Dina Ilhana Pend. Antikorupsi BAB IV
Dina Ilhana Pend. Antikorupsi BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
DAN DAMPAK KORUPSI
Korupsi terjadi karena berbagai sebab atau faktor. Faktorfaktor itu diantaranya politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam korupsi yang bersifat sistemik, faktor-faktor tersebut
terjalin berkelindan menentukan terjadinya korupsi. Dampak negatif korupsi tidak hanya
merugikan keuangan dan perekonomian negara, tetapi juga menyengsarakan rakyat dan
merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Dampak Korupsi
Korupsi memiliki dampak hebat, utamanya terhadap ekonomi. Sebagaimana
dituturkan Mashal (2011), bahwa korupsi menyebabkan 6 (enam) hal berikut. Pertama,
investasi menjadi rendah, termasuk investasi langsung dari luar negeri. Kedua, mengurangi
pertumbuhan ekonomi. Ketiga, mengubah komposisi belanja pemerintah dari aktivitas sangat
produktif menjadi aktivitas kurang produktif. Keempat, ketidaksamaan dan kemiskinan
menjadi lebih besar. Kelima, mengurangi efisiensi bantuan. Keenam, menyebabkan negara
mengalami krisis.
Korupsi memiliki daya rusak yang cukup tinggi. Korupsi itu merusak, alasannya
sederhana, yakni karena keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan pribadi tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya bagi publik (Pope, 2007:
9). Dieter Frisch, mantan Direktur Jenderal Pembangunan KomisiEropa, menyatakan bahwa
korupsi memperbesar pengeluaran untuk barang dan jasa, memperbesar utang negara,
menurunkan standar, dan menyebabkan proyek-proyek dipilih berdasarkan modal.
Korupsi bersifat multidimensional. Korupsi disebabkan oleh banyak faktor, baik
politik, hukum, ekonomi, organisasi, maupun budaya. Faktor ekonomi, seperti gaji rendah,
kerugian yang diderita, kemiskinan, dan yang lain sering dianggap sebagai faktor dominan.
Padahal, faktor politik, utamanya perselingkuhan antara elit politik dan pengusaha,
merupakan faktor kunci yang menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi menimbulkan
pemahaman berbeda di kalangan pelaku (prokorupsi) dan pihak penentang korupsi. Pihak
prokorupsi, yaitu para koruptor yang menikmati hasil korupsi pasti akan menyatakan korupsi
positif bagi upaya pembangunan, karena dengan pembangunan, para koruptor dapat
memanipulasinya untuk kepentingan mereka. Sebaliknya, bagi masyarakat yang merugi
karena tindakan koruptor jelas memandang korupsi bersifat negatif dan merupakan penyakit
yang harus diberantas. Dampak korupsi mengenai siapa saja, tidak hanya orang dewasa, tua
renta, tetapi juga anak-anak. Anak-anak dirugikan karena mereka tidak bisa sekolah dan
menikmati layanan kesehatan secara baik. Tidak tersedianya atau buruknya infrastruktur
publik, baik jalan raya, taman kota, bendungan, transportasi, dan lainnya, menyebabkan
banyak orang hidup dalam kemiskinan, bahkan banyak di antaranya yang mengalami
kemiskinan akut.