Anda di halaman 1dari 3

Nama : OKTAVIA NURI WAHYU PRATIWI

NIM : 20210110294

Kelas :N

LIPATAN

1. Bukit Barisan

Bukit barisan yang membentang di Pulau Sumatera merupakan salah satu


contoh dari lipatan. Bukit ini merupakan hasil bentukan dari aktivitas lempeng-
lempeng yang ada di bawah permukaan Bumi, yakni lempeng tektonik yang
bergerak. Pegunungan lipatan disebabkan oleh terlipatnya lapisan (strata)
sedimen yang besar karena tekanan dari dalam bumi. Akibat proses pelipatan
ini, lebar lapisan sedimen menciut sedangkan tebalnya bertambah. Lapisan
sedimen yang terlipat itu disebut lipatan atas atau disebut juga antiklinal.
Sedangkan lapisan sedimen yang terlipat ke bawah dinamakan lipatan bawah
atau sinklinal.

2. Pegunungan Tengger
Pegunungan Tengger merupakan pegunungan yang berada di wilayah
provinsi Jawa Timur. Pegunungan ini terbentuk karena adanya aktivitas dari
lempeng bumi yang aktif. Pegunungan tengger terbentuk karena adanya gerakan
epirogenesa secara horizontal sehingga mengakibatkan bentuk permukaan bumi
menjadi berkerut, terlipat dan akhirnya membentuk permukaan bumi menjadi
pegunungan. Lipatan juga bisa disebut sebagai struktur geologi yang terbentuk
akibat adanya deformasi mengenai batuan.
3. Pegunungan Alpen
Alpen merupakan puncak dari semenanjung Italia. Ia membentang di
seluruh Italia, Slovenia, Austria, Jerman, Swiss, Leichenstein, Monaco dan
Perancis. Lempeng kecil Adriatic menabrak lempeng Eurasia di utara. Geologi
Alpen termasuk batuan sedimen dan metamorf, sementara batuan beku berasal
dari dasar laut yang kemudian terangkat dalam proses lipatan.
PATAHAN

1. Patahan Semangko
Patahan Seangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau
Sumatra dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk
Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu
rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif
muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di
dekat Kota Bukittinggi. Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan
tahun lampau saat Lempeng (Samudra) Hindia-Australia menabrak secara
menyerong bagian barat Sumatra yang menjadi bagian dari Lempeng (Benua)
Eurasia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen gaya.
Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk
ke bawah Lempeng Sumatra. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40
kilometer umumnya mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat.
Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga
menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona
subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti
kembali terjadi gempa bumi besar.
2. Patahan Lembang
Patahan Lembang adalah sebuah patahan geser aktif yang terletak
di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sesar Lembang
mengalami pertemuan dengan Sesar Cimandiri di Padalarang. Patahan ini
memanjang dari Padalarang hingga Jatinangor yang kira kira memiliki jarak
sekitar 29 Km. Menurut BMKG, patahan ini bisa menyebabkan gempa
berkekuatan sekitar 6,8 hingga 7 Skala ritcher. Sesar Lembang sendiri terbagi
menjadi dua Segmen (bagian), yakni Segmen barat dan Segmen timur sehingga
gempa yang diakibatkan memiliki skala yang berbeda-beda. Pergerakkan Sesar
Lembang mencapai 3 milimeter/tahun. Akan tetapi, segmen-segmennya
memiliki pergerakan tersendiri sehingga pergerakkan Sesar Lembang tidak
Sempurna. Meski begitu, kecepatan pergerakan Sesar Lembang selalu berubah-
ubah. Terbentuknya Patahan Lembang diduga terbentuk akibat ekstruksi magma
ke permukaan bumi yang mengisi suatu lembah. Dengan adanya gaya tektonik
yang bersifat konvergen, tumbukan lempeng tersebut mengakibatkan
terangkatnya sebagian lembah tersebut sehingga membentuk susunan tebing
yang curam.
3. Patahan Opak
Patahan Opak merupakan patahan yang berada di sekitar Sungai Opak, di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Patahan ini berarah timur laut-barat daya, searah
relatif dengan Sungai Opak. Patahan tersebut bukan hanya hadir sebagai batas
daerah dengan morfologi rendah Yogyakarta dengan tinggian Wonosari
(Gunung Sewu), tetapi patahan ini adalah patahan yang juga merusak serta
dianggap sebagai pemicu gempa bumi 6,3 SR yang mengguncang Yogyakarta
pada 27 Mei 2006.

Anda mungkin juga menyukai