Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

“PENGENDALIAN VEKTOR”

DOSEN PEMBIMBING:

Edison M.Kes

Disusunoleh

Kelompok 2

1.Aliyyah Syofyani Putri (2102006)

2.Ela Gusnita (2103011)

3. Tania Syarint Andini ( 2103023)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES SYEDZA SAINTIKA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjat kan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dapat dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“PENGENDALIAN VEKTOR”
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan membawa dampak positif
bagi mahasiswa khususnya mata kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN

Padang, Mei.2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Definisi Pengendalian Vektor.............................................................................................................3
B. Jenis Jenis Vektor...............................................................................................................................3
C. Pengendalian Vektor.........................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari17.480


pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua lautan (lautan India dan
Lautan pasifik). Indonesia berada pada pertemuan tigalempeng dunia yaitu lempeng Indo-
Australia eurasia dan Pasifik yang berpotensi menimbulkan gempa bumi apabila lempeng
lempeng tersebut bertumbukan. Selainitu, indonesia juga mempunyai 127 gunung api aktif, 76
diantaranya berbahaya,bencana alam lainnya seringkali melanda Indonesia adalah tsunami, angin
topan,banjir, tanahlongsor, kekeringan serta bencana akibat ulah manusia seperti kegagalan
teknologi, konflik sosial, kebakaran hutan dan lahan. Dampak kejadian bencana tersebut secara
keseluruhan mengakibatkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang tidak sedikit. Hampir
seluruh provinsi di Indonesia merupakan daerah rawan Bencana.

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam dan
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Bencana yang di akibatkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor, sedangkan bencana yang
diakibatkan oleh faktor non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemik dan wabah penyakit. Masalah umum yang dihadapi di bidang kesehatan adalah jumlah
pendudukyang besar, dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi, serta penyebaran penduduk
yang belum merata, di samping tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah,
Keadaan ini semua dapat menyebabkan terciptanya lingkungan fisik dan biologik yang tidak
memadai, sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit Pelaksanaan
pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan
lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena
potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian pengendalian vektor ?


2. Apa saja jenis jenis vektor ?
3. Bagaimana pengendalian vektor ketika terjadi bencana ?

1
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui definisi pengendalian vektor


2. Untuk mengetahui jenis jenis vektor
3. Untuk mengetahui pengendalian vektor ketika terjadi bencana

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Pengendalian Vektor

vektor adalah arthropoda atau binatang tidak bertulang belakang (invertebrata) lain yang
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia, dengan jalan memindahkan bibit penyakit yang
dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, atau meninggalkan bibit
penyakit yang dibawanya pada bahan makanan atau bahan bahan lainnya, sehingga
mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau mempergunakan bahan bahan
tersebut. Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan
populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan gangguan yang di akibatkan oleh vektor.
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah
Menurut Kusnoputranto dalam Simanjuntak (2005) yang dimaksud dengan pengendalian
vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vektor
pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Tujuan pengendalian vektor dalam keadaan darurat :


1. Menurunkan populasi serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya tidak
lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah

2. Menghindari kontak dengan vektor sehingga penyakit yang di tularkan melaluivektor


tersebut dapat di cegah.

3. Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga


pengganggu.

B. Jenis Jenis Vektor

Seperti telah diketahui vektor adalah Antrhropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri ciri kakinya
beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi
± 75% dari seluruh jumlah binatang.

3
Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat
1. Nyamuk anopheles sebagai vektor malariaOP
2. Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
3. Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
4. Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax

b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal


1. Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes

c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala


1. Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus
exantyematicus.

Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain :
1. Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
2. Ordo isoptera, contoh rayap
3. Ordo orthoptera, contoh belalang
4. Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi
2 golongan :

1. Tikus besar (Rat)


Contoh: - Rattus norvigicus (tikus riol )
- Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
- Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

2. Tikus kecil (mice)


Contoh : - Mussculus (tikus rumah)
Jenis jenis vektor yang sering terdapat di pemukiman ket ika terjadi bencana yaitu:

A. Nyamuk
1. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang
mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4
stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :

4
a). Nyamuk dewasa.
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih
dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap
tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina
keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.

b). Telur nyamuk.


Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang
keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk
berbeda – beda tergantung dari jenisnya.
- Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan
tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
- Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.

- Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel
pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya.
Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan – tumbuhan air,
dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium t elur ini memakan
waktu 1 – 2 hari.

c). Jentik nyamuk


Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulu-bulunya,
stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur,
nutrien, ada tidaknya binatang predator.

d). Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini
memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang 1 – 2 hari.

2. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)


Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat
berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places)
dan tempat untuk beristirahat (reesting palces).
Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan seperti culex dapat berkembang
di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup
bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam –
kolam, rawa – rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breed ing
places,

5
sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut :
1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang berkembang biak di
air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles sundaicus,
anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles vagus, anopheles
barbumrosis untuk berkembang biak.
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefinitus,
leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles aconitus,
vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang biak.

3. Kebiasaan menggigit
Waktu keaktifan mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk
yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan colex sedangkan nyamuk yang aktif
pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit
mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang
menghisap darah
adalah nyamuk betina.

4. Tempat beristirahat (resting places)


Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 – 3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan diluar rumah
seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain – lain merupakan tempat yang
disenangi nyamuk untuk berisitirahat.

5. Bionomik nyamuk (kebiasaan hidup)


Bionomik sangat penting diketahui dalam kegiatan tindakan pemberantasan misalnya
dalam pemberantasan nyamuk dengan insectisida kita tidak mungkin melaksanakannya,
bilamana kita belum mengetahui kebiasaan hidup dari nyamuk, terutama yang menjadi vektor
dari satu penyakit. Pada hakekatnya serangga sebagai mahluk hidup mempunyai bermacam-
macam kebiasaan, adapun yang perlu diketahui untuk pemberantasan/pengendalian misalnya :

a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan lamanya


hidup.
b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya.
c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah.
d. Kebiasaan memilih mangsa.
e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll.
f. Kebiasaan di dalam rumah at au di luar rumah yang berhubungan dengan
penggunaan.

6
6. Penyakit yang di akibatkan oleh nyamuk
1). Penyakit Malaria
Penularan penyakit malaria terjadi lewat par asit plasmodium kepada manusia dengan
vektornya adalah nyamuk Anopheles betina. Disaat nyamuk sedang menggigit seseorang yang
mengalami infeksi malaria, maka nyamuk ini kemudian akan mengisap parasit tadi yang disebut
dengan parasit gametocytes.
Parasit ini biasanya menyelesaikan siklus dari suatu pertumbuhan yang terjadi di dalam
tubuh nyamuk dan setelah itu akan merambat menuju ludah nyamuk. Dan disaat sedang
menggigit manusia, nyamuk ini se lanjutnya akan menyuntikkan. masuk parasit ke dalam aliran
darah. Dan kemudian menuju masuk ke hati dan setelah itu mulai melipatgandakan dirinya.
Bentuk dari penularan yang lain ter jadi adalah misalnya penularan yang terjadi dari wanita
hamil ke janin. Penyakit malaria juga menular lewat transfusi darah.

2). Penyakit Demam Berdarah

Cara Penularan
Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan vektor perantara.
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
t ersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8- 10 hari
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada di dalam tubuh nyamuk nyamuk tersebut
akan dapat menularkan virus selama hidupnya.

Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.

3). Penyakit Chikungunya


Penyebaran Chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dapat
menjadi berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit penderita demam chikungunya.
Kera dan beberapa binatang buas lainnya juga diduga dapat sebagai perantara (reservoir)
penyakit ini. Nyamuk yang terinfeksi akan menularkan penyakit bila menggigit manusia yang
sehat.
Aedes aegypti (the yellow fever mosquito) adalah vektor utama atau pembawa
Chikungunya. Aedes albopictus (the Asian tiger mosquito) mungkin juga berperanan dalam
penyebaran penyakit ini di kawasan Asia. Dan beberapa jenis spesies nyamuk tertentu di daerah
Afrika juga ternyata dapat menyebarkan penyakit Chikungunya. Masih belum diketahui secara
pasti bagaimana virus tersebut menyebar antar negara.Mengingat penyebaran Chikungunya antar
negara relatif pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk.

Dewasa ini makin sering berbagai penyakit hewan dari tengah hutan yang merebak (spill
over) ke permukiman penduduk. Sebutlah di antaranya St Louis Encephalitis dan Sungai Nil
Barat (West Nile), yang telah menimbulkanbanyak korban. Peredaran virus memang tak bisa lagi
dibatasi oleh posisi geografi. Hutan yang tadinya tertutup menjadi terbuka, daerah yang dulu
terisolir kini bisa dengan mudah berhubungan ke mana saja.

7
Cara perpindahan virus bisa berupa apa saja .Pada era globalisasi yang serba cepat seperti
sekarang ini, seseorang hari ini dapat berada di Eropa atau Afrika, dan esok harinya sudah berada
di benua lainnya seperti di Bali at au Jakarta. Dengan pola perpindahan penduduk yang sangat
cepat ini, sangat potensial terjadi penyebaran berbagai macam penyakit termasuk virus. Orang
yang tertular penyakit di suatu negara bisa saja membawanya ke Indonesia.
Penyakit yang dibawa ada yang dapat hilang dengan sendirinya, namun dapat pula
berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada. Perdagangan satwa langka yang cukup
mendapat sorotan beberapa waktu lalu, bisa saja membawa serta virus dari hutan ke t empat yang
jauh di negeri orang. Belum lagi nyamuk yang dapat menyelundup ke dalam kabin pesawat te
rbang dan beterbangan di Indonesia.

4). Penyakit Kuning


Virus demam kuning adalah arbovirus dar i genus flavivirus, dan nyamuk adalah vektor
utama. Ini membawa virus dari satu host ke yang lain, terutama antara monyet, dari monyet ke
manusia, dan dari orang ke orang. Beberapa spesies yang berbeda dari nyamuk Aedes dan
Haemogogus menularkan virus. Nyamuk-nyamuk berkembang biak baik di sekitar rumah
(domestik), di hutan (liar) atau di kedua habitat (semi-domestik).

5). Penyakit Kaki Gajah


Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah
tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang
lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut. Tidak
seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari
genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular
dengan sangat cepat.

B. Lalat
Lalat merupakan kelas insekta dari diptera, yang terpenting adalah golongan Clyptrata
muscodiae bagian dari super family muscodiae.
1. Genus Musca
Genus musca yang penting diketahui adalah spesies yang sering terdapat di sekitar rumah
dan di dalam rumah, adapun tanda-t anda dari lalat rumah (musca domestica) tubuh berwarna
coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4
garis hitam dan 1 garis hitam medial pada a bdomen punggung, vein ke empat dari sayap
berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah, methamorphosenya sempurna
serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat
betina.
2. Siklus hidup
Lalat memiliki bentuk telur lonjong berwarna putih, lalat betina sekali bertelur 100 – 200
telur, stadium lamanya menetas 12 – 24 jam dipengaruhi suhu lingkungan. Dari stadium telur
sampai dewasa lamanya sampai 8 – 20 hari, temperatur optimum untuk kehidupan lalat 24 0 C –
32 0 C. Tanpa air lalat akan dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam.

8
3. Tempat berkembang biak
Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah – sapah basah,
kotoran manusia, binatang dan tumbuh – tumbuhan yang membusuk.
a. Cara terbang
Lalat suka terbang terus menerus, dari hasil penyelidikan jarak terbang lalat pada daerah
yang padat penduduknya tidak lebih dari 0,5 km.

b. Cara bertelur
Lalat masa bertelurnya 4 – 20 hari dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5 kali seumur
hidupnya, dengan jumlah sekali bertelur 100 – 150 butir.

4. Penyakit yang disebabkan oleh lalat


1. Disentri
2. Diare
3. Typhoid
4. kolera

C. Tikus
Untuk dapat mengenal tikus dalam arti sesungguhnya (family muridae) dapat dilakukan
dengan indentifikasi morfologi yang menyolok pada jenis tikus,memperhatikan lingkungan
hidupnya serta penelusuran secara deskripsi.

1. kebiasaan – kebiasaan tikus.


Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca indera seperti penciuman
yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari tikus bergerak di pandu oleh rambut, kumis
yang panjang peka terhadap sentuhan. Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal
dari makanan manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus tidak seang di
tempat – tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin melainkan senang di tempat –
tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makan adalah seperti di tempat sampah,
lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus rata – rata mencapai 1 tahun dan pembiakan
cepat terjadi selama musim hujan, apabila terdapat banyak makanan dan tempat untuk
berlindung.
a. Tanda ada atau tidaknya tikus.
1. Ada dijumpai bekas gigitan yang ditinggalkan tikus misalnya pada pintu jendela, dll.
2. Alur jalan tikus pada umumnya kotor dan berminyak.
3. Di jumpai kotoran tikus, kotoran yang masih lembek, mengkilap berwarna gelap adalah
ciri – ciri kotoran yang masih baru, sedangkan kotoran yang sudah lama, keras, kering dan
umumnya berwarna abu – abu.
4. Terdengar adanya suara tikus pada saat hari sudah muali gelap. Sarang tikus dijumpai pada
dinding, pada pohon – pohon, tanam – tanaman dan si sela – sela pada rumah, dll.

9
2. Kebiasaan dan Habitat
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat.
Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungnnya dengan manusia adalah sebagai berikut
:
1. R. nor vegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda keras seperti kayu
bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah, toko makanan dan gudang, diluar rumah, gudang
bawah tanah, dok dan saluran dalam tanah/riol/got.
2. R. ratus diardi i
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung ,menggigit
benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah
tergantung pada cuaca.
3. M . Musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang, menggigit hidup didalam
dan diluar rumah.

3. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk
jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang
membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan
gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini
disamarkan dengan cara d itutupi dengan daundaunan. Selain itu, sarang tikus juga terdiri
dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang
lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk
beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.

4. Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus


Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal
Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease adalah :
1. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira berbentuk spiral
yang menyerang mamalia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi
dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Bakteri ini dapat
menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang
mengalami infeksi leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput
lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi oleh urine
hewan terinfeksi leptospira.Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), melalui :
1. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar ter hindar dari tikus.
2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh
lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat
yang tercemar lainnya.
3. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.

10
4. Menghindari pencemaran oleh tikus.Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu
yang tercemar oleh tikus dan meningkatkan penangkapan tikus.
5. Sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga
tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan
yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar.
6. Hindari kontak dengan kencing binatang piaraan.
7. Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan
air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka,
borok, atau eksim.
8.Selalu membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang,
dapur, dan tempat-tempat kotor.
9. Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus. Jangan
memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah.

2. Plague/Penyakit pes/Sampar/La Peste


Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada
hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat
mewabah. Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi
yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea),
Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Pes Bubo
Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh
dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan
kelenjar getah bening di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan
bubo di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis pestis).
b. Pes Pneumonik
Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara
tiba-tiba dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah.Pada
pemeriksaan sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan
apabila diperlukan dilakukan p emeriksaan darah untuk menemukan zat antinya. Penyakit
ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan
kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa
bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague,
penularan terjadi dari percikan air liur penderita yang ter bawa oleh udara.

Pencegahan
1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dengan antibiotic selambat-
lambatnya 7 hari sete lah kontak dengan penderita.
2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pada waktu kontak
dengan penderita plague.
3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya.
4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yang banyak terdapat
sarang tikus.
5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.
6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

11
3. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang
pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya
dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1 hingga
22 hari. Gejalagejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual, muntah, sakit
kepala, nyeri punggung dan sendi.

4. Sindrom hantavirus paru (PS)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus
yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika
mereka menghirup virus aerosol.HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah
diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent
control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi
hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah diare, muntah, mual, dan kram perut.

5. Salmonellisis
Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat
menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan
kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses.
Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti
oleh dehidrasi.

6. Murine typhus
Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian typhi atau R. mooseri
yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit
kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul
di hari kelima hingga keenam.

7. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas
yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia.
Tikus menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas,
umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman.
Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka,
panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam
dan juga kejang.

D. Kecoa

1. Daur Hidup
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui tiga stadia
(tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis
jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan
sayap dan alat genitalnya dalam taraf perkembangan.

12
2. Habitat
Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di dalam rumah dan
sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor dan perpustakaan.

3. Kebiasaan Hidup
Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tr opika yang kemudian menyebar ke daerah sub
tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam rumah-rumah makan
segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau tidak sedap. Kebanyakan kecoa dapat
terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat (“ cursorial“), dapat ber gerak cepat, aktif pada
malam hari, metamorfosa tidak lengkap, Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relatif sedikit,
tetap adanya kecoa menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang baik.
Hubungan kecoa dengan berbagai penyakit belum jelas, tetapi menimbulkan gangguan
yang cukup serius, karena dapat merusak pakaian, buku buku dan mencemari makanan.
Kemungkinan dapat menularkan penyakit secara mekanik karena pernah ditemukan telur cacing,
protozoa, virus dan jamur yang patogen pada tubuh kecoa. Seekor P brunnea betina yang telah
dewasa dapat menghasilkan 30 kapsul telur atau lebih dengan selang waktu peletakkan kapsul
telur yang satu dengan peletakkan kapsul telur berikutnya berkisar a ntara 3 sampai 5 hari; tiap
kapsul telur P.brunnea rata-rata berisi 24 telur, yang menetes rata-rata 20 nimfa dan 10 ekor
diantaranya dapat mencapai stadium dewasa. Nimfa P.brunnea berkembang melalui sederetan
instar dengan 23 kali berganti kutikula sebelum mencapai stadium dewasa.

Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa seekor P.americana betina ada


yang dapat menghasilkan 86 kapsul t elur, dengan selang waktu peletakkan kapsul telur yang
satu dengan kapsul telur berikutnya rata-rata 4 hari. Dari seekor N.rhombifolia betina selama
hidupnya ada yang dapat menghasilkan 66 kapsul telur, sedangkan P.autralasiae betina dapat
menghasikan 30-40 kapsul telur.
Penyakit yang disebabkan oleh kecoa
1. Diare
2. Disentri
3. Typhoid
4. Kolera

C. Pengendalian Vektor

1. Pengendalian vektor secara alami

Lautan, gunung, danau dan sungai yang luas, dapat menghalangi penyebaran serangga
Tidak mempunyai beberapa spesies, serangga hidup di daerah yang tinggi dari permukaan laut.
Perubahan musim yang merupakan gangguan bagi kelestarian hidup vektor,seperti musim, iklim,
angin dan curah hujan. Adanya hewan pemangsa

2. Pengendalian vektor secara buatan


Pengendalian secara fisik dan mekanik.Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah
upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan

13
populasi vektor secara fisik dan mekanik. Contohnya: modifikasi dan manipulasi lingkungan
tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengalihan/
drainase, dll), pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan hewan sebagai
umpan nyamuk (cattle barrier),pemasangan kawat
.
3. pengendalian secara biologi
Pengendalian secara biologi yitu pemanfaatan predator yang menjadi musuh vektor dan
bioteknologi sebagai alat untuk mengendalikan vektor. Misalnya, predator pemakan jentik (ikan,
mina padi,dan lain sebagainya), pemanfaatan bakteri, virus, fungi, manipulasi gen ( penggunaan
vektor jantan mandul dan lain sebagainya)

4. Pengendalian secara kimia


Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian vektor dengan menggunakan
pestisida kimia. Misalnya, penggunaan kelambu ber insektisida, larvasida dan lain sebagainya

5. pengendalian secara biophysical


Pengawasan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari dua macam cara, yakni cara
fisik dan cara biologik :
1. Menangkap binatang tersebut, biasanya jenis jantan (secara fisik),
2. Kemudian disterilkan dengan menggunakan sinar gamma (dengan cara biologik),
kemudian dilepaskan kembali ke alam tidak akan terjadi pembuahan jumlah binatang
dapat dikontrol.

6. pengendalian secara kultural


Menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan antropoda atau rodentia
dengan jalan mengubah kebiasaan atau sikap hidup yang tidak menguntungkan.

7. pengendalian terpadu
Artinya digunakan kombinasi dari berbagai cara yang disebutkan diatas sehingga
kelemahan yang ada pada suatu cara dapat saling dikurangi dibedakan macam artropoda dan
rodentia yang akan diawasi.

8. Pengendalian legislatif
Mencegah tersebarnya serangga berbahaya antar daerah, pulau maupun negara melalui
peraturan.Pencegahan dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida di bandara, pelabuhan,
stasiun, terminal dsb. dan disediakan karantina.

9. Pengendalian Lingkungan
Dilakukan atas usaha manusia.
Macam-macamnya :
1. Pengendalian Lingkungan ( Environmental control ). Mengelola lingkungan
(enviromental management ) yaitu mengatur lingkungan sehingga tidak cocok dan
membatasi perkembangan vektor.

14
a. Modifikasi lingkungan ( Enviromental Modification)
Cara ini paling aman terhadap lingkungan karena tidak merusak keseimbangan alam dan
tidak me ncemari lingkungan tetapi harus dilakukan terus menerus. Misalnya :
a). pengaturan sistem irigasi,
b). penimbunan tempat penampung air dan
c). pembuangan sampah,
d). pengeringan air yang menggenang
e). pengubahan rawa menjadi sawah
f). pengubahan hutan jadi pemukiman

b. Manipulasi Lingkungan ( Enviromental Manipulation).


Membersihkan dan memelihara secara fisik tempat p erindukan atau tempat istirahat
serangga.
Contoh :
a). membersihkan tanaman air yang mengapung seperti ganggang dan lumut sehingga
menyulitkan perkembangan Anopheles sundaicus.
b). Mengatur kadar garam di laguna sehingga menekan populasi An. subpictus dan An.
sundaicus,
c) Melestarikan tanaman bakau yang membatasi tempat perindukan An.sundaicus,
d).Membuang atau mencabut tumbuhan air di kolam atau rawa se hingga menekan
populasi Mansonia spp.
e). Melancarkan air got agar tidak jadi tempat perind ukan Culex spp.

10. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)


merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian
vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya
serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

1. pengendalian Nyamuk
a. secara fisik atau mekanis
memasang kawat kasa, kelambu, memukul nyamuk dengan alat pemukul
b. secara kimia
dengan menggunakan berbagai macam insekt isida untuk: mematikan nyamuk,
mengatur pertumbuhan, membuat steril, menarik perhatian nyamuk, mengusir nyamuk.

c. Secara biologis
Misalnya dengan membiarkan hidup binatang yang aan menangkap nyamuk
sebagai mangsanya, contohnya cicak, kelelawar berbagai jenis reptil dan unggas.
d. Secara kultural
Dengan mengubah kebiasaan masyarakat yang buruk yang menguntungkan
kehidupan nyamuk, misalnya: mengeringkan rawa rawa, memotong dedaunan yang
terlalu lebat, tidak membuang kaleng kaleng bekas sembarangan dan membuat saluran air
yang memenuhi syarat kesehatan.
e. Pengendalian di lingkungan

15
Melakukan pengaliran air yang tepat, membuat desain saluran pembuangan air
yang tepat guna dan parit penahan, pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak
mengalir (seperti kubangan, selokan), mengatur pembuangan air kotor dan sampah.

2. pengendalian Lalat

a. secara fisik atau mekanik


perangkap lalat (flay trap), umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran
(sticky tapes), perangkap dan pembunuh elektronik (like trap with electrocuto),
memasang kawat kasa/plastik, membuat pintu dua lapis.
b. Secara kimiawi
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang
singkat apabila sangat di perlukan, karena akan cepat resisten. Aplikasi yang efektif dari
insektisida dapat memberantas lalat, dengan cepat diperlukan pada pemberantasan KLB
kholera, dysentri dan trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara
umpan atau baits, penyemprotan dengan efek residu (indoor recidual sparying).
Penyemprotan dengan pengasapan (indoor dan outdoor space praying).
c. Secara biologi
Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwarna hitam (phiedoloqelon affinis)
untuk mengurangi populasi lalat rumah di te mpat tempat sampah.

3. pengendalian Kecoa
Menurut Depkes RI (2002), cara pengendalian kecoa dapat ditujukan terhadap kapsul
telur dan kecoa yaitu:

a. secara fisik atau Mekanis


yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-celah
almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan membakar/dihancurkan.
Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan. Menyiram tempat
perindukkan dengan air panas. Menutup celah-celah dinding.

b. Secara biologis
Pemberantasan kecoa secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol
(semprotan) atau bait (umpan). Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam
pemberantasan kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan,
menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent,
attractan).

4. pengendalian tikus

a. secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas pertimbangan bahwa
pengendalian secara mekanis tidak memberikan hasil yang optimal atau tidak
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan dan atau untuk aplikasi di luar

16
bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang terdapat
aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area sensitif lainnya.
Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar ruangan yang
tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas dan
dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus).

Alat-alat untuk aplikasi rodentisida :

1. Tamper Resistant
Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi dari pengaruh
lingkungan.
a. Kotak umpan ber-kunci (Tamper Resistant) dipergunakan untuk pengumpanan di
dalam ruangan umum dan ruangan terbuka.
b. Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap Kotak umpan berkunci.
c. Penempatan Tamper Resistant diletakkan jauh dar i jangkauan anak-anak.
d. Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor seri/pengenal/No. penempatan untuk
memudahkan monitoring dan pencatatan.

2. Racun Minum
Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian tikus, jika
ketersediaan makanan di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi racun minuman dapat
dilakukan bersamaan dengan umpan racikan dengan hasil yang lebih baik. WARNING.
Hat i-hati dalam aplikasi racun minuman, karena sifat racun minuman yang mudah
menguap sehingga dapat menyebabkan kontaminasi.

3. Penanganan Bangkai
Tikus Pasca Pengendalian Tikus Kumpulkan tikus yang terperangkap /mati,
musnahkan dengan cara membakar dan dikubur dengan kedalaman sekurangkurangnya
50 cm, begitu pula dengan setiap bahan sisa atau sisa pembungkus umpan racun.

4. Peralatan Keselamatan Dan Pakaian Kerja


Dalam melaksanakan aktivitas pengendalian tikus, kelengkapan keselamatan kerja
yang harus dipenuhi meliputi :
a. Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida, bangkai tikus.
b. Masker penutup hidung dan mulut apabila berhubungan dengan bangkai
tikus.
c. Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah berbahaya atau bila
ditentukan oleh pemilik/penanggungjawab lokasi.
d. Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya bila ditentukan
oleh pemilik/penanggungjawab lokasi.
e. Pakaian kerja yang dipergunakan khusus melakukan pekerjaan
f. Pakai Tanda Pengenal Perusahaan yang masih berlaku.

17
5. Pengendalian di lingkungan
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor penarik
tikus atau bahkan sumber makanan t ikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan
merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien. Tikus akan berkembang biak dan hidup
dengan baik pada situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat
berlindung dan tempat inggal yang tidak terganggu. Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk
meminimalisasi gangguan tikus :
a. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi rumput/semak
belukar
b. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki konstruksi yang
rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik.
c. Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus membutuhkan
minum setiap hari
d. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap
tikus.
e. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehar i.
f. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak dapat
dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

6. Pengendalian secara biologi


Memelihara binatang pemangsa tikus (predator), seperti kucing.

7. Pengendalian Fisik dan Mekanik

a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan
tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air,
mengeliminasi sarang atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang
menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan struktur bangunan, contohnya
dengan memasang plat besi pada pohon.
Pengendalian lainnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap, antara lain
perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal dan perangkap elektrik. Perangkap
merupakan cara yang paling disukai untuk membunuh atau menangkap tikus pada keadaan
dimana tikus yang mati disembarang tempat sulit dijangkau dan dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap serta sulit.

2. Treatment Tikus (Rodent Control)


Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang
menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk
tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari
dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti area parkir/garden, setelah itu
baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying
(mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.

18
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan
umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu lokasi dapat
dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman
cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah (housing), Mall, industri
(pergudangan), Rumah Sakit, Hotel /Apartemen.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Jenis jenis
vektor yang sering terdapat di pemukiman dan pengungsian ketika terjadinya bencana yaitu
kecoa, nyamuk, tikus, dan lalat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kelompok kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya
pemahaman secara jelas tentang pengendalian vektor.Himbauan bagi kita semua agar lebih
menjaga lingkungan dengan baik karena bagaimanapun bencana yang terjadi tidak terlepas dari
kita se bagai manusia yang menempati lingkungan ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Myrnawati. 2004. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana. Jakarta: Panduan Bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisi
Kesehatan Akibat Bencana di Indonesia.
Kemenkes RI. 2010. Pengendalian Vektor . Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Simanjuntak, Hajopan. 2005. Efektivitas Akar Tanaman Tuba (Derris elliptica) untuk
Pengendalian Nyamuk Anopheles sp .Skripsi, Fakulltas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberantasan vektor malaria, sanitas.
Puslitbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu , APKTS Pusdiknakes.
Depkes RI. Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai