Anda di halaman 1dari 52

RISET EKONOMETRIKA

PENGARUH LABELISASI BPOM PADA PRODUK KOSMETIK


TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI PASAR SENGGOL
PAREPARE

DOSEN PENGAMPUH :
Dr. Syahriah Semaun, S.E., M.M.

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Diva Mutiara (2020203860202047)
Rabiatul Adhawiah (2020203860202057)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI (IAIN) PARE-PARE
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan riset yang berjudul “PENGARUH LABELISASI BPOM PADA PRODUK
KOSMETIK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN di PASAR SEBGGOL PAREPARE”.
Tanpa pertolongan-Nya penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan riset ini dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Riset ini disusun berdasarkan apa yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Dalam riset ini
penyusun mencoba menyajikan seperti pada judul tersebut. Penyusun menyadari kekurangan
serta keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga dalam penyusunan riset
ini masih banyak kekurang dan kesalahan. Untuk itu, penyusun mengharap kritik, saran dan
masukan dari pembaca yang bersifat membangun sebagai bahan koreksi dan evaluasi demi
kesempurnaan riset ini ke depan, yang tentunya akan memperkaya ilmu dan wawasan bagi
penyusun.

Harapan penyusun semoga riset ini bermanfaat bagi yang membaca serta pihak yang
berkepentingan, terutama bagi penyusun sendiri.

Parepare, 25 Oktober 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebutuhan menjadi segala sesuatu yang harus dipenuhi seluruh makhluk hidup untuk
keberlangsungan hidupnya dari sesuatu yang paling penting untuk keberlangsungan hidupnya
sampai sesuatu untuk memenuhi kepuasan dirinya sendiri. Kebutuhan terdiri dari tiga macam
yaitu kebutuhan primer meliputi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia seperti sandang
(pakaian), papan (rumah), dan pangan (makan), kebutuhan sekunder meliputi kebutuhan yang
pemenuhannya bisa ditunda setelah kebutuhan primer terpenuhi seperti pendidikan, kendaraan
dan hiburan, kebutuhan tersier meliputi kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan
sekunder terpenuhi yang erat kaitannya dengan barang-barang mewah seperti emas, dan vila.

Perilaku manusia menjadikan setiap individu memiliki keinginan yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia melakukan tindakan membeli kemudian
mengonsumsi suatu barang yang diinginkannya. Hal tersebut dikenal dengan istilah konsumen.
Semakin tinggi taraf hidup dari tingkat sosial suatu masyarakat, semakin banyak tingkat pilihan
masyarakat untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. 1 Begitu pula dengan perilaku wanita.
Wanita cenderung memperhatikan penampilan. Mempercantik diri mejadi salah satu kebutuhan
sekunder para wanita, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai rangkaian produk
kosmetik.

Istilah kosmetik berasal dari bahas Yunani yakni “Kosmetikos” yang berarti keahlian dalam
menghias. Berdasarkan asal katanya kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk
digosokkan, dilekatkan, dituangkan atau disemprotkan pada bagian badan manusia dengan
maksud membersihkan, memelihara, menambah daya tarik, dan tidak termasuk golongan obat.2

Kosmetik adalah zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan atau aroma
tubuh manusia. Kosmetik umumnya merupakan campuran dari berbagai senyawa kimia,
beberapa terbuat dari sumber-sumber alami dan kebanyakan dari bahan sintesis.

1
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep & Strategi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 17.

2
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi tiga belas jilid 1, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008),
hal. 12.
Kosmetik adalah bahan atau sedian yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (kulit, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.3

Wanita menjadi segmentasi pasar yang potensial karena memiliki banyak kebutuhan. Dalam
kehidupan sehari-hari sebagian besar wanita tidak lepas dari kosmetik. Produk perawatan tubuh
digunakan sebagian besar wanita mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur. Oleh karena
itu banyak perusahaan yang berusaha memenuhi kebutuhan terkait kosmetik dengan berbagai
macam inovasi produk. Inovasi produk dilakukan oleh para produsen untuk memperoleh daya
tarik beli para konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

Beredar berbagai macam inovasi produk yang berkembang menghasilakan berbagai jenis produk
khususnya produk kosmetik yang dapat dikonsumsi. Produk kosmetik juga memiliki resiko
mengingat kandungan bahan- bahan kimia tidak selalu memberi efek yang sama untuk setiap
kosumen. Namun tak kalah banyak produk kosmetik palsu yang beredar dipasaran yang
dilakukan oleh seseorang pencari keuntungan tanpa memikirkan dampak negatif bagi
penggunanya.

Atribut produk menjadi unsur yang dipandang penting dan dijadikan dasar oleh konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian suatu produk.4Peran pengawasan pemerintah dalam mengatur
beredarnya produk kosmetik harus senantiasa dilakukan agar kualitas perlindungan konsumen
meningkat. Saat ini masih banyak barang dan jasa termasuk obat-obatan yang beredar untuk
diperjual belikan yang menyalahi aturan pemerintah. Untuk itu telah dibentuk Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM). Sebuah produk khususnya kosmetik dikatakan layak untuk
dikonsumsi apabila tercantum kode dan label dari BPOM yang telah ditentukan.

Sebuah keputusan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen dilakukan atas dasar
keinginan dan kebutuhan. Banyak konsumen yang cenderung memilih produk yang terkenal dan
lebih mahal dibanding dengan produk yang telah dinyatakan aman oleh lembaga berwenang.
Selain itu juga masih beredar kosmetik palsu di pasar, toko kosmetik, swalayan dan market place
lainya yang berdampak buruk bagi konsumen. Adanya permasalahan tersebut karena minimnya
pengetahuan konsumen mengenai keamanan produk kosmetik terkait kandungan produk
kosmetik tersebut dan kurang menyadari akan pentingnya pengecekan atribut-atribut yang
terdapat pada produk kosmetik yang telah diuji oleh lembaga berwenang terhadap suatu produk
kosmetik yang akan dibeli.

Dilihat dari latar belakang diatas , hal ini menarik kami untuk melakukan penelitian tentang
Pengaruh Labelisasi BPOM produk Kosmetik terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar
Senggol Parepare.
.

3
Herni Kustanti, Tata Kecantikan Kulit, (Jakarta: Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan, 2008), hal. 63.
4
F. Ginting, Manajemen Pemasaran, (Bandung: CV YRAMA WIDYA,2011), hal. 95.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:

1) Seberapa baik Labelitas BPOM produk Kosmetik di Pasar Senggol Parepare?


2) Seberapa baik Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare?
3) Apakah ada hubungan yang positif dan singnifikan antara Labelisasi BPOM produk
Kosmetik terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare?
4) Apakah ada pengaruh Labelisasi BPOM produk Kosmetik terhadap minat beli di Pasar
Senggol Parepare?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian atau riset ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
ekonometrika, juga untuk :

1. Untuk mengetahui seberapa baik Labelitas BPOM produk Kosmetik di Pasar Senggol
Parepare?
2. Untuk mengetahui seberapa baik Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare?
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan singnifikan antara Labelisasi
BPOM produk Kosmetik terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare?
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Labelisasi BPOM produk Kosmetik terhadap
minat beli di Pasar Senggol Parepare?

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak
tertentu guna menjadikan penelitian ini menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut
terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum kami cakup dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat dan dapat
dijadikan upaya untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang Ekonomi Islam, terutama
berkaitan dengan atribut BPOM serta keputusan membeli produk kosmetik serta untuk
mengetahui pentingnya atribut BPOM pada produk kosmetik untuk dikonsumsi agar
tidak menimbulkan dampak yang buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU


Dalam suatu penelitian dibutuhkan suatu tinjauan pustaka, hal ini dilakukan guna menghindari
kesamaan dalam membahas suatu hal, yang topik atau fokus penelitiannya sama dengan
menggunakan sumber-sumber pustaka yang telah ada sebelumnya dan membantu menentukan
posisi seorang peneliti. Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan tema penelitian ini,
diantaranya penelitian:

1. Skripsi Universitas Islam Negeri Suska Riau yang di susun oleh Lady Arce Savira yang
berjudul “Pengaruh Atribut BPOM Terhadap Keputusan Pembelian Produk
Kosmetik (Studi Pada Masyarakat Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan
Hilir, Riau.)”. Ia menyimpulkan bahwa adanya atribut BPOM masyarakat khususnya
perempuan Kecamatan Bagan Sinmebah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau meyakini kualitas
dan keamanan produk kosmetik yang hendak dibeli dan digunakan, dalam hal ini
dibuktikan pemakaian berlanjut produk kosmetik yang beratribut BPOM oleh Masyarakat
Khususnya Perempuan Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.5
2. Skripsi Institut Agama Islam Negeri Metro yang di susun oleh Dewi Larasati yang
berjudul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Produk Kosmetik Yang Tidak Terdaftar
Pada BPOM Ditinjau Dari Perilaku Konsumen (Studi Kasus Mahasiswi Ekonomi
Syariah Angkatan 2014 di IAIN Metro Lampung))”. Ia menyimpulkan bahwa persepsi
mahasiswi IAIN Metro cenderung dapat memahami produk kosmetik yang tidak terdaftar
pada BPOM. Menurut mahasiswi produk kosmetik non BPOM belum terbukti
kualitasnya, dapat menyebabkan efek samping seperti kerusakan pada kulit, belum bisa
dipastikan kandungan apa saja yang tercampur dari produk tersebut, dan belum bisa
mentaati peraturan pemerintah.6
3. Penelitian tentang “Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik
Pada Mahasiswi STAIN Jurai Siwo Metro Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2010”,
yang diteliti oleh Novi Eka Safitri mahasiswi STAIN Jurai Siwo Metro. Metode yang
digunakan kualitatif. penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang bersifat
deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap
keputusan pembelian kosmetik.7

5
Lady Arce Savira, skripsi Pengaruh Atribut BPOM Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik (Studi Pada Masyarakat
Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.),UIN Suska Riau,2021
6
Dewi Larasati, skripsi Persepsi Mahasiswa Terhadap Produk Kosmetik Yang Tidak Terdaftar Pada BPOM Ditinjau Dari
Perilaku Konsumen (Studi Kasus Mahasiswi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 di IAIN Metro Lampung), IAIN Metro
Lampung,2014
7
Novi eka safitri, skripsi Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Pada Mahasiswi STAIN Jurai Siwo
Metro Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2010, STAIN Jurai Siwo Metro, 2010
4. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Siti Nurhayati tentang “Pengaruh Produk
Berlabel Halal Terhadap Minat Beli Masyarakat Muslim Di Kelurahan Iringmulyo
kota Metro pada tahun 2010”, metode yang digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan deduktif variabel. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh produk
berlabel halal terhadap minat beli.8
5. Penelitian selanjutnya oleh Rizqi Ratna Sari dengan judul “Persepsi Mahasiswa
Terhadap Produk Berlabel Halal Dan Keputusan Pembelian (Studi Terhadap
Mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro.” Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis yaitu dengan
menilai informasi yang ada, kemudian diuraikan dan memberikan pemahaman
berdasarkan pengalaman hidup sejumlah orang yang terkait dengan penelitian tersebut.9

Berdasarkan pemaparan studi terdahulu yang diteliti hanya pada pengaruh label halal dan BPOM
yang berdasarkan persfektif terhadap keputusan pembelian kosmetik dan persepsi mahasiswa
terhadap produk kosmetik yang tidak terdaftar pada BPOM ditinjau dari perilaku konsumen,
penelitian ini memiliki perbedaan. Pada penelitian ini penulis meneliti yaitu Pengaruh
Labelisasi BPOM pada Produk Kosmetik terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol
Parepare.

B. TINJAUAN TEORI

1. LABEL
a. Pengertian Labelisasi
Label mempunyai hubungan erat dengan pemasaran. Label merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi tentang apa yang yang ada dalam
penjual dan produk itu sendiri. Pemberian label (labeling) merupakan elemen
produk yang sangat penting yang patut memperoleh perhatian seksama dengan
tujuan untuk menarik para konsumen.10 Secara umum, label minimal harus berisi
nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi,
tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Sebuah label bisa
merupakan bagian dari kemasan atau bisa sebagai tanda pengenal yang melekat
dalam kemasan.

8
Siti Nurhayati, skripsi Pengaruh Produk Berlabel Halal Terhadap Minat Beli Masyarakat Muslim, Iringmuyo Metro, 2010.
9
Rizqi Ratna Sari, skripsi Persepsi Mahasiswa Terhadap Produk Berlabel Halal Dan Keputusan Pembelian (Studi Terhadap
Mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro, STAIN Jurai Siwo Metro, 2010.
10
HenrySinamora, Manajemen Pemasaran Internasional, Cet 1, Jilid 1, (Jakarta: Salemba Empat, 2008).
b. Macam-macam Label/Labelisasi
Secara garis besar terdapat tiga macam label yaitu:
1) Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan
pada kemasan.
2) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif
mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan, dan
kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang
berhubungan dengan produk.
3) Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk
(product’s judged quality) dengan suatu huruf,angka, atau kata.
4) Label Produk (Product Label) ialah bagian dari pengemasan sebuah produk
yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan produk.
5) Label Merek (Brand Label) yakni nama merek yang diletakkan pada
pengemasan produk.
6) Label Tingkat (Grade Label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa
terdiri dari huruf, angka atau metode lainya untuk menunjukkan tingkat
kualitas dari produk itu sendiri.
7) Label Deskriptif (Descriptive Label) menggambarkan isi, pemakaian dan ciri-
ciri produk. Pemberian label (labeling) merupakan elemen produk yang sangat
penting yang patut memperoleh perhatian saksama dengan tujuan untuk
menarik para konsumen.
c. Label dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018
tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa Pasal 1ayat (1) Barang adalah
setiap benda baik berwujud maupun tidakberwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk
diperdagangkan,dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh Konsumen. (2)
Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakanbagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh Konsumen.11

Pasal 1 ayat (9) Label adalah setiap keterangan mengenai Barangyang berbentuk
tulisan, kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lainyang memuat informasi
11
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar Dan/Atau Jasa
tentang Barang dan keterangan Pelaku Usahaserta informasi lainnya yang
disertakan pada Barang, dimasukan kedalam,ditempelkan/melekat pada Barang,
tercetak pada Barang, dan/ataumerupakan bagian kemasan Barang. (13) cara
menjual adalah kegiatanatau upaya Pelaku Usaha untuk menawarkan,
mempromosikan danmengildankan Barang Beredar dan/atau Jasa kepada
Konsumen, dengan maksud untuk menjual dan memperoleh imbalan.

2. BPOM
a. Atribut BPOM
Atribut BPOM mencakup :Label berupa logo centang dan tulisan BADAN POM
dengan ciri khas warna biru dan hijau.

Gambar 1.0
Logo Label BPOM

b. Kode nomor seri BPOM


pada setiap kemasan produk kosmetik yang diberikan izin beredar, untuk megecek
produk kosmetik terdaftar di BPOM dapat mengunjungi situs website
(https://cekbpom.pom.go.id/) dengan memasukkan kode nomor seri yang terdapat
pada kemasan produk kosmetik.

Gambar 2.0
Website cek BPOM

Gambar 3.0
Contoh Produk yang bernomor BPOM

c. Barcode BPOM
Pada kemasan produk kosmetik dapat discan melalui aplikasi BPOM Mobile.
Gambar 4.0
Aplikasi Mobile BPOM

Gambar 5.0
Contoh Produk yang ada Barcode BPOM

d. Tugas BPOM
Tugas BPOM dalam peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 pada Pasal 2 ayat
(1) menyebutkan bahwa :
a. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintaan
dibidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Obat dan makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri ata
sobat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekusor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan olahan.12

e. Fungsi BPOM
Dalam melaksanakan tugas BPOM menyelenggarakan fungsi :
1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Pengawasan
Obat dan Makanan (POM).
2) Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang POM.
3) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM
4) Pemantauan, pemberiaan bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah dan masyarakat di bidang POM.
5) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum
dibidang perencanaan umum,ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga.13

f. Kewenangan BPOM
Menurut Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Pasal 4, dalam melaksanakan
tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM mempunyai kewenangan sebagi
berikut :
1) Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standard
dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, mutu, serta pengujian
Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undang.
2) Melakukan intelejen dan penyelididkan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3) Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.14

3. LABELISASI BPOM

a. Pengertian Label BPOM

12
Chandra Yusuf, Hukum Bisnis, Jurnal Elektronik Volume 4 Nomor 2 Oktober 2020, hal 424
13
Rahmi Yuningsih, Penguatan Kendali pemerintah Terhadap Peredaran Obat dan
Makanan, Pusat Penelitian Badan Keahlian, (Jakarta : RI, 2017), hal. 14-15
14
Chandra Yusuf, Ibid, hal. 425
Labeling berkaitan dengan pemasaran. Label merupakan bagian dari suatu produk
yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah yang bertugas melakukan
regulasi, standarisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang mencangkup
keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan,
obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya.15

b. Fungsi dan Tujuan BPOM


Fungsi dari Badan Pengawas Obat Dan Makanan antara lain:
a) Pengkajian dan Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan
Obat dan Makanan.
b) Pelaksanaan kebijakan nasional bidang pengawasan Obat dan Makanan.
c) Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
sebelum beredar.
d) Koordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah.
e) Pemantauan dan pemberian dukungan administrasi.
f) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum.16

Tujuan adanya badan pengawas obat dan makanan yaitu:

1) Kepastian adanya perlindungan kepada konsumen terhadap produksi,


peredaran dan penggunaan sediaan farmasi dan makanan yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, khasiat.
2) Memperkokoh perekonomian nasional dengan meningkatkan daya
saing industri farmasi dan makanan yang berbasis pada keunggulan.

c. Tata Cara Pendaftaran BPOM

15
Rosaria, Fungsi Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Dalam Produk Kosmetika Di Kota Samarinda, ISSN 0000-0000,
Volume 4, Nomor 2, 2016, Volume 4, Nomor 2, hal. 4191
16
Irna nurhayati, Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat Dan Makanan, (Mimbar Hukum), Volume 21,
Nomor 2, Juni 2009, hal.215
Melalui laman e-bpom para pelaku usaha dapat mendaftarkan produknya secara
online. Setelah login, pendaftar akan diarahkan untuk mengisi beberapa pertanyaan
seperti jenis usaha, alamat, dan surat permohonan. Setelah itu pengusaha harus membayar
biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) tergantung jenis usahanya. Kemudian
pendaftar hanya tinggal menungu persetujuan dari BPOM untuk mendapat Nomor Izin
Edar.

Gambar.1
Diagram Aliran Registrasi e-BPOM

Untuk mengenali keaslian produk khususnya kosmetik dapat dilakukan dengan


langkah sebagai berikut:
- Masuk ke situs resmi BPOM di http://www.cekpom.go.id/, pilih cari
kategori berdasarkan yang ingin dicari. Kemudian akan muncul produk
kosmetik yang teregistrasi.

d. Notifikasi Kosmetika
1) Pemohon notifikasi
 Industri kosmetika yang berada di wilayah Indonesia yang telah memiliki izin
produksi
 Importer kosmetika yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) dan surat
penunjukan keagenandari produsen negara asal.
 Usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi dengan
industri kosmetika yang telah memiliki izin produksi.

2) Tata cara pendaftaran data badan usaha (akun perusahaan)


 Pemohon mengisi formulir administrasi elektronik badan usaha secara online.
 Pemohon dating langsung ke Badan BPOM untuk menyerahkan dokumen
administrasi sesuai persyaratan.
 Setelah hasil verifikasi dokumen dinyatakan lengkapmaka user ID dan
password pemohon dapat diaktifkan.17

Dokumen administrasi :
 Produk lokal
a. Surat izin produksi kosmetika sesuai dengan jeis sediaan yang
didaftarkan.
b. Surat pernyataan terkait merek.
c. Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) atau suat
pernyataan penerapan CPKB dan atau sertifikat Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) dengan surat keterangan penggunaan fasilitas
bersama, sesuai dengan jenis sediaan produk yang dinotifikasi.
d. Surat perjanjian kerjasama antara pemohonnotifikasi dengan
perusahaan pemberi lisensi (produk lisensi).18

17
Dokumentasi , Direktorat registrasi obat tradisioanl suplemen kesehatan dan kosmetik notifikasi kosmetika, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru.
18
Dokumentasi , Direktorat registrasi obat tradisioanl suplemen kesehatan dan kosmetik notifikasi kosmetika, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru.
3) Tata cara pengajuan notifikasi
 Pemohon mengisi dan template notifikasi melalui website Badan POM secara
Online (www.pom.go.id) dan mengirima\kannya jika telah diisi lengkap.
 Pemohon akan menerima email emberitahuan surat perintah bayar (SPB).
 Pemohon akan menerima nomor ID setelah pembayaran diverifikasi.
 Setiap produk yang telah mendapatkan nomor ID akan dilakukan verifikasi
template notifkasi.
 Setelah hasil verifikasi template notifikasi dan ingridients dinyatakan lengkap
akan dikeluarkan nomor notifikasi dalam jangka waktu 14 hari kerja (HK).

4) Masa berlaku notifikasi

 Notifikasi berlaku dalam jangka waktu 3 tahun.


 Setelah jangka waktu berakhir,pemohon harus memperbaharui notifikasi.
Untuk memperpanjang notofkasi mengikutitata cara pengajuan pembaharuan
notifikasi dengan ketentuan bahwa tidak terjadi perubahan baikpada formula
maupun dokumen administrasi.

5) Biaya notifikasi

 Rp. 1.500.00 untuk kosmetik yang diproduksi di luar wilayah ASEAN.


 Rp. 500.000 untuk kosmetik yang diproduksi di wilayah ASEAN.19

19
Dokumentasi , Direktorat registrasi obat tradisioanl suplemen kesehatan dan kosmetik notifikasi kosmetika, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru.
Indikator dari label BPOM menggunakan indikator yang sama dengan labelisasi halal. Menurut
Mahwiyah ada tiga, yaitu pengetahuan, kepercayaan, dan penilaian terhadap labelisasi halal.20

Berikut ini adalah arti dari masing-masing indikator diatas:

1) Pengetahuan, merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh


seseorang. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan
dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat
dibenak seseorang.
2) Kepercayaan, merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap sesuatu benar. Dapat juga anggapan atau keyakinan bahwa
sesuatuyang dipercayai itu benar atau nyata.
3) Penilaian terhadap labelisasi halal merupakan proses, cara, perbuatan,
memberikan nilai terhadap labelisasi halal. Label halal adalah suatu fatwa
tertulis dari majelis ulama indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan
suatu produk sesuai dengan syariat islam. Sertifikat halal ini merupakan
syarat mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk
dari instansi pemerintah yang berwenang.21

4. PRODUK
20
Mahwiyah, Pengaruh Labelisasi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen, UIN Syarif Hidayatulah, 2010.
21
Kotler dan Keller, Manajemen Pemasaran, (ttp: PT Indeks, 2007) hal.45
a. Pengertian Produk

Produk adalah suatu yang bersifat kompleks, yang dapat diraba maupun tidak dapat diraba,
yang di dalamnya termasuk kemasan, harga, prestise perusahaan dan pelayanan jasa
perusahaan yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhannya.Kemudian produk sendiri diklasifikasikan menjadi 2, yaitu jasa dan barang.
Produk jasa hanya dapat dirasakan (intangible), sedangkan produk barang bisa dilihat dan
dirasakan (tangible).

Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran definisi produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan. Produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,
tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide22.
Menurut Kotler dan Amstrong mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang
dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

Klasifikasi Produk dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti:


1) Produk berdasarkan ketahananya (Durability) dan Keberwujudannya (Tangibility)
 Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods)
Adalah barang-barang yang berwujud yang biasanyadikonsumsi dalam satu
atau beberapa kali penggunaan, seperti sabun, pasta gigi, makanana, soft
drink dan lain-lain.23
 Barang tahan lama (durable goods)
Adalah barang-barang berwujud yang biasanya dapat digunakan untuk waktu
yang lama, seperti lemari pendingin, mesin foto copy, pakaian dan ain-lain.
 Jasa (services)
Adalah produk yang tidak berwujud, tak terpisahkan, bervariasi dan dapat
musnah, seperti salon, nasihat hukum dan perbaikan peralatan.

2) Produk Konsumen
 Barang sehari-hari (convenirnce goods),

22
Philip Kotler dan kevin keller, “manajemen pemasaran”. Edisi 13 jilid 2. Hal 4
23
Philip Kotler dan kevin keller, “manajemen pemasaran”. Edisi 13 jilid 2. Hal 6
Konsumen biasanya sering membeli barang sehari-hari dengan segera dan
usaha minimum, misalnya makanan, minuman, dan sebagainya.
 Barang belanja (shopping goods),
Adalah barang yang secara karakteristik dibandingkan oleh konsumen
berdasarakan kecocokan, kualitas, harga dan gaya. Misalnya pakaian, sepatu,
kosmetik dan sebagainya.
 Barang khusus (specialty goods),
Mempunyai karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana ada
cukup pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus. Misalnya
sepeda motor, mobil, handphone mewah dan sebagainya.
 Barang yang tidak dicari (unsought goods),
Adalah barang yang Tidak dikenal konsumen atau biasanya tidak terpikirkan
untuk Dibeli.
3) Produk Industri
 Bahan dan suku cadang (materials and parts)
Adalah barang Yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen.
Misalnya produk dari hasil pertanian yaitu kapas, gandum, Beras dan
sebagainya.
 Barang modal (capital items)
Adalah barang tahan lama yang Memfasilitasi pengembangan atau
pengelolaan produk jadi. Misalnya bangunan pada instalasi pabrik yaitu
kantor, tempat Bangunan produksi, mesin produksi dan sebagainya.
 Layanan bisnis dan pasokan (supplies and business service)
Adalah barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi Pengembangan
atau pengelolaan produk jadi. Misalnya Supplies, yaitu suatu perlengkapan
dalam operasi produksi. Contohnya pelumas mesin, bahan bakar mesin, alat
tulis dan Sebagainya.

b. Tingkatan Produk
Perusahaan harus mengetahui beberapa tingkatan produk ketika akan mengembangkan
produknya.

Menurut Kotler dan Keller yang dialihbahasakan oleh Bob Sabran produk memiliki 5
tingkatan, di antaranya:

1. Manfaat inti (Core Benefit) : Yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang
ditawarkan kepada konsumen.
2. Produk dasar (Basic Product) : Yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang
dapat dirasakan oleh panca indra.
3. Produk harapan (Expected Product) : Yaitu serangkaian atribut-atribut produk
dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu
produk.
4. Produk pelengkap (Augmented Product) : Yaitu sesuatu yang membedakan
antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang
ditawarkan oleh pesaing.
5. Produk potensial (Potential Product) : Yaitu semua argumentasi dan
perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang.24

Perusahaan harus memiliki keunggulan tersendiri dan nilai tambah atas produknya
agar produknya memiliki keunikan dibandingkan dengan perusahaan lain. Sehingga
konsumen akan tetap memilih produk perusahaan tersebut dibandingkan produk lain.

Assauri menjelaskan bahwa pada dasarnya produk yang dibeli konsumen itu dapat
dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

1. Produk inti (core product), yang merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya
dari produk yang ingin di peroleh atau di dapatkan oleh seorang pembeli aatu
konsumen dari produk tersebut.
2. Produk formal (formal product), yang merupakan bentuk, model,
kualitas/mutu, merek dan kemasan yang menyertai peroduk tersebut.
3. Produk tamabahan (augemented product) adalah tambahan peroduk formal
dengan berbagai jasa yang menyertainya, seperti pemasangan (instalasi),
pelayanan, pemeliharaan dan pengangkutan secara Cuma- Cuma.25

c. Bauran Produk

24
Philip Kotler dan kevin keller, “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13 jilid 1
25
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran:dasar,konsep & strategi, (Jakarta : Rajawali Perss, 2017), hal. 202
Bauran produk menurut Stanton adalah satu set produk dan unit produk yang
ditawarkan penjual kepada pembeli. Bauran Produk memiliki lebar, panjang, dalam,
dan konsistensinya dalam suatu jajaran lini dari produk perusahaan terkait.

Kotler dan Keller menjelaskan bahwa manajemen bauran produk merupakan suatu
pengelolaan dari beberapa unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan
produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan mengubah produk atau jasa yang
ada dengan menambah nilai suatu produk.

Menurut Kotler dan Amstrong bauran produk terdiri atas:


1. Keanekaragaman produk (product variety),
2. Kualitas produk (quality),
3. Rancangan produk (design),
4. Ciri-ciri produk (Features),
5. Merek produk (brand name),
6. Kemasan produk (packaging),
7. Tingkat pelayanan (service),
8. Garansi (warranties),
9. Ukuran produk (size) dan
10. Pengembalian (return). 26
Berdasarkan penjelasan tersebut, bauran produk merupakan kumpulan dari satu set
atau unit yang membentuk suatu produk sebagai suatu kesatuan, yang ditawarkan
kepada konsumen. Produsen dan pemasar harus dapat memaksimalkan jumlah, unit,
variasi dan konsistensi suatu produk sehingga menarik minat konsumen untuk
melakukan pembelian.

26
Philip Kotler dan Gary Armstrong,2008,”Prinsip-Prinsip Pemasaran”
d. Kualitas produk

Kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam
pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang
berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk
yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.

Menurut Assauri, produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan
oleh konsuman guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Produk adalah
semua yang bisa ditawarkan dipasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan,
pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen.27

Sedangkan menurut Kotler dan Keller, Kualitas produk adalah kemampuan produk
untuk melaksanakan fungsinya termasuk di dalamnya keawetan, keandalan, ketetapan,
kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut bernilai lainya.28

Menurut Prawirosentono kualitas atau mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi,
dan sifat suatu produk bersangkuatan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan
konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.29

Menurut Gitosudarmo Kualitas produk merupakan kemampuan dari suatu produk


dalam menjalankan fungsinya. Kualitas produk juga dapat diartikan sebagai
kesesuaian produk dengan harapan konsumen atas biaya yang harus ditanggung oleh
kosumen apabila membeli barang tersebut atau harga barang tersebut.30

Adapun beberapa hal yang terkait dengan kualitas produk yang dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Keandalan (reliability)

Keandalan produk diartikan produk tersebut memiliki kemampuan untuk


digunakan dalam jangka waktu yang lama atau dapat dikatakan sebagai produk
yang awet. Selain itu produk memiliki kemampuan dalam memberikan kemudahan
kepada konsumen dalam menggunakannya. Konsumen akan cenderung memilih
produk yang awet atau tidak mudah rusak. Bagi konsumen nilai keandalan ini akan
menghemat biaya perawatan, sehingga tidak mengalami masalah dalam jangka
waktu tertentu.

2. Penampilan (Performance)
27
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran:dasar,konsep & strategi, (Jakarta : Rajawali Perss, 2017).
28
Philip Kotler dan Kevin keller, “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13 jilid 1
29
Prawirosentono, Suryadi, “Manajemen Operasi”. (Bumi Aksara,2000), Edisi 2
30
Gitosudarmo, Indriyo, “Manajemen Pemasaran”. (BPFE,1986)
Penampilan produk berkaitan dengan berbagai hal seperti wujud atau bentuk
produk, warna, dan bahan pembuatnya. Bentuk produk yang menarik akan
meningkatkan daya beli konsumen untuk menggunakan produknya. Penampilan
bagi konsumen merupakan kesan yang ditimbulkan oleh produk. Semakin bagus
penampilan produk, konsumen akan menjadikan pertimbangan tersendiri untuk
membelinya. Namun demikian, penampilan produk sekarang tidak hanya terlihat
dari faktor fisiknya saja, tetapi juga dilihat dari isi yang terdapat dalam produk
tersebut.Terkadang banyak dijumpai produk sejenis dengan tampilan yang bagus,
namun isi di dalamnya tidak sesuai dengan kemasannya.

3. Nilai seni suatu produk (aesthetics)

Kualitas suatu produk juga dilihat dari nilai seni produk tersebut. Produk yang
memiliki nilai estetika (seni) yang tinggi akan mempengaruhi harga jual dan daya
beli masyarakat. Nilai seni ini berhubungan dengan penampilan atau bentuk
produk. Produk yang bentuk atau tampilannya sekedar meniru produk lain tentu
kurang mendapatkan perhatian dari calon konsumen. Sedangkan produk yang
dirancang dengan bentuk menarik, memberikan kesan bagus, dan tidak meniru
akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi calon konsumen.

4. Kemampuan produk memberikan pelayanan (serviceability)

Kualitas produk dalam memberikan pelayanan merupakan bagian penting terutama


untuk produk-produk tertentu yang memerlukan pelayanan yang cepat, tepat
dengan hasil yang memuaskan. Kemampuan ini juga merupakan hal yang terkait
dengan keandalan. Namun kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan produk
saat digunakan sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang
membelinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa produk yang memiliki


kualitas adalah produk yang dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama,
memiliki performa fisik dan tampilan yang baik dan menarik, serta dapat
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan konsumennya.

e. Indikator Kualitas
Produk Menurut Orville, Larreche, dan Boyd apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti
aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk
yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.

Indikator kualitas produk yaitu:

1. Performance (kinerja),
Berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.
2. Durability (daya tahan),
Yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan
sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian
konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi),
Yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur),
Adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi
produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas),
Adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak
dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika),
Berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak,
rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived Quality (kesan kualitas),
Sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan
secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak
mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi,
dan Negara asal.

Menurut Kotler dan Keller yang dialihbahasakan oleh Bob Sabran kualitas produk memiliki
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Bentuk (form)
Bentuk sebuah produk dapat meliputi ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.
2) Fitur (feature)
Fitur produk yang melengkapi fungsi dasar suatu produk tersebut.
3) Penyesuaian (Customization)
Pemasar dapat mendiferensiasikan produk dengan menyesuaikan produk tersebut
dengan keinginan perorangan.
4) Kualitas Kinerja (Performance Quality)
Tingkat dimana karakteristik utama produk beroperasi.Kualitas menjadi dimensi yang
semakin penting untuk diferensiasi ketika perusahaan menerapkan sebuah model nilai
dan memberikan kualitas yang lebih tinggi dengan uang yang lebih rendah.
5) Kualitas Kesesuaian (Conformance Quality)
Tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang
dijanjirenda
6) Ketahanan (Durability)
Merupakan ukuran umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa atau penuh
tekanan, merupakan atribut berharga untuk produl-produk tertentu.
7) Keandalan (Reliability)
Ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami malfungsi atau gagal dalam
periode waktu tertentu.
8) Kemudahan Perbaikan (Repairability)
Adalah ukuran kemudahan perbaikan produk ketika produk itu tidak berfungsi atau
gagal.
9) Gaya (Style)
Menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli.
10) Desain (Design)
Adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan
kebutuhan pelanggan.31
Berdasarkan penjelasan di atas, kualitas suatu produk dapat diukur melalui10 (sepuluh) indikator
tersebut. Setiap produsen dapat menggabungkan beberapa di antara indikator tersebut dalam
suatu inovasi produk sehingga lebih memiliki nilai keunggulan dibandingkan produk dari
kompetitor lain.
Pada masa sekarang ini industri disetiap bidang bergantung pada sejumlah besar kondisi yang
membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah dialami dalam periode sebelumnya.

Menurut Assauri mengatakan bahwa :

31
Philip Kotler dan kevin keller, “Manajemen Pemasaran”. Edisi 13 jilid 1
1. Pasar (Market)

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju
yang eksplosif. Pelanggan diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah produk
yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan. Pasar menjadi lebih besar ruang
lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang
ditawarkan.

2. Uang (Money)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan dengan fluktuasi


ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin) laba. Pada waktu yang bersamaan,
kebutuhan akan otomasi dan pemekanisan mendorong pengeluaran mendorong
pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan yang baru.

Penambahan investasi pabrik, harus dibayar melalui naiknya produktivitas,


menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi disebabkan oleh barang
pabrikan dan pengulangkerjaan yang sangat serius.

3. Manajemen (Management)

Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus.


Sekarang bagian pemasaran melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat
persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung jawab merancang produk yang
akan memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki
kembali proses untuk memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk
sesuai dengan spesifikasi rancangan.

Bagian pengendalian kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada seluruh aliran


proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas
pelayanan, setelah produk sampai padapelanggan menjadi bagian yang penting dari
paket produk tersebut.

4. Manusia (Man)

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang
baru seperti elektronika komputer menciptakan suatu permintaan yang besar akan
pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama situasi ini menciptakan
permintaan akan ahli teknik sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi
untuk bersama merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem
yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.

5. Motivasi (Motivation)
Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai hadiah tambahan
uang, para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa
keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan bahwa mereka secara pribadi
memerlukan sumbangan atas tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan
perusahaan.

Hal ini membimbing ke arah kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan
kualitas dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.

6. Bahan (Material)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas, para ahli teknik memilih
bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya. Akibatnya spesifikasi
bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.

7. Esin dan Mekanis (Machine and Mecanization)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya dan volume produksi untuk
memuaskan pelanggan telah terdorong penggunaan perlengkapan pabrik yang
menjadi lebih rumit dan tergantung pada kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam
mesin tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang kritis dalam memelihara
waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat digunakan sepenuhnya.

8. Metode Informasi Modern (Modern Information Method)

Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan untuk mengumpulkan,


menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi informasi pada skala yang tidak
terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang baru ini menyediakan cara
untuk mengendalikan mesin dan proses selama proses produksi dan mengendalikan
produk bahkan setelah produk sampai kepelanggan.

Metode pemprosesan data yang baru dan konstan memberikan kemampuan untuk
memanajemen informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan
mendasari keputusan yang membimbing masa depan bisnis.

9. Persyaratan Proses Produksi (Mounting Product Requirement)

Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk, memerlukan pengendalian yang


lebih ketat pada seluruh proses pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan
prestasi yang lebih tinggi bagi produk menekankan pentingnya keamanan dan
keterandalan produk.32

32
Assauri,Sofjan.”Manajemen Pemasaran”.(Jakarta:Rajawali Pers,2011). Hal.362
Pendapat ahli tersebut menjelaskan bahwa kualitas suatu produk tidak hanya ditentukan
oleh komponen-komponen penyusun produk yang bersangkutan, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti kondisi pasar, situasi keuangan, serta kinerja manajemen
dalam memasarkan suatu produk yang membentuk persepsi pasar terhadap kualitas
produk yang ditawarkan.
5. KOSMETIK

a. Pengertian Kosmetik

Kosmetik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti alat-alat kecantikan seperti bedak,
krem, lotion, dan lain-lain untuk memperindah wajah, kulit dan sebagainya. Istilah
kosmetika berasal dari bahasa yunani yaitu “kosmein” yang berarti “berhias”.

Istilah kosmetik berasal dari bahasa Yunani yakni “Kosmetikos” yang berarti keahlian
dalam menghias. Berdasarkan asal katanya kosmetik adalah bahan atau campuran bahan
untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan atau disemprotkan pada bagian badan manusia
dengan maksut membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan tidak termasuk
golongan obat.33

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.34

Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
untuk maksud meningkatan kecantikan. Kosmetika digunakan secara luas baik untuk
kecantikan maupun untuk kesehatan. Sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna,
kelenturan, tebal dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang mempengaruhi penampilan kulit
sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar matahari serta kehamilan.

Kosmetik adalah zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan atau
aromatubuh manusia. Kosmetik umumnya merupakan campuran dari beragam senyawa
kimia, beberapa terbuat dari sumber-sumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis.35

33
Herni Kustanti, Tata Kecantikan Kulit, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008), hal.63.
34
Rosaria, Fungsi Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan Dalam Produk Kosmetika Di Kota Samarinda, (Samarinda,
Universitas Samarinda), ISSN 0000-0000, Volume 4, Nomor 2, 2016, hal. 4192
35
Rezky Nur Amalia, Peran Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Dalam Pengawasan Kosmetik Tanpa Izin Edar
Di Kota Makasar, Skripsi pada Universitas Negeri Makasar
Kosmetik berguna untuk memperbaiki kesehatan, kebersihan dan penampilan fisik manusia
dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan. Kosmetik
termasuk dalam sediaan farmasi, maka pembuatannya harus mengikuti persyaratan,
keamanan, dan pemanfaatan sesuai Undang-Undang kesehatan serta peraturan
pelaksanaannya.

Penggunaan kosmetik harus diperhatikan, kesalahan dalam memilih kosmetik dapat


menyebabkan berbagai macam masalah. Efek penggunaan kosmetik yang salah atau palsu
dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya
dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, perubahan warna kulit, alergi, iritasi
kulit, kulit kemerah-merahan, rasa pedih dan terbakar.

Lebih dari itu dapat juga menimbulkan gangguan system saraf, seperti insomnia, kepikunan,
gangguan penglihatan, gerakan tangan abnormal, gangguan emosi, gagal ginjal, batu ginjal,
kerusakan permanen otak, dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker) pada manusia.

Di dalam memilih kosmetik yang baik dalam hal ini cocok dengan pemakai, mempunyai
ciri-ciri khusus yaitu harus memiliki keamanan yang cukup yaitu tidak menggunakan bahan
terlarang, disamping itu kosmetik harus memiliki mutu dengan produksi yang baik dan
hanya menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai dengan kosmetik. Misalnya tabir
surya, dan menggunakan bahan alami dalam pembuatan kosmetik.36

Jadi dari penjelasan di atas, peneliti berpendapat bahwa kosmetik merupakan alat kecantikan
untuk memperindah dan melindungi tubuh dari gangguan lingkungan sekitar dan digunakan
untuk kesehatan. Kosmetik sebaiknya memiliki kualitas dan telah diuji kesehatannya oleh
pihak yang terpercaya.

36
Umi Kulsum, Bahaya Kosmetik Bagi Kesehatan, (Malang:2015), hal.2
b. Macam-macam Kosmetik

Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu :


1) Kosmetik Tradisional
Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah atau kosmetik asli yang dapat
dibuat sendiri langsung dari bahanbahan segar atau yang telah dikeringkan,
buah-buahab dan tanaman disekitar kita.
2) Kosmetik Modern
Kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secarapabrik
(laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk
mengawetkan kosmetik tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak.37

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi, produk kosmetik
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1) Kosmetik golongan I adalah kosmetik yang digunakan untuk bayi, misalnya
minyak bayi, bedak bayi, dll.
2) Kosmetik perawatan untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll.
3) Kosmetik untuk bagian mata, misalnya mascara, eyes shadow,dll.
4) Kosmetik bagian pengharum, misalnya parfum.
5) Kosmetik bagian rambut, misalnya pewarna rambut.
6) Kosmetik bagian make-up (kecuali mata) misalnya bedak, lipstik, dll.
7) Kosmetik bagian kebersihan mulut misalnya pasta gigi, mounth washes, dll.
8) Kosmetik perawatan kulit misalnya pelembab, pelindung, dll. 38

Setelah peneliti melakukan penelitian macam-macam kosmetik di atas digunakan oleh


sebagian wanita, namun salah satu yang banyak diminati dan digunakan adalah
pelembab wajah, bedak, dan pelindung wajah. Kandungan yang terdapat pada produk
kosmetik tersebut adalah untuk mencerahkan kulit mengubah warna kulit dan
mengandung bahan-bahan seperti skin bleaching dan skin lightening.

37
Lina , Efek Samping Kosmetik dan Penangananya Bagi Kaum Perempuan, Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 (2)
Desember 2017, hal. 22-23.
38
Sani “kosmetik dan penggolongannya “ dalam www.nurkosmetikunpacti.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 25 Oktober
2022 pukul 21.28.
c. Kosmetik yang aman

Menurut Tranggono, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk membuat
kosmetik yang aman, yaitu :
1) Tujuan pemakaian kosmetik, sesuai iklim lingkungan pemakaianya, dan
bagaimana jenis kulit pemakainnya.
2) Pemilihan bahan baku yang berkualitas tinggi dan tidak berbahaya untuk kulit
dan tubuh.
3) Pemilihan zat pewarna dan zat pewangi yang tidak menimbulkan reaksi jika
terkena sinar matahari.
4) Cara pengolahan yang ilmiah, moern dan higenis.
5) Harus dibuat pH seimbang.
6) Pengujian klinis hasil produk sebelum diedarkan ke masyarakat.
7) Pemilihan kemasan yang baik, yang tidak merusak produk dan kulit
pemakainya.39

d. Tujuan Menggunakan Kosmetik

Bagi konsumen produk kosmetik merupakan kebutuhan yang cukup penting.


Adapun tujuan menggunakan kosmetik yaitu:
1) Kebutuhan pribadi
Bagi sebagian wanita kosmetik merupakan kebutuhan yang cukup penting,
maka dari itu kosmetika merupakan kebutuhan pribadi yang harus dipenuhi.
2) Mengubah rupa atau penampilan, maksudnya dengan pemakaian kosmetik
yang sesuai dan cocok akan dapat memberikan perubahan pada penampilan
seseorang.
3) Meningkatkan daya tarik.
Bagi sebagian orang kosmetik dapat memberikan daya tarik tersendiri untuk
menarik perhatian lawan jenis.
4) Meningkatkan rasa percaya diri.
5) Melindungi kulit dari kerusakan sinar matahari, polusi, dan faktor lingkungan
yang lain.
6) Mencegah penuaan dini, dan secara umum membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup.40

6. MINAT BELI KONSUMEN


39
Dr.Retno Iswari Tranggono,SpKK dan Dra. Fatma Latifah, Apt, Buku pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik,2007,PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
40
Herni Kustanti, Tata Kecantikan Kulit, hal.65.
a. Pengertian Minat Beli
Dalam suatu promosi yang dilakukan oleh perusahaan, apakah usaha promosi tersebut
sudah optimal atau belum dapat terlihat dari perilaku konsumen dengan keinginan untuk
mencari informasi mengenai produk yang ditawarkan.Minat beli adalah konsumen
terdorong untuk mencari informasi mengenai inovasi.41 Minat beli tidak dapat dipisahkan
dari teori keputusan pembelian konsumen, karena minat merupakan salah satu proses akhir
pengambilan keputusan konsumen.

Minat merupakan aspek psikologis yang cukup besar terhadap perilaku seseorang,
termasuk dalam perilaku pembelian dari konsumen. Minat juga merupakan sumber
motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang dianggap pantas
untuk dilakukan, termasuk dalam melakukan pembelian.

Dalam Kotler dan Amstrong, minat beli adalah suatu perasaan yang timbul setelah
menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk
mencoba produk tersebut sampai pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar
dapat memilikinya.42

Sedangkan dalam Kotler dan Keller, menyatakan bahwa minat beli adalah perilaku
konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan
seseorang untuk melakukan pembelian43.

Menurut Wardani, minat beli adalah pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan
rencana pembelian konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit
produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.44

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah perasaan
ketertarikan dari konsumen untuk membeli dan mencoba produk karena dianggap dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Jika harus dihadapkan pada produk yang sama namun berbeda jenis, tipe, merek atau
produsen, maka minat beli akan mengarahkan konsumen kepada produk yangdianggap
paling menarik dan paling pantas untuk dibeli berdasarkan pertimbangan pribadi
konsumen.

41
Philip Kotler, 2002, “Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium”, Jilid 2, PT. Prenhallindo, Jakarta. hal.207
42
Philip Kotler dan Gary Armstrong,2008,”Prinsip-Prinsip Pemasaran”, hal.158
43
Philip Kotler dan Keller,2009,”Manajemen Pemasaran”
44
Wardani,2009.”Riset Sumber Daya Manusia”.PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.hal 29.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli

Pemasar atau produsen perlu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang


mempengaruhi minat beli konsumen. Baik pelaku usaha maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat beli untuk memprediksi perilaku konsumen dan potensi
produknya di tengah masyarakat serta sebagai pertimbangan dalam menciptakan
produk atau jasa yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen
dapat berasal dari produk dan dapat berasal dari karakteristik konsumen.

Dalam Abdurachman, Faktor dari sisi produk adalah sebagai berikut:


1) Faktor kualitas, yaitu pertimbangan atas kegunaan produk, manfaat,
kebersihan, dan segala bentuk kualitas lainnya yang dinilai baik dan unggul.
2) Faktor merek (brand), yaitu faktor yang berdasarkan pada produsen dan nama
merek produk yang dianggap dapat memberikan manfaat non material berupa
kepuasan emosional bagi konsumen yang dapat membelinya.45

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler terdiri dari :

1) Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalamterhadap perilaku
konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya, kelas sosial.
2) Faktor Sosial.
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhioleh faktor-
faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial.
3) Faktor Pribadi.
Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadapperilaku konsumen
terdiri dari: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan danlingkungan ekonomi,
gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
4) Faktor Psikologis.
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empatfaktor psikologi utama
yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, sertakeyakinan dan pendirian.46

45
Abdurrachman, Ujianto, 2004. Faktor-faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat beli Konsumen Sarung, Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan. Vol.6,No.1. hal.40
46
Philip Kotler dan Keller,2009,”Manajemen Pemasaran”. Hal 25
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harusmemilih produk dan
jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihanyang tersedia, kondisi yang
dihadapi, serta pertimbangan-pertimbanganyang mendasari akan membuat
pengambilan keputusan satu individuberbeda dari individu lainnya.47

Faktor di atas secara tidak langsung dapat mempengaruhi minat beli seseorang
terhadap suatu merek atau produk tertentu.

c. Indikator Minat Beli

Adapun indikator dari minat beli menurut Ferdinand yaitu :

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seorang dalam membeli produk.


b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seorang mereferensikan produk pada
orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu menunjukan perilaku seseorang yang memiliki
preferensial utama pada produk tersebut. Preferensi ini dapat diganti jika terjadi
sesuatu dengan produk preferensinya.
d. Minat eksploratif, yaitu menunjukan perilaku seorang yang selalu mencari
informasi mengenai prouk yang diminati dan mencari informasi lain yang
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.48

47
Sudaryono,”PerilakuKonsumen Salam PerspektifPemasaran”,(Jakarta:LenteralimuCendekia,2014),hlm.210
48
Ferdinand, Augusty.”Metode Penelitian Manajemen:Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Tesis dan disertai Ilmu
Manajemen”.Edisi 5. AGF Books
7. KONSUMEN
1) Perilaku Konsumen

Secara etimologi, konsumsi adalah segala kegiatan atau tindakanmenghabiskan atau


mengurangi kegunaan (daya guna) barang dan jasauntuk memenuhi kebutuhan.49

Konsumsi dalam arti ekonomi adalah semua penggunaan barang danjasa yang dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tujuanmanusia mengkonsumsi adalah
agar memperoleh kepuasan setinggi-tingginyadan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti
terpenuhinya berbagai macamkeperluan baik kebutuhan pokok, sekunder, barang mewah,
maupun kebutuhanjasmani dan kebutuhan rohani.

Perilaku komsumsen pada hakikatnya merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian serta memahami “mengapa konsumen melakukan dan apa
yang konsumen lakukan”.

Schiffman dan Kanuk mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu
studimengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan
sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki berbagai
macam hal yang menarik untuk diperlajari karena ia meliputi seluruh individu berbagai usia,
latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Dikarenakan alasan
tersebut pentingnya untuk mengetahui bagaiman cara konsumen berperilaku dan apa faktor
yang menyebabkan perilaku tersebut.50

Menurut Kotler dan Keller, perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa,
ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.51

Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat diketahui bahwa perilaku konsumen
merupakan studi untuk mengetahui cara berperilaku konsumen untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginannya.

Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudahuntuk dilakukan,
karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling interaksi satu sama lainnya,
49
Departemen Pendidikan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: BalaiPustaka,2002),Hal.231
50
Shiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks, Shimp, Terence A. 2003. Hal 6
51
Philip Kotler dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaram. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta. Hal 166
sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar-benar
dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atauperilaku konsumen
agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik.

Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan
konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasarandengan lebih baik.
Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampumemperkirakan bagaimana
kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadapinformasi yang diterimanya, sehingga
pemasar dapat menyusun strategipemasaran yang sesuai. Dalam konteks ini pemasar hasarus
biasa mengatur strategi melalui apa perilaku yang diperlihatkan konsumen saat hendak
membeli ataupun sesudah membeli produk. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar
yangmemahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik.52

Kotler menggambarkan model perilaku konsumen sebagai berikut:53


52
Alfonzo Loru Koba, “TIPOLOGI KONSUMEN PEMBELI TOKO DISKON DI YOGYAKARTA(Studi Pada
Konsumen Carrefour Plaza Ambarukmo Yogyakarta)”, (Yogyakarta : Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2010), Hal 10

53
Philip Kotler dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaram. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta. Hal 266
Rangasangan Rangasangan Ciri-ciri Pembeli Proses Keputusan
Pemasaran lain Pembeli
Produk Ekonomi Budaya Pemahaman masalah

Harga Teknologi Sosial Pencarian informasi

Saluran Politik Pribadi Pemilihan alternatif

Pemasaran Keputusan pembelian


Budaya Psikologi
Promosi Perilaku pasca
Promosi pembelian

Keputusan Pembeli

Pemilihan Produk

Pemilihan Merek

Pemilihan Saluran
Penmbelian

Penentuan Waktu
Pembelian

Jumlah Pembelian

Keputusan konsumen merupakan tindakan konsumen dalam memutuskan sebuah produk yang
dianggap menjadi solusi darikebutuhan dan keingginan konsumen tersebut. Setiadi
menafsikanbahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah prosespengntegrasian yang
mengombinasikan pengetahuan untukmengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih dan
memilih salah satudiantaranya hasil dari pengintegrasian ini adalah suatu pilhan yangdisajikan
secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.54

Informasi juga memegang penting dalam pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan
pembelian, informasi dalam hal ini adalah :

1) Pencarian alternatif informasi (alternatif search for information)


Intensitas konsumen untuk mencari informasi tentang produk yang mereka
butuhkan ditentukan oleh berbagai macam sebab, antara lain mendesaknya
kebutuhan dan nilai produk yang dibutuhkan. Secara umum konsumen memiliki lima
sumber informasi tentang produk yang ingin mereka beli, yaitu sebagai berikut.55 :
a. Informasi internal (internal information)
Pada banyak kasus, konsumen mempunyai pengalamanpribadi tentang kebutuhan
produk yang mereka rasakan. Apabilamereka mengingat produk masa lampau dapat
memenuhikebutuhan tersebut secara memuaskan, mereka mencantumkanproduk
tersebut dalam daftar pilihan produk.
b. Informasi kelompok
Sumber informasi lain yang digunakan konsumenuntuk mencari tau tentang
produk yang dibutuhkan, yaitukeluarga, teman, tetangga, sahabat, teman sekolah,
atau temansejawat. Karena hubungan konsumen dengan kelompok tersebuterat,
informasi, pendapat, saran yang diberikan kelompok seringkuat pengaruhnya
terhadap keputusan membeli yang diambilkonsumen.
c. Informasi komersial pemasaran (commercial or marketing info)
Informasi komersal dapat diperoleh dari iklan penjelasansales executive, sales
promotion peusahaan, pedagang eceran,dan pameran eksihibisi produk.

d. Informasi publik (public information)

54
Irhan Fahmi,”PerilakuKonsumen Teori dan Aplikasi”,(Bandung:Alvabeta, 2016),Hlm57
55
Vinna Sri Yuniati, “PerilakuKonsumen Teori dan Praktik”,(Bandung: PustakaSetia,2015), Hlm218
Informasi tentang produk antara lain berupa brosur yangditerbitkan produsen.
Dalam brosur atau artikel dimuat tentangpenjelasan teknik produk, standar mutu,
manfaat dan
kegunaannya.
e. Informasi dari pengalaman
Informasi ini biasanya dikumpulkan sendiri olehkonsumen dari pengamatan
produk di pedagang eceran ataukarena mencoba beberapa jenis produk yang lain.
2) Proses masuknya informasi
Pada proses masuknya informasi konsumen dipengaruhi olehfaktor eksternal yang
didalamnya terdapat dua sub-faktor, meliputisub-faktor upaya para pemasar
perusahaan dan sub-faktor sosialbudaya.56
a. Upaya para pemasar
Sub-faktor yang berupa upaya para pemanasarperusahaan (firms marketing effort)
bertujuan untukmempengaruhi konsumen agar membeli produk-produkperusahaan
yang dipasarkan. Upaya para pemasar perusahaandilakukan dengan melakukan
kegiatan komunikasi pemasaran.Dilihat dari sudut pandang peusahaan, upaya para
pemasar inimerupakan kegiatan yang dirancang melalui strategi pemasaranmasing-
masing perusahaan. Komunikasi pemasaran yangdijalankan oleh setiap perusahaan
berisi pesan-pesan perusahaanyang dalam menyampakan menggunakan berbagai
instrumenpemasaran atau bauran pemasaran (marketing max). Bauranpemasaran
adalah variable-variabel yang dapat dikendalikan,oleh perusahaan yang teriri dari
produk, harga, distribusi, danpromosi.57
b. Lingkungan sosial budaya
Pengaruh lingkungan sosal budaya (socio-ultural input),unsur-unsurnya bersumber
dari lingkungan sosal budayaseperti, keluarga, sumber-sumber informasi tidak
formal,sumber informasi yang berasal dar informasi non komersiallainnya, kelas
sosial dan pengaruh budaya dan sub-budaya lainnya.

8. Definisi Operasional Variabel


a. Indikator Labelisasi BPOM
56
Mulyadi Nitisusastro , “PerilakuKonsumen...”,Hlm196
57
PandjiAnoraga, “ManajemenBisni”,(Jakarta:Rineka Cipta,2009),Hal220
A. KERANGKA KONSEPTUAL
Komponen utama pada kerangka konseptual dikembangkan adalah independen variabel
(variabel bebas), dan dependen variabel (variabel terikat). Dalam kerangka konseptual
dibawah peneliti mencoba untuk menguraikan apakah terdapat hubungan antara variabel
X (independen) terhadap Variabel Y (dependen).

Kerangka pikir adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep yang mendukung dalam
penelitian yang digunakan dalam menyusun sistematis penelitian, kerangka konseptual
menjadi pedoman peneliti untuk mnejelaskan secara sistematis teori yang digunakan
dalam penelitian.

Untuk memperjelas gambaran dari penelitian ini, berikut ini penulis menyajikan
kerangka pemikiran yang dapat mewakili dari isi penenilitian ini secara umum dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Labelisasi BPOM (X) Minat Beli (Y)

Keterangan :

Labelisasi BPOM (X) : Variabel Independen


Minat Beli (Y) : Variabel Dependen

9. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan kepada teori relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis akan
diterima apabila fakta-fakta membenarkan, dan akan ditolak jika ternyata salah.58

H0 : Labelisasi BPOM produk Kosmetik tidak berpengaruh positif dan


signifikasikan terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare.

Ha : Labelisasi BPOM produk Kosmetik berpengaruh positif dan


signifikasikan terhadap Minat Beli Konsumen di Pasar Senggol Parepare.

BAB III
METODE PENELITIAN
58
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&G”, Bandung: Alfabeta, 2015, hal. 63
A. JENIS PENELITIAN

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah penelititan yang berdasarkan pada filsafat
positiveisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.59

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survey yaitu penelitian dengan
menggunakan pernyataan- pernyataan terstruktur/sistematis yang sama pada setiap orang.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian
yang objektif, mencakup penelitian dan analisis data kuantitatif sertamenggunakan metode
pengujian statistik.

B. LOKASI & WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Senggol Kecamatan Ujung, Kota Parepare, Provinsi
Sulawesi Selatan pada bulan Oktober tahun 2022. Serta menggunakan lembaran kuesioner yang
dibagikan kepada Konsumen yang datang untuk membeli berbagai macam Produk Kosmetik di
Pasar Senggol Parepare.

Adapun penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 minggu di bulan Oktober 2022.

C. POPULASI & SAMPEL

a) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau
objek yang diteliti.60 Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat atau
Konsumen Produk Kosmetik di Pasar Senggol Parepare.

b) Sampel

59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2017), hal.8
60
Prof. Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta 2019), cetakan ke- 30, hal. 61
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatife (mewakili).61

Adapun sampel dalam penelitian ini, respondennya adalah Konsumen yang menggunakan
atau membeli Kosmetik pada pedagang yang ada di Pasar Senggol Parepare. Berdasarkan
penentuan jumlah responden yang akan dijadikan sampel yaitu 30 orang.

Dalam penelitian ini ditetapkan sebagai sampel melalui metode Purposive Sampling yaitu
teknik pengumpulan atau pengembilan sampling yang bertujuan atau dalam pengambilan
sampel ditekankan karena adanya pertimbangan karakteristik atau ciri-ciri tertentu.

D. JENIS & SUMBER DATA

1. Jenis data
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung yang
berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan bilangan atau bentuk angka.

2. Sumber data
a) Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu
atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang
biasa dilakukan oleh peneliti.62Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
konsumen produk Kosmetik di Pasar Senggol Parepare.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang
dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen.63

E. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan data sekunder dari suatu
penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting karena data yang

61
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif”, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012) hal. 81
62
Umar Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 2 cet. XIII, Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ,
Hlm 43
63
Umar Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 2 cet. XIII, Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ,
Hlm 44
dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.64 Berikut teknik pengumpulan data pada penelitian ini :

1. Teknik pengumpulan data


a) Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasinya, yang biasa
dipengaruhi oleh sistem yang diajukan atau sistem yang sudah ada.
Ada dua jenis kuesioner dalam pengumpulan data, yaitu kuesioner tertutup
dan kuesioner terbuka.65 Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner tertutup berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada responden sudah dalam bentuk pilihan ganda.
b) Studi pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
membaca buku-buku, literature, jurnal-jurnal, referensi yang berkaitan dengan
penelitian ini dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrument merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati.66 Skala pengukuran data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rating Scale. Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur presepsi responden terhadap fenomena
lainnya, skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,
kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.67

Dalam penelitian ini, angket merupakan sumber data sekunder.

64
Sofyan Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hal. 39
65
Sofyan Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) hal. 44
66
Sofyan Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014)
67
Ridwan, Sunarto, Pengantar Statistika, (Bandung : Alfabeta, 2017), hal.20
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk
dijawab secara tertulispula oleh responden. Angket dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup
atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung ataupun dikirim melalui pos
atau internet.

Skala pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rating Scale. Rating Scale ini
lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur presepsi
responden terhadap fenomena lainnya, skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.68

Angket digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh Labelisasi BPOM produk kosmetik
terhadap minat beli konsumen. Option pada angket ini menggunakan skala ordinal dan penulisan
angket ini penulis menggunakan format Rating Scale dan menyajikan data-data penilaian dengan
alternatif jawaban sebagai berikut :

1) Untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5


2) Untuk jawaban Setuju (S) diberi skor 4
3) Untuk jawaban Kurang Setuju (KS) diberi skor 3
4) Untuk jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
5) Untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

SS Sangat Setuju Diberi Score 5


S Setuju Diberi Score 4
R Ragu-ragu Diberi Score 3
TS Tidak Setuju Diberi Score 2
STS Sangat Tidak Setuju Diberi Score 1

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yang
dilakukan dengan cara statistic yakni mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul dengan membuat genaralisasi hasil penelitian. Statistik deskriptif adalah membahas
68
Ridwan, Sunarto, Pengantar Statistika, (Bandung : Alfabeta, 2017), hal.20
cara-cara pengumpulan, peringkasan, penyajian data sehingga diperoleh informasi yang lebih
mudah dipahami.69

Dalam metode penelitian ini pengujian data dapat berupa tabel, grafik, diagram, persentase dan
frekuensi. Tujuan dari analisis data ini adalah;

pertama, untuk mendiskripsikan data dalam bentuk frekuensi maupun tabel sebagai karakteristik
datanya mulai dipahami.

Kedua, untuk menarik kesimpulan tentang masalah yang telah diteliti. Dalam penelitian ini,
pengujian hipotesis yang digunakan adalah pengujian hipotesis asosiatif yakni dugaan adanya
hubungan/pengaruh dalam populasi melalui data hubungan variabel dalam sampel. Data
penelitian yang terkumpul akan dianalisis melalui pendekatan kuantitaif dan penggunaan teknik
atau uji sebagai berikut :

1. Uji validitas data


Menurut arikunto validitas adalah derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh penelitian. Dengan demikian data
yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian perlu di uji validitas dan realibilitas. Uji validitas
menyatakan bahwa instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dalam
penelitian dapat digunakan atau tidak. Sedangkan uji reliabilitas menyatakan bahwa
apabila instrument digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Content Validity yang dapat
menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang di ukur dengan
menggunakan program SPSS versi 0.16. Adapun kriteriapenilaian uji validitas sebagai
berikut :
1) Apabila r hitung >r tabel , maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut valid.

69
Muchsan, Statistika Deskriptif, Jakarta : Guepedia, 2017, hlm. 6
2) Apabila r hitung <r tabel , maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut tidak
valid.
Dinyatakan valid Apabilar hitung ≥r tabel , dengan taraf 5% (0,05%).70
2. Uji reabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten, apabila dilakukan pengukuran yang sama pula. Pengukuran reliabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat analisis SPSS versi
0.16, yakni dengan uji statistik Cronbach Alpa.Suatu variabel dinyatakan reliabel jika
nilai Cronbach Alpar hitung >0,6.71

3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari
regresi tersebut secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
nilai residual yang berdistribusi normal. Uji normalitas peneliti menggunakan metode
grafik Plot yaitu melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal
Plot. Bila titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai
residual tersebut berdistribusi normal.

4. Uji Korelasi
Korelasi sederhana merupakan suatu teknik statistika yang di pergunakan untuk
mengukur kekuatan hubungan dua variabel dan juga untuk dapat mengetahui bentuk
hubungan antara dua variabel tersebut dengan hasil yang sifatnya kuantitatif. Kekuatan
hubungan antara dua variabel yang dimaksud disini adalah apakah hubungan tersebut

70
Sofyan Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) , hlm. 77
71
Sofyan Siregar, Statistik Parameter untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) , hlm. 78
KUAT, SEDANG, SANGAT LEMAH ataupun SANGAT KUAT sedangkan bentuk
hubungannya adalah apakah bentuk korelasinya linear positif ataupun linear negative.
Pedoman derajat hubungan :
1) Nilai pearson correlation 0,00 s/d 0,20 = tidak ada korelasi
2) Nilai pearson correlation 0,21 s/d 0,40 = korelasi lemah
3) Nilai pearson correlation 0,41 s/d 0,60 = korelasi sedang
4) Nilai pearson correlation 0,61 s/d 0,80 = korelasi kuat
5) Nilai pearson correlation 0,81 s/d 1,00 = korelasi sangat kuat.

5. Analisis Regresi Linear Sederhana


Regresi sederhana atau regresi bivariat merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan
merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan hubungan matematika dalam bentuk
suatu persamaan antara variabel criterion atau variabel tidak bebas tunggal dengan
variabel predictor atau variabel bebas tunggal.72

Metode yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana.
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat dengan
variabel bebas yang telah diketahui besarnya.

Metode ini digunakan untuk menganalisis kontribusi pengaruh Labelisasi BPOM


sebagai variabel bebas terhadap Minat Beli Konsumen sebagai variabel terikat.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kasual antara satu
variabel independen dengan satu variabel dependen.

6. Uji One Sampel T-Test


One sample T test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel
bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara
signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa Uji-t satu sampel (one sample t-test) merupakan prosedur

72
Soegyarto mangkuatmodjo, “ Statistik Lanjutan”, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cetakan Pertama, 2004), hal.191
pengujian untuk sampel tunggal dengan mekanisme kerja yaitu rata-rata suatu variabel
tunggal dibandingkan dengan suatu nilai konstanta tertentu.

7. Uji Hipotesis
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis yang
digunakan dalam pengujian ini adalah :
1) Apabila t hitung>t tabel, , maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
2) Apabila t hitung<t tabel, maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap
variabel Y.73

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

73
Ghozali dalam skripsi Ropinov Saputra, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), hal. 58
A. ANALISIS DESKRIPTIF
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
yang menjadi sampel penelitian ini sebanyak 30 orang. Profil responden hanya
terdiri dari Jenis Kelamin dan Umur. Responden yang diteliti dibedakan berdasarkan
gender dan umur. Adapun hasilnya dapat dilihat dibawah ini.

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase


Laki-Laki 1 1%
Perempuan 29 99%
Total 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
1 orang responden dengan persentase sebesar 1% sedangkan responden yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 29 orang responden atau jika dinyatakan dalam bentuk
persentase sebesar 99%.

Artinya konsumen Produk Kosmetik berlabelisasi BPOM di Pasar Senggol Parepare


didominasi oleh perempuan.
2. Karakteristik responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 18 -20 22 73,4%

2 21- 25 8 26,6%

Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah minat beli kosumen,


sebanyak 30 responden dengan persentase sebesar 73,4% berusia antara 17-
20 tahun, 26,6% berusia antara 21-30 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa
di ambil dari penelitian ini didominasi oleh responden dengan usia antara
17-20.
B. ANALISIS DATA
1. Statik Deskriptif

Anda mungkin juga menyukai