Anda di halaman 1dari 44

1

A. Judul Penelitian

Kolaborasi antara guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK) dalam membentuk karakter peserta didik di SMK Islam

Rejeni Krembung Sidoarjo.

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Peran guru adalah sikap yang harus dimiliki oleh guru, meliputi

penguasaan materi dan penyampaian materi pembelajaran, bersikap

sebagai layaknya sahabat yang senantiasa memberikan nasehat, sebagai

pemberi motivasi serta sebagai pembimbing dalam pengembangan

sikap/tingkah laku dan nilai moral peserta didik. Sebagai pembimbing

peran dari seorang pendidik sangat diperlukan dalam membantu peserta

didik mengatasi permasalahannya. Dalam bimbingan yang ada di sekolah,

semua pihak berperan penting dalam menangani permasalahan tersebut

begitu pula dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan

Konseling. Sebagai pendidik, Guru Pendidikan Agama Islam tidak semata-

mata menyampaikan materi di kelas. Tetapi juga melakukan usaha guna

membantu peserta didik dalam menuju kedewasaannya1. Guru Pendidikan

1
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
h.7.
2

Agama Islam juga bertugas dalam membantu peserta didik agar

mempunyai religious reference (sumber pegangan agama) dalam

pemecahan masalah serta membantu peserta didik agara dengan

kesadarannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya2. Sedangkan guru

Bimbingan Konseling merupakan pelaksana utama dalam membantu

peserta didik mengatasi masalahnya. Dengan adanya bimbingan dan

konseling akan memabntu peserta didik menghadapi dan mengatasi

masalah yang dialami serta membantu peserta didik mengontrol dan

mengembangkan diri dengan baik3. Oleh sebab itu, peran guru PAI dan

guru BK harus berjalan secara seimbang dalam penanganan masalah

peserta didik.

Hal ini sesuai dengan salah satu problem peserta didik yang terjadi

di SMK Islam Rejeni Krembung dalam membentuk karakter atau

kepribadian yang disiplin, beradap, sopan santun, beragama, berani,

tangguh dan bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan, karakter menjadi masalah yang

mendapatkan perhatian yang lebih dan banyak disorot. Hal itu dikarenakan

karakter adalah cerminan manusia. Apabila karakternya baik, tentu saja

akan melahirkan perbuatan manusia yang baik, baik terhadap Allah SWT,

2
Mulyadi, Bimbingan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Prenadamedia Group,
2016), hlm. 94.

3 Ibid, hlm. 66
3
3

diri sendiri, ataupun terhadap makhluk lainnya sesuai dengan suruhan dan

larangan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dalam Islam pun, masalah karakter

juga mendapat perhatian yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari salah

satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembentukan karakter

dapat pula di lihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang

harus di dahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik

inilah yang akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik. Akan tetapi,

meskipun pembinaan karakter harus menjadi prioritas utama baik dalam

pendidikan maupun agama, perlu disadari bahwa pembinaan karakter

bukanlah pekerjaan yang ringan. Allah berfirman dalam Q.S.Al-

Luqman :16

Terjemahannya :

“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu


perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.4

4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya :Fajar Mulya,2015), h.412.
4

Kolaborasi guru terkait (guru PAI dan guru BK) memang

diperlukan di sekolah, mengingat lingkup atau sasaran masing-masing

guru berbeda. Sasaran guru PAI dalam mengimplementasikan Spiritual

Pendidikan Agama Islam yaitu, (1) akademik, (2) lingkungan, (3)

pelatihan ibadah dan muamalat, (4) pesantren kilat, (5) syarat kecakapan

umum, dan (6) program khusus non-akademik5.

Sasaran pelayanan bimbingan (guru BK) adalah pengintegrasian

semua pengalaman hidup, perilaku dari subyek atau peserta didik yang

dilayani, termasuk pengalaman selama bersekolah. Dengan kata lain,

lingkup gerak bimbingan terbatas saja pada pembinaan, pendampingan

peserta didik dan mahasiswa secara langsung dengan memberikan

berbagai layanan bimbingan (guidance services) kepada mereka.

Mengingat bahwa bidang bimbingan sebagai pada bidang pembinaan dan

secara khusus memperhatikan keseluruhan perkembangan dalam segala

aspeknya, maka bidang bimbingan (guru BK) dapat bekerjasama atau

berkalaborasi dengan guru PAI yang membidangi pendidikan agama,

perilaku atau karakternya6.

Kolaborasi merupakan bentuk kerjasama, interaksi, kompromi

beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak

yang terlibat langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan

manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang

5
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta: Raja
Wali Press, 2016), h. 293.
6
W.S.Winkel dan M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2010), h. 83.
5

sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan

manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. Kolaborasi

juga merupakan suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat

aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.

Di Sekolah Menengah Kejuruan Islam Rejeni ini merupakan salah

satu sekolah yang berbasis keagamaan atau Islam, yang mana hal-hal yang

menyangkut bersifat keagamaan dan karakter atau kepribadian lebih

ditonjolkan. Dan SMK Islam Rejeni ini adalah salah satu sekolah yang

melakukan kolaborasi dalam membentuk karakter atau kepribadian yang

disiplin, beradap, sopan santun, beragama, berani, tangguh dan

bertanggung jawab terhadap peserta didiknya. Salah satu bukti adanya

kolaborasi antara guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan

Konseling dalam membentuk karakter peserta didik yang disiplin, beradab,

sopan santun, beragama, berani, tangguh dan bertanggung jawab adalah

terletak dalam kerjasama dalam hal konsep pendampingan, bimbingan dan

proses pembelajaran keagamaan yang mana guru Pendidikan Agama Islam

sebagai menjelaskan, mengarahkan, tentang akhlak karakter atau pribadi

yang baik, beradap kepada peserta didik, sedangkan guru bimbingan

konseling yang mengontrol sikap, perilaku keseharian peserta didik diluar

kelas, dengan menegurnya, memberi sapa, nasehat dan mencontohkan

karakter atau pribadi yang baik pada peserta didik, kolaborasi dalam
6

membentuk kepribadian peserta didik ini merupakan salah satu wujud

perhatian seluruh pihak sekolah khususnya bimbingan konseling.

Kolaborasi antara kedua guru bukanlah tidak beralasan, akan tetapi

memang kedua guru ini mempunyai kaitan yang erat dengan pembentukan

kepribadian peserta didik. Ini dapat dilihat dari kompetensi tugas kedua

guru tersebut. Guru Pendidikan Agama Islam berupaya

menginternalisasikan nilai-nilai Islam (ruh islam, jiwa islam) melalui

proses pendidikan Islam ke dalam seluruh aspek proses pendidikan,

pembiasaan disekolah7 . Selain guru pendidikan Agama Islam, guru yang

lain merasa dirinya bertanggung jawab terhadap karakter peserta didiknya

adalah guru bimbingan konseling yang bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang terjadi dengan peserta didik, hal ini dikarenakan salah satu

tugas dari guru bimbingan konseling yaitu, menyelenggarakan bimbingan

terhadap anak, baik yang bersifat preventif, preservatif, dan korektif dan

akuratif. Dan dalam kolaborsi ini, bisa dikatakan bahwa guru bimbingan

konseling memberikan bimbingan dan kepribadian pada karakter peserta

didik.

Idealnya kolaborasi tersebut berjalan dengan baik. Ada koordinasi

yang baik diantara guru-guru yang bersangkutan dalam membentuk

karakter peserta didik yang disiplin, beradap, sopan santun, beragama,

berani, tangguh dan bertanggung jawab dan guru saling bantu-membantu

dalam proses pembentukan atau perbaikkan agar karakter peserta didik

bisa berproses dengan hasil yang baik.


7
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, h.293
7

Berangkat dari latar belakang masalah inilah peneliti merasa

tertarik untuk melaksanakan penelitian yang terkait dengan “Kolaborasi

antara Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru Bimbingan Konseling

dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMK Islam Rejeni Krembung”

2. Fokus Kajian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan fokus kajian sebagai berikut:

a. Bagaimana karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni Krembung?

b. Bagaimana kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam (PAI)

dan guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk karakter

peserta didik di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo?

c. Bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam kolaborasi

antara guru pendidikan agama Islam (PAI) dan guru bimbingan

konseling (BK) dalam membentuk karakter peserta didik di SMK

Islam Rejeni Krembung?

3. Tujuan Kajian

Berdasarkan fokus kajian di atas, maka kajian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan:

a. Untuk mengetahui karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo

b. Untuk mengetahui kolaborasi antara guru pendididikan agama Islam

(PAI) dan guru bimbingan konseling (BK) dalam membentuk karakter

peserta didik di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.


8

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat guru

pendikan agama Islam dan guru bimbingan konseling dalam

berkolaborasi membentuk karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo.

4. Manfaat Kajian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

a. Secara teoristis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap pengembangan pendidikan Islam.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pihak-pihak tertentu, antara lain :

1) Bagi kepala sekolah SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo, sebagai

bahan pertimbangan dalam mengatasi problema yang timbul dalam

akhlak perilaku dan aktifitas ibadah terutama masalah karakter

peserta didik.

2) Bagi guru PAI dan guru BK di SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan

kompetensi mereka dalam berkolaborasi membentuk karakter peserta

didik.

3) Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam melatih diri dalam

dunia penelitian.

4) Bagi IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo, sebagai bahan pertimbangan

dan sumber informasi untuk penelitian sejenis.

5. Definisi operasional, Asumsi, Keterbatasan


9

a. Definisi Operasional

1) Kolaborasi

Yang dimaksud dengan kolaborasi atau kerja sama adalah satu

kesatuan untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kerja,

bukan pengkotakkan kerja akan tetapi sebagai suatu kesatuan yang

semuanya terarah pada penyampaian suatu tujuan8. Dalam

berkolaborasi diperlukan adanya hubungan yang harmonis,

kesatuan arah kerja, serta kemampuan dalam usahanya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan bersama antara pihak-pihak

kolaborator terkait.

Hubungan kolaborasi dapat berbentuk :

1. Saling memberikan informasi berupa data, keterangan-

keterangan dan pendapat-pendapat melalui konsultasi, rapat,

diskusi dll.

2. Kolaborasi antara unit kerja dalam pelaksanaan tugas-tugas

tertentu yang harus dikerjakan bersama-sama dalam

membentuk membagi tugas anatara kedua atau lebih unit kerja

sesuai dengan bidangnya.

3. Membentuk wadah kolaborasi yang bersifat non struktural,

antara lain dalam bentuk kegiatan keagamaan, atau bentuk

lainnya9.

8
Hadari Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta : CV H Masagung 1987 h.41
9
Zaen Musyirifin, “Kolaborasi Guru BK, Guru PAI dan Wali Kelas Dalam Mengatasi
Perilaku Bermasalah Siswa, dalam https://media neliti.com>publication, diakses tanggal 30
Desember 2018, h.8
10

Kolaborasi antara guru pendidikan agama Islam dan guru

bimbingan konseling adalah sama-sama saling bekerjasama dan

bertanggung jawab bersama memberikan dampingan, bimbingan

akhlak, perilaku menuju tingkat kedewasaan jasmani, rohani, lahir

dan bathin berdasarkan agama Islam10

2) Peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK).

Guru Pendidikan Agama (PAI) merupakan pendidik secara

fungsional menunjuk kan kepada seseorang yang melakukan

kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan

pendidikan dan pengalaman yang berhubungan dengan pendidikan

agama Islam.11

Guru Bimbingan Konseling (BK) merupakan pendidik yang

kegiatannya bersumber pada kehidupan manusia kenyataannya

menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupan selalu

menghadapi persoalan yang silih berganti persoalan yang satu

dapat di atasi persoalan yang lain muncul demikian seterusnya.12

3) Karakter Peserta Didik

Pengertian karakter terkadang disalah artikan dengan watak,

kepribadian maupun sifat dari seseorang. Sebenarnya definisi dari

karakter sendiri adalah akumulasi dari watak, kepribadian serta


10
Zaen Musyirifin, “Kolaborasi Guru BK, Guru PAI dan Wali Kelas Dalam Mengatasi
Perilaku Bermasalah Siswa, dalam https://media neliti.com>publication, diakses tanggal 30
Desember 2018, h.9
11
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, h.132.
12
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (Yogyakarta: CV Andi
Ofset, 2010), h.18.
11

sifat yang dimiliki seseorang. Karakter dalam diri seseorang

sebenarnya terbentuk tidak langsung dari proses pembelajaran

yang dilaluinya. Karakter manusia bukan pula berasal dari bawaan

sejak lahir, namun lebih kepada bentukan dari lingkungan hingga

orang-orang yang ada disekitarnya.

Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan

keterampilan. karakter bukan sekedar penampilan lahiriyah,

melainkan pengungkapan secara implisit hal-hal yang tersembunyi

yang mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan

nilai-nilai etika, serta meliputi aspek kognitif, emosional, dan

perilaku dari kehidupan moral.13

Dalam kamus psikologi, dinyatakan bahwa karakter adalah

kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral seseorang.14

Ada tiga komponen karakter yang baik, yaitu : (a)

pengetahuan tentang moral atau perasaan, (b) penguatan

emositentang moral, dan (c) perbuatan moral15

Yang dimaksud dengan karakter peserta didik dalam

penelitian ini adalah karakter peserta didik di SMK Islam Rejeni

Krembung Sidoarjo, yang sebagai cerminan siswa yang disiplin,

bertanggung jawab, berakhlak, dan bermoral baik.

b. Asumsi

13
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(yogyakarta: Diva Press, 2013), h.27.
14
Ibid., h.28
15
Ibid., h.86
12

Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan

pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi

juga dapat diartikan anggapan pemikiran yang dianggap benar untuk

sementara sebelum ada kepastian16. Adapun asumsi yang diajukan

dalam penelitian ini adalah:

1) Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan guru Bimbingan

Konseling (BK) menguasai problematika karakter peserta didik

yang ada, dan berkolaborasi dalam menangani, mendampingi

untuk pembentukan karakter peserta didik dengan baik.

2) Karakter peserta didik untuk lebih meningkatkan akhlak perilaku

dalam proses belajar mengajar, perilaku, dan kegiatan kesiswaan,

keagamaan bagi peningkatan mutu karakter di sekolah.

3) Memahami dan bisa mencarikan solusi faktor pendukung dan

faktor penghambat kegiatan kolaborasi guru pendidikan agam dan

bimbingan konseling agar bisa berjalan dengan baik.

c. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian adalah keterbatasan ruang lingkup

penelitian dan keberlakuan daya jangkau penelitian.

16
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Sidoarjo: STAI Al Khoziny 2012) h. 15.
13

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1) Penelitian ingin mengetahui kolaborasi peran atau fungsi antara

guru pendidikan agama Islam (PAI) dan guru bimbingan konseling

(BK) dalam pembentukan katakter peserta didik di SMK Islam

Rejeni Krembung Sidoarjo.

2) Peneliti ingin mengetahui pembentukan karakter peserta didik.

3) Hasil penelitian hanya berlaku di lokasi penelitian (SMK Islam

Rejeni Krembung Sidoarjo) dan tidak dapat digenerelisasikan di

lokasi lain.

C. Kajian Pustaka

1. Deskripsi Teori

1) Karakter Peserta Didik

Karakter yang ada didalam diri seseorang biasanya sejalan

dengan tingkah lakunya. Bila peserta didik tersebut melakukan

aktivitas yang positif, antara lain : jujur, kerja keras, tegas, sabar, ulet,

teguh, terbuka, mandiri, pemberani, tanggung jawab, disiplin, suka

menolong, menghargai orang lain, sopan dalam berbicara dan taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dapat dikatakan jika kemungkinan

besar karakter yang dimiliki peserta didik tersebut sudah terbentuk

dengan baik.

Untuk mendalami tentang pengertian karakter yang lebih

dalam, berikut ini ada beberapa pengertian karakter menurut para ahli:

a.
14

b. Menurut Marxwell

Pengertian karakter sebenarnya merupakan pilihan yang

dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan seseorang.

c. Menurut Wyne

Pengertian karakter menandai bagaimana teknis maupun

cara yang digunakan dalam memfokuskan penerapan dari nilai-

nilai kebaikkan ke dalam sebuah tingkah laku maupun tindakan.

d. Menurut Soemarno Soedarsono

Pengertian karakter adalah merupakan sebuah nilai yang

sudah terpatri di dalam diri seseorang melalui pengalaman,

pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta pengaruh lingkungan

yang kemudian dipadupadankan dengan nilai-nilai yang ada di

dalam diri seseorang.

e. Menurut Kemedikbud

Pengertian karakter merupakan bentuk cara berpikir serta

berperilaku seseorang yang nantinya akan menjadi ciri khasnya17.

2) Jenis Karakter Peserta Didik

Antara lain meliputi :

a. Karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Karakter ini bersifat religius, keagamaan . Berdasarkan

pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.

b. Karakter dalam hubungannya dengan Diri Sendiri

17
https://dosenpsikologi.com, pengertian karakter menurut para ahlinya, 8 September
2017, jam 20.35
15

Ada beberapa karakter yang berhubungan dengan diri

sendiri, antara lain :

(a) Jujur

Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada

upaya menjadikan diri sendiri sebagai orang yang selalu dapat

dipercaya dalam hal perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

(b) Bertanggung Jawab

Ini merupakan sikap dan perilaku seorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya.

(c) Bergaya Hidup Sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

(d) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

(e) Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam

mengatasi berbagai hambatan gunamenyelesaikan tugas

belajar dengan sebaik-baiknya.

(f) Percaya Diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya


16

(g) Berjiwa Wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat

mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru,

memasarkan, serta mengatur permodalan operasinya.

(h) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari sesuatu

yang telah dimiliki.

(i) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

(j) Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih dalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat,

dan didengar.

(k) Cinta Ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

pengetahuan.

c. Karakter Hubungannya dengan Sesama

(a) Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain


17

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang

menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas

atau kewajiban diri sendiri dan orang lain.

(b) Patuh pada Aturan-Aturan Sosial

Dan Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenan

dengan masyarakat dan kepentingan umum.

(c) Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

Merupakan sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat . serta

mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

(d) Santun

Merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata

bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang.

(e) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban diri sendiri dan orang lain.

d. Karakter Hubungannya dengan Lingkungan

Berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan berupaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin

memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e.
18

f. Karakter Kebangsaan

Artinya, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan

diri dan kelompok.

(a) Nasionalis

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik

bangsanya.

(b) Menghargai Keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai

macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya,

suku, maupun agama18.

Karakter peserta didik ditinjau dari PAI, antara lain :

a. Peserta didik memiliki iman yang istiqomah baik kapan dan

dimanapun berada.

b. Peserta didik berusaha memelihara ajaran dan nilai-nilai yang

terkandung dalam Al-Qur-an dan Hadis

c. Peserta didik berusaha mensinergikan antara iman, ilmu, dan amal

dalam aktivitas sehari-hari.

d. Peserta didik berusaha membentuk individu yang saleh secara

individual dan sosial.

18
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 36-41
19

e. Menjadi fondasi dan filter bagi peserta didik menguasai bidang

IPTEK dan ilmu lainnya19.

3) Kolaborasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru

Bimbingan Konseling (BK) Dalam Membentuk Karakter Peserta

Didik

Kolaborasi adalah kerjasama. Sedangkan kolaborator adalah

orang yang bekerjasama dan kolaboratif adalah bersama-sam atau

bersifat kerjasama20. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami

bahwa kolaborasi merupakan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

oleh dua pihak kolaborator atau lebih, baik yang memiliki kedudukan

atau tingkat yang sejajar maupun tidak sejajar dan saling

menguntungkan dalam rangka mencapai tujuan dengan menerapkan

prinsip-prinsip kolaborasi21.

Dalam istilah administrasi, pengertian kolaborasi atau

kerjasama sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah

suatu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian

kerja, bukan pengkotakkan kerja akan tetapi sebagai suatu kesatuan

yang semuanya terararh pada penyampaian suatu tujuan.

Hubungan kolaborasi antara guru Pendidikan Agama Islam

adalah sebagai berikut :

19
Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, h.295
20
Achmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, h. 245.
21
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: CV H Masagung 1987), h.7.
20

a. Kolaborasi formal, yaitu kerjasama yang diatur dalam bentuk

mekanisme kerja antara unit kerja yang berhubungan secara

administrative dan konsulidatif.

b. Kolaborasi informal, yaitu kerjasama yang tidak diatur, tetapi dapat

dilaksanakan dan dikembangkan antar personal guna meningkatkan

efisien kerja suatu organisasi22.

Hubungan kolaborasi dapat dapat dibentuk sebagai berikut :

a. Saling memberikan informasi berupa data, keterangan-keterangan

dan pendapat-pendapat dan lain-lain melalui konsultasi, rapat,

diskusi dan lain-lain.

b. Koordinasi antar unit kerja dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu

yang harus dikerjakan bersama-sama dalam bentuk membagi tugas

Zaen Musyirifin, “Kolaborasi Guru BK, Guru PAI dan Wali Kelas Dalam Mengatasi
22

Perilaku Bermasalah Siswa, dalam https://media neliti.com>publication, diakses tanggal 30


Desember 2018, h.8
20 Ibid h. 9
21

anatar dua atau lebih unit kerja Sesuai dengan bidangnya yang

bilamana digabungkan akan merupakan satu kesatuan beban kerja.

c. Membentuk wadah kolaborasi yang bersifat non struktural, anatara

lain dalam bentuk kegiatan kesiswaan, keagamaan atau bentuk lain

yang bersifat program ataupun bersifat incidental Sesuai

keperluan23.

Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu asas dalam

berorganisasi. Kolaborasi dapat dikatakan berhasil (produktif) jika

memenuhi lima sumber kerja sebagai berikut :

a. Jika dengan cara yang tidak sulit atau yang tidak mempergunakan

pemikiran yang berat dan rumit, dicapai hasil yang maksimal.

b. Jika cara kerja yang digunakan tidak banyak mempergunakan

tenaga fisik, akan tetapi tidak mengurangi hasil yang dicapai.

c. Jika waktu yang dipergunakan dalam melaksanakan kegiatan tidak

lama tetapi diperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

d. Jika ruang dan jarak dipergunakan secara minimal sehingga setiap

pekerjaan dilaksanakan tanpa bergerak mondar-mandir yang jauh

dan dapat memboroskan tenaga dan biaya, tetapi hasilnya tetap

memuaskan.

e. Jika dipergunakan secara hemat dan tepat, dalam arti kegiatan yang

dilaksanakan relevan dengan tujuan dan pembiayaannya tidak

mahal24.

23

Ibid., h.9.
24
22

Kolaborasi guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan

Konseling adalah bentuk kolaborasi yang sama-sama saling

menguntungkan dan merupakan tanggung jawab bersama demi

tercapainya tujuan pendidikan. Tidak terlepas dari kolaborasi Pendidikan

Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling juga memiliki peran yang

sangat penting dalam mengatasi perilaku bermasalah peserta didik dan

pembentukan karakter peserta didik.

4) Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Kolaborasi Guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru Bimbingan Konseling

(BK) Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik

a. Faktor pendukung

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang dari peserta didik itu

sendiri, bisa meliputi faktor kejiwaan, psikologis, dan faktor

pemikiran peserta didik tersebut. Bila peserta didik ingin

dirubah karakternya menjadi lebih baik maka faktor internal ini

harus berkenan dan masuk ke jiwa agar lebih mengena.

Tumbuhkan rasa sadar agar peserta didik mempunyai

keinginan yang besar untuk merubah karakter yang lebih baik.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang diperoleh dari luar

diri peserta didik, faktor ini juga menjadi faktor pendukung

dalam pembentukan karakter peserta didik, diantaranya

kegiatan kesiswaan, kegiatan kurikulum, kegiatan keagamaan


23

dan yang terpenting seluruh pendidik dan tenaga kependidikan

mendukung kegiatan ini25.

b.

25
Repository.iainpurwokerto.ac.id.hari Selasa jam 10.53
24

c. Faktor Penghambat

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang dari peserta didik itu

sendiri, antara lain adalah : (a). pengaruh negative televise, (b).

pergaulan bebas,(c) dampak buruk internet. (d) dampak buruk

tempat wisata. (e) dampak negatif tempat karoke. Kurang

sadarnya peserta didik untuk berubah karena tidak semua

peserta didik mau terbuka dengan masalahnya atau

tertutup.walau pun ada yang terbuka akan tetapi belum tentu

peserta didik jujur dengan apa yang di ceritakan.

b) Faktor Eksternal

Antara lain adalah menyangkut keuangan, yang

dipergunakan untuk kegiatan kesiswaan, keagamaan , home

visit dll. Masih kadang sekolah masih kegiatan dan

kegiatannya belum mengena ke peserta didik.

Faktor pendukung membentuk karakter peserta didik

menurut Doni Koesumo antara lain adalah :

a. Pengajaran

Mengajarkan dalam pendidikan karakter dalam rangka

memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep

nilai. Pemahaman konsep ini mesti menjadi bagian dari

pemahaman pendidikan karakter itu sendiri.

b.
25

c. Keteladanan

Keteladanan guru menjadi salah satu hal penting bagi

berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Konsistensi dalam

mengajarkan pendidikan karakter tidak sekedar melalu sesuatu

yang dikatakan melalui pembelajaran dikelas, melainkan nilai

tampil diri sang guru dalam kehidupan nyata.

d. Menentukan prioritas

Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan atas

dasar karakter yang ingin diterapkan di sekolah. Oleh karena itu,

sekolah mesti menentukan starndar atas karakter yang akan

diterapkan kepada peserta didik.

e. Praksis prioritas

Berkaitan dengan strandar karakter atas proritas nilai yang

menjadi visi kinerja pendidikan

f. Refleksi

Karakter yang ingin dibentuk oleh sekolah bisa melalui

berbagai macam program sekolah dan kebijaksanaan yang

senantiasa perlu dievaluasi dan direflesikan secara

berkesinambungan dan kritis. Sebab, sebagaimana dikatakan

Socrates, “hidup yang tidak direfleksikan merupakan hidup yang

tdak layak dihadapi”.26

26
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(yogyakarta: Diva Press, 2013), h. 68-69
26

Faktor penghambat membentuk karakter peserta didik

menurut Dewi Nurwidiani W dalam jurnal Model Pembentukan

Karakter antara lain adalah :

a. Hambatan yang dialami oleh guru itu sendiri, misalnya jarang

berdoa, tidak menerapkan karakter, penyampaian materi

keagamaan tidak dikaitkan dengan keagamaan. Menurut Saiful

Bahri, peran guru sebagai pembimbing harus menjadi manusia

dewasa yang bisa mengarahkan perilaku peserta didik kearah

positif dan kearah pembelajaran.

b. Peran guru sebagai motivator kurang dijalankan dan belum

dikuasai guru.

c. Guru tidak dapat mengawasi perkembangan sikap dan peserta didik

diluar pembelajaran dan luar sekolah. Padahal karakter seseorang

dipengaruhi oleh tiga lingkungan, yaitu lingkungan

keluarga,sekolah, dan masyarakat. 27

2. Kerangka Pemikiran

Sedangkan sebagai pendidik, Guru Pendidikan Agama Islam tidak

semata-mata hanya menyampaikan materi di kelas. Tetapi juga melakukan

usaha guna membantu peserta didik dalam menuju kedewasaannya,

membantu peserta didik agar mempunyai sumber pegangan agama dalam

pemecahan masalah, mempunyai pondasi agama yang kuat agar bisa

27
Dewi Nurwidiani, Jurnal Model Pembentukan Karakter, http : digilib.uinsby.ac.id, Hari
Selasa, Jam 19.20.
27

berakhlak baik, serta membantu peserta didik agar dengan kesadarannya

bersedia mengamalkan ajaran agamanya.

Sebagai pembimbing atau pelayanan, Guru Bimbingan Konseling

tidak semata-mata hanya memberikan bimbingan, pelayanan atau bantuan

kepada peserta didik yang memerlukan. Tetapi juga bisa memberikan

informasi, mengarahkan, mendampingi suatu hal atau dari permasalahan

yang ada dari peserta didik tersebut. Intinya adalah pelaksana utama dalam

membantu peserta didik mengatasi masalahnya. Dengan adanya

bimbingan dan konseling diharapkan peserta didik bisa mengontrol dan

mengembangkan diri dengan lebih baik

Oleh sebab itulah, peran guru pendidikan agama Islam dan guru

bimbingan konseling harus berjalan secara seimbang dalam penanganan

masalah atau pembentukan karakter peserta didik. Masalah pembentukan

karakter peserta didik harus terbentuk dengan proses yang baik, agar

peserta didik bisa menghadapi berbagai tantangan untuk bisa tumbuh atau

berkembang secara bermoral, beradap, dan beragama. Tumbuh atau

berkembang dalam semua aspek perilaku atau karakternya sesuai dengan

potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, seorang peserta didik yang

karakternya bisa terbentuk dengan baik, bermoral, beradap, dan beragama

akan menjadi insan yang mulia.

3. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kolaborasi guru dalam pembentukan karakter

peserta didik belum banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Rata-rata


28

hanya dilakukan oleh satu peran guru saja tanpa kolaborasi. Dari

penelusuran yang dilakukan, penulis menemukan hasil penelitian yang

terkait dengan pembentukan karakter peserta didik, sebagai berikut:

1) Skripsi Sri Wahyuningsih, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, tahun 2017 yang berjudul “Kolaborasi Guru Bimbingan

Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Meningkatkan Spritual Siswa Pada SMPIT Abu Bakar Di Yogyakarta”,

pembahasan pada skripsi tersebut mendeskripsikan tentang kolaborasi

guru BK dan guru PAI dalam meningkatkan spiritual siswa. Skripsi ini

bersifat kualitatif dan menekankan pada peran guru BK dan guru PAI

dalam meningkatkan spiritual siswa.

2) Skripsi Siti Romlah, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, tahun 2009 yang

berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Internalisasi Nilai-Nilai

Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Seyengan Sleman”,

pembahasan pada skripsi tersebut mendeskripsikan tentang kerjasama

guru BK dan guru PAI dalam upaya Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Agama Islam.

3) Tesis Zaen Musyirifin, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, tahun 2014 yang berjudul “Kolaborasi Guru


29

Bimbingan Konseling, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Wali Kelas

Mengatasi Perilaku Bermasalah Siswa di SMK Yogyakarta”.

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Berdasarkan sumber data, jenis penelitian dalam penulisan

skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) berupa penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif. Jadi prosedur penelitian ini, akan

menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif

kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau

fenomena-fenomena secara apa adanya.28

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Sumber Data Primer

Data primer adalah data utama yang dijadikan sumber data

dalam kajian penelitian. Data primer dalam penelitian ini berasal

dari guru PAI dan BK di SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

2) Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data penunjang yang dijadikan

sumber data dalam kajian penelitian. Data sekunder dalam

penelitian ini berasal dari buku-buku yang membahas tentang

28
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2007), h. 18.
30

upaya kerjasama atau kolaborasi kinerja guru pendidikan agama

Islam dan guru bimbingan konseling melalui aktifitas atau

kegiatan,dan pembinaan untuk digunakan dalam pembentukan

karakter peserta didik.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,

di lingkungan sekolah. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di

di SMK Islam Rejeni bertempat di Desa Rejeni Kecamatan Krembung

Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

3. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di

lapangan.. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan

sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan

dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian,

digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Metode Observasi

Observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan

menggunakan seluruh alat indera. Dalam kegiatan ini dilakukan


31

pengamatan langsung dan pencatatan sistematis pada gejala yang

diselidiki. 29

Dalam hal ini peneliti hanya sekedar mengamati tanpa aktif

dalam kelompok yang diamati dan dilakukan secara terbuka atau

diketahui oleh subyek didik. Adapun data yang ingin diperoleh melalui

observasi adalah kegiatan pembentukan karakter peserta didik yang

dibentuk dari kerjasam atau kolaborasi antara guru PAI dan guru BK di

SMK Islam Rejeni Sidoarjo, keadaan proses pembentukan karakter

peserta didik, faktor-faktor pendukung maupun penghambat dari

pembentukan karakter peserta didik SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo.

b) Metode Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap

dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan

keterangan pada si peneliti.30

Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran wawancara adalah

sebagai berikut :

1) Kepala Sekolah SMK Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

2) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

3) Wali Kelas.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2014), h. 199.
30
Ibid, h. 198.
32

4) Guru Pendidikan Agama Islam

5) Guru Bimbingan Konseling.

6) Peserta didik

Adapun data yang ingin diperoleh dari metode wawancara

adalah bagaimana proses kolaborasi dalam pembentukan karakter

peserta didik yang dilakukan secara bersama atau berkolaborasinya

antara Guru PAI dan Guru BK di SMK Islam Rejeni Krembung

Sidoarjo.

c) Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan

cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti lembar kegiatan

pembinaan, dokumen, peraturan tata tertib dan sebagainya.31

Metode ini digunakan untuk mencari beberapa dokumen yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Data yang ingin diperoleh

melalui metode ini adalah bagaimana proses kegiatan bersama atau

kolaborasi guru PAI dan guru BK dalam pelaksanaan kegiatan

pembentukan karakter peserta didik.

5. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Ibid., h. 201.
31
33

Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar

analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan

Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

a) Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, merangkum, pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, memfokuskan pada hal-hal yang

penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 32

b) Penyajian Data

Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan atau berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori.33

Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran

seluruh informasi tentang bagaimana pelaksanaan pembentukan

karakter peserta didik yang ditempuh guru PAI dan guru BK di SMK

Islam Rejeni Krembung Sidoarjo, serta berbagai faktor pendukung dan

penghambat dalam upaya pembentukan karakter peserta didik di SMK

Islam Rejeni Krembung Sidoarjo.

c) Penarikan Kesimpulan

Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari

esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338.
33
Ibid., h.341.
34

fokus penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat

menyimpulkan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang

telah ditetapkan oleh penulis. Metode analisis yang dipakai dalam

penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu suatu analisis yang

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut

kategori untuk mendapat kesimpulan.

6. Pengujian Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data maka peneliti menggunakan

beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data,34 yaitu:

a. Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebility). Teknik ini dapat

dilakukan dengan jalan:

1) Keikutsertaan peneliti sebagai instrumant (alat) tidak hanya

dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan

perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

2) Ketentuan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dan situasi yang sangat relevan dengan persoalan

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Dengan demikian maka perpanjangan

keiktsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan

pengamatan menyediakan kedalaman.

34
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya.
2011), h. 175.
35

3) Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.

4) Kecukupan referensial yakni bahan-bahan yang tercatat dan

terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji atau

menilai sewaktu-waktu diadakan analisis dan intepretasi data.

b. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian

rinci.

Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian

dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek

tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara

khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar mereka

dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.

c. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara

auditing ketergantungan.

Teknik tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan

catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian.

Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi

tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar

dapat mendapatkan persetujuan antara auditor dan auditi terlebih

dahulu.
36

Selain itu agar data yang diperoleh benar-benar obyektif maka

dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan data dengan metode

trianggulasi, teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan

pengecekan atau membandingkan data. Teknik trianggulasi yang

dipakai dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi sumber. Hal ini

sependapat Moleong, yang menyatakan teknik Trianggulasi yang

digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber-sumber lainnya.

Trianggulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan

sebagai berikut:

a) Membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan sewaktu diteliti dengan

sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.35

7. Tahapan Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Ibid., h. 178.
35
37

Menyusun proposal penelitian, ini digunakan untuk meminta

izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang

diperlukan.

b.
38

c. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti pengumpulkan data

dengan cara:

a) Wawancara dengan kepala sekolah

b) Wawancara dengan wakil kepala sekolah dan wali kelas yang

berkaitan dengan yang akan dimintai informasi

c) Wawancara dengan guru PAI dan guru BK yang berkaitan

dengan yang akan dimintai informasi

d) Observasi langsung dan pengambilan data dari lapangan

e) Menelaah teori-teori yang relevan

2) Mengidentifikasi data

Data yang sudah terkumpul melalui observasi, wawancara

dan dokumentasi diidentifikasi untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisa sesuai tujuan yang diinginkan.

d. Tahap Akhir Penelitian

1. Menyajikan data dalam bentuk diskripsi.

2. Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama tiga bulan (12

minggu) dengan jadwal penelitian sebagaimana tabel berikut:


39

Tabel 1

Jadwal Penelitian

Minggu Ke

No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan Proposal x

2 Seminar Proposal x

3 Perbaikan Proposal x

4 Penyusunan Bab I dan Bab III x

5 Revisi Bab I dan Bab III x

6 Penyusunan Bab II x

7 Revisi Bab II x

8 Penyusunan Bab IV x

9 Revisi Bab IV x
40

10 Penyusunan Bab V x

11 Revisi Bab V x

12 Penyusunan Laporan x

F.
41

G. Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2014)

Asmani Jamal Ma’mur, Buku Panduan Internalisasi Pndidikan Karakter di

Sekolah, (yogyakarta: Diva Press, 2013)

Banun Muslim Sri, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme

Guru, (Mataram : Alfabeta, 2013)

Erman Anti dan Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya, 2015)

http : digilib.uinsby.ac.id, Hari Selasa, Jam 19.20.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Fajar Mulya,

2015

M.M.Sri Hastuti dan W.S.Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2010)

Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda

Karya. 2011)

Nurwidiani Dewi, Jurnal Model Pembentukan Karakter, http : digilib.uinsby.ac.id

Nawawi Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: CV H Masagung, 1993)

Sukmadinata Nana Syaodih, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2007)

Studi Islam IAIN Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya : Sunan Ampel Press

2010
42

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016)

Suparta, Pengantar Teori Dan Aplikasi Pengembangan Kurikum PAI, (Jakarta:

Raja Wali Press, 2016)

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Sidoarjo: STAI Al Khoziny, 2012)

Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (yogyakarta: CV

Andi Ofset, 2010)


43

H. Outline Penelitian

Halaman Sampul

Halaman Judul

Persetujuan Pembimbing

Lembar Pengesahan

Lembar Originalitas (Pernyataan Keaslian Tulisan)

Motto dan Persembahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Lampiran (Jika Ada)

Abstraksi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Kajian

C. Tujuan Kajian

D. Manfaat Kajian

BAB II Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Penelitian Terdahulu

A. Kajian Teori

B. Kerangka Pemikiran

C. Penelitian Terdahulu
44

BAB III Metode Penelitian

A. Rancangan Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran (Jika Ada)

Daftar Riwayat Hidup

Anda mungkin juga menyukai