Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sawung Tatak Dwi Sandika

Nim : 1961101
Kelas : Kp 3 MSDM-C 2019
Mata Kuliah : Aspek Hukum Dalam Bisnis

Dampak Positif dan Negatif Adanya Akuisisi yang Dilakukan BRI


Kepada PNM dan Pegadaian

Akuisisi adalah suatu hal penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor
yang akan membeli sebagian saham perusahaan yang diakuisisi. Sehingga pengendalian
manajemen suatu perusahaan yang diakuisisi dapat berpindah ke perusahaan akuisitor,
sedangkan kedua perusahaan yang masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan
hukum yang berdiri sendiri.

Manfaat Akuisisi Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang
dari pada melakukan pertumbuhan secara internal, Memasuki pasar baru penjualan dan
pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus Mengurangi tingkat persaingan dengan
membeli beberapa badan usaha guna menggabungkan kekuatan pasar serta kesulitan
persaingan. Dan Memberikan keterampilan manajerial yakni adanya bantuan manajerial
mengelola aset-aset badan usaha.

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero Tbk memiliki sejumlah agenda penting tahun depan.
Salah satunya, pelat merah bank itu akan mengakuisisi PT Pegadaian Persero dan PT
Permodalan Nasional Madani (PNM) Persero. untuk mengembangkan segmen usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan kabar yang beredar, BRI akan melakukan
konsolidasi dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
atau PNM yang akan menjadi lembaga pembiayaan UMKM raksasa. Adapun informasi yang
diterima Investor Daily, terdapat dua skema yang disebut akan dilakukan oleh BRI. Pertama,
BRI mengakuisisi Pegadaian dan PNM. Kedua, BRI akan menjadi induk holding yang
didalamnya ada Pegadaian dan juga PNM. Meski demikian, terkait skema masih dalam
pembahasan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham BRI,
Pegadaian, dan PNM. Menurut Ekonom Indef Enny Sri Hartati menjelaskan bahwa aksi
korporasi ini adalah sepenuhnya kewenangan dari pemerintah selaku pemegang saham
BUMN. Meskipun sudah menjadi kewenangan dari pemerintan ada beberapa aspek yang
perlu dipertimbangkan sebelum rencana korporasi akuisisi ini dilakukan. pemerintah perlu
memastikan adanya manfaat dari rencana akuisisi. Pemerintah harus mencermati kondisi
perusahaan-perusahaan yang ada saat ini.

Pemerintah juga harus memastikan bahwa rencana ini akan memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat. Konsolidasi antara PT BRI Persero Tbk dengan PT Pegadaian
Persero, dan PT Permodalan Nasional Madani Persero akan terus dimatangkan. Seiringi
pematangan kajian rencana ini pegadaian akan tetap fokus mengoptimalkan layanan sesuai
dengan rencana kerja yang ada.
Sebelumnya, BRI sudah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dalam
rangka mendapatkan persetujuan aksi korporasi rights issue, yang akan dilakukan dengan
mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(PMHMETD) terkait rencana pembentukan Holding Ultra Mikro pada 22 Juli 2021. Holding
Ultra Mikro, tambahnya, akan memberikan berbagai kemudahan dan biaya pinjaman dana
yang lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas, pendalaman layanan, dan
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.

Rencana akuisisi antara BRI kepada PNM dan Pegadaian ini belum resmi diumumkan oleh
keduanya, tetapi wacana ini telah mendapatkan respon negatif dari salah satu karyawan di
BUMN yang akan diakuisisi tersebut. Salah satu karyawan Pegadaian dengan tegas
menyatakan penolakan dengan adanya akuisis tersebut. pertimbangan penolakan tersebut
salah satunya adalah terkait perbedaan fungsi bisnis yang diemban antara BRI,Pegadaian dan
PNM.Mereka memiki nasabah yang berbeda dengan mengemban fungsi yang beda juga. BRI
untuk masyarakat bankable atau masyarakat yang memenuhi syarat bank , sedangkan
Pegadaian untuk masyarakat atau nasabah yang pra bankable. Masih dibahas Kementerian
(BUMN). Proses sudah dimulai,” kata Direktur Bisnis Mikro BRI Supari
kepada Investor Daily, Jumat (13/11). Pihaknya juga sudah menyampaikan rencana aksi
korporasi tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator. “BRI kan dalam
supervise otoritas, sehingga selalu berkomunikasi,
Sunarso menjelaskan, dengan masuknya Pegadaian ke dalam ekosistem ultra mikro ini akan
membuat bisnis perusahaan menjadi lebih sustain dan tetap bergerak di core business-nya
yakni pembiayaan fidusia. Pasalnya, saat ini bisnis tersebut sudah mulai terganggu dengan
adanya layanan pembiayaan yang lebih cepat, seperti pembiayaan yang diberikan oleh
fintech. “Pegadaian bisa bagi tugas dengan saudaranya di holding ultra mikro ini. Pegadaian
menjadi lebih fokus untuk menangani layanan pinjaman secara gadai. Dan kemudian dengan
begitu kapasitasnya bisa diperbesar di core kompetensinya di gadai,” jelas dia. Sedangkan
untuk PNM, lanjutnya, akan menjadi basis group lending dan melakukan penguatan bisnis di
masyarakat yang belum bankable. Sehingga perusahaan ini akan terus menjaring dan
mendampingi masyarakat untuk bisa mengembangkan bisnis.
Setelahnya, nasabah tersebut bisa berpotensi untuk naik kelas ke sistem pembiayaan yang
lebih kompleks, baik itu di Pegadaian maupun di BRI. “Jadi strateginya PNM yang paling utama
adalah menyediakan, menjadi provider daripada sumber pertumbuhan bru,” tandasnya.
Adapun pemerintah telah mengalihkan saham seri B di PNM dan Pegadian ke BRI melalui
mekanisme inbreng sehingga menandakan terbentuknya holding ultra mikro. BRI menggelar
penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights
issue.
PT Penanaman Modal Madani Persero adalah BUMN milik negara Indonesia yang bergerak di
bidang jasa keuangan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1999 yang bertujuan untuk
membantu pengembangan usaha mikro, kecil, menengah,dan koperasi. Pada tahun 2017
PNM menggandeng BRI untuk mendorong para nasabah usaha mikro kecil menengah atau
UMKM. Kerjasama ini berupa penyediaan dan pemanfaatan layanan jasa tabungan dan E-
Banking BRI untuk nasabah UMKM.
Dalam prospektus yang dipublikasikan Selasa (31/8/2021), BRI menawarkan sebanyak-
banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 50 per saham
atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan
setelah Penambahan Modal dengan HMETD. Dengan harga pelaksanaan rights issue BBRI
yakni Rp 3.400 per saham, pemerintah melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi
kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain
uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021.
Dalam akuisisi PT Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) oleh PT Bank Rakyat
Indonesia (BEI) belum resmi diumumkan. Namun aksi itu telah mendapatkan respon negatif
dari salah satu karyawan di BUMN yang akan diakusisi itu. Salah satu karyawan Pegadaian
dengan tegas menyatakan penolakan dengan adanya akuisisi tersebut. Adapun pertimbangan
penolakan itu salah satunya terkait perbedaan fungsi bisnis yang diemban antara Pegadaian,
BRI dan PNM. “Secara awam menurut pendapat saya proses itu kurang tepat, karena antara
Pegadaian, PNM dan BRI memiliki basis nasabah yang berbeda dengan mengemban fungsi
yang berbeda juga. Melalui model skema bisnis yang dijalan sangat berbeda. BRI untuk
masyarakat yang bankable, sementara Pegadaian pra bankable. Bahkan untuk nasabah Ultra
Mikro pun di Pegadaian sebenarnya jumlahnya tidak banyak dari nilai portofolio bisnis
perusahaan saat ini,” ungkap pegawai yang enggan namanya disebutkan ketika dikonfirmasi.
Baru-baru ini PT Pegadaian Persero mengeluarkan rencananya untuk melebur BRI karena
selama ini kinerja dari PT Pegadaian Persero dinilai terbilang bagus dan perusahannya juga
baik-baik saja serta dapat mengatasi masalah-masalah internal dan eksternal yang ada di
perusahaan tersebut.PT Pegadaian Persero juga khawatir jika proses akuisisi ini sampai
menimbulkan konflik yang besar dan berbuntut ke pengadilan. Jika proses akuisisi ini benar-
benar terjadi yang dikhawatirkan adalah akan berpotensi menjadi merugikan negara. Maka
dari itu pemerintah khususnya Menteri BUMN harus sangat mempertimbangkan keputusan
ini terlebih para Menteri BUMN juga harus memperhatikan nasib para karyawan yang ada di
perusahaan yang akan diakuisi.
Wacanaa perusahaan BRI justru akan mengorbankan rakyat kecil nantinya, yang akan
terkendala untuk memperoleh pembiayaan konsumtif dan tambahan modal kerja. “Sebab,
secara detail kami (karyawan) belum memahami inisiatif dari BRI tersebut, karena selama ini
merasa tidak pernah tahu apalagi dilibatkan dalam proses kajiannya,” ujarnya. Bahkan,
informasi tersebut telah menguap menjadi konsumsi media, baik cetak, elektronik dan online
yang dinilai telah mengganggu stabilitas karyawan Pegadaian. Belum lagi berbicara tentang
psikologi karyawan Pegadaian dengan jumlah 13.400 karyawan organik dan 26.000 karyawan
anorganik yang hingga saat ini sedang bahu membahu membesarkan Pegadaian. “Tentunya
dalam pencaplokan ini akan menimbulkan ekses-ekses yang mengganggu stabilitas
karyawan,” tuturnya. Di sisi aset, Pegadaian dikatakan memiliki nilai cukup besar apalagi jika
telah dilakukan revaluasi “Yang menjadi pertanyaan, apakah pemerintah rela menjual aset
Pegadaian? Saya tidak paham tentang politik, tetapi menurut saya ini akan menjadi cerita
yang tidak enak dikemudian hari,” katanya. Pegadaian adalah perusahaan BUMN yang sehat
yang menempatkan diri dalam 10 besar BUMN berkontribusi dividen laba. Dari sisi
permodalan seperti apa disampaikan oleh BRI bahwa Pegadaian bakal mendapat dana murah.
“Itu yang kami ragukan faktanya nanti, akan menjadi kendala sebenarnya bagi pemerintah.
Tinggal memberikan suntikan dana saja sudah selesai tanpa harus mengorbankan rakyat kecil
oleh BRI.
Dalam rangka pembentukan holding tersebut, BRI akan melaksanakan rights issue dengan
keterlibatan Pemerintah di dalamnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
dalam bentuk non tunai. Berdasarkan proses tersebut, Pemerintah akan mengalihkan seluruh
saham pemilikan Seri B (inbreng) dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI. Di saat melanjutkan,
langkah pemerintah membuat memegang ultra mikro patut mendapat apresiasi. Pasalnya,
aksi korporasi ini akan menciptakan efisiensi bisnis dan membuka peluang keterlibatan BUMN
untuk bekerja lebih cepat dan tidak terpaku pada paket birokrasi pemerintahan. Manfaat
Right Issue Rights issue mendorong kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI), ini rekomendasi
analis. PTBank Rakyat Indonesia (BRI) akan melaksanakan rights issue yang telah disetujui di
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli 2021. Dalam rights issue ini
BRI akan menjadi holding ultra-mikro dengan mengambil alih saham pemerintah RI di
Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).

Anda mungkin juga menyukai