Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERILAKU KESEHATAN

Dosen Pengampu
Eliza Trisnadewi, M.PH

Disusun Oleh

Ayu Azari 2103028

Habibbullah 2103031

Luisa Sagita Eka Swisky 2103033

Qori Santriani 2103040

Sabrina Angelika Sianipar 2103041

Syalsa Seruan 2103042

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Perilaku Kesehatan”.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan Bu
Eliza Trisnadewi, M. PH yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih pada pihak - pihak yang turut
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritikan dan saran
dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis dan para pembaca.

Padang, 4 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Konsep Perilaku............................................................................................3

B. Bentuk Perilaku.............................................................................................4

C. Domain Perilaku...........................................................................................5

D. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan.........................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa dekade terakhir telah terlihat peningkatan perhatian terhadap
kontribusi perubahan perilaku terutama untuk meningkatkan kesehatan.
Merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyalahgunaan zat,
kebiasaan makan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak banyak bergerak,
dan ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan yang efektif termasuk
diantara perilaku yang membahayakan kesehatan yang diidentifikasi dan
ditargetkan untuk dapat dimodifikasi (Medicine, 2001). Perilaku
peningkatan kesehatan adalah outcome dari Health Promotion Model. Selain
menghasilkan peningkatan kesehatan, perilaku sehat mampu meningkatkan
kemampuan fungsional, dan kualitas hidup yang lebih baik di semua tahap
perkembangan (Pender, Murdaugh and Parsons, 2019).

Fokus utama promosi kesehatan adalah membantu orang membatasi


perilaku tidak sehat dan menggantikannya dengan perilaku sehat (Glanz,
Lewis and Rimer, 2008). Perilaku kesehatan merupakan atribut pribadi
seperti keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif
lainnya, karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan
emosional, dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait
dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan peningkatan
kesehatan (Glanz, Lewis and Rimer, 2008). Dalam bab ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai konsep perilaku,

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu perilaku kesehatan?
b. Apa dan bagaimana domain perilaku
c. Bagaimana konsep tentang perilaku?
d. Apa saja bentuk-bentuk dalam dalam perilaku?
e. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan?

1
C. Tujuan
a. Memahami konsep perilaku kesehatan
b. Mengetahui dan memahami domain perilaku
c. Mampu menjelaskan tentang bentuk-bentuk perilaku
d. Mampu memahami faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku kesehatan

D. Manfaat
Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah, selain itu sebagai referensi
dalam proses pembelajaran terutama para mahasiswa yang berkecimpung di
dunia kesehatan masyarakat. Dan menambah wawasan bagi para pembaca
dalam meningkatkan kesadaran akan perilaku kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perilaku
Perilaku terjadi melalui proses respon, sehingga teori ini sering
disebut dengan teori ”S-O-R” atau Teori Organisme Stimulus (Skinner,
1938). Perilaku organisme adalah segala sesuatu yang dilakukan termasuk
perilaku tertutup dan terbuka seperti berpikir dan merasakan (Pierce, W.
David; Cheney, 2013).

Perilaku kesehatan merupakan tindakan individu, kelompok, dan


organisasi termasuk perubahan sosial, pengembangan dan implementasi
kebijakan, peningkatan keterampilan koping, dan peningkatan kualitas
hidup. Perilaku kesehatan juga didefinisikan sebagai atribut pribadi seperti
keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya,
karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan emosional,
dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan peningkatan kesehatan.

Casl dan Cobb mendefinisikan tiga kategori perilaku kesehatan


(Glanz, Lewis and Rimer, 2008):

1. Preventive health behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan oleh


seseorang yang meyakini dirinya sehat dengan tujuan mencegah atau
mendeteksi penyakit dalam keadaan asimtomatik. Menurut Casl and
Cobb tahun 1966 preventive health behavior juga dijelaskan sebagai
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini dirinya sehat,
untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap tanpa
gejala (Wacker, 1990).

2. Illness behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang yang


merasa dirinya sakit, untuk menentukan keadaan kesehatan dan
menemukan obat yang sesuai. Illness behavior umumnya dianggap
sebagai tindakan yang diambil seseorang setelah gejala muncul dan
dirasakan (Wacker, 1990)

3
3. Sick role behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang
yang menganggap dirinya sakit, dengan tujuan untuk sembuh, termasuk
menerima perawatan dari layanan kesehatan. Menurut Parsons, ada
empat komponen sick role yaitu (Wacker, 1990):

a. Seseorang tidak bertanggung jawab atas penyakitnya

b. Penyakit memberi individu alasan yang sah untuk tidak berpartisipasi


dalam tugas dan kewajiban

c. Seseorang yang sakit diharapkan menyadari bahwa penyakit


merupakan kondisi yang tidak diinginkan dan mereka harus
dimotivasi untuk sembuh.

d. Sembuh diasumsikan terkait dengan mencari bantuan layanan


kesehatan.

B. Bentuk Perilaku
Notoatmodjo (2007) menjelaskan terdapat dua bentuk perilaku, yaitu:

1) Bentuk pasif
Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya mengetahui bahaya merokok tapi masih merokok, maka
bentuk sikap seperti ini bersifat terselubung (convert behavior).
2) Bentuk aktif
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi atau dilihat
secara langsung. Perilaku yang sudah tampak dalam bentuk tindakan
nyata, misalnya membaca buku pelajaran, berhenti merokok, dan selalu
memeriksakan kehamilan bagi ibu hamil, maka bentuk sikap seperti ini
disebut (overt behavior).

4
C. Domain Perilaku
Meskipun perilaku merupakan bentuk dari sebuah respons atau reaksi
terhadap stimulus atau rangsangan yang diberikan, tetapi dalam menerima
respons sangat bergantung pada setiap individu yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun stimulusnya sama, tetapi respons setiap
individu berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku manusia sangat
kompleks dan unik.

Menurut Benyamin Bloom (1908) seperti dikutip Notoatmodjo (2003)


dalam Maulana (2009:195), membagi perilaku manusia dalam tiga domain
(ranah/kawasan), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga domain
tersebut mempunyai urutan, pembentukan perilaku baru khusunya pada
orang dewasa diawali oleh domain kognitif. Individu terlebih dahulu
mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan. Selanjutnya timbul
domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Pada
akhirnya, setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, timbul respons
berupa tindakan atau keterampilan (domain psikomotor).

Pada kenyataannya tindakan setiap individu tidak harus didasari


pengetahuan dan sikap. Dalam perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi
untk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Maulana,
2009). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011).
Proses adopsi perilaku, menurut Rogert (1974) dalam Maulana
(2009) bahwa sebelum individu mengadopsi perilaku baru, terjadi proses
berurutan dalam dirinya. Proses ini meliputi a) Awareness (individu
menyadari atau mengetahui adanya stimulus/objek), b) Interest (orang
mulai tertarik pada stimulus), c) Evaluation (menimbang baik buruknya
stimulus bagi dirinya), d) Trial (orang mulai mencoba perilaku baru),

5
dan e) Adaption (orang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus). Pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitiif mempunyai 6 tingkatan:

a) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat sesuatuu materi yang telah


dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (application), kemampuan untuk menggunakan materi
yangtelah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d) Analisis (analysis), kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2) Sikap
Sikap adalah suatu reaksi atau respons yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek (Fitriani, 2011). Sikap tidak dapat dilihat,
tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu daripada perilaku yang tertutup.
Sikap juga merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Maulana, 2009).

6
Menurut Newcomb seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam
Maulana (2009), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku, bukan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap memiliki tingkatan, yaitu menerima,
merespon, menghargai, bertanggungjawab. Pembentukan sikap
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan agama, serta pengaruh factor emosional
(Azwar, 2003).
Komponen yang membentuk sikap menurut Maulana (2009)
sebagai berikut:
a) Komponen kognitif (cognitive)
Di sebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang
berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan
apa yang di lihat dan di ketahui, pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang
lain. Sebagai contoh seorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika
menyadari sakit dan terasa hikmahnya sehat.
b) Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif indivudu
terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun
negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi
oleh apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek
sikap tersebut.
c) Komponen konatif (komponen prilaku) Komponen ini merupakan
predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya (misalnya para lulusan SMU banyak memilih
melanjutkan ke politeknik kesehatan karena setelah lulus menjanjikan
pekerjaan yang jelas).

7
2) Praktik atau Tindakan
Praktik merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, seperti fasilitas. Praktik sendiri mempunyai beberapa
tingkatan, yaitu:
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c) Mekanisme (mecanism)
Apabila sesorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption) Merupakan praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


1. Teori Lawrence Green
Teori ini disebut juga model perubahan perilaku Precede-
Proceed dari Lawrence Green dan M. Kreuter (2005), bahwa perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan,
dan karena itu memiliki dua bagian utama yang berbeda. Bagian
pertama adalah PRECEDE terdiri atas Predisposing, Reinforcing,
Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, dan
Evaluation.

8
Bagian kedua adalah PROCEED yang terdiri atas Policy,
Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Environment,
dan Development (Fertman, 2010). Menurut Green Lawrence dalam
teori ini bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor perilaku dan faktor diluar perilaku.
Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal yakni (Notoatmodjo,
2010); (Irwan, 2017); (Gochman, 1988):
a. Faktor-faktor predisposisi, yakni faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-
nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosiodemografi.
b. Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi
suatu perilaku. Yang termasuk kedalam faktor pendukung adalah
sarana dan prasarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain yang merupakan kelompok referensi perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Karr


Menurut teori ini, terdapat lima determinan perilaku yakni:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya.
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya. Di dalam kehidupan
bermasyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan dukungan
dari masyarakat sekitarnya. Apabila suatu perilaku tidak didukung
oleh masyarakat sekitar, maka orang tersebut akan merasa tidak
nyaman terhadap perilakunya tersebut.

9
c. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan. Seseorang akan cenderung mengikuti suatu tindakan
apabila ia mempunyai penjelasan yang lengkap tentang tindakan
yang akan dilakukannya tersebut.
d. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil
tindakan atau keputusan.
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak.
Hal ini disebabkan untuk melakukan suatu tindakan apapun,
diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi
mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia
maupun kemampuan yang ada.

3. Teori World Health Organization (WHO)


Menurut teori WHO, terdapat 4 determinan mengapa seseorang
berperilaku yakni (World Health Organization, 2006); (Irwan, 2017);
(Kemenkes, 2016):
a. Pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan seseorang
atau dapat disebut pula pertimbangan pribadi terhadap obyek
kesehatan merupakan langkah awal seseorang untuk berperilaku.
Pemikiran dan perasaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
pengetahuan, kepercayaan, dan sikap.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh orang yang dianggap
penting oleh dirinya seperti tokoh masyarakat. Apabila seseorang itu
dipercaya, maka apa yang dilakukan atau dikatakannya akan
cenderung untuk diikuti.
c. Sumber daya yang tersedia. Adanya sumber daya seperti fasilitas,
uang, waktu, tenaga kerja akan memengaruhi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini dapat bersifat positif
maupun negatif.

10
d. Kebudayaan, kebiasaan, nilai, maupun tradisi yang ada di
masyarakat.

4. Teori Health Belief Model


Pertama dikembangkan pada tahun 1950-an oleh sekelompok
psikolog sosial pada US Public Health Service untuk menjelaskan
kegagalan orang berpartisipasi dalam program pencegahan atau
pendeteksian penyakit. Kemudian model tersebut diperluas agar
dapat diterapkan pada respons orang terhadap gejala dan perilakunya
dalam respons pada diagnosis penyakit, khususnya kepatuhan pada
regimen medis. Meskipun model tersebut lambat laun berkembang
dalam respons terhadap masalah program praktis, diberikan dasar
teori psikologi sebagai bantuan untuk memahami sebab serta
kekuatan dan kelemahannya. The Health Belief Model biasa
digunakan dalam menjelaskan perubahan perilaku kesehatan di
masyarakat. Beberapa hal yang dikembangkan dalam model ini
antara lain teori adopsi tindakan (action). Teori ini menekankan pada
sikap dan kepercayaan individu dalam berperilaku khususnya
perilaku kesehatan. Kepercayaan dan persepsi individu terhadap
sesuatu menumbuhkan rencana tindakan dalam diri individu. Teori
perilaku ini lebih menekankan pada aspek keyakinan dan persepsi
individu. Adanya persepsi yang baik atau tidak baik dapat berasal
dari pengetahuan, pengalaman, informasi yang diperoleh individu
yang bersangkutan sehingga terjadi tindakan dalam memandang
sesuatu (Susilawaty, Saleh and Bashar, 2019).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kesehatan merupakan tindakan individu, kelompok, dan
organisasi termasuk perubahan sosial, pengembangan dan implementasi
kebijakan, peningkatan keterampilan koping, dan peningkatan kualitas
hidup. Perilaku kesehatan juga didefinisikan sebagai atribut pribadi seperti
keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya,
karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan emosional,
dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan peningkatan kesehatan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya informasi mengenai perilaku kesehatan
ini, tenaga kesehatan dan para mahasiswa sarjana kesehatan masyarakat
dapat lebih memahami dalam menjalankan fokusnya dalam perilaku
kesehatan. Tidak lupa juga saran demi kesempurnaan makalah ini di masa
mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan, Martina, dkk. 2021. Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan.
Penerbit: Yayasan Kita Menulis.

Chusniah, Windi. 2019. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit: Wineka
Media

Perilaku Kesehatan. Diakses pada tanggal 4 OKtober 2022 dari


<http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1401100
65/BAB_2.pdf>

13

Anda mungkin juga menyukai