TA USU 2014 - Beton Mutu Tinggi Metode ACI
TA USU 2014 - Beton Mutu Tinggi Metode ACI
TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya
penulis, sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat
utama yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana teknik dari Universitas
Superplasticizer terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknya
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Bapak Ir. Syahrizal, M.T., sebagai dosen pembimbing I yang telah membimbing
4. Ibu Rahmi Karolina, S.T., M.T., sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir ini dari awal hingga selesai;
5. Seluruh dosen penguji yang telah memberi masukan pada tugas akhir ini;
Teknik Sipil;
Kakak, Adek, Keponakan & Kekasih Penulis, Deti Zebua yang telah
Rahmat dan Fauzi yang telah banyak membantu dan memberikan masukan;
9. Kepada Pimpinan PT. SIKA Indonesia dan Abangda Marsha Napitupula untuk
bantuan bahan/materialnya;
10. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa ekstensi, terutama kepada Yuli, Fachri,
Febri dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu
persatu yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
menyadari kemungkinan terdapat kekurangan dan kesilafan di dalam laporan ini. Hal
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca yang nantinya dapat memperbaiki laporan selanjutnya sehingga dapat
Hormat saya
Penulis,
ii
Perkembangan teknologi beton terutama beton mutu tinggi sekarang ini sangat pesat.
Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas beton, teknologi bahan dan teknik-teknik pelaksanaan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan dan tantangan yang semakin tinggi terhadap
pemakaian beton mutu tinggi itu sendiri. Sifat beton sendiri akan mengalami
penurunan kekuatan akibat adanya bahan tambah semen, agregat, dan adanya pori-
pori. Pengurangan faktor air semen (fas) dan penambahan additive seperti silica fume
sering digunakan untuk memodifikasi komposisi beton dan mengurangi porositas.
Pengurangan fas mengakibatkan menurunnya porositas beton dan pori-pori, namun
kelecakan beton juga akan berkurang sehingga sulit dikerjakan. Agar mudah
dikerjakan maka perlu digunakan superplasticizer dengan dosis tertentu terhadap
berat semen sehingga akan meningkatkan kelecakan pasta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Kadar silica fume yang digunakan sebanyak
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari
berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang
diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan
curing. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x
30 cm, sebanyak 100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada penambahan silica fume 10% dan
superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar
81,76 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik sebesar
960 kg/cm2.
Kata kunci: beton mutu tinggi, kuat tekan, superplasticizer, silica fume.
iii
Halaman
iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
Halaman
Gambar 4.1 Pengaruh Kadar Silica Fume Terhadap Nilai Slump............. 117
Gambar 4.2 Pengujian Slump pada Campuran Beton Normal .................. 118
Gambar 4.4 Kuat Tekan Beton Rata-rata pada Umur 28 Hari .................. 120
Gambar 4.5 Benda Uji Silinder Setelah Pengujian Kuat Tekan ............... 123
vii
Halaman
Tabel 2.2 Kekuatan Tekan Beton Relatif sesuai dengan Pengaruh Jenis
Tabel 2.8 Faktor Air Semen untuk Setiap Kondisi Lingkungan ................. 42
Tabel 2.10 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur ...... 45
Tabel 2.12 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji .... 48
Tabel 2.13 Slump yang dianjurkan untuk Beton dengan HRWR atau
Tabel 2.15 Volume Agregat Kasar yang dianjurkan per Unit Volume Beton 54
Tabel 2.16 Estimasi Pertama Air Campuran yang dibutuhkan dan Kadar
viii
Menggunakan HRWR................................................................. 57
Menggunakan HRWR................................................................. 58
Tabel 3.1 Spesifikasi yang direncanakan untuk Beton Mutu Tinggi .......... 65
Tabel 3.2 Volume Material Campuran per kg/m3 Tanpa Pasir ................... 93
Tabel 3.5 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (kg)........... 95
Tabel 3.6 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (%) ........... 95
Tabel 3.7 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa
Pasir ............................................................................................ 96
Tabel 3.8 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa
Pasir ............................................................................................ 97
Tabel 3.9 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa
Pasir ............................................................................................ 97
Tabel 3.10 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa
Pasir ............................................................................................ 98
Tabel 3.15 Komposisi Campuran Dasar Setelah Koreksi Kadar Air............ 101
Tabel 3.16 Komposisi Campuran Pertama Setelah Koreksi Kadar Air ........ 101
ix
Tabel 3.18 Komposisi Campuran Ketiga Setelah Koreksi Kadar Air .......... 102
Tabel 3.19 Komposisi Campuran Keempat Setelah Koreksi Kadar Air ...... 103
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Saat Pengujian
di Lapangan................................................................................. 119
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Umur 28 Hari ....... 119
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik ....................... 124
PC = Portland Cement
xi
xii
Perkembangan teknologi beton terutama beton mutu tinggi sekarang ini sangat pesat.
Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas beton, teknologi bahan dan teknik-teknik pelaksanaan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjawab tuntutan dan tantangan yang semakin tinggi terhadap
pemakaian beton mutu tinggi itu sendiri. Sifat beton sendiri akan mengalami
penurunan kekuatan akibat adanya bahan tambah semen, agregat, dan adanya pori-
pori. Pengurangan faktor air semen (fas) dan penambahan additive seperti silica fume
sering digunakan untuk memodifikasi komposisi beton dan mengurangi porositas.
Pengurangan fas mengakibatkan menurunnya porositas beton dan pori-pori, namun
kelecakan beton juga akan berkurang sehingga sulit dikerjakan. Agar mudah
dikerjakan maka perlu digunakan superplasticizer dengan dosis tertentu terhadap
berat semen sehingga akan meningkatkan kelecakan pasta. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Kadar silica fume yang digunakan sebanyak
0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari
berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan f’c 70 MPa yang
diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan
curing. Penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder ukuran Ø 15 cm x
30 cm, sebanyak 100 benda uji dimana untuk setiap variasi sebanyak 20 benda uji.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada penambahan silica fume 10% dan
superplasticizer 2% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton optimum sebesar
81,76 MPa pada umur 28 hari dan mempunyai kuat tekan beton karakteristik sebesar
960 kg/cm2.
Kata kunci: beton mutu tinggi, kuat tekan, superplasticizer, silica fume.
iii
PENDAHULUAN
dan lebar, tower, dan sebagainya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, beton terutama
beton mutu tinggi merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam
konstruksi bangunan.
Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah
adanya porositas. Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil,
sebaliknya semakin kecil porositas maka kuat tekannya semakin besar. Porositas
dapat diakibatkan oleh adanya partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif
besar, sehingga kerapatan tidak dapat maksimal. Partikel terkecil bahan penyusun
digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat
terutama untuk beton mutu tinggi. Salah satu additive tersebut adalah silica fume.
Silica fume adalah material pozollan yang sangat halus, dengan kadar kandungan
senyawa SiO2 yang sangat tinggi (> 90%) dan memiliki ukuran sekitar 1/100 ukuran
rata-rata partikel semen. Silica fume sendiri komposisi silikanya lebih banyak yang
dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon.
digunakan. Semakin besar fas-nya porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil
fas-nya porositas semakin kecil. Beton mutu tinggi sendiri membutuhkan fas yang
rendah, namun jika fas-nya terlalu rendah pengerjaan beton terutama ketika diaduk,
dituang, diangkut dan terutama ketika dipadatkan tidak maksimal, sehingga akan
menurunnya kuat tekan beton. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dipergunakan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan silica fume dan
superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Diharapakan dari penelitian
1. Benarkah nilai kuat tekan beton yang dihasilkan dengan penambahan silica fume
dan superplasticizer lebih tinggi dari nilai kuat tekan beton normal.
workability dan nilai slump untuk menentukan proporsi campuran beton mutu
tinggi.
porositas beton.
4. Berapa besar peningkatan kekuatan beton pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan
4. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton karakteristik dengan penambahan silica
1. Bagi peneliti, tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
2. Bagi dunia pendidikan khususnya Jurusan Teknik Sipil, tugas akhir ini dapat
untuk dapat diaplikasikan dalam dunia konstruksi beton terutama konstruksi beton
1. Kuat tekan beton mutu tinggi yang direncanakan dalam penelitian ini adalah f’c
70 MPa.
2. Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan hasil kuat tekan, nilai faktor air
semen (fas), nilai slump, nilai kuat tekan beton karakteristik, dan kadar masing-
campuran.
3. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton pada saat
beton berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari untuk setiap variasi.
4. Perencanaan campuran beton (mix design) yang digunakan dalam penelitian ini
Institute).
5. Nilai FAS yang diharapkan pada beton mutu tinggi ini berada dalam rentang 0,2-
0,5.
6. Nilai slump yang diharapkan dalam penelitian berkisar antara 25-50 mm.
7. Silica fume yang digunakan produk dari PT. SIKA INDONESIA. Dalam
penelitian ini silica fume digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Kadar
silica fume yang digunakan 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen
9. Dalam penelitian ini menggunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian
penelitian dan pengujian berdasarkan data dan informasi yang ada dan setelah itu
disusun dalam bentuk laporan dengan harapan dapat disusun secara sistematis dan
1. Studi literatur dengan mengumpulkan data dan informasi, keterangan dari buku-
buku, naskah ilmiah maupun jurnal dan skripsi mahasiswa yang berhubungan
dengan penelitian ini, serta masukan dari dosen pembimbing dan dosen
pembanding.
ini adalah:
organik, kadar liat, berat jenis, berat isi padat kering oven, los angeles dan
daya serap.
pembuatan benda uji, perawatan benda uji (curing), dan pengujian benda uji.
1.7. Percobaan
1. Pembuatan benda uji: Jumlah benda uji yang dibuat berjumlah 100 buah benda
uji dimana setiap variasi menggunakan 5 buah benda uji. Benda uji yang dibuat
c. Variasi 3, penambahan silica fume sebesar 10% dari berat semen dan
d. Variasi 4, penambahan silica fume sebesar 15% dari berat semen dan
e. Variasi 5, penambahan silica fume sebesar 20% dari berat semen dan
2. Pemeriksaan nilai slump setiap benda uji dilakukan di empat titik, kemudian dari
3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 7 hari, 14 hari, 21
Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 0%
Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 5%
Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 10%
Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 15%
Beton dengan
2% 0,27 5 5 5 5 20
silica fume 20%
Membahas tentang hasil dan analisa pengujian slump dan kuat tekan
beton.
10
TINJAUAN PUSTAKA
dari campuran agregat (kasar dan halus), semen, air, dan ditambah dengan bahan
campuran tertentu apabila dianggap perlu. Bahan air dan semen disatukan akan
membentuk pasta semen berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus
dan agregat kasar sebagai pengisi (Paul Nugraha & Antoni, 2007).
Agar dihasilkan kuat tekan beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix
Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar
homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi. Selain perbandingan
bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh padat tidaknya campuran bahan
penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran
Pada umumnya jika berhubungan dengan tuntutan mutu dan keawetan yang
tinggi diinginkan. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan
dalam menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, meliputi faktor air semen
(FAS), kualitas agregat halus, kualitas agregat kasar, dan penggunaan bahan tambah
Semen dan air dalam adukan beton membuat pasta yang disebut pasta semen.
Adapun pasta semen ini selain berfungsi untuk mengisi pori-pori antara butiran
agregat halus dan agregat kasar juga mempunyai fungsi sebagai pengikat sehingga
11
persenyawaan ini butiran semen membentuk suatu produksi. Suatu hubungan yang
erat akan ditimbulkan bila produksi/reaksi dari seluruh butiran-butiran semen seakan-
Ruang yang tidak ditempati oleh butiran semen, merupakan rongga yang berisi
udara dan air yang saling berhubungan yang disebut kapiler. Kapiler yang terbentuk
akan tetap tinggal ketika beton sudah mengeras, sehingga beton akan mempunyai
sifat tembus air yang besar, akibatnya kekuatan beton berkurang. Rongga ini dapat
dikurangi dengan bahan tambah meskipun penambahan ini akan menambah biaya
pelaksanaan. Bahan tambah ini merupakan bahan khusus yang ditambah dalam
campuran beton dan pada umumnya berupa bahan tambah yang bersifat kimiawi
2.2. Beton
pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan mungkin
sehingga diperoleh beton yang efisien, dan memenuhi persyaratan. Beton juga dapat
dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain sesuai dengan perilaku
yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misalnya beton pra-tekan atau pra-
tegang, dan beton pra-cetak. Beton juga dapat digunakan untuk struktur yang
12
diperlukan bahan pembantu (bahan tambah) untuk merubah sifat-sifat tertentu dari
beton yang bersangkutan. Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi
aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan dalam
selesai pengadukan.
Dalam beton yang direncanakan dengan seksama dan kemudian dipadatkan dengan
baik akan terdapat sedikit rongga-rongga udara, yaitu kurang dari 2%. Campuran
beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan rencana setelah mengeras
dan cukup ekonomis. Ini bergantung pada jenis, mutu, serta perbandingan-
Semen 7% - 15%
Udara 1% - 8%
Untuk meningkatkan kekuatan beton, sedikitnya ada tiga konsep dasar yang
kedua, pemilihan kualitas agregat yang baik; dan ketiga, meningkatkan kuat lekat
13
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan
tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat dibuat bermacam-macam bentuk, sehingga
dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan
dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir
yang dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose agregatnya. Selain tahan
terhadap serangan api, beton juga tahan terhadap serangan korosi. Secara umum
1. Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
c. Berat
Nilai kuat tekan dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil dari kuat
tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15% kuat
tekannya. Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan dari beton
baja biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan karena koefisien baja hampir sama
14
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Penentuan
kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji
2. Kemudahan Pengerjaan
Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kekuatan tekan
yang menahan beban akan terbentuk regangan yang merupakan fungsi dari waktu
pembebanan.
(deflection).
dengan beban. Proses rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya
terjadi bersamaan dan sering kali memberikan pengaruh yang sama terhadap
deformasi.
15
kriteria beton mutu tinggi pun semakin berkembang dan berubah sesuai
sejarah perkembangan beton mutu tinggi berdasarkan tingkat mutu yang berhasil
dicapai. Pada tahu 1950an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika
Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50
Dalam beberapa tahun terakhir, beton mutu tinggi juga sudah mulai dikenal
bidang konstruksi di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak
lepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang
semakin maju, seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung
bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas lain,
kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layan dan efisiensi. Dengan beton mutu tinggi
dimensi dari struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur menjadi lebih ringan,
hal tersebut menyebabkan beban yang diterima pondasi secara keseluruhan menjadi
lebih kecil, jika ditinjau dari segi ekonomi hal tersebut tentu akan lebih
16
menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan sulfat karena tidak dapat
ditembus oleh air dan bakteri perusak beton. Oleh sebab itu penggunaan beton
bermutu tinggi tidak dapat dihindarkan dalam perencanaan dan perancangan struktur
bangunan.
Beton mutu tinggi sendiri dapat didefenisikan sebagai suatu bahan yang dibuat
dari campuran beton (semen, agregat, air) dan pengurangan semen dengan
penambahan zat aditif dan penambahan bahan tambah kimia sesuai dengan
perbandingan sedemikian rupa sehingga bahan itu merupakan satu kesatuan yang
dapat membentuk kekuatan beton yang lebih tinggi. Berdasarkan kuat tekannya (SNI
03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92), beton dikatakan bermutu tinggi (high
strength concrete) jika beton tersebut memiliki nilai kuat tekan yang
kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan
parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan
menghasilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak
menjadi masalah.
menghasilkan beton dengan mutu yang tinggi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
17
4) Bahan tambah yang digunakan baik itu chemical admixture maupun additive;
5) Kontrol Kualitas.
terbentuk pasta semen. Menurut ASTM C-150, 1985, semen portland didefenisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen merupakan bahan pengikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor industri sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang
jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
- Kapur (CaO) 60 – 65 %
- Silika (SiO2) 20 – 25 %
- Oxida besi dan Alumina (Fe2O3 dan Al2O3) 7 – 12 %
18
persyaratan khusus.
garam-garam sulfat di dalam air. Semen ini digunakan untuk konstruksi bangunan
atau beton yang berhubungan terus menerus dengan air kotor atau air tanah.
3. Type III adalah semen portland yang mempunyai sifat yang mengeras cepat atau
mempunyai kekuatan awal tinggi pada umur muda. Semen ini digunakan untuk
pekerjaan konstruksi atau beton yang mempunyai suhu rendah terutama di negara-
jenis ini pengerasan dan perkembangan kekuatannya rendah. Semen ini digunakan
5. Type V adalah semen portland tahan sulfat, artinya tahan terhadap larutan garam
sulfat di dalam air. Semen type ini digunakan untuk konstruksi yang berhubungan
dengan air laut, air limbah industri, untuk bangunan yang terkena pengaruh gas
Sifat-sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan
kimia.
19
a. Kehalusan butir
(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih besar. Sebaliknya,
kekuatan awal tinggi dan kekuatan berkurang. Kehalusan butir semen yang
b. Kemulusan
c. Waktu Pengikatan
terhitung mulai dari bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta
semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibedakan
1) Waktu ikat awal yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi
20
mengeras.
demikian dapat ditentukan apakah pasta semen itu cukup lama berada dalam
d. Perubahan Volume
pembakaran semen tidak sempurna. Kapur bebas itu mengikat air dan
e. Kepadatan (Density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15. Pada
f. Konsistensi
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton
mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen dan air
21
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan
air. Jumlah panas yang dikeluarkan terutama bergantung pada susunan kimia,
yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Oleh karena itu, perlu
h. Kekuatan Tekan
sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir silika
Setelah dirawat dalam jangka waktu tertentu benda uji ditekan sampai hancur
sedang diuji.
Kekuatan Tekan,
Jenis Semen Portland % dari Semen Portland Jenis I
1 Hari 3 Hari 7 Hari 28 Hari
I. Biasa 100 100 100 100
II. Modified (diubah) 80 85 90 100
III. Kekuatan awal tinggi 190 120 110 100
IV. Panas hidrasi rendah 55 55 75 100
V. Tahan terhadap sulfat 65 75 85 100
Sumber : Teknologi Bahan II, P. E. D. C.
22
a. Senyawa Kimia
Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang menyusun
b. Kesegaran Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran dilakukan pada semen
dengan suhu 900-1000 ºC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban
yang menyebabkan rehidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau
magnesium yang menguap. Kehilangan berat semen ini merupakan ukuran dari
kesegaran semen. Dalam keadaan normal akan terjadi kehilangan berat sekitar
23
Sisa bahan yang tidak habis bereaksi adalah sisa bahan tidak aktif yang
terdapat pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas
Proses hidrasi terjadi dengan arah kedalam dan keluar. Maksudnya, hasil
hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang dinamakan panas hidrasi. Pasta
semen yang telah mengeras memiliki struktur berpori dengan ukuran yang
sangat kecil dan bervariasi. Setelah proses hidrasi berlangsung, endapan pada
permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang
karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasarnya jumlah air yang dibutuhkan
untuk proses hidrasi tersebut adalah sekitar 25% dari berat semen. Jika air
yang digunakan kurang dari 25%, maka kelecekan atau kemudahan dalam
beton akan turun jika air yang ditambahkan ke dalam campuran semakin
24
Faktor Air Semen (FAS) atau Water Cement Ratio (WCR) adalah berat
air dibagi dengan berat semen. FAS yang rendah menyebabkan air yang berada
menjadi pendek.
2.5. Agregat
bahan tersebut menempati volume yang paling besar dalam campuran beton dan
sangat mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat beton lainnya. Biasanya, beton mutu
tinggi diproduksi dengan menggunakan agregat ringan untuk struktur beton dan
Beton umumnya mengandung lebih kurang 60-70% agregat (halus dan kasar)
dari keseluruhan komposisi beton, oleh karena itu agregat memegang peranan
penting dalam suatu campuran beton. Agregat tidak hanya membantu kekuatan dari
beton tetapi juga berpengaruh besar terhadap ketahanan dan kekompakan struktural
beton yang dihasilkan. Untuk mendapatkan beton yang baik, pembagian ukuran
butiran yang baik pula, sehingga dapat memberikan stabilitas dan keawetan yang
Banyaknya pasta semen yang diinginkan per unit volume campuran beton
berkurang dengan meningkatnya volume relatif antara agregat kasar dan agregat
halus. Karena jumlah material semen yang terkandung dalam beton mutu tinggi
biasanya cukup besar, volume partikel halus dalam campuran cenderung menjadi
tinggi. Akibatnya, volume pasir dapat dipertahankan sampai nilai minimum yang
25
ini, memungkinkan untuk memproduksi beton dengan kekuatan yang lebih tinggi
besarnya kekuatan beton, khususnya untuk beton mutu tinggi dimana kekuatan
lenturnya lebih berpengaruh daripada kekuatan tekan. Permukaan yang lebih kasar
mengakibatkan gaya adhesi atau ikatan antar partikel dan material semen semakin
kuat. Demikian juga semakin luas bidang permukaan dan lebih angular agregat,
Agregat lebih murah harganya bila dibandingkan dengan harga semen, oleh
karena itu akan lebih ekonomis apabila mempergunakan banyak agregat dalam
campuran beton dan mempengaruhi jumlah semen, namun tetap dalam batas
Klasifikasi agregat secara umum adalah mengenai bentuk dan ukuran agregat.
Bentuk agregat terdiri dari agregat alam yang berbentuk bulat dan agregat batu pecah
yang berbentuk runcing menyudut. Agregat yang bentuknya bulat adalah akibat dari
kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi dari batuan asal dan tujuan penggunaan
sebelumnya. Dalam kasus batu pecah, bentuknya sangat tergantung dari peralatan
tipe mesin pemecah batu yang menghasilkan ukuran dan bentuk batu pecah.
Agregat dibedakan dalam dua jenis, yaitu agregat kasar (batu pecah) yang
mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm dan agregat halus (pasir) dengan ukuran
Agregat kasar dapat mempengaruhi kekuatan dan sifat struktur beton. Oleh
karena itu, agregat kasar harus dipilih yang cukup keras, tidak retak dan tidak mudah
26
kasar yang menghasilkan kekuatan tekan terbesar untuk setiap berat semen. Agregat
beton dengan kekuatan sampai 62 Mpa, dan ukuran 12,5 mm atau 10 mm untuk mutu
beton di atas 62 Mpa. Umumnya ukuran agregat kasar yang terkecil menghasilkan
kekuatan yang paling tinggi dengan w/c+p yang diberikan. Walaupun demikian,
kekuatan tekan di atas 70 Mpa dapat juga diperoleh dengan menggunakan ukuran
(creep), dan susut kering (drying shrinkage) merupakan hal yang utama.
Agregat kasar diambil dari agregat alam yang terjadi dari proses pelapukan
yang digunakan, maka agregat kasar yang dipakai dalam penelitian ini diambil dari
daerah Binjai.
Agregat halus dengan gradasi dan bentuk partikelnya merupakan faktor yang
penting dalam memproduksi beton dengan mutu tinggi. Bentuk partikel dan tekstur
permukaan mempunyai pengaruh yang besar pada kebutuhan air pencampur dan
kekuatan tekan sebagaimana dengan agregat kasar. Agregat halus dengan gradasi
27
baik untuk beton mutu tinggi. Campuran beton yang dibuat dengan agregat halus
yang mempunyai modulus kehalusan (FM) kurang dari 2,5 biasanya bersifat lengket
(sticky) dan mempunyai workabilitas yang rendah dan memerlukan kebutuhan air
pencampur yang lebih tinggi. Terkadang memungkinkan untuk mencampur pasir dari
mempunyai tekstur yang baik. Kadar lumpur, kadar organik, dan kadar air serta
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini merupakan agregat alam
yang berasal dari sungai Sei Wampu, Binjai. Klasifikasi bentuk agregat dapat dilihat
Klasifikasi Bentuk
28
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk proses kimiawi semen, membasahi
agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang banyak
atau bahan kimia yang lainnya, bila dipakai dalam dalam campuran beton akan
dihasilkan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses
1. Sumber-sumber Air
- Air hujan
- Air tanah
- Air permukaan
- Air laut
Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali zat organik atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Air yang dipakai dalam pembuatan beton pra-tekan
dan beton yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah
konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang telah
29
agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui
30
campuran beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Admixture atau
Concrete and Concrete Agregates ASTM C. 125-1995:61 sebagai material selain air,
agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang
penggunaan bahan tambah adalah untuk mengubah atau memodifikasi satu atau lebih
sifat-sifat dan karakteristik beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah
mengeras.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (Chemical Admixture) dan
pelaksanaan pengecoran, sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral
bahan tambah kimia yang dimasukkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat
pelaksanaan pekerjaan, jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambahan kimia (Chemical
tambah aditif merupakan bahan tambah yang paling banyak bersifat penyemenan,
jadi bahan tambah aditif lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja
kekuatannya.
Bahan tambah seharusnya hanya berguna jika sudah ada evaluasi yang teliti
tentang pengaruhnya pada beton, khususnya dalam kondisi dimana beton diharapkan
31
sedikit, dan pengawasan yang ketat harus diberikan agar tidak berlebihan yang justru
akan dapat memperburuk sifat beton. Sifat-sifat beton yang diperbaiki itu antara lain
terhadap air.
tertemtu.
4. Tipe D - Water Reducing and Retarding Admixtures, adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
awal.
5. Tipe E - Water Reducing and Accelerating Admixtures, adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
awal.
32
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih
1. Air Entrain, adalah menambahkan sejumlah buih udara dalam bentuk yang benar
kecepatan hardening.
mengurangi permeabilitas melalui kapiler dari pasta semen keras, terutama terbuat
dari stearat
Untuk menghasilkan beton dengan mutu (kuat tekan beton) tinggi dibutuhkan
bahan tambah kimia (Chemical Admixture) yaitu superplasticizer atau HRWR (high
range water reducer) dan aditif mineral yang bersifat penyemenan yaitu berupa abu
terbang (fly ash), pozzofume (super fly ash), dan mikrosilika (silica fume) dengan
kadar yang tepat. Sebab bahan admixture dan aditif jika dicampur dengan kadar yang
tidak tepat hasilnya akan sebaliknya, yaitu tidak meningkatkan kuat tekannya akan
33
Silica fume merupakan material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika
lebih banyak dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon dan alloy besi
silikon (dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume). Silica fume
merupakan bahan pengisi (filler) dalam beton yang mengandung kadar silica yang
tinggi. Kandungan SiO2 mencapai lebih dari 90%. Ukuran butir silica yang sangat
halus berkisar antara 0,1-1 mikron, lebih kecil dibandingkan butiran semen yang
berkisar antara 5-50 mikron. Jika ditambahkan pada adukan beton, maka silica akan
mengisi rongga-rongga diantara butiran semen sehingga beton akan menjadi lebih
kompak dan padat. Selain itu juga silica akan bereaksi dengan C3S dan C2S dalam
semen dan menghasilkan gel CSH2 yang akan membentuk suatu ikatan gel yang kuat
dan padat di dalam beton. Selanjutnya, reduksi kalsium hidroksida (CaOH) oleh SiO2
terhadap serangan sulfat. Karenanya beton tidak mudah ditembus air serta tidak
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan
tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau
beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton berkinerja tinggi
sekarang ini sekitar 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Karena secara harga silica fume
masih mahal, maka pada umumnya penggunaan silica fume hanya sekitar 3%-10%
dari berat semen dalam adukan beton. Menurut standar ACI, penambahan silica fume
pada campuran beton sebanyak 5%-15% dan berdasarkan buku Yongedran, et al,
1987:124-129, penggunaan silica fume pada campuran beton berkisar antara 0%-
34
air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa bahan superplasticizer dan nilai
slump 50 mm.
Komposisi kimia dan fisika dari silica fume dapat dilihat pada Tabel 2.7
SiO2 92-94
Karbon 3-5
Fe2O3 0,10-0,50
CaO 0,10-0,15
Al2O3 0,20-0,30
MgO 0,10-0,20
MnO 0,008
K2O 0,10
Na2O 0,10
Sumber : Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi, 2003: 127
35
Sifat-sifat fisik silica fume adalah (dari Wulandari: 24) sebagai berikut:
semen dalam campuran beton, yaitu sebanyak 5%-15% dari total berat semen.
Kandungan SiO2 dalam silica fume akan bereaksi dengan kapur bebas yang
dilepaskan semen pada saat proses pembentukan senyawa kalsium silikat hidrat
sebagai berikut:
36
a. Silica fume merupakan material yang sangat lembut sehingga mudah terbawa
2.7.2. Superplasticizer
Water Reducing, High Range Admixtures. Water Reducing, High Range Admixtures
adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan
kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat
kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Superplasticizer sering disebut juga sebagai
“bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga jenis plasticizer yang dikenal adalah
0,005%, (2). sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandungan klorida yang dapat
37
bahan tambahan tersebut dibuat dari sulfonat organik dan disebut superplasticizer,
karena dapat mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan
slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang disarankan adalah 1%
sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya
Pada penelitian ini digunakan bahan superplasticizer dengan dosis seperti yang
telah disarankan 1%-2% dari jumlah berat bahan semen. Superplasticizer adalah
dengan cara melapisi pasta semen sehingga semen dapat tersebar dengan merata pada
sampai pada tingkat yang cukup besar. Bahan ini digunakan dalam jumlah yang
akibat pengurangan kadar air akan membuat campuran lebih padat sehingga
a. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga didapatkan campuran
kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor air semen yang lebih rendah
38
d. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara kedalam beton dapat
yang tinggi, diharapkan dapat menjaga ”air content” di dalam beton serendah
2.8. Workability
1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang
dipakai, makin mudah beton segar itu dikerjakan. Tetapi pemakaian air juga tidak
betonnya, karena pasti juga diikuti dengan penambahan air campuran untuk
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil, jika campuran pasir dan kerikil mengikuti
gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton mudah
dikerjakan.
39
pengerjaan.
7. selain itu, beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah kadar udara
yang terdapat di dalam beton dan penggunaan bahan tambah dalam campuran
beton.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat
kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit daripada
yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong baja yang
berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams.
Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm
(disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.
40
Runtuh (collapse) sering terjadi pada beton yang kurang pasir (lean), menandakan
plastis.
Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang
digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan
beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah faktor
air semen kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian, nilai faktor air semen
yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai
faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu
beton menurun. Oleh sebab itu terdapat suatu nilai faktor air semen optimum yang
menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai fas minimum untuk beton
normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2003). Perbandingan faktor air
41
Kondisi Lingkungan
Di bawah
Basah kering
Kondisi Normal Pengaruh
berganti-ganti
Sulfat/air laut
Koreksi langsing atau yang
mm.
interior bangunan)
Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan
sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air (termasuk air yang
terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen dan additif
cementious yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi. Pada
beton mutu tinggi nilai faktor air semen ada dalam rentang 0,2-0,5 (SNI 03-6468-
2000). Bahan ikat yang digunakan pada penelitian ini adalah semen dan silica fume
42
adalah:
c = Berat semen
Nilai faktor air semen pada beton mutu tinggi termasuk berat air yang
terkandung di dalam agregat. Faktor air semen pada kondisi agregat kering oven.
2.10. Slump
Slump merupakan tinggi dari adukan dalam kerucut terpancung terhadap tinggi
adukan setelah cetakan diambil. Slump merupakan pedoman yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kelecakan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat kekenyalan
maka semakin mudah pengerjaannya (nilai workability tinggi). Nilai slump berbagai
43
Maksimum Minimum
Perkerasan jalan 80 25
Pembetonan massal 50 25
Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan beton
biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton
Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 1000 kg/cm2 atau lebih, tergantung
pada jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta kualitas perawatan. Kekuatan tekan
beton yang paling umum digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2 sampai 500 kg/cm2.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan
mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan
peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder dengan ukuran Ø 15 cm
dan tinggi 30 cm. Selanjutnya benda uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah.
44
merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan dalam MPa atau kg/cm2. Tata cara
pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39 atau menurut yang
�
f’c = (2.2)
�
Keterangan:
Data kuat tekan sebagai dasar perancangan, dapat menggunakan hasil uji
kurang dari 28 hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kondisi pekerjaan
yang sama, dengan karakteristik lingkungan dan kondisi yang sama. Jika
menggunakan hal ini maka dalam perancangan harus disebutkan (dalam gambar atau
dalam uraian lainnya), dan hasilnya dikonversi untuk umur 28 hari berdasarkan
Tabel 2.10.
Semen Portland ( biasa ) 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
45
6. Pengaruh perawatan.
Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan
yang khas, yaitu kecenderungan untuk bervariasi (tidak seragam) dan nilainya akan
menyebar pada suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil pemeriksaan akan
kecil atau besar tergantung pada tingkat kesempurnaan dari proses pelaksanaannya.
variasi mutu bahan, pengadukan, pemadatan, stabilitas pekerja dan faktor lainnya.
Atas adanya variasi kekuatan tekan beton tersebut maka diperlukan adanya
yang hampir seragam. Deviasi standar merupakan rata-rata ukuran besar kecilnya
�(�’ −�’ �)
�= (2.3)
�−
46
Menurut rumus
� �’
σ’bm = (2.4)
�
Untuk menghitung kekuatan beton karakteristik dihitung dari benda uji kubus
15x15x15 cm pada umur 28 hari dengan satuan kg/cm2. Apabila benda uji bukan
berupa kubus karena alasan tertentu, misalnya benda uji silinder ukuran Ø 15 cm x
47
pembagi 0,83.
Tabel 2.12 Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji
Silinder Ø 15 cm x 30 cm 0,83
Tata cara perencanaan beton kekuatan tinggi dengan semen dan silica fume ini
dapat digunakan untuk menentukan proporsi campuran semen beton kekuatan tinggi
Tata cara ini hanya berlaku untuk beton berkekuatan tinggi yang diproduksi dengan
1. Umur Uji
kekuatan tinggi dapat dipilih untuk umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56
hari.
diproporsikan sedemikian rupa sehingga kuat tekan rata-rata dari hasil pengujian
di lapangan lebih tinggi dari pada kuat tekan yang disyaratkan (f’c). Produsen
48
ditargetkan (f’cr) yang nilainya lebih besar dari dua persamaan berikut:
Dalam hal ini produsen beton menentukan proporsi campuran beton kekuatan
( �′ �+ �,��) ��
f'cr = ` (2.8)
0,90
3. Persyaratan Lain
a. Modulus Elastisitas.
c. Panas Hidrasi.
e. Permeabilitas.
f. Waktu Pengikatan.
g. Metode Pengecoran.
h. Kelecakan.
49
1. Pemilihan Bahan
agregat, proporsi pasta, interaksi agregat pasta, macam dan jumlah bahan
portland, silica fume, bahan campuran tambahan, agregat dari berbagai sumber,
Cara Uji Semen Portland. Semen yang dipakai adalah Tipe I Semen Padang.
3. Silica Fume
Spesifikasi Silica fume Sebagai Bahan Tambahan untuk Campuran Beton. Silica
4. Air
5. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan adalah agregat normal yang sesuai dengan
SNI 03-1750-1990 tentang Mutu dan Cara Uji Agregat Beton. Ukuran nominal
50
berkekuatan sampai 62,1 MPa, dan ukuran 10 mm atau 15 mm, jika digunakan
untuk beton berkekuatan lebih besar dari pada 62,1 MPa. Secara umum, untuk
rasio air bahan bersifat semen W/(c+p) yang sama, agregat yang ukuran
maksimumnya lebih kecil akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih tinggi.
6. Agregat Halus
dan Cara Uji Agregat beton. Beton kekuatan tinggi sebaiknya menggunakan
agregat halus dengan modulus kehalusan 2,5 sampai dengan 3,2. Bila digunakan
pasir buatan, adukan beton harus mencapai kelecakan adukan yang sama dengan
pasir alam.
7. Superplasticizer
cair, maka kadarnya dinyatakan dalam satuan ml/kg (c+p), dan bila berbentuk
untuk beton kekuatan tinggi secara tipikal ada dalam rentang nilai 0,20-0,5
51
segregasi.
10. Slump
Beton kekuatan tinggi harus diproduksi dengan slump terkecil yang masih
baik. Slump yang digunakan umumnya sebesar 50-100 mm. Bila menggunakan
tinggi tersebut. Kekuatan potensial untuk satu set bahan tertentu dapat ditetapkan
hanya bila benda uji telah dibuat dan diuji pada kondisi standar. Minimum dua
benda uji harus diuji untuk setiap umur dan kondisi uji.
Ukuran benda uji silinder yang dapat digunakan adalah 150 x 300 mm
benda uji standar untuk mengevaluasi kekuatan tekan beton kekuatan tinggi.
13. Cetakan
Cetakan benda uji dibuat dari baja sesuai dengan SNI 03-2493-1991.
52
diantara 2,5 sampai 5 cm. sebelum penambahan HRWR dianjurkan. Hal ini akan
Slump 5 sampai 10 cm
Untuk beton mutu tinggi yang dibuat tanpa HRWR, slump antara 5
sampai 10 cm dapat dipilih sesuai dengan tipe pekerjaan yang dilakukan. Nilai
slump kurang dari 5 cm sulit untuk dipadatkan akibat tingginya kadar agregat
kasar yang dianjurkan diberikan pada Tabel 2.11 ACI 318 menyatakan bahwa
ukuran maksimum agregat tidak boleh melebihi 1/5 dari dimensi terkecil antara
sisi bekisting, 1/3 dari ketinggian slab, atau ¾ dari jarak bersih minimum antar
53
* Dengan menggunakan HRWR, kekuatan tekan beton antara 62 sampai 82 dapat dicapai dengan
menggunakan ukuran agregat yang lebih besar dari ukuran nominal agregat kasar yang
dianjurkan (sampai 2,5 cm).
Kadar optimum agregat kasar yang dianjurkan, dinyatakan sebagai fraksi dari
berat kering satuan (DRUW = dry-rodded unit weight), ditunjukkan pada Tabel
Tabel 2.15 Volume Agregat Kasar yang dianjurkan per Unit Volume Beton
Kadar agregat kasar optimum untuk ukuran nominal maksimum dari agregat
dengan menggunakan pasir dengan nilai modulus kehalusan 2,5 sampai 3,2
* Volume berdasarkan kondisi agregat kering (oven-dry rodded) seperti dijelaskan dalam ASTM C 29
untuk berat satuan agregat.
Setelah kadar optimum agregat kasar dipilih dari Tabel 2.12 berat
kering (oven-dry unit weight) agregat kasar per m3 beton dapat dihitung dengan
persamaan (2.9).
54
optimum agregat kasar diberikan sebagai suatu fungsi dari ukuran maksimum
agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus. Akan tetapi, campuran
beton mutu tinggi biasanya mempunyai kadar bahan semen yang tinggi, dan
menambah partikel halus demi kelicinan dan kepadatan beton segar. Oleh
karena itu, untuk nilai yang diberikan dalam Tabel 2.12 dianjurkan untuk
agregat kasar, bentuk partikel, dan gradasi agregat, jumlah semen, dan tipe
water reducing admixture yang digunakan. Jika HRWR yang digunakan, kadar
air dalam admixture biasanya dikalkulasi sebagai bahan dari W/c+p. Tabel 2.13
mutu tinggi yang dibuat dengan ukuran maksimum agregat 1 cm sampai 2,5
campuran tersebut adalah maksimum untuk agregat dengan bentuk yang baik,
bersih, agregat kasar bersiku (angular), gradasi baik dalam batas ASTM C 33.
55
jika agregat halus yang digunakan mempunyai voids content 35%. Voids
Bila agregat halus dengan void content tidak sama dengan 35% yang
persamaan (2.11).
sebesar 4,74 kg/m3 untuk setiap penyimpangan void content dari 35%.
Tabel 2.16 Estimasi Pertama Air Campuran yang dibutuhkan dan Kadar Udara
Beton Segar Berdasarkan Penggunaan Pasir dengan 35% Voids
Campuran Air (kg/m3)
Slump, cm.
Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)
1 1,3 2 2,5
* Nilai yang diberikan harus disesuaikan untuk pasir dengan voids ≠ 35% dengan
menggunakan persamaan 4-3.
** Untuk campuran yang diberi tambahan HRWR.
56
seperti silica fume, dapat digunakan, W/c+p dapat dihitung dengan membagi
berat air campuran dengan berat campuran semen dan silica fume.
diberikan sebagai suatu fungsi dari ukuran maksimum agregat untuk mencapai
kekuatan tekan yang berbeda baik pada umur 28 hari maupun 56 hari.
W/c+p yang diberikan dalam Tabel 2.14 berlaku untuk beton yang dibuat tanpa
HRWR sedangkan Tabel 2.15 berlaku untuk beton yang dibuat dengan
menggunakan HRWR.
Tabel 2.17 W/c+p Maksimum yang dianjurkan untuk Beton Tanpa Menggunakan HRWR
W/c+p
Field Strength, fcr* (Mpa) Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)
1 1,3 2 2,5
28 hari 0,42 0,41 0,40 0,39
48
56 hari 0,46 0,44 0,44 0,43
28 hari 0,35 0,34 0,33 0,33
55
56 hari 0,38 0,37 0,36 0,35
28 hari 0,30 0,29 0,29 0,28
62
56 hari 0,33 0,32 0,32 0,30
28 hari 0,26 0,26 0,25 0,25
69
56 hari 0,29 0,28 0,27 0,26
* fcr = fc + 9,65
57
W/c+p
Field Strength, fcr* (Mpa) Ukuran Maksimum Agregat Kasar (cm)
1 1,3 2 2,5
28 hari 0,50 0,48 0,45 0,43
48
56 hari 0,55 0,52 0,48 0,46
28 hari 0,44 0,42 0,40 0,38
55
56 hari 0,48 0,45 0,42 0,40
28 hari 0,38 0,36 0,35 0,34
62
56 hari 0,42 0,39 0,37 0,36
28 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
69
56 hari 0,37 0,35 0,33 0,32
28 hari 0,30 0,29 0,27 0,27
76
56 hari 0,33 0,31 0,29 0,29
28 hari 0,27 0,26 0,25 0,25
83
56 hari 0,30 0,28 0,27 0,26
W/c+p selanjutnya dibatasi oleh persyaratan durabilitas.
Bila kadar bahan semen dari tabel tersebut melebihi 454 kg, percobaan
pengganti semen.
(langkah 5).
58
beberapa campuran trial dengan kadar silica fume yang berbeda. Pada
umumnya, satu trial mix dibuat dengan menggunakan hanya semen portland
1) Kadar semen – Untuk campuran ini, karena tidak ada bahan campuran
semen lain yang digunakan, berat semen sama dengan berat bahan dihitung
dalam langkah 6.
2) Kadar pasir – Setelah menentukan berat per m3 untuk agregat kasar, semen
dan air, dan persentasi kandungan udara, kadar pasir dapat dihitung untuk
Fume
dilakukan beberapa campuran trial dengan kadar silica fume yang berbeda.
Trial mix dibuat dengan menggunakan semen portland dan silica fume sebagai
semen lain yaitu silica fume, maka berat bahan bersifat semen sama dengan
berat semen portland yang digunankan ditambah berat silica fume sebagai
59
semen dan air, dan persentasi kandungan udara, kadar pasir dapat dihitung
kekuatan campuran. Berat pasir, agregat kasar dan air harus disesuaikan untuk
mengkoreksi kondisi kelembaban atau kadar air dan daya serap agregat yang
digunakan.
yang diinginkan.
1. Slump Awal - Jika slump awal campuran coba di luar rentang slump yang
Kemudian kadar bahan bersifat semen dikoreksi agar rasio (W/c+p) tidak
maka kadarnya harus divariasikan pada suatu rentang yang cukup besar
untuk mengetahui efek yang timbul pada kelecakan dan kekuatan beton.
60
4. Kadar Udara - Bila kadar udara hasil pengukuran berbeda jauh dari yang
6. Rasio (W/c+p) - Bila kuat tekan yang ditargetkan tidak dapat dicapai
dengan menggunakan (W/c+p) yang ditentukan pada tabel 2.14 atau 2.15,
pembuatan benda uji itu harus dilakukan oleh personil dengan menggunakan
61
bahan tambah silica fume untuk meningkatkan kuat tekan beton ringan. Penambahan
silica fume dalam penelitian menggunakan 6 (enam) variasi, yaitu: 0%, 3%, 6%, 9%,
12% dan 15% silica fume dengan nilai FAS 0,45. Menggunakan superplastisizer
sikamen NN 3,98 dan plastimen vz 0,7 dari berat semen. Pengujian kuat tekan
dilakukan setelah beton berumur 56 hari. Benda uji yang digunakan adalah benda uji
silinder berukuran 15 x 30 cm. Hasil penelitian didapatkan bahwa kuat tekan silinder
beton dengan penambahan silica fume 9% dapat menambah kuat tekan beton sebesar
beton sebagai pengganti semen. Bahan tambahan mineral ini berupa Fly Ash, Silica
Fume dan Blast Furnace Slag. Ada enam jenis proporsi campuran beton yang
digunakan sebagai pengganti semen dengan 0% Fly Ash, 15% Fly Ash, 30% Fly Ash,
10% Silica Fume, 40% Blast Furnace Slag, dan gabungan antara 10% Silica Fume
ditambah 30% Blast Furnace Slag. Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat beton
berumur 28 hari. Benda uji yang digunakan adalah benda uji silinder berukuran 10 x
tekan tertinggi didapatkan pada penggantian semen menggunakan Silica Fume 10%.
62
sampel beton mutu 55 MPa dengan Superplasticizer untuk bahan tambah kimia,
Silica Fume dan Fly Ash sebagai bahan tambah material, percobaan ini dilakukan
dengan sampel berbentuk silinder dengan jumlah sampel 140 buah, menghasilkan
kuat tekan yang diperoleh melebihi 55 MPa. Tetapi penelitian ini terbatas pada
Pada penelitian ini silica fume digunakan sebagai bahan substitusi semen
dengan takaran 10% berat semen untuk meningkatkan viskositas beton segar. Nilai
FAS 0,40. Benda uji yang digunakan adalah benda uji silinder berukuran 15 x 30 cm
dan kubus 15 x 15 x15 cm. Data dari hasil pengujian kuat tekan, nilai korelasi kuat
tekan dan kekedapan beton di bawah air akan meningkat sesuai dengan peningkatan
Pengujian beton mutu tinggi dengan kuat desak rencana 50 MPa, dengan benda
uji kubus 15 x 15 cm, dengan jumlah sampel sebanyak 10 sampel, setiap variasi
persentase antara 0,4%-1,6%. Untuk nilai slump sebesar 7-10 cm dan pengujian
beton dilakukan pada umur 7 dan 28 hari dengan hasil kuat desak optimum sebesar
70-72 MPa yaitu penambahan Superplasticizer sebanyak 1,4% dan pada umur 20
hari.
63
METODELOGI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara. Objek dalam penelitian ini adalah beton mutu 70 MPa
yang menggunakan silica fume sebagai pengganti sebagian semen dengan variasi
campuran 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dan penambahan superplasticizer sebesar 2%
dari berat semen untuk semua variasi. Kemudian pengujian kuat tekan dilakukan
3.1.1. Bahan
1. Semen
- Jenis : Portland Cement (PC)
- Tipe : I (satu)
2. Agregat Halus
- Jenis : Pasir Alam
- Asal : Sei Wampu, Binjai, Sumatera Utara
3. Agregat Kasar
- Jenis : Batu Pecah (split)
- Asal : Jl. Megawati, Binjai, Sumatera Utara
4. Air
- Jenis : Air Laboratorium Beton
- Sumber : Laboratorium Beton Teknik Sipil USU
64
- Jenis : Superplasticizer
Agregat Halus
BJ-SSD <4%
Agregat Kasar
BJ-SSD < 4%
Semen 3,0-3,2
3.1.2. Peralatan
65
4. Saringan/ayakan dengan ukuran 20 mm; 16,10 mm; 8,00 mm; 4,00 mm; 2,00
mm; 1,00 mm; 0,5 mm; 0,25 mm; 0,125 mm; PAN.
5. Mesin penggetar/vibrator.
6. Kuas.
7. Cawan baja.
8. Spatula.
11. Oven.
12. Timbangan.
14. Krucut Abrams dengan ukuran diameter atas 100 ± 3 mm, diameter bawah 200 ±
15. Mistar.
1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
66
3) 1 set ayakan
4) Oven
5) Sample splitter
3. Bahan
- Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
4. Prosedur Percobaan
1) Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
3) Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
5. Rumus
Keterangan:
FM = Fineness Modulus
67
6. Hasil Percobaan
- Agregat zona 2
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
a. 1 set ayakan
c. Timbangan
d. Sampel splitter
e. Sekop
3. Bahan
- Kerikil sebanyak 2000 gram.
68
b. Masukkan kerikil ke dalam ayakan yang telah disusun sesuai urutannya yaitu
38,1 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30
d. Setelah 10 menit, ambil ayakan dan timbang kerikil yang tertahan di masing-
5. Rumus
Keterangan:
FM = Fineness Modulus
Kerikil dengan FM tersebut dinyatakan baik dan memenuhi syarat sebagai bahan
konstruksi.
6. Hasil Percobaan
69
1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat
halus (pasir).
2. Peralatan
1) Timbangan
3) Oven
4) Piknometer
5) Talam/pan
3. Bahan
1) Pasir
2) Air
4. Prosedur Percobaan
2) Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan dengan air selama 24 jam;
dirojok 25 kali, kemudian isi sampai penuh dan dirojok 25 kali. Setelah itu
mould diangkat perlahan. Apabila pasir runtuh pada bagian tepi atasnya (tidak
70
udara di dalam pasir keluar. Hal ini ditandai dengan keluarnya buih dari pasir.
Buih yang keluar tersebut dibuang dengan cara mengisi piknometer sampai
air melimpah dari leher piknometer tersebut. Pengisisan air dilakukan secara
perlahan-lahan. Setelah udara tidak ada lagi atur hingga air sampai batas air;
7) Buang isi piknometer lalu isi dengan air bersih hingga batas air maksimal;
5. Rumus
A
Berat jenis kering =
B+500−C
(3.3)
500
Berat jenis SSD = (3.4)
B+500−C
A
Berat jenis semu = (3.5)
B+A−C
500−A
Absorbsi % =
A
× 100% (3.6)
Dimana:
A = Berat pasir dalam keadaan kering (gr)
71
Absorbsi = 2,775%
1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan berat jenis kering, berat jenis semu dan berat jenis SSD agregat
kasar.
2. Peralatan
a. Timbangan
c. Kain lap
d. Oven
e. Ember
3. Bahan
a. Kerikil
b. Air
4. Prosedur Percobaan
a. Kerikil diayak dengan ayakan 19,1 mm dan 4,76 mm. kerikil yang akan
digunakan adalah kerikil yang lolos ayakan 19,1 mm dan tertahan pada
b. Rendam kerikil tersebut dalam suatu ember dengan air selama 24 jam;
72
e. Atur kesetimbangan air dan keranjang pada dunagan test set sampai jarum
f. Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD ke dalam keranjang yang
berisi air;
5. Rumus
A
Berat jenis kering = (3.7)
B− C
B
Berat jenis SSD = (3.8)
B−C
A
Berat jenis semu = (3.9)
A−C
B−A
Absorbsi % = × 100% (3.10)
A
Dimana:
A = Berat agregat dalam keadaan kering
B = Berat agregat dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry)
C = Berat agregat dalam air
6. Hasil Percobaan
Berat jenis kering = 2,810
Absorbsi = 0,523%
73
1992)
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
3) Timbangan
4) Mistar
6) Sendok pengaduk
7) Sampel splitter
3. Bahan
2) NaOH padat
3) Air
4. Prosedur percobaan
kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal NaOH
larut;
74
warna Gardner.
5. Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar warna
no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak dan harus
6. Hasil Percobaan
75
1. Tujuan Percobaan
Memperoleh angka persentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat.
2. Peralatan
a. Oven
b. Talam
c. Timbangan
3. Bahan
a. Pasir
b. Kerikil
4. Prosedur Percobaan
a. Ambil pasir dan kerikil dalam keadaan asli masing-masing sebanyak 500
gram (A);
berat tetap;
5. Rumus
A−B
Kadar air = B
× 100% (3.11)
Dimana:
A = Berat pasir dan kerikil asli dari lapangan (gram)
6. Hasil Percobaan
76
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
b. Batang perojok
c. Timbangan
d. Sekop
e. Termometer
3. Bahan
a. Pasir lolos saringan Ø 4,75 mm dalam keadaaan kering oven dengan suhu
(110±5)ºC
b. Air
4. Prosedur Percobaan
a. Cara merojok
2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
permukaan. Lalu, isi bejana sampai penuh dan kemudian dirojok kembali
77
sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;
b. Cara longgar
2) Ambil pasir yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan permukaan pasir
4) Keluarkan pasir dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan air
sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;
5. Rumus
M
�= (3.12)
V
Dimana:
Ρ = Berat isi (kg/m3)
M = Berat (kg)
V = Volume (m3)
6. Hasil Percobaan
78
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
b. Batang perojok
c. Timbangan
d. Sekop
e. Termometer
3. Bahan
b. Air
4. Prosedur Percobaan
ukuran 40 mm ≤ Ø ≤ 100 mm
2) Ambil kerikil yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
79
4) Keluarkan kerikil dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan
air sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;
b. Ambil kerikil yang kering oven (110±5)ºC dan isikan kedalam bejana
permukaan atas bejana besi sampai penuh lalu ratakan permukaan kerikil
d. Keluarkan kerikil dan bersihkan bejana lalu isi bejana yang sama dengan
air sampai penuh, kemudian timbang bejana dan air serta ukur suhu air;
5. Rumus
M
�= (3.13)
V
Dimana:
Ρ = Berat Isi (kg/m3)
M = Berat (kg)
V = Volume (m3)
80
1. Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir dan kerikil.
2. Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
3. Bahan
a. Pasir kering oven
c. Air
4. Prosedur Percobaan
a. Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dan 2 (dua)
oven;
b. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;
c. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
d. Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
e. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya dicatat;
f. Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil.
81
BM-BK
KL = ×100% (3.14)
BM
Dimana:
KL = Kadar lumpur agregat (%)
- Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar
6. Hasil Penelitian
untuk digunakan).
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
82
b. Aquades
c. Air
4. Prosedur Percobaan
a. Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat
kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam aquades
selama 24 jam;
b. Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan ada
c. Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil
d. Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven bersuhu
5. Rumus
A-B
% Kadar Liat= A
×100% (3.15)
Dimana:
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar liat
83
Kadar liat rata-rata = 0,71% (pasir memenuhi syarat untuk dipakai dalam
campuran beton).
03-2417-1991)
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
b. Oven
c. Pan
e. Timbangan
f. Peluru pengaus
3. Bahan
a. Air.
4. Prosedur Percobaan
b. Masukkan peluru sebanyak 11 buah dan sampel kerikil kedalam mesin Los
Angeles;
84
e. Sampel dikeluarkan dari mesin lalu diayak dengan ayakan No. 12 (Ø 1,68
mm);
f. Kerikil yang tertahan pada ayakan tersebut dicuci hingga bersih kemudian
5. Rumus
A-B
% Keausan= ×100% (3.16)
A
Dimana:
A = Berat awal
B = Berat akhir
Agregat kasar yang baik digunakan untuk konstruksi bila persentase keausannya
tidak lebih dari 30% dan untuk jalan tidak boleh lebih dari 40%.
6. Hasil Percobaan
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
a) Botol Le Chatelir
85
c) Gelas ukur
d) Ayakan semen
e) Corong kaca
3. Bahan
a) Semen
4. Prosedur Percobaan
a. Isi botol Le Chatelir dengan kerosin/ minyak tanah sampai batas antara 0 – 1,
b. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu yang di tetapkan untuk
menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada
c. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada
d. Masukkan semen sebanyak 64 gram (A) sedikit demi sedikit ke dalam botol
dan hindarkan penempelan semen pada dinding pada botol di atas cairan
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
cairan;
f. Ulangi pekerjaan no. 2, setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu
86
Dimana:
A = Berat semen (gram)
6. Hasil Percobaan
1. Tujuan Percobaan
2. Peralatan
a. Botol Le Chatelir
b. Mangkuk porselen
c. Gelas ukur
d. Ayakan semen
e. Corong kaca
3. Bahan
a. Silica fume
b. Minyak tanah secukupnya
4. Prosedur Percobaan
a. Isi botol Le Chatelir dengan kerosin/ minyak tanah sampai batas antara 0-1,
87
menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada
c. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada
d. Masukkan silica fume sebanyak 64 gram (A) sedikit demi sedikit ke dalam
botol dan hindarkan penempelan semen pada dinding pada botol di atas
cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
cairan.
f. Ulangi langkah no. 2, setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang
5. Rumus
A
Berat Jenis = x d (diasumsikan) (3.18)
(C-B)
Dimana:
A = Berat semen (gram)
6. Hasil Percobaan
Berat jenis semen = 3,05
88
3.3.1. Umum
beton metu tinggi dan untuk mengoptimalkan campuran beton mutu tinggi tersebut.
Perancangan ini hanya terbatas pada beton mutu tinggi yang diproduksi
mutu tinggi didefenisikan sebagai beton yang mempunyai kekuatan tekan f’c 42 MPa
atau lebih.
a. Umur Pengujian
pada saat pengujian. Beton mutu tinggi dapat memperoleh tambahan kekuatan
yang besar setelah umur 28 hari. Untuk memanfaatkan sifat ini, banyak spesifikasi
untuk kuat tekan dimodifikasi dari kriteria umur 28 hari ke umur 56 hari, 91 hari,
atau lebih.
b. Bahan Campuran
sebagai berikut:
1) Air harus memenuhi syarat yang berlaku, dalam hal ini tertuang dalam SK.
89
3) Agregat harus memenuhi syarat SII-0052-80, tentang “Mutu dan Cara Uji
4) Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi syarat SK. SNI. S-18-1990-03
tentang “Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton” atau SK. SNI. S-19-1990-
yaitu: Kuat tekan yang disyaratkan f’c= 70 MPa pada umur 28 hari. Pasir yang
2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775%; berat isi padat
Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, ukuran maksimum agregat
dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif (kering oven)
= 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523%, berat isi padat kering oven = 1467,97 kg/m3.
dengan jumlah dosis yang sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2% dari berat
semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.
Bahan tambah pengganti sebahagian semen dipakai silica fume dengan kadar 5%-
90
(f' c +9,65)
Dengan Menggunakan persamaan f’cr = maka nilai kuat tekan rata-
0,90
(70 +9,65)
fcr’ = = 88,50 Mpa pada umur 28 hari
0,90
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan 88,50 MPa > 62 MPa, maka
Karena ukuran agregat kasar maksimum 20 mm, maka dari Tabel 2.12
didapat fraksi berat kering agregat kasar optimum = 0,72. Nilai DRUW (Dry-
Rodded Unir Weight) atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kg/m3.
agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu
91
digunakan adalah:
1665,68
V=1- x 100 = 33%
2,476 x 1000
(2.11) adalah:
Maka, total air campuran yang diperlukan per m3 beton = 160,52 kg. Air
Lihat Tabel 4.3.5 (b) untuk beton yang dibuat dengan menggunakan
sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang
ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang
diperlukan di lapangan. Oleh karena itu nilai kekuatan yang dipakai dalam tabel
adalah:
92
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,752) = 0,248 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Kebutuhan superplasticizer 2%
= 595 x 2% = 11,9 kg
93
Campuran Dasar
Semen = 595 kg
Air = 160,52 kg
Superplasticizer = 11,9 kg
Campuran # 1 5%
Campuran # 2 10%
Campuran # 3 15%
Campuran # 4 20%
94
berikut:
Tabel 3.5 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (kg)
Untuk volume semen, silica fume, dan total bahan semen untuk masing-masing
campuran adalah:
Tabel 3.6 Kebutuhan Semen & Silica Fume dalam Campuran (%)
95
adalah sama dengan campuran dasar yang tidak mengandung bahan semen.
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran pertama sebagai
berikut:
Tabel 3.7 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,197 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,754) = 0,246 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
96
berikut:
Tabel 3.8 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,199 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,756) = 0,244 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran ketiga sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Ketiga Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,202 m3
97
= (1 – 0,759) = 0,241 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran keempat sebagai
berikut:
Tabel 3.10 Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,204 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,761) = 0,239 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
98
berikut:
Campuran # 1
Semen = 565,25 kg
Air = 160,52 kg
Campuran # 2
Semen = 535,50 kg
Air = 160,52 kg
99
Campuran # 3
Semen = 505,75 kg
Air = 160,52 kg
Campuran # 4
Semen = 476 kg
Air = 160,52 kg
Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat
campuan tersebut di atas. Agregat halus (pasir) diketahui mempunyai kadar air
2,99% dan daya serap 2,775% sedangkan agregat kasar (batu pecah) diketahui
100
Campuran Dasar
Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran pertama setelah koreksi kadar
Campuran # 1
101
Campuran # 2
Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar
Campuran # 3
102
Campuran # 4
material yang baru seperti table di atas. Pada saat akan melakukan pembuatan
sampel maka kadar air yang terkandung dalam agregat dan pasir diperiksa lagi di
laboratorium, karena pengaruh kandungan air yang ada dalam agregat dan pasir
sangat mempengaruhi nilai faktor air semen dan kebutuhan air yang akan
digunakan.
103
yang tak sesuai dengan rencana akan semakin besar. Cara pengolahan ini akan
menentukan kualitas dari beton yang akan dibuat. Adapun pelaksanaannya meliputi:
1. Persiapan
dahulu diperhatikan:
b. Wadah yang diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu.
antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (vaselin) atau
lembaran polyurethane.
sebagai standar untuk evaluasi kekuatan beton mutu tinggi. Akan tetapi, silinder
beton mutu tinggi. Ukuran benda uji yang digunakan oleh produsen beton harus
sesuai dengan kapasitas beban mesin tes dan konsisten dengan ukuran silinder dan
104
pengukuran kekuatan tekan. Pada umumnya, benda uji yang dicetak dengan
menggunakan bahan baja akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih konsisten
dari pada benda uji yang dicetak dengan menggunakan bahan plastik. Cetakan
yang dibuat dari material kardus tidak dianjurkan untuk beton mutu tinggi.
4. Penakaran
rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal (3.3.2) SK. SNI.
T.-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM
C. 685 Standard Made By Volume Batching and Continous Mixing serta ASTM.
94.
5. Pengadukan (Pencampuran)
didapatkan suatu sifat yang plastis dalam campuran beton segar. Indikasinya
adalah warna adukan merata, kelecekan yang cukup, dan tampak homogen.
bantuan alat aduk seperti molen atau baching plan. Pengadukan dengan tangan
biasanya dilakukan jika kebutuhan akan beton lebih kecil dari 10 m3 dalam satu
105
6. Slump
terendah yang masih mungkin untuk dapat dikerjakan dan dipadatkan di lapangan
diperlukan untuk sebagian besar aplikasi di lapangan. Karena kadar agregat kasar
dan bahan semen yang tinggi dan rendahnya fas, beton mutu tinggi biasanya sulit
ditempatkan/dicor. Akan tetapi, beton mutu tinggi dapat dibuat dengan slump
tinggi dengan bantuan HRWR tanpa segregasi. Beton yang mudah mengalir
dengan slump melebihi 200 mm, dengan adanya penambahan HRWR, sangat
efektif dalam pengisian rongga kosong (voids) antara tulangan yang sangat rapat.
Dalam situasi dimana loss slump menjadi masalah, nilai slump diiginkan untuk
pengecoran dapat dicapai kembali dengan baik melalui pemberian dosis HRWR
7. Penuangan Adukan
pengaliran adukan.
106
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan
c. Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material
d. Campuran beton yang telah mengeras atau telah mengalami penambahan air
e. Beton dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna
dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
8. Pengangkutan
pemisahan atau kehilangan material. Alat angkut yang digunakan harus mampu
mengakibatkan pemisahan dari bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan
berurutan.
9. Pemadatan Beton
Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam
tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk 10 cm berarti
107
Alat pemadat sendiri dapat berupa kayu atau besi tulangan. Alat pemadat
mesin juga bisa digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan vibrator atau
mengalir dan memadat karena rongga-rongga terisi dengan butir-butir yang lebih
a. Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar berupa tongkat dan
b. Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat getar yang
memadat.
d. Pemadatan merata,
rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan saat beton belum mengalami
final setting, karena pada masa ini beton masih bisa dibentuk, alat yang
108
beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya
tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton mengalami keretakan
karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan minimal dilakukan 7 (tujuh)
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus
dipercepat.
tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari
keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas
terlebih dahulu agar gaya yang diberikan oleh mesin uji dapat terdistribusi secara
merata pada benda uji. Mortar Sulfur (belerang) merupakan material capping
yang paling banyak digunakan. Bahan ini jika dipersiapkan dengan tepat dapat
memberiakan hasil yang ekonomis, baik, dan dapat mecapai kekuatan yang
beton mutu tinggi. Pada penggunaan capping dari belerang pada benda uji beton
mutu tinggi, kondisi ujung benda uji yang tidak rata harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum di capping. Kondisi ujung yang tidak rata dan rongga kosong
109
13. Pengujian Kuat Tekan Beton dan Kuat Tekan Beton Karakteristik
Setelah beton dirawat dan telah berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari, dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan alat mesin kuat
tekan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari benda uji. Setelah data
pengujian kuat tekan di dapat maka kuat tekan beton dapat dihitung dengan
P
fc’ =
A
Dimana:
Setelah didapatkan hasil data kuat tekan beton, maka kuat tekan beton
karakteristik dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.3), (2.4), dan
(2.5):
�(�’ −�’ �)
�=
�−
� �’
σ’bm =
�
110
s = Standar deviasi
Setelah bahan dan alat uji siap serta sampel uji telah dibuat, maka siap untuk
diuji sesuai prosedur penelitian. Hasil dari pengujian berupa data-data kasar yang
masih perlu diolah lebih lanjut untuk mengetahui hubungan/korelasi antara satu
111
4.1. Umum
Utara. Seluruh tahap pekerjaan yang direncanakan pada penelitian ini telah selesai
dilaksanakan. Dimulai dari tahap pemeriksaan material (pasir dan batu pecah),
benda uji, perawatan (curing) benda uji sampai dengan pengujian kuat tekan dapat
dilaksanakan tanpa menemui kesulitan yang berarti. Hasil penelitian yang berupa
penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.
Bahan susun untuk campuran beton mutu tinggi yang dipergunakan meliputi:
agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir), semen, air, superplastisizer, dan
silica fume. Dari hasil pengujian pasir di laboratorium didapatkan hasil modulus
kehalusan butir atau Fineness Modulus (FM) sebesar 2,519 dan termasuk gradasi
untuk zona 2, berat jenis pasir kering (bulk) sebesar 2,476, daya serap atau kapasitas
absorpsi sebesar 2,775%, berat isi padat kering oven sebesar 1665,68 kg/m3 dan
Hasil pengujian kerikil didapatkan hasil modulus kehalusan butir atau Fineness
Modulus (FM) sebesar 6,945, berat jenis (bulk) sebesar 2,810, daya serap atau
kapasitas absorpsi sebesar 0,523%, berat isi padat kering oven sebesar 1467,97
kg/m3 dan kadar lumpur sebesar 0,55%. Hasil pengujian silica fume didapatkan hasil
112
Secara umum dari hasil pemeriksaan dan pengujian bahan susun tersebut
memenuhi syarat untuk pembuatan beton. Untuk hasil lengkap dari pemeriksaan
bahan susun campuran beton mutu tinggi ini, dapat dilihat pada lampiran 1.
Pembuatan benda uji pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengadukan
menggunakan mesin pengaduk atau molen. Benda uji beton setiap variasi dikurangi
proporsi semennya dan digantikan dengan silica fume secara gradual mulai dari 5%;
10%; 15% dan 20% dari berat semen, serta dengan menggunakan bahan tambah
superplasticizer sebesar 2% dari berat semen. Proses pembuatan adukan beton adalah
sebagai berikut:
1. Proses awal pembuatan benda uji beton normal tanpa penggantian sebagian semen
dengan silica fume dan penambahan superplasticizer sebesar 2% dari berat semen
dimasukkan ke dalam molen, kemudian diaduk lagi sampai pasir dan semen
tercampur secara merata. Kemudian disiramkan air yang telah dicampur dengan
membentuk pasta. Setelah itu masukkan kerikil, kemudian di aduk kembali. Air
slump dari adukan tersebut, jika belum sesuai dengan nilai slump yang
113
3. Setelah slump yang didapatkan sesuai dengan rencana, adukan beton dimasukkan
masing-masing 1/3 dari tinggi cetakan. Setiap tahap dipadatkan dengan cara
cara dirojok, pemadatan bisa juga dilakukan dengan cara menggunakan mesin
4. Untuk pembuatan benda uji dengan penggantian sebagian semen dengan silica
pasir, semen dan silica fume diaduk sampai merata. Kemudian tahapannya sama
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengujian kuat tekan yang akan
dilakukan adalah kondisi permukaan benda uji. Permukaan yang rata akan
menghasilkan nilai kuat tekan yang baik karena distribusi beban akan tersebar secara
4.4. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) dengan Metode ACI
Perencanaan campuran beton (mix design) yang digunakan dalam penelitian ini
dan hasil lengkap perencanaan campuran beton (mix design) dengan menggunakan
114
ini adalah komposisi kebutuhan bahan untuk campuran beton mutu tinggi:
Workability (kemudahan pengerjaan) beton dapat dilihat dari nilai slump yang
terjadi. Karena nilai slump merupakan parameter workability, semakin tinggi nilai
slump maka semakin mudah proses pengerjaan beton (workability). Beton mutu
tinggi menggunakan nilai fas rendah, berarti air yang digunakan sangat sedikit,
sehingga nilai slump rendah. Dalam penelitian ini nilai slump yang seharusnya
rendah berkisar antara 25-50 mm karena pada beton mutu tinggi air yang digunakan
sangat sedikit, dengan cara menambahkan bahan tambah superplasticizer yang bisa
menjadikan nilai slump lebih tinggi dari yang direncanakan. Dalam penelitian ini,
pemakaian bahan tambah superplasticizer semua sama untuk setiap variasi yaitu
akan diperoleh tingkat workability yang tinggi untuk mencapai nilai slump yang
115
sampai pada tingkat yang cukup besar (L. J Murdock dan Brook, 1978).
pengurangan air pada adukan beton akan membuat nilai fas menjadi lebih kecil
sehingga kuat tekan beton meningkat, tetapi hal tersebut bisa berdampak pada
turunnya nilai slump. Seiring dengan menurunnya nilai slump pada adukan beton,
maka tingkat workability juga akan menurun, dengan kata lain semakin banyak
pengurangan air dalam adukan beton maka kuat tekan beton akan meningkat, akan
tetapi semakin kecil nilai fas maka akan menurunkan nilai slump dan tingkat
workability, hal tersebut akan sangat berpengaruh pada proses pengerjaan beton.
Namun dengan menambahkan bahan tambah beton tanpa pengurangan air, tingkat
bisa menjadi lebih mudah dan bisa mendapatkan kuat tekan beton yang lebih baik.
Dalam penelitian ini setiap benda uji dilakukan empat titik pengujian slump,
kemudian dari empat kali pengujian ini diambil nilai slump rata-rata. Hasil uji slump
116
Volume Berat
Kadar Kadar Berat Slump
Berat Pasir Slump
SF SP Air SP SF Semen Kerikil Rata-rata
(kg) (cm)
(%) (%) (Liter) (Liter) (kg) (kg) (kg) (cm)
4,00
4,50
0% 2,0% 160,52 11,90 0 595 614 1057 4,50
4,50
5,00
4,50
4,00
5,0% 2,0% 160,52 11,305 29,75 565,25 609,096 1057 4,00
3,50
4,00
3,50
3,00
10,0% 2,0% 160,52 10,710 59,50 535,50 604,144 1057 3,63
4,50
3,50
3,50
3,00
15,0% 2,0% 160,52 10,115 89,25 505,75 596,716 1057 3,50
3,50
4,00
3,50
3,50
20,0% 2,0% 160,52 9,520 119 476 591,764 1057 3,38
3,00
3,50
NILAI SLUMP
NILAI SLUMPPADA TIAP
PADA TIAP VARIASI
VARIASI
5
4.50
4.00
Nilai Slump (cm)
4 3.63
3.50
3.38
0
0 5 10 15 20
Kadar Silica Fume (%)
117
fume semakin menurun nilai slumpnya. Hal tersebut diakibatkan karena silica fume
lebih banyak menyerap air jika dibandingkan dengan semen, sehingga adukan
menjadi lebih kering yang kemudian mempengaruhi nilai slump beton segar menjadi
4.5.2. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji
pengujian kuat tekan benda uji tersebut. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada
saat benda uji berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari dengan kuat tekan yang
direncanakan (f’c) sebesar 70 MPa sebanyak 100 benda uji, yang terdiri dari lima
variasi campuran. Untuk masing-masing variasi dibuat 20 benda uji yang berbentuk
bahan pengganti silica fume sebesar 5%-20% dari berat semen dan penambahan
118
dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Dibawah
ini adalah tabel dan gambar yang memuat nilai kuat tekan untuk masing-masing
variasi campuran (untuk hasil lengkap pengujian kuat tekan beton yang berupa tabel
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Saat Pengujian di Lapangan
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Pada Umur 28 Hari
119
80
70
60
Ket.
Kuat Tekan
SF 0% :
50
(MPa)
SF 5% :
SF 10% :
40 SF 15% :
SF 20% :
30
20
10
0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian(Hari)
90
85
81.76
80 77.68
74.73 75.30
Kuat Tekan
75
(MPa)
71.11
70
65
60
55
50
0 5 10 15 20
Kadar Silica Fume (%)
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas yang menunjukkan kuat tekan beton pada
saat pengujian di lapangan, dapat dilihat bahwa kuat tekan beton optimum atau
120
10% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen (BS10),
memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 81,76 MPa pada umur pengujian 28 hari.
Kuat tekan beton minimum atau terendah terdapat pada campuran beton dengan
penambahan silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer
sebanyak 2% dari berat semen (BS20), memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 71,11
MPa pada umur pengujian 28 hari. Pada tabel 4.3 dan gambar 4.3 yang disajikan
diatas, peningkatan kuat tekan beton dari umur 0 hari sampai 7 hari, peningkatan
kuat tekan sangat signifikan. Selanjutnya dari umur 7 hari sampai 14 hari dan dari 14
hari sampai 21 hari, peningkatan kekuatannya tidak seperti pada saat 0 hari sampai 7
hari. Selanjutnya dari umur 21 hari sampai umur 28 hari peningkatan kuat tekan
tidak terlalu besar. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kekuatan beton akan
terus bertambah sesuai dengan naiknya umur beton. Kekuatan beton akan naik secara
cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil.
Sedangkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.4, kuat tekan beton setelah dikonversi
ke dalam 28 hari. Terlihat bahwa kuat tekan beton optimum atau tertinggi terdapat
pada campuran beton dengan penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat
semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen (BS10) yaitu memiliki
nilai kuat tekan beton sebesar 83,97 MPa pada umur pengujian 7 hari. Kuat tekan
beton minimum atau terendah terdapat pada campuran beton dengan penambahan
silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari
berat semen (BS20) yaitu memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 70,56 MPa pada
umur pengujian 21 hari. Dari tabel 4.4 dan gambar 4.4, terlihat juga bahwa kuat
tekan beton pada umur pengujian 7 hari memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi
121
karena beberapa faktor. Pertama, konversi faktor umur dari 7 hari ke 28 memiliki
nilai yang cukup besar yaitu 0,65. Kedua, faktor panas hidrasi dari semen. Panas
hidrasi semen setelah 24 jam pada temperature kamar, 30%-40% semen biasanya
mengalami proses hidrasi dan akan terus meningkat secara signifikan setiap harinya.
Pada saat berumur 7 hari panas hidrasi semen mencapai 80% dan pada umur 28 hari
panas hidrasi semen mencapai 96%. Terlihat bahwa setelah umur 7 hari nilai hidrasi
tidak naik secara signifikan. Faktor hidrasi pada saat umur beton 7 hari inilah yang
menyebabkan nilai kuat tekannya cukup tinggi. Meskipun nilai kuat tekan beton
umur 7 hari memiliki nilai kuat tekan beton optimum atau tertinggi, nilai kuat tekan
pada umur 7 hari ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan penentuan kuat tekan beton
sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena berdasarkan peraturan PBI tahun 1971
menyatakan bahwa penentuan kuat tekan beton didasarkan pada pengujian kuat tekan
beton pada umur pengujian 28 hari. Sehingga data yang dipergunakan untuk
penentuan nilai kuat tekan beton menggunakan data kuat tekan beton pada umur
pengujian 28 hari.
Dari data kuat tekan beton pada umur pengujian 28 hari di atas terlihat bahwa
penambahan silica fume pada batas kadar tertentu mampu meningkatkan kuat tekan
beton. Pada penambahan silica fume sebanyak 5% dari berat semen dan
semen. Selanjutnya pada penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat semen
122
dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen, mengalami
sebanyak 20% dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen,
nilai kuat tekan menurun sebesar 4,84% dari beton normal menggunakan
superplasticizer 2% dari berat semen. Kuat tekan optimum atau tertinggi didapat
pada penambahan silica fume sebanyak 10% dari berat semen dan superplasticizer
sebanyak 2% dari berat semen, yaitu memiliki nilai kuat tekan beton sebesar 81,76
MPa dengan nilai slump sebesar 3,63 cm dan nilai kuat tekan minimum atau terendah
didapat pada penambahan silica fume sebanyak 20% dari berat semen dan
superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen yaitu memiliki nilai kuat tekan beton
123
dan dari hasil penelitian didapatakan f’c terjadi sebesar 81,76 MPa. Jadi dapat
dikatakan bahwa penelitian ini memenuhi f’c rencana. Namun kuat tekan yang lebih
baik mungkin masih mungkin didapatkan jika bahan susun campuran terus diperbaiki
4.5.3. Data dan Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Karakteristik
Setelah pengujian kuat tekan beton, selanjutnya pada penelitian ini, akan
Untuk menghitung kekuatan tekan beton karakteristik dihitung dari benda uji kubus
15x15x15 cm pada umur 28 hari dengan satuan kg/cm2. Apabila benda uji bukan
berupa kubus karena alasan tertentu, seperti pada penelitian ini benda uji yang
digunakan adalah benda uji silinder ukuran Ø 15 cm x 30 cm, maka hasil uji kuat
tekan beton bentuk silinder dikonversikan ke dalam bentuk kubus dengan faktor
pembagi 0,83. Setelah itu akan ditentukan nilai kekuatan tekan beton karakteristik
berdasarkan rumus σ’bk = σ’bm - 1.64.s. Dibawah ini tabel yang memuat nilai kuat
tekan beton karakteristik (Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran
3)
S (Standar
Kode Benda f’c rata-rata σ’bm σ’bk
Deviasi)
Uji (MPa) (kg/cm2) (kg/cm2)
(kg/cm2)
BN 75.61 910.93 14.70 886.82
BS5 78.63 947.37 15.99 912.14
BS10 82.76 997.09 22.62 960.00
BS15 76.74 924.62 22.59 887.56
BS20 71.48 861.17 20.37 827.75
124
campuran beton normal (BN), nilai kuat tekan beton karakteristiknya 886,82 kg/cm2,
dengan standar deviasi (s) 14,70 kg/cm2. Pada campuran beton dengan kadar silica
karakteristiknya 912,14 kg/cm2, dengan standar deviasi (s) 15,99 kg/cm2. Pada
campuran beton dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer sebesar 2%
(BS10), memiliki nilai kuat tekan beton karakteristik terbesar yaitu 960 kg/cm2,
dengan standar deviasi (s) 22,62 kg/cm2. Pada campuran beton dengan kadar silica
fume 15% dan superplasticizer sebesar 2% (BS15), nilai kuat tekan beton
karakteristiknya 887,56 kg/cm2, dengan standar deviasi (s) 22,59 kg/cm2 dan pada
campuran beton dengan kadar silica fume 20% dan superplasticizer sebesar 2%
(BS20), nilai kuat tekan beton karakteristiknya 827,75 kg/cm2, dengan standar
deviasi (s) 20,37 kg/cm2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada campuran beton
dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer sebesar 2% (BS10) memiliki nilai
kuat tekan beton karakteristik yang relatif lebih tinggi dari campuran beton lainnya.
Dari mutu pelaksanaan, beton dengan campuran beton normal (BN) memiliki mutu
pelaksanaan lebih baik dari beton dengan campuran lainnya, tetapi secara
Pengendalian mutu (quality control) adalah bagian dari jaminan kualitas guna
memastikan kualitas produk dengan menguji untuk mengecek terhadap nilai target
125
sebagai berikut: Material, variasi pada penambahan silica fume dan superplasticizer
pada gradasi, komposisi mineral, sifat fisik dan bentuk butir dari agregat. Produksi:
Jenis batching plan dan peralatannya, metode pengujian, prosedur dan kualitas
pengambilan contoh, pembuatan dan perawatan benda uji, serta prosedur pengujian
yang dipakai.
distribusi normal dimana masing-masing variasi akan dihitung nilai probabilitas dan
keandalannya. Kita tidak dapat merencanakan struktur atas dasar kekuatan rata-rata.
Jika demikian maka akan berarti bahwa setengah dari beton akan mempunyai
kekuatan yang di bawah kekuatan rencana. Sebaliknya, kita tidak dapat memaksakan
bahwa semua kekuatan harus di atas nilai rencana. Oleh karena itu tidak mungkin
pada kekuatan yang terdistribusi normal. Jadi kita harus memutuskan suatu
persentase yang dapat diterima di mana benda uji akan jatuh di bawah nilai rencana.
Kita berusaha mengevaluasi kekuatan dari beton dari seluruh struktur, yang
didasarkan pada benda uji yang terbatas jumlahnya. Memang harus cukup banyak
data pengujian supaya representatif. Namun kita paling baik hanya dapat
mengestimasikan kekuatannya.
126
70−75,61
P ( x ≥ 70 MPa ) = 1 - ( )
1,22
= 1 - [1 - (4,60)]
= 1 - (0,211245E-05)
= 0,9999
= 99,99%
99,99%
70 MPa
127
= 1 - [1 - (6,49)]
= 1 - (0,43913 E-10)
= 0,9999
= 99,99%
99,99%
70 MPa
3. Variasi 3, (penambahan silica fume sebesar 10% dari berat semen dan
= 1 - [1 - (6,79)]
= 1 - (0,5750 E-11)
128
= 99,99%
99,99%
70 MPa
4. Variasi 4, (penambahan silica fume sebesar 15% dari berat semen dan
= 1 - [1 - (3,59)]
= 1 - (1 - 0,999835)
= 0,9998
= 99,98%
129
5. Variasi 5, (penambahan silica fume sebesar 20% dari berat semen dan
= 1 - [1 - (0,88)]
= 1 - (1 - 0,810570)
= 0,8106
= 81.06%
70 MPa
81,06%
130
A. KESIMPULAN
1. Semua variasi campuran menggunakan fas atau W/(c+p) tetap yaitu 0,27.
2. Nilai kuat tekan beton optimum dicapai pada penggantian semen dengan
3,63 cm.
5. Dalam penelitian ini semakin besar kadar silica fume semakin menurun nilai
slumpnya.
131
7. Dalam penelitian ini nilai kuat tekan beton karakteristik tertinggi terdapat
pada campuran beton dengan kadar silica fume 10% dan superplasticizer
B. SARAN
dari agregat kasar agar diperoleh hasil yang lebih baik lagi.
adukan beton.
132
Fadli. 2002. Panduan Praktikum Pengujian Bahan II. Medan: Politeknik Negeri
Medan.
Medan.
Murdock, L.J, Brook, K.M, Hendarko, Stephanus. 1991. Bahan dan Praktek Beton.
Jakarta: Erlangga.
Nugraha, Paul. dan Antoni. 2007. Teknologi Beton dan Material, Pembuatan Beton
Pasaribu, Joy Sandy. 2013. Analisis Penggunaan Berbagai Merk Semen Portland
Type I untuk Pembuatan Beton f’c 20 Mpa dengan Menggunakan Agregat Dari
Segel, R., Kole, P., dan Kusuma, Gideon. 1993. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta:
Erlangga.
80
74.73
70 71.48
66.67
60
Kuat Tekan
50 49.82
(MPa)
40
30
20
10
0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)
80
77.68
74.17
70 69.41
60
Kuat Tekan
51.86
(MPa)
50
40
30
20
10
0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)
90
80 81.76
78.24
73.04
70
60
Kuat Tekan
54.58
(MPa)
50
40
30
20
10
0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)
Gambar 3. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 10%
Berdasarkan Umur Pengujian
90
80
75.30
72.58
70
67.94
60
Kuat Tekan
(MPa)
50 50.96
40
30
20
10
0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)
Gambar 4. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 15%
Berdasarkan Umur Pengujian
80
70 71.11
67.03
62.85
60
Kuat Tekan
50
(MPa)
47.33
40
30
20
10
0 0
0 7 14 21 28
Umur Pengujian (Hari)
Gambar 5. Peningkatan Kekuatan Tekan Beton dengan Kadar Silica Fume 20%
Berdasarkan Umur Pengujian
yaitu: Kuat tekan yang disyaratkan f’c= 70 MPa pada umur 28 hari. Pasir yang
2,519; berat jenis pasir kering = 2,476; kapasitas absorpsi = 2,775%; berat isi padat
Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah, ukuran maksimum agregat
dibatasi 20 mm dengan karakteristik sebagai berikut: Berat jenis relatif (kering oven)
= 2,810; kapasitas absorpsi= 0,523%, berat isi padat kering oven = 1467,97 kg/m3.
dengan jumlah dosis yang sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 2% dari berat
semen. Semen yang dipakai adalah semen Portland Type I dengan berat jenis = 3,05.
Bahan tambah pengganti sebahagian semen dipakai silica fume dengan kadar 5%-
(f' c +9,65)
Dengan Menggunakan persamaan f’cr = maka nilai kuat tekan rata-
0,90
(70 +9,65)
fcr’ = = 88,50 Mpa pada umur 28 hari
0,90
Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan 88,50 MPa > 62 MPa, maka
Karena ukuran agregat kasar maksimum 20 mm, maka dari Tabel 2.12
didapat fraksi berat kering agregat kasar optimum = 0,72. Nilai DRUW (Dry-
Rodded Unir Weight) atau berat isi kering oven agregat kasar adalah 1468 kg/m3.
agregat kasar 20 mm, dari tabel 2.13 didapat estimasi pertama kebutuhan air yaitu
digunakan adalah:
1665 ,68
V=1- x 100 = 33%
2,476 x 1000
(2.11) adalah:
Maka, total air campuran yang diperlukan per m3 beton = 160,52 kg. Air
Lihat Tabel 4.3.5 (b) untuk beton yang dibuat dengan menggunakan
sebesar 88.50 Mpa pada umur 28 hari. Harus dicatat bahwa kekuatan tekan yang
ditabelkan dalam Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 adalah kekuatan tekan rata-rata yang
diperlukan di lapangan. Oleh karena itu nilai kekuatan yang dipakai dalam tabel
adalah:
= (1 – 0,752) = 0,248 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Kebutuhan superplasticizer 2%
= 595 x 2% = 11,9 kg
Campuran Dasar
Semen = 595 kg
Air = 160,52 kg
Superplasticizer = 11,9 kg
Campuran # 1 5%
Campuran # 2 10%
Campuran # 3 15%
Campuran # 4 20%
Untuk campuran yang lain dihitung dengan cara yang sama. Nilainya sebagai
berikut:
campuran adalah:
e. Untuk semua campuran, volume agregat kasar, air, dan udara per m3 beton
adalah sama dengan campuran dasar yang tidak mengandung bahan semen.
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran pertama sebagai
berikut:
Tabel 6. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Pertama Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,197 m3
= (1 – 0,754) = 0,246 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran kedua sebagai
berikut:
Tabel 7. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Kedua Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,199 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,756) = 0,244 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran ketiga sebagai
berikut:
Komposisi Volume
Semen = 0,202 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,759) = 0,241 m3
Sebagai berat kering per m3 beton, berat pasir yang diperlukan adalah
Berat pasir yang diperlukan per m3 beton untuk campuran keempat sebagai
berikut:
Tabel 9. Komposisi Bahan & Volume dalam Campuran Keempat Tanpa Pasir
Komposisi Volume
Semen = 0,204 m3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per m3 beton adalah
= (1 – 0,761) = 0,239 m3
berikut:
Campuran # 1
Semen = 565,25 kg
Air = 160,52 kg
Campuran # 2
Semen = 535,50 kg
Air = 160,52 kg
Campuran # 3
Semen = 505,75 kg
Air = 160,52 kg
Campuran # 4
Semen = 476 kg
Air = 160,52 kg
Hal ini dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing dari keempat
campuan tersebut di atas. Agregat halus (pasir) diketahui mempunyai kadar air
2,99% dan daya serap 2,775% sedangkan agregat kasar (batu pecah) diketahui
Campuran Dasar
Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran pertama setelah koreksi kadar
Campuran # 1
Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran kedua setelah koreksi kadar
Campuran # 2
Komposisi campuran beton per m3 untuk campuran ketiga setelah koreksi kadar
Campuran # 3
Campuran # 4
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
Gambar 26. Proses Uji Kuat Gambar 27. Proses Uji Kuat
Tekan Beton Tekan Beton
Gambar 28. Proses Uji Kuat Gambar 29. Benda Uji Silinder
Tekan Beton Setelah Pengujian