Resistensi Pedagang Kaki Lima Di Pasar Inpres Manonda Kota Palu
Resistensi Pedagang Kaki Lima Di Pasar Inpres Manonda Kota Palu
Disusun Oleh:
WIDYA NINGRUM
NIM. A 351 16 151
SKRIPSI
WIDYA NINGRUM
(A 351 16 151)
SKRIPSI
Pembimbing
Mengetahui,
This research was conducted in the balaroa village, west palu district, palu
city, central sulawesi. This study aims to find out the forms of street vendors
activity to use of space in manonda inpres market and the resistance of manonda
inpres market street vendors to palu city government policy. This type of research
is qualitative research, using qualitative descriptive methods, and ecological
approach. The sampling technique used was snowball sampling unit analisis pada
penelitian ini adalah pasar inpres manonda kota palu, dengan subjek penelitian
pedagang kaki lima, dengan jumlah informan 19 orang.with 17 informants. Data
collection technique by means of observation, interviews, and documentation.
Data analysis techniques using data collection methods, data reduction, data
display, and data verification. The research results showed the behavior of street
vendors in using space in manonda inpres market, they choose to use public
spaces including sidewalks, roadsides, and parking areas where these spaces have
a high level of intensity community visits. The resistances of street vendors to
government in manonda inpres market at palu city is motivated by an educational
background, not ideal regulations in market, and unavailability of special
locations for informal sector which creates forms of resistance including: a)
entered the market when the security guard officers pp; b) trade outside time the
government tolerates c) keep selling in public room even though market officers
advised them d) use private space to avoid security guard officers pp; e) leave the
trading business facilities on site.
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
judul skripsi yang berjudul “Resitensi Pedagang Kaki Lima di Pasar Inpres
Manonda Kota Palu”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan terhadap junjungan
kita Nabi Allah Muhammad Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasaalam sebagai
tauladan umat manusia dari zaman onta menuju zaman toyota.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih
yang tak terhingga kepada orang tua terkasih pelita hidupku ayahanda Wiwi
Wicakso S.P dan ibunda Almh. Asmawati S.P, yang telah mencurahkan segala
kasih sayangnya dengan banyak kesabaran, keikhlasan, dukungan moral maupun
materil untuk penulis. Untuk Almh ibunda tercinta yang tiada kata yang terucap
kecuali do’a tiada tindakan kecuali dengan kasih sayang, serta kesabaran dan
keikhlasan untuk penyelesaian studi akhir penulis. Untuk ayahanda yang tiada
kata terucap kecuali pembakar semangat penulis, yang selalu penulis banggakan
dan hormati atas segala kerja keras serta keikhlasan dalam mendampingin dan
membesarkanku. Terimakasih untuk kedua orang tua tercinta yang telah
memberikan yang terbaik untuk studi serta mendampingi penulis hingga
menyelesaikan tugas akhir.
Penulis tidak akan bisa membalas pengorbanan kalian, namun penulis selalu
mendo’akan yang terbaik untuk kalian, terkhusus ibunda agar ibunda
mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah serta diterima segala amal ibadah
dan untuk ayahanda diberikan kesehatan dan kekuatan agar bisa berbahagia
bersama anak cucu.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa
dalam penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari ini tidak terlepas dari berbagai
masalah, hambatan, dan rintangan. Semua itu dapat teratasi dan dilalui berkat
do’a, dukungan kasih sayang, pengorbanan, pengertian, motivasi bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak.
Olehnya itu penulis menyampaikan terimakasih yang setulus- tulusnya dan
penghargaan yang setinggi- tingginya terutama kepada Bapak Dr. H. Kaharuddin
Nawing, M.Si sebagai pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, arahan,
motivasi, dan saran- saran yang sangat berharga kepada penulis mulai dari
penulisan proposal, pelaksanaan seminar, kegiatan penelitian, penulisan hasil
penelitian, sampai pada penyelesaian penulisan skripsi ini, dan penulis juga
mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada Bapak Iwan Alim Saputra S.Pd.,
M.Sc dan Bapak Rendra Zainal Maliki selaku pembahas yang telah banyak
memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan penulisan
skripsi ini. Terimakasih yang mungkin tak akan cukup mewakili isi hati penulis
untuk Ayahanda tercinta Wiwi Wicakso, S.P dan Ibunda tersayang Almh.
Asmawati, S.P atas limpahan kasih sayang, bimbingan, motivasi, dan do’a beliau
disetiap langkah serta gerak gerik penulis.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P Selaku Rektor Universitas Tadulako
2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Kade, M.Si., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
3. Bapak Drs. H. Nurhayadi, M.Si., Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
4. Bapak Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D., Selaku Wakil Dekan
Bidang Umum dan Keuangan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
5. Bapak Iskandar Ahmad, M.Hum., Selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika n Universitas
Tadulako
6. Dr. Nuraedah, S.Pd., M.Sc., Selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tadulako.
7. Iwan Alim Saputra, S.Pd., M.Sc., Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, serta selaku dosen
pembahas yang telah memberikan banyak arahan serta saran yang
membangun kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.
8. Bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan pemahaman ilmu
terkait mata kuliah selama penulis menyelesaikan studi indoor maupun
outdoor, serta staf-staf Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang membantu dalam penyelesaian administrasi.
9. Keluargaku dan saudara- saudariku tercinta Ibu Nusmawati, ibu Supriatin,
bapak Murdhani, bapak Marji, untuk yang terkasih Didit Supratyo, S.H,
Nurfadillah, S.Km, dan untuk adik- adik ku tercinta Ella Wardhani
Lamantogi, Ilham Dzulqarnain Lamantogi, S.Pd, Yuli Trisyaningsih, S.pd,
Mayang Ramadhani, Nuzul Pangestu, Nurul, Fathan Nasrullah, untuk
sahabat- sahabatku tersayang Nila Hainun dan Siti Hajar serta yang tidak
dapat disebutkan satu- persatu terimakasih atas dukungan motivasi,
pengertian, serta bantuannya selama ini kepada penulis dalam penyelesaian
Skripsi ini.
Penulis telah berusaha maksimal demi penyempurnaan isi dan tata bahasa
dalam skripsi ini. Namun, selaku hamba yang penuh dengan keterbatasan penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT
meridhoi segala niat baik dan dicatat sebagai ibadah disisi- Nya. Amiin
Palu, Maret 2021
Penulis,
Widya Ningrum
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Peluang kerja yang diharapkan ada diperkotaan semakin sempit, selain itu
terpuruknya perekonomian Indonesia mengakibatkan banyaknya perusahaan-
perusahaan baik di sektor industri, perdagangan maupun keuangan tidak mampu
lagi bertahan. Dampak dari krisis perekonomian ini mengakibatkan perusahaan
melakukan pemutusan hubungan kerja untuk mengurangi beban biaya tetap atau
bahkan menutup usahanya karena sudah tidak mampu lagi bertahan dalam kondisi
ini (Mirdalina, 2016).
Sektor informal sangat menarik karena bisa menciptakan lapangan kerja dan
menyediakan barang atau jasa murah. Sektor ini juga sebagai katup pengaman
yang dapat meminimalisasi pengangguran dan keresahan sosial. Rahardjo (2009)
salah satu tuntutan fundamental yang dihadapi masyarakat adalah bertahan hidup
(survive) dalam suatu lingkungan tertentu. Artinya masyarakat mampu menyerap
dan mempertahankan sumber daya yang ada untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Kehadiran pedagang kaki lima ( PKL) di kota- kota besar
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kota (Septiana,
2011).
Sektor informal khususnya pedagang kaki lima, sangat membantu
pemerintah dalam usaha menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka yang
berpendidikan rendah, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan menambah
kesejahteraan rumah tangga. Di samping itu sektor informal memiliki berbagai
segi positif seperti produk setempat, peningkatan pendapatan rendah dan
penyediaan barang yang terjangkau masyarakat.
Mengingat manfaat yang diberikan sektor informal dalam mengatasi
kebutuhan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, maka dibutuhkan ruang-
ruang yang dapat mewadahi interaksi antara keduanya. Penyediaan ruang aktivitas
yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya akan memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terus menuntut adanya ruang gerak tersendiri. Ruang tempat
dimana mereka dapat melakukan kegiatan dengan santai menikmati berbelanja
tanpa harus terkena panas terik matahari atau perasaan was- was akan laju
kendaraan yang melintas disekitarnya.
3
Fenomena pedagang kaki lima telah mendapat sorotan secara nasional hal
ini dapat dilihat dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun
2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL. Ditindak lanjuti
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 tahun 2012 yang mengatur
pembinaan dan penataan PKL yang meliputi; pendataan, perencanaan penyediaan
ruang bagi kegiatan sektor informal, fasilitas akses permodalan, penguatan
kelembagaan, pembinaan dan bimbingan teknis, fasilitas kerjasama antar daerah
dan mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha.
Jumlah pedagang kaki lima terutama di kota- kota besar diperkirakan akan
terus bertambah karena selain dituntut persyaratan yang cukup fleksibel sektor ini
tidak menuntut keterampilan tertentu, modal usaha yang relatif kecil serta variasi
yang cukup luas. Pedagang kaki lima di sisi lain mampu memberikan pelayanan
yang cepat, murah, sederhana terutama bagi kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan menengah dan lebih dari itu pedagang kaki lima
mampu memberikan lapangan kerja, menunjang ekonomi penduduk, pemerataan
kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakat.
Kota Palu merupakan kota besar hal tersebut bukan hanya karena kota palu
merupakan kabupaten akan tetapi tergambarkan lewat tabel 1.1 jumlah sementara
pedagang kaki lima pasar inpres manonda kota palu sebagai berikut:
3. Bunga 61 Org
Sumber Data Primer Peneliti, 2020
dagangan PKL di pasar inpres manonda sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang
ada disekitar kawasan dimana pedagang tersebut beraktivitas.
Adapun jenis dagangan yang ditawarkan oleh PKL di pasar inpres manonda
antara lain:
1. Makanan tidak dan belum diproses, diantaranya buah- buahan, ikan, dan
rempah- rempahan.
2. Makanan siap saji,diantaranya nasi,lauk pauk,dan berbagai macam jajanan.
3. Barang selain makanan, diantaranya pakaian, peralatan rumah tangga,
barang- barang kecil dan lain sebagainya.
Untuk itu, setiap pemerintah daerah memiliki satuan khusus yang pekerjaannya
sewaktu- waktu mengadakan operasi atau razia kepada sektor informal yang
terkenal dengan sebutan operasi ketertiban umum.
Pemerintah Kabupaten Palu melakukan penertiban terhadap pedagang kaki
lima dikarenakan kondisi pasar kumuh, kotor, dan tidak teratur. Maraknya
penertiban dan penggusuran terhadap PKL diberbagai tempat, tentu harus menjadi
perhatian semua pihak. Di satu sisi mereka ingin menghidupi keluarga dengan
cara mandiri tanpa dukungan dan fasilitas pemerintah, namun disisi lain lokasi
para pedagang sering melanggar ketentuan yang telah ditetapkan, seperti yang
terlihat pedagang kaki lima berjualan di trotoar, parkiran, dan pinggir jalan.
Berkaitan dengan kegiatan PKL pengelolah pasar inpres manonda
bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja untuk menghimbau, membina,
serta penertiban terhadap kegiatan yang mana dalam hal ini pengelolah pasar
inpres manonda akan menghimbau seluruh PKL untuk tidak berjualan ditempat
terlarang yang tidak semestinya digunakan untuk berjualan seperti; trotoar, tempat
parkir, dan pinggir jalan sedangkan untuk penangganan terhadap PKL yang masih
tetap tidak mendengarkan himbauan dari pengelolah pasar inpres manonda maka
akan ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja diantaranya penyitaan barang
dagang dan alat dagang.
Penertiban ini dilakukan dengan maksud agar program pemerintah,
peraturan perundang- undangan, peraturan daerah dan produk hukum yang
berlaku kepada seluruh masyarakat dalam hal ini pedagang kaki lima diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan mengenai hak dan kewajiban
pedagang kaki lima, kesadaran, serta kepatuhan pedagang kaki lima terhadap
peraturan yang berlaku sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan
lancar serta tidak menganggu maupun menghalangi program pemerintah juga.
Penelitian sementara yang dilakukan di pasar inpres manonda adanya
resistensi yang dilakukan pedagang kaki lima dalam menanggapi penertiban oleh
satuan polisi pamong praja diantaranya sebagai berikut; masuk kedalam pasar saat
ditertibkan, namun keluar ke pinggir jalan saat petugas tidak menertibkan lagi,
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Relevan
2.1.1 Dwi Septiana, 2011. “ Resistensi Pedagang kaki Lima Terhadap Kebijakan
Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus PKL di Jalan Kokrosono dnan
Jalan Kartini Timur)”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Resistensi Pedagang Kaki
Lima terhadap kebijakan pemerintah Kota Semarang. Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus. Dengan tiga analisis
sebagai berikut; pertama, faktor penyebab perlawanan Pedagang Kaki Lima di
Jalan Kakrosono dan Jalan Kartini Timur; kedua, bentuk- bentuk perlawanan
Pedagang Kaki Lima di Jalan Kokrosono dan Jalan Kartini Timur terhadap
Kebijakan Pemerintah Kota Semarang; ketiga, mengetahui bagaimana
kelembagaan Pedagang Kaki Lima Jalan Kokrosono dan Jalan Kartini Timur
menjadi basis perlawanan. Hasil dari penelitian ini sebagai berikut; pertama,
faktor yang melatarbelakangi resistensi Pedagang Kaki Lima adalah faktor
ketidakadilan Pemerintah Pedagang kaki Lima telah membayar sejumlah uang
namun, penertiban terus- menerus dilakukan oleh petugas. Hal ini yang membuat
Pedagang Kaki Lima merasa diperlakukan tidak adil, Pedagang Kaki Lima
beranggapan bahwa mereka mempunyai hak untuk tetap berjualan di tempat
semula karena mereka telah membayar sejumlah uang; kedua, bentuk- bentuk
perlawanan yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima adalah sebagai berikut; 1)
tetap berjualan, 2) menolak relokasi, 3) menyembunyikan barang dagangan, dan
4) bersembunyi (kucing-kucingan) dengan petugas; ketiga, kelembagaan
Pedagang Kaki Lima di dua tempat yang diteliti tidak mempunyai paguyuban
resmi, namun ada pihak yang mengkoordinir para Pedagang Kaki Lima dalam
menjalankan aktivitasnya ditempat tersebut.
Persamaan penelitian Dwi Septiana dengan penelitian ini yakni rumusan
masalah yang membahas tentang bentuk- bentuk perlawanan pedagang kaki lima.
Perbedaan penelitian Dwi Septiana dengan penelitian ini yakni analisis yang
digunakan yaitu; pertama, faktor penyebab perlawanan Pedagang Kaki Lima di
10
1 2 3 4 5 6
Lima (PKL) dokumentasi dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung
Terhadap adalah melalui perlawanan secara fisik yaitu dengan tetap berjualan
Penertiban Satpol sebanyak 4 informan, dan dengan perlawanan non fisik yaitu
PP (Studi Kasus di dengan demonstrasi juga ada 4 informan; kedua, faktor yang
Pasar Bambu menyebabkan perlawanan Pedagang Kaki Lima terhadap penertiban
Kuning Bandar yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja adalah karena
Lampung). berdagang di Pasar Bambu Kuning sebagai Pedagang kaki Lima
merupakan mata penccaharian untuk bertahan hidup ada 5
informan; ketiga, solusi terbaik yang diinginkan oleh Pedagang
Kaki Lima yang ada di Pasar Bambu Kuning adalah dengan
diizinkannya mereka berdagang di Pasar Bambu Kuning.
Fitrah Implementasi Deskriptif Purposive Observasi, Hasil dari penelitian Fitrah yakni berdasarkan indikator yang
(2017) Kebijakan kualitatif sampling wawancara, memuat beberapa aspek penelitian dua indikator yang telah berjalan
Penertiban dan dengan baik yaitu indikator disiposisi dan indikator struktur
Pedagang Kreatif dokumentasi birokrasi, kedua indikator lainnya yaitu komunikasi dan sumber
Lapangan Di Kota daya belum berjalan sebagaimana semestinya. Indikator komunikasi
Palu. yang memiliki aspek sosialisasi belum berjalan sesuai harapan
dimana masih belum terjalinnya komunikasi yang baik antara Satpol
PP dengan sasaran kebijakan baik berupa sosialisasi secara rutin dan
informasi yang diberikan. Serta kendala dari aspek sumber daya
langkah yang harus dilakukan dan indikator struktur birokrasi yang
memiliki dua aspek baik SOP dan pembagian kewenangan telah
terlaksana sebagaimana mestinya.
14
1 2 3 4 5 6
Resistensi Deskriptif Snowball Observasi, Hasil Penelitian ini sebagai berikut; pertama, bentuk- bentuk
Widya
Pedagang Kaki kualitatif sampling wawancara, aktivitas PKL dalam pemanfaatan ruang di pasar inpres manonda
Ningrum
Lima di Pasar dan yaitu lokasi yang digunakan untuk aktivitas usaha dagang antara
(2020) Inpres Manonda dokumentasi lain pinggir jalan, trotoar, dan area parkir. Jenis dagangan pun
Kota Palu beranekaragam antara lain makanan, bunga, dan barang campuran.
Bentuk sarana dagang yang PKL gunakan sesuai dengan jenis
dagangan antara lain gerobak beratap, kereta dorong, tikar alas, dan
mobil. Kedua, resistensi PKL merupakan sikap atau perilaku
melawan terhadap kebijakan pemerintah faktor yang
melatarbelakangi hal tersebut antara lain faktor internal yaitu latar
belakang pendidikan, perekonomian keluarga, faktor eksternal yaitu
minat pembeli terhadap keuntungan PKL. Bentuk- bentuk resistensi
PKL diantaranya berdagang menggunakan ruang publik setelah
dihimbau petugas pasar, kembali berdagang diruang publik setelah
ditertibkan petugas satpol pp, dan melanggar waktu aktivitas usaha
dagang yang telah disepakati. Dampak dari resistensi PKL baik
positif maupun negatif diantaranya memudahkan pembeli dan
menyediakan komoditi yang lengkap, membuat jalan utama macet
sehingga menghalangi pembeli, menghambat pembangunan kota
dan kerja petugas pasar dalam menertibkan dan membersihkan
pasar inpres manonda.
Sumber data primer peneliti, 2020
15
penggunaan ruang yaitu ruang- ruang publik area pasar inpres manonda kota
palu yang dilanggar oleh pedagang kaki lima.
Peraturan daerah kota palu nomor 3 tahun 2019 tentang perubahan atas
peraturan daerah nomor 3 tahun 2012 tentang pembinaan dan penertiban
pedagang kreatif lapangan pasal 1 ayat 6 mengatakan bahwa: “ Pedagang Kreatif
Lapangan selanjutnya disebut PKL adalah pedagang yang menggunakan ruang
publik sebagai satu-satunya kawasan atau lokasi untuk menjajakan bahan
dagangan atau melakukan aktifitas atau usaha dagang yang sifatnya sementara
atau tidak menetap dengan menggunakan sarana/ peralatan yang bergerak atau
cara berpindah-pindah, maupun sarana/ peralatan bongkar pasang yang sifatnya
tidak bergerak”.
B. Ciri- Ciri PKL
Peranan sektor informal sangat membantu pemerintah dalam usaha
menciptakan lapangan pekerjaan, terutama bagi mereka yang berpendidikan
rendah. Ciri – ciri usaha yang termasuk dalam sektor informal di antaranya:
1. Kegiatan usahanya tidak terorganisasi secara baik karena unit usaha
informal tidak mempergunakan fasilitas seperti yang tersedia bagi sektor
formal;
2. Pola usaha tidak teratur, baik lokasi maupun jam kerja serta pada umumnya
tidak memiliki ijin usaha;
3. Tidak terkena langsung kebijakan pemerintah untuk membantu sektor
ekonomi lemah;
4. Umumnya bermodal tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang
tidak resmi;
5. Sebagian besar hasil produksi atau jasa dapat dinikmati masyarakat
berpenghasilan rendah dan sebagian kecil golongan menengah. ( Pulungan,
2017:13)
1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, pemodalan, atau
penerimaan;
2. Tidak tersentuh oleh peraturan- peraturan atau ketentuan- ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah sehingga seringkali dikatakan “ liar”;
3. Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun omsetnya biasanya kecil dan
diusahakan atas dasar hitungan harian;
4. Tidak mempunyai tempat tetap;
5. Umumnya tidak dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpendapat rendah;
6. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga dapat
menyerap bermacam- macam tingkatan tenaga kerja;
7. Umumnya satuan usaha kerja mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari
lingkungan hubungan keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang
sama;
8. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, pengkreditan, dan
sebagainya (Hariyono, 2007:108).
C. Aspek Positif dan Negatif
Sektor ini sebagai sektor informal memiliki untuk itu sektor ini memiliki
karakteristik efesien dan ekonomis. Sethurahman selaku koordinator penelitian
sektor informal yang dilakukan ILO dalam Giyatro (2016:11) di negara
berkembang, karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat
membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan usaha-
usaha sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan
berasal dari usaha sendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya
ekonomi yang besar.
Sisi negatif dari adanya pedagang kaki lima adanya penurunan kualitas
ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak terkendalinya perkembangan PKL
sehingga seolah- olah semua lahan kosong yang strategis maupun tempat- tempat
yang strategis merupakan hak PKL. PKL mengambil ruang dimana- mana tidak
21
hanya ruang kosong atau terabaikan, tetapi jelas pada ruang yang jelas
peruntukannya secara formal.
PKL secara ilegal berjualan hampir diseluruh jalur pedestrian, ruang
terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena aksesbilitasnya
yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen juga.
Akibatnya adalah kaidah- kaidah penataan ruang menjadi mati oleh pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan PKL tersebut.
Menganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang
cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko.
Selain itu, pada beberapa tempat keberadaan PKL mengganggu para pengendara
kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas. (Giyatro, 2016:11)
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya pedagang kaki lima (PKL).
Munculnya pedagang kaki lima atau sering disebut PKL telah memberikan
banyak dampak, baik itu dampak posistif maupun dampak negatif. Berikut
merupakan beberapa dampak positif dan negatif menurut Giyatro (2011:11).
Dampak positif:
1. Barang- barang yang diusahakan PKL memiliki harga yang relatif
terjangkau oleh pembelinya;
2. Keberadaan PKL bisa menjadi potensi pariwisata yang cukup menjanjikan,
sehingga keberadaan PKL banyak menjamur disudut- sudut kota;
3. Dapat menciptakan surplus bagi investasi;
4. Memiliki karakteristik efisien dan ekonomis;
5. Membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
6. Modal yang digunakan berasal dari usaha sendiri;
7. Modal tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besar;
8. Membantu pengguna jalan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan;
9. Menggurangi pegangguran yang mengunung;
10. Mengorganisir diri sendiri;
11. Mencari lahan tanpa ditunjukan dan disuruh oleh pemerintah.
22
Dampak negatif:
1. Penurunan kualitas ruang kota;
2. Berjualan disembarang tempat antara lain, jalur hijau, ruang formal, ruang
terbuka, jalur pejalan kaki (pedestrian);
3. Mematikan kaidah- kaidah penataan ruang akhirnya menjadi mati akibat
pelanggaran- pelanggaran;
4. Membuat pejalan kaki berdesak- desakan, sehingga menimbulkan tindak
kriminal (pencopetan);
5. Menganggu kegiatan ekonomi pedagang formal;
6. Menganggu para pengendara bermotor dan menganggu kelancaran lalu
lintas.
Pedagang kaki lima mempunyai peran yang luar biasa yang mampu
menggerakan roda perekonomian di tingkatan bawah, hal ini ditunjukan dengan
dampak positif yaitu (Syarief dan Yustiana, 2018:3) :
1. Peningkatan jumlah barang dan jasa yang menyebabkan semakin
meningkatnya pendapatan daerah;
2. Pedagang kaki lima dapat menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja
yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan;
3. Peningkatan pendapatan masyarakat;
4. Berpengaruh terhadap perkembangan industri hilir dan hulu.
2.2.4 Kebijakan
A. Konsep Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana di pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
Pemerintah, Organisasi, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:
149). Pemerintah telah menciptakan suatu kondisi agar anggota masyarakat dapat
mencari terobosan baru terhadap berbagai potensi yang mempunyai nilai
ekonomi. Pilihan kebijakan pemerintah dalam bidang informal ini perlu dilandasi
sikap dasar, bahwa kehadiran sektor informal tidak dapat dielakkan. (Septiani,
2011:34)
23
Sektor informal dapat dibagi menjadi dua, yaitu sektor informal yang telah
ditata dan sektor informal yang belum ditata. Sektor informal yang tidak tertata
cenderung memberikan kesan kumuh pada lingkungan setempat, baik mengenai
lingkungan sosial maupun lingkungan fisik (kebersihan, keamanan, dan
kenyamanan). Sedangkan sektor informal yang telah tertata justru akan
memperindah kota.
Penataan dapat dilakukan, misalnya dengan pengkaplingan area atau lokasi
berjualan untuk setiap pedagang kaki lima. Mengelompokan jenis barang
dagangan yang dijual, menyiapkan dan membongkar perlengkapan berjualan pada
waktu yang telah ditentukan. Menjaga kebersihan, ketertiban, serta penataan
sarana usaha yang rapi, indah, dan bersih sehingga kesan kumuh tidak ada atau
dapat dikurangi. Aktivitas sektor informal yang telah tertata dapat menghidupkan
suasana Kota pada saat siang maupun malam hari sehingga menjadi daya tarik
tersendiri bagi kotanya (Hariyono, 2007:120) dalam (Septiani, 2011:15)
Konsep ruang adalah dimensi dimana obyek itu berada. Bila obyek tersebut
tidak ada atau ruang tersebut ditinggalkan maka ruang kehilangan keberadaannya.
Selain gedung dan bangunan, ruang publik merupakan bagian elemen dari ruang
28
2.2.6 Resistensi
A. Konsep Resistensi
Resistensi berasal dari bahasa inggris (Resistance) yang berarti perlawanan.
Perlawanan artinya perbuatan/ cara melawan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005: 654). Resistensi terhadap suatu perubahan adalah rasional dan juga tindakan
pengamanan untuk survive, meskipun seringkali resistensi juga menghambat
kemajuan budaya manusia. Resistensi tidak selalu terlihat, karena bentuk dari
resistensi itu sendiri berbeda- beda. Ada yang hanya sekedar tidak ikut, apatis,
sampai pada perlawanan, tergantung dari kadar perubahan tersebut ataupun
berusaha menjauhinya.
Resistensi terhadap perubahan kemudian bukan ditemukan terhadap
individu, tetapi dalam presepsi yang dibangun oleh individu. Partisipan yang
mempunyai perbedaan persepsi yang dibangun akan mempunyai anggapan yang
berbeda terhadap diri sendiri dan dunianya. Persepsi yang ada di masyarakat
dibentuk oleh pola pikir yang ada dalam pikiran manusia yang berisi ide dan
gagasan dan memiliki batas- batas norma serta nilai- nilai tatanan dalam
masyarakat itu sendiri. Hasilnya mereka akan menempuh tindakan yang berbeda
untuk menunjukan bentuk resistensi yang berbeda, tergantung pada lingkungan
dimana mereka hidup. Resistensi kemudian dipahami sebagai sebuah respon
terhadap suatu inisiatif perubahan, suatu respon hasil rangsangan yang
membentuk kenyataan dimana individu hidup. (Septiani, 2011:8)
33
B. Bentuk Resistensi
Pedagang kaki lima menjadi pilihan bagi masyarakat, banyak orang berfikir
bahwa menjadi pedagang kaki lima adalah suatu hal pekerjaan yang sangat
mudah, namun kenyataannya mereka menghadapi tekanan . Dalam menghadapi
tekanan yang dilakukan pemerintah yang dirasa sangat membatasi ruang gerak,
para pedagang kaki lima mempunyai beberapa teknik atau strategi yang sengaja
mereka kembangkan untuk menghadapi tekanan tersebut, agar mereka tetap dapat
menjalankan usaha dagang yang sudah mereka geluti selama bertahun- tahun, hal
itu mereka wujudkan dalam bentuk resistensi. (Septiani, 2011:9)
Resistensi terhadap suatu perubahan adalah rasional dan juga tindakan
pengamanan untuk bertahan hidup, meskipun seringkali resistensi juga
menghambat kemajuan budaya manusia. Resistensi tidak selalu terlihat, karena
bantuk dari resistensi sendiri berbeda- beda. Ada yang hanya untuk sekedar tidak
ikut, apatis, sampai pada penolakan, tergantung dari kadar perubahan tersebut
ataupun berusaha menjauhinya. (Azhari, 2016:8)
Resistensi yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di pasar inpres manonda
tidak semata- mata tanpa alasan tertentu, hal tersebut dilakukan oleh pedagang
kaki lima karena memiliki alasan tertentu baik bersifat internal maupun eksternal
diantaranya minimnya latar pendidikan karena faktor perekonomian keluarga
yang kurang mampu, disamping itu modal yang dibutuhkan relatif kecil, minat
pembeli atau pelanggan yang mendorong aktivitas usaha dagang, banyaknya
masyarakat yang menjadi pegangguran pun menjadi alasan mereka memilih
aktivitas usaha dagang ini, serta tidak idealnya peraturan yang berlaku dipasar
inpres manonda dan tidak tersedianya lokasi khusus sektor informal yang
menimbulkan bentuk- bentuk sikap perlawanan atau resistensi.
Adapun bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh pedagang kaki lima
dipasar inpres manonda antara lain mencemari lingkungan dengan membuang
sampah atau meninggalkan sampah ditempat mereka berdagang, masuk kedalam
pasar saat ditertibkan petugas dan kembali ke pinggir jalan saat petugas pergi,
serta berjualan keliling untuk menghindari petugas sehingga membuat kemacetan
34
oleh pedagang kaki lima terhadap kebijakan pemerintah Kota Palu dalam menata
ruang kota khususnya ruang pasar inpres manonda.
Pasar Inpres Manonda menjadi salah satu sasaran bagi para pedagang kaki
lima sebagai lokasi berjualan karena pedagang kaki lima melihat adanya potensi
ekonomi ditempat ini meskipun hal tersebut dilarang oleh pemerintah.
Sektor informal dalam hal ini pedagang kaki lima dianggap banyak
mengundang masalah di daerah perkotaan, karena sektor informal terutama yang
beroperasi ditempat strategis dikota dapat mengurangi keindahan kota dan diduga
sebagai penyebab kemacetan lalu lintas oleh sebab itu pedagang kaki lima sering
ditertibkan oleh petugas Satpol PP.
Dalam penertiban tidak jarang pedagang kaki lima melakukan perlawanan
atau resistensi, diantaranya yakni berpindah tempat berjualan apabila ditertibkan
Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas di pasar inpres manonda, pedagang
kaki lima akan berpindah kedalam pasar inpres manonda dan mengisi ruang-
ruang yang kosong didalam pasar inpres manonda, dan akan kembali berjualan di
jalan sekitaran pasar, dan menentang Perda No. 3 Tahun 2012 serta mengubah
ahli fungsi jalan sehingga menganggu pejalan kaki (pedestri).
Pedagang kaki lima berjualan di daerah terlarang, antara lain pinggiran jalan
atau lokasi pejalan kaki (pedestri) karena ditempat tersebut banyak konsumen.
Konsumen lebih banyak meminati pedagang kaki lima, karena konsumen lebih
mudah dalam berbelanja tidak perlu turun dari kendaraan atau pun masuk untuk
berkeliling keliling di dalam pasar inpres manonda.
Terlepas dari permasalahan diatas sebenarnya sektor informal mempunyai
andil yang cukup berarti dalam memberikan tambahan penghasilan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di kota sehingga dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selain itu sektor informal mempunyai
kemampuan yang cukup tangguh dalam memberikan peluang pekerjaan bagi
kaum penganggur di kota karena dengan menciptakan lapangan pekerjaan maka
dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran, hal ini dikarenakan usaha-
37
usaha sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan
berasal dari usaha sendiri yang modalnya sama sekali tidak menghabiskan sumber
daya ekonomi yang besar.
Penertiban dilakukan dengan harapan PKL menggunakan kesempatan yang
diperuntukan bagi PKL, agar tidak melanggar regulasi pemerintah tanpa
melupakan kewajiban PKL, adapun regulasi- regulasi pemerintah yang terdiri dari
hak dan kewajiban PKL diantaranya pemerintah menyediakan kawasan publik
untuk ditempati PKL, mengizinkan PKL mengikuti pameran, mengembalikan
barang dagangan dan alat dagang yang disita petugas penertib dengan kewajiban
PKL membersihkan tempat setelah berjualan, tidak menghalangi akses jalan,
menjaga ketertiban ditempat berjualan, menjaga kebersihan dan keindahan kota,
dan dilarang merusak dan mencemari kawasan berdagang atau ruang publik.
Penelitian ini dilakukan di pasar inpres manonda kota palu, diluar bangunan
utama yang dikhususkan atau ditempati pedagang sah di pasar inpres manonda.
Adapun pedagang yang diteliti yaitu yamg berdagang ditempat terlarang atau
tidak dikhususkan untuk pedagang, tempat ini merupakan ruang publik
diantaranya trotoar, pinggir jalan, dan area parkir di pasar inpres manonda.
Jenis dagangan atau komiditi yang PKL tawarkan ke pembeli hampir sama
dengan komoditi yang pedagang sah tawarkan dibangunan utama, perbedaanya
terletak pada sarana yang PKL gunakan diantaranya, tikar alas, kereta dorong,
gerobak beratap, dan mobil pick up. Status ruang yang PKL gunakan berbeda
dengan Pedagang sah, PKL menggunakan ruang publik untuk menjajakan barang
dagangan mereka sedangkan pedagang sah menggunakan ruang privat bangunan
utama yang dikhususkan untuk mereka menjajakan barang dagangannya.
Terjadinya penertiban oleh pemerintah dan tindakkan ini disambut cukup
tidak baik oleh PKL, mereka melakukan sikap perlawanan atau resistensi terhadap
tindakan pemerintah, dengan berbagai strategi yang mereka kembangkan
diantaranya kucing- kucingan dengan petugas penertib, tidak mendengarkan
himbauan petugas pasar, dan lain sebagainya. PKL tetap melakukan aktivitas
usaha dagang ini meski telah dihimbau petugas pasar dengan berbagai alasan
38
mulai dari latar belakang pendidikan karena ekonomi keluarga yang rendah
sampai ke minat pengguna jasa PKL cukup banyak.
Sikap PKL ini memberikan dampak- dampak negatif juga positif yang
cukup signifikan, baik terhadap pemerintah maupun terhadap masyarakat adapun
dampak- dampak tersebut diantarnya memudahkan pengguna jasa PKL ketika
berbelanja maka mereka bisa menghemat waktu berbelanja, namun disisi lain
aktivitas usaha dagang membuat jalan utama, trotoar menjadi macet karena PKL
menggunakan ruang publik tersebut, tidak hanya itu PKL juga menghambat kerja
petugas pasar dalam menjaga ketertiban dan kebersihan pasar inpres manonda
kota palu, serta menghambat upaya pemerintah kota dalam pembangunan dan
penataan ruang kota Palu.
Berikut kerangka pemikiran penelitian ini;
Gambar 2. 1 Bagan Alur Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan pada masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, maka penelitian
ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis
atau lisan dari orang- orang yang berperilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu secara utuh (Moleong, 2014:4) dalam (Millati,
2018:37).
Sementara itu, deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Untuk itu, penelitian kualitatif
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata- kata, gambar, bukan
angka- angka.
Sukmadinata (2011: 73) dalam Hamat (2013:42), penelitian deskriptif
kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan.
Ditinjau dari ilmu geografi, penelitian ini menggunakan pendekatan ekologi
yang mana membahas antara organisme dan lingkungan adapun yang dibahas
dalam penelitian ini yaitu antara kelompok pemerintah dan kelompok pedagang
kaki lima.
Dengan menggunakan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh
informasi yang mendalam mengenai resistensi pedagang kaki lima terhadap
kebijakan penataan ruang (studi di pasar inpres manonda kota palu).
1. Observasi awal
2. Penyusunan Proposal
3. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing
4. Seminar Proposal
5. Perbaikan Proposal
6. Pengurusan surat izin penelitian dan SK Pembimbing
7. Penelitian di Lapangan (pengumpulan data primer dan sekunder)
8. Analisis Data
9. Penyusunan Laporan Penelitian
10. Seminar Hasil
11. Bimbingan Skripsi
12. Ujian Skripsi
13. Perbaikan Skripsi
Peneliti mendapati siklus waktu atau waktu- waktu tertentu yang PKL
gunakan untuk menjajakan barang dagangannya sehingga ruang publik memiliki
waktu dimana ramai bahkan sangat padat namun, disisi lain ruang publik benar-
benar digunakan sesuai fungsinya sehingga tidak terjadi macet. Waktu tertentu
yang membuat ruang publik padat merupakan waktu yang telah disepakati PKL
bersama petugas.
Waktu ramai bahkan sangat padat disebabkan aktivitas usaha PKL pada jam
06.00- 08.00 WITA, kepadatan lalu lintas ini disebabkan aktivitas usaha pedagang
kaki lima yang tergabung dengan aktivitas masyarakat sekitar untuk ke sekolah,
kantor, dan aktivitas ekonomi lainnya. Hal ini terjadi karena pusat jual- beli
masyarakat atau pasar inpres manonda kota palu dikelilingi oleh permukiman
masyarakat, sedangkan pada pukul 11.00-15.00 WITA ruang publik akan
digunakan sebagaimana fungsinya, selebihnya ruang publik masih digunakan oleh
PKL untuk aktivitas usaha dagang namun dengan jumlah pedagang yang sedikit
sehingga tidak membuat padat ruang publik.
Selain penentuan lokasi penelitian, peneliti juga mengatur estimasi waktu
yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini agar dapat terencana dengan
baik dalam pelaksanaannya adapun penjadwalan pelaksanaan penelitian yang
telah peneliti tata dan rencanakan, sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1
penjadwalan rencana pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
42
1 Observasi Awal
2 Penyusunan Proposal
3 Konsultasi Dosen Pembimbing
4 Seminar Proposal
5 Perbaikan Proposal
Pengurusan surat penelitian dan SK
6
Pembimbing
7 Penelitian di Lapangan
8 Analisis Data
9 Penyusunan Laporan Penelitian
10 Seminar hasil
11 Bimbingan Skripsi
12 Seminar Skripsi
13 Perbaikan Skripsi
kecil, kemudian membesar berproses seperti itu terus menerus. Ibarat bola salju
yang menggelinding yang lama lama menjadi besar. Pendapat lain mengatakan
bahwa teknik sampling snowball (bola salju) adalah metode dimana sampel
diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lainnya
(Nia, 2014:1113).
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara
pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai
(interviewee) melalui komunikasi langsung (Yusuf, 2014). Dimana seorang
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan- pertanyaan yang akan
diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun ketat.
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis)
yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampai
kan kepada responden berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas
diatas, seperti bentuk- bentuk kebijakan pemerintah dan bentuk- bentuk resistensi
pedagang kaki lima. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara
lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan
yang terlalu melebar.
Teknik ini peneliti gunakan untuk menggali data ataupun informasi terkait
resistensi pedagang kaki lima terhadap kebijakan penataan ruang pemerintah
(studi di pasar inpres manonda kota palu). Adapun narasumber atau informan
penelitian yang diwawancarai antara lain; Kepala regu 1,2,dan 3 Satuan Polisi
Pamong Praja, anggota bidang ketertiban dan keamanan, 9 pedagang kaki lima,
dan 3 pembeli yang menggunakan jasa pedagang kaki lima di pasar inpres
manonda.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil
rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Dokumentasi berasal dari kata
dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen
tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial
yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf, 2014).
46
Proses :
BAB IV
HASIL
4.1 Gambaran Umum Area Penelitian
4.1.1 Kondisi Administrasi
Kelurahan kamonji merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
kecamatan palu barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Kelurahan
Kamonji pada mulanya adalah suatu Wilayah yang lebih dikenal oleh masyarakat
dengan sebutan Kampung Kamonji, sebagaimana halnya dengan Desa/Kelurahan
lainnya. Istilah Kampung ini bertahan cukup lama sampai kira-kira pada tahun
1959. Nanti setelah dikenalnya istilah Desa dalam Tata Pemerintahan kita, baru
masyarakat secara perlahan-lahan mulai menyebut dengan istilah Desa Kamonji.
Masyarakat yang hidup diwilayah ini cukup langgeng terbentuk dengan
dasar sebagai homogenitas, walaupun pada mulanya masih dalam jumlah yang
relatif kecil akan tetapi mereka telah hidup dalam suatu kelompok dan masyarakat
dalam kelompok itu saling mengadakan interaksi diantara satu dengan lainnya.
Sejak Kamonji masih berstatus Desa sampai dengan beralih menjadi Wilayah
Kelurahan Kamonji telah dipimpin 12 (Dua belas) Kepala Desa dan Lurah,
sebagaimana tertulis dalam tabel sebagai berikut;
dipimpin oleh laki- laki. Kelurahan Kamonji memiliki 6 rukun warga (RW) dan
15 rukun tetangga (RT).
b. Penduduk
Penduduk Kecamatan Palu Barat dari waktu ke waktu terus bertambah.
Jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat mencapai 58.516 jiwa dan 12.711 rumah
tangga. Jumlah penduduk Kecamatan Palu Barat menduduki urutan keempat
setelah Kecamatan Palu Timur, Palu Selatan, dan Mantikulore di Kota Palu.
Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Palu Barat terdapat di Kelurahan Balaroa
yaitu mencapai 12.729 jiwa dan 4.103 rumah tangga, sedangkan yang terkecil
terdapat di Kelurahan Baru yaitu 5.000 jiwa dan 1.689 rumah tangga. Kamonji
memiliki penduduk dengan jumlah 8.042 dan kepadatan Penduduk 12.268 per
Km2, sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio, wanita
3.954 dan pria 4.088 dengan sex ratio 102.
Sesuai dengan informasi yang peneliti dapatkan selama observasi di bagian
pemerintahan kecamatan dan kelurahan, peneliti mendapati jumlah penduduk
kelurahan kamonji yang berbeda antara data kelurahan dan kecamatan. Hal ini
terjadi karena tahun pendataan pegawai kantor yang berbeda yaitu tahun 2016
untuk kelurahan dan 2018 untuk kecamatan, untuk itu peneliti tidak terlalu
membahas jumlah penduduk agar tidak tumpang tindih antara data Kelurahan
Kamonji Dan Kecamatan Palu Barat.
Untuk jumlah penduduk kelurahan kamonji telah diuraikan berdasarkan
kepadatan penduduk per km2, dan jenis kelamin atau sex ratio namun tidak
semua data yang telah diuraikan peneliti sajikan dalam bentuk tabel, hanya
beberapa diantaranya tabel 4.3 jumlah penduduk kelurahan kamonji berdasarkan
jenis kelamin sebagai berikut;
54
No Agama Jumlah
1 Islam 8.984
2 Kristen 158
3 Katholik 34
4 Hindu -
5 Budha 106
Sumber data sekunder kelurahan kamonji 2017 dan kecamatan palu barat 2019
perindustrian dan perdagangan kota palu karena pasar inpres manonda kota palu
berdiri dilahan kewenangan pemerintah kota palu.
Peralihan Pasar inpres manonda kota palu tidak dapat dipindah tangankan
dihibahkan kepada pemerintah kota palu karena sk hibab aset tersebut diberikan
oleh Bupati Donggala kepada pemerintah kota setelah perjanjian atau MOU
dengan pihak ketiga, maka pengelolaannya oleh pihak ketiga yaitu PT. Sari Dewi
selama 25 tahun dan pemerintah kota sebagai pengawas.
Waktu pengelolaan pasar inpres manonda kota palu saat ini ditangani oleh
pihak ketiga yaitu PT. Sari Dewi sudah jatuh tempo, sementara ini sedang
dirundingkan mengenai pengelolaan pasar inpres manonda, kabupaten donggala
akan memperpanjang pengelolaan pasar inpres manonda kepada PT. Sari Dewi
sebagai pihak ketiga lagi atau diserahkan kepada pemerintah kota palu.
Hasil perundingan atau MOU antara PT. Sari Dewi dengan Kabupaten
Donggala bahwasannya pengelolaan pasar inpres manonda oleh pihak ketiga tidak
akan diperpanjang lagi, maka dengan begitu pasar inpres manonda kota palu
diserahkan kepada pemerintah kota palu untuk diawasi dan diolah, namun jika
diperpanjang dalam hal pengelolaannya oleh pihak ketiga, untuk itu kota palu dan
pihak ketiga yaitu PT. Sari Dewi akan berunding, mengenai peran pemerintah dan
kontribusi dari pihak ketika setelah sudah melakukan mou dalam pengelolaannya
maupun pengawasan pasar inpres manonda kota palu yang dalam hal ini berdiri
diatas lahan kewenangan pemerintah kota palu.
Pedagang- pedagang dipasar inpres manonda kota palu memiliki berbagai
varian jenis dagangan yang tidak tertata secara homogen, baik yang menyediakan
kebutuhan primer maupun sekunder diantaranya makanan mentah atau belum
dirposes, makanan siap saji atau sudah diproses, pakaian, kain, bunga, sepatu,
barang campuran, ikan, ayam, daging, dan lain sebagainya.
Pedagang- pedagang legal menempati ruko atau los yang menjadi fasilitas
pasar inpres manonda kota palu, selain itu terdapat pula pedagang kaki lima yang
yang memfasilitasi aktivitas usaha dagang sendiri dengan menempati sudut- sudut
pasar, ruang ruang kosong area pasar, juga ruang publik area pasar inpres
manonda kota palu sehingga membentuk pola.
58
Nama
Jenis Tingkat
No Informan Umur
Kelamin Pendidikan Keterangan
PKL
1 Wakinah P 62 th SD Pedagang Kue
2 Nur Jaya P 49 th SMP Pedagang Jagung
3 Andi Irwan L 40 th Strata I Pedagang Ikan
4 Corah P 40 th SD Pedagang Siap Saji
5 Rode P 51 th SD Pedagang Rempah
6 Rukiah P 40 th SMA Pedagang Kue
7 Harini P 39 th SD Pedagang Buah
59
jenis dagangan, adapun jenis dagangan yang ditawarkan oleh PKL dapat
dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok utama, yaitu:
a. Makanan, yang terdiri dari makanan yang tidak atau belum diproses,
termasuk didalamnya adalah makanan mentah seperti ikan, daging, telur
rempah- rempah, dan sayuran. Selain makan yang tidak atau belum di
proses terdapat juga makanan yang sudah di proses atau siap saji seperti
beraneka ragam kue basah, beraneka ragam nasi, ketoprak, kapurung, dan
buah- buahan);
b. Barang campuran diantaranya peralatan di dapur dan peralatan yang
digunakan sehari-hari;
c. Bunga
“ Saya ba jual jahe merah, jahe putih, kunyit, dan sereh begini sudah yang
biasa orang cari untuk sehari- hari, sesuai dengan uang yang ada juga. Ada
yang beli berkilo- kilo, ada yang hanya perbiji atau harga Rp. 5.000 begitu”
Pedagang kaki lima berdagang sesuai dengan modal mereka, dan memilih
komoditas yang sering dicari masyarakat untuk kebutuhan sehari hari seperti
rempah- rempah. Pedagang tersebut memulai usaha dagangnya dengan modal
1.258.000 untuk sekali membeli barang yang akan didagangkan kembali, menurut
hasil wawancara barang dagangan ini akan habis dalam 3 hari dengan untung Rp.
100.000- 200.000/ hari.
Pernyataan lain diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Corah (40 tahun)
pedagang makanan siap saji atau sudah diproses mengatakan:
“ Jualanku makanan jadi, ada kapurung, bubur manado, dan burasa. Saya ba
jual mulai 2012 tidak pernah ganti- ganti jualan ini terus yang dijual. Orang-
orang yang ba jual di toko itu biasanya cari sarapan yang gampang kalau
pagi, tidak ada pelanggan khusus hanya keliling saja cari pembeli”
61
“ Saya jual jagung memang sudah niatku di awal pas mau ba jual di Palu,
Saya ba jual tiap hari dan sebelum diusir Pol PP jualan ku sudah habis
karena yang beli pedagang sayur keliling jadi mereka yang borong, masih
subuh sudah belanja ada juga pelanggan tetapku”
Pedagang kaki lima seperti yang telah diungkapkan diatas, tidak pernah
mengganti komoditas dagangannya tetap konsisten dari awal berdagang yaitu
bahan makanan mentah (jagung). Modal yang dibutuhkan pedagang ini Rp.
300.000/ karung jagung untuk setiap harinya pedagang ini mampu menghabiskan
± 2 karung/ hari dengan penghasilan per hari ± 700.000/ hari.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Bapak Moh. Ilham
(24 th) pedagang barang campuran mengatakan:
“Saya jualan ini karena barang- barang ini sering dicari orang, di pasar ini
juga belum banyak yang jualan begini, barang begini ini tidak basi, tidak
kadaluarsa juga jadi bisa tahan lama”
Pedagang tersebut memilih barang campuran kebutuhan sehari- hari sebagai
komoditas dagangnya karena jenis dagang tersebut bertahan dalam waktu yang
cukup lama tidak memiliki waktu kadaluwarsa untuk itu pedagang tidak akan
memiliki resiko rugi apabila barang dagangannya tidak habis terjual pada hari itu
karena bisa diperdagangkan keesokan harinya, selain itu pedagang tersebut
melihat peluang yang cukup besar dengan komoditas barang campuran yaitu
cukup banyak peminat namun pedagang komoditas tersebut hanya beberapa.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Rukiyah (40 th)
pedagang makanan siap saji atau sudah diproses:
62
“ Saya jual kue- kue basah karena saya bisa buat jadi saya tidak perlu beli
atau ambil barang dari orang lain, saya jualan di pinggir jalan hari- hari tapi
kalau ada satpol pp saya berjualan keliling pasar”
Pedagang tersebut memilih komoditas makanan siap saji atau sudah di
proses jenis kue basah karena hal tersebut sesuai dengan keahlian pedagang
tersebut sehingga pedagang tersebut tidak perlu membeli barang dari pedagang
grosiran untuk dijual ecer kembali kepada pengguna jasa pedagang kaki lima
sehingga untuk modal dan keuntungan tidak begitu bergantung dengan komoditas
jual yang akan pedagang tersebut beli tapi pedagang tersebut dapat mengaturnya
sendiri untuk besar atau kecilnya pemasukan.
Wawancara di atas nampak bahwa informan PKL lebih banyak menjual
jenis dagangan berupa makanan baik yang tidak atau belum diproses maupun siap
saji atau sudah di proses. Hal ini menunjukan bahwa jenis dagangan makanan
mendominasi jenis dagangan PKL di Pasar inpres manonda, pasar ini merupakan
pusat perdagangan kecamatan palu barat, merupakan pusat kunjungan bagi pelaku
kegiatan perdagangan (pedagang dan pembeli).
B. Bentuk sarana dagang PKL
Bentuk sarana dagang merupakan alat yang pedagang kaki lima gunakan
untuk menyimpan barang dagangan dan membantu pedagang kaki lima dalam
melaksanakan aktivitas usaha pedagang kaki lima di pasar inpres manonda.
Informan PKL pertama dalam karakteristik aktivitas usaha PKL jenis bentuk
sarana dagang adalah Ibu Corah (40 tahun) pedagang makanan siap saji
mengatakan:
kereta dorong. Aktivitas usaha pedagang kaki lima dilakukan dengan berjalan
kaki dari rumah dengan mendorong kereta, berjualan dilakukan dengan
berkeliling pasar inpres manonda untuk menawarkan dagangannya tidak berdiam
atau menetap disuatu tempat dan apabila dagangannya sudah habis maka kereta
dorong tersebut ikut dibawa pulang kerumah tidak ditinggalkan di pasar inpres
manonda.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Bapak Moh. Ilham
(24 tahun) pedagang barang campuran (peralatan yang digunakan sehari- hari)
mengatakan:
“ Saya menjual pake kereta dorong soalnya barangku macam- macam yang
di pakai sehari- hari, banyak, tapi kecil- kecil. Rumahku dekat dari sini,
Saya jualan disini (didepan ruko) itu rukonya tanteku hanya saya boleh
jualan disini orang lain tidak boleh, tidak ditegur lebih oleh Satpol PP
karena Saya tidak dipinggir jalan, tidak juga ditrotoar”
Pedagang kaki lima tersebut berdagang menggunakan kereta dorong sejak
awal berdagang, memilih menggunakan kereta dorong karena menawarkan
dagangan yang beraneka ragam dalam jumlah banyak untuk kebutuhan sehari-
hari seperti gunting kuku, tissue, sisir, dan lain sebagainya. Aktivitas usaha
pedagang kaki lima dilakukan dengan berjalan kaki dari rumah dengan
mendorong kereta, berjualan tidak dilakukan dengan berkeliling pasar inpres
manonda akan tetapi berdiam atau menetap disuatu tempat sambil menunggu
pembeli, dan pedagang kaki lima ini akan kembali kerumah dengan waktu tertentu
walaupun dagangannya belum habis dan akan didagangkan keesokan harinya
begitu seterusnya.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Rode (51 tahun)
pedagang rempah- rempah mengatakan:
“ Saya ba jual pake karung begini saja karena sedikit saja yang dijual,
gampang juga begini, pakai karung karena kita hanya dipinggir jalan, jadi
kalau ditertibkan Satpol PP cepat ba geser ke pinggir kalau belum habis,
kalu tidak ba kumpul barang sudah, dibersihkan temapt, supaya mereka
tidak marah- marah, di kasih kesempatan lagi ba jual lagi”
64
“ Saya jualan pakai karung karena jualan jagung, baru jualanku tidak saya
bawa pulang, tapi langsung di bawa ke pasar ditempat saya ba jual jadi
kalau pulang kososng saya tidak bawa barang lagi, atau gerobak begitu”
Pedagang tersebut berdagang menggunakan bentuk sarana dagang tikar alas
seperti pedagang sebelumnya karena tidak membawa barang dagangan dari rumah
akan tetapi barang dagangannya sudah ditempatkan di lokasi berdagang di pasar.
Selain itu, pemilihan sarana dagang tersebut dipilih karena pedagang memiliki
target untuk menghabiskan barang dagangannya untuk sekali jual.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Harini (39 tahun)
pedagang makanan mentah atau belum diproses mengatakan:
“ Saya ba jual pakai karung karena saya punya ini, tempat tinggal saya jauh,
saya kesini naik ojek jadi barang barang ku saya bawa pakai ojek juga
disimpan didepan, kalau pulang biasa masih ada sisa jadi saya bawa pulang
barang lagi, kalau naik ojek gampang juga barang- barangku bisa di bawa
pakai ojek”
Pedagang tersebut memilih menggunakan sarana dagang tikar alas untuk
menawarkan barang dagangannya karena lokasi dagang dari tempat tinggal cukup
jauh sehingga perlu menggunakan kendaraan untuk tiba dilokasi jual. Selain itu,
pedagang memilih sarana dagang tersebut karena sesuai dengan modal yang
disiapkan pedagang tersebut serta memudahkan pedagang tersebut untuk
melakukan aktivitas dagang diantaranya membawa pulang kembali sisa barang
dagangannya dengan menggunakan kendaraan roda dua.
65
“ Saya jualan mulai jam 03.00 pagi, sebelum jam 08.00 pagi sudah habis
biasanya karena yang beli penjual sayur yang keliling pake motor, kalau
ambil pagi sekali soalnya mereka juga mau jual ulang, mereka kalau beli
67
sama saya, makanya sebelum jam 08.00 pagi biasanya jualanku sudah habis,
sebelum petugas satpol pp datang menertibkan, saya sudah bersih- bersih,
beres- beres, siap- siap pulang”
Pedagang kaki lima memulai aktivitas dagang mereka sejak pukul 03.00
pagi, hal ini dilakukan karena PKL sudah memiliki pelanggan tetap yang
mendorong mereka berdagang p ada waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan
pedagang lain yaitu pedagang sayur yang berkeliling dari rumah ke rumah
menggunakan motor, pedagang keliling ini yang selalu membeli ke pedagang kaki
lima kemudian sisanya akan didagangkan kembali ke pembeli yang membutuhkan
sedikit untuk keperluan sehari- hari hingga pukul 08.00 pagi setelahnya PKL
langsung membereskan perlengkapan dagang dan membersihkan tempat untuk
berdagang sehingga ketika satuan polisi pamong praja menertibkan pedagang kaki
lima, mereka sudah selesai berjualan dan sudah membersihkan tempat yang telah
digunakan untuk berdagang.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Harini (39 tahun)
pedagang buah- buahan mengatakan:
“ Saya jualan mulai jam 06.00 pagi, sampai jam 08.00 tapi, kalau belum
habis tetap berjualan, bekas yang tadi berjualan kami bersihkan terus kami
ba pinggir di depan ruko orang, minta izin jadi kalau begini kami pulang
jam 17.00 sore, kami tidak bayar jualan didepan ruko, hanya kalau sudah
selesai ba jual kami bersihkan depan ruko terus sampahnya kami buang jadi
senang juga yang punya ruko, diizinkan lagi kami ba jual”
Pedagang kaki lima tersebut melakukan aktivitasnya dimulai pada pukul
06.00 pagi sampai dagangannya habis pada pukul 17.00 sore, meskipun satuan
polisi pamong praja menertibkan mereka tidak menyelesaikan aktivitas usaha
dagang, akan tetapi mereka menyingkir dari area yang dilarang satuan polisi
pamong praja kemudian mereka berjualan didepan ruko milik pedagang lain
dengan izin pemilik ruko tersebut, mereka tidak dimintai biaya pemilik ruko
sebagai distribusi tempat atau kebersihan dan lain sebagainya, akan tetapi untuk
menghargai pemilik ruko pedagang kaki lima membersihkan tempat setelah
berjualan begitupun dengan sampahnya.
68
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Corah (40 tahun)
pedagang makanan siap saji atau sudah diproses mengatakan:
“ Saya ba jual mulai jam 07 .00 pagi, sampai jam 12 .00 tapi, kalau belum
habis tetap berjualan, kita minggir kepinggir depan ruko, bekas ba jual
dikasih bersih sampahnya juga, supaya pas satpol pp keliling ba periksa
tidak marah- marah lagi karena kita sudah minggir sendiri sebelum mereka
datang, sudah kita bersihkan juga tempat habis ba jual”
Pedagang kaki lima tersebut melakukan aktivitasnya dimulai pada pukul
07.00 pagi hingga pukul 12.00 siang, meskipun satuan polisi pamong praja
berkeliling untuk menertibkan, mereka tidak menyelesaikan aktivitas usaha
dagang, akan tetapi mereka menyingkir dari area yang dilarang satuan polisi
pamong praja kemudian mereka berdagang didepan ruko milik pedagang lain
dengan izin pemilik ruko tersebut, mereka berpindah tempat berdagang secara
otomatis sebelum satuan polisi pamong praja datang untuk menertibkan pedagang
kaki lima, sebelum berpindah tempat berdagang dari tempat awal pedagang kaki
lima sudah membersihkan tempat yang telah mereka gunakan untuk berdagang
terlebih dahulu.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Bapak Sahar (34
tahun) pedagang bunga mengatakan:
“ Saya menjual pagi jam 08.00 tapi pas ada satpol pp kami disuruh untuk
tidak jualan disini katanya menganggu jadi kami pergi, satpol pp bilang
jangan menjual hari senin-rabu jadi kami ambil jam kalau tidak ada satpol
pp, hari kalau tidak ada satpol pp biasanya kami bebas hari kamis pagi
sampai jum’at sore kami ambil waktu untuk jualan”
Pada awalnya pedagang tersebut memilih melakukan aktivitas dagang mulai
jam 08.00 pagi sampai 17.00 sore disetiap harinya namun dikarenakan adanya
satpol pp sebagai petugas penertib maka pedagang tersebut memiliki jadwal
sendiri untuk berdagang dimana satpol pp tidak melaksanakan tugasnya sebagai
penertib yaitu hari kamis dan jum’at yang dimulai pagi hingga sore hari.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Rukiah (40
tahun) pedagang makanan siap saji atau sudah diproses mengatakan:
69
“ Saya menjual kue hari- hari dari pagi jam 06.00 sampai habis jualan ku
tergantung biasanya jam 08.00, biasa juga jam 10.00 saya baru pulang. Saya
jualan dipinggir jalan, kalau ada satpol pp baru saya biasanya keliling pasar
atau masuk kedalam pasar, ada suamiku juga yang bantu- bantu saya nanti
kalau sudah tidak ada satpol pp baru kita jualan lagi ditempat biasa”
Berdasarkan dari hasil observasi yang didapatkan dilapangan mengenai
karakteristik aktivitas usaha PKL yang dilakukan oleh Peneliti termasuk lama
waktu aktivitas pedagang kaki lima, adapun lama waktu aktivitas usaha dagang
yang digunakan oleh Pedagang kaki lima di pasar inpres manonda beraneka
ragam, diantaranya; dimulai pada pukul 03.00 - 08.00 pagi, 05.30 - 12.00 siang,
07.00 - 17.00 sore, dan 06.00 - 10.00 pagi.
Wawancara diatas nampak bahwa lama waktu aktivitas usaha dagang yang
digunakan oleh Pedagang kaki lima di pasar inpres manonda informan PKL ± 5
jam/ hari untuk melakukan aktivitas usaha dagang mereka walaupun waktu untuk
memulai dan mengakhiri aktivitas usaha dagang mereka berbeda- beda. Hal ini
menunjukan lama waktu aktivitas usaha dagang yang paling dominan atau banyak
dipilih oleh informan PKL di pasar inpres manonda, yaitu aktivitas dagang yang
dimulai pada pagi hari pola aktivitas ini menyesuaikan terhadap irama dari ciri
pelanggan dari informan PKL.
“ Saya ba jual di pasar inpres karena besar tempatnya, masih kosong belum
ada yang tempati, dekat juga dengan rumahku kalau naik motor hanya
sekitar 5 menit kalau tempat lain sempit sudah rame yang ba jual seperti di
jalan cempedak itu sudah padat orang jadi saya pilih di pasar inpres saja
yang masih luas”
70
Pedagang kaki lima memilih lokasi aktivitas dagang mereka di pasar inpres
manonda dikarenakan dekat dengan rumah mereka, selain itu pasar inpres
memiliki tempat yang luas dalam hal ruang publik bukan tempat yang
diperuntukan khusus bagi pedagang kaki lima dan belum ada yang menempati
lokasi yang mereka tempati saat ini, untuk itu mereka mengisi tempat tersebut,
meskipun harus bertentangan dengan peraturan pemerintah kota palu dan
mendapatkan teguran setiap hari dari satuan polisi pamong praja.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Nur Jaya (49
tahun) pedagang makanan mentah atau belum diproses mengatakan:
“ Saya menjual disini karena disini banyak pembelinya dan memang begitu
karena ini kan pasar jadi wajar, baru luas juga tempatnya, rumah dekat dari
sini kita hanya jalan kaki saja sekalian olahraga”
Pedagang tersebut memilih lokasi dagang di pasar inpres manonda karena
tempat ini merupakan pusat transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli
sehingga besar peluang untuk menghabiskan barang dagangan selain itu, lokasi ini
cukup luas karena terdapat fasilitas atau ruang yang diperuntukan bagi publik
yang pedagang bisa gunakan diantaranya; trotoar, pinggir jalan, dan area atau
tempat parkir yang kondisinya sangat baik sehingga menarik minat pedagang kaki
lima untuk menjadikan ruang publik tersebut sebagai lokasi dagang mereka.
Pernyataan lain juga diungkapkan informan PKL oleh Bapak Moh. Ilham
(24 tahun) pedagang campuran mengatakan:
“ Saya jualan disini karena tempatnya luas baru banyak pembeli jadi
otomatis lebih laku dari pada ditempat lain, atau kita jualan didalam pasar,
kalau tidak disini kayak di jalan cempedak begitu sempit tempatanya”
Pedagang tersebut memilih pasar inpres manonda sebagai lokasi dagang
karena pedagang ingin mendekatkan barang dagangannya dengan pembeli dimana
lokasi ini merupakan pusat aktivitas ekonomi dengan lokasi yang cukup luas
meskipun hal tersebut tidak diperuntukan khusus bagi pedagang kaki lima akan
tetapi demi mendekatkan komoditas dengan pengguna jasa mereka.
71
“ Saya ba jual di pinggir jalan ini dari pagi sekitar jam 05.30, pembeli
orang- orang yang biasa beli sudah ba tandai tempat ba jual, Cuma kalau
sudah jam 08.00 atau jam 09.00 sudah ba keliling satpol pp sudah ba pinggir
kita ke rukonya orang kadang diizinkan juga tapi kalau ada ruko yang tidak
ba kasih kita pulang sudah, tidak hari- hari juga mereka keliling, kadang
keliling kadang tidak”
Pedagang kaki lima berdagang menggunakan lokasi atau tempat berdagang
dengan status ruang publik yaitu pinggir jalan pada pagi hari sebelum satuan
polisi pamong praja berkeliling untuk menertibkan pedagang kaki lima dari ruang
publik kemudian berpindah ke ruang pribadi, akan tetapi atau Berdasarkan status
ruang yang digunakan informan PKL nampak bahwa informan PKL cenderung
memanfaatkan ruang- ruang yang tersedia, baik itu merupakan ruang publik,
maupun ruang privat. Ruang publik yang digunakan antara lain trotoar, pinggir
jalan, dan lahan parkir. Sedangkan ruang privat yang digunakan adalah teras
rumah/toko.
Jenis ruang aktivitas PKL merupakan keadaan tempat berdagang bagi
pedagang kaki lima yang mempunyai ciri khusus, diantaranya bercirikan pada hal
penggunaan atau kepemilikan tempat yang digunakan pedagang kaki lima baik
tempat itu untuk digunakan dan milik umum atau pribadi. Informan pkl pertama
dalam pemanfaatan ruang di pasar inpres manonda dalam hal jenis ruang aktivitas
PKL adalah Ibu Nur Jaya (49 tahun) pedagang makanan mentah atau belum
diproses mengatakan:
“ Saya jualan dipinggir jalan karena saya hanya melayani pembeli yang
akan menjual kembali jadi tidak lama jualan jadi tidak usah masuk dipinggir
jalan saja sebelum datang petugas satpol pp kita sudah selesai jualan jagung
72
karena ada pelangan tetap juga seperti penjual sayur dan penjual makanan
(binte) jadi cepat habis jualan”
Pedagang kaki lima memilih berdagang dipinggir jalan dengan alasan pada
saat berdagang merupakan waktu dimana satuan polisi pamong praja belum
melakukan tugas mereka untuk menertibkan pedagang kaki lima dari lokasi atau
tempat berdagang mereka, adapun lokasi atau tempat yang mereka gunakan untuk
berdagang yaitu pinggir jalan yang mana tempat ini merupakan jenis ruang publik
yang dalam hal penggunaanya dan diperuntukan untuk publik bukan dikhususkan
untuk pedagang kaki lima.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Bapak Moh. Ilham
(24 tahun) pedagang barang campuran (peralatan yang digunakan sehari- hari)
mengatakan:
“ Saya jualan disini (area parkir) karena depannya toko tante saya, jadi tante
saya perbolehkan saya jualan disini, kalau orang lain mungkin tidak boleh
jualan disini tapi kurang tahu juga, karena setau ku saya yang selalu jualan
disini tidak pernah ada orang lain”
Pedagang kaki lima memilih berdagang di lahan atau area parkir
dikarenakan ruko depan tempat berdagang adalah milik saudaranya, namun begitu
tempat atau lokasi berjual merupakan jenis ruang publik bukan jenis ruang privat
karena batas ruang privat sebatas ruko yang dimiliki pedagang tersebut tidak lebih
atau menyebrangi trotoar hingga ke lahan atau area parkir.
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Rohimah (45
tahun) pedagang makanan mentah atau belum diproses mengatakan:
“ Saya ba jual didepan ruko nya aji ini sejak awal ba jual buah ini, sudah ada
mungkin mau 15 tahun, alhamdulillah tidak disuruh bayar, dengan teman
teman semua disini sama kita ba jual buah, orang sudah tahu tempatnya kita
jadi gampang juga dicari jadi gampang mereka belanja, tidak masuk
kedalam pasar lagi”
Pedagang kaki lima memilih berjualan didepan ruko karena berkumpul
dengan teman- teman yang memiliki dagangan yang sama, selain itu mereka
merasa pembeli mudah menemukan mereka karena berada ditempat yang strategis
menurut pedagang kaki lima, dan mereka tidak akan merasa khawatir dikarenakan
73
penertiban yang dilakukan oleh satuan polisi pamong praja karena mereka
menggunakan ruang privat, adapun lokasi atau tempat yang mereka gunakan
untuk berdagang merupakan jenis ruang privat yaitu depan ruko, mereka tidak
menggunakan ruang publik diantaranya trotoar, pinggir jalan, atau lahan atau area
parkir.
Luas ruang aktivitas PKL merupakan besaran tempat yang digunakan
pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitas ekonomi atau berdagang di pasar
inpres manonda. Informan anggota bidang ketertiban dan keamanan di pasar
inpres manonda oleh Pak Syarifuddin (46 thn) mengatakan:
“ Luas tempat atau lokasi yang pedagang pakai untuk menjual sekitaran 1
meter x 1 meter atau 1 meter x 2 meter atau mungkin sesuai yang mereka
jual, karena mereka menjual pakai nampan atau karung dialas begitu saja”
Pedagang kaki lima di pasar inpres manonda menggunakan ruang atau
tempat berdagang sesuai dengan jenis dagangan diantaranya; makanan, barang
campuran, atau bunga dan sarana dagang yang digunakan pedagang tersebut
diantaranya; gerobak beratap, kereta dorong, tikar alas, dan mobil pick up.
Adapun luas lokasi yang mereka gunakan diantaranya 1 meter x 1 meter atau 1
meter x 2 meter ataupun selain ukuran yang telah diungkapkan, apabila sarana
dagang mereka tikar alas dengan komoditas sedikit otomatis luas tempat atau
lokasi yang dibutuhkan akan berbeda dengan sarana dagang pick up dengan
jumlah komoditas lebih banyak hal tersebut diungkapkan oleh anggota bidang
ketertiban dan keamanan di pasar inpres manonda.
Berikut merupakan gambar yang peneliti dokumentasikan mengenai jenis
ruang yang digunakan PKL untuk aktivitas usaha dagang di pasar inpres manonda
kota palu yang mana terbagi atas dua jenis ruang diantaranya milik umum dan
privat atau pribadi. Tidak jarang dari PKL menggunakan jenis ruang privat atau
pribadi yaitu depan los pedagang sah pasar inpres manonda kota palu untuk
melakukan aktivitas usaha dagang mereka dengan izin pemilik los tersebut,
namun kebanyakan dari mereka menggunakan jenis ruang umum yaitu fasilitas
yang diperuntukan bagi publik untuk mendukung aktivitas usaha dagang mereka,
diantaranya; bahu jalan, area parkir, trotoar, dan lain sebagainya.
74
Gambar 4.2 Jenis ruang aktivitas usaha dagang PKL di Pasar Inpres
Manonda Kota Palu
“ Kalau menjual di trotoar terlalu sempit karena orang lewat kesana kemari,
sudah ada penjual jagung juga ba jual disitu jadi saya menjual dipinggir
jalan, depan ruko ini bagus luas juga, tidak pindah- pindah karena
pelangganku ingat tempatku disini”
Pedagang kaki lima memilih berdagang dipinggir jalan, karena merasa
tempat atau lokasi tersebut sesuai dengan banyak dan jenis komoditas yang
ditawarkan kepada pembeli selain itu pembeli atau pelanggan tetap pedagang
75
“ Saya walaupun dilarang petugas tetap ba jual kan hanya cari- cari waktu
kalau tidak ada dorang, kalau orang kerja kantoran walaupun wabah covid-
19 hanya dari rumah tidak ke kantor tetap dapat uang kan tapi kalau kita ini
pedagang kalau tidak ba jual tidak dapat uang jadi mau tidak mau harus
tetap ba jual supaya ada pemasukan”
Pedagang tersebut memilih tetap berdagang walaupun sering dihimbau
petugas pasar dan ditertibkan petugas satuan polisi pamong praja dikarenakan
menjadi pedagang kaki lima merupakan satu- satunya mata pencarian yang
menjadi sumber ekonomi keluarga apabila pedagang tersebut tidak berdagang
maka tidak ada pula pemasukan untuk keluarganya maka walaupun dengan cara
sembunyi- sembunyi dengan petugas pasar dan satpol pp pedagang tersebut tetap
melakukan aktivitas dagangnya
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan PKL oleh Ibu Corah (40 tahun)
pedagang makanan siap saji atau sudah diproses mengatakan:
“ Saya jualan ini dari awal saya pindah ke kota palu dan saya bisa buat
kapurung, buras, bubur manado jadi ini bisa jadi pekerjaan sesuai juga dengan
modal saya, apalagi saya hanya tamatan sd kan jadi susah juga kalau mau cari –
cari pekerjaan bagus dikota begini”
Pedagang tersebut memilih berdagang karena melihat dari latar belakang
pendidikannya tidak memungkinkan untuk mencari pekerjaan yang cukup
menjamin seperti pegawai kantoran selain itu apa yang ditawarkan oleh pedagang
tersebut dapat diterima oleh pengguna jasa mereka maka pedagang tersebut tetap
mempertahankan jenis komoditi yang didagangkan.
Ungkapan lain pun dikatakan Informan PKL oleh Ibu Rode (51 tahun)
pedagang rempah- rempah mengatakan:
76
” Barang yang mau saya jual, biasanya hanya saya titip di luar ruko yang
saya jadikan tempat menjual tidak saya bawa pulang, jadi kalau saya beli
dari petani saya suruh simpan ditempat itu terus, jadi mau menjual tinggal
bongkar karena barang sudah ditempat menjual”
Perilaku pedagang kaki lima seperti ungkapan informan pkl diatas yaitu
dalam menggunakan tempat usaha pedagang tersebut tidak membawa pulang
78
sulit laku dibanding berdagang diluar pasar, dengan begitu akan mempengaruhi
penghasilan atau keuntungan mereka pada saat itu.
Perilaku pedagang kaki lima tersebut merupakan bentuk resistensi terhadap
kebijaksanaan pemerintah dan menghambat pembangunan kota serta menghambat
kerja dari petugas pasar dan petugas satuan polisi pamong praja karena mereka
tidak bisa diajak untuk bekerja sama dalam menjaga kebersihan dan keindahan di
pasar inpres manonda kota palu.
Ungkapan lain pun dikatakan Informan PKL oleh Ibu Rode (51 tahun)
pedagang rempah- rempah mengatakan:
“ Pedagang kaki lima ini awalnya kita tegur tapi kalau masih tetap tidak
mendengar kita tindaki sudah, mereka juga diberikan toleransi sebelum
waktu kita keliling jam 08.00 pagi boleh berjual tapi kalau sudah jam 08.00
sampai 17.30 sudah tidak boleh karena kita tertibkan sudah, diawasi di jaga
biar mereka tidak berjual lagi, malam pun biasa masih kita kontrol sampai
jam 21.00 saja, kalau kita tegur mereka kita arahkan kedalam pasar nanti
untuk penataan dengan penempatan mereka dalam pasar kami serahkan
kepada petugas pasar ”
Satuan polisi pamong praja sebagai petugas penertiban di pasar inpres
manonda memberikan toleransi kepada pedagang kaki lima walaupun hal tersebut
bukan merupakan izin secara legal untuk tetap bisa melakukan aktivitas usaha
dagang mereka sebelum pukul 08.00 pagi karena mulai dari pukul 08.00 pagi –
17.30 sore satuan polisi pamong praja menjaga, mengawasi, dan menertibkan
pedagang kaki lima di pasar inpres manonda, selain itu pada malam satuan polisi
pamong praja mengontrol sampai pukul 21.00.
Dalam penjagaan, pengawasan, dan penertiban satuan polisi pamong praja
menegur pedagang kaki lima untuk masuk dan berjualan di dalam pasar hal ini
dilakukan disekeliling luar pasar inpres manonda dan seberang jalan dari tempat
tersebut apabila terdapat pelanggar. Dalam peneguran kepada pedagang kaki lima
satuan polisi pamong praja memberikan solusi untuk masuk kedalam pasar, untuk
penempatan lokasi aktivitas usaha pedagang kaki lima tersebut diserahkan kepada
petugas pasar, himbauan dilakukan dengan tiga kali teguran kemudian setelahnya
merupakan penindakan khusus berupa penyitaan dan lain sebagainya.
Satuan polisi pamong praja memiliki jadwal kerja diantaranya, setiap hari
kerja walaupun hari libur karena pedagang terus berdagang setiap harinya, yang
dibagi dalam 3 regu dengan pergantian waktu kerja, tiap regu mendapatkan 10
81
hari kerja dalam sebulan, maka mereka tetap memiliki hari libur dengan
pergantian waktu kerja tersebut.
Pedagang kaki lima tetap melakukan aktivitas usaha dagang, mereka tetap
melanggar peraturan maupun kebijaksanaan dari pemerintah meskipun telah di
himbau oleh petugas pasar dan ditertibkan petugas satpol pp, dengan
kebijaksanaan tertentu bukan bentuk perizinan dagang secara legal pedagang di
izinkan berdagang sebelum jam kerja namun tidak sedikit yang melanggar dan
tetap melakukan aktivitas dagang diluar waktu- waktu yang telah disepakati
bersama hal ini merupakan bentuk perlawanan pedagang kaki lima terhadap
kebijaksanaan pemerintah yang menghambat kerja dari pemerintah kota dalam
membangun kota yang indah, bersih, dan tertib.
Berikut merupakan gambar hasil dokumentasi peneliti mengenai bentuk
resistensi PKL terhadap regulasi pemerintah yang sepenuhnya belum berjalan
dengan baik, adapun resistensi PKL seperti fakta yang peneliti dapati dilapangan
yaitu mereka tetap kembali berjualan meskipun sudah ditertibkan SatPol PP, dan
tidak ingin berdagang didalam pasar dengan alasan mengurangi pendapatan
karena pasar belum tertata sesuai jenis dagangan seperti harapan dari PKL.
“ Belanja di pedagang kaki lima ini paling dekat dan praktis, biasa tidak
usah turun dari kendaraan, apalagi sudah ada semua dipinggir jalan, sayur,
bumbu, ikan juga ada”
Pembeli memilih menggunakan jasa aktivitas usaha pedagang kaki lima
karena merasa mudah dan dekat tidak perlu turun dari kendaraan hal ini pembeli
pilih karena mereka berbelanja dalam waktu singkat, baik pembeli yang
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal inilah yang menjadi
salah satu pemicu macetnya lalu lintas dipasar inpres manonda, kemudian hampir
semua bahan yang pembeli perlukan sudah tersedia di pedagang kaki lima seperti
sayur- sayuran, rempah- rempah, beraneka ragam kue, dan berbagai lauk
(ayam,ikan, telur, tahu, dan tempe).
Pernyataan lain juga diungkapkan Informan masyarakat terhadap manfaat
keberadaan aktivitas PKL oleh Ibu Merni (65 tahun) pegawai mengatakan:
“ Belanja di pedagang kaki lima ini praktis karena tidak usah lagi parkir,
tidak keliling- keliling juga di dalam pasar, kalau mau belanja banyak, dekat
kendaraan dan bisa cepat”
Pembeli yang menggunakan jasa pedagang kaki lima menilai bahwa
aktivitas usaha dagang mereka membantu pembeli dalam berbelanja kebutuhan
baik jumlah banyak maupun sedikit pedagang kaki lima sudah cukup memenuhi
untuk itu pembeli bisa menghemat waktu, tenaga, juga biaya. Tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk berkeliling didalam pasar karena sudah
tersedia diluar pasar, tidak membawa belanjaan yang banyak dan berat, serta tidak
menyewa jasa pembawa barang atau bayar biaya parkir.
Informan masyarakat terhadap dampak negatif aktivitas PKL oleh Ibu Sri
Rusmia (27 tahun) ibu rumah tangga mengatakan:
83
” Mereka ini cukup menganggu karena mereka buat sempit jalan, jadinya
kita yang belanja jadi ikut terganggu juga karena harus hati-hati supaya
tidak disenggol motor atau mobil”
Pembeli merasa terhalangi dengan adanya aktivitas usaha pedagang kaki
lima, karena aktivitas usaha dagang yang mereka lakukan menggunakan ruang
publik yaitu jalan, trotoar, dan lahan atau area parkir sehingga tempat- tempat
tersebut menjadi sempit dengan adanya kendaraan yang lalu lalang, kendaraan
yang berada di lahan atau lokasi parkir, pembeli yang menggunakan trotoar
ditambah lagi dengan pedagang kaki lima yang menggunakan tempat- tempat
tersebut tanpa terkecuali sebagai lokasi aktivitas usaha dagang mereka.
Ungkapan yang lain pun dikatakan Informan Pemerintah yaitu Anggota
ketertiban dan keamanan di pasar inpres manonda sebagai petugas pasar oleh Pak
Syarifuddin (49 tahun) mengatakan:
“ Petugas pasar bagi kerja dengan pol pp, mereka penertib dan pengamanan
bagian luar pasar kalau kita bagian dalam pasar. Perda sudah di tempel
dilarang berjualan di badan jalan, trotoar, juga tempat parkir, walaupun
kami menertibkan dalam pasar tetap kami himbau pkl yang diemperan
tersebut cuma yang menindak adalah pol pp“
Petugas pasar sebagai anggota ketertiban dan keamanan di pasar inpres
manonda membagi tugas dengan satuan polisi pamong praja yang mana petugas
pasar menertibkan bagian dalam pasar, sedangkan satuan polisi pamong praja
menertibkan bagian luar pasar. Meskipun seperti itu petugas pasar tetap
menghimbau pedagang kaki lima yang berdagang di trotoar, pinggir jalan, dan
area atau lokasi parkir seperti peraturan daerah yang sudah mereka pasang di
depan kantor mereka.
Namun untuk penertiban pedagang kaki lima tersebut mereka serahkan
kepada satuan polisi pamong praja sebagai penindak pedagang kaki lima yang
melanggar kebijakan pemerintah. Pedagang kaki lima tetap melanggar kebijakan
pemerintah meskipun telah dihimbau petugas pasar mengenai larangan berdagang
menggunakan ruang publik, hingga petugas satpol pp datang untuk menertibkan
mereka sesuai dengan kesepakatan bersama antara dan petugas satuan polisi
pamong praja.
84
juga trotoar, ketempat dagang semula, pedagang kaki lima kembali menggunakan
ruang publik untuk melaksanakan aktivitas dagang mereka.
Penertiban satuan polisi pamong praja dinilai berdampak signifikan
terhadap penghasilan atau keuntungan pedagang kaki lima, apabila satpol pp
datang untuk menertibkan dan mengarahkan mereka untuk masuk dan berdagang
didalam pasar, maka dagangan mereka akan sulit terjual dibandingkan berdagang
diluar pasar, sehingga pkl tidak bisa memperoleh keuntungan yang maksimal.
Pedagang kaki lima memiliki harapan terhadap Pemerintah agar bisa menata
pasar inpres manonda dengan cara mengelompokan dan menempatkan pedagang
sesuai dengan jenis komoditas masing- masing apakah itu sayur- sayuran, buah-
buahan, rempah- rempah, lauk (ayam, ikan, daging sapi, tahu, tempe, dan telur),
pakaian, barang campuran, dan bunga. Serta melarang pedagang untuk menjual
beaneka ragam jenis komoditas pada satu tempat atau pedagang yang sama agar
memudahkan pedagang untuk menawarkan barang dagangan kepada pembeli
serta tidak tumpang tindih antara jenis komoditas pedagang satu dengan pedagang
lainnya.
Bentuk dari resistensi tersebut dirasakan diberbagai pihak masyarakat juga
pemerintah. Masyarakat cukup antusias menggunakan jasa pedagang kaki lima
dengan begitu mereka tidak perlu masuk kedalam pasar semua sudah tersedia,
baik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Mereka bisa berbelanja dengan
mudah, dekat, menghemat waktu, tidak membawa belanjaan yang banyak dan
berat, serta tidak menyewa jasa pembawa barang atau bayar biaya parkir, pembeli
tidak perlu turun dari kendaraan apalagi mereka berbelanja dalam waktu singkat,
baik pembeli yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Disisi lain masyarakat cukup terganggu dengan adanya aktivitas usaha
dagang PKL karena kegiatan berbelanja pembeli terhalangi dan jalan menjadi
sempit sehingga kemacetan pun terjadi untuk itu pembeli harus lebih berhati- hati
agar tidak terserempet kendaraan roda dua atu empat.
Pemerintah menilai pedagang kaki lima menghambat usaha mereka dalam
dalam mewujudkan pasar inpres manonda yang bersih dan rapi sehingga
keberadaan aktivitas usaha pedagang kaki lima pun menghambat pembangunan
87
Kontribusi sosial dalam pembelajaran IPS SMP/ MTS kelas VIII yaitu
berkaitan dengan materi “Konflik dan Integrasi dalam Kehidupan Sosial”
materi ini membahas mengenai perbedaan sosial antara manusia satu dengan
manusia lainnya, sehingga melatarbelakangi konflik diantaranya perbedaan
kepentingan dan latar belakang kebudayaan, sehingga ketika melihat konflik
dilapangan peserta didik akan lebih memahami hal yang terjadi serta mereka
mampu mengetahui penyebabnya, seperti halnya pada penelitian ini terjadi
perbedaan kesepakatan dalam kebijakan yang diberlakukan pemerintah terhadap
pedagang kaki lima yang melatarbelakangi permasalahan pada penelitian ini.
Peserta didik dapat merealisasikan apa yang menjadi tujuan utama
pembelajaran IPS, memiliki potensi untuk peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, seperti kemampuan dalam berfikir logis dan kritis untuk
memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan interaksi sosial, pemenuhan
kebutuhan, dan perkembangan kebutuhan masyarakat untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang lebih baik dan atau mengatasi masalah- masalah sosial sehari-
hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan
masyarakat selai itu siswa diharapkan memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi
Pendidikan sangat berperan penting dalam hal meningkatkan ekonomi
masyarakat, oleh karena itu pendidikan menjadi hal yang sangat perlu
diperhatikan oleh pemerintah, guna untuk membantu masyarakat meningkatkan
wawasan agar mampu memperbaiki ataupun meningkatkan kehidupan ekonomi
dan kesejahteraan keluarga agar dapat melangsungkan hidupnya.
Pentingnya peranan pendidikan IPS dalam mengembangkan pengetahuan,
terutama yang berkaitan dengan wawasan mengenai geografi sosial sehingga
siswa sedari dini menjadi masyarakat memiliki wawasan untuk menggembangkan
nilai, sikap, dan keterampilan sosial agar siswa menjadi warga masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia yang dapat berkontribusi untuk memperbaiki dan
menunjang ekonomi masyarakat yang mandiri dan lebih matang untuk
melangsungkan hidup yang lebih baik guna membangun bangsa Indonesia.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan- temuan penelitian diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perilaku pedagang kaki lima dalam pemanfaatan ruang kota di pasar inpres
manonda untuk aktivitas usaha dagang mereka, pedagang kaki lima tersebut
memilih memanfaatkan ruang publik diantaranya trotoar, pinggir jalan, dan
area atau lahan parkir untuk menjalankan aktivitas usaha dagang mereka
yang mana ruang tersebut memiliki tingkat intensitas kunjungan masyarakat
tinggi dan kemudahan pencapaian. Dalam pemilihan serta pemanfaatan
ruang di pasar inpres manonda pedagang kaki lima cenderung tidak
mempertimbangkan kepentingan, keamanan, dan kenyamanan pengguna
aktivitas lain di ruang yang sama akibatnya ada perubahan fungsi ruang
yang semula berfungsi sebagai ruang publik berubah menjadi ruang
aktivitas usaha dagang mereka sehingga munculnya lingkungan secara
visual nampak kotor dan tidak teratur.
2. Resistensi pedagang kaki lima terhadap pemerintah di pasar inpres manonda
kota palu dilatar belakangi oleh faktor internal latar belakang pendidikan
yang dimiliki tiap PKL, sulitnya perekonomian keluarga, dan faktor
eksternal tingginya minat pengguna jasa PKL, tidak idealnya peraturan yang
berlaku dipasar inpres manonda, serta tidak tersedianya lokasi khusus sektor
informal yang menimbulkan bentuk- bentuk sikap perlawanan atau
resistensi antara lain sebagai berikut;
a. Masuk kedalam pasar saat melihat satuan polisi pamong praja yang
menghimbau dan menertibkan namun keluar kembali ke pinggir jalan,
trotoar, dan area parkir bila satpol pp tidak lagi bertugas;
b. Menggunakan waktu untuk melakukan aktivitas usaha dagang diluar
ketentuan yang pemerintah toleransi;
91
3. Bagi pemerintah, dengan adanya sisi positif dari keberadaan aktivitas PKL
yang dirasakan masyarakat, maka hal yang harus dilakukan oleh pihak
pengelola kota adalah:
a) Menekan atau mengurangi dampak negatif dari keberadaan aktivitas
sektor informal tersebut seperti pengaturan ruang bagi aktivitas usaha
dagang diruang- ruang publik bagi pkl dan bagi masyarakat pengguna
jasa pkl yang mana ruang tersebut memiliki tingkat kunjungan intensitas
tinggi;
b) Penyediaan ruang bagi aktivitas sektor informal khususnya pkl pada
ruang-ruang publik;
c) Pembuatan papan pengumuman atau spanduk mengenai peraturan-
peraturan beserta sanksi- sanksi tentang ketertiban pasar dalam
penggunaan atau pemanfaatan ruang publik area pasar agar menambah
wawasan para pedagang serta masyarakat sehingga dapat menekan atau
mengurangi pelanggaran- pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
96
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI
`
Gambar 2. Pemanfaatan Ruang Publik (area parkir) oleh PKL
LAMPIRAN II
LEMBAR OBSERVASI
Lokasi
1. b. Kondisi Bangunan ruko/ los
Penelitian
a. Trotoar
Kondisi Ruang
2. b. Area Parkir
Publik
c. Bahu Jalan
a. Jenis Dagangan
Kondisi
3. Pedagang Kaki b. Waktu Berdagang
Lima
c. Sarana Dagang
102
LAMPIRAN III
LEMBAR BIODATA INFORMAN
No Responden :
Hari/ Tanggal :
Judul Penelitian:
“ RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR INPRES MANONDA KOTA PALU”
Oleh:
Widya Ningrum
A 35116151
Kata Pengantar:
Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ i, Saya adalah Mahasiswa Pend. Geografi Jurusan Pend. IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako pada saat ini sedang melakukan
survei untuk kepentingan akademik, dalam rangka melengkapi data untuk menyelesaikan penelitian
( Tugas Akhir/ Skripsi). Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya mohon dengan hormat
informasi/ data dan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk kepentingan penelitian tersebut. Saya
mohon jawaban pertanyaan disampaikan dengan sejujurnya. Kerahasiaan data akan Saya jamin
sepenuhnya. Atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara (i), sebelum dan sesudahnya saya
ucapkan banyak terima kasih.
Identitas Informan
Nama :
Status Pernikahan :
Umur :
Jenis kelamin : P/ L
Tingkat Pendidikan Terakhir :
Alamat lengkap ( jalan) :
Dusun : Rt/ Rw :
Desa/ Kelurahan : Kecamatan :
Kabupaten : Provinsi :
Pendapatan bersih per bulan : Rp.
103
LAMPIRAN IV
LEMBAR INSTRUMENT
No Responden:
Hari/ Tanggal :
Judul Penelitian:
“ RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR INPRES MANONDA KOTA PALU”
Oleh:
Widya Ningrum
A 35116151
Kata Pengantar:
Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ i, Saya adalah Mahasiswa Pend. Geografi Jurusan Pend. IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako pada saat ini sedang melakukan
survei untuk kepentingan akademik, dalam rangka melengkapi data untuk menyelesaikan penelitian
( Tugas Akhir/ Skripsi). Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya mohon dengan hormat
informasi/ data dan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk kepentingan penelitian tersebut. Saya
mohon jawaban pertanyaan disampaikan dengan sejujurnya. Kerahasiaan data akan Saya jamin
sepenuhnya. Atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara (i), sebelum dan sesudahnya saya
ucapkan banyak terima kasih.
Panduan Wawancara Pedagang
Nama :
Jenis kelamin : P/ L
Umur :
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3
KARAKTERISTIK UMUM
1. Pendidikan terakhir Bapak/ibu/saudara/i?
2. Asal bapak/ibu/saudara/i?
3. Apakah bapak/ibu/saudara/i kepala keluarga ini?
4. Hubungan dengan kepala keluarga?
5. Apakah saat ini bapak/ibu/saudara/i ada tanggungan?
6. Hubungan dengan tanggungan?
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3
KARAKTERISTIK UMUM
1. Pendidikan terakhir bapak/ibu/saudara/i?
2. Asal bapak/ibu/saudara/i?
3. Apakah bapak/ibu/saudara/i kepala keluarga ini?
4. Hubungan dengan kepala keluarga?
5. Apa pekerjaan bapak/ibu/saudara/i saat ini?
KARAKTERISTIK PEMBELI
1. Berapa jarak pasar dari tempat tinggal ibu/ bapak/saudara/i?
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan bapak/ibu/saudara/i
untuk perjalanan ke pasar?
3. Transportasi apa yang bapak/ibu/saudara/i gunakan untuk
menuju pasar?
4. Komoditas apa yang bapak/ibu/saudara/i beli?
5. Apa alasan bapak/ibu/saudara/i berbelanja di pasar inpres
manonda?
6. Apa alasan bapak/ibu/saudara/i berbelanja di pkl?
7. Apa manfaat adanya pkl bagi bapak/ibu/saudara/i?
8. Apakah ada gangguan yang bapak/ibu/saudara/i rasakan
dengan adanya pkl?
9. Apakah bapak/ibu/saudara/i selalu membeli keperluan sehari-
hari di pasar inpres manonda?
10. Apakah perlu lokasi untuk penempatan khusus pkl?
11. Menurut bapak/ibu/saudara/i apakah perlu penataan pkl?
12. Apakah perlu pengelompokan pkl sesuai jenis komoditas?
13. Apakah pasar inpres manonda sudah tertata dengan rapi?
106
107
108
109
110
LAMPIRAN
HASIL REKAPITULASI DATA INFORMAN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kepala Kendaraan 3 jam/
1 Wakinah SD Poso Kue Motor 06.30 WIT
keluarga pribadi hari
Anggota Kendaraan 5 jam/
2 Nur Jaya SMP Pangkajene Jagung Motor 03.00 WIT
keluarga pribadi hari
Kepala Kendaraan 12 jam/
3 Andi Irwan SI Makassar Lauk pauk Motor 05.00 WIT
keluarga pribadi hari
Anggota 5 jam/
4 Corah SD Wajo Sayur masak - - 07.00 WIT
keluarga hari
Morowali Anggota Rempah – Kendaraan 5 jam/
5 Rode SD Motor 08.00 WIT
utara keluarga rempah umum hari
Anggota 3 jam/
6 Rukiah SMA Palu Kue - - 07.00 WIT
keluarga hari
Anggota Kendaraan 5 jam/
7 Harini SD Palu Rica Motor 06.00 WIT
keluarga umum hari
Anggota Kendaraan 5 jam/
8 Rohimah SD Palu Nenas Motor 06.00 WIT
keluarga umum hari
Kepala Barang 3 jam/
9 Moh. Ilham SMA Sinjai - - 07.00 WIT
keluarga campuran hari
Kepala Kendaraan 5 jam/
10 Sahar SD Pasang kayu Bunga Mobil 07.00 WIT
keluarga pribadi hari
Parigi Anggota Kendaraan
11 Nusmawati SI - Mobil - -
moutong keluarga pribadi
Morowali Anggota Kendaraan
12 Sri Rusmia SI - Mobil - -
utara keluarga pribadi
Anggota Kendaraan
13 Marwah SMA Sigi - Mobil - -
keluarga pribadi
Kepala Kendaraan
14 Merni D III Bulukumba - Mobil - -
keluarga pribadi
Keterangan:
1. Nama Informan
2. Pendidikan terakhir Informan
3. Asal/ alamat Informan
4. Status Informan dalam keluarga
5. Jenis dagangan PKL
6. Jenis transportasi yang digunakan
7. Status transportasi yang digunakan
8. Waktu PKL mulai berdagang
9. Lama waktu PKL berdagang
111
No 1 10 11 12 13 14 15 16 17
Tikar Pinggir Pelanggan
1 Wakinah 2010 10 tahun Rp. 500.000,- Rp. 100.000,- Publik
alas jalan tidak tetap
Tikar Pinggir Pelanggan
2 Nur Jaya 2016 4 tahun Rp. 600.000,- Rp. 200.000,- Publik
alas jalan tetap
Tikar Pelanggan
3 Andi Irwan 2014 6 tahun Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,- Trotoar Publik
alas tidak tetap
Kereta Pinggir Pelanggan
4 Corah 2012 8 tahun Rp. 500.000,- Rp. 100.000,- Publik
dorong jalan tidak tetap
Tikar Pinggir Pelanggan
5 Rode 2011 9 tahun Rp. 1.258.000,- Rp. 150.000,- Publik
alas jalan tidak tetap
Kereta Area Pelanggan
6 Rukiah 2012 8 tahun Rp. 500.000,- Rp. 100.000,- Publik
dorong parkir tidak tetap
Tikar Pelanggan
7 Harini 2009 11 tahun Rp. 500.000,- Rp. 100.000,- Trotoar Publik
alas tidak tetap
Tikar Pelanggan
8 Rohimah 2010 10 tahun Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,- Trotoar Publik
alas tidak tetap
Kereta Area Pelanggan
9 Moh. Ilham 2020 6 bulan Rp. 2.000.000,- Rp. 200.000,- Publik
dorong parkir tidak tetap
Tikar Area Pelanggan
10 Sahar 2020 8 bulan Rp. 500.000,- - Publik
alas parkir tidak tetap
11 Nusmawati - - - - - - - -
12 Sri Rusmia - - - - - - - -
13 Marwah - - - - - - - -
14 Merni - - - - - - - -
Keterangan:
1. Nama Informan
10. Waktu (tahun) PKL mulai berdagang
11. Lama tahun PKL berdagang
12. Modal PKL untuk berdagang
13. Pendapatan PKL
14. Sarana dagang digunakan PKL
15. Tempat dagang digunakan PKL
16. Jenis ruang digunakan PKL
17. Faktor resistensi PKL
112
No 1 18 19 20 21 22 23
Berkeliling
1 Wakinah menghindari Pol - - - - -
PP
Berdagang diluar
2 Nur Jaya - - - - -
jam tugas
Masuk kedalam
3 Andi Irwan - - - - -
pasar
Berkeliling
4 Corah menghindari Pol - - - - -
PP
Berkeliling
5 Rode menghindari Pol - - - - -
PP
Berkeliling
6 Rukiah menghindari Pol - - - - -
PP
Masuk kedalam
7 Harini - - - - -
pasar
Berdagang diluar
8 Rohimah - - - - -
jam tugas
Berdagang diluar
9 Moh. Ilham - - - - -
jam tugas
Masuk kedalam
10 Sahar - - - - -
pasar
Jalan utama Sayuran, rempah,
11 Nusmawati - PNS Hemat waktu Bermanfaat
macet dan lauk
Banyak Kebutuhan
12 Sri Rusmia - IRT Kue, sayur masak Bermanfaat
sampah lengkap
Trotoar
13 Marwah - IRT Buah, lauk pauk Cepat belanja Menganggu
sempit
Memakan Harga
14 Merni - PNS Barang campuran Bermanfaat
waktu terjangkau
Keterangan:
1. Nama Informan
18. Bentuk resistensi PKL
19. Dampak resistensi PKL
20. Pekerjaan pengguna jasa PKL
21. Jenis komoditas yang dikonsumsi
22. Alasan menggunakan jasa PKL
23. PKL bermanfaat atau menganggu
113
LAMPIRAN VIII
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang yang saya
akui sebagai tulisan atau pikiran saya.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa hasil skripsi ini hasil jiplakan maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Widya Ningrum
A35116151
114
LAMPIRAN IX
BIODATA PENULIS
I. UMUM
II. PENDIDIKAN
1. SD : SD Inpres 1 Baina’a (2001-2003)
: SDN I Besusu (2003-2005)
: SDN 3 Birobuli (2005-2007)
2. SMP : SMP Negeri 9 Palu (2007-2010)
3. SMA/ SEDERAJAT : Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 6 Poso
(2010-2015)
4. Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,Program
Studi Pendidikan Geografi SI (2016-2020)