Koperasi KLP Materi 1
Koperasi KLP Materi 1
Dalam pengertian yang lebih luas, Casselman dalam Firdaus (2002: 39) mengatakan bahwa
“cooperation is an economic system with social contrast (koperasi adalah suatu sistem
ekonomi yang mengandung unsur sosial)”. Dari pengertian tersebut, koperasi mengandung
dua unsur yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem yang
merupakan bagian yang saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai
tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi dimana artinya koperasi harus bekerja
berdasarkan motif ekonomi atau mencari keuntungan. Sedangkan bagian-bagian yang saling
berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi, seperti digunakannya sistem pembukuan
yang baku, diadakannya pemerikasaan secara periodik dan adanya cadangan. Sedangkan
unsur sosial yang terdapat dalam definisi tersebut adalah untuk menjelaskan kedudukan
anggota dalam organisasi, hubungan antar sesama anggota dan hubungan antar anggota
dengan pengurus.
Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan sebagai sebuah badan usaha
yang beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara itu,
menurut bapak proklamator kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak Koperasi,
koperasi adalah suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas kekeluargaan dan
gotong royong.
1. Keanggotaan tidak dipaksa. Oleh karenanya harus berdasarkan sukarela dan terbuka.
2. Dalam pengelolaannya, koperasi harus bersifat demokratis.
3. Pembagian hasil usaha diberikan secara adil sesuai dengan porsi kontribusi masing-
masing anggota terhadap koperasi.
4. Pemberian balas jasa terhadap pemberi modal sesuai dengan jumlah modal yang
diberikan.
5. Mengutamakan kemandirian.
Koperasi memiliki dasar hukum sehingga koperasi merupakan badan usaha yang
legal untuk dijalankan. Beberapa dasar hukum koperasi adalah sebagai berikut:
Pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tentang
Penyaluran Bahan Pokok dan menugaskan koperasi sebagai pelaksananya. Kemudian pada
tahun 1961 diselenggarakan Musyawarah nasional Koperasi I (Munaskop I) di Surabaya
untuk melaksanakan prinsip Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin. Sejak saat itu
langkah-langkah memolitikkan koperasi mulai tampak.
Pada tahun 1992, UU No. 12 Tahun 1967 kemudian disempurnakan dan diganti
menjadi Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Pada Undang-undang
yang baru ini pemerintah mengubah landasan mentalkoperasi yang bersifat kesadaran
individual dan kesetiakawanan menjadi homo economicus. Akibatnya koperasi tidak lagi
dikerjakan untuk kepentingan anggotanya tetapi bertujuan mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya. Keuntungan tersebut tidak selalu dapat dinikmati oleh anggota. Selain
UU No. 12 Tahun 1967, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 9
Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi. Peraturan pemerintah
tersebut juga sekaligus memperjelas kedudukan koperasi dalam usaha jasa keuangan.
Pada masa reformasi, jika dihitung secara kuantitatif jumlah koperasi di Indonesia
cukup banyak. Berdasarkan data Departemen Koperasi & UKM pada tahun 2004 tercatat
130.730 koperasi, tetapi yang aktif hanya mencapai 28,55 persen, sedangkan yang
menjalankan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42 persen saja (www.depkop.go.id).
Dengan demikian, dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-
sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan
kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan
ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan
dari pihak luar, terutama Pemerintah, masih sangat besar.
Perkembangan koperasi pada masa reformasi terutama yang terjadi di daerah provinsi
mengalami pasang surut, kadang meningkat namun tidak jarang menurun. Data
perkembangan yang diperoleh hanya tahun 2003-2004, namun setidaknya diharapkan dapat
mewakili kondisi yang terjadi pasca krisis ekonomi. Informasi dan data perkembangan
koperasi diperoleh dari publikasi resmi Kementrian Koperasi dan UKM.
Organisasi Koperasi adalah BU yang beranggotakan orang -orang atau Badan Hukum
Koperasi yang melandaskan kepentingan berdasakan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Manajemen koperasi
bertugas untuk Mengolah asset, mengolah usaha dan melaksanakan fungsi pengawasan dan
pengendalian untuk mencapai tujuan koperasi. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 (Pasal 3 UU No.25 Tahun 1992).
Rapat Anggota
Pengurus
Pengawas
1. Perkreditan untuk keperluan produksi dan penyediaan kebutuhan modal investasi dan
modal kerja/usaha bagi anggota KUD dan warga desa umumnya.
2. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi, seperti sarana sebelum dan
sesudah panen, sarana untuk keperluan industri/diversifikasi produk, dan penyediaan
dan penyaluran barang-barang keperluan sehari-hari khususnya 9 bahan pokok dan
jasa-jasa lainnya.
3. Pengolahan dan pemasaran hasil produksi/industri dari para anggota KUD dan warga
desa umumnya.
4. Kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, pengangukutan dan sebagainya.
5. Dalam melaksanakan tugasnya, KUD harus benar- benar mementingkan pemberian
pelayanan kepada anggota dan masyarakat, dan menghindarkan kegiatan yang
menyaingi anggota sendiri.
Sesungguhnya KUD sebagai wadah pusat pelayanan kegiatan perekonomian pedesaan
harus didirkan serta dikembangkan dengan perhitungan dan pertimbangan ekonomis yang
membutuhkan pemikiran jauh ke masa depan. KUD harus pula melibatkan daya pikir
masyarakat. Karena kita sadari bahwa masyarakat kita terutama di pedesaan masih sangat
rendah tingkat pendidikannya terutama ke alam pikiran ekonomi yang nasional dan dinamis.
Hal ini sangat penting, jik kita hendak memajukan dan mengembangkan KUD sebagai pusat
pelayanan kegiatan perekonomian pedesaan yang menjadi tulang punggung perekonomian
nasional.
Pertnyaan: