Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
DAN DAMPAK KORUPSI
Korupsi terjadi karena berbagai sebab atau faktor. Faktorfaktor itu diantaranya politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam korupsi yang bersifat sistemik, faktor-faktor tersebut
terjalin berkelindan menentukan terjadinya korupsi. Dampak negatif korupsi tidak hanya
merugikan keuangan dan perekonomian negara, tetapi juga menyengsarakan rakyat dan
merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

A. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi


empat faktor penyebab korupsi, yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi
dan birokrasi, dan faktor transnasional.
Politik uang merupakan tingkah laku negatif karena uang digunakan untuk membeli
suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politik supaya memenangkan
si pemberi uang. korupsi politik terjadi, misalnya money politic dalam pemilihan anggota
legislatif dan pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembiayaan kampanye, penyelesaian
konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang.
Faktor hukum menjadi penyebab korupsi, dikarenakan banyak produk hukum yang
tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan aturan hukum dibuat
untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu meskipun orang awam tidak bisa melihatnya.
Selaras dengan hal ini, Susila (dalam Hamzah, 2004), menyatakan bahwa tindakan korupsi
mudah timbul, karena ada kelemahan dalam perundang undangan yang mencakupi:
1. adanya peraturan perundang undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak tertentu,
2. kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai,
3. peraturan kurang disosialisasikan,
4. sanksi terlalu ringan,
5. penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu, dan
6. lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang undangan.
Faktor ekonomi menjadi penyebab korupsi, terutama di negara-negara yang sistem
ekonominya sangat monopolistik. berkaitan dengan faktor birokrasi, di mana dalam suasana
demikian kebijakan ekonomi pemerintah diimplementasikan, dikembangkan, dan dimonitor
dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparans dan tidak akuntabel.
Korupsi mudah terjadi, karena perusahaanperusahaan asing (transnasional) dapat
beroperasi di suatu negara tanpa harus masuk ke lini birokrasi pusat. Mereka bisa masuk ke
lini birokrasi pemerintah daerah dengan cara memberi uang pelicin agar dapat berinvestasi di
daerah. Korupsi berlangsung bagai simbiosis mutualisme, di mana pengusaha asing memiliki
uang yang dapat digunakan untuk menyogok pejabat agar memperoleh izin untuk melakukan
usaha di daerah, sedangkan elit daerah mempunyai otoritas untuk memutuskan.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi, yaitu:
kurangnya keteladanan dari pemimpin,
2. tidak adanya kultur organisasi yang benar,
3. sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,
4. manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.

Mengutip pandangan Mauro, Mashal (2011) menyebutkan enam hal yang


menyebabkan korupsi bisa berlangsung.
A. Motivasi untuk mencari penghasilan dengan cara yang ekstrim, berhubungan dengan
kondisi kemiskinan, upah yang rendah, dan resiko tinggi dari pekerjaan (karena penyakit,
kecelakaan, dan pengangguran).
B. Kesempatan untuk terlibat dalam korupsi, karena disebabkan oleh banyak regulasi yang
mendorong kesempatan tinggi untuk melakukan korupsi.
C. Sistem legislatif dan peradilan yang lemah.
D. Penduduk sedikit dengan jumlah sumber daya alam yang melimpah.
E. Hukum dan prinsip-prinsip etik yang lemah. Instabilitas politik dan lemahnya kemauan
politik.

B. Dampak Korupsi
Korupsi memiliki dampak hebat, utamanya terhadap ekonomi. Sebagaimana
dituturkan Mashal (2011), bahwa korupsi menyebabkan 6 (enam) hal berikut. Pertama,
investasi menjadi rendah, termasuk investasi langsung dari luar negeri. Kedua, mengurangi
pertumbuhan ekonomi. Ketiga, mengubah komposisi belanja pemerintah dari aktivitas sangat
produktif menjadi aktivitas kurang produktif. Keempat, ketidaksamaan dan kemiskinan
menjadi lebih besar. Kelima, mengurangi efisiensi bantuan. Keenam, menyebabkan negara
mengalami krisis.
Korupsi memiliki daya rusak yang cukup tinggi. Korupsi itu merusak, alasannya
sederhana, yakni karena keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan pribadi tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya bagi publik (Pope, 2007:
9). Dieter Frisch, mantan Direktur Jenderal Pembangunan KomisiEropa, menyatakan bahwa
korupsi memperbesar pengeluaran untuk barang dan jasa, memperbesar utang negara,
menurunkan standar, dan menyebabkan proyek-proyek dipilih berdasarkan modal.
Korupsi bersifat multidimensional. Korupsi disebabkan oleh banyak faktor, baik
politik, hukum, ekonomi, organisasi, maupun budaya. Faktor ekonomi, seperti gaji rendah,
kerugian yang diderita, kemiskinan, dan yang lain sering dianggap sebagai faktor dominan.
Padahal, faktor politik, utamanya perselingkuhan antara elit politik dan pengusaha,
merupakan faktor kunci yang menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi menimbulkan
pemahaman berbeda di kalangan pelaku (prokorupsi) dan pihak penentang korupsi. Pihak
prokorupsi, yaitu para koruptor yang menikmati hasil korupsi pasti akan menyatakan korupsi
positif bagi upaya pembangunan, karena dengan pembangunan, para koruptor dapat
memanipulasinya untuk kepentingan mereka. Sebaliknya, bagi masyarakat yang merugi
karena tindakan koruptor jelas memandang korupsi bersifat negatif dan merupakan penyakit
yang harus diberantas. Dampak korupsi mengenai siapa saja, tidak hanya orang dewasa, tua
renta, tetapi juga anak-anak. Anak-anak dirugikan karena mereka tidak bisa sekolah dan
menikmati layanan kesehatan secara baik. Tidak tersedianya atau buruknya infrastruktur
publik, baik jalan raya, taman kota, bendungan, transportasi, dan lainnya, menyebabkan
banyak orang hidup dalam kemiskinan, bahkan banyak di antaranya yang mengalami
kemiskinan akut.

Anda mungkin juga menyukai