slag. Ada enam jenis proporsi campuran beton yang

digunakan sebagai pengganti semen dengan 0% Fly Ash, 15% Fly Ash, 30% Fly Ash,

10% Silica Fume, 40% Blast Furnace Slag, dan gabungan antara 10% Silica Fume

ditambah 30% Blast Furnace Slag. Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat beton

berumur 28 hari. Benda uji yang digunakan adalah benda uji silinder berukuran 10 x

20 cm dan kubus berukuran 10 x 10 x 40 cm. Dari pengujian didapatkan bahwa kuat

tekan tertinggi didapatkan pada penggantian semen menggunakan Silica Fume 10%.

62

Universitas Sumatera Utara


2.14.3. Arif dan Anton

Arif dan Anton menyampaikan hasil test percobaan di laboratorium atas

sampel beton mutu 55 MPa dengan Superplasticizer untuk bahan tambah kimia,

Silica Fume dan Fly Ash sebagai bahan tambah material, percobaan ini dilakukan

dengan sampel berbentuk silinder dengan jumlah sampel 140 buah, menghasilkan

kuat tekan yang diperoleh melebihi 55 MPa. Tetapi penelitian ini terbatas pada

penambahan kosentrasi Silica Fume dan Fly Ash dengan penambahan

Superplasticizer yang tidak ditentukan dosisnya (coba-coba).

2.14.4. Slamet Widodo

Pada penelitian ini silica fume digunakan sebagai bahan substitusi semen

dengan takaran 10% berat semen untuk meningkatkan viskositas beton segar. Nilai

FAS 0,40. Benda uji yang digunakan adalah benda uji silinder berukuran 15 x 30 cm

dan kubus 15 x 15 x15 cm. Data dari hasil pengujian kuat tekan, nilai korelasi kuat

tekan dan kekedapan beton di bawah air akan meningkat sesuai dengan peningkatan

sifat beton segar (workability, flowability dan filling-ability).

2.14.5. Fitria dan Asna

Pengujian beton mutu tinggi dengan kuat desak rencana 50 MPa, dengan benda

uji kubus 15 x 15 cm, dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampel, setiap variasi

menggunakan campuran superplasticizer sebagai bahan tambah kimia dengan

persentase antara 0,4%-1,6%. Untuk nilai slump sebesar 7-10 cm dan pengujian

beton dilakukan pada umur 7 dan 28 hari dengan hasil kuat desak optimum sebesar

70-72 MPa yaitu penambahan Superplasticizer sebanyak 1,4% dan pada umur 20

hari.

63

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

Metodelogi yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental

yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara. Objek dalam penelitian ini adalah beton mutu 70 MPa

yang menggunakan silica fume sebagai pengganti sebagian semen dengan variasi

campuran 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dan penambahan superplasticizer sebesar 2%

dari berat semen untuk semua variasi. Kemudian pengujian kuat tekan dilakukan

pada saat beton berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.

3.1. Persiapan Bahan dan Peralatan

3.1.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah:

1. Semen
- Jenis : Portland Cement (PC)
- Tipe : I (satu)

2. Agregat Halus
- Jenis : Pasir Alam
- Asal : Sei Wampu, Binjai, Sumatera Utara

3. Agregat Kasar
- Jenis : Batu Pecah (split)
- Asal : Jl. Megawati, Binjai, Sumatera Utara

4. Air
- Jenis : Air Laboratorium Beton
- Sumber : Laboratorium Beton Teknik Sipil USU

64

Universitas Sumatera Utara


5. Bahan Tambah Mineral (additive)

- Jenis : Silica Fume

- Produksi : PT. Sika Indonesia

6. Bahan Tambah Kimia (admixture)

- Jenis : Superplasticizer

- Produksi : PT. Sika Indonesia

Untuk spesifikasi pemeriksaan bahan beton yang diharapkan adalah:

Tabel 3.1 Spesifikasi yang direncanakan untuk Beton Mutu Tinggi

Jenis Pemeriksaan Spesifikasi yang Direncanakan

Agregat Halus

MKB (Modulus Kehalusan Butir) 2,5-3,2

Kadar Lumpur < 5%

Kadar Liat < 1%

BJ-SSD <4%

Agregat Kasar

MKB (Modulus Kehalusan Butir) 5 – 7,5

Kadar Lumpur <1%

BJ-SSD < 4%

Semen 3,0-3,2

Silica fume 2,0-2,5

3.1.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah:

1. Mesin uji tekan beton.

65

Universitas Sumatera Utara


2. Mesin aduk beton (Molen).

3. Cetakan beton berbentuk silinder dengan ukuran ø 15 cm tinggi 30 cm.

4. Saringan/ayakan dengan ukuran 20 mm; 16,10 mm; 8,00 mm; 4,00 mm; 2,00

mm; 1,00 mm; 0,5 mm; 0,25 mm; 0,125 mm; PAN.

5. Mesin penggetar/vibrator.

6. Kuas.

7. Cawan baja.

8. Spatula.

9. SSD set test.

10. Botol le chatelir.

11. Oven.

12. Timbangan.

13. Gelas ukur.

14. Krucut Abrams dengan ukuran diameter atas 100 ± 3 mm, diameter bawah 200 ±

3 mm, tinggi 300 ± 3 mm dan baja penumbuk.

15. Mistar.

16. Cangkul, cethok dan talam.

17. Alat angkut.

18. Bak perawatan beton.

3.2. Pemeriksaan Material

3.2.1. Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)

1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir

b. Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir

66

Universitas Sumatera Utara


2. Peralatan
1) Timbangan

2) Sieve shaker machine

3) 1 set ayakan

4) Oven

5) Sample splitter

3. Bahan
- Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.

4. Prosedur Percobaan
1) Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;

2) Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr dengan

menggunakan sampel splitter;

3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38

mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;

4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;

5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;

6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;

7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;

8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.

5. Rumus

Ʃ % Kumulatif tertahan ayakan


FM = (3.1)
100

Keterangan:

FM = Fineness Modulus

67

Universitas Sumatera Utara


Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus kehalusan

(fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:

- Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60

- Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90

- Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20

6. Hasil Percobaan

- Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,519

- Pasir dapat dikategorikan pasir halus

- Agregat zona 2

3.2.2. Analisa Ayak Agregat Kasar (SNI 03-1968-1990)

1. Tujuan Percobaan

a. Mengetahui gradasi/distribusi kerikil

b. Menentukan modulus kehalusan (fineness modulus) kerikil

2. Peralatan

a. 1 set ayakan

b. Sieve shaker machine

c. Timbangan

d. Sampel splitter

e. Sekop

3. Bahan
- Kerikil sebanyak 2000 gram.

68

Universitas Sumatera Utara


4. Prosedur Percobaan
a. Sediakan 2 (dua)sampel kerikil dengan berat masing-masing 2000 gram

dengan menggunakan sampel splitter;

b. Masukkan kerikil ke dalam ayakan yang telah disusun sesuai urutannya yaitu

38,1 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30

mm; 0,15 mm dan pan;

c. Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di sieve shaker machine,

kemudian nyalakan mesin selama 10 menit;

d. Setelah 10 menit, ambil ayakan dan timbang kerikil yang tertahan di masing-

masing ayakan tersebut;

e. Ulangi percobaan untuk sampel kedua dengan cara yang sama.

5. Rumus

Ʃ % Kumulatif tertahan ayakan


FM = (3.2)
100

Keterangan:

FM = Fineness Modulus

Batasan modulus kehalusan kerikil: 5,5 < FM < 7,5

Kerikil dengan FM tersebut dinyatakan baik dan memenuhi syarat sebagai bahan

konstruksi.

6. Hasil Percobaan

Modulus kehalusan Kerikil (FM) = 6,945

Kerikil dinyatakan baik dan memenuhi syarat sebagai bahan konstruksi.

69

Universitas Sumatera Utara


3.2.3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus (SNI 03-1970-1990)

1. Tujuan Percobaan

a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat

halus (pasir).

b. Menentukan penyerapan (absorbsi) agregat halus (pasir).

2. Peralatan

1) Timbangan

2) Mould dan batang perojok

3) Oven

4) Piknometer

5) Talam/pan

3. Bahan

1) Pasir

2) Air

4. Prosedur Percobaan

1) Sediakan pasir secukupnya;

2) Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan dengan air selama 24 jam;

3) Pasir tersebut didinginkan hingga tercapai kondisi kering permukaan;

4) Untuk menentukan pasir dalam kondisi SSD adalah sebagai berikut:

Masukkan pasir kedalam mould tinggi lalu dirojok sebanyak 25 kali,

kemudian masukkan pasir kedalam mould hingga ketinggian tinggi lalu

dirojok 25 kali, kemudian isi sampai penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu

mould diangkat perlahan. Apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak

keseluruhan) berarti pasir dalam kondisi SSD;

70

Universitas Sumatera Utara


5) Sediakan pasir dalam kondisi SSD dalam 2 bagian, masing-masing seberat

500 gram. Bagian pertama dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan

selama 24 jam. Bagian kedua dimasukkan ke dalam piknometer kemudian

diisi dengan air kemudian diguncang-guncang berulang dengan maksud agar

udara di dalam pasir keluar. Hal ini ditandai dengan keluarnya buih dari pasir.

Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara mengisi piknometer sampai

air melimpah dari leher piknometer tersebut. Pengisisan air dilakukan secara

perlahan-lahan. Setelah udara tidak ada lagi atur hingga air sampai batas air;

6) Timbang piknometer + air + pasir;

7) Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air maksimal;

8) Timbang berat piknometer + air;

9) Untuk pasir yang diovenkan, setelah kering dilakukan penimbangan;

10) Ulangi percobaan tersebut untuk sampel kedua.

5. Rumus
A
Berat jenis kering =
B+500−C
(3.3)

500
Berat jenis SSD = (3.4)
B+500−C

A
Berat jenis semu = (3.5)
B+A−C

500−A
Absorbsi % =
A
× 100% (3.6)

Dimana:
A = Berat pasir dalam keadaan kering (gr)

B = Berat piknometer berisi air (gr)

C = Berat piknometer berisi pasir dan air (gr)

71

Universitas Sumatera Utara


6. Hasil Percobaan
Berat jenis kering = 2,476

Berat jenis SSD = 2,545

Berat jenis semu = 2,658

Absorbsi = 2,775%

3.2.4. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar (SNI 03-1969-1990)

1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat

kasar.

b. Menentukan penyerapan (absorbsi) agregat kasar.

2. Peralatan
a. Timbangan

b. Saringan ukuran 4,76 mm dan 19,1 mm serta pan

c. Kain lap

d. Oven

e. Ember

3. Bahan
a. Kerikil

b. Air

4. Prosedur Percobaan
a. Kerikil diayak dengan ayakan 19,1 mm dan 4,76 mm. kerikil yang akan

digunakan adalah kerikil yang lolos ayakan 19,1 mm dan tertahan pada

ayakan 4,76 mm kemudian timbang seberat ± 3 kg;

b. Rendam kerikil tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam;

72

Universitas Sumatera Utara


c. Kerikil hasil rendaman tersebut dikeringkan hingga didapat kondisi kering

permukaan (SSD) dengan menggunakan kain lap;

d. Siapkan kerikil sebanyak 2 x 1250 gram untuk dua sampel;

e. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada dunagan test set sampai jarum

menunjukkan setimbang pada saat air dalam kondisi tenang;

f. Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD ke dalam keranjang yang

berisi air;

g. Timbang berat air + kerikil + keranjang;

h. Keluarkan kerikil lalu dikeringkan di dalam oven selama 24 jam;

i. Timbang berat kerikil yang telah di oven kan;

j. Ulangi prosedur diatas untuk sampel kedua.

5. Rumus
A
Berat jenis kering = (3.7)
B− C

B
Berat jenis SSD = (3.8)
B−C

A
Berat jenis semu = (3.9)
A−C

B−A
Absorbsi % = × 100% (3.10)
A

Dimana:
A = Berat agregat dalam keadaan kering
B = Berat agregat dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry)
C = Berat agregat dalam air

6. Hasil Percobaan
Berat jenis kering = 2,810

Berat jenis SSD = 2,825

Berat jenis semu = 2,852

Absorbsi = 0,523%

73

Universitas Sumatera Utara


3.2.5. Pengujian Kadar Organik Pada Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-2816-

1992)

1. Tujuan Percobaan

Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.

2. Peralatan

1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml

2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml

3) Timbangan

4) Mistar

5) Standar warna Gardner

6) Sendok pengaduk

7) Sampel splitter

3. Bahan

1) Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm

2) NaOH padat

3) Air

4. Prosedur percobaan

1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga

terbagi seperempat bagian;

2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar botol;

3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal NaOH

kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH

larut;

74

Universitas Sumatera Utara


4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan pasir

(tinggi pasir + larutan = 5 cm);

5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;

6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncang-guncang

pada arah mendatar selama 8 menit;

7) Campuran didiamkan selama 24 jam;

8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar

warna Gardner.

5. Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:

1) Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih

2) Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda

3) Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua

4) Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan

5) Standar warna no. 5 : berwarna coklat

Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah

standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar warna

no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus

dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan dengan air.

6. Hasil Percobaan

Warna kuning terang (standar warna no.3), memenuhi persyaratan.

75

Universitas Sumatera Utara


3.2.6. Kadar Air Pada Agregat (SNI 03-1971-1990)

1. Tujuan Percobaan

Memperoleh angka persentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat.

2. Peralatan

a. Oven

b. Talam

c. Timbangan

3. Bahan

a. Pasir

b. Kerikil

4. Prosedur Percobaan

a. Ambil pasir dan kerikil dalam keadaan asli masing-masing sebanyak 500

gram (A);

b. Masukkan ke dalam oven dengan suhu (110±5)0 C selama 24 jam hingga

berat tetap;

c. Timbang berat pasir dan kerikil tersebut (B).

5. Rumus
A−B
Kadar air = B
× 100% (3.11)

Dimana:
A = Berat pasir dan kerikil asli dari lapangan (gram)

B = Berat pasir dan kerikil kering oven (gram)

6. Hasil Percobaan

- Kadar air pasir = 2,99%


- Kadar air kerikil = 0,45%

76

Universitas Sumatera Utara


3.2.7. Berat Isi Pasir (SNI 03-4804-1998)

1. Tujuan Percobaan

Menentukan nilai berat isi agregat halus (pasir).

2. Peralatan

a. Bejana baja berbentuk silinder

b. Batang perojok

c. Timbangan

d. Sekop

e. Termometer

3. Bahan

a. Pasir lolos saringan Ø 4,75 mm dalam keadaaan kering oven dengan suhu

(110±5)ºC

b. Air

4. Prosedur Percobaan

a. Cara merojok

1) Timbang bejana besi;

2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana

sampai tinggi bejana lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata

diseluruh permukaan. Isikan tinggi bejana lagi sehingga menjadi

tinggi bejana lalu di rojok sebanyak 25 kali secara merata diseluruh

permukaan. Lalu, isi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali

sebanyak 25 kali secara merata diseluruh permukaan dan permukaan pasir

diratakan setinggi permukaan bejana besi;

3) Timbang bejana dan pasir;

77

Universitas Sumatera Utara


4) Keluarkan pasir dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air

sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;

5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.

b. Cara longgar

1) Timbang bejana besi;

2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana

dengan cara menyiram dengan menggunakan sekop setinggi ± 5 cm dari

permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan permukaan pasir

setinggi permukaan bejana besi;

3) Timbang bejana dan pasir;

4) Keluarkan pasir dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air

sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;

5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.

5. Rumus

M
�= (3.12)
V
Dimana:
Ρ = Berat isi (kg/m3)

M = Berat (kg)

V = Volume (m3)

6. Hasil Percobaan

- Dengan cara longgar = 1552,38 gr/cm3

- Dengan cara merojok = 1665,68 gr/cm3

78

Universitas Sumatera Utara


3.2.8. Berat Isi Kerikil (SNI 03-4804-1998)

1. Tujuan Percobaan

Mengetahui nilai berat isi agregat kasar (kerikil)

2. Peralatan

a. Bejana baja berbentuk silinder

b. Batang perojok

c. Timbangan

d. Sekop

e. Termometer

3. Bahan

a. Kerikil kering oven

b. Air

4. Prosedur Percobaan

a. Dengan cara padat (merojok)

Cara padat (merojok) dibedakan atas:

- Cara merojok, yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø ≤ 40 mm

- Cara membanting/mengguncang, yang dilakukan untuk agregat dengan

ukuran 40 mm ≤ Ø ≤ 100 mm

Prosedur percobaannya sebagai berikut:

1) Timbang bejana besi;

2) Ambil kerikil yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana

sampai tinggi bejana lalu dirojok sebanyak 25 kali secara merata

diseluruh permukaan. Isikan tinggi bejana lagi sehingga menjadi

tinggi bejana lalu di rojok sebanyak 25 kali secara merata diseluruh

79

Universitas Sumatera Utara


permukaan. Lalu, isi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali

sebanyak 25 kali secara merata diseluruh permukaan dan permukaan

kerikil diratakan setinggi permukaan bejana besi;

3) Timbang bejana dan kerikil;

4) Keluarkan kerikil dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan

air sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;

5) Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.

b. Dengan cara longgar

Cara longgar, dilakukan untuk agregat dengan ukuran Ø ≥ 100 mm

a. Timbang bejana besi;

b. Ambil kerikil yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana

dengan cara menyiram dengan menggunakan sekop setinggi ± 5 cm dari

permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan permukaan kerikil

setinggi permukaan bejana besi;

c. Timbang bejana dan kerikil;

d. Keluarkan kerikil dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan

air sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;

e. Lakukan percobaan untuk dua sampel dengan bejana yang sama.

5. Rumus
M
�= (3.13)
V
Dimana:
Ρ = Berat Isi (kg/m3)
M = Berat (kg)
V = Volume (m3)

80

Universitas Sumatera Utara


6. Hasil Percobaan

Dengan cara longgar = 1339,39 gr/cm3

Dengan cara merojok = 1467,97 gr/cm3

3.2.9. Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200)

1. Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil.

2. Peralatan
a. Ayakan no. 200

b. Oven

c. Timbangan

d. Pan

3. Bahan
a. Pasir kering oven

b. Kerikil kering oven

c. Air

4. Prosedur Percobaan
a. Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2 (dua)

sampel kerikil sebanyak masing-masing 1000 gram dalam keadaan kering

oven;

b. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;

c. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui

ayakan terlihat jernih dan bersih;

d. Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;

e. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat;
f. Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil.

81

Universitas Sumatera Utara


5. Rumus

BM-BK
KL = ×100% (3.14)
BM
Dimana:
KL = Kadar lumpur agregat (%)

BM = Berat sampel mula-mula

BK = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam

- Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar

lumpur pasir < 5%.

- Kerikil/batu pecah yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan,

bila kadar lumpur pasir < 1%.

6. Hasil Penelitian

- Kadar lumpur pasir rata-rata = 1% (pasir memenuhi persyaratan dan layak

untuk digunakan).

- Kadar lumpur batu pecah rata-rata = 0,55% (batu pecah memenuhi

persyaratan dan layak digunakan).

3.2.10. Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)

1. Tujuan Percobaan

Menentukan persentase kadar liat dalam pasir.

2. Peralatan

a. Ayakan no. 200

b. Oven

c. Timbangan

d. Pan

82

Universitas Sumatera Utara


3. Bahan

a. Pasir sisa pengujian kadar lumpur

b. Aquades

c. Air

4. Prosedur Percobaan

a. Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat

kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades

selama 24 jam;

b. Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan ada

pasir yang ikut terbuang;

c. Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil

diremas-remas selama ± 5 menit;

d. Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven bersuhu

110 ± 5 ºCselama 24 jam;

e. Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat.

5. Rumus

A-B
% Kadar Liat= A
×100% (3.15)

Dimana:

A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur)

B = Berat pasir setelah di oven

Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar liat

pasir < 1%.

83

Universitas Sumatera Utara


6. Hasil Percobaan

Kadar liat rata-rata = 0,71% (pasir memenuhi syarat untuk dipakai dalam

campuran beton).

3.2.11. Pemeriksaan Keausan Menggunakan Mesin Pengaus Los Angeles (SNI

03-2417-1991)

1. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui daya tahan agergat kasar terhadap keausan dengan

menggunakan mesin abrasi Los Angeles.

2. Peralatan

a. Mesin Los Angeles

b. Oven

c. Pan

d. Ayakan no. 12 (1,68 mm)

e. Timbangan

f. Peluru pengaus

3. Bahan

a. Air.

b. Kerikil (gradasi B), terdiri dari kerikil lolos Ø 19 mm tertahan Ø 12,5 mm

dan lolos Ø 12,5 mm tertahan Ø 9,5 mm.

4. Prosedur Percobaan

a. Timbang sampel bergradasi B dengan sebanyak 2500 ± 25 gram;

b. Masukkan peluru sebanyak 11 buah dan sampel kerikil kedalam mesin Los

Angeles;

84

Universitas Sumatera Utara


c. Tutup dan kunci mesin Los Angeles;

d. Putar mesin untuk 500 kali putaran selama ± 25 menit;

e. Sampel dikeluarkan dari mesin lalu diayak dengan ayakan No. 12 (Ø 1,68

mm);

f. Kerikil yang tertahan pada ayakan tersebut dicuci hingga bersih kemudian

dioven selama ± 24 jam;

g. Setelah ± 24 jam, keluarkan sampel kemudian timbang.

5. Rumus

A-B
% Keausan= ×100% (3.16)
A

Dimana:

A = Berat awal

B = Berat akhir

Agregat kasar yang baik digunakan untuk konstruksi bila persentase keausannya

tidak lebih dari 30% dan untuk jalan tidak boleh lebih dari 40%.

6. Hasil Percobaan

Persentase keausan sampel sebesar 17,10% (agregat kasar tersebut baik

digunakan untuk konstruksi).

3.2.12. Berat Jenis Semen

1. Tujuan Percobaan

Untuk mendapatkan angka berat jenis semen

2. Peralatan

a) Botol Le Chatelir

85

Universitas Sumatera Utara


b) Mangkuk porselen

c) Gelas ukur

d) Ayakan semen

e) Corong kaca

3. Bahan

a) Semen

b) Minyak tanah secukupnya

4. Prosedur Percobaan

a. Isi botol Le Chatelir dengan kerosin/ minyak tanah sampai batas antara 0 – 1,

bagikan dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan;

b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu yang di tetapkan untuk

menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada

botol dengan suhu yang telah ditetapkan;

c. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada

botol, baca skala pada botol (B);

d. Masukkan semen sebanyak 64 gram (A) sedikit demi sedikit ke dalam botol

dan hindarkan penempelan semen pada dinding pada botol di atas cairan

e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara

perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan

cairan;

f. Ulangi pekerjaan no. 2, setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu

yang ditetapkan pada botol, baca skala pada botol (C).

86

Universitas Sumatera Utara


5. Rumus
A
Berat Jenis = x d (diasumsikan) (3.17)
(C-B)

Dimana:
A = Berat semen (gram)

B = Pembacaan pertama pada skala botol (gram)

C = Pembacaan kedua pada skala botol (gram)

6. Hasil Percobaan

Berat jenis semen = 3,05

3.2.13. Berat Jenis Silica Fume

1. Tujuan Percobaan

Untuk mendapatkan angka berat jenis silica fume

2. Peralatan

a. Botol Le Chatelir

b. Mangkuk porselen

c. Gelas ukur

d. Ayakan semen

e. Corong kaca

3. Bahan

a. Silica fume
b. Minyak tanah secukupnya

4. Prosedur Percobaan

a. Isi botol Le Chatelir dengan kerosin/ minyak tanah sampai batas antara 0-1,

bagikan dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.

87

Universitas Sumatera Utara


b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu yang di tetapkan untuk

menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada

botol dengan suhu yang telah ditetapkan.

c. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada

botol, baca skala pada botol (B).

d. Masukkan silica fume sebanyak 64 gram (A) sedikit demi sedikit ke dalam

botol dan hindarkan penempelan semen pada dinding pada botol di atas

cairan.

e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara

perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan

cairan.

f. Ulangi langkah no. 2, setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang

ditetapkan pada botol, baca skala pada botol (C).

5. Rumus
A
Berat Jenis = x d (diasumsikan) (3.18)
(C-B)

Dimana:
A = Berat semen (gram)

B = Pembacaan pertama pada skala botol (gram)

C = Pembacaan kedua pada skala botol (gram)

6. Hasil Percobaan
Berat jenis semen = 3,05

88

Universitas Sumatera Utara


3.3. Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI

(American Concrete Institute)

3.3.1. Umum

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan komposisi campuran

beton metu tinggi dan untuk mengoptimalkan campuran beton mutu tinggi tersebut.

Perancangan ini hanya terbatas pada beton mutu tinggi yang diproduksi

dengan menggunakan bahan/material dan metode produksi konvensional. Beton

mutu tinggi didefenisikan sebagai beton yang mempunyai kekuatan tekan f’c 42 MPa

atau lebih.

3.3.2. Persyaratan untuk Kerja dan Perancangan

a. Umur Pengujian

Penentuan komposisi campuran beton dapat dipengaruhi oleh umur beton

pada saat pengujian. Beton mutu tinggi dapat memperoleh tambahan kekuatan

yang besar setelah umur 28 hari. Untuk memanfaatkan sifat ini, banyak spesifikasi

untuk kuat tekan dimodifikasi dari kriteria umur 28 hari ke umur 56 hari, 91 hari,

atau lebih.

b. Bahan Campuran

Bahan yang digunakan dalam campuran beton harus memenuhi standar

sebagai berikut:

1) Air harus memenuhi syarat yang berlaku, dalam hal ini tertuang dalam SK.

SNI. S-04-1989-F tentang “Spesifikasi Air sebagai Bahan Bangunan”.

89

Universitas Sumatera Utara


2) Semen harus memenuhi syarat SII-0013-81, tentang “Mutu dan Cara Uji

Semen Portland” atau SK. SNI. S-04-1989-F tentang “Spesifikasi Bahan

Perekat sebagai Bahan Bangunan”.

3) Agregat harus memenuhi syarat SII-0052-80, tentang “Mutu dan Cara Uji

Agregat Beton” atau SK. SNI. S-04-1989-F tentang “Spesifikasi Agregat

sebagai Bahan Bangunan”.

4) Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi syarat SK. SNI. S-18-1990-03

tentang “Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton” atau SK. SNI. S-19-1990-

03 jika menggunakan bahan tambah gelembung udara.

3.3.3. Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi (Mix Design).

Dalam perhitungan ini, nilai-nilai yang perlu diketahui sebelum perhitungan

yaitu: Kuat tekan yang disyaratkan f’c= 70 MPa pada umur 28 hari. Pasir yang

digunakan pasir alam, dengan karakteristik sebagai berikut: modulus kehalusan =

2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775%; berat isi padat

kering oven = 1665,68 kg/m3.

Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, ukuran maksimum agregat

dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif (kering oven)

= 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523%, berat isi padat kering oven = 1467,97 kg/m3.

Bahan tambah untuk mempermudah pengerjaan dipakai superplasticizer

dengan jumlah dosis yang sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2% dari berat

semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.

Bahan tambah pengganti sebahagian semen dipakai silica fume dengan kadar 5%-

20%. Silica fume yang digunakan memiliki berat jenis = 2,495.

90

Universitas Sumatera Utara


1. Langkah 1: Menentukan Slump dan Kekuatan yang diinginkan.

Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 25-50

mm sebelum penambahan superplasticizer.

(f' c +9,65)
Dengan Menggunakan persamaan f’cr = maka nilai kuat tekan rata-
0,90

rata fcr’ dapat ditentukan.

(70 +9,65)
fcr’ = = 88,50 Mpa pada umur 28 hari
0,90

2. Langkah 2: Menentukan Ukuran Agregat Kasar Maksimum

Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan 88,50 MPa > 62 MPa, maka

digunakan agregat kasar batu pecah dengan ukuran maksimum 20 mm.

3. Langkah 3: Menentukan Kadar Agregat Kasar Optimum

Karena ukuran agregat kasar maksimum 20 mm, maka dari Tabel 2.12

didapat fraksi berat kering agregat kasar optimum = 0,72. Nilai DRUW (Dry-

Rodded Unir Weight) atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kg/m3.

Berat Kering Agregat (OD) = (%DRUW) x (DRUW)

Berat Kering Agregat (OD) = (0,72) x (1468 kg/m3)

Berat Kering Agregat (OD) = 1057 kg/m3

4. Langkah 4: Estimasi Kadar Air Pencampuran dan Kadar Udara

Berdasarkan pada slump awal sebesar 25-50 mm dan ukuran maksimum

agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu

170 kg/m3 dan kandungan udara terperangkap, untuk campuran yang

menggunakan superplasticizer adalah 2%.

91

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan persamaan (2.10), voids content pasir yang

digunakan adalah:

1665,68
V=1- x 100 = 33%
2,476 x 1000

Penyesuaian air campuran, dihitung dengan menggunakan persamaan

(2.11) adalah:

Koreksi air campuran = (33 – 35) x 4,74 = -9,48 kg/m3

Maka, total air campuran yang diperlukan per m3 beton = 160,52 kg. Air

campuran yang diperlukan itu termasuk retarding admixture, tetapi tidak

termasuk air dalam HRWR.

5. Langkah 5: Menentukan W/c+p

Lihat Tabel 4.3.5 (b) untuk beton yang dibuat dengan menggunakan

superplasticizer dan ukuran maksimum agregat 20 mm, dan yang mempunyai

kekuatan tekan rata-rata yang ditargetkan untuk kondisi laboratorium (fcr’)

sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang

ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang

diperlukan di lapangan. Oleh karena itu nilai kekuatan yang dipakai dalam tabel

adalah:

(0,90 x 88,50) = 79.65 Mpa

Maka nilai W/c+p yang digunakan yaitu 0,27.

92

Universitas Sumatera Utara


6. Langkah 6: Menghitung Kadar Bahan Semen

Berat bahan semen per m3 beton adalah:

(160,52 : 0,27) = 595 kg.

7. Langkah 7: Penentuan Komposisi Campuran Dasar hanya dengan Semen

Portland saja (tanpa Silica Fume)

a. Kadar semen per m3 = 595 kg

b. Volume material per kg/m3 kecuali pasir sebagai berikut:

Tabel 3.2 Volume Material Campuran per kg/m3 Tanpa Pasir

Semen = 595/3050 = 0,195 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,752 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,752) = 0,248 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,248 x 2476 = 614 kg

Kebutuhan superplasticizer 2%

= 595 x 2% = 11,9 kg

93

Universitas Sumatera Utara


c. Maka, berat campuran beton per m3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Komposisi Campuran Dasar

Campuran Dasar

Semen = 595 kg

Agregat Halus (Pasir) = 614 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah) = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = 11,9 kg

8. Langkah 8: Komposisi Campuran dengan Semen dan Silica Fume

a. Silica Fume yang digunakan mempunyai berat jenis 2,495.

b. Persentase penggantian kadar semen portland dengan silica fume dibuat

dengan beberapa variasi campuran. Dalam penelitian ini menggunakan 4

(empat) varian campuran yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.4 Variasi Campuran Silica Fume

Campuran # 1 5%

Campuran # 2 10%

Campuran # 3 15%

Campuran # 4 20%

c. Untuk campuran pertama, berat silica fume per m3 beton adalah

= (0,05) x (595) = 29,75 kg,

Maka, berat semen

= (595) – (29,75) = 565,25 kg.

94

Universitas Sumatera Utara


Untuk campuran yang lain dihitung dengan cara yang sama. Nilainya sebagai

berikut:

Tabel 3.5 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (kg)

Semen Silica Fume Total


Campuran Gabungan
(kg) (kg) (kg)

Campuran # 1 565,25 29,75 595

Campuran # 2 535,50 59,50 595

Campuran # 3 505,75 89,25 595

Campuran # 4 476,00 119,0 595

d. Untuk campuran pertama, volume semen per m3 beton adalah

= (565,25) / (3050) = 0,185 m3, dan

Volume silica fume per m3 beton adalah

= (29,75) / (2495) = 0,012 m3

Untuk volume semen, silica fume, dan total bahan semen untuk masing-masing

campuran adalah:

Tabel 3.6 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (%)

Semen Silica Fume Total


Campuran Gabungan
(m3) (m3) (m3)

Campuran # 1 0,185 0,012 0,197

Campuran # 2 0,176 0,024 0,199

Campuran # 3 0,166 0,036 0,202

Campuran # 4 0,156 0,048 0,204

95

Universitas Sumatera Utara


e. Untuk semua campuran, volume agregat kasar, air, dan udara per m3 beton

adalah sama dengan campuran dasar yang tidak mengandung bahan semen.

Bagaimanapun juga, volume bahan semen bervariasi untuk setiap campuran.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran pertama sebagai

berikut:

Tabel 3.7 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,197 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,754 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,754) = 0,246 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,246 x 2476 = 609,096 kg per m3 beton.

96

Universitas Sumatera Utara


Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran kedua sebagai

berikut:

Tabel 3.8 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,199 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,756 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,756) = 0,244 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,244 x 2476 = 604,144 kg per m3 beton.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran ketiga sebagai

berikut:

Tabel 3.9 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,202 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,759 m3

97

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,759) = 0,241 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,241 x 2476 = 596,716 kg per m3 beton.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran keempat sebagai

berikut:

Tabel 3.10 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,204 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,761 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,761) = 0,239 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,239 x 2476 = 591,764 kg per m3 beton.

98

Universitas Sumatera Utara


Komposisi campuran beton untuk masing-masing campuran adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.11 Komposisi Campuran Pertama

Campuran # 1

Semen = 565,25 kg

Silica Fume = 29,75 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 609,096 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (565,25) = 11,305 kg

Tabel 3.12 Komposisi Campuran Kedua

Campuran # 2

Semen = 535,50 kg

Silica Fume = 59,500 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 604,144 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (535,50) = 10,710 kg

99

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.13 Komposisi Campuran Ketiga

Campuran # 3

Semen = 505,75 kg

Silica Fume = 89,25 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 596,716 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (505,75) = 10,115 kg

Tabel 3.14 Komposisi Campuran Keempat

Campuran # 4

Semen = 476 kg

Silica Fume = 119 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 591,764 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (476) = 9,520 kg

9. Langkah 9: Campuran Percobaan (Trial Mix)

Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat

campuan tersebut di atas. Agregat halus (pasir) diketahui mempunyai kadar air

2,99% dan daya serap 2,775% sedangkan agregat kasar (batu pecah) diketahui

mempunyai kadar air 0,45% dan daya serap 0,523%.

100

Universitas Sumatera Utara


Maka, komposisi campuran beton per m3 untuk campuran dasar setelah koreksi

kadar air agregat adalah:

Tabel 3.15 Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran Dasar

Semen = Tetap = 595 kg

Agregat Halus (Pasir) = (614) x (1 + 2,99%) = 632,359 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(614) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x (0,45% -


159,972 kg
0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (595) = 11,900 kg

Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran pertama setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Tabel 3.16 Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 1

Semen = Tetap = 565,25 kg

Silica Fume = Tetap = 29,75 kg

Agregat Halus (Pasir) = (609,096) x (1 + 2,02%) = 627,308 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(609,096) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


159,982 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (565,25) = 11,305 kg

101

Universitas Sumatera Utara


Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran kedua setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Tabel 3.17 Komposisi Campuran Kedua Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 2

Semen = Tetap = 535,50 kg

Silica Fume = Tetap = 59,50 kg

Agregat Halus (Pasir) = (604,144) x (1 + 2,02%) = 622,208 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(604,144) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


159,993 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (535,50) = 10,710 kg

Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Tabel 3.18 Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 3

Semen = Tetap = 505,75 kg

Silica Fume = Tetap = 89,25 kg

Agregat Halus (Pasir) = (596,716) x (1 + 2,02%) = 614,558 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(596,716) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


160,009 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (505,75) = 10,115 kg

102

Universitas Sumatera Utara


Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran keempat setelah koreksi

kadar air agregat adalah:

Tabel 3.19 Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 4

Semen = Tetap = 476 kg

Silica Fume = Tetap = 119 kg

Agregat Halus (Pasir) = (591,764) x (1 + 2,02%) = 609,458 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(591,764) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


160,019 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (476) = 9,520 kg

Untuk pembuatan masing-masing sampel digunakan hasil hitungan kebutuhan

material yang baru seperti table di atas. Pada saat akan melakukan pembuatan

sampel maka kadar air yang terkandung dalam agregat dan pasir diperiksa lagi di

laboratorium, karena pengaruh kandungan air yang ada dalam agregat dan pasir

sangat mempengaruhi nilai faktor air semen dan kebutuhan air yang akan

digunakan.

3.4. Pengerjaan Beton

Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu

komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran

beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan.

Pencampuran bahan-bahan dapat dilakukan di laboratorium. Agar tetap terjaga

konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam pengolahan beton perlu

103

Universitas Sumatera Utara


diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi

jika pelaksanaannya tidak di kontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton

yang tak sesuai dengan rencana akan semakin besar. Cara pengolahan ini akan

menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat. Adapun pelaksanaannya meliputi:

1. Persiapan

Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih

dahulu diperhatikan:

a. Semua peralatan untuk pengadukan pengangkutan beton harus bersih.

b. Wadah yang diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang

mengganggu.

c. Untuk memudahkan pembukaan wadah boleh dilapisi dengan bahan khusus,

antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (vaselin) atau

lembaran polyurethane.

2. Ukuran Benda Uji

Pada umumnya benda uji silinder berukuran Ø 15 cm x 30 cm ditetapkan

sebagai standar untuk evaluasi kekuatan beton mutu tinggi. Akan tetapi, silinder

dengan ukuran Ø 10 cm x 20 cm sering juga digunakan. Selain itu kubus dengan

ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm juga dapat digunakan untuk evaluasi kekuatan

beton mutu tinggi. Ukuran benda uji yang digunakan oleh produsen beton harus

sesuai dengan kapasitas beban mesin tes dan konsisten dengan ukuran silinder dan

kubus yang ditentukan oleh desainer sebagai syarat untuk penerimaan.

Pengukuran kekuatan dengan menggunakan silinder Ø 15 cm x 30 cm tidak dapat

diganti begitu saja dengan menggunakan silinder Ø 10 cm x 20 cm.

104

Universitas Sumatera Utara


3. Tipe Cetakan

Tipe cetakan yang digunakan mempunyai pengaruh yang penting pada

pengukuran kekuatan tekan. Pada umumnya, benda uji yang dicetak dengan

menggunakan bahan baja akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih konsisten

dari pada benda uji yang dicetak dengan menggunakan bahan plastik. Cetakan

yang dibuat dari material kardus tidak dianjurkan untuk beton mutu tinggi.

4. Penakaran

Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkaan dari hasil

rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal (3.3.2) SK. SNI.

T.-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM

C. 685 Standard Made By Volume Batching and Continous Mixing serta ASTM.

94.

5. Pengadukan (Pencampuran)

Setelah didapatkan komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan

tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran. Komposisinya disesuaikan

dengan kapasitas alat aduk. Secara umum pengadukan dilakukan sampai

didapatkan suatu sifat yang plastis dalam campuran beton segar. Indikasinya

adalah warna adukan merata, kelecekan yang cukup, dan tampak homogen.

Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan

dengan mesin. Pengadukan manual dilakukan dengan tenaga manusia sepenuhnya

yaitu dengan tangan, sedangkan pengadukan dengan mesin memanfaatkan

bantuan alat aduk seperti molen atau baching plan. Pengadukan dengan tangan

biasanya dilakukan jika kebutuhan akan beton lebih kecil dari 10 m3 dalam satu

105

Universitas Sumatera Utara


periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan adukan lebih kecil dari 10 m 3,

desain campurannya harus direncanakan.

6. Slump

Pada umumnya, beton mutu tinggi harus ditempatkan dengan slump

terendah yang masih mungkin untuk dapat dikerjakan dan dipadatkan di lapangan

dengan tepat. Slump 50 sampai 100 mm memberikan workabilitas yang

diperlukan untuk sebagian besar aplikasi di lapangan. Karena kadar agregat kasar

dan bahan semen yang tinggi dan rendahnya fas, beton mutu tinggi biasanya sulit

ditempatkan/dicor. Akan tetapi, beton mutu tinggi dapat dibuat dengan slump

tinggi dengan bantuan HRWR tanpa segregasi. Beton yang mudah mengalir

dengan slump melebihi 200 mm, dengan adanya penambahan HRWR, sangat

efektif dalam pengisian rongga kosong (voids) antara tulangan yang sangat rapat.

Dalam situasi dimana loss slump menjadi masalah, nilai slump diiginkan untuk

pengecoran dapat dicapai kembali dengan baik melalui pemberian dosis HRWR

tambahan dalam beton. Pemberian HRWR tambahan mengakibatkan peningkatan

kekuatan hampir pada semua umur pengetesan.

7. Penuangan Adukan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, maka hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam penuangan beton. Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penuangan adukan yaitu:

a. Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan

cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau

pengaliran adukan.

106

Universitas Sumatera Utara


b. Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur

sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan

dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.

c. Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material

asing tidak boleh dituang dalam struktur.

d. Campuran beton yang telah mengeras atau telah mengalami penambahan air

tidak boleh dituangkan.

e. Beton dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna

dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.

8. Pengangkutan

Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat penuangan.

Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir

(sebelum dituang) harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

pemisahan atau kehilangan material. Alat angkut yang digunakan harus mampu

menyediakan beton di tempat penyimpanan akhir dengan lancar tanpa

mengakibatkan pemisahan dari bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan

yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang

berurutan.

9. Pemadatan Beton

Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang ke dalam cetakan.

Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam

praktiknya, pengidikasian initial setting dilakukan dengan cara menusuk beton

tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk 10 cm berarti

107

Universitas Sumatera Utara


setting time belum tercapai. Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan

rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton segar.

Alat pemadat sendiri dapat berupa kayu atau besi tulangan. Alat pemadat

mesin juga bisa digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan vibrator atau

alat getar. Pemadatan dilakukan dengan penggetaran. Campuran beton akan

mengalir dan memadat karena rongga-rongga terisi dengan butir-butir yang lebih

halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar berupa tongkat dan

digerakkan dengan mesin. Untuk menggunakannya, tongkat dimasukkan ke

dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.

b. Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat getar yang

getar yang menggetarkan form work sehingga betonnya bergetar dan

memadat.

Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah:

a. Pada jarak yang berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar

dilaksanakan dalam waktu yang pendek,

b. Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri,

c. Tidak menyebabkan terjadinya bleeding,

d. Pemadatan merata,

10. Pekerjaan Akhir (Finishing)

Pekerjaan finishing untuk mendapatkan sebuah permukaan beton yang

rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan saat beton belum mengalami

final setting, karena pada masa ini beton masih bisa dibentuk, alat yang

digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat perata lainnya.

108

Universitas Sumatera Utara


11. Perawatan Beton

Perawatan ini dilakukan setelah beton mengalami final setting, artinya

beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya

tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton mengalami keretakan

karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan minimal dilakukan 7 (tujuh)

hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus

diperhatikan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang

dipercepat.

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan

tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari

keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas

dari dimensi struktur.

12. Capping Benda Uji

Sebelum pengetesan silinder, ujung-ujungnya biasanya diberi capping

terlebih dahulu agar gaya yang diberikan oleh mesin uji dapat terdistribusi secara

merata pada benda uji. Mortar Sulfur (belerang) merupakan material capping

yang paling banyak digunakan. Bahan ini jika dipersiapkan dengan tepat dapat

memberiakan hasil yang ekonomis, baik, dan dapat mecapai kekuatan yang

tinggi dalam waktu yang singkat.

Ketebalan capping berkisar antara 1,5 sampai 3 mm untuk benda uji

beton mutu tinggi. Pada penggunaan capping dari belerang pada benda uji beton

mutu tinggi, kondisi ujung benda uji yang tidak rata harus diperbaiki terlebih

dahulu sebelum di capping. Kondisi ujung yang tidak rata dan rongga kosong

109

Universitas Sumatera Utara


antara capping dengan permukaan ujung silinder dapat menimbulkan pengaruh

negatif dalam pengukuran kekuatan tekan.

13. Pengujian Kuat Tekan Beton dan Kuat Tekan Beton Karakteristik

Setelah beton dirawat dan telah berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28

hari, dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat mesin kuat

tekan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji. Setelah data

pengujian kuat tekan di dapat maka kuat tekan beton dapat dihitung dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2.2):

P
fc’ =
A

Dimana:

fc’ = Kuat tekan beton yang diisyaratkan (MPa)

P = Beban maksimum (kN)

A = Luas penampang benda uji (cm2)

Setelah didapatkan hasil data kuat tekan beton, maka kuat tekan beton

karakteristik dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.3), (2.4), dan

(2.5):

�(�’ −�’ �)
�=
�−

� �’
σ’bm =

σ’bk = σ’bm - 1.64.s

110

Universitas Sumatera Utara


Dimana:

s = Deviasi standar (kg/cm2)

σ’b = Kuat tekan beton dari masing-masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm = Kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)

σ’bm = Kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2)

N = Jumlah benda uji

s = Standar deviasi

3.5. Pengolahan data

Setelah bahan dan alat uji siap serta sampel uji telah dibuat, maka siap untuk

diuji sesuai prosedur penelitian. Hasil dari pengujian berupa data-data kasar yang

masih perlu diolah lebih lanjut untuk mengetahui hubungan/korelasi antara satu

pengujian dengan pengujian lainnya. Secara umum dari pengujian-pengujian yang

akan dilakukan nantinya akan menghasilkan pengaruh perawatan dan penambahan

silica fume pada mutu beton.

111

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara. Seluruh tahap pekerjaan yang direncanakan pada penelitian ini telah selesai

dilaksanakan. Dimulai dari tahap pemeriksaan material (pasir dan batu pecah),

perhitungan campuran beton, kemudian persiapan bahan dan material, pembuatan

benda uji, perawatan (curing) benda uji sampai dengan pengujian kuat tekan dapat

dilaksanakan tanpa menemui kesulitan yang berarti. Hasil penelitian yang berupa

data-data, selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.

4.2. Pemeriksaan Bahan Susun

Bahan susun untuk campuran beton mutu tinggi yang dipergunakan meliputi:

agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir), semen, air, superplastisizer, dan

silica fume. Dari hasil pengujian pasir di laboratorium didapatkan hasil modulus

kehalusan butir atau Fineness Modulus (FM) sebesar 2,519 dan termasuk gradasi

untuk zona 2, berat jenis pasir kering (bulk) sebesar 2,476, daya serap atau kapasitas

absorpsi sebesar 2,775%, berat isi padat kering oven sebesar 1665,68 kg/m3 dan

kadar lumpur sebesar 1%.

Hasil pengujian kerikil didapatkan hasil modulus kehalusan butir atau Fineness

Modulus (FM) sebesar 6,945, berat jenis (bulk) sebesar 2,810, daya serap atau

kapasitas absorpsi sebesar 0,523%, berat isi padat kering oven sebesar 1467,97

kg/m3 dan kadar lumpur sebesar 0,55%. Hasil pengujian silica fume didapatkan hasil

112

Universitas Sumatera Utara


berat jenis sebesar 2,495. Selain itu hasil pengujian semen tipe I didapatkan berat

jenis sebesar 3,050.

Secara umum dari hasil pemeriksaan dan pengujian bahan susun tersebut

memenuhi syarat untuk pembuatan beton. Untuk hasil lengkap dari pemeriksaan

bahan susun campuran beton mutu tinggi ini, dapat dilihat pada lampiran 1.

4.3. Proses Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengadukan

menggunakan mesin pengaduk atau molen. Benda uji beton setiap variasi dikurangi

proporsi semennya dan digantikan dengan silica fume secara gradual mulai dari 5%;

10%; 15% dan 20% dari berat semen, serta dengan menggunakan bahan tambah

superplasticizer sebesar 2% dari berat semen. Proses pembuatan adukan beton adalah

sebagai berikut:

1. Proses awal pembuatan benda uji beton normal tanpa penggantian sebagian semen

dengan silica fume dan penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen

adalah dengan pengadukan menggunakan mesin pengaduk (molen) didahului

dengan memasukkan pasir, kemudian diaduk, setelah itu semen portland

dimasukkan ke dalam molen, kemudian diaduk lagi sampai pasir dan semen

tercampur secara merata. Kemudian disiramkan air yang telah dicampur dengan

superplasticizer sedikit demi sedikit ke dalam molen sampai campuran tadi

membentuk pasta. Setelah itu masukkan kerikil, kemudian di aduk kembali. Air

kembali disiramkan ke dalam molen secara merata sampai habis. Kemudian

campuran beton tadi diaduk sampai adukan terlihat telah homogen.

2. Setelah adukan homogen, dilaksanakan pengujian slump. Kemudian diukur nilai

slump dari adukan tersebut, jika belum sesuai dengan nilai slump yang

113

Universitas Sumatera Utara


direncanakan maka campuran dimasukkan kembali untuk dilakukan penyesuaian

dengan penambahan air.

3. Setelah slump yang didapatkan sesuai dengan rencana, adukan beton dimasukkan

ke dalam kedalam cetakan silinder. Pengisian adukan dilakukan tiga tahap,

masing-masing 1/3 dari tinggi cetakan. Setiap tahap dipadatkan dengan cara

dirojok menggunakan tongkat baja sebanyak 25 kali. Selain dipadatkan dengan

cara dirojok, pemadatan bisa juga dilakukan dengan cara menggunakan mesin

penggetar atau vibrator. Dengan menggunakan vibrator, kepadatan adukan beton

dalam silinder jauh lebih baik.

4. Untuk pembuatan benda uji dengan penggantian sebagian semen dengan silica

fume adalah dengan melakukan tahapan-tahapan seperti penjelasan di atas.

Perbedaannya silica fume dimasukkan setelah semen dimasukkan. Kemudian

pasir, semen dan silica fume diaduk sampai merata. Kemudian tahapannya sama

seperti penjelasan di atas.

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengujian kuat tekan yang akan

dilakukan adalah kondisi permukaan benda uji. Permukaan yang rata akan

menghasilkan nilai kuat tekan yang baik karena distribusi beban akan tersebar secara

merata ke seluruh permukaan benda uji.

4.4. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) dengan Metode ACI

Perencanaan campuran beton (mix design) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah perencanaan campuran dengan metode ACI (American Concrete Institute),

dan hasil lengkap perencanaan campuran beton (mix design) dengan menggunakan

114

Universitas Sumatera Utara


metode ACI (American Concrete Institute) ini dapat dilihat pada lampiran. Berikut

ini adalah komposisi kebutuhan bahan untuk campuran beton mutu tinggi:

Tabel 4.1 Kebutuhan Bahan Susun Beton Tiap 1 m3

Volume Berat Berat


Kadar Kadar Berat
Batu
SF SP Air SP SF Semen Pasir
Pecah
(%) (%) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
(kg)
0% 2,0% 160,52 11,90 0 595 614 1057
5,0% 2,0% 160,52 11,305 29,75 565,25 609,096 1057
10,0% 2,0% 160,52 10,710 59,50 535,50 604,144 1057
15,0% 2,0% 160,52 10,115 89,25 505,75 596,716 1057
20,0% 2,0% 160,52 9,520 119 476 591,764 1057

4.5. Hasil Pengujian dan Pembahasan

4.5.1. Hasil Pengujian Slump dan Workability

Workability (kemudahan pengerjaan) beton dapat dilihat dari nilai slump yang

terjadi. Karena nilai slump merupakan parameter workability, semakin tinggi nilai

slump maka semakin mudah proses pengerjaan beton (workability). Beton mutu

tinggi menggunakan nilai fas rendah, berarti air yang digunakan sangat sedikit,

sehingga nilai slump rendah. Dalam penelitian ini nilai slump yang seharusnya

rendah berkisar antara 25-50 mm karena pada beton mutu tinggi air yang digunakan

sangat sedikit, dengan cara menambahkan bahan tambah superplasticizer yang bisa

menjadikan nilai slump lebih tinggi dari yang direncanakan. Dalam penelitian ini,

pemakaian bahan tambah superplasticizer semua sama untuk setiap variasi yaitu

sebesar 2,0% dari berat semen. Dengan penambahan superplasticizer diharapkan

akan diperoleh tingkat workability yang tinggi untuk mencapai nilai slump yang

sesuai tanpa terjadi bleeding dan segregasi. Superplasticizer merupakan bahan

115

Universitas Sumatera Utara


tambah kimia yang mempunyai pengaruh dalam meningkatkan workability beton

sampai pada tingkat yang cukup besar (L. J Murdock dan Brook, 1978).

Pada penelitian-penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa

pengurangan air pada adukan beton akan membuat nilai fas menjadi lebih kecil

sehingga kuat tekan beton meningkat, tetapi hal tersebut bisa berdampak pada

turunnya nilai slump. Seiring dengan menurunnya nilai slump pada adukan beton,

maka tingkat workability juga akan menurun, dengan kata lain semakin banyak

pengurangan air dalam adukan beton maka kuat tekan beton akan meningkat, akan

tetapi semakin kecil nilai fas maka akan menurunkan nilai slump dan tingkat

workability, hal tersebut akan sangat berpengaruh pada proses pengerjaan beton.

Namun dengan menambahkan bahan tambah beton tanpa pengurangan air, tingkat

penurunan workability dapat dihindari sehingga saat pengerjaan beton dilaksanakan

bisa menjadi lebih mudah dan bisa mendapatkan kuat tekan beton yang lebih baik.

Dalam penelitian ini setiap benda uji dilakukan empat titik pengujian slump,

kemudian dari empat kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata. Hasil uji slump

dengan menggunakan superplasticizer 2% dan kadar silica fume bervariasi disajikan

dalam Tabel 4.2.

116

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Hasil Pengujian Slump Beton Segar dengan Kadar
Superplasticizer 2% dan Kadar Silica Fume Bervariasi

Volume Berat
Kadar Kadar Berat Slump
Berat Pasir Slump
SF SP Air SP SF Semen Kerikil Rata-rata
(kg) (cm)
(%) (%) (Liter) (Liter) (kg) (kg) (kg) (cm)

4,00
4,50
0% 2,0% 160,52 11,90 0 595 614 1057 4,50
4,50
5,00
4,50
4,00
5,0% 2,0% 160,52 11,305 29,75 565,25 609,096 1057 4,00
3,50
4,00
3,50
3,00
10,0% 2,0% 160,52 10,710 59,50 535,50 604,144 1057 3,63
4,50
3,50
3,50
3,00
15,0% 2,0% 160,52 10,115 89,25 505,75 596,716 1057 3,50
3,50
4,00
3,50
3,50
20,0% 2,0% 160,52 9,520 119 476 591,764 1057 3,38
3,00
3,50

NILAI SLUMP
NILAI SLUMPPADA TIAP
PADA TIAP VARIASI
VARIASI

5
4.50
4.00
Nilai Slump (cm)

4 3.63
3.50
3.38

0
0 5 10 15 20
Kadar Silica Fume (%)

Gambar 4.1 Pengaruh Kadar Silica Fume Terhadap Nilai Slump

117

Universitas Sumatera Utara


Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa semakin besar kadar silica

fume semakin menurun nilai slumpnya. Hal tersebut diakibatkan karena silica fume

lebih banyak menyerap air jika dibandingkan dengan semen, sehingga adukan

menjadi lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai slump beton segar menjadi

semakin rendah sesuai dengan kadar silica fume yang ditambahkan.

Gambar 4.2 Pengujian Slump pada Campuran Beton Normal

4.5.2. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji

Setelah dilakukan pembuatan dan perawatan benda uji, selanjutnya dilakukan

pengujian kuat tekan benda uji tersebut. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada

saat benda uji berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari dengan kuat tekan yang

direncanakan (f’c) sebesar 70 MPa sebanyak 100 benda uji, yang terdiri dari lima

variasi campuran. Untuk masing-masing variasi dibuat 20 benda uji yang berbentuk

silinder Ø 15 cm x 30 cm untuk kuat tekan, dimana setiap variasi dengan pemberian

bahan pengganti silica fume sebesar 5%-20% dari berat semen dan penambahan

superplasticizer tetap sebesar 2% dari berat semen.

118

Universitas Sumatera Utara


Dengan menggunakan rumus f’c = P/A, akan didapatkan nilai kuat tekan beton

menggunakan silinder ukuran Ø 15 cm x 30 cm. Pengujian kuat tekan beton sendiri

dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Dibawah

ini adalah tabel dan gambar yang memuat nilai kuat tekan untuk masing-masing

variasi campuran (untuk hasil lengkap pengujian kuat tekan beton yang berupa tabel

dan gambar dapat dilihat pada lampiran 2).

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Saat Pengujian di Lapangan

f'c Rata-rata Pada Saat Pengujian (MPa)


Kode Benda Uji
7 Hari 14 Hari 21 hari 28 hari
BN 49.82 66.67 71.48 74.73
BS5 51.86 69.41 74.17 77.68
BS10 54.58 73.04 78.24 81.76
BS15 50.96 67.94 72.58 75.30
BS20 47.33 62.85 67.03 71.11

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Umur 28 Hari

f'c Rata-rata Setelah Dikonversi ke Umur 28 Hari (MPa)


Kode Benda Uji
7 Hari 14 Hari 21 hari 28 hari
BN 76.65 75.76 75.24 74.73
BS5 79.79 78.88 78.07 77.68
BS10 83.97 83.00 82.36 81.76
BS15 78.39 77.21 76.40 75.30
BS20 72.82 71.41 70.56 71.11

119

Universitas Sumatera Utara


NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN
90

80

70

60
Ket.
Kuat Tekan

SF 0% :
50
(MPa)

SF 5% :
SF 10% :
40 SF 15% :
SF 20% :
30

20

10

0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian(Hari)

Gambar 4.3 Peningkatan Kekuatan Tekan Beton Gabungan Berdasarkan


Umur Pengujian Di Lapangan

PENGARUH SILICA FUME TERHADAP KUAT TEKAN

90

85
81.76
80 77.68
74.73 75.30
Kuat Tekan

75
(MPa)

71.11

70

65

60

55

50
0 5 10 15 20
Kadar Silica Fume (%)

Gambar 4.4 Kuat Tekan Beton Rata-rata pada Umur 28 Hari

Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas yang menunjukkan kuat tekan beton pada

saat pengujian di lapangan, dapat dilihat bahwa kuat tekan beton optimum atau

120

Universitas Sumatera Utara


tertinggi terdapat pada campuran beton dengan penambahan silica fume sebanyak

10% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen (BS10),

memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 81,76 MPa pada umur pengujian 28 hari.

Kuat tekan beton minimum atau terendah terdapat pada campuran beton dengan

penambahan silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer

sebanyak 2% dari berat semen (BS20), memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 71,11

MPa pada umur pengujian 28 hari. Pada tabel 4.3 dan gambar 4.3 yang disajikan

diatas, peningkatan kuat tekan beton dari umur 0 hari sampai 7 hari, peningkatan

kuat tekan sangat signifikan. Selanjutnya dari umur 7 hari sampai 14 hari dan dari 14

hari sampai 21 hari, peningkatan kekuatannya tidak seperti pada saat 0 hari sampai 7

hari. Selanjutnya dari umur 21 hari sampai umur 28 hari peningkatan kuat tekan

tidak terlalu besar. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kekuatan beton akan

terus bertambah sesuai dengan naiknya umur beton. Kekuatan beton akan naik secara

cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil.

Sedangkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.4, kuat tekan beton setelah dikonversi

ke dalam 28 hari. Terlihat bahwa kuat tekan beton optimum atau tertinggi terdapat

pada campuran beton dengan penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat

semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen (BS10) yaitu memiliki

nilai kuat tekan beton sebesar 83,97 MPa pada umur pengujian 7 hari. Kuat tekan

beton minimum atau terendah terdapat pada campuran beton dengan penambahan

silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari

berat semen (BS20) yaitu memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 70,56 MPa pada

umur pengujian 21 hari. Dari tabel 4.4 dan gambar 4.4, terlihat juga bahwa kuat

tekan beton pada umur pengujian 7 hari memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi

121

Universitas Sumatera Utara


dari nilai kuat tekan beton pada umur 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Hal ini disebabkan

karena beberapa faktor. Pertama, konversi faktor umur dari 7 hari ke 28 memiliki

nilai yang cukup besar yaitu 0,65. Kedua, faktor panas hidrasi dari semen. Panas

hidrasi semen setelah 24 jam pada temperature kamar, 30%-40% semen biasanya

mengalami proses hidrasi dan akan terus meningkat secara signifikan setiap harinya.

Pada saat berumur 7 hari panas hidrasi semen mencapai 80% dan pada umur 28 hari

panas hidrasi semen mencapai 96%. Terlihat bahwa setelah umur 7 hari nilai hidrasi

tidak naik secara signifikan. Faktor hidrasi pada saat umur beton 7 hari inilah yang

menyebabkan nilai kuat tekannya cukup tinggi. Meskipun nilai kuat tekan beton

umur 7 hari memiliki nilai kuat tekan beton optimum atau tertinggi, nilai kuat tekan

pada umur 7 hari ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan penentuan kuat tekan beton

sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena berdasarkan peraturan PBI tahun 1971

menyatakan bahwa penentuan kuat tekan beton didasarkan pada pengujian kuat tekan

beton pada umur pengujian 28 hari. Sehingga data yang dipergunakan untuk

penentuan nilai kuat tekan beton menggunakan data kuat tekan beton pada umur

pengujian 28 hari.

Dari data kuat tekan beton pada umur pengujian 28 hari di atas terlihat bahwa

penambahan silica fume pada batas kadar tertentu mampu meningkatkan kuat tekan

beton. Pada penambahan silica fume sebanyak 5% dari berat semen dan

superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen, mengalami peningkatan kekuatan

sebesar 3,95% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2% dari berat

semen. Selanjutnya pada penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat semen

dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen, mengalami peningkatan

kekuatan tertinggi yaitu sebesar 9,41% dari beton normal menggunakan

122

Universitas Sumatera Utara


superplasticizer 2% dari berat semen. Pada penambahan silica fume sebanyak 10%

dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen, mengalami

peningkatan kekuatan terkecil yaitu 0,76% dari beton normal menggunakan

superplasticizer 2% dari berat semen. Sedangkan pada penambahan silica fume

sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen,

nilai kuat tekan menurun sebesar 4,84% dari beton normal menggunakan

superplasticizer 2% dari berat semen. Kuat tekan optimum atau tertinggi didapat

pada penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat semen dan superplasticizer

sebanyak 2% dari berat semen, yaitu memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 81,76

MPa dengan nilai slump sebesar 3,63 cm dan nilai kuat tekan minimum atau terendah

didapat pada penambahan silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan

superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen yaitu memiliki nilai kuat tekan beton

sebesar 71,11 MPa dengan nilai slump sebesar 3,38 cm.

Gambar 4.5 Benda Uji Silinder Setelah Pengujian Kuat Tekan

123

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini, sebelumnya telah ditentukan f’c rencana sebesar 70 MPa,

dan dari hasil penelitian didapatakan f’c terjadi sebesar 81,76 MPa. Jadi dapat

dikatakan bahwa penelitian ini memenuhi f’c rencana. Namun kuat tekan yang lebih

baik mungkin masih mungkin didapatkan jika bahan susun campuran terus diperbaiki

dan proses pembuatan benda uji lebih dimaksimalkan.

4.5.3. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik

Setelah pengujian kuat tekan beton, selanjutnya pada penelitian ini, akan

ditentukan nilai kekuatan tekan beton karakteristik berdasarkan variasi campurannya.

Untuk menghitung kekuatan tekan beton karakteristik dihitung dari benda uji kubus

15x15x15 cm pada umur 28 hari dengan satuan kg/cm2. Apabila benda uji bukan

berupa kubus karena alasan tertentu, seperti pada penelitian ini benda uji yang

digunakan adalah benda uji silinder ukuran Ø 15 cm x 30 cm, maka hasil uji kuat

tekan beton bentuk silinder dikonversikan ke dalam bentuk kubus dengan faktor

pembagi 0,83. Setelah itu akan ditentukan nilai kekuatan tekan beton karakteristik

berdasarkan rumus σ’bk = σ’bm - 1.64.s. Dibawah ini tabel yang memuat nilai kuat

tekan beton karakteristik (Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran

3)

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik

S (Standar
Kode Benda f’c rata-rata σ’bm σ’bk
Deviasi)
Uji (MPa) (kg/cm2) (kg/cm2)
(kg/cm2)
BN 75.61 910.93 14.70 886.82
BS5 78.63 947.37 15.99 912.14
BS10 82.76 997.09 22.62 960.00
BS15 76.74 924.62 22.59 887.56
BS20 71.48 861.17 20.37 827.75

124

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel di atas, nilai kuat tekan beton karakteristiknya bervariasi. Pada

campuran beton normal (BN), nilai kuat tekan beton karakteristiknya 886,82 kg/cm2,

dengan standar deviasi (s) 14,70 kg/cm2. Pada campuran beton dengan kadar silica

fume 5% dan superplasticizer sebesar 2% (BS5), nilai kuat tekan beton

karakteristiknya 912,14 kg/cm2, dengan standar deviasi (s) 15,99 kg/cm2. Pada

campuran beton dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer sebesar 2%

(BS10), memiliki nilai kuat tekan beton karakteristik terbesar yaitu 960 kg/cm2,

dengan standar deviasi (s) 22,62 kg/cm2. Pada campuran beton dengan kadar silica

fume 15% dan superplasticizer sebesar 2% (BS15), nilai kuat tekan beton

karakteristiknya 887,56 kg/cm2, dengan standar deviasi (s) 22,59 kg/cm2 dan pada

campuran beton dengan kadar silica fume 20% dan superplasticizer sebesar 2%

(BS20), nilai kuat tekan beton karakteristiknya 827,75 kg/cm2, dengan standar

deviasi (s) 20,37 kg/cm2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada campuran beton

dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer sebesar 2% (BS10) memiliki nilai

kuat tekan beton karakteristik yang relatif lebih tinggi dari campuran beton lainnya.

Dari mutu pelaksanaan, beton dengan campuran beton normal (BN) memiliki mutu

pelaksanaan lebih baik dari beton dengan campuran lainnya, tetapi secara

keseluruhan mutu pelaksanaan untuk semua variasi campuran baik.

4.5.4. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu (quality control) adalah bagian dari jaminan kualitas guna

memastikan kualitas produk dengan menguji untuk mengecek terhadap nilai target

tertentu, misalnya uji silinder standar dalam produksi beton.

125

Universitas Sumatera Utara


Beton, seperti juga material bangunan lain, secara garis besar adalah material

variabel. Faktor-faktor yang menyebabkan variasi dapat dikelompokkan menjadi

sebagai berikut: Material, variasi pada penambahan silica fume dan superplasticizer

pada gradasi, komposisi mineral, sifat fisik dan bentuk butir dari agregat. Produksi:

Jenis batching plan dan peralatannya, metode pengujian, prosedur dan kualitas

pengerjaan untuk memproduksi dan menuang beton. Pengujian: Prosedur

pengambilan contoh, pembuatan dan perawatan benda uji, serta prosedur pengujian

yang dipakai.

Dalam hal ini pendekatan terhadap variasi penggantian sebagian semen

dengan silica fume dan penambahan superplasticizer akan dinyatakan dengan

distribusi normal dimana masing-masing variasi akan dihitung nilai probabilitas dan

keandalannya. Kita tidak dapat merencanakan struktur atas dasar kekuatan rata-rata.

Jika demikian maka akan berarti bahwa setengah dari beton akan mempunyai

kekuatan yang di bawah kekuatan rencana. Sebaliknya, kita tidak dapat memaksakan

bahwa semua kekuatan harus di atas nilai rencana. Oleh karena itu tidak mungkin

pada kekuatan yang terdistribusi normal. Jadi kita harus memutuskan suatu

persentase yang dapat diterima di mana benda uji akan jatuh di bawah nilai rencana.

Kita berusaha mengevaluasi kekuatan dari beton dari seluruh struktur, yang

didasarkan pada benda uji yang terbatas jumlahnya. Memang harus cukup banyak

data pengujian supaya representatif. Namun kita paling baik hanya dapat

mengestimasikan kekuatannya.

Adapun nilai probabilitas dan keandalan dari masing-masing variasi dari

penambahan silica fume dan superplasticizer adalah sebagai berikut:

126

Universitas Sumatera Utara


1. Variasi 1, (tanpa penambahan silica fume dan penambahan superplasticizer

sebesar 2% dari berat semen)

Dari lampiran 3 tabel 1 diperoleh hasil:

Nilai mimimum kuat tekan = 73,60 MPa

Nilai maksimum kuat tekan = 78,39 MPa

Kuat tekan (f’c) rata-rata = 75,61 MPa

Standar Deviasi (s) = 1,22 MPa

70−75,61
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 -  ( )
1,22

= 1 - [1 -  (4,60)]

= 1 - (0,211245E-05)

= 0,9999

= 99,99%

99,99%
70 MPa

Gambar 4.6 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 1

2. Variasi 2, (penambahan silica fume sebesar 5% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen)

Dari lampiran 3 tabel 2 diperoleh hasil:

Nilai mimimum kuat tekan = 76,43 MPa

Nilai maksimum kuat tekan = 81,88 MPa

127

Universitas Sumatera Utara


Kuat tekan (f’c) rata-rata = 78,63 MPa

Standar Deviasi (s) = 1,33 MPa


70−78,63
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 -  ( )
1,33

= 1 - [1 -  (6,49)]

= 1 - (0,43913 E-10)

= 0,9999

= 99,99%

99,99%
70 MPa

Gambar 4.7 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 2

3. Variasi 3, (penambahan silica fume sebesar 10% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen)

Dari lampiran 3 tabel 3 diperoleh hasil:

Nilai mimimum kuat tekan = 78,70 MPa

Nilai maksimum kuat tekan = 85,36 MPa

Kuat tekan (f’c) rata-rata = 82,76 MPa

Standar Deviasi (s) = 1,88 MPa


70−82,76
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 -  ( )
1,88

= 1 - [1 -  (6,79)]

= 1 - (0,5750 E-11)

128

Universitas Sumatera Utara


= 0,9999

= 99,99%

99,99%
70 MPa

Gambar 4.8 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 3

4. Variasi 4, (penambahan silica fume sebesar 15% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen)

Dari lampiran 3 tabel 4 diperoleh hasil:

Nilai mimimum kuat tekan = 73,04 MPa

Nilai maksimum kuat tekan = 80,14 MPa

Kuat tekan (f’c) rata-rata = 76,74 MPa

Standar Deviasi (s) = 1,88 MPa


70−76,74
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 -  ( )
1,88

= 1 - [1 -  (3,59)]

= 1 - (1 - 0,999835)

= 0,9998

= 99,98%

129

Universitas Sumatera Utara


99,98%
70 MPa

Gambar 4.9 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 4

5. Variasi 5, (penambahan silica fume sebesar 20% dari berat semen dan

penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen)

Dari lampiran 3 tabel 5 diperoleh hasil:

Nilai mimimum kuat tekan = 68,54 MPa

Nilai maksimum kuat tekan = 74,91 MPa

Kuat tekan (f’c) rata-rata = 71,48 MPa

Standar Deviasi (s) = 1,69 MPa


70−71,48
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 -  ( )
1,69

= 1 - [1 -  (0,88)]

= 1 - (1 - 0,810570)

= 0,8106

= 81.06%

70 MPa

81,06%

Gambar 4.10 Kurva Distribusi Normal untuk Variasi 5

130

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Semua variasi campuran menggunakan fas atau W/(c+p) tetap yaitu 0,27.

2. Nilai kuat tekan beton optimum dicapai pada penggantian semen dengan

silica fume 10% dan superplasticizer 2% yaitu sebesar 81,76 MPa

menggunakan benda uji silinder Ø 15 cm x 30 cm dengan nilai slump sebesar

3,63 cm.

3. Pada penambahan silica fume 5% dan superplasticizer 2% mengalami

peningkatan kekutan sebesar 3,95% dari beton normal menggunakan

superplasticizer 2%. Pada penambahan silica fume sebanyak 10% dan

superplasticizer 2% mengalami peningkatan kekuatan tertinggi yaitu sebesar

9,41% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2%. Pada

penambahan silica fume 15% dan superplasticizer 2% mengalami

peningkatan kekuatan terkecil yaitu 0,76% dari beton normal menggunakan

superplasticizer 2%. Sedangkan Pada penambahan silica fume 20% dan

superplasticizer 2% nilai kuat tekan menurun sebesar 4,84% dari beton

normal menggunakan superplasticizer 2%.

4. Kuat tekan rencana dapat dicapai yaitu sebesar 70 MPa.

5. Dalam penelitian ini semakin besar kadar silica fume semakin menurun nilai

slumpnya.

131

Universitas Sumatera Utara


6. Dalam penelitian ini bahan pengganti yaitu silica fume dapat menggantikan

sebagian semen untuk mencapai kuat tekan di atas 70 MPa dan

superplasticizer dapat membantu mempermudah pengerjaan beton.

7. Dalam penelitian ini nilai kuat tekan beton karakteristik tertinggi terdapat

pada campuran beton dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer

sebesar 2% yaitu 960 kg/cm2.

8. Secara umum mutu pelaksanaan untuk semua variasi campuran baik.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan variasi silica fume yang

berbeda dan penggunaan superplasticizer dengan jenis lain.

2. Untuk penelitian selanjutnya harus lebih memperhatikan tekstur dan kekuatan

dari agregat kasar agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi.

3. Pada penelitian selanjutnya kadar penggunaan superplasticizer harus

diperhatikan dengan baik agar tidak mengakitkan terjadinya bleeding pada

adukan beton.

132

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton, SK

SNI S-18-1990-03. Bandung: Yayasan LPMB.

Fadli. 2002. Panduan Praktikum Pengujian Bahan II. Medan: Politeknik Negeri

Medan.

Hernando, Fandhi. 2009. Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan

Penambahan Superplasticizer dan Pengaruh Penggantian Sebagian Semen

dengan Fly Ash. Yogyakarta: Fakultas Teknik Sipil UII.

Kusumadi. 2007. Panduan Praktikum Pengujian Bahan I. Medan: Politeknik Negeri

Medan.

Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Murdock, L.J, Brook, K.M, Hendarko, Stephanus. 1991. Bahan dan Praktek Beton.

Jakarta: Erlangga.

Nugraha, Paul. dan Antoni. 2007. Teknologi Beton dan Material, Pembuatan Beton

Kinerja Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

Pasaribu, Joy Sandy. 2013. Analisis Penggunaan Berbagai Merk Semen Portland

Type I untuk Pembuatan Beton f’c 20 Mpa dengan Menggunakan Agregat Dari

Binjai. Medan: Departemen Teknik Sipil USU.

Segel, R., Kole, P., dan Kusuma, Gideon. 1993. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta:

Erlangga.

Tjokrodimuljo, K. 1992. Teknologi Beton. Yogyakarta: Gramedia.

Zai, Krisman A, dkk. 2011. Laporan Praktikum Teknologi Beton. Medan:

Departemen Teknik Sipil USU.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT,

SEMEN & SILICA FUME

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR,

SEMEN, DAN SILICA FUME

1. Analisa Ayak Agregat Halus

2. Analisa Ayak Agregat Kasar

3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus

4. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar

5. Pengujian Kadar Organik Pada Pasir/Colorimetric Test

6. Kadar Air Pada Agregat

7. Berat Isi Pasir

8. Berat Isi Kerikil

9. Pemeriksaan Kadar Lumpur

10. Pemeriksaan Kadar Liat

11. Pemeriksaan Keausan Menggunakan Mesin Pengaus Los Angeles

12. Berat Jenis Semen

13. Berat Jenis Silica Fume

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2

DATA HASIL PENGUJIAN

KUAT TEKAN BETON

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal

Berat f’c Pada f'c Pada


Umur Luas Beban
Nama Benda Saat Umur 28
Beton Tampang Maksimum
Benda Uji Pengujian Hari
Uji
(kg) (Hari) (cm2) (kN) (MPa) (MPa)
BN-1 13.12 7 176.625 900 50.96 78.39
BN-2 12.91 7 176.625 860 48.69 74.91
BN-3 13.05 7 176.625 880 49.82 76.65
BN-4 12.89 7 176.625 870 49.26 75.78
BN-5 12.90 7 176.625 890 50.39 77.52
BN-6 12.68 14 176.625 1170 66.24 75.28
BN-7 12.57 14 176.625 1190 67.37 76.56
BN-8 12.88 14 176.625 1190 67.37 76.56
BN-9 12.87 14 176.625 1160 65.68 74.63
BN-10* 12.46 14 176.625 660 37.37 42.46
BN-11 12.45 21 176.625 1240 70.21 73.90
BN-12 12.69 21 176.625 1270 71.90 75.69
BN-13* 12.44 21 176.625 780 44.16 46.49
BN-14 12.82 21 176.625 1280 72.47 76.28
BN-15 12.44 21 176.625 1260 71.34 75.09
BN-16 12.88 28 176.625 1300 73.60 73.60
BN-17 12.82 28 176.625 1320 74.73 74.73
BN-18 12.55 28 176.625 1330 75.30 75.30
BN-19 12.49 28 176.625 1320 74.73 74.73
BN-20 12.56 28 176.625 1330 75.30 75.30
* Diabaikan karena mempunyai kuat tekan yang jauh dan senjang.

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Nilai Mimimum Kuat Tekan : 73,60 MPa

Nilai Maksimum Kuat Tekan : 78,39 MPa

Kuat Tekan (f’c) rata-rata : 75,61 MPa

Standar Deviasi (s) : 1,22 MPa

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Kadar silica fume 5%

Berat f’c Pada f'c Pada


Umur Luas Beban
Nama Benda Saat Umur 28
Beton Tampang Maksimum
Benda Uji Pengujian Hari
Uji
(kg) (Hari) (cm2) (kN) (MPa) (MPa)
BS5-1 13.10 7 176.625 920 52.09 80.14
BS5-2 12.90 7 176.625 900 50.96 78.39
BS5-3 13.02 7 176.625 900 50.96 78.39
BS5-4 13.13 7 176.625 920 52.09 80.14
BS5-5 12.90 7 176.625 940 53.22 81.88
BS5-6 13.10 14 176.625 1230 69.64 79.14
BS5-7 12.92 14 176.625 1220 69.07 78.49
BS5-8 13.12 14 176.625 1230 69.64 79.14
BS5-9 13.10 14 176.625 1210 68.51 77.85
BS5-10 12.81 14 176.625 1240 70.21 79.78
BS5-11 13.08 21 176.625 1320 74.73 78.67
BS5-12 13.14 21 176.625 1300 73.60 77.48
BS5-13 13.09 21 176.625 1290 73.04 76.88
BS5-14* 12.96 21 176.625 830 46.99 49.47
BS5-15 12.89 21 176.625 1330 75.30 79.26
BS5-16 13.27 28 176.625 1370 77.57 77.57
BS5-17 12.97 28 176.625 1380 78.13 78.13
BS5-18 13.25 28 176.625 1400 79.26 79.26
BS5-19 13.13 28 176.625 1360 77.00 77.00
BS5-20 13.10 28 176.625 1350 76.43 76.43
* Diabaikan karena mempunyai kuat tekan yang jauh dan senjang.

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Nilai Mimimum Kuat Tekan : 76,43 MPa

Nilai Maksimum Kuat Tekan : 81,88 MPa

Kuat Tekan (f’c) rata-rata : 78,63 MPa

Standar Deviasi (S) : 1,33 MPa

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Kadar silica fume 10%

Berat f’c Pada f'c Pada


Umur Luas Beban
Nama Benda Saat Umur 28
Beton Tampang Maksimum
Benda Uji Pengujian Hari
Uji
(kg) (Hari) (cm2) (kN) (MPa) (MPa)
BS10-1 13.01 7 176.625 980 55.48 85.36
BS10-2 13.12 7 176.625 960 54.35 83.62
BS10-3 12.99 7 176.625 960 54.35 83.62
BS10-4 13.31 7 176.625 950 53.79 82.75
BS10-5 12.79 7 176.625 970 54.92 84.49
BS10-6 13.24 14 176.625 1310 74.17 84.28
BS10-7 12.88 14 176.625 1280 72.47 82.35
BS10-8 12.91 14 176.625 1280 72.47 82.35
BS10-9 13.19 14 176.625 1290 73.04 83.00
BS10-10* 12.88 14 176.625 820 46.43 52.76
BS10-11 12.99 21 176.625 1400 79.26 83.44
BS10-12 12.88 21 176.625 1380 78.13 82.24
BS10-13 13.30 21 176.625 1410 79.83 84.03
BS10-14 13.89 21 176.625 1390 78.70 82.84
BS10-15 13.02 21 176.625 1330 75.30 79.26
BS10-16 13.11 28 176.625 1500 84.93 84.93
BS10-17 12.99 28 176.625 1480 83.79 83.79
BS10-18 12.89 28 176.625 1400 79.26 79.26
BS10-19 13.31 28 176.625 1390 78.70 78.70
BS10-20 13.99 28 176.625 1450 82.09 82.09
* Diabaikan karena mempunyai kuat tekan yang jauh dan senjang.

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Nilai Mimimum Kuat Tekan : 78,70 MPa

Nilai Maksimum Kuat Tekan : 85,36 MPa

Kuat Tekan (f’c) rata-rata : 82,76 MPa

Standar Deviasi (S) : 1,88 MPa

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Kadar silica fume 15%

Berat f’c Pada f'c Pada


Umur Luas Beban
Nama Benda Saat Umur 28
Beton Tampang Maksimum
Benda Uji Pengujian Hari
Uji
(kg) (Hari) (cm2) (kN) (MPa) (MPa)
BS15-1 13.00 7 176.625 910 51.52 79.26
BS15-2 12.74 7 176.625 890 50.39 77.52
BS15-3 12.89 7 176.625 920 52.09 80.14
BS15-4 13.03 7 176.625 880 49.82 76.65
BS15-5* 12.71 7 176.625 570 32.27 49.65
BS15-6 12.75 14 176.625 1200 67.94 77.21
BS15-7 12.95 14 176.625 1170 66.24 75.28
BS15-8 12.89 14 176.625 1210 68.51 77.85
BS15-9 13.10 14 176.625 1190 67.37 76.56
BS15-10 13.09 14 176.625 1230 69.64 79.14
BS15-11 12.84 21 176.625 1270 71.90 75.69
BS15-12 13.07 21 176.625 1260 71.34 75.09
BS15-13 13.11 21 176.625 1290 73.04 76.88
BS15-14 12.94 21 176.625 1310 74.17 78.07
BS15-15 12.91 21 176.625 1280 72.47 76.28
BS15-16 12.98 28 176.625 1380 78.13 78.13
BS15-17 12.96 28 176.625 1290 73.04 73.04
BS15-18 13.12 28 176.625 1300 73.60 73.60
BS15-19 12.98 28 176.625 1320 74.73 74.73
BS15-20 12.82 28 176.625 1360 77.00 77.00
* Diabaikan karena mempunyai kuat tekan yang jauh dan senjang.

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Nilai Mimimum Kuat Tekan : 73,04 MPa

Nilai Maksimum Kuat Tekan : 80,14 MPa

Kuat Tekan (f’c) rata-rata : 76,74 MPa

Standar Deviasi (S) : 1,88 MPa

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Kadar silica fume 20%

Berat f’c Pada f'c Pada


Umur Luas Beban
Nama Benda Saat Umur 28
Beton Tampang Maksimum
Benda Uji Pengujian Hari
Uji
(kg) (Hari) (cm2) (kN) (MPa) (MPa)
BS20-1 13.12 7 176.625 830 46.99 72.30
BS20-2 12.91 7 176.625 860 48.69 74.91
BS20-3 13.05 7 176.625 830 46.99 72.30
BS20-4 12.89 7 176.625 840 47.56 73.17
BS20-5 12.90 7 176.625 820 46.43 71.42
BS20-6 13.28 14 176.625 1140 64.54 73.34
BS20-7 13.02 14 176.625 1110 62.85 71.41
BS20-8 13.18 14 176.625 1130 63.98 72.70
BS20-9 12.87 14 176.625 1090 61.71 70.13
BS20-10 12.96 14 176.625 1080 61.15 69.48
BS20-11 12.85 21 176.625 1200 67.94 71.52
BS20-12 13.09 21 176.625 1190 67.37 70.92
BS20-13 12.93 21 176.625 1150 65.11 68.54
BS20-14 13.12 21 176.625 1170 66.24 69.73
BS20-15 13.11 21 176.625 1210 68.51 72.11
BS20-16 12.90 28 176.625 1230 69.64 69.64
BS20-17 12.92 28 176.625 1300 73.60 73.60
BS20-18 13.01 28 176.625 1220 69.07 69.07
BS20-19 13.19 28 176.625 1250 70.77 70.77
BS20-20 13.26 28 176.625 1280 72.47 72.47
* Diabaikan karena mempunyai kuat tekan yang jauh dan senjang.

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Nilai Mimimum Kuat Tekan : 68,54 MPa

Nilai Maksimum Kuat Tekan : 74,91 MPa

Kuat Tekan (f’c) rata-rata : 71,48 MPa

Standar Deviasi (S) : 1,69 MPa

Universitas Sumatera Utara


NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN

80
74.73
70 71.48
66.67
60
Kuat Tekan

50 49.82
(MPa)

40

30

20

10

0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)

Gambar 1. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton Normal Berdasarkan


Umur Pengujian

NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN

80
77.68
74.17
70 69.41

60
Kuat Tekan

51.86
(MPa)

50

40

30

20

10

0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)

Gambar 2. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 5%


Berdasarkan Umur Pengujian

Universitas Sumatera Utara


NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN

90

80 81.76
78.24
73.04
70

60
Kuat Tekan

54.58
(MPa)

50

40

30

20

10

0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)

Gambar 3. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 10%
Berdasarkan Umur Pengujian

NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN

90

80
75.30
72.58
70
67.94
60
Kuat Tekan
(MPa)

50 50.96

40

30

20

10

0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)

Gambar 4. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 15%
Berdasarkan Umur Pengujian

Universitas Sumatera Utara


NILAI KUAT TEKAN BERDASARKAN UMUR PENGUJIAN

80

70 71.11
67.03
62.85
60
Kuat Tekan

50
(MPa)

47.33
40

30

20

10

0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)

Gambar 5. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 20%
Berdasarkan Umur Pengujian

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

DATA HASIL PENGUJIAN

KUAT TEKAN BETON KARAKTERISTIK

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik Variasi 1

Berat Luas Beban


Nama f’c σb'
Benda Uji Tampang Maksimum
Benda
Uji (kg) (cm2) (kN) (MPa) (kg/cm2)
BN-1 13.12 176.625 900 78.39 944.49
BN-2 12.91 176.625 860 74.91 902.52
BN-3 13.05 176.625 880 76.65 923.50
BN-4 12.89 176.625 870 75.78 913.01
BN-5 12.90 176.625 890 77.52 934.00
BN-6 12.68 176.625 1170 75.28 906.93
BN-7 12.57 176.625 1190 76.56 922.43
BN-8 12.88 176.625 1190 76.56 922.43
BN-9 12.87 176.625 1160 74.63 899.18
BN-11 12.45 176.625 1240 73.90 890.36
BN-12 12.69 176.625 1270 75.69 911.91
BN-14 12.82 176.625 1280 76.28 919.09
BN-15 12.44 176.625 1260 75.09 904.73
BN-16 12.88 176.625 1300 73.60 886.77
BN-17 12.82 176.625 1320 74.73 900.42
BN-18 12.55 176.625 1330 75.30 907.24
BN-19 12.49 176.625 1320 74.73 900.42
BN-20 12.56 176.625 1330 75.30 907.24

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Kuat tekan rata-rata (σbm') : 910,93 kg/cm2

Standar Deviasi (s) : 14,70 kg/cm2

Kuat Tekan Karakteristik (σbk') : 886,82 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik Variasi 2

Berat Luas Beban


Nama f’c σb'
Benda Uji Tampang Maksimum
Benda
Uji (kg) (cm2) (kN) (MPa) (kg/cm2)
BS5-1 13.10 176.625 920 80.14 965.48
BS5-2 12.90 176.625 900 78.39 944.49
BS5-3 13.02 176.625 900 78.39 944.49
BS5-4 13.13 176.625 920 80.14 965.48
BS5-5 12.90 176.625 940 81.88 986.47
BS5-6 13.10 176.625 1230 79.14 953.44
BS5-7 12.92 176.625 1220 78.49 945.69
BS5-8 13.12 176.625 1230 79.14 953.44
BS5-9 13.10 176.625 1210 77.85 937.93
BS5-10 12.81 176.625 1240 79.78 961.19
BS5-11 13.08 176.625 1320 78.67 947.81
BS5-12 13.14 176.625 1300 77.48 933.45
BS5-13 13.09 176.625 1290 76.88 926.27
BS5-15 12.89 176.625 1330 79.26 954.99
BS5-16 13.27 176.625 1370 77.57 934.52
BS5-17 12.97 176.625 1380 78.13 941.34
BS5-18 13.25 176.625 1400 79.26 954.99
BS5-19 13.13 176.625 1360 77.00 927.70
BS5-20 13.10 176.625 1350 76.43 920.88

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Kuat tekan rata-rata (σbm') : 947,37 kg/cm2

Standar Deviasi (s) : 15,99 kg/cm2

Kuat Tekan Karakteristik (σbk') : 921,14 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik Variasi 3

Berat Luas Beban


Nama f’c σb'
Benda Uji Tampang Maksimum
Benda
Uji (kg) (cm2) (kN) (MPa) (kg/cm2)
BS10-1 13.01 176.625 980 85.36 1028.45
BS10-2 13.12 176.625 960 83.62 1007.46
BS10-3 12.99 176.625 960 83.62 1007.46
BS10-4 13.31 176.625 950 82.75 996.97
BS10-5 12.79 176.625 970 84.49 1017.95
BS10-6 13.24 176.625 1310 84.28 1015.45
BS10-7 12.88 176.625 1280 82.35 992.19
BS10-8 12.91 176.625 1280 82.35 992.19
BS10-9 13.19 176.625 1290 83.00 999.95
BS10-11 12.99 176.625 1400 83.44 1005.25
BS10-12 12.88 176.625 1380 82.24 990.89
BS10-13 13.30 176.625 1410 84.03 1012.43
BS10-14 13.89 176.625 1390 82.84 998.07
BS10-15 13.02 176.625 1330 79.26 954.99
BS10-16 13.11 176.625 1500 84.93 1023.20
BS10-17 12.99 176.625 1480 83.79 1009.56
BS10-18 12.89 176.625 1400 79.26 954.99
BS10-19 13.31 176.625 1390 78.70 948.17
BS10-20 13.99 176.625 1450 82.09 989.09

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Kuat tekan rata-rata (σbm') : 997,09 kg/cm2

Standar Deviasi (s) : 22,62 kg/cm2

Kuat Tekan Karakteristik (σbk') : 960,00 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik Variasi 4

Berat Luas Beban


Nama f’c σb'
Benda Uji Tampang Maksimum
Benda
Uji (kg) (cm2) (kN) (MPa) (kg/cm2)
BS15-1 13.00 176.625 910 79.26 954.99
BS15-2 12.74 176.625 890 77.52 934.00
BS15-3 12.89 176.625 920 80.14 965.48
BS15-4 13.03 176.625 880 76.65 923.50
BS15-6 12.75 176.625 1200 77.21 930.18
BS15-7 12.95 176.625 1170 75.28 906.93
BS15-8 12.89 176.625 1210 77.85 937.93
BS15-9 13.10 176.625 1190 76.56 922.43
BS15-10 13.09 176.625 1230 79.14 953.44
BS15-11 12.84 176.625 1270 75.69 911.91
BS15-12 13.07 176.625 1260 75.09 904.73
BS15-13 13.11 176.625 1290 76.88 926.27
BS15-14 12.94 176.625 1310 78.07 940.63
BS15-15 12.91 176.625 1280 76.28 919.09
BS15-16 12.98 176.625 1380 78.13 941.34
BS15-17 12.96 176.625 1290 73.04 879.95
BS15-18 13.12 176.625 1300 73.60 886.77
BS15-19 12.98 176.625 1320 74.73 900.42
BS15-20 12.82 176.625 1360 77.00 927.70

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Kuat tekan rata-rata (σbm') : 924,62 kg/cm2

Standar Deviasi (s) : 22,59 kg/cm2

Kuat Tekan Karakteristik (σbk') : 887,56 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik Variasi 5

Berat Luas Beban


Nama f’c σb'
Benda Uji Tampang Maksimum
Benda
Uji (kg) (cm2) (kN) (MPa) (kg/cm2)
BS20-1 13.12 176.625 830 72.30 871.03
BS20-2 12.91 176.625 860 74.91 902.52
BS20-3 13.05 176.625 830 72.30 871.03
BS20-4 12.89 176.625 840 73.17 881.53
BS20-5 12.90 176.625 820 71.42 860.54
BS20-6 13.28 176.625 1140 73.34 883.67
BS20-7 13.02 176.625 1110 71.41 860.42
BS20-8 13.18 176.625 1130 72.70 875.92
BS20-9 12.87 176.625 1090 70.13 844.92
BS20-10 12.96 176.625 1080 69.48 837.16
BS20-11 12.85 176.625 1200 71.52 861.64
BS20-12 13.09 176.625 1190 70.92 854.46
BS20-13 12.93 176.625 1150 68.54 825.74
BS20-14 13.12 176.625 1170 69.73 840.10
BS20-15 13.11 176.625 1210 72.11 868.82
BS20-16 12.90 176.625 1230 69.64 839.02
BS20-17 12.92 176.625 1300 73.60 886.77
BS20-18 13.01 176.625 1220 69.07 832.20
BS20-19 13.19 176.625 1250 70.77 852.67
BS20-20 13.26 176.625 1280 72.47 873.13

Dimana dari tabel didapatkan nilai

Kuat tekan rata-rata (σbm') : 861,17 kg/cm2

Standar Deviasi (s) : 20,37 kg/cm2

Kuat Tekan Karakteristik (σbk') : 827,75 kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

PERHITUNGAN CAMPURAN BETON ( MIX DESIGN )

DENGAN METODE ACI

(AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

Universitas Sumatera Utara


Dalam perhitungan ini, nilai-nilai yang perlu diketahui sebelum perhitungan

yaitu: Kuat tekan yang disyaratkan f’c= 70 MPa pada umur 28 hari. Pasir yang

digunakan pasir alam, dengan karakteristik sebagai berikut: modulus kehalusan =

2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775%; berat isi padat

kering oven = 1665,68 kg/m3.

Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, ukuran maksimum agregat

dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif (kering oven)

= 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523%, berat isi padat kering oven = 1467,97 kg/m3.

Bahan tambah untuk mempermudah pengerjaan dipakai superplasticizer

dengan jumlah dosis yang sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2% dari berat

semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.

Bahan tambah pengganti sebahagian semen dipakai silica fume dengan kadar 5%-

20%. Silica fume yang digunakan memiliki berat jenis = 2,495.

1. Langkah 1: Menentukan Slump dan Kekuatan yang diinginkan.

Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 25-50

mm sebelum penambahan superplasticizer.

(f' c +9,65)
Dengan Menggunakan persamaan f’cr = maka nilai kuat tekan rata-
0,90

rata fcr’ dapat ditentukan.

(70 +9,65)
fcr’ = = 88,50 Mpa pada umur 28 hari
0,90

2. Langkah 2: Menentukan Ukuran Agregat Kasar Maksimum

Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan 88,50 MPa > 62 MPa, maka

digunakan agregat kasar batu pecah dengan ukuran maksimum 20 mm.

Universitas Sumatera Utara


3. Langkah 3: Menentukan Kadar Agregat Kasar Optimum

Karena ukuran agregat kasar maksimum 20 mm, maka dari Tabel 2.12

didapat fraksi berat kering agregat kasar optimum = 0,72. Nilai DRUW (Dry-

Rodded Unir Weight) atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kg/m3.

Berat Kering Agregat (OD) = (%DRUW) x (DRUW)

Berat Kering Agregat (OD) = (0,72) x (1468 kg/m3)

Berat Kering Agregat (OD) = 1057 kg/m3

4. Langkah 4: Estimasi Kadar Air Pencampuran dan Kadar Udara

Berdasarkan pada slump awal sebesar 25-50 mm dan ukuran maksimum

agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu

170 kg/m3 dan kandungan udara terperangkap, untuk campuran yang

menggunakan superplasticizer adalah 2%.

Dengan menggunakan persamaan (2.10), voids content pasir yang

digunakan adalah:

1665 ,68
V=1- x 100 = 33%
2,476 x 1000

Penyesuaian air campuran, dihitung dengan menggunakan persamaan

(2.11) adalah:

Koreksi air campuran = (33 – 35) x 4,74 = -9,48 kg/m3

Maka, total air campuran yang diperlukan per m3 beton = 160,52 kg. Air

campuran yang diperlukan itu termasuk retarding admixture, tetapi tidak

termasuk air dalam HRWR.

Universitas Sumatera Utara


5. Langkah 5: Menentukan W/c+p

Lihat Tabel 4.3.5 (b) untuk beton yang dibuat dengan menggunakan

superplasticizer dan ukuran maksimum agregat 20 mm, dan yang mempunyai

kekuatan tekan rata-rata yang ditargetkan untuk kondisi laboratorium (fcr’)

sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang

ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang

diperlukan di lapangan. Oleh karena itu nilai kekuatan yang dipakai dalam tabel

adalah:

(0,90 x 88,50) = 79.65 Mpa

Maka nilai W/c+p yang digunakan yaitu 0,27.

6. Langkah 6: Menghitung Kadar Bahan Semen

Berat bahan semen per m3 beton adalah:

(160,52 : 0,27) = 595 kg.

7. Langkah 7: Penentuan Komposisi Campuran Dasar hanya dengan Semen

Portland saja (tanpa Silica Fume)

a. Kadar semen per m3 = 595 kg

b. Volume material per kg/m3 kecuali pasir sebagai berikut:

Tabel 1. Volume Material Campuran per kg/m3 Tanpa Pasir

Semen = 595/3050 = 0,195 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,752 m3

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,752) = 0,248 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,248 x 2476 = 614 kg

Kebutuhan superplasticizer 2%

= 595 x 2% = 11,9 kg

c. Maka, berat campuran beton per m3 sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Campuran Dasar

Campuran Dasar

Semen = 595 kg

Agregat Halus (Pasir) = 614 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah) = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = 11,9 kg

8. Langkah 8: Komposisi Campuran dengan Semen dan Silica Fume

a. Silica Fume yang digunakan mempunyai berat jenis 2,495.

b. Persentase penggantian kadar semen portland dengan silica fume dibuat

dengan beberapa variasi campuran. Dalam penelitian ini menggunakan 4

(empat) varian campuran yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Variasi Campuran Silica Fume

Campuran # 1 5%

Campuran # 2 10%

Campuran # 3 15%

Campuran # 4 20%

c. Untuk campuran pertama, berat silica fume per m3 beton adalah

= (0,05) x (595) = 29,75 kg,

Maka, berat semen

= (595) – (29,75) = 565,25 kg.

Untuk campuran yang lain dihitung dengan cara yang sama. Nilainya sebagai

berikut:

Tabel 4. Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (kg)

Semen Silica Fume Total


Campuran Gabungan
(kg) (kg) (kg)

Campuran # 1 565,25 29,75 595

Campuran # 2 535,50 59,50 595

Campuran # 3 505,75 89,25 595

Campuran # 4 476,00 119,0 595

d. Untuk campuran pertama, volume semen per m3 beton adalah

= (565,25) / (3050) = 0,185 m3, dan

Volume silica fume per m3 beton adalah

= (29,75) / (2495) = 0,012 m3

Universitas Sumatera Utara


Untuk volume semen, silica fume, dan total bahan semen untuk masing-masing

campuran adalah:

Tabel 5. Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (%)

Semen Silica Fume Total


Campuran Gabungan
(m3) (m3) (m3)

Campuran # 1 0,185 0,012 0,197

Campuran # 2 0,176 0,024 0,199

Campuran # 3 0,166 0,036 0,202

Campuran # 4 0,156 0,048 0,204

e. Untuk semua campuran, volume agregat kasar, air, dan udara per m3 beton

adalah sama dengan campuran dasar yang tidak mengandung bahan semen.

Bagaimanapun juga, volume bahan semen bervariasi untuk setiap campuran.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran pertama sebagai

berikut:

Tabel 6. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,197 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,754 m3

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,754) = 0,246 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,246 x 2476 = 609,096 kg per m3 beton.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran kedua sebagai

berikut:

Tabel 7. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,199 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,756 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,756) = 0,244 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,244 x 2476 = 604,144 kg per m3 beton.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran ketiga sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 8. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,202 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,759 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah

= (1 – 0,759) = 0,241 m3

Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah

= 0,241 x 2476 = 596,716 kg per m3 beton.

Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran keempat sebagai

berikut:

Tabel 9. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir

Komposisi Volume

Semen = 0,204 m3

Agregat kasar = 1057/2810 = 0,376 m3

Air = 160,52/1000 = 0,161 m3

Udara = 0,02 x 1 = 0,020 m3

Volume total = 0,761 m3

Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,761) = 0,239 m3

Universitas Sumatera Utara


Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
= 0,239 x 2476 = 591,764 kg per m3 beton.

Komposisi campuran beton untuk masing-masing campuran adalah sebagai

berikut:

Tabel 10. Komposisi Campuran Pertama

Campuran # 1

Semen = 565,25 kg

Silica Fume = 29,75 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 609,096 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (565,25) = 11,305 kg

Tabel 11. Komposisi Campuran Kedua

Campuran # 2

Semen = 535,50 kg

Silica Fume = 59,500 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 604,144 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (535,50) = 10,710 kg

Universitas Sumatera Utara


Tabel 12. Komposisi Campuran Ketiga

Campuran # 3

Semen = 505,75 kg

Silica Fume = 89,25 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 596,716 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (505,75) = 10,115 kg

Tabel 13. Komposisi Campuran Keempat

Campuran # 4

Semen = 476 kg

Silica Fume = 119 kg

Agregat Halus (Pasir), Kering = 591,764 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = 1057 kg

Air = 160,52 kg

Superplasticizer = (0,02) x (476) = 9,520 kg

9. Langkah 9: Campuran Percobaan (Trial Mix)

Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat

campuan tersebut di atas. Agregat halus (pasir) diketahui mempunyai kadar air

2,99% dan daya serap 2,775% sedangkan agregat kasar (batu pecah) diketahui

mempunyai kadar air 0,45% dan daya serap 0,523%.

Universitas Sumatera Utara


Maka, komposisi campuran beton per m3 untuk campuran dasar setelah koreksi

kadar air agregat adalah:

Tabel 14. Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran Dasar

Semen = Tetap = 595 kg

Agregat Halus (Pasir) = (614) x (1 + 2,99%) = 632,359 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(614) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x (0,45% -


159,972 kg
0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (595) = 11,900 kg

Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran pertama setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Tabel 15. Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 1

Semen = Tetap = 565,25 kg

Silica Fume = Tetap = 29,75 kg

Agregat Halus (Pasir) = (609,096) x (1 + 2,02%) = 627,308 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(609,096) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


159,982 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (565,25) = 11,305 kg

Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran kedua setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 16. Komposisi Campuran Kedua Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 2

Semen = Tetap = 535,50 kg

Silica Fume = Tetap = 59,50 kg

Agregat Halus (Pasir) = (604,144) x (1 + 2,02%) = 622,208 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(604,144) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


159,993 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (535,50) = 10,710 kg

Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar

air agregat adalah:

Tabel 17. Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 3

Semen = Tetap = 505,75 kg

Silica Fume = Tetap = 89,25 kg

Agregat Halus (Pasir) = (596,716) x (1 + 2,02%) = 614,558 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(596,716) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


160,009 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (505,75) = 10,115 kg

Universitas Sumatera Utara


Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran keempat setelah koreksi

kadar air agregat adalah:

Tabel 18. Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air

Campuran # 4

Semen = Tetap = 476 kg

Silica Fume = Tetap = 119 kg

Agregat Halus (Pasir) = (591,764) x (1 + 2,02%) = 609,458 kg

Agregat Kasar (Batu Pecah), Kering = (1057) x (1 + 0,45%) = 1061,757 kg

Air = (160,52) – [(591,764) x (2,99% - 2,775%)] – [(1057) x


160,019 kg
(0,45% - 0,523%)] =

Superplasticizer = (0,02) x (476) = 9,520 kg

Kebutuhan Bahan Aktual

Volume pekerjaan untuk pengujian kuat tekan : 12 silinder ø 15 cm x 30 cm.

Volume silinder = ¼ . π . 0,152 . 0,3 = 0,0053 m3

Volume total = 100 x 0,0053 m3 = 0,53 m3

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Agregat Kasar (Kerikil) Gambar 2. Agregat Halus (Pasir)

Gambar 3. Semen Portland Tipe I Gambar 4. Superplasticizer (SikaCim)

Gambar 5. Silica Fume Gambar 6. Air Bersih

Universitas Sumatera Utara


Gambar 7. Timbangan Digital Gambar 8. Pemeriksaan Colorimetrik

Gambar 9. Pemeriksaan BJ Pasir Gambar 10. Pengovenan Agregat

Gambar 11. Pemeriksaan BJ Kerikil Gambar 12. Pemeriksaan Kadar Lumpur

Universitas Sumatera Utara


Gambar 13. Analisa Ayak Kerikil Gambar 14. Analisa Ayak Pasir

Gambar 15. Mesin Molen Gambar 16. Cetakan Silinder

Gambar 17. Proses Pengecoran Gambar 18. Proses Memasukkan


Silica Fume

Universitas Sumatera Utara


Gambar 19. Pemeriksaan Slump Gambar 20. Pemadatan dengan cara
dirojok

Gambar 21. Pemadatan dengan Gambar 22. Mesin Kuat Tekan


menggunakan Vibrator

Gambar 23. Curing Beton Gambar 24. Capping Benda Uji

Universitas Sumatera Utara


Gambar 25. Benda Uji Setelah
Pengcappingan

Gambar 26. Proses Uji Kuat Gambar 27. Proses Uji Kuat
Tekan Beton Tekan Beton

Gambar 28. Proses Uji Kuat Gambar 29. Benda Uji Silinder
Tekan Beton Setelah Pengujian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai