BAB IV
DELIK ADUAN
27. Tempatnya dalam dan artinya bagi hukum pidana po-
sitif seperti yang tercantum dalam KUHPidana ~ Berbeda
dari acara privat dimuka hakim, maka acara pidana dimuka
hakim dilakukan atas inisiatif fihak pemerintah, yaitu
atas inisiatif jaksa (tentang perbedaan antara sifat acara
privat dan sifat acara pidana ini lihatlah VAN APELDO—
ORN Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht,
1955, hal. 282 - 285). Tetapi inisiatif jaksa ini dibatasi
dalam penuntutan terhadap delik-delik yang dikenal dengan
nama ,delik aduan" (klachtdelict). Dalam hal delik aduan
maka diadakan tidaknya tuntutan terhadap delik itu di-
gantungkan pada ada tidak adanya persetujuan dari yang
dirugikan, yaitu jaksa hanya dapat menuntut sesudah
diterimanya aduan dari yang dirugikan. Selama yang dirugi-
kan belum memasukkan aduan maka jaksa tidak dapat me-
ngadakan tuntutan. Alasan satu-satunya dari pembuat
KUHPidana untuk menetapkan delik aduan itu dalah per-
timbangan bahwa dalam beberapa hal tertentu pentingnya
bagi yang dirugikan supaya perkaranya tidak dituntut
adalah lebih besar dari pada pentingnya bagi negara supaya
perkara itu dituntut (VOS, hal. 227 - 228; JONKERS,
hal. 150; HAZEWINKEL-SURINGA, hal. 326, yang menun-
juk kepada SMIDT, 1, hal. 493; POMPE, hal. 524, yang
juga juga menunjuk kepada SMIDT, I, itu; VAN HATTUM,
I, hal. 552, yang dalam noot 1 juga menunjuk kepada
SMIDT, I, tersebut).
Pada permulaan, beberapa delik aduan dicantumkan da-
lam pasal 22 Wetboek van Strafvordering Belanda, yang
menentukan bahwa perzinaan, penghinaan atau pengge-
lapan barang titipan hanya dapat.diusut (disidik) atau di-
tuntut sesudah diterimanya atau berdasarkan aduan dari
fihak yang dirugikan. Pada tahun 1886, yaitu pada waktu
diundangkannya Wetboek van Strafrecht Belanda, maka
keharusan ada aduan dari yang dirugikan terlebih dahulu
itu, dijadikan syarat supaya dapat dituntut bagi lebih ba-
nyak delik lain lagi dan sebagian lembaga hukum pidana
257: itu dipindahkan kedalam titel 7 4)
tentang delik ad ache Belanda tersebut Sejak tan
1 Wethork vr joek van Strafrecht Belanda dicantumkan
1886 dalam berhak mengajukan aduan dan jangka-jangka
siapa yer kk mengajukan dan menarik kembali aduan,
baal a engaiukan, penjabat yang menerima aduan dan
ae od an tetap ditentukan dalam Wetboek van Straf.
tempat aduan t pasalpasal 164 dan 165 (HAZEWINKEL.
SURINGA hal 325). VOS (hal. 228) berkesimpulan bahwa
oeindahen Jembaga hukum pidana tentang delik aduan
dari Wetboek van Strafvordering ke daiam Wetboek van
Strafrecht itu memperlihatkan diterimanya pendapat bah-
wa aduan itu tidak hanya berhubungan dengan pelaksanaan
hak menuntut hukuman tetapi juga bahwa aduan itu me-
nimbulkan hak menuntut hukuman tersebut.
HAZEWINKEL-SURINGA (hal. 325) : ,,Deze gedeeltelijke
overheveling naar het Wetboek van Strafrecht is geen willeke-
urige. Het vervolgingsrecht toch, toekomend aan de staat en
zijn organen, wordt mede bepaald door voorschriften betreffen-
de de klachte, die immers een voorwaarde vormt voor de ver-
volgbaatheid. Het stellen van voorschriften, die de wijze van
uitoefening raken, kon aan het Wetboek van Strafvordering
blijven voorbehouden”.
ditunjuk siapa yang bens, ‘ang bersangkutan sekaligus juga
en: 7 e
dana hanya mengenal kejahatan mae eeaR aduan. KUHPi-
Perlu ditegaskan dising
7 sini pul,
So tentang delik aduan int tiga lembaga hukum pi-
idana,, Jag seria sebagai salah sate gon hulu oportu-
qi F lukum acara
i delik ad
Juga Penuntut °. Sampai diterj 'uan Penuntut
tuntutan, Ta tee sre tae hewn aduan, masih
yang bersangkutan, eyenang mendep aqueaa mengadakan
Penuntut-Umum, bewttya, pernah “poneren) perkara
an, masih juga berwenan. Masih bel toalkan apa-
# telah mengedar diajukan adu-
0 Pengusutan
Umum harus menscopsporing). JONKERS (hal. 150) menjawab pertanyaan ini
Gengan : ya, karena KUHPidana hanya melarang penuntut-
fan (vervolging) dan tidak melarang pengusutan (opspo-
ing), Bukankah, sefing penting sekalilah pengusutan itu se-
gera dimulai untuk mencegah dihilangkannya bahan-bahan
bukti! Tentang persoalan ini lihatlah W Nr 11753, 11759
(Iarangan SIMONS), 11766 (karangan VOS), dan Karangan
NIKUWENHUIS dalam TvS, 38, hal. 94 djb.
Mengenai pendapat-pendapat yang pro dan kontra lembaga
hukum pidana tentang delik aduan ini, JONKERS (hal. 150-
151) beranggapan : ,,Van sommige zijden is de instelling der
Klachtdelicten veroordeeld, omdat zij het individueel belang laat
voorgaan boven het algemeen belang en het de plicht van de
overheid is, het laatste te laten praevaleeren. In principe is
Git bezwaar juist. Er laten zich echter delicten denken waarvan
de al of niet vervolging voornamelijk van belang is voor den
benadeelde, In elk geval zal het met het oog op dit terecht
naar voren gebrachte bezwaar zaak zijn niet al te lichtvaardig ¢
toe over te gaan een strafbaar feit tot een klachtdelict te maken.
Hoewel, zooals ik reeds opmerkte, het aantal klachtdelicten in
ons wetboek betrekkelijk gering is, betwijfel ik toch of de wet-
fever in dit opzicht wel voorzichtig genoeg is geweest, vooral
omdat het opportuniteits-principe een der principieele trekken
van ons strafprocesrecht is waardoor heg fan het openbaar-
ministerie wrij staat, als prive en openbaar belang elkander
dekken, een zaak onvervolgd te laten. Zoo zijn overspel en vele|
anderezededelicten, welke tot klachtdelicten zijn gemaakt,
aangelegenheden, welke niet alleen de betrokkenen aangaan,
maar ook voor den Staat van belang zijn. Het mag dan ook geen
verwondering baren, dat de nieuwere stroomingen in het straf-
recht een zekere afzijdigheid tegenover dit instituut aan den
dag leggen. Hiervan getuigt in zeker opzicht ook het bij de wet
ter bescherming van de openbare orde van 19 Juli 1934, S.
405 in het N.W.v.S. opgenomen art. 67a. Dit artikel geeft het
O.M. de vevoegdheid om bij een misdrijf van beleediging,
dat alleen op klachte vervolgbaar is, voor het geval geen klacht
wordt ingediend en het O.M. om redenen van algemeen belang
een vervolging wenschelijk acht, aan den klachtgerechtigde
kennis te geven, dat tot strafvervolging zal worden overgegaan,
tenzij binnen acht dagen na ontvangst van deze kennisgeving
de klachtgerechtigde mededeeling doet, dat zijnerzijds tegen
cen strafvervolging bezwaar bestaat. Het niet inkomen van
cen bericht van bezwaar vervangt de klacht. Deze bepaling is
in het leven geroepen, omdat meermalen hoogere ambtenaren,
die in openhare geschriften op beleedigende wijze werden ange
259> si
vallen, het beneden, dui
dienen, tr Hor wor deze gevalen b
chelijk mee enbaar-miinisterie te legen, Ro
van et open. De zwakke zijde der regeling
te overmtaande de erkenning van het alge
aie suatvervOlging, de beleedigde het toch in:
2 — destrafvervolging tegen te houden”.
28, Jenis-jenis kejahatan aduan — Kejahate
dua jenis, yaitu : a
a. kejahatan aduan yang absolut ( mutlak )
b. kejahatan aduan yang relatif (nisbi )
Ad a:
Kejahatan aduan yang absolut adalah
(VOS, hal. 228, membuat rumusan sebagai
jute zijn die, welke als regel alleen op
ziin, .”). Kejahatan-kejahatan yang ter
an kejahatan aduan ini adalah antara lain :
hinaan (pasal-pasal 310-319 KUHPidana) —
hinaan terhadap seorang penjabat pada wal
lakukan jabatan yang sah, dapat ditun
karena jabatan (ambtshalve). Dalam pen
kepentingan umum yang terancam begitu m
pembuat KUHPidana telah menganggap p
adakan perkecualian atas prinsip delik ac
disinggung diatas tadi —, beberapa kejah
ee 284 (berbuat zina), 287 (b
‘ang perempuan yang bukan isteri dan
bawah 15 tahun), 293 (membuiuill
lum dewasa dan yang belum pern
toeke menjalankan Perbuatan-pe
elarikan seorang Perempuan) KUHPi
rahasia (pasal 32 KUMP
Ce i js . oe
hanya dalam keadaan torte cate oe teil eelBiasanya kejahatan itu bukan delik aduan (VOS, hal. 228,
membuat rumusan sebagai berikut : * relatieve
wer die, welke slechts klachtdelict ziin, indien er een be-
paalde betrekking bestaat tussen de dader of medeplich-
tige enerzijds en de gelaedeerde anderzijds”). Kejahatan-
kejahatan yang termasuk golongan kejahatan aduan ini
adalah pencurian dalam kalangan keluarga (familie-dief-
wal) dan delik-delik kekayaan (vermogensdelicten) yang
rang lebih sejenis. Pasal 367 KUHPidana menetapkan :
(1) dika pembuat atau pembantu salah satu kejahatan
yang ditetangkan dalam bab ini ada suami (isteri) orang
yang kejahatan itu” — pencurian —, ,yang tidak bercerai
meja makan dan tempat tidur atau bercerai harta benda
maka pembuat atau pembantu itu tidak dapat dituntut
hukuman. (2) dika ia suaminya (isterinya) yang sudah
diceraikan meja maken dan tempat tidur atau harta benda,
atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin, baik dalam
keturunan yang lurus, maupun keturunan yang menyimpang
dalam derajat yang kedua, maka bagi ia sendiri hanya
dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang
yang dikenalan kejahatan itu. (3) Jika menurut adat istiadat
keturunan ibu, kekuasaan bapa dilakukan oleh orang lain
dari bapa kandung, maka ketentuan dalam ayat kedua ber-
laku juga bagi orang itu”. Biasanya pencurian itu bukanlah
delik aduan. Tetapi dalam keadaan seperti yang tertera
dalain ayat-ayat 2 dan 3 ketentuan pidana ini,, yaitu dalam
hal pencurian dalam kalangan keluarga maka pencurian
itu merupakan delik aduan. Beberapa delik kekayaan lain
yang juga dapat merupakan delik aduan adalah pemerasan
dan ancaman (pasal 370 KUHPidana), penggelapan (pasal
376 KUHPidana), penipuan pasal 394 KUHPidana). dll
Oleh menteri kehakiman Belanda, MODERMAN, dike-
mukakan dua alasan bagi ditetapkannya kejahatan aduan
yang relatif itu dalam Wetboek van Strafrecht Belanda
(SMIDT, II, hal 525), yaitu :
a. Alasan susila, yaitu mencegah terjadinya hal pemerin-
tah terpaksa menempatkan orang-orang yang mempu-
nyai hubungan yang sangat dalam (intiem) antare
yang satu dengan yang lain berhadapan muka didepan
hakim pidana.
261262
(stoffelijk), yaitu de facto (feite.
eriil ee ‘
b. at ; Ve eacam condominium antara suami dan
lijk) ada
isteri.
dengan alasan yang kedua ini kata.
Karena bern ana justru tidak jelas, maka Vos
kata undang-undang justru berdasarkan alasan
ndapat_ bahwa, ~
(ha berretlah diterima pendapat bahwa tidak dapat
ma i,
‘ jet - olgbaarheid) itu tetap ada dalam
dituntutnyt (vet ereeraian karena dilakukan delik pen.
curian itu atau keadaan sesudah diputuskan perceraian an-
tara meja makan dan tempat tidur. Berdasarkan alasan su-
sila maka dapatlah diterima pendapat bahwa pencurian itu
juga tidak dapat dituntut dalam keadaan perkawinan yang
diadakan sesudah pencurian itu dilakukan!
VOS (hal. 229) : ,,Op te merken valt, dat chantage of afdreiging
tegelijk is een absolut en een relatief klachtdelict; volgens
sommigen is dan ook art, 319 (voorzover betreft de toepas-
selijkverklaring van art. 316 al. 2) ten aanzien van het delict
van art, 318 overbodig, maar ik meen, dat het toch ook voor
chantage nog wel een practisch belang heeft, nl. de mogelijkheid
van splitsing der klachte bij de relatieve klachtdelicten : zo
zal, indien door twee broers gezamenlijk tegen hun vader
chantage wordt gepleegd, de vader, als hij dat wenst, tegen
een van beiden een klachte kunnen indienen, iets wat niet
mogelijk zou zijn, als cnantage alleen een absoluut klachtde-
lict was. Men neemt namelijk aan, dat bij absolute klacht-
delicten splitsing der klachte niet mogelijk is (aldus ook H.R.
11 Nov. 1889 W. 5799). Men klaagt dan nl. over het feit en
i klachte maakt dus vervolging van alle bij het delict betrok-
kenen mogelijk; bij relatieve klachtdelicten echter is de klachte
ee ee gen bepaalde persoon gericht en is dus esplitsing
ne fan Misschien mag men zelfs, eveneens op grond van
ft inthe mem dat indien de ,,gechanteerde” een klachte
niet wetende, wie de dader is, nog 'n nieuwe
Klachte modig ‘is, w: ’
dader cen farcitielia jz", M™ Bekend geworden is, dat de
29. Yang berhal ,
KUHPidene mae mengajukan delik aduan — Pasal 72
kan bah cua
hanya b, itunty ahwa ,,(1) Jika kejahatan yang
ran peer t atas Pengaduan, dilakukan kepada
lagi belum cere Belum cukup enam belas tahun dan
Sa, atau kepada orang yang dibawah peni-an (curatele) lain orang bukan dari seba
tee, Golnma dalam Keadaan-keadaan ie, eae oat
mengadu ialah wakilnya yang sah dalam perkara sipil (2)
jika tidak ada wakil, atau dia sendiri yang harus diaduken
maka penuntutan boleh dilakukan atas pengaduan wali
yang mengawas-awas atau curator (penilik) atau majclis
yang menjalankan Kewajiban wali pengawasawas atau
yang menjalankan kewajiban curator itu, atas pengaduan
jsteri, seorang kaum keluarga dalam turunan yang lurus,
atau kalau ini tidak ada atas pengaduan kaum keluarge
dalam turunan yang menyimpang samipai derajat yang ke-
tiga” Baik dari ketentuan ini maupun dari ketentuan-
ketentuan pidana ‘tersendiri dalam Buku I KUHPidana,
seperti pasal 367 atau pasal 370 jo pasal 367, maka yang
berhak mengajukan aduan pada umumnya orang yang di-
kenai (menjadi korban) kejahatan yang bersangkutan.
Apabila yang berhak mengajukan aduan ini belum ada
umur 16 tahun dan lagi pula pada saat itu belum dewasa —
perlu diingat disini bahwa seorang dapat menjadi dewasa
sebelum umur 16 tahun karena perkawinan —, atau ditem-
patkan di bawah pengawasan (penilikan, curatele) ,,bulan
dari sebab keborosan” (anders dan wegens verkwisting),
maka aduan dapat diajukan oleh wakil yang sah dalam per-
kara hukum perdata (JONKERS, hal. 152 :_,,wettige
vertegenwoordiger in burgerlijke zaken”), yaitu ayah atau
pengawas (curator) dalam hal orang yang dikenai kejahatan
yang bersangkutan tunduk pada hukum perdata menurut
(KUHPerdata. Bagi orang yang tunduk pada hukum per-
data adat dengan sendirinya hukum adat. Apabila wakil
tersebut tidak ada, atau wakil itu ,,sendiri yang harus di-
adukan”, maka aduan dapat diajukan oleh pengawas per-
walian (toeziende voogd) atau pengawas pengawasan (toe-
ziende curator) atau dewan yang melakukan pengawasan
atas perwalian atau pengawasan itu, oleh isteri atau salah
seorang anggota keluarga (famili) sedarah dalam garis lurus,
atau apabila. yang disebut ‘terakhir ini tidak ada, salah se-
orang anggauta keluarga (famili) sedarah dalam garis me-
nyimpang sampai derajat ketiga. Ayat 2 pasal 74 KUHPida-
na menentukan bahwa ,,Kalau pada ketika orang yang di-
kenai kejahatan, mendapat hak untuk mengadu belum
habis tempo yang tersebut dalam ayat pertama” — yaitu
263LO
264
rjale Ketika ity
an tempo yang
uan yang disinggung tor.
alam Strafwetboek di Neger}
4 KUHPidana
1 pasal vo :
‘ih in berhak mengad
= itu aja”.
ak tereantum d.
m
tersebut a
akhir ini tida
Belanda.
cores (hal, 162) wDit is met zooweel woorden in het
JONKERS et vty in tegenstelling met het moederlandsche
Indice strate roe i so het het woord eet (den
vastgelegd (ath Avon nog niet heeft bercikt in art. 72 Wy
leeftijd van 1h iareget heeft ment de moederlandsche reda
je:
‘i Met opze sch
wist deste, an zentien jaren nog niet had bereikt” vermeden
Hintegarigen boven de zestien jaren, gehuwde vrouwen, kunnen
hun Klachtrecht zeilfstandig zonder eenige machtiging uitoe
fenen”.
Seperti di Negeri Belanda (lihatlah nomor 27 di atas
tadi), maka juga di Indonesia cara mengajukan aduan itu
diatur dalam hukur acara pidana. Tetapi dalam hukum
acara pidana itu mengenai cara mengajukan aduan, sedikit
sekalilah peraturan tertulis. Sebenarnya, kita hanya mem-
punyai pasal 8 dari Reglement op de Straguordering,
yang dapat dipakai sebagai pedoman. Dalam HIR tidak ada
peraturan-peraturan mengenai cara mengadukan aduan.
Ayat 1 pasal 32 HIR hanya mengatakan, bahwa bupati
menerima surat. pengaduan. Boleh dikatakan bahwa di
Indonesia cara mengajukan aduan diatur oleh hukum acara
ebiasaan yang telah tumbuh dalam praktek. :
30. Jangka waktu berlakunya hak mengajukan aduan —
Pasal 74 ayat 1 KUHPidana menentukan bahwa ..Pengadu-
an hanya boleh dimasukkan dalam tempo .enam bulan se-
sudah orang yang berhak mengadu mengetahui perbuatan
yang dilakukan itu, kalau ia berdiam di Negara Indonesia
ini, atau dalam tempo sembilan bulan sesudah ia mengeta-
‘ui itu, kalau ia berdiam diluar Negara Indonesia”. Dalam
at dua ketentuan pidana lain dicantum! a
ai ates dalam pasal 293 ayat 3 KUHPidana : sem-
Baty aE an duabelas bulan. Ditentukannya jangka
a 7 ae lain ini adalah berhubung dengan jangka
i 153) edu (hamil) seorang Perempuan (JONKERS,
~ 153). Dalam hal aduan disampaikan secara lisan,saat aduan lisan itu diucapkan kepada ii i
f pena menerimanya, dianggap menjadi ear rai
gukan (tijdstip der indiening), dan dalam hal aduan di,
cempaikan secara tertulis maka saat aduan diajukan adalah
tanggal pengiriman (verzending) surat aduan, jadi, bukan
tanceal_-penerimaan (ontvangst) surat aduan itu.
jeriu diperhatikan bahwa dalam hal delik aduan yang
absolut, aduan itu tidak dapat dipecah (onsplitsbaar)
Misalnya, dalam hal perzinaan, aduan itu tidak dapat diaju-
ken hanya terhadap yang turut-melakukan!. .
JONKERS (hal. 153) : Bij de absolute klachtdelicten is de
Klacht onsplitsbaar, hetgeen wil zeggen, dat bijv. bij overspel
de klacht niet enkel kan worden ingesteld tegen den medeple-
ger. Indien dit nu toch gebeurt, is er dan een rechtsgeldige
Klacht ingediend? Bij zijn beschikking van 21 Juli 1939 be-
antwoordde de voorzitter van den landraad te Padang (bekrach-
tigd door den raad van justitie te Padang 28 Juli 1939, T.
150. blz. 819) deze vraag ontkennend. In denzelfden zin besliste
de landreadvoorzitter te Kendal (besch. 16 Maart 1939), doch
deze beschikking werd vernietigd door den r.v.j. te Semarang
(7. 150, blz. 595) met de overweging, dat, al was de klacht
gericht tegen een bepaald person, zulks niet belet de vervolging
van den anderen persoon, aangezien in casu sprake is van een
ebsouu klachtdelict. Intusschen kan de ander achterwege
laten. Deze laatste opvatting komt mij de juiste voor. Bij abso-
lute Klachtdelicten wordt niet geklaagd tegen een persoon,
mazr terzake van een feit. Wordt in een ingediénde klacht alleen
de naam van den medepleger genoemd, dan maakt dit de klacht
niet nietig. De vervolgende instantie is in een dergelijk geval,
waar een rechtsgeldige klacht is ingediend, bevoegd alle deel-
nemers te vervolgen terwijl hij, van meening zijnde, dat om
bijzondere redenen een. van hen onvervolgd kan blijven, insge-
lijks daartoe bevoegd is. De klager is niet gerechtigd het ver-
volgingsrecht bij absolute klachtdelicten te beperken, aan
den anderen kant laat de indiening van een klacht de depo-
neeringsbevoegdheid van het O.M. intact”.
Pada saat (tijdstip) manakah jangka waktu hak dari
yang dikenai kejahatan yang bersangkutan dapat mengaju-
kan aduan? Sebagian pengarang-pengarang hukum pidana
(seperti. VOS, JONKERS, POMPE) berpendapat babwa
sent itu adalah saat bahwa yang dikenai kejahatan yang rs
sangkutan telah mengetahui (,,er kennis van kar!
265bahwa oleh barangsiap.
sangkutan itu telah dilakukan terhaday
»mengetahui” itu tidak meliputi kabar angin!
JONKERS (hal. 153 - 154) : Met Pompe ben ik van meening,
dat hieronder moet worden verstaan het tijdstip, waarop de
belanghebbende er kennis van krijgt, dat de betreffende per-
fom tegenover wien jij zijn Klachtrecht kan doen gelden,
het feit gepleegd heeft. andes: zou in vele gevalien de termijn *
tot indiening der klacht Verloopen zijn, zonder dat de klacht-
Cerechtigde gelegenheid heeft Schad zijn recht uit te oefenen.
a2 (persoon) kejahatan yang ber-
pnya. Teranglah,Op dat standpunt stelde zich evencens de lang x
rand te
yonnis 26 Februari 1938, bekrachti, i
$938, T. 148, blz. 911), die West a geet
(inzake een inbreuk op auteursrecht) tempore woh ns Macht
daar 2ij was ingediend drie dagen, nadat de gepleeshe Pe
te rijner kennis was gekomen, In tegenoversemee smbeeuk
een beslissing van den landraarvoorzitter te Socal itt
‘Augustus 1936, bekr. door den vj. Semarang (Tne ne
743). Naar dit vonnis is beslissend voor het moment ay oe
aanvang het kennis bekomen van het gepleesde tei en
van het kennis bekomen van den person, die het felt seplent
heeft. Het bezwaar van deze opvatting is, zoolas ik al ghee
dat in vele gevallen dan de Klachttermijn verloopen sal tig
zonder dat de Klachtgerechtigde in staat is geweest wn zijn
Klachtrecht gebruik te maken”. =
fe Padang.
4 Agustus
Pasal 73 KUHPidana menentukan bahwa ,Jika kejahatan
jtu dilakukan kepada seseorang yang meninggal dalam tem-
po yang ditetapkan dalam pasal yang berikut” — yaitu
pasal 74 KUHPidana — ,,maka dengan tidak usah menam-
bah tempo itu, dapat penuntutan dilakukan atas pengaduan
ibu bapanya, anak atau suaminya (isterinya) yang masih
hidup, kecuali kalau nyata, bahwa yang meninggal itu tidak
menghendaki penuntutan ”. Kehendak yang disebut ini
harus terang. Selanjutnya, ketentuan ini tidak berlaku da-
lam hal pengaduan berdasarkan pasal 284 KUHPidana. Li-
hatlah pula pasal-pasal 91, 320 dan 321 KUHPidana.
Pasal 75 KUHPidana menentukan bahwa ‘,,Barangsiapa
yang memasukkan pengaduan, tetap berhak untuk men-
cabut kembali pengaduannya itu dalam tempo tiga bulan
sejak hari memasukkannya”.
Pengaduan yang telah dicabut itu tidak dapat digjukan
lagi. Dalam hal delik perzinaan seperti yang tercantum da-
lam pasal 284 KUHPidana, maka pengaduan dapat dicabut
Kembali selama delik yang bersangkutan masih belum
mula diperiksa dalam sidang pengadilan. telah menjadi satu
praktek bahwa sebelum sidang pengadilan. Telah menjadi
satu praktek bahwa sebelum sidang pengadilan dimulei be
kim masih sekali lagi menanya kepada pengadu ae
tetap pada pengaduannya atau telah sangeuP mencal
nya kembali. Apabila tetap, maka acara dimulai.
267