Anda di halaman 1dari 1

Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669

M) membuat posisi VOC di kawasan Indonesia Timur menjadi terancam.

Rivalitas antara Gowa-Tallo dan VOC semakin meruncing dan perang tak lagi bisa
terelakkan. Di sisi lain, VOC menginginkan Hak Monopoli perdagangan di kawasan
Indonesia Timur. VOC melakukan blokade terhadap kapal-kapal yang akan berlabuh di
Somba Opu. Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-mena, Sultan Hasanudin
memperkuat pasukan dengan memerintahkan kerajaan bawahan di Nusa Tenggara untuk
mengirimkan prajuritnya.

VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal perang.
Ditambah lagi pasukan dari Bone dibawah pimpinan Arung Palaka. Pertempuran berlangsung
sengit selama 4 bulan dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya
yang intinya berisi :

a. VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur


b. Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC
c. Gowa-Tallo mengganti biaya kerugian perang
d. Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC

Sultan Hasanudin pada awal 1668 membatalkan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan
Gowa-Tallo. Pada 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan
sekitar 7.000-8.000 pasukan. Arung Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan
Sultan Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri hingga meninggal pada tahun 1670.

Anda mungkin juga menyukai