Anda di halaman 1dari 14

PERAN GURU PAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS

SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI


MARIA MAGDALENA ELSA, MARIA ELISABET CEMERLANG,
VERIDIANA L. S. KEMBANG, LUSIA VERONIKA SIU WATU
UNIKA SANTU PAULUS RUTENG
Email: Veronikalusia023@gmail.com

ABSTRAK

Peran guru mengacu pada berbagai fungsi yang dapat dimiliki seorang guru di
kelas. Peran tersebut biasanya menyiratkan hubungan antara guru dan pelajar,
khususnya dalam hal otonomi yang dimiliki pelajar atas pembelajarannya.
Fasilitator, penilai, manajer dan evaluator semuanya merupakan peran guru.
Pembentukan karakter pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman dari
hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri,
dengan lingkungan, dan dengan Allah. Setiap hasil hubungan tersebut akan
memberikan suatu pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan
anak. karakter religius diartikan sebagai sikap atau perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang di anut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah,
dan hidup rukun dengan sesama. Karakter religius adalah berperilaku dan
berakhlak sesuai dengan apa yang diajarkan dalam pendidikan.

Kata Kunci : Peran Guru, Pembentukan karakter, dan Karakter Religius.

ABSTRACT

The teacher's role refers to the various functions that a teacher can have in the
classroom. The role usually implies a relationship between teacher and learner,
especially in terms of the autonomy the learner has over his or her learning.
Facilitator, assessor, manager and evaluator are all teacher roles. Character
formation is essentially the result of understanding the relationships experienced
by every human being, namely the relationship with oneself, with the
environment, and with God. Each result of this relationship will provide an
understanding that will ultimately become the child's values and beliefs. Religious
character is defined as an attitude or behavior that is obedient in implementing the
teachings of the religion one adheres to, tolerant of the implementation of
worship, and living in harmony with others. Religious character is behaving and
having morals in accordance with what is taught in education.

Keywords: Teacher's Role, Character Formation, and Religious Character.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan perilaku


seseorang untuk mengembangkan dan mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran serta cara mendidik yang dilaksanakan dalam lembaga formal. Di
dalam sistem pendidikan terjadilah proses transformasi, yang pada akhirnya
adalah proses perubahan siswa agar menjadi insan terdidik sesuai maksud
pendidikan yang telah diterapkan, ( Pristiwanti, 2022: 7914). Tujuan pendidikan
yaitu memanusiakan manusia, mengubah sikap dan perilaku dan meningkatkan
pengetahuan untuk mewujudkan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik.
Dalam dunia pendidikan guru merupakan orang terpenting.

Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam


mewujudkan kepentingan anak sebagai pengajar. Dalam dunia pendidikan guru
tidak hanya sebagai pengajar tetapi guru juga sebagai motivasi, pembimbing,
pengelola dan sebagai orang yang digugu dan ditiru oleh siswa. Di tegaskan
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikatakan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan


kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik serta berakhlak mulia, Napratilora, dkk (2021: 35). Dalam hal ini
seorang guru dalam pendidikan harus memiliki kepribadian yang baik sebagai
contoh bagi peserta didik. Artinya dalam pendidikan tidak hanya memberi materi
tetapi juga mendidik siswa yang disebut dengan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter


yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan, Omeri (2017: 465). Pendidkan
karakter sangat penting yaitu individu akan memiliki moral dan etika yang kuat,
keterampilan sosial yang baik, dan motivasi yang tinggi. Melalui pendidikan
karakter di sekolah penanaman nilai-nilai karakter bertujuan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia pada peserta didik secara utuh. Oleh karena
itu, guru harus memiliki kemampuan yang baik untuk mendidik anak dalam
belajar agar peserta didik memiliki kemampuan dan karakter yang baik.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Pasal 3 Tahun 2017


merumuskan 18 nilai penguatan pendidikan karakter bangsa yang diharapkan
untuk disampaikan kepada peserta didik yaitu: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi,
4) Kerja Keras, 5) Kreatif, 6) Mandiri, 7) Demokrasi, 8) Disiplin, 9) Rasa Ingin
Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi,
13) Bersahabat/komunikatif, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli
Lingkungan, 17) Peduli Sosial, dan 18) Tanggung Jawab.

Salah satu dari nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan adalah


karakter religius. Nilai religius adalah konsep pokok dalam kehidupan beragama
yang bersifat suci sehingga dijadikan pedoman tingkah laku keagamaan warga
masyarakat (Surur, dkk, 2018: 42). Pembentukan karakter masyarakat khususnya
anak usia sekolah terus diupayakan terutama pembentukan karakter religius,
karena dengan karakter yang baik bisa memberikan kekuatan pada peserta didik
untuk menghadapi berbagai persaingan dalam hidup mereka. Untuk meningkatkan
nilai religius siswa, guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) mempunyai peran
penting dalam memotivasikan mereka dalam pembelajaran terutama pada
pembelajaran Agama Katolik. Oleh karena itu Guru PAK harus mempunyai
banyak strategi dalam pembentukan karakter religius siswa di sekolah dasar.

Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan salah satu mata pelajaran


yang diterapkan untuk membentuk karakter, moral, sopan santun, keterampilan
sosial serta untuk menumbuhkan spiritualitas peserta didik, karena pendidikan
Agama Katolik menyangkut Ketuhanan yang Maha Esa yang tercantum dalam
sila pertama pancasila (Sembiring dkk, 2022: 39). Guru Pendidikan Agama
katolik diharapkan sudah membentuk karakter religius siswa di sekolah dasar.

Guru Pendidikan Agama Katolik adalah pendidik yang spesialis dan


profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
dan ,mengarahkan siswa sesuai dengan ajaran iman katolik (Haru, 2020: 46).
Peran guru PAK selain mendidik dan mengajar dapat juga meningkatkan
keterampilan sosial peserta didik. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama
Katolik sangat berperan penting dalam membimbing karakter religius siswa,
sehingga mereka memiliki karakter religius yang baik di sekolah maupun di
masyarakat.

Sekarang banyak sekali siswa yang karakternya kurang baik, khusunya


pada karakter religius siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat magang 2
di sekolah dasar, banyak siswa yang pada saat berdoa tidak konsentrasi, mereka
masih tole kiri-kanan pada saat berdoa berlangsung. Apalagi pada saat mau
pulang sekolah mereka masih jalan saat doa berlangsung. Oleh karena itu,
karakter religius siswa sangat rendah, hal ini dipengaruhi kurangnya perhatian
guru terhadap siswa.
Berdasarkan masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Peran Guru PAK dalam Pembentukan Karakter Religius
Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


penelitian kualitatif. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDI Tenda. Jenis data
yang digunakan yaitu wawancara, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data
yaitu peneliti membuat format atau pedoman wawancara, alat tulis, dan
handphone untuk mendokumentasi pada saat wawancara berlangsung. Informan
dalam penelitian ini adalah guru pendidikan agama katolik SDI Tenda
HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Guru Pendidikan Agama Katolik

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang


melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan, Diana (Soekanto, 2017:86-87). Peran ini bisa
mencakup tanggung jawab, fungsi, dari sesorang. Dalam konteks pendidikan,
peran merujuk pada fungsi dan tanggung jawab yang dimiliki oleh berbagai pihak
dalam proses pembelajaran. Ini meliputi peran guru sebagai pendidik, orang tua
sebagai pendukung, serta peran lembaga pendidikan dalam memberikan
lingkungan pembelajaran yang baik.

Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian


mengajar. Keahliah mengajar ini secara kongkrit bisa dinilai oleh pemerinta dan
diakui sebagai kompetensi, untuk diberi sertifikat, (Datus & Wilhelmus,
2018:147). Menurut Linda (2024), guru merupakan orang yang menempati posisi
dan memegang peran penting dalam dunia pendidikan. Guru berperan sebagai
pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik. Dalam hal ini guru merupakan
seseorang yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya. Artinya guru memiliki peran yang sangat tinggi dalam
pembelajaran seperti memotivasi, membimbing, dan mendidik anak. Dalam dunia
pendidikan guru mempunyai peran penting yaitu sebagai berikut.

1. Guru sebagai model


2. Guru sebegai perencana
3. Guru sebagai peramal
4. Guru sebagai pemimpin
5. Guru sebagai penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat belajar.

Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam pendidikan karena meraka
adalah sumber pengetahuan, bimbingan, dan inspirasi bagi para siswa. mereka
merupakan peran yang sangat mempengaruhi karakter siswa misalnya dalam
pembentukan moral, pemikiran, keterampilan dan lain sebagainya.
Guru Pendidikan Agama Katolik

Guru Pendidikan Agama Katolik adalah pendidik yang spesialis dan


profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
dan ,mengarahkan siswa sesuai dengan ajaran iman katolik (Haru, 2020: 46).
Dalam hal ini guru agama katolik mengajarkan tentang ajaran-ajaran yang
berkaitan dengan ajaran iman katolik. Guru agama katolik adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan dan wewenang untuk mengajar ajaran-ajaran, nilai-nail,
serta praktik-praktik dalam ajaran agama katolik kepada siswa.

Pendidikan Agama Katolik diartikan sebagai : (1) proses menemukan


kebenaran sabda tuhan, sehingga anak mengalami pemberian perilaku dan
menghayati kebenaran; dan (2) proses menjadikan orang-orang bijaksana dengan
menghidupinya dengan iman di dalam Kristus, (Linda, 2024: 124). Diharapkan
dengan memberikan kepada anak, anggota gereja akan diperlengkapi dengan
mengalami perubahan perilaku yang mengarahkan pada kesempurnaan hidup.
Guru agam katolik dituntut untuk bisa memotivasikan dan menggerakkan peserta
didik untuk sungguh mengikuti apa yang diyakininya sebagai suatu kebenaran.

Peran umum seorang guru Pendidikan Agama Katolik adalah sebagai


berikut, (Haru, 2020:46- 49)

1. Guru pendidikan agama sebagai pendidik dan pewarta. Guru


pendidikan agama katolik dalam tugas dan perannya mengemban misi
ganda, yaitu sebagai pewarta pendidik. Sebagai seorang pendidik,
khususnya pendidikan agama katolik harus memiliki tanggung jawab
penting untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta
didik.
2. Guru pendidikan agama katolik sebagai petugas pastoral. Kedudukan
guru pendidikan agama katolik harus dibangun dan didasarkan atas
keyakinan mendasar, yaitu panggilan kemuridan. Guru pendidikan
agama katolik itu dipanggil untuk mengemban perintahYesus Kristus
untuk mewartakan pesan keselamatan Allah bagi semua orang.
3. Peran guru pendidikan agama katolik dalam hidup dan misi gereja.
Misi gereja adalah kesetiaan kepada Allah dalam mewartakan kabar
gembira Kerajaan Allah dan kesetiaan kepada manusia. Kesetiaan
rangkap dua ini adalah tanggung jawab yang telah dipercayakan gereja
untuk ditindaklanjuti oleh para pengajar iman.
4. Guru pendidikan agama katolik sebagai saksi kepada warta kristen.
Dalam proses katekese, guru pendidikan agama katolik berbicara
mengenai hal-hal yang secara pribadi diyakini. Karena itu,dia
membagikan iman pribadinya dalam tindakan dan sikap.
5. Guru pendidikan agama katolik sebagai pembina. Guru pendidikan
agama katolik dipanggil menjadi pembina umat beriman. Untuk itu
mereka membenahi diri dengan keterampilan, kompetensi, dan metode
mengajar agar efektif dalam tugas komunikasi iman ini.

Pembentukan Karaker Religius Siswa

Pembentukan adalah proses di mana seseorang dibangun, dibentuk, atau


dikembangkan menjadi bentuk atau keadaan tertentu melalui berbagai langkah
atau tahapan. Ini dapat merujuk pada pembentukan karakter, pembentukan fisik,
seseorang ke proses yang baik. Dalam hal ini pembentukan karakter mengacu
pada proses di mana individu mengembangkan nilai-nilai, sikap, kepribadian, dan
perilaku yang membentuk identitas dan moralitas mereka.

Karakter

Karakter adalah Watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang


terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan ( virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak,
(Wahidin, 2017: 259). Menurut Riadi (2018: 233) karakter adalah nilai-nilai yang
unik, baik yang terpateri dalam diri dan terkejawantahkan dalam perilaku. Dengan
demikian karakter adalah kepribadian seseorang yang berkaitan denga perilaku
dan etika yang ada dalam dirinya. Karakter tersebut terkait dengan perilaku yang
baik maupun yang buruk. Dalam hal ini pembentukan karakter sangat penting
ditanamkan dalam diri siswa agar menjadi perilaku yang baik. Karakter yang baik
berkaitan dengan pengetahuan yang baik, mencintai yang baik, dan melakukan
yang baik. Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan, (sudrajat, 2011: 48).

Dalam pendidikan pembentukan karakter sangat penting yaitu membangun


integritas, kejujuran, tanggung jawab, hingga keterampilan berkomunikasi yang
baik. Dalam hal ini siswa akan terbantu dalam mengatasi tantangan hidup,
membangun hubungan yang sehat, dan menghadapi situasi sulit dengan bijaksana.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan
pendidikan telah terdefinisi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religuas, (2) Jujur,
(3)Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah
Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai,
(15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18)
Tanggung Jawab.

Karakter Religius siswa

Religus adalah keadaan atau sikap seseorang yang mengeksperikan


keyakinan, pengabdian, dan praktik keagamaan secara konsisten dalam
kehidupannya sehari-hari. Menurut Mutiawati (2019: 169) religius adalah
keyakinan yang ada diri seseorang atau kelompok yang di dalamnya terdapat
aturan-aturan dan keajiban yang harus dilakukan berupa amal ibadah dalam tata
cara kehidupan agar mendapat ketenangan dan kebahagiaan. Sedangkan menurut
Esmael & Nafiah (2018: 19), karakter religius merupakan suatu strategi
pembentukan perilaku anak, di mana pendidikan karakter religius adalah landasan
awal untuk menciptakan generasi yang mempunyai moral ataupun akhlak mulia.
Karakter religius adalah sebagai kesetiaan dan konsistensi seseorang dalam
menerapkan nilai-nilai agama dalam berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini siswa yang memiliki karakter religius cendrung
menunjukan sikap toleransi, jujur, kerendahan hati, empati, dan komitmen dalam
menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Peran Guru PAK Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa Di SDI
Tenda

Guru pendidikan agama katolik memiliki peran penting dalam


pembentukan karakter religius siswa sekolah dasar. Guru tidak hanya
mengajarkan nilai-nilai agama, tetapi juga menjadi teladan dalam praktik
kehidupan sehari-hari, membimbing siswa untuk memahami ajaran agama, serta
membantu mereka mengembangkan sikap menghormati, bertanggun jawab, dan
berempati terhadap sesama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama katolik di SDI tenda,


adapun peran guru dalam pembentukan karakter religius siswa adalah sebagai
berikut.

Pertama-tama yaitu pembentukan karakter seturut atauran iman


katolik. Hal ini meliputi pembentukan moral, pengembangangan
spiritualitas, seperti penguatan nilai-nilai seperti kasih, kejujuran,
kerendahan hati, keadilan, dan komitmen terhadap pelayanan kepada
sesama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Ttujuannya adalah
agar siswa dapat hidup sesuai dengan ajaran agama katolik dan menjadi
Individu yang bertanggung jawab dan berempati dalam masyarakat.

Kedua yaitu memperluas wawasan anak tentang aturan iman


katolik. Hal ini membantu mereka dalam memahami landasan keyakinan
agama, nilai-nilai, dan prinsip yang mendasari ajaran katolik. Dengan
memperluas wawasan tersebut, anak dapat memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang praktik keagaan, moralitas, dan bagaimana ajaran
tersebut berperan dalam kehidupan sehari-hari. Ini membntu mereka
membangun fondasi kuat untuk mengembangkan karakter religius yang
sesuai dengan ajaran katolik.

Ketiga yaitu dalam mengajar materi pendidikan agama katolik


biasanya saya menggunakan metode katekik. Dalam hal ini metode yang
digunakan betujuan untuk membentuk pemahaman mereka yang
mendalam dan penerapan praktis ajaran agama dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini juga bertujuan yaituan sebagai berikut.

1. Membantu siswa mengembangkan hubungan yang lebih dalam


dengan agama, dan nilai-nilai spiritual, seperti kasih sayang,
kesadaran diri, keterbukaan terhadap kepertcayaan, dan
ketenangan batin
2. Pembentukan karakter religius yang kuat. Dalam hal ini dengan
memahami dan menerapkan ajaran agama, siswa dapat
membengun karakter religius yang kokoh, menjadi individu
yang betanggung jawab, berempati, dan peduli terhadap
sesama.
3. Mendorong siswa untuk merenungkan keyakinan mereka,
berpatisipasi dalam diskusi, dan memperdalam pengalaman
keagamaan mereka.

Keempat yaitu mengajak anak membaca kitab suci. Hal ini akan
memberi manfaat bagi siswa yaitu sebagai berikut.

1. Dengan membaca kitab suci siswa akan memahami nilai-nilai, ajaran


moral, serta cerita-cerita yang mengandung pelajaran berharga dalam
agama mereka dengan lebih mendalam.
2. Pembentukan karakter yaitu dengan ajaran kitab suci seringkali
mencakup nilai-nilai yang menjadi baik, seperti kasih, keadilan,
kesabaran, dan kepedulian terhadap sesama.
3. Menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Melalui membaca
kitab suci, siswa dapat menerapkan nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari, membimbing mereka dalam menghadap situasi dan
mengambil keputusan yang tepat.

Kelima yaitu menghubungkan pesan kitab suci dengan pengalaman hidup


anak. Dalam hal ini dengan mengaitkan pesan-pesan kitab suci dengan
pengalaman hidup sehari-hari, mereka dapat melihat bagaimana nilai-nilai dan
ajaran agama dapat diterapkan dalam konteks nyata. Misalnya, kisah-kisah dari
kitab suci yang relevan dengan masalah yang dihadapi anak-anak, dan kemudian
mengajarkan bagaimana prinsi-prinsip dalam kisah tersebut dapat membantu
mereka menyelesaikan konflik atau menghadapi tantangan dalam kehidupan
mereka. Ini juga membantu anak-anak untuk merenungkan bagaimana ajaran
agama dapat memberikan panduan moral dan etika dalam membuat keputusan,
bertindak, serta memahami bagaimana mereka dapat berkonstribusi secara positif
dalam hubungan mereka dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.

Keenam yaitu selalu aktif mengingatkan siswa untuk terlibat dalam


kegiatan gereja. Aktivitas gereja seringkali menekankan nilai-nilai seperti
pelayanan kepada sesama, kerendahan hati, kepedulian, dan keadilan sosial. Ini
membantu siswa mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Ketujuah yaitu selalu berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. ini


merupakan sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari yang dapat membantu siswa
membangun kebiasaan posistif yang berkaitan dengan spiritualitas.

KESIMPULAN

Guru pendidikan agama katolik memiliki peran penting dalam


pembentukan karakter religius siswa sekolah dasar. Guru tidak hanya
mengajarkan nilai-nilai agama, tetapi juga menjadi teladan dalam praktik
kehidupan sehari-hari, membimbing siswa untuk memahami ajaran agama,
serta membantu mereka mengembangkan sikap menghormati, bertanggun
jawab, dan berempati terhadap sesama. Adapun peran guru agama katolik
di SDI tenda dalam pembentukan karakter religius siswa yaitun
pembentukan karakter seturut atauran iman katolik, memperluas wawasan
anak tentang aturan iman katolik, dalam mengajar materi pendidikan
agama katolik biasanya menggunakan metode katekik, mengajak anak
membaca kitab suci, menghubungkan pesan kitab suci dengan pengalaman
hidup anak, selalu aktif mengingatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan
gereja, dan selalu berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.

Dalam penelitian ini saran dari peneliti yaitu diharapkan guru


pendidikan agama katolik tetap menjadi teladan bagi siswa terutama dalam
pendidikan karakter religius siswa yaitu teladan dalam praktik kehidupan
sehari-hari terutama dalam mencerminkan nilai-nilai agama agar siswa
akan semakin termotivasi dari gurunya.

DAFTAR PUSTAKA

Datus, Klementino., dan Wihelmus, Ola Rongan. 2018. Peran Guru Agama
Katolik Dalam Meningkatkan Mutu Dan Penghayatan Iman Siswa Sekolah
Menengah Tingkat Atas Kota Madun Melalui Pengajaran Agama Katolik’.
Jurnal Pendidikan Agama Katolik 20 (10) 2085-0743
Diana, Putri., Suwena, I Ketut., Wijaya, Ni Made Setia. 2017. “Peran Dan
Pengembangan Industri Kreatif Dalam Mendukung Pariwisata Di Desa
Mas Dan Desa Peliatan , UBUD”. Jurnal Analisis Pariwisata, 17 (2),
1410-3729
Esmail, Dari Ansulat., Nafiah. 2018. “Implementasi Pendidikan Karakter Religius
Di Sekolah Dasar Khadijah Surabaya”. Jurnal Pendidikan Dasar, 2 (1),
16-34
Haru, Emanuel. 2020. “Peran Guru Pendidikan Agama Katolik Sebagai
Gembala”. Alternatif Wacana Ilmiah Interkultural, 10(1), 43-62
Linda. 2024. “Peran Guru Pendidikan Agama Katolik Dalam Pendidikan Iman
Dan Karakter Anak Di Sekolah”. Jurnal Teologi Injili Pendidikan Agama
2 (1) 119-126
Mutiawati, Yenni. 2019. “Pembentukan Karakter Pada Kegiatan Makan Anak Di
Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Buah Hati, 6 (2), 165-174
Napratilora, Martina., Mardiah., dan Lisa Hendro. 2021. “Peran Guru Sebagai
Teladan Dalam Implementasi Nilai Pendidikan Karakter”. Pendidikan
Islam 6 (1), 34-47
Omeri, Nopan. 2015. “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia
Pendidikan”.Manajer Pendidikan, 9 (3), 464-468
Pristiwanti, Desi., dkk. 2022. “Pengertian Pendidikan”. Pendidikan dan
Konseling, 4 (6), 7911-7915
Sembiring, Mimpin., dkk. 2022. “Peran Guru Pendidikan Agama Katolik dalam
Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik SMA Swasta Santa
Maria Kabanjahe”. Penelitian Pendidikan Agama Katolik, 2 (1), 037-050
Sudrajat, Ajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter”. Jurnal Pendidikan
Karakter 1 (1), 47-58
Surur, Agus Miftakus., Septiarini, Eka., dan Trianawati, Ayu Yulia. “Upaya
Menanamkan Nilai Religius Siswa di Man Kediri 1 Kota Kediri Melalui
Ekstrakurikuler Keagamaan Tahfidz Al-Qur’an”.Pendidikan Agama
Islam, 14 (1), 42-51
Wahidin, Unang. 2017. “Pendidikan Karakter Bagi Remaja”. Jurnal Pendidikan
Islam, 2(3), 256-269

Anda mungkin juga menyukai