Makalah Kesling
Makalah Kesling
“PENGENDALIAN VEKTOR”
DOSEN PEMBIMBING:
Edison M.Kes
Disusunoleh
Kelompok 2
Puji dan syukur kami panjat kan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karuniannya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dapat dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“PENGENDALIAN VEKTOR”
Harapan kami selaku penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan membawa dampak positif
bagi mahasiswa khususnya mata kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN
Padang, Mei.2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN.....................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Definisi Pengendalian Vektor.............................................................................................................3
B. Jenis Jenis Vektor...............................................................................................................................3
C. Pengendalian Vektor.........................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana yang di akibatkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor, sedangkan bencana yang
diakibatkan oleh faktor non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemik dan wabah penyakit. Masalah umum yang dihadapi di bidang kesehatan adalah jumlah
pendudukyang besar, dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi, serta penyebaran penduduk
yang belum merata, di samping tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah,
Keadaan ini semua dapat menyebabkan terciptanya lingkungan fisik dan biologik yang tidak
memadai, sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit Pelaksanaan
pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan
lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena
potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PENELITIAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengendalian Vektor
vektor adalah arthropoda atau binatang tidak bertulang belakang (invertebrata) lain yang
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia, dengan jalan memindahkan bibit penyakit yang
dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, atau meninggalkan bibit
penyakit yang dibawanya pada bahan makanan atau bahan bahan lainnya, sehingga
mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau mempergunakan bahan bahan
tersebut. Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan
populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan gangguan yang di akibatkan oleh vektor.
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah
Menurut Kusnoputranto dalam Simanjuntak (2005) yang dimaksud dengan pengendalian
vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vektor
pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Seperti telah diketahui vektor adalah Antrhropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri ciri kakinya
beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi
± 75% dari seluruh jumlah binatang.
3
Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat
1. Nyamuk anopheles sebagai vektor malariaOP
2. Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
3. Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
4. Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain :
1. Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
2. Ordo isoptera, contoh rayap
3. Ordo orthoptera, contoh belalang
4. Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi
2 golongan :
A. Nyamuk
1. Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang
mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4
stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :
4
a). Nyamuk dewasa.
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih
dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap
tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina
keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.
- Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel
pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya.
Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan – tumbuhan air,
dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium t elur ini memakan
waktu 1 – 2 hari.
d). Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini
memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang 1 – 2 hari.
5
sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut :
1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang berkembang biak di
air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles sundaicus,
anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles vagus, anopheles
barbumrosis untuk berkembang biak.
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefinitus,
leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles aconitus,
vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang biak.
3. Kebiasaan menggigit
Waktu keaktifan mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda – beda, nyamuk
yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan colex sedangkan nyamuk yang aktif
pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit
mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang
menghisap darah
adalah nyamuk betina.
6
6. Penyakit yang di akibatkan oleh nyamuk
1). Penyakit Malaria
Penularan penyakit malaria terjadi lewat par asit plasmodium kepada manusia dengan
vektornya adalah nyamuk Anopheles betina. Disaat nyamuk sedang menggigit seseorang yang
mengalami infeksi malaria, maka nyamuk ini kemudian akan mengisap parasit tadi yang disebut
dengan parasit gametocytes.
Parasit ini biasanya menyelesaikan siklus dari suatu pertumbuhan yang terjadi di dalam
tubuh nyamuk dan setelah itu akan merambat menuju ludah nyamuk. Dan disaat sedang
menggigit manusia, nyamuk ini se lanjutnya akan menyuntikkan. masuk parasit ke dalam aliran
darah. Dan kemudian menuju masuk ke hati dan setelah itu mulai melipatgandakan dirinya.
Bentuk dari penularan yang lain ter jadi adalah misalnya penularan yang terjadi dari wanita
hamil ke janin. Penyakit malaria juga menular lewat transfusi darah.
Cara Penularan
Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan vektor perantara.
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
t ersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8- 10 hari
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada di dalam tubuh nyamuk nyamuk tersebut
akan dapat menularkan virus selama hidupnya.
Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.
Dewasa ini makin sering berbagai penyakit hewan dari tengah hutan yang merebak (spill
over) ke permukiman penduduk. Sebutlah di antaranya St Louis Encephalitis dan Sungai Nil
Barat (West Nile), yang telah menimbulkanbanyak korban. Peredaran virus memang tak bisa lagi
dibatasi oleh posisi geografi. Hutan yang tadinya tertutup menjadi terbuka, daerah yang dulu
terisolir kini bisa dengan mudah berhubungan ke mana saja.
7
Cara perpindahan virus bisa berupa apa saja .Pada era globalisasi yang serba cepat seperti
sekarang ini, seseorang hari ini dapat berada di Eropa atau Afrika, dan esok harinya sudah berada
di benua lainnya seperti di Bali at au Jakarta. Dengan pola perpindahan penduduk yang sangat
cepat ini, sangat potensial terjadi penyebaran berbagai macam penyakit termasuk virus. Orang
yang tertular penyakit di suatu negara bisa saja membawanya ke Indonesia.
Penyakit yang dibawa ada yang dapat hilang dengan sendirinya, namun dapat pula
berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada. Perdagangan satwa langka yang cukup
mendapat sorotan beberapa waktu lalu, bisa saja membawa serta virus dari hutan ke t empat yang
jauh di negeri orang. Belum lagi nyamuk yang dapat menyelundup ke dalam kabin pesawat te
rbang dan beterbangan di Indonesia.
B. Lalat
Lalat merupakan kelas insekta dari diptera, yang terpenting adalah golongan Clyptrata
muscodiae bagian dari super family muscodiae.
1. Genus Musca
Genus musca yang penting diketahui adalah spesies yang sering terdapat di sekitar rumah
dan di dalam rumah, adapun tanda-t anda dari lalat rumah (musca domestica) tubuh berwarna
coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4
garis hitam dan 1 garis hitam medial pada a bdomen punggung, vein ke empat dari sayap
berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah, methamorphosenya sempurna
serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat
betina.
2. Siklus hidup
Lalat memiliki bentuk telur lonjong berwarna putih, lalat betina sekali bertelur 100 – 200
telur, stadium lamanya menetas 12 – 24 jam dipengaruhi suhu lingkungan. Dari stadium telur
sampai dewasa lamanya sampai 8 – 20 hari, temperatur optimum untuk kehidupan lalat 24 0 C –
32 0 C. Tanpa air lalat akan dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam.
8
3. Tempat berkembang biak
Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah – sapah basah,
kotoran manusia, binatang dan tumbuh – tumbuhan yang membusuk.
a. Cara terbang
Lalat suka terbang terus menerus, dari hasil penyelidikan jarak terbang lalat pada daerah
yang padat penduduknya tidak lebih dari 0,5 km.
b. Cara bertelur
Lalat masa bertelurnya 4 – 20 hari dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5 kali seumur
hidupnya, dengan jumlah sekali bertelur 100 – 150 butir.
C. Tikus
Untuk dapat mengenal tikus dalam arti sesungguhnya (family muridae) dapat dilakukan
dengan indentifikasi morfologi yang menyolok pada jenis tikus,memperhatikan lingkungan
hidupnya serta penelusuran secara deskripsi.
9
2. Kebiasaan dan Habitat
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat.
Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungnnya dengan manusia adalah sebagai berikut
:
1. R. nor vegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda keras seperti kayu
bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah, toko makanan dan gudang, diluar rumah, gudang
bawah tanah, dok dan saluran dalam tanah/riol/got.
2. R. ratus diardi i
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung ,menggigit
benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah
tergantung pada cuaca.
3. M . Musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang, menggigit hidup didalam
dan diluar rumah.
3. Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk
jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang
membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan
gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini
disamarkan dengan cara d itutupi dengan daundaunan. Selain itu, sarang tikus juga terdiri
dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang
lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk
beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), melalui :
1. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar ter hindar dari tikus.
2. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh
lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat
yang tercemar lainnya.
3. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
10
4. Menghindari pencemaran oleh tikus.Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu
yang tercemar oleh tikus dan meningkatkan penangkapan tikus.
5. Sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga
tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan
yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar.
6. Hindari kontak dengan kencing binatang piaraan.
7. Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan
air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka,
borok, atau eksim.
8.Selalu membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang,
dapur, dan tempat-tempat kotor.
9. Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus. Jangan
memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah.
Pencegahan
1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dengan antibiotic selambat-
lambatnya 7 hari sete lah kontak dengan penderita.
2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pada waktu kontak
dengan penderita plague.
3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya.
4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yang banyak terdapat
sarang tikus.
5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.
6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.
11
3. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus
Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang
pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya
dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1 hingga
22 hari. Gejalagejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual, muntah, sakit
kepala, nyeri punggung dan sendi.
Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus
yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika
mereka menghirup virus aerosol.HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah
diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent
control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi
hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah diare, muntah, mual, dan kram perut.
5. Salmonellisis
Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat
menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan
kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses.
Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti
oleh dehidrasi.
6. Murine typhus
Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian typhi atau R. mooseri
yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit
kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul
di hari kelima hingga keenam.
7. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas
yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia.
Tikus menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas,
umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman.
Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka,
panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam
dan juga kejang.
D. Kecoa
1. Daur Hidup
Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui tiga stadia
(tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis
jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan
sayap dan alat genitalnya dalam taraf perkembangan.
12
2. Habitat
Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di dalam rumah dan
sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor dan perpustakaan.
3. Kebiasaan Hidup
Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tr opika yang kemudian menyebar ke daerah sub
tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam rumah-rumah makan
segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau tidak sedap. Kebanyakan kecoa dapat
terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat (“ cursorial“), dapat ber gerak cepat, aktif pada
malam hari, metamorfosa tidak lengkap, Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relatif sedikit,
tetap adanya kecoa menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang baik.
Hubungan kecoa dengan berbagai penyakit belum jelas, tetapi menimbulkan gangguan
yang cukup serius, karena dapat merusak pakaian, buku buku dan mencemari makanan.
Kemungkinan dapat menularkan penyakit secara mekanik karena pernah ditemukan telur cacing,
protozoa, virus dan jamur yang patogen pada tubuh kecoa. Seekor P brunnea betina yang telah
dewasa dapat menghasilkan 30 kapsul telur atau lebih dengan selang waktu peletakkan kapsul
telur yang satu dengan peletakkan kapsul telur berikutnya berkisar a ntara 3 sampai 5 hari; tiap
kapsul telur P.brunnea rata-rata berisi 24 telur, yang menetes rata-rata 20 nimfa dan 10 ekor
diantaranya dapat mencapai stadium dewasa. Nimfa P.brunnea berkembang melalui sederetan
instar dengan 23 kali berganti kutikula sebelum mencapai stadium dewasa.
C. Pengendalian Vektor
Lautan, gunung, danau dan sungai yang luas, dapat menghalangi penyebaran serangga
Tidak mempunyai beberapa spesies, serangga hidup di daerah yang tinggi dari permukaan laut.
Perubahan musim yang merupakan gangguan bagi kelestarian hidup vektor,seperti musim, iklim,
angin dan curah hujan. Adanya hewan pemangsa
13
populasi vektor secara fisik dan mekanik. Contohnya: modifikasi dan manipulasi lingkungan
tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengalihan/
drainase, dll), pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan hewan sebagai
umpan nyamuk (cattle barrier),pemasangan kawat
.
3. pengendalian secara biologi
Pengendalian secara biologi yitu pemanfaatan predator yang menjadi musuh vektor dan
bioteknologi sebagai alat untuk mengendalikan vektor. Misalnya, predator pemakan jentik (ikan,
mina padi,dan lain sebagainya), pemanfaatan bakteri, virus, fungi, manipulasi gen ( penggunaan
vektor jantan mandul dan lain sebagainya)
7. pengendalian terpadu
Artinya digunakan kombinasi dari berbagai cara yang disebutkan diatas sehingga
kelemahan yang ada pada suatu cara dapat saling dikurangi dibedakan macam artropoda dan
rodentia yang akan diawasi.
8. Pengendalian legislatif
Mencegah tersebarnya serangga berbahaya antar daerah, pulau maupun negara melalui
peraturan.Pencegahan dilaksanakan dengan penyemprotan insektisida di bandara, pelabuhan,
stasiun, terminal dsb. dan disediakan karantina.
9. Pengendalian Lingkungan
Dilakukan atas usaha manusia.
Macam-macamnya :
1. Pengendalian Lingkungan ( Environmental control ). Mengelola lingkungan
(enviromental management ) yaitu mengatur lingkungan sehingga tidak cocok dan
membatasi perkembangan vektor.
14
a. Modifikasi lingkungan ( Enviromental Modification)
Cara ini paling aman terhadap lingkungan karena tidak merusak keseimbangan alam dan
tidak me ncemari lingkungan tetapi harus dilakukan terus menerus. Misalnya :
a). pengaturan sistem irigasi,
b). penimbunan tempat penampung air dan
c). pembuangan sampah,
d). pengeringan air yang menggenang
e). pengubahan rawa menjadi sawah
f). pengubahan hutan jadi pemukiman
1. pengendalian Nyamuk
a. secara fisik atau mekanis
memasang kawat kasa, kelambu, memukul nyamuk dengan alat pemukul
b. secara kimia
dengan menggunakan berbagai macam insekt isida untuk: mematikan nyamuk,
mengatur pertumbuhan, membuat steril, menarik perhatian nyamuk, mengusir nyamuk.
c. Secara biologis
Misalnya dengan membiarkan hidup binatang yang aan menangkap nyamuk
sebagai mangsanya, contohnya cicak, kelelawar berbagai jenis reptil dan unggas.
d. Secara kultural
Dengan mengubah kebiasaan masyarakat yang buruk yang menguntungkan
kehidupan nyamuk, misalnya: mengeringkan rawa rawa, memotong dedaunan yang
terlalu lebat, tidak membuang kaleng kaleng bekas sembarangan dan membuat saluran air
yang memenuhi syarat kesehatan.
e. Pengendalian di lingkungan
15
Melakukan pengaliran air yang tepat, membuat desain saluran pembuangan air
yang tepat guna dan parit penahan, pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak
mengalir (seperti kubangan, selokan), mengatur pembuangan air kotor dan sampah.
2. pengendalian Lalat
3. pengendalian Kecoa
Menurut Depkes RI (2002), cara pengendalian kecoa dapat ditujukan terhadap kapsul
telur dan kecoa yaitu:
b. Secara biologis
Pemberantasan kecoa secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol
(semprotan) atau bait (umpan). Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam
pemberantasan kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan,
menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent,
attractan).
4. pengendalian tikus
a. secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas pertimbangan bahwa
pengendalian secara mekanis tidak memberikan hasil yang optimal atau tidak
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan dan atau untuk aplikasi di luar
16
bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang terdapat
aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area sensitif lainnya.
Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar ruangan yang
tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas dan
dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus).
1. Tamper Resistant
Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi dari pengaruh
lingkungan.
a. Kotak umpan ber-kunci (Tamper Resistant) dipergunakan untuk pengumpanan di
dalam ruangan umum dan ruangan terbuka.
b. Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap Kotak umpan berkunci.
c. Penempatan Tamper Resistant diletakkan jauh dar i jangkauan anak-anak.
d. Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor seri/pengenal/No. penempatan untuk
memudahkan monitoring dan pencatatan.
2. Racun Minum
Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian tikus, jika
ketersediaan makanan di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi racun minuman dapat
dilakukan bersamaan dengan umpan racikan dengan hasil yang lebih baik. WARNING.
Hat i-hati dalam aplikasi racun minuman, karena sifat racun minuman yang mudah
menguap sehingga dapat menyebabkan kontaminasi.
3. Penanganan Bangkai
Tikus Pasca Pengendalian Tikus Kumpulkan tikus yang terperangkap /mati,
musnahkan dengan cara membakar dan dikubur dengan kedalaman sekurangkurangnya
50 cm, begitu pula dengan setiap bahan sisa atau sisa pembungkus umpan racun.
17
5. Pengendalian di lingkungan
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor penarik
tikus atau bahkan sumber makanan t ikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan
merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien. Tikus akan berkembang biak dan hidup
dengan baik pada situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat
berlindung dan tempat inggal yang tidak terganggu. Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk
meminimalisasi gangguan tikus :
a. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi rumput/semak
belukar
b. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki konstruksi yang
rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik.
c. Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus membutuhkan
minum setiap hari
d. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap
tikus.
e. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehar i.
f. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak dapat
dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.
a. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan
tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air,
mengeliminasi sarang atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang
menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan struktur bangunan, contohnya
dengan memasang plat besi pada pohon.
Pengendalian lainnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap, antara lain
perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal dan perangkap elektrik. Perangkap
merupakan cara yang paling disukai untuk membunuh atau menangkap tikus pada keadaan
dimana tikus yang mati disembarang tempat sulit dijangkau dan dapat menimbulkan bau yang
tidak sedap serta sulit.
18
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan
umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu lokasi dapat
dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga serviceman
cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah (housing), Mall, industri
(pergudangan), Rumah Sakit, Hotel /Apartemen.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Jenis jenis
vektor yang sering terdapat di pemukiman dan pengungsian ketika terjadinya bencana yaitu
kecoa, nyamuk, tikus, dan lalat.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kelompok kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya
pemahaman secara jelas tentang pengendalian vektor.Himbauan bagi kita semua agar lebih
menjaga lingkungan dengan baik karena bagaimanapun bencana yang terjadi tidak terlepas dari
kita se bagai manusia yang menempati lingkungan ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Myrnawati. 2004. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana. Jakarta: Panduan Bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan Krisi
Kesehatan Akibat Bencana di Indonesia.
Kemenkes RI. 2010. Pengendalian Vektor . Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Simanjuntak, Hajopan. 2005. Efektivitas Akar Tanaman Tuba (Derris elliptica) untuk
Pengendalian Nyamuk Anopheles sp .Skripsi, Fakulltas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberantasan vektor malaria, sanitas.
Puslitbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu , APKTS Pusdiknakes.
Depkes RI. Jakarta
21