Anda di halaman 1dari 12
MatlatiSa Be 2 Hukum Pidana eS TTalfeiceniay Miele XSL Nederlandse Strafrecht atic Pench c UMC (eC) J. Remmelink Scanned with CamScanner 3.5.3. Daluarsa/ Pasal 70 dst. Sr., / Pasal 76 dst. KUHPidana Indonesia 3.5.3.1. Pengantar Dalam KUHPidana (Belanda dan Indonesia) dikenal dua jenis daluarsa, yakni yang berkenaan dengan acara pidana: daluarsa penuntutan (Pasal 70-73 re 78-81 KUHP) dan yang berkenaan dengan kewenangan untuk mengeksekusi pidana Galuarsa pemidanaan (Pasal 76 St, Pasal 84 KUHP). Namun hanya yang. perlama disebut akan dibahas di sini. Sedangkan daluarsa jenis kedua akan diulas di bagian pembahasan hukum penitensier. (kewenangan mengajukan penuntutan) yang diberikan pada OM pada suatu tenggat waktu sebenarnya bukan kondisi serta merta. Banyak pakar hukum pidana justru menganggap tenggat waktu demikian hanya dapat dibenarkan bilamana pelaku sudah betobat dan memperbaiki diri. Berhadapan dengan kejahatan-kejahatan sangat berat dan penjahat-penjahat profesional, Profesor van Hamel, sebaliknya mengusulkan tiadanya batas waktu penuntufan. Di Inggris ketentuan tentang daluarsa penuntutan hanya diperbolehkan terhadap delik-delik ringan; delik-delik yang Jebih serius tetap dibiarkan terbuka bagi penuntutan tanpa adanya batasan waktu. Kendati demikian, pranata hukum ini pada 1886 diadopsi ke dalam KUHPidana. Argumen utamanya merujuk pada kenyataan perputaran waktu yang tidak saja secara perlahan meniadakan akibat tindak pidana namun juga sekaligus jejak-jejaknya. Bilamana perilaku yang bersangkutan malah sudah telupakan, sekaligus hilang pula keinginan melakukan retribusi, termasuk kebutuhan untuk mewujudkan prevensi umum atau khusus dari penuntutan dan pemidanaan. Kalaupun oer dan perbuatan meyimpang tersebut masih hidup, kesulitan pembuktian a ann menghalangi pencapaian tujuan-tujuan prevensi umum ataupun Khusus fs pidana, Argumen lain yang kerap diajukan adalah pelaku tindak pidana va 8 Sal bertahun-tahun menyembunyikan diri sudah cukup terhukum a ek aie yang tidak tenang dan penuh kecemasan. Namun demikian, argumen (kup ditemukan dalam sejarah perundang-undangan (MvT), serta Pengaitan jus puniendi ar 5 lebih lagi ti 0126: Scanned with CamScanner ku kejahatan bisa saja baik di sini gat Pelak. kejah ja baik di sini maupun di te segatan-kegiatan jahatnye, dan kenyataan bahwa ain aiase Rea papaya iipk trtangkap mungkin saja hanya soal Kebetulan belaka. Teucaatoaun Kiranya sudah ada penerimaan umu i lan tidak lagi berguna untuk cit eaten een sen are perat setelah ewat bertahun-taitun akan dilepas dari jangkauan a aaa pic pelum dapat diterima dengan suara bulat. Kendati demikian, naniat béntat aie jjstru unsur manusia dalam hukum pidana mensyaratkan untuk suaty seat mea gall an menutup suatu perkara. Hal ini tentunya lebih mudah diterima ‘iatak tabas: asus ringan ketimbang delik-delik berat. Tetapi juga berkenaan dengan yang terakhir Aisebut, Kejujuran dan sikap rendah hati akan memaksa kita memasrahkan kasus yang persangkutan. Punire non (semper) necesse est: menghukum tidak selamanya perlu, Juga di sini waktu akan menyembuhkan Juka-luka yang diderita tertib hukum, Profesor Jescheck menyatakan bahwa delikuen (pada akhirnya barangkali) durch den Zeitablauf tin anderer geworden ist (dengan lewatnya waktu berubah menjadi orang yang lebih paik). Dengan merujuk pada Oliver dari As you like it dari Shakespeare, juga dapat ie T was I; but T is not I. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa tampaknya setidaknya di Belanda baik argumen-argumen hukum pidana materiil (tiadanya kebutuhan pemidanaan lagi dari masyarakat hukum) maupun hukum pidana prosesuil (kesulitan pembuktian) Gapat diajukan secara layak untuk mendukung perlakuan pranata hukum daluarsa penuntutan. Dalam dogmatika, hukum, teori di atas dapat disebut juga sebagai teori ‘campuran’. satu pengecualian kiranya berkenaan dengan kejahatan-kejahatan di bidang hukum (perang atau humaniter) dan Keejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan. Terutama Khir meninggalkan tidak saja duka dan derita yang begitu dalam ‘kkan rendahnya moralitas para pelaku, Keyakinan hukum dari manusia pernurani baik pada umumnya i apapun tethadap peristiwa akan terguncang bila suatu saat tidak diberikan real r a tersebut. ease tentang daluarsa (penuntutan) terhadap penjahat-penjahat beat | ‘ i elalui_ undang-undang. ; a= dice ut nee Undang-Undang (peraturan) yang disebut tera : bagi jutaan manusia, namun juga menunjul sedemikian sehingga : Pasal 3 § April 1971, Stb. 210 ., juga oleh ketentvart { dilakukan pela Konvensi Genosida. Dapat ditetapkan bahwa pene lag’ Seabee sebagai konsekuensi dari Konvenst PB tentang, loans ers cpentan 1968" Bahkan juga beberapa negara Jain” maa Jere pencabutan demikian. 35.3. dari Daluarsa “ «can tindak pidana : Fs ae ae sa akan tergantang pada tingket eae ddewasa, YaNE jangka waktu dalua i kta Yang dilakukan. Jangka Wl Scanned with CamScanner bagaimanapun juga ditetapk: ipkan kadang dé adalah sebagai berikut: & dengan Semena-mena (tanpa alasan jel elas), + Dua tahun untuk semua jenis (tindak pi jenis (tindak pidana) pelan, +-Eacm tahun tantuk tindak pidara kejahatan yang’ tac, denda, perahanan atau penjara yang tidak lebih dar tige tare * Dua belas tahun untuk tindak pidana kejahatan yang | i ES dengan pidana penjara sementara lebih dari tiga tah; nga + Lima belas tahun untuk tindak pidana Kejahatan yan di penjara lebih sepuluh tahun; 8 clancam dengan pidana + Delapan belas tahun untuk kejahatan-Kejahatan yang di penjara seumur hidup. Yang diancam dengan pidana lengan pidana yang diancam Berkaitan dengan Pasal 91, hal ini berl k i feiten), termasuk juga yang diatur dae Se inde’ éiana (Girybere yang bersifat _Khusus, terkecuali ditentukan lain Fah eased ee indangundang kiranya hendak menyelaraskan geal wae ie pais berat/ringannya (ancaman) sanksi, sehingga, demikian MvT: mereka yan ita jangkauan tangan hukum, yang terbuang atau tersingkir dari masyarakat Bel dal en Jama, tetap dapat dihukum. Pembuangan diri (dari masyarakat) secara ar aie pokoknya harus lebih Jama dari maksimum pidana yang diancamkan eaannya aie kejahatan yang dilakukan. ya (juga dalam redaksi yang ada sekarang) adalah terutama berkaitan dengan kejahatan yang diancam ‘ka kita mempertanyakan alasannya, jawaban jadi terlalu Jama dan Latarbelakang pemikiranny memperhitungkan sebahagian, dengan pidana penjara seumur hidup. Jil MvT adalah bahwa jangka waktu daluarsa dengan ity menj diperlukan demi kepentingan ketertiban umum. Petanyaan yang masih harus dijawab ialah nentukan jangka waktu daluarsa adalah sanksi yang ditetapkai fertentu atau yang secara konkrit ‘akan dapat diterapkan/' dipersoalkan dengan turut mempertimbangkan adanya alasan-alasah umu memperberat atau memperingan pidana yang dapat dijatuhkan. FE ah Pasal 70 dan juga MvT condong ke arah jawaban pertama: sanksi yang ons = dalam ketentuan pidana; demikian juga Hof’s Gravenhhage 20 Dec: 1964 iE ee jam hal ‘meerdadse santertloop/concursus', tidak mengakui atau member! tu daluarsa yang lebih Jama. akukan tindak pidana, don Or yan Untuk percoban (poging) untuk mel : d f entang jangka wakte S27 hm Jaku ketentuan (medeplichtgheid) akan Lat F - (Pasal 76 Ser, Pasal ditetapkan unutk daluarsa tindak pidana pokok (Pasa! opebare gee ' ing der Dalam UU Pemotongan ‘Anggaran Publik od er vera re rerkensl) ant a, ¥ »matan yang pada Wi j satu atau a 29 Noy 29 Stb. 665; UU Pee Ei moar jadi sat bahwa dalam apakah ancaman pidana yang me- n terhadap Kejahatan dijatuhkan. Hal ini jum untuk yertaan yang dal dan peny jangka wak jana, pal pelanggaran jan} — 128 - Scanned with CamScanner perkenaan dengan ini posisi istimewa delik pers cetak diakhiri. Kenyataan gon dan Dx pidana yang terakhir disebut (delik pers cetak) mendapat perlakuan gine nk seperti pelanggaran, dapat dijelaskan dari sudut pandang sejarah. Namun 7 tidak lagi berlaku untuk situasi sekarang ini. Satu dan lain dengan itupun \ an perlakuan Khusus ini dihapuskan, yakni bahwa kerusuhan (sosial) yang terjadi gore Jantuan ata provokasi sarana media cetak, setelah berlalu satu tahun terbebas _gsgen Dan penuntutan, sedangkan kerusuhan yang sama diprovoksi secara lisan fs “tan daluarsa setelah 12 tahun lampau © serkenaan dengan mereka yang tatkala kejahatan dilakukan belum mencapai usia sun, dengan merujuk juga apa yang akan diurai dalam pembahasan hukum pidana Sr anak (kinderstrafrecht), jangka waktu yang berlaku untuk kejahatan tertentu akan setengah dengan pengecualian (singkat kata) terhadap delik-delik seksual fog berkaitan dengan mulainya perhitungan daluarsa juga akan dikecualikan). Akan feapi, reduksi demikian tidak berlaku bagi tindak pidana pelanggaran. Ketentuan “pi dintroduksi bersamaan dengan hukum pidana anak-anak (sekarang ini disebut: “augdstrafrecht) yang baru. Ketentuan Pasal 70 (2) Sr., (Bdgk. Pasal 78 (2) KUHP) yang emuat pengurangan sepertiga secara umum dengan itu dicabut). 3533. Mulainya Penghitungan Jangka Waktu Daluarsa Aturan umum yang berlakw adalah daluarsa akan dihitung pada hari berikutnya “etelah delik dilakukan (Pasal 71 Sr. Pasal 79 KUHP). Mengapa undang-undang terbicara tentang delik yang telah diperbuat (gepleegd)? Apakah perhitungan daluarsa _demikian juga berlaku bagi pelaku penyerta lainnya (deelnemers)? Kiranya jawabnya Jas: perhitungan itu juga berlaku bagi pelaku penyerta lainnya. Namun Langemijer di sini menyatakan baru setelah pelaku utama selesai melakukan perbuatannya, baru kita _ dapat berbicara dan mulai menghitung daluarsa dari perbuatan-perbuatan penyertaan. | Lebih penting adalah pertanyaan apa yang dimaksud oleh ketentuan Pasal 71 St, dengan istilah feit ? Di dalam dokumen hukum Jain (ORO) sebagai pengganti fo! digunakan istilah daad. Kemungkinan besar perubahan tersebut terjadi sekadar larena dlikedelik omisi (tidak melakukan kewajiban) tidak akan tercakup Ke dalam Pengertian dead. Kiranya dalam hal ini daluarsa dimaksud dimulai disiung St ari diperbuat atau tidak diperbuatnya (suatu kewajiban hukum) oleh pel oe ei Pasa 71 menentukan mulainya perhitungan daluarsa satu hari setelah ie mere Sikukan, maka terbuka kemungkinan dicapainya solus lebih ment aj lida dipandang sekadar sebagai perbuatan fisik(termasuk jug9 O° Ts mula ‘atu peristiwa yang memunculkan kewenangan penuntulany Te sunculnya | thitung sejak tindak pidana sclesai dilakukan, jadi bila pers Akibat dari 4 _ “bat dati tindak pidana tersebut. dah ibahas babwapranala Dal. sadian (tempus delicti), sudane puatannya, lam hal menentukan waktu kejadian (tem?! aku melakukan Peay natedil i fai saat kapan pel k delik-del nt k sudah Cede oat mun akibat ra daluarsa tidak dimengerti sebags init lebih sejak saat semua unsur delik s ya bukan pada waktu perbuatan itu dilakukary Nay eon Scanned with CamScanner dari tindak pidana tersebut; sedangkan untuk bagi pemidanaan darinya segera setelah syarat yang dilakukan dengan bantuan atau melalut i bbekerja. Terutama bagi delik-delik materiil pem, perbuatan dengan munculnya akibat bisa 9 sehingga kewenangan penuntutan yang dikai ; daluarsa jauh sebelum delik cocbul eoniia dee Perilaku atau perbuatan sudah delik culpa menimbulkan bahaya tethadap kepentingan pony S851 adalah detik- Sr., (Pasal 188 KUHP); menyebabkan Kebakaran, teller oon eae Pasal 158 perusaakan fasilitas sambungan listrik, 163 Sr, (Pasal 193 KUL gat SUP): dan pekerjaan umum lainnya, 165 Sr, (Pasal 195 KUED), see peresakan jembatan perkereta apian, dll. Kesalahan konstruksi (yang hatin ae Ialulintas konteks perbuatan-perbuatan tersebut bisa saja baru diketahed beck sam pekerjaan pembangunan dituntaskan. Dalam hal ini penulis aahecee a alasan di atas berbeda pendapat dengan Pompe yang menyatakan betan teen hal daluarsa, waktu peristiwa pidana ditentukan oleh tindakan fisik aa ak ce jangka waktu daluarsa dapat dihitung. Penulis juga tidak berbagi optimismenys hetlg ia menyatakan bahwa jangka waktu daluarsa cukup panjang sedemikian sehingga perbedaan waktu antara perbuatan dengan akibat dapat diabaikan begitu saja. Dalam pandangan penulis, tidak masuk akal menyatakan hilangnya jus puniendi sebelum OM berkesempatan mengetahui adanya delik yang bersangkutan. aa geile dengan syarat tambahan nstrumen penuh. Untuk delik-detik ane patinere instrumen tersebut but sangat penti ja terentang jarak tahunan ein jan Undang-undang mengakui kenyataan ini dan mengaturnya dalam ketentuan Pasal 71 Sr., (Bdgk. Pasal 79 KUHP). Dalam ketentuan tersebut untuk sejumlah kejahatan diberlakukan pengecualian terhadap aturan umum (bahwa jangka waktu daluarsa dihitung sehari setelah delik dilakukan) terutama karena organ negara yang berwenang melakukan penuntutan tidak dapat mengetahui kapan dan bilamana munculnya delik tersebut. Pengecualian demikian berlaku, antara Jain, untuk : dalam Pasal 172 (1) Sr., (Pasal 202 (1) itas penyediaan air minum), 173 (1) St, ik tersebut), 173a Sr., (dengan , (idem untuk perhitungkan tan tersebut 1. Kejahatan-kejahatan yang dirumuskan KUHP; dengan sengaja mencemari fas (Pasal 203 (1) KUHP; idem untuk varian culpa deli sengaja mencemari tanah, udara dan air permukaan) dan 173 Sr, varian culpa dari delik tersebut).”" Untuk iejahatan-kejahatan in jangka waktu daluarsa dihitung hari berikutnya setelah kejahat diketahui keberadaannya oleh petugas penyidik. ; 2. Pemalsuan atau delik-delik pemalsuan mata uang untuk m daluarsa akan dihitung pada hari berikut mata wang ee in produk dari alat-alat pemalsuan mata wang aipergunala aun samp i i dalam ketentuan Pasal 240 is 4 spay SoD ie = Soul "385.297 KUHP), dan dilakukan terhadap merel jengan 2: » ana jangka waktw tt digunakan atau indonesis. jam KUHP@ana Indonest Adak kita temukan padenennye, ala nber 1969 (sebageiman 2 car Ean ke dalam Sr. Belanda m dicakupkan ke i setelah itu). te ee 1 Ketentuan Pasal 173 Ketentuan-ketentuan ini telah diubah beberapa kali — 130 — Scanned with CamScanner yang masih di bawah umur. Untuk deli ‘anitung pada hari berikutnya korban m adi sini (singkat kata) adalah delik-del Sis tort suearernanx gejal: gangguan kejiwaan akibat) perudungan atau ean fntang (4 alami di masa kecilnya baru bertahun-tahun a ie Torn ian pubungan kekerabatan kadangkala ju isa muncul. Lagipula os ga menghalangi pj melaporkan Kejadian sesegera mungkin, Reena ye Son untuk ‘an di maksud vang mulai berlaku pada 1 Se yang mulai | P pt. 1994 (UU 7 peluang bagi korban ketika mereka mencapai ape Stb. 529) membuka mengajukan laporan atau pengaduan, Harus diakul bate tent dapat waktu demikian lama kita akan mengalami kesulitan mencart dee oe bukti-bukti, hal mana diilustrasikan oleh kasus Jolanda yang rete sangat terkenal. Yang pada zamannya 4, Delik-delik yang ditujukan terhadap kebebasan pribadi oran r , ig lain (penculikan, petyanderaan). Jangka waktu daluarsa mulai dihitung hes berkeg eck kannya atau matinya korban, 3, Pelanggaran yang dilakukan pejabat-pejabat catatan sipil di mana daluarsa dihitung satu hari setelah, sebagai akibat keberlakuan Pasal 25 Buku I BW (KUHPerdata), pelanggaran yang tampak dari register (catatan sipil) yang 1 dipindahkan dan kemudian diketahui panitera dari rechtbank di arrondisement | (wilayah hukum) terkait. delik demikia demikian datu: mencapai usia 19 Rae akan mulai lik seksual, ersoalannya Pemb la Umum bahwa inne ea ans-Undang Kita dapat temukan banyak delik yang tidak segera kentara oleh dunia Ivar ‘dan kerap baru diketahui masyarakat setelah tahunan berlalu. Dengan beranjak dari Kenyataan bahwa pembuat undang-undang memandang masuk akal_ untuk nenetapkan perhitungan daluarsa sejak OM dapat mengetahui adanya delik-delik “erenty, tuntutan kepantasan akan mendorong kita untuk memberlakukan hal yong | sma juga bagi delik-delik lainnya (sebagaimana disebut di ates) waktu (perhitangan) daluarsa, sifat atau | | Dalam menentukan mulainya jangka rn. Untuk delik berlanjut yang “lsrakter dari tindak pidana juga akan diperhitungkay ilaran ferbentuk dari raiperiakank atau terus menjalankan Fe ee et maka perhitungan daluarsa ditentukan satu hari setelah situasi ( ia itu melanggar ‘wlarang) dihentikan, satu dan Jain karena pelaku diangeP aN "1939, 690); dalam etentuan terkait (FR 26 Juni 1905, W 8257; FIR 7 Apr eT i melakukan bal dlit-delik omisi, datuarsa dihitung satu hari setelah Kewoh j"snatu telah tidak dipenuhi. | ket Dalam hal delik-delik kompleks seper “jamiS®20 (misal Pasal 326a), setiap unsur al ‘ 'eka waktu daluarsa berbeda-beda. Alhas en erhadapy | i su Pettit) j hee Yang terhadapnya masih berlaku kewenan Faik ebiasaan or . | berlaku nama delik berlanjut (voortgezet dele 2 tedelik dengan kara i al 56) atau delik ju memiliki untuk t (Pasal 56) delik-delik itu nsekuensi dari itu, ju ti delik berlanju' tau bagian dati i] sebagai ko! 4 an Karenanya tidak lagi dapat dituntut sebagai asl Scanned with CamScanner Berkenaan dengan delik-delik (yang memu f toestandsdelicten) di mana akibatnya bisa berlanjut ae vrata aston tertentu; sehingga untuk sebahagian sudah daluarsa. Untuk bahagian see em Sedemikian diterima dalam dakwaannya (HR 19 Febr. 1952, NJ 1952, 951) "OM tidak lagi dapat 3534. Terhentinya Daluarsa (Stuiting van de Verjaring) Penghitungan daluarsa yang sudah berjalan dihitung. Setiap upaya penuntutan (daad ae Set es alam arti berhent daluarsa, demikian Ketentuan Pasal 72 Sr., (Pasal 80 KUHP), sepane ye eens dituntut diketahui identitasnya atau menurut undang-undang suds nee YOR surat (panggilan tertulis) secara patut (Pa : Gane ’ingga tidak ye sal 585 Sv.), sedemiki perlu bahwa dakwaan diterima oleh terdakwa sendiri po 1 ; persona, Bdgk, 1975, NJ 1980, 158 perihal pemberitahuan verstek (pemerileasn in sid ee Ni iulas dalam konteks lain, Dakwaan yang secara formil batal (misalnya keto conn waktu pemberitahuan/ panggilan terlalu pendck), yang disampailan pada eae tersangka, pada umumnya memiliki daya kerja menghentikan (perhitungan) dina Hal serupa berlaku pula dalam hal penuntutan diajukan terhadap hakim yang tidak wenang (HR 11 Jan. 1937, NJ 1937, 781), juga bila dakwaan yang absah kemudian ditarik kembali, daya kerja menghentikannya sudah difungsikan. Mengingat bahwa pada saat-saat di atas penghitungan jangka waktu daluarsa ‘ditiadakan’ atau ‘dihentikan’, dan jangka waktu tersebut harus dihitung dari awal lagi, penting pula di sini memahami apa cakupan dari upaya-upaya penuntutan. Menurut hemat penulis ke dalam upaya-upaya penuntutan harus. dimengerti setiap tindakan formil prakarsa OM atau hakim, untuk dalam masa sebelum eksekusi putusan, mencapai suatu putusan peradilan (yang betul dapat dilaksanakan). Dari sudut pandang OM termasuk dalamnya adalah (surat) dakwaan atau penuntutan, permohonan untuk memulai pemeriksaan pendahuluan pengadilan (gerechtelik vooronderzoek) atau perintah penahanan - namun juga pemberitahuan verstek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 366 Sv. (HR 31 Okt. 1967, NJ 1968, 85) - dan penahanan demi kepentingan eksekusi (HR 18 Dec. 1979, NJ 1980, 159). Dari sudut pandang hakim: penetapan waktu pemeriksaan berikutnya setelah penundaaan, termasuk vonis (yang berisikan pemidanaan) ex Pasa! 319 Sv., perujukan oleh HR ex Pasal 441 Sv. Setelah kasasi dari putussh, Sot juga putusan (yang berisi pemidanaan) yang kiranya dapat disimpulkan di "1 Jan. 1984, W 12737 dan juga dari HR 10 Juni 196%, NJ 1969, 420 di mate menyatakan bahwa sejak diputusnya vonis (yang terhadapnya oN olin begiatan sampai dengan hari sidang pertama di tingkat kasasi tidal: an see penuntutan, Pemeriksaan kasus dalam sidang pengadilan-pun jie, Bagran HR 13 tindak penuntutan dari sudut pandang penegakan hukum ( Febr. 1979, NJ 1980, 344. Di samping tindakan-tindal : juga dicakupkan ke dalamnya tindakan hakim k fas perintah. Bahkan juga penyelesaian atau penuntasan P' i idangan harus Ks k dilakukan dalam persidang u Sa on homisaris sewaktu pemberian instruksi/ mt jksaan pendahuluan ole! = 132 — Scanned with CamScanner Y | adilan menurut hemat penulis harus di poe a cal aim a ee ca Poe opsporingsdade, juga yang dilakukan OM tidak termasuk ke dalamny Pte ae ijakan demikian tidak berfungsi pada tataran penegakan hukum (yustis, Ho oh am putusan 34 Maret 1934, NJ 1934, 921, W 12775 juga mempertimbanghan hal sama. ‘Terhadap ajaran Hoge Raad diajukan kritikan tajam, sekalij 1 “jgialu meyakinkan, oleh Bockwinkel (NJB 1968, p 442) reas eee ulis lain (Pompe, Vos, Hazewinkel-Suringa, Van Hattum, Simons) wnenfatacch fava ‘tindakan penuntutan (daden van vervolgig) harus dimengerti hanya mencakup sbuatan melalui mana OM melibatkan hakim ke dalam pemeriksaan perkara pidana, | yaitu karena dengan itu OM memaksa hakim melakukan pemeriksaan atau memutus. Bockwinkel tidak mau mengetahui perihal terhentinya perhitungan daluarsa akibat putusan hakim atau yang terjadi karena diterima/penerimaan surat pemberitahuan |werstek Setelah diterbitkannya putusan akhir, menurut pandangannya, tidak ada lagi yang perlu diperiksa atau diputuskan. Namun sekali lagi,menurut hemat penulis: _penafsiran yang lebih luas harus dipandang masuk akal dan dimungkinkan. Di sini _persoalannya adalah tindakan-tindakan resmi dari otoritas justisial yang secara nyata masih menempatkan orang yang bersangkutan sebagai terdakwa dalam asus tertentu. |Di Jerman, ketentuan Pasal 78 StGB memuat daftar lengkap tindakan-tindakan mana yang menghentikan waktu penghitungan daluarsa. Dapat disebut di sini, antara lain, interograsi pertama dari Beschuldigte oleh polisi atau justisi: setiap pemeriksaan oleh hakim, suatu Haftbefehl. dll. Satu persoalan lain yang penting ialah bahwa campur tangan justitie luar negeri “(@sing) juga turut diperhitungkan. Namun dalam pandangan penulis sendiri hal int seharusnya ditolak terkecuali berkaitan dengan tindakan-tindakan dalam rangka fantuan hukum, Dalam artian ini juga harus dibaca C.d.C Perancis 23 Mei 1979, Reo. de. Dr. Pén, et de Cr. 1979, p. 695. Hof var Cassatie Belgia juga ‘memandang campur tangan jaksa/penuntut umum Belanda sebagai tindakan yang menghentikan perhitungan Galatea: Hof van C. 23 Mei 1979, Rev. de. Dr. Pén, et de Cr- 1979, p. 1969 ‘Terakhir adalah persoalan menentukan kapan saat pehitungan jangka waktu dalu- warsa akan terhenti. Pada 11 Desember 1979, NJ 1980, 158, Hoge Rand itiah nen "dengan catatan van Veen yang mendukungnya, unk mers to - aed terdakwa mengetahui adanya tindakan yang menghentikan Ps 3535. Penangguhan Daluarsa ae ti sebagai Pe Penangguhan daluarsa dimenger isti it daluarsa. istirahat (rusten: ruhen) dari pethitungan man d penundean sementara tersebut dianeit® Sr, akan terus dilanjutkan. Ketentuan Poe ne penuntulan (Perhitungan) daluarsa a en ton sengketa YAN ha Sengketa tentang kekuas@ snghentian sementara urn Setelah penangguhan atau asa daluarsa yang Jame ent takan bahwa rus diselesaikan terlebih = 133 - Scanned with CamScanner dahulu agar kasus pidana yang terkait day i na : yan pat dituntaskan are teakhir dapat ditt dari Ketentuan Pasa in ‘Sy Putus. Salah satu contoh nang ilamana penilaian atas tindak pidana yang dideknqe Pe pada (penyelesaian) sengketa hukum keperdataan, **W@kan digantungkan Tidak setiap penundaan pros sgt i pidana) akan serta merta ncighitad ite Pidana yang sedang berjalan 16 Sv. misalnya memerintahkan hakim untuk mercado, Ketentuan Sa sudah berjalan pada tahapan apa pun juga, Pilamene reg, Poses Penuntutan rd gangguen_perkembangan. atau mengalami carat pads he mend ee uigia Lak aod a Pada kemampuan kejiwaannya Se eee Naan aad ee suti dan memahami arah jalannya Pasal, 73 Se. Dalam hal ind tidak ada aoesalah concierge en ena dasar inl. dak dapat diputaskan adanya,penondee sence, eeeee ats dalaatta’ Kemmnckitan bear cuentas omit Gn ee kesembuhan orang yang bersangkutan para OM akan terhapus bilamana penuntitan yang dimemgkinian Pasa 26(2 cunjung tiba. Pencabutan penangguhan berdayaguna. Dalam Pasal 265(3) Sr. ju ae lengan demikian, tidak lagi akan ce ieee ») St. juga sie bentuk skorsing lain, yakni penuntutan pidana terhadap yang difitnah. ea souleadea apna skorsing (perhitungan) daluarsa? Ketentuan Pasal Teigemee a Se ecru penangguhan (skorsing) akibat sengketa kewenangan (prejudice! eT au mana hal itu jelas dapat dicakupkan. Menurut MvT sltsp Pass 78 earya yang dinakged adalah sengketa yang harus diputus oleh kekuasaan (kehakiman) ee ain va me Pear Sepa mentee perkara, Lagipula Memorie van Toelihting mo pada rasio (nalar atau latarbelakang pemikiran) dari skorsing daluarsa, yakni dalam artian bahwa penundaan (perpanjangan waktu) melalui (proses) pemeriksaan sengketa kewenangan yang berada dalam kuasa ferdakwa bisa jadi (bila tidak diatur) mengakibatkan terpenuhinya atau habisnya jangka waktu daluarsa, Dalam kaitan dengan Pasal 265(3) hal ini tidak terjadi; solusi bagi adanya sengketa kewenangan ada di tangan hakim pidana, waktu pemeriksaan terhadapnya tidak dapat dipengaruhi oleh terdakwa. Namun karena bunyi ketentuan Pasal 73 tidak membuat perbedaan ini padahal sangat penting bagi penyelesaian masalah di atas, kiranya dapat dikatakan bahwa juga dalam penundaan/penangguhan -penuntutan akibat adanya sengketa kewenangan, maka harus ada pula penundaan perhitungan daluarsa. 2.5.3.6. Daluarsa Penuntutan dan Undue Delay Pada 1980-an dipersoalkan kapan dan bilamana suatu penuntuta) dapat eee. diterima atau harus ditolak, Khususnya dalam kaitan dengan habaca sie i i tang Perlindungan Pasal 6 (1) jo. Pasal 14 (2) ECHR (Konvensi Eropa tentang Petey yehadapan dan ICCPR yang mensyaratkan bahwa suatu kasus pidana harus i ime (dans un delai rnisonable) atau without hakim untuk diperiksa within a reasonable ti = 14 - Scanned with CamScanner cans retard exeessif. Bahkan Hoge Road telah menerimi | a Wang berkepanjangan akan mengakibatkan tidak. Hael aati |eettn pidana) (OM. Bdgk. HR 9 Maret 1982, NJ 1982, 409 dengan catatan Melba, | ottgiam banyak putusan sebelumnya HR tampaknya telah menerima kemu bras [o6t sekalipn hanya pada prinsipnya. Meskipun dengan catatan bahwa Sie In) a sooibata selama dua tahun tidak serta merta dianggap membawa on ya, eg iiterimanya penuntutan. Sebab itu pula keberatan yang diajukan rat suensi aaak © pening (Galuarsa) biasanya dikombinasikan dengan keberatan ates dears eretiny®) undue delay. s dasar . séaanya jolas bahwa sekalipun ada Kaitan erat antara Keduanya, tetap dapat ‘ifyan adanya perbedaan mendasar antara Keterlambatan jangka walk pe dan penuntutan yang cukup lama dan ajaran tentang aloha anes ehagaimane telah diuraikan di atas aturan-aturan tentang daluarsa memiliki tujuannya |sendiri dan bekerja berdasarkan perhitungan sederhana berjalannya waktu. Sebaliknya “tignaan dengan persoalan kedua, argumen dasamya_ adalah ketidakpantasan femungkinan seorang terdakwa diganggu oleh proses pemeriksaan pidana lebih dari yang sedianya diperlukan untuk menuntaskan proses hukumnya. Tekanan yang Sialami yusitibelen (pencari keadilan) haruslah berada dalam lingkup batas waktu yang sewsjamya memang diperluken untuk memutuskan suatt pekara pidana. Berkenaan dengan itu bisa terjadi muncul pelbagai situasi dan kondisi khusus yang merentangkan batas kewajaran jangka waktu tersebut. Sekalipun harus juga diakui tahwa dalam hal demikian akan sekaligus terlibat perlbagai faktor yang juga relevan dengan persoalan daluarsa di atas. Misalnya disini adalah faktor kepastian hukum yang dirujuk HR dalam arrest tanggal 1 Juli 1981. Pada Jain pihak, untuk perhitungan jangka waktu daluwarsa penting untuk memastikan telah adanya ancaman penuntwtan pidana. Bdgkan HR 22 Mei 1979, NJ 1979, 301 (Menten-arrest kedua) dan 6 Jan. 1981, NJ1961, 207, di mana hal itu diuraikan lebih Tanjut: OM harus memiliki niat sungguh sungguh untuk mengajukan tuntutan pidana terhadapnya dan sebagai akibat hal iu berpengaruh terhadap posisi tersangka/terdakwa. Khususnya di sini terpikirkan tiatan yang terwujud dalam perintah atau permohonan melaksanakan pemeriksaan pendahuluan (vordering tot gerechtelijk vooronderzock) dan/atau penahanan (bewaring wnat intverzekeringstelling). Periksa lebih lanjut, Komisi Eropa untuk Hak Asasi anusia, 8 Maret 1979, 8046/77, yang ditemukan dalam Kesimpulan OM terhadap HR 2 Mei 1979, di arana disebutkan: afcted as result of any suspicion against i me putusan lebih dahulu dari lembaga di Strasburg ini, pandangan ini kerap lee ie ou Selanjutnya dipandang penting pula oleh Komisi Hak aes aan a aay ah kerumitan kasus, lancar atau tidaknya penanganan perkara ol 2 ae Bek Tyee dan perilaku dari tersangka/terdakwa sendiri. Bgkan, antara 2° ° 18 dan 1268 dalam kasus-kasus Newmeiler en Wenthoff (Judgment and Decisions a lama. ¢; ), juga 28 Juni 1987, NJ 1980, 54 (Konig). Tujuh tahun jelas waktu yang ‘omm. Rechten v.d, M, 12 Juli 1997, Dec. and R, ii, p. 78 (Haase). an bahwa pelampauan jangka Pad. P vag f27 Abril 1987, NJ 1987, 587, Hoge Rand memutusk tungkan) terhadap penetapan Wajar juga dapat mengakibatkan diskonto (dipethi 135. Scanned with CamScanner berat/ringannya pidana. Keputusan ini mencerminkan pula perbedaannya di va dengan ikhwal daluwarsa yang bila terlampaui hanya mengakibatees w yas penuntutan (niet onvankelijkheid) OM, bukan sebages pide eee apa diterimanya ai pidana, : : sebagai akibat hukum yang tidak terlalu pattie PI namum tiada lebih hanya 2.5.3.7. Catatan Penutup Persoalan Penetapan oleh HR apakah ia berhadapan dengan kasus yang daluarsa atau tidak hanyalah bagian dari persoalan kecil yang dihadapi HR sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman (jadi tidak sekadar menilai ada/ tidaknya kesalahan yang dilakukan pengadilan dari tingkatan lebih rendah; Veegens, Cassatie, 3 druk 1989, p. 300, 252) sehingga ia ex officio dan dengan mencermati semua data atau informasi yang tersedia, juga yang muncul di luar vonis atau persidangan, kemudian memerintahkan penyelidikan/pemeriksaan terhadapnya. Bdgkan HR 15 Oktober 1974, NJ 1975, 97). Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai