Anda di halaman 1dari 27

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : ELFINA NENGSIH, S.Pd
No UKG : 201502640563

No Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
. telah diidentifikasi
A Dari segi siswa
1. Minat siswa (Suprapto dalam B.Restiono, 2013, 16).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi 1.1 Kurangnya sosialisasi
untuk masuk
minat siswa memilih SMK diantaranya: 1.2 Lingkunga Keluarga yang tidak
jurusan TKP
rendah 1. Kemauan, kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seorang mendukung siswa untuk masuk
manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk SMK
mencapai tujuan tertentu 1.3 Siswa lebih cendrung memilih
2. ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sekolah dengan letak di pusat kota
sesuatu 1.4 Kecendrungan siswa yang kurang
3. Lingkungan Keluarga, berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga, menyukai pelajaran teori.
bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama
4. Lingkungan Sekolah, proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi
tanggung jawab guru
5. Kondisi Sekolah, kondisi sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa
dalam memilih sekolah
https://www.academia.edu/35261445/FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMENGARUHI_MINAT_SISWA_SMP_MASUK_SMK_
DI_KOTA_PONTIANAK_FACTORS_AFFECTING_JUNIOR_HIGH_SCHOOL_STUDENTS_INTEREST_IN_STUDYING_AT
_VOCATIONAL_HIGH_SCHOOL_IN_PONTIANAK_CITY

(Menurut Nurul Lathifah: 2021)Minimnya pihak sekolah SMK yang melakukan


sosialiasi langsung ke SMP seperti mengadakan seminar tentang apa itu SMK dan
jurusan apa saja yang ada didalam SMK tersebut, ataupun apalagi melaksanakan
serangkaian aktivitas misalnya perakitan buat jurusan otomotif, membuat media
pendidikan untuk jurusan pc serta lain- lain, cocok dengan bidang kemampuan yang
bisa diiringi langsung oleh siswa SMP, sehingga siswa SMP memiliki pengalaman
yang menyenangkan dengan hal- perihal yang ber- ikatan dengan Sekolah
Menengah Kejuruan( Sekolah Menengah Kejuruan(SMK)), dan meginginkan buat
turut dan langsung di dalam Sekolah Menengah Kejuruan ( Sekolah Menengah
Kejuruan(SMK)) itu sendiri.
https://www.kompasiana.com/nrllatifah/60b128748ede4837bc1257e4/kurangnya-
minat-siswa-smp-masuk-smk

Menurut prasetyo waluyo (2017) Siswa lulusan SMP/MTs pada umumnya mudah
terkena pengaruh dalam menentukan pilihan antara memilih masuk SMA atau MA
atau SMK, baik pengaruh dari keluarga yaitu orang tua maupun pengaruh dari luar.
Pengaruhpengaruh tersebut turut menentukan keputusan anak dalam menentukan
pilihan, sehingga agar anak dapat mengambil keputusan yang baik dan tidak
membebani bagi dirinya sendiri maupun keluarganya, maka peranan orang tua
dalam hal ini sangatlah penting. Pemilihan sekolah, pekerjaan dan juga dalam
banyak unsur mengenai normatife alangkah baiknya anak selalu meminta nasihat
dari orang tua karena anak merupakan bagian yang terpenting dari orang tua.
https://core.ac.uk/download/pdf/132421409.pdf
Hasil wawancara
1) Kepala Sekolah (Bapak Antoni, M.Pd.T)
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman maayarakat tentang jurusan TKP.
Termasuk pemahaman ttg dunia kerja untuk tamatan jurusan TKP
2) Rekan sejawat (Bapak Jondri Herman, S.Pd)
a) Kurangnya pemahaman orang tua terhadap jurusan TKP sehingga timbul
istilah kalau anak yang masuk jurusan bangunan akan jadi tukang.
b) kemudian juga nama dari jurusan bangunan yang terus bertukar sehingga
juga membingungkan bagi siswa pada saat mendaftar.
3) Wakil Kepala sekolah bidang kurikulum (Bapak Bitarsa, M.Pd)
Minat siswa masuk ke sekolah atau belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor :

a) Motivasi masuk ke sekolah dan jurusan yang dipilih


b) Faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti lingkungan tempat tinggal,
teman bergaul baik di rumah maupun di sekolah
c) Kondisi PBM di sekolah
4) Ketua Jurusan (Drs. Hendri Donald)
a) Tidak pahamnya siswa terhadap peluang kerja jurusan TKP serta tingkat
daya saing tamatan di dunia kerja
b) Kurangnya sosialisasi dari sekolah terhadap siswa yang akan masuk SMK.
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR, Bapak
Iyus S.Pd. M.Eng)
a) kurangnya motivasi dari alumni TKP mengenai akan seperti apa belajar di
jurusan TKP dan akan seperti apa bekerja setelah lulus dari jurusan TKP.
b) Tidak adanya bimbingan dari alumni kepada siswa SMP untuk
mengarahkan siswa mengambil jurusan TKP di SMK.
c) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pekerjaan setelah lulus
dari jurusan TKP, masyarakat cenderung berfikir setelah lulus dari SMK
siswa akan menjadi kuli bangunan atau paling tinggi menjadi Mandor.
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP. Ibu
Oktaviani, ST.MT)
Hal ini disebabkan karena sosialisasi masih kurang, sehingga siswa tidak
mendapatkan informasi yang lengkap mengenai Jurusan TKP
7) Pakar (Ketua MGMP TKP Sumatra Barat . Rizka Fauzi, M.Pd.T)
a) kurangnya sosialisasi terhadap jurusan TKP Proses
b) pembelajaran yang belum optimal
c) Output tamatan yang belum nampak banyak yang berkiprah

2. Persepsi siswa Menurut fajri harmi 2012, Persepsi siswa SMPN Payakumbuh terhadap Jurusan 2.1 kurangnya informasi terhadap
terhadap Teknik Bangunan di SMK ternyata dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
jurusan TKP
jurusan TKP internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari perhatian, keadaan fisik, dan
tidak bagus kebutuhan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari informasi yang diperoleh, dan 2.2 Pemahaman yang salah terhadap
pengalaman
minat dan bakat siswa itu sendiri
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/article/view/106222
Shaleh (2008) mengemukakan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan 2.3 Kurangnya bukti kongkrit kiprah
terjadinya perbedaan persepsi yaitu alumni di lapangan
(1) Perhatian yang selektif, dalam kehidupan manusia setiap saat
(2) Ciriciri rangsang, rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam
akan lebih menarik perhatian.
(3) Nilai dan kebutuhan individu, seorang seniman tentu punya pola dan cita
rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibandingkan seorang bukan
seniman.
(4) Pengalaman terdahulu, pengalaman-pengalaman terdahulu sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/1240/1104

Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
Yang dipelajari di sklh menurut mereka hanya bagaimana untuk tukang
bangunan atau tukang prabot. Padahal dg mempelajari hal tersebut, banyak
jenis pekerjaan yg bisa mereka dapatkan setelah tamat, yg jauh lebih baik.
2) Rekan sejawat
a) kurangnya pepemahaman siswa terhadap jurusan TKP
b) siswa SMP memilih jurusan cendrung kemana temannya yang banyak dia
kesitu pula,
c) siswa SMP mengambil jurusan bukan berdasarkan apa tujuannya setelah
tamat nanti
3) Wakil Kepala sekolah
Pada dasarnya tidak seluruh siswa yang mempunyai persepesi bahwa jurusan
TKP itu tidak bagus, karena masih ada beberapa siswa yang mempunyai nilai
yang baik di SLTP ingin masuk kejurusan TKP.
4) Ketua Jurusan
a) Siswa tidak mengetahui ruang lingkup TKP
b) kurangnya pemahaman calon siswa terhadap ruang lingkup TKP
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
Presepsi siswa tidak bagus di sebabkan oleh
a) kurangnya pengetahuan siswa mengenai jurusan TKP,
b) banyak siswa yang beranggapan bahwa mereka tidak berbakat.
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
Siswa SMP belum mengenal dan memahami secara detail mengenai kelebihan
dan prospek dari lulusan Jurusan TKP di SMK tersebut
7) Ketua MGMP
Adanya stigma jurusan bangunan adalah jurusan yang mencetak tukang
Generasi milenial yang lebih suka bekerja di bidang Informasi Teknologi
Sosialisasi dan informasi yang tepat yang belum sampai kepada mereka

3. Motivasi Motivasi yang dimiliki siswa akan menentukan hasil yang dicapai dari aktivitas 3.1 siswa tidak punya arahan yang
belajar siswa
pembelajaran. Motivasi untuk belajar merupakan kondisi psikis yang dapat jelas terhadap tujuan dan cita-
rendah terkait
beberapa hal mendorong seseorang untuk belajar. Besarnya motivasi setiap siswa dalam belajar citanya
yaitu
a) Minat baca berbeda-beda. Tinggi-rendahnya motivasi siswa tergantung pada faktorfaktor dari 3.2 Guru kurang memberikan motivasi
rendah
siswa itu sendiri, baik dari faktor instriksik maupun ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal terhadap siswa
b) Tingkat
konsentrasi dari dalam diri siswa tersebut, sedangkan faktor ekstrinsik berasal dari luar diri 3.3 Tidak semua mata pelajaran
siswa rendah
siswa seperti faktor lingkungan, keluarga, teman, dan sebagainya disukai oleh siswa
c) Rasa
keingintahuan http://lib.unnes.ac.id/20200/ 3.4 Siswa SMK lebih cendrung bekerja
siswa rendah
daripada belajar teori
d) Siswa tidak (Menurut Davin: 2018/jurnal)Yang menyebabkan motivasi belajar siswa rendah
konsentrasi
adalah:
dalam belajar
a. Guru tidak memberikan motivasi kepada siswa
b. Siswa tidak menyukai cara guru mengajar
c. Siswa Tidak Menyukai Mata Pelajaran Tertentu
d. Lemahnya Motivasi Dalam Diri Siswa Sendiri
e. Siswa bermasalah
f. Kurangnya perhatian orang tua di rumah
g. Pergaulan yang buruk
h. Faktor kemajuan Teknologi
https://kumparan.com/berita-terkini/6-penyebab-motivasi-belajar-rendah-yang-perlu-
dipahami-siswa-1yonEFcTMXB
Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
Karena minat yg memilih jurusan ini sedikit, akhirnya yg masuk adalah mereka
yg tidak diterimadijurusan lain. Semangat belajar jadi kurang karena memilih
jurusan karena terpaksa, bukan pilihan yang mereka mau.
2) Rekan sejawat
Dari ke empat pernyataan di atas tidak semuanya benar,karna pada dasarnya
siswa yang sudah di terima di SMK setelah di beri pemahaman dan
penjelasan tentang jurusan bangunan TKP mereka juga bisa paham dan juga
ketika pelajaran praktek mereka asik bahkan tidak bisa di stop ketika waktu
pelajaran habis
3) Wakil Kepala sekolah
Kembali kepada jawaban pada point 1 bahwa minat belajar siswa dipengaruhi
banyak hal.
Berkenaan dengan jawaban tentang minat baca rendah, dari data yang bisa
kita dapatkan dari berbagai sumber bahwa minat baca / literasi siswa secara
umum memang rendah kalau dibandingkan dengan daerah / negara lain.
Jadi secara umum disekolah sudah memprogramkan kegiatan gemar
membaca / literasi dengan membuat pondok atau pojok baca.
Tingkat konsentrasi rendah lebih disebabkan karena faktor internal dn
eksternal.
Faktor internal berarti dari diri siswa sendiri, sementara faktor eksternal
adalah suasana yang dialami oleh siswa selama pembelajaran, baik dari
faktor pemilihan model, metode dan teknik yang dilaksanakan oleh tenaga
pendidik. Kemudian juga dalam mata pelajaran praktik lebih kepada
kesempatan siswa untuk melaksanakan praktik sesuai dengan sarana yang
dibutuhkan. Termasuk rasa keingintahuan siswa rendah, siswa tidak
konsentrasi dalam belajar
4) Ketua Jurusan
Tidak hanya pada siswa SMK Bangunan saja, umumnya kalau minat baca
SMK memang sangat rendah. Karena umumnya siswa yang masuk SMK
adalah siswa yang hobi bekerja. Kalau mereka hobi membaca, pada
umumnya masuk SMA.
Khusus untuk siswa SMK Bangunan, konsentrasi rendah, keingintahuan
kurang, itu disebabkan karena yang masuk jurusan bangunan adalah siswa
yang tidak lolos di jurusan favorit mereka. Karena memang bukan jurusan
yang mereka minati, atau yang mereka hobi, sehingga pada mata pelajaran
kejuruan, keingintahuan untuk belajar TKP boleh dikatakan sangat rendah.
Kalau mereka tahu tentang jurusan TKP, dan mereka sangat menyukai,
mustahil konsentrasi belajar mereka rendah.
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
- Minat baca rendah, tak dapat dipungkiri minat baca hampir semua orang
sekarang sangat menurun, disebabkan oleh orang-ornag sudah terbiasa
dengan visual, melihat gambar maupun video
- Konsentrasi rendah biasanya disebabkan oleh beberpa faktor, lingkungan
belajar yang kurang nyaman (panas, sempit atau jam pelajaran di mulai pada
siang hari)
- Rasa ingin tau siswa rendah bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
contohnya adalah, siswa tidak tau memfaat atau bagaimana
mengimplementasikan apa yang telah ata akan mereka pelajari
- Siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar, bisa di sebabkan oleh gangguan
dari luar kelas, kebisingan atau ada aktifitas yang mengganggu di sekitar
ruang belajar.
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
- Minat baca rendah, karena kurangnya referensi dan siswa hanya
mengandalkan dari apa yang dijelaskan oleh guru.
- Tingkat konsentrasi siswa rendah, karena banyak kegiatan pembelajaran
praktek yang dianggap hanya menggunakan fisik saja oleh siswa.
- Rasa keingintahuan siswa rendah, karena siswa banyak belum termotivasi
oleh kemajuan teknologi sehingga masih banyak mengandalkan sesuai
kebiasaan atau hal- hal secara konvensional.
- Siswa tidak konsentrasi dalam belajar, karena terkait juga dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai atau maksimal
7) Pakar Ketua MGMP TKP
Kemampuan dan budaya literasi yang masih lemah
Mudah teralihkan dengan hal lain
seperti game dan sosial media
Motivasi di bidang teknik yang kurang
kuat
4. Daya serap 1Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya serap peserta didik dapat 4.1 Daya serap siswa rendah
siswa untuk digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
disebabkan oleh faktor genetik
pembelajaran adalah faktor yang timbul dari individu peserta didik, sedangkan faktor ekstern
hitungan adalah faktor yang timbul dari luar individu.faktor intern antara lain faktor jasmani yang menyebabkan siswa punya
rendah dan faktor psikologis.faktor psikologis meliputi:
kemampuan otak yang rendah
a. kecerdasan dan bakat
b. kepribadian seperti sikap dan kebiasaan 4.2 Dibutuhkan metode mengajar
Sedangkan faktor ekstern antara lain faktor keluarga antara lain meliputi a. cara
yang lebih bisa menjangkau
orang tua mendidik
b. Relasi anggota keluarga seluruh siswa dengan
c. suasana rumah
keterbatasan mereka masing-
d. keadaan ekonomi
sedangkan faktor sekolah meliputi: masing
a. Metode mengajar
4.3 Siswa lebih cendrung belajar
b. Metode belajar
c. Relasi peserta didik praktek daripada belajar teori.
d. Sarana prasarana
e. Rasa aman dalam belajar
f. Situasi lingkungan belajar
Sedangkan faktor masyarakat.meliputi
a. Kegiatan peserta didik dalam masyarakat
b. Teman bergaul
http://digilib.uinsby.ac.id/2687/8/Bab%202.pdf

Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
seiring dengan jawaban di atas, mereka yg diterima tidak diseleksi dari nilai
matematika yg memenuhi, tapi siapa sj bs masuk yg penting ada siswa untuk
jurusan TKP
2) Rekan sejawat
tidak semuanya betul,tapi secara umum demikian itu di karnakan ketika
mendaftar siswa yang lulus adalah setelah selesai seleksi tahap 1.karna
pada tahap satu biasanya anak SMP memilih jurusan yang faforit.
3) Wakil Kepala sekolah
Tidak selalu dan tidak untuk setiap siswa, masih ada siswa yang mempunyai
kemampuan numerasi yang baik, karena dalam pelajaran di SMK, dalam hal ini
Bangunan / TKP, dalam merancang memerlukan kemampuan numerasi yang
harus baik.

4) Ketua Jurusan
Ini hampir sama jawabannya dengan pertanyaan diatas. Siswa yang masuk
SMK pada umumnya adalah siswa yang memang pekerja, mereka ingin setelah
tamat SMK ini akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
mereka. Umumnya siswa SMK gak lemah di bidang perhitungan (matematika)
Salah satu usaha pemerintah sekarang ini adalah dengan menciptakan
kurikulum merdeka sehingga apapun pelajarannya selalu dikaitkan dengan
jurusan mereka. Mata pelajaran matematika siswa Bangunan tidak sama
dengan matematika siswa Otomotif. Kalau dibangunan siswa belajar
matematika tentang gaya, beban, kalau siswa otomotif akan mempelajari
tentang kecepatan kendaraan, cara menghitung cc kendaraan. Dengan
demikian, siswa akan tertantang. Karena perhitungan itu ada kaitannya dengan
jurusan yang mereka geluti.
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
Yang menjadi penyebab daya serap siswa SMK Bangunan untuk mapel yang
menyangkut perhitungan rendah salah satunya dalah, pengetahuan siswa
terhadap SMK salah. Bagaimana belajar di SMK, siswa cenderung berfikir di
SMK hanya akan ada praktek tanpa ada pelajaran teori.

6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)

Hal ini disebabkan karena siswa banyak melaksanakan kegiatan pembelajaran


praktek sehingga menganggap hanya butuh fisik saja tanpa ada pemikiran
dalam perhitungan dalampembelajaran teori

7) Pakar (Ketua MGMP TKP SUMBAR)

Belum terlatih untuk berhitung dan menyelesaikan permasalahan yang terkait


numerik Kurangnya latihan untuk berhitung

B Dari sisi guru


5. Kurangnya UU sisdiknas pasal 35 bahwa: "... standar sarana dan prasarana pendidikan 5.1 sarana dan prasana menjadi faktor
sarana dan
mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, perpustakaan, utama penentu tingkat
prasaran
pembelajaran laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat rekreasi dan berkreasi, dan keberhasilan belajar siswa
sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, 5.2 Perpustakaan sekolah merupakan
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi...". salah satu sarana utama
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2254-Full_Text.pdf pendukung pembelajaran
Menurut Nana Syaodih (2009, h.49) “Fasilitas belajar merupakan semua yang 5.3 Sarpras yang tidak memadai
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak menyebabkan pembelajaran tidak
agar tercapai tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien” maksimal.
http://repository.unpas.ac.id/12496/5/BAB%20II.pdf

Menurut Mulyani (dalam Suharsimi, http://devamelodica.com/contohteori-


sarana-prasarana-belajar-untuk-skripsi-pendidikan) menyatakan :
Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja yang merupakan bagian
integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat menyimpan
koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematik dengan cara tertentu dan
digunakan siswa dan guru sebagai suatu sumber informasi dalam rangka
menunjang program belajar dan mengajar
http://repository.unpas.ac.id/12496/5/BAB%20II.pdf

Hasil wawancara
1) Kepala Sekolah
sarpras yg belum memadai membuat pembelajaran tidak berjalan maksimal.
Kadang siswa belajar teori di workshop atau mushala, sehingga tidak nyaman
bagi siswa dan guru. Bahan praktek ataupun peralatan yg kurang
mengharuskan siswa bekerja harus berkelompok. Kompetensi yang mereka
dapatkan akhirnya tidak maksimal
2) Rekan sejawat
saranan dan prasarana kalau di SMKN1 Guguk sarana prasarananya sangat
memadai untuk siswa
3) Wakil Kepala sekolah
Dalam menjalankan sekolah khusunya sekolah kejuruan memang sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana dalam mendukung
pembelajaran terutama mata pelajaran praktik.

Mengingat kepada keharusan siswa praktik menggunakan sarana dan


prasarana yang memadai maka tugas dan tanggung jawab pendidikan tidak
hanya pada sekolah sebagai dunia pendidikan. Tugas dan tanggung jawab juga
dibebankan kepada DU/DI, yang diwujudkan dalam pembelajaran di tempat
industri atau yang terjadwal adalah Praktik Kerja Industri (prakerin).

4) Ketua Jurusan
Tergantung pada sekolah masing-masing. Terkadang ada jurusan ini seolah di
anak tirikan. Mungkin pandangan para pejabat jurusan ini tidak menghasilkan
apa-apa, sehingga dana di drop untuk sementara ke jurusan yang favorit. Atau
karena peminat jurusan bangunan kurang, sehingga siswa tidak banyak,
gunakan sajalah peralatan seadanya. Padahal untuk mencerdaskan anak
bangsa seharusnya tidak pandang bulu. Mungkin bisa jadi dengan siswa yang
sedikit, akan menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas.
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
Penyebab kurangnya sarana dan prasarana belajar tidak teridentifikasi di
SMKN 1 Lintau buo, sarana dan prasarana pembelajaran untuk Jurusan
Bangunan (DPIB dan TKP) pada tahun 2022 cukup memadai. Hanya perlu
Maintenance pada beberapa Peralatan Praktek.
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
Hal ini disebabkan karena masalah kurangnya pendanaan dan pembagian
yang belum bisamaksimal sesuai kebutuhan
7) Pakar (Ketua MGMP TKP SUMBAR)
Sarana prasarana sebagai modal awal harus dilengkapi
Cepatnya perubahan di bidang IT dan Konstruksi sehingga semakin
membutuhkan peralatan yang terupdate

6. Kurang (Menurut Suratman:2020) iklim usaha saat ini seringkali tidak mendukung dan 6.1 keselarasan kurikulum dengan
singkronnya
kurang mampu menyerap lulusanyang disebabkan oleh: kebutuhan di DU/Di sangat
kurikulum
dengan a) Kelulusan Kompetensi hanya berdasarkan nilai yang dikeluarkan sekolah diperlukan
kebutuhan
b) Sarana dan prasarana kurang memadahi. 6.2 diperlukan adanya kerjasama yang
lapangan kerja
c) Kurang tersedianya Dunia Usaha/ Dunia Industri yang memenuhi syarat solid antara sekolah dengan DU/DI
sebagai tempat magang. 6.3 Pelaksanaan praktek lapangan
d) Kurangnya kerjasama yang harmonis antara SMK dengan Dunia Usaha/ harus mampu menjembatani
Dunia Industri. Artinya kerjasama yang sifatnya hanya administratif. singkronisasi antara kurikulum
e) Kurangnya apresiasi terhadap Dunia Usaha/ Dunia Industri. dengan kebutuhan DU/DI
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/meningkatkan-kompetensi-
lulusan-smkn-2-amuntai-melalui-sinkronisasi-kurikulum-dengan-dunia-usaha-
dunia-industri-du-di-yang-berkelanjutan/
keselarasan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) berkaitan dengan
kesesuaian antara kompetensi atau keterampilan yang dipelajari di SMK dengan
kebutuhan DU/DI. Makin erat keselarasan, lulusan SMK akan semakin mudah
memperoleh pekerjaan setelah lulus. keselarasan berarti memiliki hubungan atau
konektivitas. Meningkatkan keselarasan berarti mengembangkan dan memperkuat
konektivitas secara sistematik. Keselarasan yang perlu ditingkatkan pertama dan
utama yaitu penelitian dan pengembangan IPTEK, kemudian memasukkan hasil-
hasil IPTEK tersebut ke dalam pengajaran IPTEK, maka akan dihasilkan lulusan
dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri (http://www.itb.
ac.id/news/ 4425.xhtml).
https://repositori.kemdikbud.go.id/18045/1/Final_Cetak_04_Kesesuaian_Kurikulu
m_SMK.pdf

Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
Kurikulum dipakai secara global, sehingga tidak memperhatikan berbedaan
geografi sekolah.
2) Rekan sejawat
memang ada sebagian kecilnya kurangnya singkronisasi antara kurikulum
dengan dunia kerja namun itu bisa di tutupi dengan adanya praktek lapangan
sehingga siswa bisa mengerti dan mengetahui bagai mana sebetulnya tuntutan
dunia kerja/dunia industri
3) Wakil Kepala sekolah
Perkembangan teknologi yang cepat memang akan mempengaruhi kurikkulum
yang diterapkan disekolah, tetapi dalam merubah kurikulum tidak semudah
membalik telapak tangan.

Maka kurikulum dibuat secara berjangka atau bertahap, karena banyak


melibatkan sumber daya manusia dan kemampuan pendukungnya.

Sebagaimana jawaban soal no. 5 kekurangan tersebut diantisipasi dengan


kerja sama antar pihak sekolah dengan DU/DI.

4) Ketua Jurusan
Disinilah peran aktif ketua jurusan atau kepala Program studi. Kaprog itu harus
selalu mamantau, apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja saat ini. Pemerintah
sudah memfasilitasi, bahwa kurikulum boleh ditambah. Yang tidak boleh itu
dikurangi. Nanti hasil pembicaraan atau hasil diskusi kaprog dengan dunia
kerja, ditambahkan pada kurikulum. Maka dibuatlah anggaran untuk melatih
guru-guru magang sehingga sekolah bisa menciptakan tamatan yang memang
dibutuhkan oleh dunia kerja.

5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)


Singkronisasi kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja masih kurang
disebabkan konsentrasi pada jurusan kurang jelas, saat membaca Kompetensi
acuan belajar pada KI-KD yang harus di pelajari oleh siswa terlalu banyak,
sehingga untuk memahami semua bagian matapelajaran jurusan siswa tidak
mampu memahaminya dalam waktu 3 tahun masa studi.
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
Disebabkan karena seringnya terjadi perubahan peraturan dari pusat mengenai
kurikulum tanpa diikuti dengan mengevaluasi kebutuhan kerja dan kurang
melibatkan pihak dunia kerja dalam penyusunan kurikulum
7) Pakar (Ketua MGMP TKP SUMBAR)
Menjalin kerjasama yang berkelanjutan dengan dunia usaha, dunia industeri dan
stakeholder di bidang konstruksi

7. Guru kesulitan 7.1 guru bisa menggunakan banyak


memilih jenis
Metode pembelajaran memiliki banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran dalam satu
metode
pembelajaran metode mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak hanya proses pembelajaran
karena siswa
menggunakan satu metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa 7.2 pemilihan metode pengajaran
di dalam satu
kelas sangat metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar harus bisa menjangkau semua jeis
komplek dari
mengajar. Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap siswa
segi gaya
belajar, daya pelajaran yang diberikan. Sehingga dalam dunia pendidikan dikenal berbagai
serap, minat,
metode pembelajaran untuk memenuhi tuntutan perbedaan tersebut (Shaffat,
dan tingkat
penerimaan 2009:41).
terhadap
https://eprints.umm.ac.id/37243/3/jiptummpp-gdl-dendycahyo-51161-3-
materi ajar
babii.pdf

Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
Latar belakang siswa yg berbeda, diajarkan dg metode yg sama, akan
membuat tidak semua siswa bs menerima dan menguasai materi yg
disampaikan guru
2) Rekan sejawat
sebetulnya dari pernyataan di atas tidakla betul,itu tergantung dengan
kwalitas gurunya sendiri kalau guru tersebut mau belajar dan mengikuti
perkembangan harus bisa menjawab tantangan tersebut dan harus bisa
membuat siswa bisa menerima pembelajaran dengan semenarik mungkin
3) Wakil Kepala sekolah
Secara teori pemilihan model, metode dan teknik dalam PBM sudah
dijelaskan dan dipahami dengan baik oleh tenaga pendidik.

Berkemungkinan kesulitan hanya untuk beberapa pokok bahasan dalam mata


pelajaran tersebut, disebabkan keterbatasan sarana pendukung dalam
pemilihan model, metode dan teknik pembelajaran tersebut.

4) Ketua Jurusan
Seyogyanya untuk mapel kejuruan ini, memang mengajarnya harus rombel
artinya untuk siswa 36 orang dalam satu kelas, minimal pengajarnya harus 4
orang guru. Jadi satu guru bisa membimbing 9 atau 10 orang siswa. Jadi
dalam mengatasi tingkat keterserapan siswa akan lebih mudah dipantau.
Untuk praktik kembali lagi kepada sarana dan prasarana sekolah
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
ya, guru kesulitan untuk memilih metode pembelajaran, faktor utamanya
adalah minat belajar siswa. Sehingga terkadang metode pembelajaran yang
dipilih bisa bervariasi selama pelajaran
berlangsung
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
Disebabkan guru masih kurang pengalaman dan ragam media yang
digunakan dalam pemberian materi ajar
7) Pakar (Ketua MGMP TKP Propinsi SUMBAR)
tidak juga sulit, karna pembelajaran praktek lebih mudah untuk dipahami dengan
bekerja secara langsung
8. Guru kesulitan Di era perkembangan teknologi seperti sekarang ini perubahan dalam pola 8.1 guru perlu melakukan
menguasai pembelajaran sangat dibutuhkan agar terjadi pembaharuan dalam sistem
peningkatan kompetensi secara
keterampilan pembelajaran dari yang bersifat konvensional menuju era digital. Dalam upaya
yang up to date peningkatan mutu pendidikan, guru menjadi komponen utama yang sangat otodidak
karena tidak menentukan karena kualitas pendidikan salah satunya sangat bergantung pada
8.2 kualitas pendidikan sangat
adanya kompetensi guru sebagai pelaku pendidikan. Hal ini berarti bahwa keberadaan
pelatihan guru yang profesional dan berkompeten merupakan suatu keharusan untuk dipengaruhi dengan adanya guru
ataupun training mencapai tujuan pendidikan di era revolusi industri 4.0 (Asmarani 2014:503).
yang profesional
peningkatan Menurut Asmarani (2014) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
kompetensi meningkatkan kompetensi profesional seorang guru yakni membaca buku-buku 8.3 guru harus mempunyai
guru pendidikan, membaca dan menulis karya ilmiah mengikuti berita aktual dari
pendidikan yang linier dengan
media pemberitaan, mengikuti pelatihan-pelatihan, mengikuti KKG melakukan
penelitian tindakan kelas dan berpartisipasi aktif dalam organisasi profesional. materi ajarnya.

Menurut Mashoedah, SPd.,MT Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,


kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Disebutkan pula
bahwa “Kompetensi sebagaimana dimaksud adalah merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,
dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”,
yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
https://www.researchgate.net/publication/338145236_Kajian_Penggunaan_Me
dia_Pembelajaran_dalam_Pelatihan_Peningkatan_Kompetensi_Profesional_G
uru

Hasil Wawancara
1) Kepala Sekolah
Ilmu tentang bangunan slalu berkembang setiap saat, perhitungan manual
sekarangbisa dilakukan dengan aplikasi. Sedangkan guru tidak semua punya
kesempatan untuk memperbarui ilmu. Akhirnya siswa mendapat ilmu yg tidak
sesuai dengan yg dibutuhkan dunia kerja.
2) Rekan sejawat
di situlah di tuntut keprofesionalan seorang guru, dan harus selalu abdet
dengan perkembangan baik melalui pelatihan ataupun studi lapangan yang
penting guru harus paham
3) Wakil Kepala sekolah
Sekolah dalam hal ini SMK Negeri 1 Guguk, selalu memberikan dukungan
kepada pendidik untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan terhadap
guru, yang tercantum dalam program sekolah
4) Ketua Jurusan
Tugas Kepala Program Studi untuk mengusulkan agar guru-gurunya di
magangkan, sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Katau hanya
mengandalkan ilmu saat kuliah, sudah dipastikan siswa tamatan sekolah
tersebut tidak akan di pakai pada dunia kerja, karena kurikulum yang di pakai
tidak up to date. Bisa jadi kebutuhan untuk dunia kerja setiap tahunnya akan
berbeda-beda. Itulah peran aktif seorang kepala program studi.
5) Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)
ya, Guru kesulitan menguasai keterampilan yang up to date karena tidak
adanya pelatihan ataupun training peningkatan kompetensi guru
6) Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
Hal ini disebabkan kurangnya pendanaan dan kesempatan bagi guru dalam
mengikuti pelatihan atau training peningkatan kompetensi guru.
7) Pakar (Ketua MGMP TKP SUMBAR)
Tidak harus menunggu pelatihan atau training, bisa saja belajar secara otodidak
atau daring
Dari segi orang
C
Tua
9. Sangat Studi literatur: 9.1 peran orang tua di rumah dalam
kurangnya 1. Hornby (2000: 16-17) menemukan keinginan orang tua dan guru adalah:
pendidikan anak sangat di
keterlibatan (1) terbuka kepada guru;
orang tua dalam (2) bekerja sama dalam kedisiplinan anak; perlukan
mengikuti (3) membantu/memantau pekerjaan tumah anak;
9.2 terbatasnya pengetahuan orang
perkembangan (4) mengajarkan kepada anak apa yang mereka harapkan;
siswa dalam (5) menghadiri pertemuan guru dan orang tua; dan tua terhadap hubungan jurusan di
pembelajaran (6) menjadi relawan di sekolah.
smk dengan peluang kerja setelah
2. Grolnick, Friendly & Bellas (Wentzel & Wigfield, 2009: 282) menyatakan tamat.
terdapat tiga
9.3 terjalinnya komunikasi yang baik
tipe keterlibatan orang tua yaitu:
(1) keterlibatan perilaku; ( antara orang tua dan sekolah juga
2) keterlibatan intelektual; dan menjadi faktor utama keberhasilan
(3) keterlibatan personal
siswa dalam belajar.
3. Steinberg (1996: 106-108) menyatakan bahwa kondisi keluarga yang dapat
berpengaruh pada prestasi yaitu:
1) Acceptance adalah perasaan dicintai, dihargai, dan didukung oleh orang
tua.
2) Firmness (keteguhan) adalah tingkat konsistensi orang tua pada batas-batas
perilaku anak.
3) Autonomy yang berarti menunjukkan seberapa besar toleransi orang tua dan
mendorong kemandirian anak
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/1845/1523
4. Mengacu pada literatur poin 1.d.1 di atas

Hasil Wawancara
a. Kepala Sekolah
Hal ini sangat berpengaruh terhadap PBM, guru tidak dapat membimbing
siswa, khususnya yg bermasalah, karena sulitnya komunikasi, jarak rumah yg
jauh dari sekolah, apalagi ada orang tua yg tidak peduli, atau membela
perilaku siswa yg salah. Keberhasilan siswa, sangat tergantung dg kerjasama
yg baik antara sekolah dan guru. Sehingga setiap permasalah cepat bs
teratasi
b. Rekan sejawat
memang kalau di biarkan saja orang tua tidak akan tau bagai mana cara belajar
anaknya di sekolah, namun di sini peran aktif wali kelas harus tinggi dan harus
selalu memantau perkembangan anakanya.kalau ada anaknya yang sudah
mulai nampak gejala yang kurang baik wali kelas harus memberi tau
orangtunya .dan juga wali kelas dengan orang tua siswa harus terjalin
hubungan yang baik supaya anak bisa terkontrol.
c. Wakil Kepala sekolah
Sebagian besar hal ini memang benar walau tidak juga bisa berlaku umum.
Hanya saja sekolah dengan semua stake holder selalu berupaya untuk
mengatasi persoalan ini. Salah satunya dengan pembentukan tim penegakan
disiplin sekolah,serta dengan adanya SOP jelas dalam menangani siswa yang
bermasalah
d. Ketua Jurusan
Apabila kepala sekolah selalu mengikuti perkembangan teknologi, tidak akan
terjadi hal-hal yang demikian. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini,
absensi sudah bisa di onlinekan, pembayaran SPP sudah bisa di onllinekan.
Apa kegiatan siswa disekolah bisa onlline sehingga, orang tua atau wali akan
bisa memantau siswanya dalam smartphone mereka. Apakah siswanya masuk,
atau tidak, apakah anaknya ada catatan. Disamping itu walas harus selalu juga
komunikasi dengan orang tua atau wali apabila anak sekali membuat
pelanggaran. Jangan sampai ditunggu berlarut-larut. Kalau semua berjalan
sebagaimana mestinya, kesulitan diatas akan bisa diatasi.

e. Pengawas sekolah (Kasi PSMK Cabdin Wilayah 4 DISPRO SUMBAR)


sulitnya berkomunikasi dengan wali siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, terkhusus pada instansi tempat saya mengajar yaitu SMKN 1 Lintau Buo,
wali siswa atau orang tua siswa masih banyak yang memiliki latar belakang
pendidikan yang rendah, sehingga orang tua pun kurang peduli terhadap
perkembangan siswa dalam pembelajaran. Di pikiran orang tua yang penting
anaknya sekolah, tanpa peduli terhadap pemahaman dan prestasi siswa di
sekolah.
sehingga komunikasi guru dengan orangtua/wali murid harus di tingkatkan,
untuk mengatasi hal itu SMKN 1 Lintau buo mengupayakan untuk menjaga
silaturahmi dengan orang tua, sengan cara mengadakan pertemuan orang tua
sekurang kurangnya 4 kali dalam satu tahun pelajaran.
f. Pakar (Dosen ketua bidang transportasi, Jurusan Teknik Sipil FT UNP)
- Sulitnya komunikasi dengan wali siswa, karena wali siswa sibuk bekerja
sehingga merasa tidak punya waktu, dalam hal ini pihak sekolah harus lebih
sering mengawali komunikasi dengan wali siswa agar terjalin komunikasi yang
baik dan lancar.
- Keterbatasan ekonomi orang tua, karena banyaknya kebutuhan hidup yang
harus dipenuhi sehingga orang tua hanya berpikir bagaimana mencari uang
untuk pemenuhan kebutuhan hidup tersebut termasuk untuk biaya sekolah
anak, tanpa tahu perkembangan anak dalam pembelajaran
- Tingkat kepedulian orang tua, karena kurangnya komunikasi siswa dengan
orang tua dan kemungkinan juga tingkat pendidikan orang tua yang rendah.
7) Pakar (Ketua MGMP TKP SUMBAR)
Komunikasi dalam rangka pemantauan perkembangan belajar siswa sangat
pentingAda fasilitas pendidikan yang disediakan secara gratis di labor
komputer

Anda mungkin juga menyukai