Anda di halaman 1dari 43

A.

Judul Penelitian

Kolaborasi antara guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK) dalam membentuk karakter peserta didik di SMK Islam

Rejeni Krembung Sidoarjo.

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Peran guru adalah sikap yang harus dimiliki oleh guru, meliputi

penguasaan materi dan penyampaian materi pembelajaran, bersikap

sebagai layaknya sahabat yang senantiasa memberikan nasehat, sebagai

pemberi motivasi serta sebagai pembimbing dalam pengembangan

sikap/tingkah laku dan nilai moral peserta didik. Sebagai pembimbing

peran dari seorang pendidik sangat diperlukan dalam membantu peserta

didik mengatasi permasalahannya. Dalam bimbingan yang ada di sekolah,

semua pihak berperan penting dalam menangani permasalahan tersebut

begitu pula dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan

Konseling.

Dalam dunia pendidikan, karakter menjadi masalah yang

mendapatkan perhatian yang lebih dan banyak disorot. Hal itu dikarenakan

karakter adalah cerminan manusia. Apabila karakternya baik, tentu saja

akan melahirkan perbuatan manusia yang baik, baik terhadap Allah SWT,

diri sendiri, ataupun terhadap makhluk lainnya sesuai dengan suruhan dan

larangan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dalam Islam pun, masalah karakter

1
2

juga mendapat perhatian yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari salah

satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembentukan karakter

dapat pula di lihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang

harus di dahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik

inilah yang akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik. Akan tetapi,

meskipun pembinaan karakter harus menjadi prioritas utama baik dalam

pendidikan maupun agama, perlu disadari bahwa pembinaan karakter

bukanlah pekerjaan yang ringan. Allah berfirman dalam Q.S.Al-

Luqman :13 - 17

Terjemahannya :

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu

ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar".


3

Terjemahannya :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan

lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya

kepada-Kulah kembalimu”.

Terjemahannya :

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan

baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya

kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan”.
4

Terjemahannya :

“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

Terjemahannya :

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah)”.1

Kolaborasi guru terkait (guru PAI dan guru BK) memang

diperlukan di sekolah, mengingat lingkup atau sasaran masing-masing

1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Fajar Mulya, 2015),
hlm. 412
5

guru berbeda. Sasaran guru PAI dalam mengimplementasikan Spiritual

Pendidikan Agama Islam yaitu, (1) akademik, (2) lingkungan, (3)

pelatihan ibadah dan muamalat, (4) pesantren kilat, (5) syarat kecakapan

umum, dan (6) program khusus non-akademik2.

Sasaran pelayanan bimbingan (guru BK) adalah pengintegrasian

semua pengalaman hidup, perilaku dari subyek atau peserta didik yang

dilayani, termasuk pengalaman selama bersekolah. Dengan kata lain,

lingkup gerak bimbingan terbatas saja pada pembinaan, pendampingan

peserta didik dan mahasiswa secara langsung dengan memberikan

berbagai layanan bimbingan (guidance services) kepada mereka.

Mengingat bahwa bidang bimbingan sebagai pada bidang pembinaan dan

secara khusus memperhatikan keseluruhan perkembangan dalam segala

aspeknya, maka bidang bimbingan (guru BK) dapat bekerjasama atau

berkalaborasi dengan guru PAI yang membidangi pendidikan agama,

perilaku atau karakternya3.

Kolaborasi merupakan bentuk kerjasama, interaksi, kompromi

beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak

yang terlibat langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan

manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang

sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan

2
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.293

3
W.S.Winkel dan M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta : Media Abadi, 2010), h. 83.
6

manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. Kolaborasi

juga merupakan suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat

aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.

Di Sekolah Menengah Kejuruan Islam Rejeni ini merupakan salah

satu sekolah yang berbasis keagamaan atau Islam, yang mana hal-hal yang

menyangkut bersifat keagamaan dan karakter atau kepribadian lebih

ditonjolkan. Dan SMK Islam Rejeni ini adalah salah satu sekolah yang

melakukan kolaborasi dalam membentuk karakter atau kepribadian yang

disiplin, beradap, sopan santun, beragama, berani, tangguh dan

bertanggung jawab terhadap peserta didiknya. Salah satu bukti adanya

kolaborasi antara guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan

Konseling dalam membentuk karakter peserta didik yang disiplin, beradab,

sopan santun, beragama, berani, tangguh dan bertanggung jawab adalah

terletak dalam kerjasama dalam hal konsep pendampingan, bimbingan dan

proses pembelajaran keagamaan yang mana guru Pendidikan Agama Islam

sebagai menjelaskan, mengarahkan, tentang akhlak karakter atau pribadi

yang baik, beradap kepada peserta didik, sedangkan guru bimbingan

konseling yang mengontrol sikap, perilaku keseharian peserta didik diluar

kelas, dengan menegurnya, memberi sapa, nasehat dan mencontohkan

karakter atau pribadi yang baik pada peserta didik, kolaborasi dalam

membentuk kepribadian peserta didik ini merupakan salah satu wujud

perhatian seluruh pihak sekolah khususnya bimbingan konseling.


7

Kolaborasi antara kedua guru bukanlah tidak beralasan, akan tetapi

memang kedua guru ini mempunyai kaitan yang erat dengan

pembentukan kepribadian peserta didik. Ini dapat dilihat dari kompetensi

tugas kedua guru tersebut. Guru Pendidikan Agama Islam berupaya

menginternalisasikan nilai-nilai Islam (ruh islam, jiwa islam) melalui

proses pendidikan Islam ke dalam seluruh aspek proses pendidikan,

pembiasaan disekolah4 . Selain guru pendidikan Agama Islam, guru yang

lain merasa dirinya bertanggung jawab terhadap karakter peserta didiknya

adalah Guru bimbingan konseling yang bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang terjadi dengan peserta didik, hal ini dikarenakan salah satu

tugas dari guru bimbingan konseling yaitu, menyelenggarakan bimbingan

terhadap anak, baik yang bersifat preventif, preservatif, dan korektif dan

akuratif. Dan dalam kolaborsi ini, bisa dikatakan bahwa guru bimbingan

konseling memberikan bimbingan dan kepribadian pada karakter peserta

didik.

Idealnya kolaborasi tersebut berjalan dengan baik. Ada koordinasi

yang baik diantara guru-guru yang bersangkutan dalam membentuk

karakter peserta didik yang disiplin, beradap, sopan santun, beragama,

berani, tangguh dan bertanggung jawab dan guru saling bantu-membantu

dalam proses pembentukan atau perbaikkan agar karakter peserta didik

bisa berproses dengan hasil yang baik.

4
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.293
8

Berangkat dari latar belakang masalah inilah peneliti merasa

tertarik untuk melaksanakan penelitian yang terkait dengan “Kolaborasi

antara Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan Konseling

dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMK Islam Rejeni Krembung”

2. Fokus Kajian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan fokus kajian sebagai berikut:

a. Bagaimana Kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam (PAI)

dan guru bimbingan konseling (BK) di SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo?

b. Bagaimana membentuk karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo?

c. Bagaimana Kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam (PAI)

dan guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk karakter

peserta didik di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo?

3. Tujuan Kajian

Berdasarkan fokus kajian di atas, maka kajian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan:

a. Mengetahui Kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam (PAI)

dan guru bimbingan konseling (BK) di SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo.

b. Mengetahui membentuk karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo
9

c. Mengetahui Kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam (PAI)

dan guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk karakter

peserta didik di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

4. Manfaat Kajian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

a. Secara teoristis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap pengembangan pendidikan Islam.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pihak-pihak tertentu, antara lain :

1) Bagi kepala sekolah SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo,

sebagai bahan pertimbangan dalam mengatasi problema yang

timbul dalam praktek pembelajaran terutama masalah prestasi

belajar.

2) Bagi guru PAI dan BK di SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan

kompetensi mereka.

3) Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam melatih diri

dalam dunia penelitian.

4) Bagi IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, sebagai bahan

pertimbangan dan sumber informasi untuk penelitian sejenis.

5. Definisi operasional, Asumsi, Keterbatasan

a. Definisi operasional
10

1) Kolaborasi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru

Bimbingan Konseling (BK).

Guru Pendidikan Agama (PAI) merupakan pendidik secara

fungsional menunjuk kan kepada seseorang yang melakukan

kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan

pendidikan dan pengalaman yang berhubungan dengan

pendidikan agama islam.5

Guru Bimbingan Konseling (BK) merupakan pendidik

yang kegiatannya bersumber pada kehidupan manusia

kenyataannya menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupan

selalu menghadapi persoalan pesoalan yang yang silih berganti

persoalan yang satu dapat di atasi.persoalan yang lain muncul

demikian seterusnya.6

Yang dimaksud dengan kolaborasi Guru pendidikan

agama Islam dengan Guru bimbingan konseling dalam

penelitian ini adalah kolaborasi guru PAI dan guru BK di SMK

Islam Rejeni Krembung Sidoarjo untuk meningkatkan mutu

karakter peserta didik.

2) Karakter Peserta Didik

Pengertian karakter terkadang disalah artikan dengan

watak, kepribadian maupun sifat dari seseorang. Sebenarnya

5
.Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.132.
6
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (yogyakarta: CV Andi
Ofset, 2010), h.18.
11

definisi dari karakter sendiri adalah akumulasi dari watak,

kepribadian serta sifat yang dimiliki seseorang. Karakter dalam

diri seseorang sebenarnya terbentuk tidak langsung dari proses

pembelajaran yang dilaluinya. Karakter manusia bukan pula

berasal dari bawaan sejak lahir, namun lebih kepada bentukan

dari lingkungan hingga orang-orang yang ada disekitarnya.

Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan

keterampilan. karakter bukan sekedar penampilan lahiriyah,

melainkan pengungkapan secara implisit hal-hal yang

tersembunyi yang mencakup pengertian, kepedulian, dan

tindakan berdasarkan nilai-nilai etika, serta meliputi aspek

kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral.7

Yang dimaksud dengan karakter peserta didik dalam

penelitian ini adalah karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo, yang sebagai cerminan siswa beradap dan

bermoral baik.

b. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang

dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan

penelitian. Asumsi juga dapat diartikan anggapan pemikiran yang

dianggap benar untuk sementara sebelum ada kepastian. 8


Adapun

asumsi yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


7
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pndidikan Karakter di Sekolah,
(yogyakarta: Diva Press, 2013), h.27.
8
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Sidoarjo: STAI Al Khoziny, 2012) hlm. 15.
12

1) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK) untuk lebih meningkatkan karakter peserta

didik dalam proses belajar mengajar, perilaku, dan kegiatan

keagamaan bagi peningkatan mutu karakter di sekolah.

2) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK) menguasai problematika karakter peserta

didik yang ada, dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan karakter di sekolah.

3) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK), telah melaksanakan tugas dengan baik

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru.

c. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian adalah keterbatasan ruang

lingkup penelitian dan keberlakuan daya jangkau penelitian.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini hanya ingin mengetahui fungsi dan peran

guru pendidikan agama Islam (PAI) dan guru bimbingan

konseling (BK) di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo

2) Hasil penelitian hanya berlaku di lokasi penelitian (SMK Islam

Rejeni Krembung Sidoarjo) dan tidak dapat digenerelisasikan di

lokasi lain.
13

C. Kajian Pustaka

1. Deskripsi Teori

1)Tinjauan tentang Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan

Guru Bimbingan Konseling (BK)

Menurut Crow bimbingan adalah bantuan yang diberikan

oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki

kepribadian yang menandai dan tertib terlatih dengan baik.

Menurut Mortensen dan Schumuller bimbingan dapat

diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang

membantu penyeidikan kesempatan-kesempatan pribadi dan

layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat

mengembangkan kemampuan-kemampuan 9

Menurut Jones Konseling adalah kegiatan dimana semua

fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa di fokuskan pada

masalah tertentu untuk di atasi sendiri oleh yang bersangkutan,

dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan

masalah itu.10

Menurut Tolbert konseling adalah hubungan pribadi yang

dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana

konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan

khusus yang dimilikinya, menjadikan situasi belajar.11

9
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasr Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2015) h.94.
10
Ibid. 100
11
Ibid. 101
14

Menurut AL Ghozali dalam kitabnya ihya Ulumuddin

mengatakan bahwa seorang guru harus mengamalkan ilmunya.

Karena ilmu pembuatannya jangan membohongi perkataannya

dapat dilihat dari mata hatinya sedangkan perbuatan dapat dilihat

dengan mata kepala.12

Hal-hal yang perlu dikuasai guru, guru perlu memahami

dan menguasai banyak hal agar pelaksanaan pengajaran berhasil,

guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara terus

menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan

pelaksanaan pengajarannya. Guru harus menguasai bahan

pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya, menguasai strategi

pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan

kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri teladan bagi

siswanya dan memberikan hal-hal yang bermakna bagi

perkembangannya kelak. 13

Pendidikan Agama Islam yang dipelajari terbagi menjadi

dua kategori yaitu dipelajari di sekolah dan pendidikan agama

Islam yang dipelajari di madrasah. Pendidikan Agama Islam yang

dipelajari di sekolah dalam satu mata pelajaran terdiri dari

beberapa aspek yaitu:Al Qur’an dan hadist sebagai rujukan utama

pendidikan agama Islam, aqidah, syari’ah (ibadah dan muamalah),

akhlaq, dan tarikh atau sejarah Islam. Sementara PAI yang


12
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.132.
13
Ibid. 141
15

dipelajari di sekolah dari aspek-aspek materi yang ada di sekolah

tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri yaitu: mata pelajaran Al-

Qur’an-Hadist, fikih, akidah akhlak, sejarah kebudayaan islam.14

2) Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru

Bimbingan Konseling (BK)

Peran guru mempunyai arti yaitu keseluruhan tingkah laku

yang harus dilakukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Guru memiliki peranan yang amat luas, baik di sekolah, keluarga

dan didalam masyarakat. Disekolah guru berperan sebagai

perencana, pengelola, pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran

dan perilaku siswa15. Guru pun diharapkan mempunyai komitmen,

sebagai suatu sikap bahwa guru bersedia mengorbankan tenaga dan

waktunya untuk berbuat lebih banyak lagi dalam upaya

meningkatkan proses dan hasil belajar dan perilaku peserta didik16.

Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus menjadi teladan

bagi peserta didiknya sebagaimana Rasulullah menjadi teladan bagi

umatnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-Azab/33:21.

‫ُأس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن َيْر ُجو اللَّهَ َوالَْي ْوَم‬ ِ ِ


ْ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم يِف َر ُسول اللَّه‬
)٢١( ‫اآلخَر َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِ ًريا‬
ِ
Terjemahnya:

14
Ibid. 20-21.
15
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.131
16
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, (Mataram : Alfabeta, 2013), h.81.
16

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat

Allah.”.17

Rasulullah saw adalah pribadi pendidik yang patut

dijadikan sebagai idola atau teladan yanng harus diikuti oleh

seluruh umatnya. Guru wajib menjadi teladan bagi peserta

didiknya, karena anak dalam perkembanganya suka

memperhatikan dan meniru hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Demikian halnya dengan pengawas harus memberi teladan dan

contoh yang baik bagi guru dalam melaksanakan tugas sebagai

seorang pendidik. Jika ditinjau dari masing-masing peran guru,

peran guru pendidikan agama Islam yang utama adalah

mengimplementasikan pengembangan Standar Isi Kurikulum ke

nilai- nilai Islam. Pendidikan agama Islam itu intinya ialah

melakukan upaya dalam rangka pembinaan akhlak mulia dengan

menerapkan metode keteladanan dan pembiasaan. Jika nilai

religius sudah tertanam dalam diri peserta didik dan dipupuk

dengan baik maka dengan sendirinya akan tumbuh karakter yang

baik pula. Pendidikan agama dapat pula dipahamkan sebagai upaya

atau proses pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku

untuk mencari, mengembangkan, memelihara serta ilmu dan


17
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Fajar Mulya, 2015),
hlm. 420.
17

perangkat teknologi atau ketrampilan demi kepentingan manusia

sesuai dengan ajaran agama Islam18.

Sedangkan peran guru bimbingan konseling adalah

memberikan bantuan yang bersifat psikis atau psikologis. Dalam

buku Counseling in Schools (1993) Schmidt menekankan, bahwa

alasan pokok disekolah harus ada guru konselorv atau konseling

adalah bisa mendampingi peserta didik agar berkembang menjadi

orang yang “lebih mampu” atau “lebih manusiawi” 19. Adapun

peran guru bimbingan konseling, ada empat antara lain :

1. Pemahaman

Peran pemahaman adalah memahami berbagai hal yang esensial

berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien atau

peserta didik tersebut.

2. Pencegahan

Peran pencegahan adalah mengupayakan terhindarkannya klien

atau peserta didik dari akibat yang tidak menguntungkan, yaitu

akibat yang berasal dari hal-hal yang berpotensi sebagai sumber

permasalahan.

3. Pengentasan

Peran pengentasan adalah mengusahakan teratasinya masalah

klien atau peserta didik sehingga masalah-masalah tersebut

18
Studi Islam IAIN Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya : Sunan Ampel Press
2010, h.189
19
W.S.Winkel dan M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta : Media Abadi, 2010), h. 66
18

tidak lagi menjadi hambatan ataupun menimbulkan kerugian

tertentu atas perkembangan dan perilaku klien atau peserta

didik.

4. Pemeliharaan dan Pengembangan

Peran pemeliharaan dan pengembangan adalah untuk mencapai

fungsi tujuan umum pelayanan, yaitu memelihara dan

memperkembangkan potensi klien atau peserta didik20.

3) Karakter Peserta Didik

Karakter yang ada didalam diri seseorang biasanya sejalan dengan

tingkah lakunya. Bila peserta didik tersebut melakukan aktivitas

yang positif, antara lain : jujur, kerja keras, tegas, sabar, ulet, teguh,

terbuka, mandiri, pemberani, tanggung jawab, disiplin, suka

menolong, menghargai orang lain, sopan dalam berbicara dan taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dapat dikatakan jika

kemungkinan besar karakter yang dimiliki peserta didik tersebut

sudah terbentuk dengan baik.

Untuk mendalami tentang pengertian karakter yang lebih dalam,

berikut ini ada beberapa pengertian karakter menurut para ahli :

1. Menurut Marxwell

Pengertian karakter sebenarnya merupakan pilihan yang

dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan seseorang.

2. Menurut Wyne

20
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2015) h.194.
19

Pengertian karakter menandai bagaimana teknis maupun

cara yang digunakan dalam memfokuskan penerapan

dari nilai-nilai kebaikkan ke dalam sebuah tingkah laku

maupun tindakan.

3. Menurut Soemarno Soedarsono

Pengertian karakter adalah merupakan sebuah nilai yang

sudah terpatri di dalam diri seseorang melalui

pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta

pengaruh lingkungan yang kemudian dipadupadankan

dengan nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang.

4. Menurut Kemedikbud

Pengertian karakter merupakan bentuk cara berpikir serta

berperilaku seseorang yang nantinya akan menjadi ciri

khasnya21.

4) Jenis Karakter Peserta Didik

Jenis Karakter peserta didik, antara lain meliputi :

(1) Karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Karakter ini bersifat religius, keagamaan . Berdasarkan pada

nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.

(2) Karakter dalam hubungannya dengan Diri Sendiri

Ada beberapa karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,

antara lain :

21
https://dosenpsikologi.com, 15 pengertian karakter menurut para ahlinya, 28
September 2017
20

(a) Jujur

Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan

pada upaya menjadikan diri sendiri sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam hal perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

(b) Bertanggung Jawab

Ini merupakan sikap dan perilaku seorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(c) Bergaya Hidup Sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

(d) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

(e) Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam

mengatasi berbagai hambatan gunamenyelesaikan tugas

belajar dengan sebaik-baiknya.

(f) Percaya Diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap

pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya

(g) Berjiwa Wirausaha


21

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru,

memasarkan, serta mengatur permodalan operasinya.

(h) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari

sesuatu yang telah dimiliki.

(i) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

(j) Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajari, dilihat, dan didengar.

(k) Cinta Ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap pengetahuan.

(3) Karakter Hubungannya dengan Sesama

(a) Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang

menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta

tugas atau kewajiban diri sendiri dan orang lain.


22

(b) Patuh pada Aturan-Aturan Sosial

Dan Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan

berkenan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

(c) Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

Merupakan sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat . serta

mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

(d) Santun

Merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang

tata bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang.

(e) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.

(4) Karakter Hubungannya dengan Lingkungan

Berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan berupaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan

selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat

yang membutuhkan.

(5) Karakter Kebangsaan

Artinya, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas

kepentingan diri dan kelompok.


23

(a) Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik bangsanya.

(b) Menghargai Keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai

macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya,

suku, maupun agama22.

Karakter peserta didik ditinjau dari PAI, antara lain :

(a) Peserta didik memiliki iman yang istiqomah baik kapan

dan dimanapun berada.

(b) Peserta didik berusaha memelihara ajaran dan nilai-nilai

yang terkandung dalam Al-Qur-an dan Hadis

(c) Peserta didik berusaha mensinergikan antara iman, ilmu,

dan amal dalam aktivitas sehari-hari.

(d) Peserta didik berusaha membentuk individu yang saleh

secara individual dan sosial.

(e) Menjadi fondasi dan filter bagi peserta didik menguasai

bidang IPTEK dan ilmu lainnya23.

2. Kerangka Pemikiran

22
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 36-41
23
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h.295
24

Sedangkan sebagai pendidik, Guru Pendidikan Agama Islam tidak

semata-mata hanya menyampaikan materi di kelas. Tetapi juga melakukan

usaha guna membantu peserta didik dalam menuju kedewasaannya,

membantu peserta didik agar mempunyai sumber pegangan agama dalam

pemecahan masalah, mempunyai pondasi agama yang kuat agar bisa

berakhlak baik, serta membantu peserta didik agar dengan kesadarannya

bersedia mengamalkan ajaran agamanya.

Sebagai pembimbing atau pelayanan, Guru Bimbingan Konseling

tidak semata-mata hanya memberikan bimbingan, pelayanan atau bantuan

kepada peserta didik yang memerlukan. Tetapi juga bisa memberikan

informasi, mengarahkan, mendampingi suatu hal atau dari permasalahan

yang ada dari peserta didik tersebut. Intinya adalah pelaksana utama dalam

membantu peserta didik mengatasi masalahnya. Dengan adanya

bimbingan dan konseling diharapkan peserta didik bisa mengontrol dan

mengembangkan diri dengan lebih baik

Oleh sebab itulah, peran guru pendidikan agama Islam dan guru

bimbingan konseling harus berjalan secara seimbang dalam penanganan

masalah atau pembentukan karakter peserta didik. Masalah pembentukan

karakter peserta didik harus terbentuk dengan proses yang baik, agar

peserta didik bisa menghadapi berbagai tantangan untuk bisa tumbuh atau

berkembang secara bermoral, beradap, dan beragama. Tumbuh atau

berkembang dalam semua aspek perilaku atau karakternya sesuai dengan

potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, seorang peserta didik yang
25

karakternya bisa terbentuk dengan baik, bermoral, beradap, dan beragama

akan menjadi insan yang mulia.

3. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kolaborasi guru dalam pembentukan karakter

peserta didik belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Rata-rata

hanya dilakukan oleh satu peran guru saja tanpa kolaborasi. Dari

penelusuran yang dilakukan, penulis menemukan hasil penelitian yang

terkait dengan pembentukan karakter peserta didik, sebagai berikut:

a) Skripsi Sri Wahyuningsih, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, tahun 2017 yang berjudul “Kolaborasi Guru

Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Meningkatkan Spritual Siswa Pada SMPIT Abu Bakar Di

Yogyakarta”, pembahasan pada skripsi tersebut mendeskripsikan

tentang kolaborasi guru BK dan guru PAI dalam meningkatkan

spiritual siswa. Skripsi ini bersifat kualitatif dan menekankan pada

peran guru BK dan guru PAI dalam meningkatkan spiritual siswa.

b) Skripsi Siti Romlah, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, tahun 2009

yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan

Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Internalisasi Nilai-

Nilai Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Seyengan Sleman”,

pembahasan pada skripsi tersebut mendeskripsikan tentang


26

kerjasama guru BK dan guru PAI dalam upaya Internalisasi Nilai-

nilai Pendidikan Agama Islam.

c) Tesis Zaen Musyirifin, Jurusan Bimbingan Konseling Islam,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, tahun 2014 yang berjudul

“Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling, Guru Pendidikan Agama

Islam, dan Wali Kelas Mengatasi Perilaku Bermasalah Siswa di

SMK Yogyakarta”.

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

a) Jenis Penelitian

Berdasarkan sumber data, jenis penelitian dalam penulisan skripsi

ini adalah penelitian lapangan ( field research ) berupa penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Jadi prosedur penelitian ini, akan menghasilkan

data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan

untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena secara apa

adanya.24

b) Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Sumber Data Primer

24
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2007), hlm. 18.
27

Data primer adalah data utama yang dijadikan sumber data dalam

kajian penelitian. Data primer dalam penelitian ini berasal dari guru PAI

dan BK di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

2) Sumber Data Sekunder,

Data sekunder adalah data penunjang yang dijadikan sumber data

dalam kajian penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari

buku-buku yang membahas tentang upaya kerjasama atau kolaborasi

kinerja guru pendidikan agama Islam dan guru bimbingan konseling

melalui aktifitas atau kegiatan,dan pembinaan untuk digunakan dalam

pembentukan karakter peserta didik.

2. Tempat penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,

di lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di

di SMK Islam Rejeni bertempat di Desa Rejeni Kecamatan Krembung

Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

3. Kehadiran penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di

lapangan.. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan

sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan

dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.


28

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian,

digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Metode Observasi

Observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Dalam kegiatan ini dilakukan

pengamatan langsung dan pencatatan sistematis pada gejala yang

diselidiki. 25

Dalam hal ini peneliti hanya sekedar mengamati tanpa aktif dalam

kelompok yang diamati dan dilakukan secara terbuka atau diketahui oleh

subyek didik. Adapun data yang ingin diperoleh melalui observasi adalah

kegiatan pembentukan karakter peserta didik yang dibentuk dari kerjasam

atau kolaborasi antara guru PAI dan guru BK di SMK Islam Rejeni

Sidoarjo, keadaan proses pembentukan karakter peserta didik, faktor-faktor

pendukung maupun penghambat dari pembentukan karakter peserta didik

SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

b) Metode Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), hlm. 199.
29

si peneliti.26

Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran wawancara adalah

sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

3. Wali Kelas.

4. Guru Pendidikan Agama Islam

5. Guru Bimbingan Konseling.

6. Peserta didik

Adapun data yang ingin diperoleh dari metode wawancara adalah

bagaimana proses pembentukan karakter peserta didik yang dilakukan

secara bersama atau berkolaborasi antara guru PAI dan guru BK di SMK

Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

c) Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah metode pengumpulan data

dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti lembar

kegiatan pembinaan, dokumen, peraturan tata tertib dan

sebagainya.27

Metode ini digunakan untuk mencari beberapa dokumen yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Data yang ingin diperoleh

melalui metode ini adalah bagaimana proses kegiatan bersama atau

26
Ibid, hlm. 198.
27
Ibid, hlm. 201.
30

kolaborasi guru PAI dan guru BK dalam pelaksanaan kegiatan

pembentukan karakter peserta didik.

5. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar

analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan

Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

a) Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, merangkum, pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 28

b) Penyajian Data

Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan atau berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.29

Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh

informasi tentang bagaimana pelaksanaan pembentukan karakter peserta

didik yang ditempuh guru PAI dan guru BK di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo, serta berbagai faktor pendukung dan penghambat


28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338.
29
Ibid ., hlm.341.
31

dalam upaya pembentukan karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo.

c) Penarikan Kesimpulan

Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari

esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus

penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan

hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan

oleh penulis. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode analisis deskriptif yaitu suatu analisis yang digambarkan dengan

kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapat

kesimpulan.

6. Pengujian Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data maka peneliti menggunakan

beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data,30 yaitu:

a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility). Teknik ini dapat

dilakukan dengan jalan:

1) Keikutsertaan peneliti sebagai instrumant (alat) tidak hanya

dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya.
2011), hlm. 175.
32

2) Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoalan

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Dengan demikian maka perpanjangan

keiktsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan

pengamatan menyediakan kedalaman.

3) Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.

4) Kecukupan referensial yakni bahan-bahan yang tercatat dan

terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji atau

menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan intepretasi data.

b. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci.

Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan

seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat

penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus

segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar mereka dapat

memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.

c. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara auditing

ketergantungan.
33

Teknik tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan

catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan itu

diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan

instrument sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan

persetujuan antara auditor dan auditi terlebih dahulu.

Selain itu agar data yang diperoleh benar-benar obyektif maka

dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan data dengan metode

trianggulasi, teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan

atau membandingkan data. Teknik trianggulasi yang dipakai dalam

penelitian ini adalah teknik trianggulasi sumber. Hal ini sependapat

Moleong, yang menyatakan teknik Trianggulasi yang digunakan adalah

pemeriksaan melalui sumber-sumber lainnya.

Trianggulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai

berikut:

a) Membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan sewaktu diteliti dengan sepanjang

waktu.
34

d) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.31

7. Tahapan Penelitian

A. Tahap Pra Lapangan

Menyusun proposal penelitian, ini digunakan untuk meminta izin

kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan.

B. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti pengumpulkan data dengan

cara:

a) Wawancara dengan kepala sekolah

b) Wawancara dengan wakil kepala sekolah dan wali kelas yang

berkaitan dengan yang akan dimintai informasi

c) Wawancara dengan guru PAI dan guru BK yang berkaitan dengan

yang akan dimintai informasi

d) Observasi langsung dan pengambilan data dari lapangan

e) Menelaah teori-teori yang relevan


31
Ibid., hlm. 178.
35

2. Mengidentifikasi data

Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi diidentifikasi untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa

sesuai tujuan yang diinginkan.

C. Tahap Akhir Penelitian

1. Menyajikan data dalam bentuk diskripsi.

2. Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama tiga bulan (12

minggu) dengan jadwal penelitian sebagaimana tabel berikut:

Tabel 1
36

Jadwal Penelitian

Minggu Ke

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan Proposal x

2 Seminar Proposal x

3 Perbaikan Proposal x

4 Penyusunan Bab I dan Bab III x

5 Revisi Bab I dan Bab III x

6 Penyusunan Bab II x

7 Revisi Bab II x

8 Penyusunan Bab IV X

9 Revisi Bab IV x

10 Penyusunan Bab V X

11 Revisi Bab V x

12 Penyusunan Laporan x
37
38
39
40

F. Daftar Pustaka

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Fajar Mulya,

2015), h.412.
2
.W.S.Winkel dan M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan, (Yogyakarta : Media Abadi, 2010), h. 83.


3
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:
Raja Wali Press, 2016), h.293.
4
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:

Raja Wali Press, 2016), h.293


5
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (yogyakarta: CV
Andi Ofset, 2010), h.18.
6
.Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:

Raja Wali Press, 2016), h.132.


7
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pndidikan Karakter di
Sekolah, (yogyakarta: Diva Press, 2013), h.27.
8
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Sidoarjo: STAI Al Khoziny, 2012)

h.15.
9
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasr Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2015) h.94.
10
Ibid. 100
1
Ibid. 101
2
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:
Raja Wali Press, 2016), h.132.
41

3
Ibid. 141
4
Ibid. 20-21.
5
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:

Raja Wali Press, 2016), h.131


6
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas

Profesionalisme Guru, (Mataram : Alfabeta, 2013), h.81.


7
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Fajar Mulya,
2015), hlm. 420.
8
W.S.Winkel dan M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan, (Yogyakarta : Media Abadi, 2010), h. 66.


9
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2015) h.194.
20
https://dosenpsikologi.com, 15 pengertian karakter menurut para ahlinya, 28

September 2017
21
https://dosenpsikologi.com, 15 pengertian karakter menurut para ahlinya, 28

September 2017

Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di


22

Sekolah, (yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 36-41


23
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:

Raja Wali Press, 2016), h.295


24
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2007), h. 18.


25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2014), h.199.


26
Ibid, h. 198.
42

27
Ibid, h. 201.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 338.


29
Ibid ., h.341.
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda

Karya. 2011), h. 175.


31
Ibid., h. 178.

G. Outline Penelitian

Halaman Sampul

Halaman Judul

Persetujuan Pembimbing

Lembar Pengesahan

Lembar Originalitas (Pernyataan Keaslian Tulisan)

Motto dan Persembahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Lampiran (Jika Ada)

Abstraksi
43

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Kajian

C. Tujuan Kajian

D. Manfaat Kajian

BAB II Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Penelitian Terdahulu

A. Kajian Teori

B. Kerangka Pemikiran

C. Penelitian Terdahulu

BAB III Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran (Jika Ada)

Daftar Riwayat Hidup

Anda mungkin juga menyukai