Makalah Agamas Kelom (Pok 3
Makalah Agamas Kelom (Pok 3
Dosen pengampu :
Uil Amri , M.Pd
JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PROF DR HAZAIRIN SH (UNIHAZ)
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala
taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan
makalah ini adalah untuk memenuhi syarat dalam memperoleh nilai terbaik pada Fakultas
Fakultas Hukum, Program Studi Hukum Universitas Prof Dr Hazairin SH (unihaz).
Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang terbaik. Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasn
kemampuan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis menyadari tanpa adanya
bimbingan, dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka
makalah ini dapat terselesaikan..
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
DAFTAR ISI
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan permasalahan yang terkait dengan
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia diantaranya :
1. Definisi Demokrasi ?
2. Norma-norma dalam pandangan hidup Demokrasi ?
3. Hubungan Demokrasi Dan HAM ?
4. Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia) ?
D.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya :
1. Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah-masalah yang ada di Indonesia.
2. Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi merupakan terminologi yang sarat dengan makna dan tafsir. Terminologi ini
berkaian erat (lingkage) dengan sistem sosial yang mendukungnya. Demokrasi mengandung
unsur-unsur yang universal (common deminator) dan juga muatan-muatan kontekstual yang
melekat pasa suatu sistem sosial tertentu (cultural relativism).
Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani (Greek)
yaitu demos yang artinya rakyat dan cartein atau cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan.
Secara bahasa demo-cratein atau demo-cratos (demokrasi) adalah keadaaan negara dimana dalam
system pemerintahannya kedaulatan berada ditanga rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat
dan kekuasaan oleh rakyat.
Demokrasi merupakan sustu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik
dimana individu-individu memperolah kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif
atas suara rakyat [Joseph A. Schementer]. Demokrasi merupakan bentuk suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggungjawab atas tindakan-tindakan mereka di
wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara langsung melalui kompetisi dengan para
wakil mereka yang telah teripilih [Philipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl].
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala berdasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan [Henry. B. Mayo]
Affan Gaffar (2000) memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu pemaknaan secara
normatif dan empirik. Demokrasi normatif adalah demokrasi yangseara ideal hendak dilakukan
oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah demokrasi dalam perwujudannya pada
dunia politik praktis.
Dengan demikian dari pendapat tersebutmaka demokrasi pada dasarnya merupakan sistem
sosial bermasyarakat, bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan
kekuasaaan ditangan rakyat yang mengandung pengertian berikut :
1) Pemerintah dari rakyat (government of the people)
Demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa, oleh karena itu demokrasi memerlukan
usaha nyata setiap warga dan perangkat pendukung yaitu budaya yang kondusif sebagai
manifestasi dari suatu mind set(kerangka berpikir) dan setting social (rancangan masyarakat).
Bentuk konkrit dari manifestasi tersebut dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup (way
of life) dalam setiap aspek kehidupan bernegara baik oleh rakyat (masyarakat) maupun
pemerintah.
Pemerintahan yang demokratis membutuhkan kultur demokrasi untuk membuatnya eksis
dan tegak. Kultur demokrasi itu berada pada masyarakat itu sendiri. Sebuah pemerintahan yang
baik dapat tumbuh dan stabil apabila masyarakat pad umumnya punya sikap positif dan proaktif
terhadap norma-norma dasar demokrasi. Oleh sebab itu masyarakat harus menjadikan demokrasi
pandangan hidup.
Tegaknya demokrasi sebagai tata kehidupan sosial dan sistem politik sangat bergantung
kepada tegaknya unsur-unsur penopang demokrasi itu sendiri. Unsur-unsur yang dapat
menopang tegaknya demokrasi antara lain:
1) Negara hokum;
2) Masyarakat Madani (Civil Society);
3) Infrastruktur politik; dan
4) Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Sejak reformasi tahun 1998 Indonesia saaat ini sedang memasuki fase transisi demokrasi.
Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan
kemana arah demokrasi yang akan dibangun.
Disamping itu dalam fase ini juga bisa saja terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan
negara yang menghantarkan Indonesia kembali memasuki masa otoriter sebagaimana yang
terjadi pada Orde Lama dan Orde Baru.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat tergantung pada empat faktor kunci
yaitu:
1) komposisi elite politik,
2) desain institusi politik,
3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non-elite, dan
4) peran masyarakat madani (civil society).
Oleh karena iru keempat faktor tersebut harus berjalan secara sinergis dan terpadu.
Dlam rangka upaya membangun demokrasi di Indonesia maka diperlukan adanya 8 faktor
pendukung sebagai berikut:
1) Keterbukaan sistem politik;
2) Budaya politik partisipatif egalitarian;
3) Kepemimpinan politik yang berorientasi kerakyatan;
4) Rakyat yang terdidik, cerdas dan peduli;
5) Partai politik yang tumbuh dari bawah;
6) Penghargaan terhadap hokum;
7) Masyarakat Madani yang tanggap dan bertanggung jawab; dan
8) Dukungan dari pihak asing dan pemihakan pada golongan mayoritas.
Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar,
namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai.
Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya
bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi
“tumpul” dan tidak lagi diminati.
Masyarakat sosialis-komunis mendefinisikan rakyat sebagai lapisan rakyat yang menurut
mereka, adalah rakyat miskin dan tertindas di segala bidang kehidupan. Rakyat miskin (kaum
proletar dan buruh) akan memimpin revolusi sosialis melalui wakil-wakil mereka dalam partai
komunis. Kepentingan yang harus diperjuangkan bukanlah kemerdekaan pribadi. Bahkan,
kemerdekaan pribadi menurut masyarakat sosialis-komunis harus ditiadakan karena satu-satunya
kepentingan hanyalah kepentingan rakyat secara kolektif, yang dalam hal ini diwakili oleh partai
komunis. Dengan demikian masyarakat sosialis-komunis, juga mengakui kedaulatan rakyat.
Mereka pun menjunjung tinggi demokrasi, yang dikenal sebagai demokrasi komunis.
Berikut ini adalah persamaan Indonesia dengan negara komunis pada umumnya.
1. Sistem pemerintahan dengan Single Party;
2. Mengharamkan kebebasan berkumpul dan berpendapat,
termasuk membentuk partai baru, pooling apalagi referendum;
3. Menghalalkan segala cara dalam mempertahankan kekuasaan sang Single Party;
4. Memiliki backing dari pihak militer yang sangat kuat dan selalu berusaha ikut campur dalam
urusan pemerintahan;
5. Komunis: tidak boleh beragama, Indonesia: boleh beragama (tetapi tidak menjalankan
kewajiban sebagai umat beragama);
6. Paling jago kalau disuruh propaganda.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh :
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Pembunuhan;
2. Pemusnahan;
3. Perbudakan;
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. Penyiksaan;
7. Perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9. Penghilangan orang secara paksa; atau
10. Kejahatan apartheid.
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada
seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga,
dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan
oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga,
atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani (Greek)
yaitu demos yang artinya rakyat dan cartein atau cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan.
Secara bahasa demo-cratein atau demo-cratos (demokrasi) adalah keadaaan negara dimana dalam
system pemerintahannya kedaulatan berada ditanga rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat
dan kekuasaan oleh rakyat.
Hak Asasi Manusia(HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hukum di Indonesia memang telah lama lumpuh. Untuk kasus-kasus besar, terutama
berbau politik dan kekuasaan, sudah menjadi rahasia umum bahwa pengadilan beserta keputusan
hakim pun dapat dibeli. Oleh karena itu, semua peraturan yang ada bagaikan aksesoris yang
membuat perih derita korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia.
SARAN
Di atas telah dicontohkan beberapa kasus yang bisa dinilai sebagai pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh masyarakat diakibatkan
rendahnya kesadaran hukum dari masyarakat. Seharusnya setiap kasus memiliki ruang publik
yang luas untuk didiskusikan, dicari jalan tengahnya dan menghindari konflik horizontal. Ini juga
harus benar-benar ada niat baik dari pemerintah untuk melindungi Hak Asasi Manusia warga
negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Konstitusi
Press, 2005.
__________, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
Ferejohn, John, Jack N. Rakove, and Jonathan Riley (eds). Constitutional Culture and
Democratic Rule. Cambridge: Cambridge University Press, 2001.
Fukuyama, Francis. Memperkuat Negara: Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21. Judul
Asli: State Building: Governance and World Order in the 21st Century. Penerjemah: A.
Zaim Rofiqi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Giddens, Anthony. The Constitution of Society: Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial. Judul
Asli: The Constitution of Society: The Outline of the Theory of Structuration. Penerjemah:
Adi Loka Sujono. Pasuruan; Penerbit Pedati, 2003.
Huntington, Samuel P. The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century.
Norman: University of Oklahoma Press, 1991.
Republik Indonesia, Himpunan Ketetapan MPRS dan MPR Tahun 1960 s/d 2002, Jakarta:
Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002.
Sabine, George H. A History of Political Theory. Third Edition. New York-Chicago-San
Fransisco-Toronto-London: Holt, Rinehart and Winston, 1961.
Suseno, Franz Magnis. Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.