I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
- Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
- Undang Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
- Undang Undang No 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan dan Catatan
Sipil
- Undang Undang No 40 Tahun 2014 tentang Jaminan Kesehatan Nasional
- Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2014 tentang Sistim Informasi Kesehatan.
- Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
- Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2019 tentang Strategi Nasional Percepatan
Administrasi Kependudukan untuk Pengembangan Statistik Hayati
- Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2020 – 2024
- Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2010
No. 162 Tahun 2010 tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian.
- Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
- Peraturan Menteri Kesehatan No.45 Tahun 2014 tentang Survailans Kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
- Peraturan Menteri Mesehatan No. 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis 2020 -
2024
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor No. 21 Tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, dan Masa sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 320 Tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan
B. Gambaran Umum
Masalah kesehatan ibu, kesehatan balita dan pencegahan penularan penyakit
menular masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dari hasil SUPAS 2015 menyebutkan AKI
305/100.000 kelahiran hidup (KH), dan target RPJMN 2024 sebesar 183/100,000 Kelahiran
Hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil SDKI 2017
menyebutkan AKN adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1000 kelahiran
hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah 16/1000 KH.
Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/1000 KH, AKB mencapai
12/1.000 KH dan AKN 7/1.000 KH.
Strategi pencapaian penurunan AKI dan AKB adalah melalui peningkatan akses
pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan pemberdayaan
masyarakat dan penguatan tata kelola, dengan salah satu upaya terobosan adalah
dengan penetapan kabupaten/kota lokus penurunan AKI dan AKB yang diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan, dan akan dilaksanakan secara bertahap.
Sebagai salah satu intervensi adalah pentingnya peningkatan kapasitas dokter
dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan
adalah pendekatan safe motherhood, dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan
angka kematian ibu, yaitu keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standar,
persalinan bersih dan aman, serta PONED dan PONEK. Dalam perjalanan kehamilan
seorang ibu, dokter memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam skrining faktor
risiko pada ibu hamil dan menangani kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bayi baru
lahir.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu peningkatan kapasitas dokter dalam adaptasi
kebiasaan baru pelayanan kesehatan ibu dan bayi di Kabupaten/Kota sebagai upaya
untuk Percepatan Penurunan AKI dan AKB. Peningkatan Kapasitas ini akan dilaksanakan
secara blended training. Pelatihan dengan metode blended learning adalah pelatihan
dengan metode campuran antara metode pembelajaran di kelas/tatap muka (klasikal)
dan metode pembelajaran jarak jauh/distance learning full online yang dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi aplikasi video conference. Pelatihan ini menggunakan metode
belajar mandiri, pembelajaran jarak jauh secara daring dan on the job training untuk
mencapai kompetensi teknis (skill).
C. Tujuan kegiatan
1. Meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan Dokter dalam melakukan pelayanan
antenatal;
2. Meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan Dokter dalam melakukan deteksi dini
risiko yang dapat terjadi pada kehamilan;
3. Meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan Dokter dalam melakukan USG dasar sesuai
kewenangan di FKTP;
4. Meningkatkan kapasitas tenaga Kesehatan Dokter dalam melakukan tata laksana
masalah gizi dan penyebab kematian bayi terbanyak;
5. Melakukan Evaluasi pemantauan Pasca latih Blended Learning Tenaga Kesehatan
Dokter di Kabupaten Dan Puskesmas yang telah dilatih Blended Learning.
Demikian Kerangka Acuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.