Anda di halaman 1dari 3

TITIK BALIK

Penulis : Nabil Efendi


Narasumber : Nofriandi (Santri Ibnu Katsir)

DARI ACEH KE JEMBER :


Perjalanan Seorang Anak Petani Menjadi Seorang Hafidz

Dalam hidup akan selalu ada yang namanya tantangan di setiap perjalanan, dan selalu
akan ada jalan di setiap ikhtiar yang dilakukan. Kisah titik balik kali ini bermula dari daerah
Provinsi Aceh, tepatnya di Desa Tamam Kecamatan Salang Kabupaten Simeulue. Pada tanggal 5
Januari 2003 lahir seorang anak laki-laki bernama Nofriandi. Seorang anak dari pasangan petani.
Nofriandi merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Namun pada tahun 2004 disaat usia
Nofri masih menginjak satu tahun, Ayah Nofri meninggal dunia. Nofri sudah menjadi yatim
ketika berusia satu tahun. Bahkan bisa dibilang pada usia belum mengerti akan kehilangan sosok
seorang Ayah. Singkat cerita, beberapa waktu kemudian, sang ibu menikah lagi dengan seorang
laki-laki yang juga merupakan seorang petani. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai
seorang anak, maka dari itu Nofri memiliki seorang adik meski dari Ayah yang berbeda.
Nofri kecil bersekolah di sd dekat desa Simelu sampai lulus, sewaktu menginjak jenjang
smp Nofri juga sempat menempuh Pendidikan di smp dekat desa selama satu tahun, namun
setelah itu Nofri pindah sekolah smp di Kabupaten Aceh Besar. Alasan pindah karena Orang tua
memiliki keinginan agar Nofri menempuh Pendidikan di pesantren, yakni di pesantren Baitul
Qur`an. Dari kelima bersaudara hanya Nofri saja yang memiliki kesempatan untuk bisa
menempuh Pendidikan sebagai seorang santri. Jarak antara kabupaten Simelu dengan Kabupaten
Aceh Besar terbilang cukup jauh, jika menggunakan perjalanan laut seperti kapal bisa memakan
waktu kurang lebih satu hari satu malam. Sebagai seorang anak yang taat, Nofri menuruti
keinginan dari orang tuannya yang berharap Nofri bisa menempuh study di Pondok Pesantren.
Meskipun hal itu berarti membuat Nofri harus jauh dari orang tua dan keluarga.
Selama menempuh study disana Nofri tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Karena
memang mendapatkan beasiswa. Selain mendapatkan beasiswa nofri juga mendapatkan uang
jajan selama menempuh study di pesantren Baitul Qur`an. Nofri menempuh Pendidikan di
pesantren Baitul Qur`an sampai lulus SMA. Rencana Allah memang selalu indah, Nofri begitu
diberi kemudahan untuk bisa masuk dan menempuh study di pesantren Baitul Qur`an. Tidak
mudah bisa masuk kesana, karena syarat utamanya adalah seorang yatim atau dhuafa. Pertama
kali Nofri masuk disana tentu butuh penyesuaian dengan lingkungan pesantren. Maklum karena
Nofri pada saat itu masih belum memiliki background pesantren apalagi penghafal Al Qur`an.
Karena memang pada saat sekolah dasar, Nofri bersekolah di sekolah umum yang tidak ada
background pesntren sama sekali.
Pasti ada tantangan di setiap perjuangan, dan selalu akan ada jalan di setiap ikhtiar yang
dilakukan. Perjuangan yang dilakukan Nofri untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi
dengan mempelajari ilmu-ilmu agama islam, juga ikhtiar keras yang dilakukannya untuk menjadi
seorang hafidz membuahkan hasil yang manis. Lulus dari pesantren Baitul Qur`an Nofri sudah
berhasil mengantongi hafalan sebanyak 10 juz Al-Qur`an. Nofri menempuh study di pesantren
Baitul Qur`an sampai tahun 2019. Setelah itu Nofri mengabdi selama satu tahun sampai tahun
2020.
Setelah selesai mengabdi selama satu tahun, Nofri memutuskan untuk mendaftar
perkuliahan di perguruan tinggi. Pada saat itu Nofri sudah sempat mendfatar di Perguruan tinggi
di daearah sana. Namun Atas rencana Allah tiba-tiba ada teman Nofri selama di pesantren
memberikan informasi mengenai Pondok Pesantren Tahfidz Qur`an Ibnu Katsir Jember.
Temannya tersebut mendapatkan informasi dari Ustadz yang mengajar di pesantren Baitul
Qur`an. Nofri tergerak hatinya dan segera mengiyakan untuk mendaftar di Pondok Pesantren
Tahfidz Qur`an Ibnu Katsir Jember. Ada rasa keinginan dan ketertarikan yang tinggi di hati
Nofri, terlebih bisa kuliah dan juga menambah ilmu-ilmu agama islam serta belajar menjadi
seoarang Hafidz.
Selalu ada cerita disetiap perjalanan, ada suka maupun duka. Begitupun dengan
perjalanan seorang Nofri dalam menempuh proses berjuang menjadi seorang Hafidz Qur`an.
Kalau ditanya apa enaknya menjadi seorang penghafal Al-Qur`an tentu banyak sekali, Seperti
menjadi golongan manusia terbaik, seperti sabda Nabi Muhammad SAW “Sebaik-baik manusia
diantara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengamalkannya”. Selain itu juga
memiliki teman-teman atau lingkungan yang baik dan sholeh, dan juga sama-sama penghafal Al-
Qur`an tentunya. Bisa lebih menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dibenci oleh Allah. Dan
masih banyak yang lainnya. Sedangkan dukanya adalah harus bisa belajar mandiri karena jauh
dari keluarga dan orang tua. Harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, jauh dari
handphone dan juga harus bisa memanajemen diri dan hati dengan baik. Namun duka tersebut
hanyalah sebuah semu, karena semua itu akan memberikan sebuah hasil yang positif dan
inshaAllah akan membawa keberkahan dan kebaikan.
Sebelum menutup perbincangan dengan Nofri, ada sebuah pesan yang akan dibagi
kepada semua insan yang ingin memulai untuk menjadi penghafal Al-Qur`an. Yang pertama
harus menata niat terlebih dahulu, karena itu merupakan yang paling dasar dan penting. Niat
haruslah baik dan membawa kepada kebaikan, tidak boleh diniatkan untuk hal-hal yang buruk,
semisal pengen dipuji oleh manusia. Yang kedua adalah jangan menyerah atau putus asa, karena
memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa, teruslah berusaha dan ikhtiar, inshaAllah
Allah akan memberikan jalan dan kemudahan. Besar harapan Nofri setelah lulus dari Pondok
Pesantren Ibnu Katsir Jember untuk bisa kembali ke kampung halaman dan bisa memberikan
manfaat kepada masyarakat sekitar rumahnya. Cita-cita mulia untuk membangun sebuah Pondok
Pesantren di daerahnya. InshaAllah niat dan rencana baik akan senantiasa dimudahkan oleh
Allah. Karena sejatinya ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai