Anda di halaman 1dari 2

BAPPEDALITBANG Kota Surabaya

Melalui sebuah sesi wawancara yang dilakukan bersama Ibu Olivia selaku Sub
Koordinator Penelitian Bappedalitbang Kota Surabaya, informasi yang didapatkan seputar
perencanaan pembangunan pariwisata Kota Surabaya sangat luas. Khususnya dari segi regulasi.
Menurut informasi yang disampaikan oleh Ibu Olivia, bahwa Pemerintah Kota Surabaya
memiliki dua regulasi yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam pembangunan melalui kajian
pemanfaatan ruang. Di antaranya adalah Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2014-2034 (Perda Kota Surabaya
Nomor 12 Tahun 2014 tentang RTRW) dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun
2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Surabaya Tahun 2018-2038
(Perda Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2018 tentang RDTRK Surabaya). Dalam Perda Nomor 8
Tahun 2018 tentang RDTRK Surabaya, terdapat 12 klasifikasi Unit Pengembangan (UP). Di
antaranya yakni UP I Rungkut, UP II Kertajaya, UP III Tambak Wedi, UP IV Dharmahusada,
UP V Tanjung Perak, UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP VIII Dukuh Pakis, UP IX
Ahmad Yani, UP X Wiyung, UP XI Tambak Oso Wilangon, dan UP XII Sambikerep. Di mana
dua belas Unit Pengembangan (UP) yang terdiri dari klaster-klaster kecamatan ini sudah
mendapatkan kajian eksploratif terkait karakteristik wilayah beserta potensi-potensi masalah.
Dalam konteks merefleksi potensi wisata pesisir Kamal dengan Kota Surabaya, informasi
dari Ibu Olivia menyatakan bahwa perlunya untuk mencari klaster kecamatan yang memiliki
potensi atau karakter yang sesuai dengan wilayah pesisir Kamal-Bangkalan. Misalnya, area
wisata hutan mangrove Wonorejo. Di mana untuk memberikan stimulus pada potensi wisata
hutan mangrove, diupayakan pengembangan angkutan sungai. Selain itu dalam hal perencanaan
pembangunan Kota Surabaya, terdapat titik wilayah yang tidak boleh disentuh secara
sembarangan, misalnya pangkalan Angkatan Laut. Meskipun, kawasan pangkalan Angkatan Laut
ini tidak menutup kemungkinan bisa dimanfaatkan dari segi potensi wisata.
Kebijakan waterfront city dalam Perda Nomor 8 Tahun 2018 tentang RDTRK Surabaya
memang tidak disebutkan secara eksplisit. Akan tetapi terdapat Sub Unit Pengembangan (UP)
yang diprioritaskan penanganannya dalam pengembangan wisata kawasan pesisir. Misalnya,
dalam Pasal 76 huruf d Perda Nomor 2018 tentang RDTRK Surabaya dicantumkan Kawasan
Wisata Pesisir Pantai Kaki Jembatan Suramadu sebagai Sub UP yang diprioritaskan
penanganannya dalam potensi wisata di antaranya meliputi pengembangan wisata dan penataan
kawasan sekitar pantai, penataan PKL sebagai pendukung kawasan wisata dan penataan dan
pengendalian keteraturan bangunan. Selain itu terdapat Sungai Kalimas yang dicantumkan dalam
Pasal 169 ayat 8 Perda Nomor 8 Tahun 2018 tentang RDTRK Surabaya, di mana kawasan
Sungai Kalimas terdapat sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan sebagai pendukung
potensi wisata Sungai Kalimas.
Selain berpedoman pada Perda RTRW dan Perda RDTRK, informasi dari Ibu Olivia
menyatakan bahwa Pemerintah Kota Surabaya telah memiliki Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Surabaya Tahun 2021-2026. Berdasarkan Perda tersebut, telah dijelaskan secara terperinci
mengenai kawasan-kawasan strategis untuk mendukung ekonomi. Dua kawasan pesisir di
antaranya adalah Kawasan Kaki Jembatan Wilayah Suramadu-Pantai Kenjeran dan Kawasan
Kota Tepi Pantai di Kecamatan Bulak yang berada di Unit Pengembangan III Tambak Wedi,
yang merupakan kawasan strategis ditinjau dari lokasinya yang berada di kawasan kaki Jembatan
Suramadu dan Pesisir Pantai Bulak-Kenjeran yang mempunyai potensi besar untuk berkembang
sebagai wisata pesisir dan laut. Juga terdapat Kawasan Tepi Pantai di Kecamatan Asemrowo dan
Kecamatan Benowo yang berada di Unit Pengembangan XI Tambak Oso Wilangun, yang
merupakan kawasan strategis dengan konsep pengembangan penggunaan lahan mixed-use
pendukung kawasan pelabuhan yang terintegrasi dengan rencana pengembangan Terminal
Multipurpose Teluk Lamong sebagai kawasan pelabuhan penunjang Pelabuhan Utama Tanjung
Perak.
Kemudian Ibu Olivia menambahkan bahwa jika Wilayah Kamal-Bangkalan terdapat
Mangrove, maka bisa merefleksi Kawasan Pantai Timur Surabaya di Kecmatan Gunung Anyar,
Kecamatan Rungkut, Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Mulyorejo, yang berada di Unit
Pengembangan I Rungkut dan Unit Pengembangan II Kertajaya yang merupakan kawasan
lindung alam berupa vegetasi mangrove yang berada di pesisir timur Kota Surabaya. Kawasan
Mangrove Pamurbaya sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir
dan sebagai barrier alami dari proses abrasi dan intrusi air laut. Hal ini mengindikasikan bahwa
menurut Ibu Olivia, strategi pengembangan wisata pesisir antara Kamal-Bangkalan dan Kota
Surabaya melalui konsep sister city, memerlukan studi empiris berupa eksplorasi wilayah untuk
melihat karakter atau potensi-potensi yang ada di klaster kecamatan Kota Surabaya. Hal tersebut
bertujuan agar Kamal-Bangkalan menemukan daerah yang sesuai untuk dijadikan sebagai bahan
komparasi yang tepat, sehingga kebijakan mengenai pengembangan pariwisata pesisir melalui
konsep sister city bisa terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai