Keinginan yang kuat untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dalam hal agama membuat SL terus berusaha keras menjadi seorang Hafidz. Bermula dari daerah di pedalaman Jambi, tepatnya di Sungai Dingin Desa Ranggo Kabupaten Sarolangun. Terdapat seorang anak laki-laki bernama SL, dia merupakan anak ke 8 dari 10 bersaudara, sebenarnya 12 bersaudara namun meninggal dunia 2 orang. SL merupakan anak dari seorang petani karet. Kehidupan keluarganya bisa dibilang pas-pasan atau sederhana. Sejak kecil SL sudah belajar hidup mandiri, Ketika sd SL sudah jarang bertemu dengan orang tuanya, karena SL bersekolah di lingkungan masyarakat jawa yang bertransmrigasi ke daerah jambi, yang notabennya rata-rata mereka yang bertransmigrasi merupakan orang sunda-jawa. SL kecil jarang tinggal dirumah, kadang tinggal di rumah kakak dan kadang di rumah tetangga. SL kecil bukanlah seorang anak yang manja, SL sudah terbiasa untuk mengerjakan segala keperluan pribadinya sendiri. Pada waktu smp SL pernah masuk pondok pesantren selama satu tahun, namun karena kurangnya biaya akhirnya SL berhenti. Karena orang tua SL bukan termasuk orang yang memiliki banyak uang. Setelah memutuskan berhenti dari pondok pesantren SL lanjut sekolah di Mts di desa. Di Mts itu SL berhasil menyelesaikan study sekolah menengah pertamanya. Setelah itu SL lanjut ke SMA, SL memilih sekolah di SMA di Jambi Kota. Alhamdulillah SL mendapatkan beasiswa disana, jadi tidak membayar biaya sekolah sewaktu SMA. Semasa awal SMA SL sempat tinggal di panti selama 6 bulan, dikarenakan keterbatasan biaya dari keluarga. Namun karena jarak sekolah ke panti cukup jauh dan membuat SL sering terlambat ke sekolah maka akhirnya SL pindah. SL pindah tempat tinggal di masjid, dan menjadi marbot masjid disana. Lokasi masjid ini dekat dengan sekolahnya, jadi memudahkan SL jika akan pergi ke sekolah. SL menjadi marbot di masjid tersebut selama kurang lebih 4 tahun setengah, yakni sampai SL lulus dari SMA hingga sempat bekerja. Setelah lulus SMA, SL sempat disuruh kuliah oleh orang tuanya, namun SL menolak dan memilih untuk bekerja. Karena di daerah rumahnya banyak yang bergelar sarjana namun masih menganggur, itu yang dijadikan SL alas an untuk menolak himbauan orang tuannya untuk lanjut kuliah. Akhirnya SL memilih untuk bekerja,pernah bekerja di mall pakaian, kerja jaga parkir, kerja di rumah makan padang, hingga pernah bekerja di restaurant ayam penyet di kota jambi. Semua pekerjaan itu SL lakukan untuk menyambung hidup, meskipun begitu gaji yang SL dapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah satu tahun bekerja, ibu SL mengalami sakit gula atau sakit diabetes. Sehingga SL harus pulang ke rumah untuk membantu merawat sang ibu. Meskipun memiliki SL sepuluh bersaudara, namun rata-rata saudaranya sudah berkeluarga dan sibuk dengan keluarganya masing-masing. Selama satu tahun lebih SL berada di rumah untuk membantu merawat sang ibu dan bantu-bantu di rumah. SL membantu pekerjaan ayahnya yang seorang petani karet, dengan pendapatan yang hanya cukup untuk beli kebutuan sehari-hari. Lingkungan sekitar daerah tempat SL tinggal, pergaulan anak-anak mudanya termasuk kurang baik dan bisa dibilang banyak pergaulan bebas. SL merasa kurang cocok dengan lingkungannya tersebut. Pemuda disana banyak yang putus sekolah dan mereka memilih untuk menjadi penambang emas dari pada melanjutkan sekolahnya. Karena hasil tambang emas uangnya lumayan besar. Alhasil karena mereka bisa menghasilkan uang sendiri, mereka pergunakan uang itu untuk membeli suatu hal yang sia-sia. Latar belakang pengen berubah lebih baik dan bisa menghafal Al-quran adalah ketika sang ibu meninggal dunia pada bulan maret 2020. SL merasa sangat terpukul ketika sang ibu meninggal. SL masih ingat wasiat atau pesan terakhir sang ibu kepadanya, yaitu Jangan pernah merokok. Mulai saat itu SL berjanji untuk tidak akan merokok lagi dan SL akan berusaha buat berubah menjadi seorang pemuda yang lebih baik lagi. Keinginan berubah menjadi lebih baik semakin bertambah ketika melihat kondisi keluarga yang masih awam terhadap agama islam. Seperti jarang mengaji, mengajinya hanya disaat saat tertentu saja. SL sering termenung dan memikirkan keluarganya. Saat itu mulai muncul keinginan di hati SL untuk bisa lanjut kuliah, SL mulai mencari-cari informasi mengenai beasiswa yang ada di perkuliahan. Akhirnya dapat link di Untung Indonesia di Bandung tepatnya di Subang, yakni beasiswa hafal Al-qur`an selama satu tahun, hafalannya selama 6 bulan dan 6 bulan selanjutnya pengabdian. Keinginan yang kuat untuk bisa berubah menjadi lebih baik lagi dan membanggakan keluarga membuat SL giat belajar hingga akhirnya SL bisa lolos seleksi dan dapat beasiswa disana. Selesai menghafal Al-quran selama 6 bulan, SL mengabdi di daearh Purworejo Jawa Tengah selama 6 bulan. Bukan hal yang mudah bagi SL untuk bisa menghafal Al-qur`an, karena memang SL tidak memiliki background disana. Awalnya SL merasa minder, karena pada saat itu dari surat Ad dhuha sampai An nass saja SL enggak lancar. Pada satu bulan pertama ada keinginan SL untuk menyerah dan pulang. Namun dari teman-teman dan keluarga terus menyemangati SL, dan SL pun kembali mencoba buat bertahan dan terus berusaha. SL harus berjuang keras untuk terus menghafal bahkan SL seringkali menyita waktu istirahat dan tidur siang dan waktu itu digunakan SL untuk menghafal Al-qur`an. Hingga akhirnya perjuangan SL tidak sia-sia, atas ijin Allah SL selama 6 bulan disana bisa menghafal sebanyak 5 juz yakni juz 26 sampai juz 30. Selesai mengabdi di Purworejo, ada keinginan di hati SL untuk pulang ke kampung halaman. SL menghubungi keluarganya, namun kata keluarganya SL disarankan buat melanjutkan study disana dan mencari informasi beasiswa kuliah. Akhirnya SL mencari informasi lagi, hingga SL dapat info dari temennya di Subang bahwa ada beasiswa kuliah gratis sekaligus menghafal Al-qur`an di Ibnu Katsir Jember. SL memutuskan untuk mencoba mendaftar di Ibnu Katsir Jember dan Alhamdulillah SL lolos seleksi masuk disana, meski pada awalnya harus membayar namun kini SL sudah mendapatkan beasiswa di Ibnu Katsir Jember. Di Ibnu katsir, SL sudah memiliki background menghafal Al-qur`an, jadi lebih memudahkan SL dalam melanjutkan hafalannya. Alhamdulillah sampai saat ini SL sudah berhasil menghafal sebanyak 10 juz. Rencana Allah memang selalu indah, bagaimana perjalanan hijrah seorang pemuda yang terlahir dari keluarga sederhana dan berada di lingkungan yang buruk mendapatkan hidayah untuk bisa berkesempatan menjadi seorang Hafidz dan seorang sarjana. Mengenai masa yang akan datang memang hanya Allah yang tau. Tugas kita hanya berdo`a dan berusaha semaksimal mungkin. Allah pasti memberikan jalan yang terbaik buat kita. Masa lalu yang buruk bukanlah sebuah hukuman, melainkan pelajaran yang sangat berharga yang mampu membuat kita lebih baik lagi ke depannya. Insha Allah. Sebelum saya menutup sesi wawancara dengan SL, SL sempat berpesan kepada para pembaca semua yakni Bahagiakan orang tua selagi ada, jangan pernah membuat mereka kecewa, karena saat orang tua sudah tidak ada akan merasakan kehilangan yang sangat mendalam.Rindu itu akan terasa jauh lebih berat jika dia sudah berada di ke dalaman dua meter.