Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS REGULASI PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP

PRODUK MAKANAN TANPA TANGGAL KADALUARSA


(Studi Kasus Pada Home Industry Kecamatan Alam Barajo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

OLEH:
DARMAWATI
NIM: EES150615

PEMBIMBING :
Ambok Pangiuk, S.Ag.,M.Si
Khairiyani SE. M.S.Ak

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440 H/2019M

i
ii
iii
iv
MOTTO

            

            

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. ( Al-
qur’an surah annisa ayat 29.) 1

1
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: 1991, hal 152

v
ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis perlindungan konsumen terhadap produk


makanan tanpa tanggal kadaluarsa di home industry kecamatan Alam Barajo.
Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan subjek penelitian
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi
kepercayaan hasil penelitian diperoleh dengan teknik tringaluasi guna memenuhi
kriteria kredibilitas, keteralihan, ketergantungan, dan obyektifitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil dan kesimpulan
bahwa perlindungan konsumen terhadap produk makanan ringan tanpa tanggal
kadaluarsa di home industry kecamatan Alam Barajo. Adapun makanan ringan
yang diproduksi oleh usaha mandiri atau lebih dikenal home industry yang banyak
dipasarkan diwarung-warung tradisional. Sebagian besar produk tersebut tidak
mencantumkan tanggal kadaluarsa merupakan salah satu tindakan pelanggaran
yang dilakukan oleh pelaku usaha yang berkaitan dengan keterbukaan informasi
mengenai produk makanan yang aman dikonsumsi. Sehingga mempunyai dampak
bagi keberlangsungan usaha produsen makanan ringan dan konsumen
membutuhkan perlindungan hukum dalam transaksi jual beli terutama dalam
produk makanan ringan yang tidak sesuai ketentuan. Pada kecamatan Alam
Barajo makanan ringan setiap harinya selalu diburu oleh masyarakat, makanan
ringan yang diproduksi oleh home industry, sebagian besar dari produk tersebut
tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa pada produknya.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Produk makanan tanpa tanggal kadaluarsa.

vi
PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini

kupersembahkan sebagai tanda bukti dan cinta kasih saying yang tulus kepada:

1. Ayahanda Rahmat Sugito dan ibunda Sri Suharti, terima kasih untuk setiap

lantunan do’a maupun dukungan, serta kasih sayang yang tiada pernah putus,

yang selalu memberikan pelajaran yang bermakna dalam hidup. Dan tak lupa

pula kepada ayahanda kandung Dikarno (Alm) semoga tenang di alam sana,

aku sangat merindukanmu ayah. Walaupun engkau sudah tiada aku selalu

mencintaimu ayah. Semoga Allah selalu melimpahkan kasih dan sayang

kepada kalian, dan diberi kebahagiaan didunia maupun di akhirat.

2. Ayukku tercinta, Siti Hidayah beserta Suami Ali Sudadi dan ponaan-ponaan

yang paling ku sayangi. Terima kasih karna selalu memberi dorongan-

dorongan maupun motivasi, supaya tetap semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini. Adikku Ulfatu Rahma tersayang, yang selalu memberikan lantunan

do’a dan menyemangatiku setiap hari. Semoga Allah melimpahkan kasih

sayang kepada kalian semua.

3. Kekasihku Agus Nedi terima kasih karena telah membantu memberiku

motivasi-motivasi penyemangat disetiap harinya, dan selalu membantuku

dalam suka maupun duka untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tidak lupa pula

teman-temanku seperjuangan terimakasih atas perjalanan hidup kita selama ini

mudah-mudahan ilmu yang kita dapatkan selama ini berkah dan bermanfaat.

Amiiin..

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,


karena atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis skripsi ini dapat
diselesaikan dengan judul: “Analisis Regulasi Perlindungan Konsumen Terhadap
Produk Makanan Ringan Tanpa Tanggal Kadaluarsa (Studi Kasus Pada Home
Industry Kecamatan Alam Barajo)” dan Sholawat beserta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia
kejalan yang benar jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Skripsi ini ditulis merupakan bagian dan persyaratan untuk menyelesaikan


studi pendidikan program Strata Satu (SI) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi guna memperoleh Sarjana Ekonomi (S.E). Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA., Ph. D selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Subhan, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi serta Wakil Dekan I, II, DAN III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Sucipto, S. Ag., M. Ag dan Ibu Gwi Awal Habibah, SE.ME.,Sy
selaku Ketua dan Seketaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4. Bapak Ambok Pangiuk, S.Ag., M.Si selaku Pembimbing I yang telah
memberikan saran perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Khairiyani, SE., M.S.Ak selaku Pembimbing II yang telah memberikan
saran perbaikan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsun.

viii
8. Ibu Direktur Home Industry yang telah banyak memberikan informasi kepada
peneliti.
Disamping ini juga, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kekhilafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, November 2019


Penulis

Darmawati
NIM.EES.150615

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERTANYAAN .............................................................................. ii

NOTA DINAS .................................................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
E. Batasan Masalah............................................................................ 9
F. Kerangka Teori............................................................................... 9
G. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 25
BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian.......................................................................... 30
B. Pendekatan Penelitian .................................................................... 30
C. Sumber Data ................................................................................... 31
D. Instrument Pengumpulan Data ....................................................... 32
E. Teknis Analisis Data ...................................................................... 33
F. Sistematika Penulisan..................................................................... 35

x
BAB III GAMBARAN UMUM HOME INDUSTRY KECAMATAN ALAM
BARAJO

A. Lokasi Home Industry di Kecamatan Alam Barajo ....................... 36


B. Sejarah Singkat Home Industry di Kecamatan Alam Barajo ......... 36
C. Struktur Organisasi Home Industry di Kecamatan Alam Barajo ... 37
D. Tujuan Pendirian Usaha ................................................................. 38
E. Keadaan Umum Home Industry Kecamatan Alam Barajo ............ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Home


Industry…………………………………………………………….43
B. Peranan BPOM Dalam Pelaksanaan Perlindungan Konsumen
Terhadap Makanan Home Industry ............................................... 47
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Home
Industry .......................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran............................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan

keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di

Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik

karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya

keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat

yang sejahtera dan makmur.2

Sebagaimana diketahui dari keterbukaan itu akan memberikan begitu

banyak tantangan baik sebagai konsumen, produsen/pengusaha ataupun

pemerintah. Salah satu aspeknya adalah bahwa akan semakin meningkat

permasalahan perlindungan konsumen. Dampak yang timbul tersebut perlu

mendapat perhatian bersama, karena perkembangan dinamis dan terus menerus

yang terjadi dibidang ekonomi, banyak menimbulkan permasalahan baru

dibidang perlindungan konsumen.3

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen”. Sedangkan Konsumen menurut pengertian

2
Celina Tri Siwi Kristiyanti, S.H., M.Hum, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan Pertama,
(Sinar Grafika, 2008) Jakarta, hal. 4
3
Adrian Sutedi. Tanggungjawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen,
Cetakan Pertama, Bogor: 2008 Ghalia Indonesia. Hal. 1-2.

1
2

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,” Konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain, dan

tidak untuk diperdagangkan kembali.4

Hak konsumen terdapat pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen bagian Bab III yang berisi:

1. Hak atas kenyamanan keamanan dan keselamatan.

2. Hak untuk memilih serta mendapatkan barang atau jasa yang sesuai nilai

tukar dan kondisi serta jaminan yang telah dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur, mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang

digunakan.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan, dan upaya penyelesaian.

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya.

4
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.5

Hak-hak tersebut dapat dikaitkan pula dengan hak atas kenyamanan,

keamanan, dan keselamatan dalam konsumen barang atau jasa khususnya

terhadap produk pangan kemasan yang tidak ada tanggal kadaluwarsanya.

Informasi yang merupakan salah satu hak konsumen didalamnya terkait

beberapa hal diantaranya mengenai manfaat kegunaan produk, efek samping

penggunaan produk, tanggal kadaluwarsa, isi kandungan yang terdapat dalam

produk, serta identitas produsen dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat

disampaikan secara lisan maupun tertulis baik yang dilakukan dengan cara

mencantumkan pada label yang melekat pada kemasan produk, maupun

melalui iklan-iklan yang disampaikan produsen baik melalui media cetak

maupun media elektronik.

5
Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
4

Adapun untuk mengetahui apakah pelaksanaan perlindungan konsumen

dilaksanakan pedagang yang menjual produk makanan kemasan, dapat dilihat

pada table berikut ini:

Tabel 1.1
Cara-cara Pelaku Usaha Melaksanakan Perlindungan Terhadap
Konsumen Atas Produk Makanan Dalam Kemasan Yang Telah
Kadaluarsa
NO Jawaban Responden Jumlah Presentase (%)

1 Menyediakan layanan konsumen 0 0

2 Memberikan penggantirugian 13 32.5

3 Tidak ada jumlahnya 27 67.5

Jumlah 40 100

Sumber: Home Industri Kecamatan Alam Barajo 2019

Dari uraian tabel di atas terlihat bahwa pelaku usaha yang menyatakan

melaksanakan perlindungan konsumen atas produk makanan dalam kemasan

dengan cara menyediakan layanan konsumen tidak ada sama sekali, sedangkan

yang menyatakan melaksanakannya dengan cara memberikan penggantirugian

terdapat sebanyak 13 pelaku atau sebesar 32.5%, sedangkan yang menyatakan

tidak ada melaksanakan dengan cara apapaun tedapat sebanyak 27 pelaku atau

sebesar 67,5% dari jumlah keseluruhan responder.6

Pembangunan dan perkembangan perekonomian dibidang perindustrian

dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa

yang dapat dikonsumsi. Akibat barang atau jasa yang ditawarkan bervariasi

6
Hasil wawancara dengan Home Industry kecamatan Alam Barajo 05 Agustus 2019
5

yang dihasilkan oleh para produsen baik industri-industri besar atau industry

yang kecil sekalipun yang lebih dikenal Home Industry.

Produk-produk yang dihasilkan oleh Home Industry yang merupakan salah

satunya yaitu makanan ringan. 7 Makanan-makanan ringan tersebut harus

didasarkan pada standar dan persyaratan kesehatan. Sehingga makanan-

makanan yang tidak memenuhi standar, persyaratan kesehatan dan

membahayakan kesehatan dapat dilarang untuk diedarkan.

Makanan ringan yang diproduksi oleh Home Industry yang banyak

diperjualbelikan atau dipasarkan diwarung-warung tradisional maupun pasar-

pasar tradisional. Sebagian besar produk tersebut tidak mencantumkan tanggal

kadaluarsa. Masa kadaluarsa suatu produk makanan yang mencantumkan

berupa tanggal, bulan, dan tahun, dicantumkannya label pada kemasan yang

tujuannya memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk yang

akan dikonsumsi.

Seperti halnya di Jl. Swadaya Raya, RT.21 Kelurahan Bagan Pete,

Kecamatan Alam Barajo terdapat industri rumah tangga atau perusahaan kecil

yang bergerak dibidang makanan ringan dalam kemasan. Produsen makanan

ringan dalam kemasan tersebut masih belum mencantumkan tanggal kadaluarsa

dalam produknya yaitu Kue sarang balam, keripik pisang, kerupuk jangek, kue

pilin, kerupuk pangsit, rempeyek, dan kue kembang goyang. Hal tersebut dapat

membahayakan konsumen, karena konsumen tidak akan tahu kapan makanan

yang dikonsumsinya tersebut dalam kondisi akan kadaluarsa.

7
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 464
6

Sehingga menimbulkan keracunan makanan kue pilin itu yang sebelumnya

belum pernah terjadi, 8maka kami mengantisipasi para warga agar tidak terjadi

kasus yang berulang dengan memberikan penyuluhan kepada warga yang rata-

rata masyarakat itu berpendidikan rendah tidak tahu bagaimana mengenai

makanan yang menyehatkan, selain itu kami dibantu dari berbagai pihak

terutama dari BPOM dan Dinas Kesehatan untuk melakukan penyuluhan

berkaitan dengan masalah makanan yang cenderung diabaikan tentang

kesehatannya.

Kasus ini melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang mewajibkan produsen untuk mencantumkan


9
tanggal kadaluarsa pada produk makanannya. Hal-hal yang merugikan

konsumen tersebut bisa saja disebabkan karena kurangnya pengawasan dari

Pemerintah serta badan-badan hukum seperti Kepolisian, BPOM, Dinas

Perindustrian dan Perdagangaan (Disperindag), dan Dinas Kesehatan (Dinkes).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS REGULASI

PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PRODUK PANGAN TANPA

TANGGAL KADALUARSA (Studi Kasus Pada Home Industry

Kecamatan Alam Barajo)”.

8
Wawancara dengan Ketua RW Bapak Pujiono pada tanggal 05 Agustus 2019.
9
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu pengantar), (Yogyakarta: 2003), hlm 12.
7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk Perlindungan Konsumen terhadap produk makanan

tanpa tanggal kadaluarsa di Home Industry Kecamatan Alam Barajo?

2. Bagaimana peran BPOM dalam pelaksanaan perlindungan konsumen

terhadap makanan tanpa tanggal kadaluarsa di Home Industry Kecamatan

Alam Barajo?

3. Apa faktor Penghambat dan Pendukung dalam pelaksanaan Perlindungan

Konsumen terhadap produk makanan tanpa tanggal kadaluarsa di Home

Industry Kecamatan Alam Barajo?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan konsumen terhadap produk

makanan tanpa tanggal kadaluarsa di Home Industry kecamatan Alam

Barajo.

2. Untuk mengetahui peran BPOM dalam pelaksanaan perlindungan

konsumen terhadap makanan tanpa tanggal kadaluarsa di Home Industry

Kecamatan Alam Barajo.

3. Untuk mengetahui faktor Penghambat dan Pendukung dalam pelaksanaan

Perlindungan Konsumen terhadap produk makanan tanpa tanggal

kadaluarsa di Home Industry kecamatan Alam Barajo.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti, dapat dijadikan bahan dalam mengembangkan wawasan

dan latihan menerapkan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan

dan kewirausahaan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya maupun pihak lain yang membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian inipun memberikan kegunaan praktis pada penelitian ini

sebagai berikut:

a. Bagi Produsen

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi produsen agar

mencantumkan label dan tanggal kadaluarsa pada setiap produk yang

diproduksinya.

b. Bagi BPOM dan lembaga-lembaga terkait

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk lebih meningkatkan

pengawasan terhadap makanan-makanan yang beredar pada

masyarakat.

c. Bagi Mahasiswa dan Masyarakat luas

Penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi kalangan mahasiswa dan

lapisan masyarakat luas terutama setiap orang yang ingin memperdalam

Ilmu Ekonomi Islam disetiap perguruan tinggi di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam.
9

E. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada yaitu produk home industry

tanpa tanggal kadaluarsa implikasinya terhadap pelaku ekonomi dan

perlindungan konsumen. Maka penelitian ini menfokuskan pada hal sebagai

berikut:

1. Penelitian ini akan berfokus pada produk makanan tanpa tanggal

kadaluarsa di Home Industry Kecamatan Alam Barajo.

2. Penelitian ini akan berfokus pada produsen dan konsumen yang ada di

Home Industry Kecamatan Alam Barajo.

E. Kerangka Teori

Agar tulisan ini lebih terarah dan tepat sasaran, maka penulis menganggap

perlu kerangka teori sebagai landasan berfikir guna mendapatkan konsep yang

tepat dan benar dalam penyusunan penelitian.

1. Pengertian Regulasi

Pengertian Regulasi Pemerintah dalam Perlindungan Konsumen

Regulasi tentang hukum perlindungan konsumen tercantum dalam Undang-

Undang No. 8 Tahun 1993 pada Lembaga BPOM tentang perlindungan

konsumen. Adapun perlindungan kepada konsumen yaitu perlindungan

preventif dan perlindungan kuratif.10

1. Perlindungan Preventif adalah perlindungan kepada konsumen saat

akan membeli atau menggunakan barang atau jasa.

10
Zulham, Hukum Perlindungan konsumen (Jakarta, PT Charisma Putra Utama, h. 59
10

2. Perlindungan kuratif adalah perlindungan kepada konsumen sebagai

akibat dari penggunaan barang atau jasa tertentu.

Pengertian Regulasi dalam ekonomi secara umum memiliki

pengertian sebagai segala bentuk aturan untuk mengendalikan perilaku

bisnis. Bentuk regulasi ini bisa berupa hukum dari pemerintah, regulasi dari

bidang industry, pengaturan dari asosiasi perdagangan, bahkan dari badan

hukum internasional.

2. Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Perlindungan Konsumen

Pengertian perlindungan konsumen dikemukakan oleh berbagai

sarjana hukum salah satunya Az. Nasution mendefinisikan perlindungan

konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-asas atau kaidah-

kaidah yang bersifat mengatur hubungan dan juga mengandung sifat

yang melindungi kepentingan konsumen.11

Di Indonesia untuk mengatur dan melindungi terhadap kejahatan

bisnis seperti penipuan, iklan produk yang menyesatkan dan agar

konsumen dapat dilayani dengan baik, maka dibuatlah undang-undang

tentang perlindungan konsumen.12

Pengertian perlindungan konsumen terdapat dalam pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

11
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta; 2002
Diadit Media, hlm 22.
12
Agus Arijanto “Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis”, (Jakarta Pusat An-Nur Pers, 2012),
h. 56.
11

Perlindungan Konsumen adalah upaya menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Perlindungan konsumen nampak dari kalimat yang menyatakan

“segala upaya menjamin adanya kepastian hukum”. Dengan adanya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-

wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan

perlindungan konsumen.13

Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya

dibandingkan dengan kedudukan produsen yang relatif lebih kuat dalam

banyak hal misalnya dari segi ekonomi maupun pengetahuan, mengingat

produsen lah yang memproduksi barang, sedangkan konsumen hanya

membeli produk yang telah tersedia dipasaran.

Perlindungan terhadap konsumen sangatlah penting, mengingat

makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor

penggerak bagi produktifitas dan efesiensi produsen atas barang dan jasa

dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka

mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, baik langsung maupun tidak

langsung maka konsumenlah yang pada umumnya merasakan

dampaknya.14

13
Ahmadi Miru Dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 10.
14
Ibid hal 36
12

Pengaturan Perlindungan Konsumen dilakukan dengan:15

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan

seluruh pelaku usaha.

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang

menipu dan menyesatkan.

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan, dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidng-bidang perlindungan pada

bidang-bidang lainnya.

b. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen dalam Islam

Perlindungan konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam

hukum islam. Islam melihat sebuah perlidungan konsumen bukan sebagai

hubungan keperdataan semata melainkan menyangkut kepentingan

publik secara luas. Bahkan menyangkut hubungan antara manusia dengan

Allah SWT. Landasan Hukum Perlindungan didalam Al-Qur’an dan al-

Hadist.

Surat Ash-Shaf Ayat 10-11 yaitu:

َ ‫يَاأَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ ا َ َمنُ ْواه َْل ا َ ُدلُّ ُك ْم َعلَى تِ َج‬


ٍ ‫ارةٍت ُ ْن ِجيْ ُك ْم ِ ّم ْن َعذَا‬
)01(‫ب ا َ ِلي ٍْم‬

)11( َ‫ذَ ِل ُك ْم َخي ٌْرلَّ ُك ْم ا ِْن كُ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُم ْون‬,‫لَّلا ِبا َ ْم َوا ِل ُك ْم َوا ْنفُ ِس ُك ْم‬
ِ َّ ‫س ْو ِل ِه َوت ُ َجا ِهد ُْو َن ِف ْي َسبِ ْي ِل‬ ِ َّ ِ‫تٌؤْ ِمنُ ْونَ ب‬
ُ ‫الَّل َو َر‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! maukah kamu Aku tunjukkan


suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
15
Erman Rajagukguk et al, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung; Mandar Maju,
2000 hlm, 7.
13

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad dijalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Inilah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.(Q.S. Ashaf Ayat 10-11)
Dalam ayat ini Allah mendorong kaum muslimin agar melakukan

amal shaleh dengan menyatakan. Wahai orang-orang yang beriman

kepada Allah dan Rasul yang diutus-Nya. Apakah kamu sekalian mau

aku tunjukan suatu pandangan yang bermanfaat dan pasti mendatangkan

keuntungan yang berlipat ganda dan keuntungan yang kekal atau

melepaskan kaum dari apa neraka.

Ungkapan diatas memberikan pengertian kepada kaum muslimin

agar mereka suka memperhatikan dan melaksanakan perdagangan yang

dimaksud Allah SWT itu, jika mereka menginginkan kebahagiaan hidup

didunia dan di akhirat.

Surat Al-Muthafifin ayat 1-6 yaitu:

             

              

 

Artinya:
1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi,
3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi.
14

4. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka


akan dibangkitkan,
5. Pada suatu hari yang besar,
6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta
alam?16
Ayat diatas menjelaskan bahwa ancaman bagi mereka yang suka

menipu dan mengambil hak orang lain. Orang-orang yang mendapatkan

kerugian dan kesengsaraan diakhirat adalah mereka yang memanipulasi


17
timbangan dan takaran dalam berdagang. Selain ayat diatas terdapat

pula hadist yang terkait dalam hal ini.

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain (HR. Ibnu

majah, daaqauthi dan yang lain dan yang dari abu sa’id al-khudir)”

Rasulullah SAW menolak dharar (mudharat/bahaya) dan dhirar

(menimbulkan bahaya) tanpa alasan yang benar. Adapun menimpakan

mudharat kepada seseorang dengan cara yang benar, maka itu tidak

termasuk yang dilarang dalam hadist diatas. Misalnya, seseorang

menzhalimi orang lain, lalu orang yang dizhalimi menuntut balasan

dengan adil. Karena yang dimaksud dalam hadist diatasinlah

menimbulkan mudharat dengan cara yang tidak benar.

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

a) Asas Perlindungan Konsumen

16
Departemen, RI Al-Qur’an dan Terjemahan IKAPI, Bandung, h. 587
17
Syamsul Hilal, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi (IAIN Raden Intan Lampung, 2007), h.
21
15

Menurut pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen

berasaskan manfaat, keadilan, keamanan, dan keselamatan konsumen,

serta kepastian hukum.18

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama

berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional,

yaitu: 19

1. Asas Manfaat

Asas manfaat mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku

usaha secara keseluruhan.

2. Asas Keadilan

Asas Keadilan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan keempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti

materil dan spiritual.

18
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan Konsumen”, Bab II,
Pasal 2.
19
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta; Grafindo Persada, 2015
hlm. 25-26
16

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Asas keamanan dan keselamatan konsumen untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin

kepastian hukum.

b) Tujuan Perlindungan Konsumen

Menurut Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, adapun tujuannya:20

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari efek negatif pemakaian barang atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam menentukan hak-

haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi.

20
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan Konsumen”, Bab III,
Pasal 3.
17

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

c) Dasar Hukum Perlindungan Konsumen pada Lembaga BPOM

Adapun dasar hukum yang menjadikan seseorang konsumen dapat

mengajukan perlindungan adalah: 21

a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1). Pasal 21 ayat (1).

Pasal 27 dan Pasal 33

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembar Negara Republik Indonesia No. 3821).

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

d. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa.

e. Peraturan Pemerintahan No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan

Pengawasan dan Penyelenggaaraan Perlindungan Konsumen.

f. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.

235/DJPDN/2001 tentang Pengaduan Konsumen yang ditunjukan

Kepada seluruh Dinas Indag Provinsi /Kabupaten/Kota.

21
Danang Suntoyo Dan Wika Harisa Putri, Hukum Bisnis (Yogyakarta Pustaka
Yustisia, Cetakan Pertama, 2016), h. 142.
18

g. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan dalam Negeri

No.795/DPJDN/SE/12/2005.

4. Macam-Macam Hak Konsumen

Sebagai pemakai barang atau jasa, konsumen memiliki sejumlah

hak dan kewajiban. Pengetahuan akan hak-hak konsumen adalah hal yang

sangat penting agar masyarakat dapat bertindak sebagai konsumen yang

kritis dan mandiri sehingga ia dapat bertindak lebih jauh untuk lebih jauh

memperjuangkan hak-haknya ketika ia menyadari hak-hak nya telah

dilanggar oleh pelaku usaha. Secara umum ada 4 (empat) hak dasar yaitu:22

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)

Konsumen berhak mendapatkan keamanan barang dan jasa

yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh

membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan

baik jasmani maupun rohani terlebih terhadap barang atau jasa yang

dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha yang beresiko sangat

tinnggi terhadap keamanan konsumen.

2. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be infermed)

Hak atas informasi ini sangat penting karena tidak memadai

informasi yang di sampaikan kepada konsumen in dapat juga

merupakan salah satu cacat produk. Yaitu yang di kenal dengan cacat

intruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hak atas

informasi yang jelas dan benar di maksudkan agar konsumen dapat

22
Ibid. h 48
19

memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan

informs tersebut konsumen dapat memperoleh yang di inginkan atau

sesuai dengan kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat

kesalahan dalam penggunaan produk.23

Informasi yang merupakan hak konsumen itu diantarnya adalah

mengenai manfaat kegunaan produk efek samping atas penggunaa

produk, tanggal kdaluarsa, serta identiitas produsen dari produk

tersebut. Informasi tersebut dappat di sampaikan secara lisan, maupun

ssecara tulisan, baik yang di lakukan dengan mencantumkan label yang

melekat pada kemasan produk, maupun melalui iklan-iklan yang di

sampaikan oleh podusen. Baik melalui media cetk maupun media

elektronik.

Informasi ini dapat memberikan dampak yang signifikan untuk

meningkatkan efesiensi dari konsumen dalam memilih produk dalam

meningkatkan kesetiaan terhadap produk tertentu. Sehingga akan

memberikan keuntungan bagi perusahaan yang memenuhi

kebutuhannya dengan demikian, pemenuhan hak ini akan

menguntungkan baik konsumen maupun produsen.

3. Hak untuk memilih ( the right to choose)

Hak untuk memillih di maksudkan untuk memberikan efesiensi

dari konsumen dalam memilih produk-produk tertentu sesuai dengan

kebutuhannya, tanpa ada tekanan dari pihak luar. Berdasarkan untuk

23
Rudiyanti Dorotea Tobing, Op, Cit, h. 255.
20

memilih ini konsumen, konsumen berhak untuk memutuskan membeli

atau tidak terhadap suatu produk. Demikian pula keputusan untuk

memilih hak kualitas maupun kualitas jenis produk yang dipilihnya.

Hak memilih yang dimiliki oleh konsumen ini hanya ada jika

ada alternatif pilihan dari jenis produk tertentu, karena jika suatu

produk dikuasai secara monopoli oleh produsen atau dengan kata lain

tidak ada pilihan lain (baik barang maupun jasa), maka dengan

sendirinya hak untuk memilih ini tidak akan berfungsi.

4. Hak untuk didengar (the right to be heard) Hak ini berkaitan erat

dengan hak untuk mendapatkan informasi. Ini disebabkan informasi

yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan sering tidak cukup

memuaskan konsumen.

Untuk itu konsumen mendapatkan haknya bahwa kebutuhan dan

lainnya bisa didengarkan, baik oleh pelaku usaha yang bersangkutan

maupun oleh lembaga-lembaga perlindungan konsumen yang

memperjuangkan hak-hak konsumen.

4. Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang

atau jasa sebagai berikut:24

a) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

24
Danang Santoso dan Wika Harisa Putri Op, Cit, h.
21

b) Tidak sesuai dengan berat bersih. Isi bersih atau netto dalam hitungan

sebagaimana yang dinyatakan dalam barang tersebut.

c) Tidak sesuai dengan ukuran, timbangan, takaran, dalam hitungan

menurutukuran yang sebenarnya.

d) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, sebagaimana

dinyatakan dalam lebel, etiket, atau keterangan barang atau jasa

tersebut.

e) Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pembuatan,

gaya, mode, atau penggunaan tersebut sebagaimana dicantumkan dalam

lebel ataupun keterangan barang atau jasa tersebut.

f) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam lebel, etiket,

keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut.

g) Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan atau pemanfaatannya yang paling penting adalah

terjemahan dari kata best before yang bisa digunakan dalam lebel

produk makanan.

h) Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara label sebagaimana

pernyataan halal yang dicantumkan pada label.

i) Tidak memasang atau membuat penjelasan barang yang memuat nama

barang, ukuran, berat/isi bersih, atau netto, komposisi aturan pakai,

tanggal pembuatan, akaibat sampingan, nama, alamat pelaku usaha,

serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus

dipasang atau dibuat.


22

j) Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang

dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

k) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat,

atau bekas, dan tercemar tanpa memberi informasi secara lengkap dan

benar atas barang tersebut.

5. Produk Makanan Tanpa Tanggal Kadaluarsa di Home Industri

a. Pengertian Produk Makanan Kadaluarsa

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar

untuk memuaskan sesuatu keinginan atau kebutuhan. Termasuk barang

fisik, jasa, pengalaman, acara, tempat, property, organisasi, informasi,

dan ide. Adapun cara penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang

dituju dapat memuaskan konsumennya dan dapat meningkatkan

keuntungan perusahaan dalam jangka panjang melalui penjualan.

Makanan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, peternakan, perairan, dan air, baik yang

diolah maupun yang tidak diperuntukan sebagai makanan atau minuman

bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan.

Kadaluarsa merupakan informasi dari produsen kepada konsumen,

yang menyatakan batas atau tenggang waktu penggunaan atau

pemanfaatan yang paling baik (kualitas), dan paling aman (kesehatan),

dari produk makanan atau minuman. Artinya produk tersebut memiliki

mutu yang paling prima hanya sampai batas waktu tersebut dan juga
23

produk tersebut tidak dapat dikonsumsi lagi setelah lewat dari batas

waktu yang telah ditentukan.

Makanan Kadaluarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal

kadaluarsa. Sedangkan tanggal kadalursa adalah batas akhir suatu

makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti

petunjuk yang diberikan oleh produsen.

b. Pengertian Home Industri

Dalam kamus bahasa inggris istilah “home” diartikan sebagai

rumah dan “industry” adalah industri. Jadi secara bahasa, home industry

adalah industry yang dilakukan oleh rumah tangga.

Berdasarkan Keputusan Menperindag No.19/M/SK/1986 bahwa

industri rumah tangga termasuk kedalam industri kecil yang memiliki

tenaga kerja kurang dari lima orang, tenaga kerja merupakan anggota

keluarga sendiri, pembagian tugas kerja tidak jelas, modalnya kecil,

peralatannya sederhana, belum ada administrasi secara tertib.

Menurut Memperindag usaha industri dapat dikelompokkan antara

lain: kelompok aneka industri yaitu industri pangan misalnya: minyak

goreng, bakso, dan lain-lain. Industri berasal dari bahasa latin yaitu:

“industria” yang artinya buruh atau tenaga kerja, di Prancis digunakan

kata industria yang artinya merujuk pada semua kegiatan usaha

pengelolaan dan memproduksi barang kebutuhan. Dalam Encyclopedia

American, industri diartikan sebagai sekelompok kegiatan yang


24

mengusahakan benda ekonomi dan penggunaannya, misalnya; industri

pangan.

Industri rumah adalah industri yang hanya memiliki tenaga kerja

antara 1 orang hingga 4 orang (Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS)

Perindustrian, dilihat dari jumlah tenaga kerja).

Pengertian Home Industri menurut Mulyawan bahwa Home

Industri adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala kecil yang

bergerak dalam bidang industry tertentu. Adalah suatu unit usaha atau

perulasan dalam skala yang bergerak dalam bidang industry tertentu.

Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang

industry dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang, ataupun

perusahaan. Singkatnya Home Industri adalah rumah usaha produk

barang atau juga perusahaan kecil, dikatakan perusahaan kecil karena

jenis kegiatan ekonomi itu dipusatkan dirumah. 25

Mulyawan menjelaskan bahwa beberapa manfaat dan keutamaan

nyata yang dapat diperoleh dari pertumbuhan industry rumah tangga

secara khusus untuk tingkat kesejahteraan masyarakat adalah sebagai

berikut:

1. Pembukaan lapangan pekerjaan

2. Pembentukan dan penguat jaringan social budaya dan ekonomi local.

3. Pendorong percepatan siklus finansial.

4. Memperpendek kesenjangan social masyarakat.

25
Siti Fadilah, “Analisis Peran Home Industry Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Dalam
Persepektif Ekonomi Islam”, Lampung, h. 20.
25

5. Mengurangi tingkat Kriminalitas.

6. Dan alat penganekaragaman sumber daya alam dan manusia.

F. Tinjauan Pustaka

Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
No Nama/tahun Judul Metode Hasil Penelitian
1 Imam Taufiq Analisis Kualitatif Kesadaran hukum
(2017) Yuridis konsumen guna
26
Perlindungan melindungi diri dari
Konsumen berbagai akses
terhadap pemakaian
Peredaran barang/jasa. Untuk
Makanan meningkatkan
Kadaluarsa di kesadaran hukum
Wilayah masyarakat diperlukan
Kabupaten adanya pembinaan
Sukoharjo. dan penyuluhan akan
hak dan kewajiban
dalam mengkonsumsi
makanan yang baik.
Adapun Dinas
Kesehatan Kabupaten
Sukaharjo juga ikut
andil dalam
melakukan
pembinaan,
pengawasan dan uji
sample terhadap
pelaku usaha yang
diduga melakukan
pelanggaran,
sekaligus
menghimbau kepada
pelaku usaha untuk

26
Imam Taufiq, Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran Makanan
Kadaluarsa di Wilayah Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, (Fakultas Hukum Universitas Surakarta),
2017.
26

memberikan label
disetiap makanan
yang diproduksi.
2 Risa Produk Home Deskriptif Produsen yang sudah
27
Mayasari Industri tanpa Kualitatif mencantumkan label
(2016) Tanggal dan tanggal
Kadaluarsa kadaluarsa
Implikasinya mengatakan bahwa
terhadap Pelaku terdapat dampak yang
Ekonomi dan mereka peroleh,
Perlindungan seperti dengan adanya
Konsumen. tanggal kadaluarsa
konsumen mempunyai
kepercayaan tersendiri
kepada produsen
karena dengan adanya
tanggal kadaluarsa
konsumen diberi
informasi tentang
produk tersebut masih
layak atau sudah habis
masa kadaluarsanya.
3 Sevila Pelaksanaan Kuantitatif Pelaksanaan
Ariolem Perlindungan Perlindungan
(2013) Hukum bagi Konsumen atas
Konsumen makanan kemasan
terhadap yang telah kadaluarsa
Makanan dalam yang dijual pedagang
Kemasan yang didaerah Kota
telah Pekanbaru pada
Kadaluarsa di intinya dilakukan oleh
Kota pelaku usaha,
Pekanbaru.28 pemerintah, Lembaga
Swadya Masyarakat
dan konsumen dengan

27
Risa Mayasari, Produk Home Industri tanpa Tanggal Kadaluarsa Implikasinya
terhadap Pelaku Ekonomi dan Perlindungan Konsumen, Skripsi, (Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung), 2016.
28
Sevila Ariolem, Pelaksanaan Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Makanan
dalam Kemasan yang telah Kadaluarsa di Kota Pekanbaru, Skripsi, (Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau), 2013
27

berbagai upaya.
Adapun kewajiban
yang harus dipenuhi
oleh setiap pedagang
makanan kemasan
dalam usaha
melindungi konsumen
di Kota Pekanbaru
adalah memenuhi
kewajiban
administrative, antara
lain terdaftarnya
produk dan
perusahaan makanan
kemasan di BPOM.
4 Hastarini Aspek Hukum Pendekatan Kasus-kasus daur
Yuliawati Perlindungan Yuridis ulang makanan
(2009) Konsumen Normatif yang kadaluarsa yang
terhadap bersifat dilakukan oleh pelaku,
Peredaran Daur Deskriptif antara lain: kasus daur
Ulang Makanan analitis. ulang kue kadaluarsa
Kadaluarsa bermerek “Hokasari”
ditinjau dari di Jakarta, yaitu
Undang-undang dengan mendaur
No. 8 Tahun ulang cokelat untuk
1999 tentang anak-anak yang dibuat
Perlindungan dari remahan bahan-
29
Konsumen. bahan lama kemudian
diberi gula jawa
sehingga seolah-olah
tampak seperti kue
cokelat baru.
Memperdagangkan
makanan kadaluarsa
yang didaur ulang
adalah
memperdagangkan

29
Hastarini Yuliawati, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran Daur
Ulang Makanan Kadaluarsa ditinjau dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Skripsi, (Fakultas Hukum Universitas Indonesia), 2009.
28

makanan yang tidak


memenuhi atau tidak
sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan
dalam ketentuan
peraturan perundang-
undangan. Adapun
pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh
pelaku usaha tersebut
telah melanggar
ketentuan yang diatur
dalam Pasal 8 ayat (1)
tahun 1999.
5 Nasyatun Perlindungan Deskriptif Upaya Assalam
Fadhlilah Konsumen (penelitian yang Hipermarket control
(2008) terhadap bertujuan terhaadap produk
Produk menggambarkan makanan dan
Makanan dan secara lengkap minuman yang dijual
Minuman dan sistematis adalah dengan cara
Kadaluarsa di keadaan objek menerapkan system
Assalam yang diteliti. Sirkulasi produk dan
Hipermarket system pengawasan
Solo produk tertib dan
berdasarkan teratur. Prosedur
Undang-undang sirkulasi produk
No. 8 Tahun dilakukan mulai dari
1999 tentang pengadaan produk,
Perlindungan pergudangan, display
30
Konsumen. produk, dan
penyerahan kepada
konsumen. Prosedur
pengawasan terhadap
produk-produk yang
ada di Assalam
Hipermarket solo
dilakukan melalui dua

30
Nasyatun Fadhlilah, Perlindungan Konsumen terhadap Produk Makanan dan Minuman
Kadaluarsa di Assalam Hipermarket Solo berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Skripsi, (Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta), 2008.
29

tahap pemeriksaan
terhadap produk-
produk yang akan
dijual kepada
konsumen dan melalui
upaya pelayanan
terhadap keluhan
konsumen. Adapun
upaya penyelesaian
yang dilakukan untuk
memenuhi hak-hak
dasar yang dimiliki
oleh konsumen yaitu
hak untuk
memperoleh
keamanan,
mendapatkan produk
sesuai dengan nilai
tukar, hak untuk
mendapatkan
informasi, dan hak
untuk didengar
keluhannya.
Sumber: Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang lainnya

adalah penelitian ini telah menekankan pada perlindungan konsumen terhadap

makanan ringan industri rumah tangga (home industry) tanpa tanggal kadaluarsa

pada kemasan berdasarkan persepektif ekonomi islam.31

31
Siti Fadilah Op.Cit.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini dikemukakan setting atau tempat dimana situasi


32
sosial tersebut akan diteliti. Penelitian ini dilakukan di Home Industry

Kecamatan Alam Barajo.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna

(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif .33 Landasan

teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan

fakta dilapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian.

32
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R  D, (Bandung:
Alfabeta. 2009), hal. 399
33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2014), hal
271

30
31

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data atau informasi dengan

cara membaca, mengutip, dan menyusunnya, berdasarkan data-data yang

telah diperoleh. Dalam skripsi ini data yang diperoleh berasal dari data

primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari narasumber

yang ada dilapangan dengan tujuan agar penelitian ini memperoleh

informasi yang lebih jelas diperoleh dengan observasi langsung pada

lokasi penelitian, wawancara yaitu dengan mempersiapkan

pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu sebagai pedoman tetapi masih

dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang sesuai dengan

situasi ketika wawancara. 34 Adapun wawancara dengan pemilik

Home Inustry, Seketaris, Ketua RW, dan konsumennya.

2) Data Sekunder

Sedangkan Data Sekunder merupakan sumber data penelitian

yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung

yang berupa buku, jurnal, internet, studi kepustakaan yang lain, atau

arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

secara umum.

34
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, (Jambi: Sulthan Thaha Press,
2007), hlm, 87.
32

4. Instrument Pengumpulan Data

a. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan sistematis atas fenomena-fenomena yang

diselidiki. 35 Metode ini digunakan untuk melihat secara langsung

keadaan lokasi penelitian serta mencatat hal-hal yang berkenaan dengan

masalah penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data

dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis

dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua

orang atau lebih, biasanya hadir secara fisik dalam proses Tanya jawab

itu dan masing-masing pihak dan dapat menggunakan saluran-saluran

komunikasi secara wajar dan lancer.

c. Dokumentasi

“Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau

variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar,

majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan sebagainya.” 36

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi non

manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-

catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau

surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya

35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rinerka Cipta, 2006), hal. 156
36
Ibid., hlm, 231.
33

dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik

tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya,

dicatat dengan menggunakan catatan-catatan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data menurut Miles

dan Huberman yang pada prinsipnya kegiatan analisis data ini dilakukan

sepanjang kegiatan penelitian (during data collection), dan kegiatan yang

paling inti mencakup menyederhanaan data (data reduction), penyajian data

(data display) serta menarik kesimpulan (making conclusion).37

Analisis data ini dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan.

Data kemudian di cek kembali, secara berulang, dan disistimatiskan dan

diinterpretasikan secara logis, sehingga diperoleh data yang absah dan

kredibel.38

Suatu analisis melaui data kualitatif dengan menggunakan analisis sebagai

berikut:

1. Reduksi Data (Data Reductions)

Menurut Miles dan Hubberman, mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang

penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, mereduksi data yang

telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

37
Michael A. Huberman dan Matthew B Miles, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI,
1992), hlm. 16.
38
Lexsi J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,1996),
hlm. 6.
34

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam hal ini, menggunakan teknik reduksi data adalah untuk

mereduksikan data yang diperoleh dari lapangan penelitian yang bersifat

umum tentang Analisis Regulasi Perlindungan Konsumen pada Produk

Pangan tanpa tanggal Kadaluarsa di Home Industri kota Jambi.

2. Penyajian data (Display Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Namun yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam

metode penelitain ini adalah teks yang bersifat naratif.

Maka dalam hal ini, peneliti ingin mengalisis datanya menggunakan

penyajian data agar dapat menganalisis lebih dalam gambaran yang

terjadi di lapangan.

3. Penarikan kesimpulan (Conclution Drawing Verification)

Verification merupakan langkah ketiga analisis data yang berupa

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.


35

Maka dalam hal ini peneliti ingin menggunakan analisis verifikasi

agar dapat menyimpulkan data yang diperoleh dilapangan, sehingga

temuan awal yang sebelumnya masih bersifat sementara akan lebih jelas

gambaran masalah yang telah diteliti.

B. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdapat dari lima bab yang masing-masing memiliki

sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini merupakan pembahasan awal serta pijakan

bagi penelitian ini. Bab I mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, kerangka teori serta tinjauan pustaka.

Bab II Bab ini membahas tentang pendekatan penelitian, jenis dan sumber

data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan

sistematika penulisan.

Bab III Memaparkan kondisi dan gambaran umum tentang yang diteliti.

Bab IV Berisikan pembahasan skripsi, yang didalamnya membahas

jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan pada

penelitian.

Bab V Bab penutup yang berisikan kesimpulan, saran, dan kata penutup
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi Home Industry di Kecamatan Alam Barajo

Home industry Kecamatan Alam Barajo merupakan salah satu home

industry yang memproduksi kerupuk jangek, rempeyek, keripik pisang, sarang

balam, kerupuk pangsit, kue pilin, dan kue kembang goyang, yang beralamat di

Jl. Swadaya Raya, RT.21 Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Alam Barajo.

B. Sejarah Singkat Home Industry di Kecamatan Alam Barajo

Home Industry ini didirikan pada tahun 2013 yang dimiliki oleh ibu yang

bernama Tiani. Awalnya ibu Tiani ini ikut-ikut orang yang sedang usaha juga

bisa dibilang ibu Tiani pernah bekerja ditempat orang, disitulah ibu Tiani mulai

mencoba membuka usaha sendiri dengan menjualnya ke toko-toko atau

warung-warung kecil pada subuh hari. 39 Dalam pengerjaannyapun ibu Tiani

belum mempunyai karyawan. Setelah ibu Tiani membuka usaha sendiri dan

seiring berjalannya waktu usahanya maju ternyata usahanya lancar dan laku.

Kemudian karena semakin banyaknya yang menyukai kerupuk dan kue yang

dihasilkan oleh ibu Tiani, dan telah dikenal oleh masyarakat sekitar. Maka dari

itulah ibu Tiani berfikir untuk melanjutkan usahanya, sehingga ibu Tiani

memiliki karyawan-karyawan.

39
Hasil wawancara dengan Ibu Tiani pada 05 Agustus 2019

36
37

C. Struktur Organisasi Home Industry di Kecamatan Alam Barajo

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menunjukkan keterkaitan

antara anggota organisasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

struktur oranisasi maka akan terjadi pembagian hak, kewajiban, tugas, serta

tanggung jawab yang akan dijalani dari masing-masing bagian dalam struktur

yang telah terorganisasi, sehingga diperlukan kerjasama yang baik dalam

mewujudkan tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan. Adapun organisasi

home industry kecamatan Alam Barajo sebagai berikut:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Home Industry kecamatan Alam Barajo

Pemilik Usaha
Tiani

Bendahara
Riska Fatma

Karyawan Pemasaran
1. Iren 1. Indah
2. Lastri 2. Erni
3. Leni 3. Herni

Sumber: Home Industry Kecamatan Alam Barajo


38

D. Tujuan Pendirian Usaha

Tujuan dari pendirian Home Industry ini adalah sebagai pendapatan utama
40
bagi pemilik usaha. Salah satunya untuk mencapai keuntungan dan

kesinambungan usaha, sebagaimana layaknya suatu bisnis akan mempunyai

tujuan utama untuk memperoleh keuntungan yang optimum dengan

pengorbanan yang efisien, maka bisnis yang dilaksanakan dirumah sendiri

mempunyai tujuan yang sama dalam kondisi bagaimanapun, walaupun

persaingan bisnis dirasakan cukup ketat. Kesinambungan bisnis agar terjaga

maka harus terus memelihara kepuasan pelanggan melalui penciptaan produk

yang berkualitas dan pelayanan yang sebaik mungkin kepada sasaran.

E. Keadaan Umum Home Industry Kecamatan Alam Barajo

1. Produk

Terdapat berbagai macam produk yang dihasilkan oleh Home Industry ini:

1) Kerupuk Jangek

Kerupuk jangek ini terbuat dari kulit sapi atau kerbau,

kerupuknya sangat renyah dan cocok sekali untuk campuran lauk

makan.

2) Rempeyek

Rempeyek ini terbuat dari tepung beras atau tapioka beserta

kacang tanah.

40
Hasil wawancara dengan Ibu Tiani pada tanggal 05 Agustus 2019.
39

3) Keripik Pisang

Keripik pisang adalah makanan yang terbuat dari pisang yang

diiris tipis-tipis, kemudian digoreng. Rasanya sangat gurih dan enak

untuk cemilan-cemilan.

4) Sarang Balam

Sarang balam atau biasanya disebut dengan grubi adalah salah

satu cemilan khas minangkabau yang terbuat dari ubi singkong. Kue

ini memiliki bentuk yang sangat unik karena seperti sarang burung

yang terdiri dari kumpulan rumput-rumput.

5) Kerupuk Pangsit

Kerupuk Pangsit terbuat dari adonan tepung terigu yang

dibumbui dengan irisan daun bawang atau seledri, garam, dan bubuk

kaldu ini memang digemari banyak orang. Mungkin karena rasanya

gurih, sehingga pas dinikmati dalam suatu apapun.

6) Kue Pilin

Kue pilin terbuat dari tepung terigu, margarin dan gula yang

sudah diadoni dengan pelengkapnya setelah itu dibuat bentuk pilin-

pilin. Setelah itu digoreng sehingga masak.

7) Kue Kembang Goyang

Kue kembang goyang adalah salah satu kue tradisional khas

betawi. Nama kembang goyang berasal dari bentuknya yang

menyerupai kelopak bunga atau kembang dan proses membuatnya

digoyang-goyang hingga adonan terlepas dari cetakan.


40

2. Harga

Adapun berikut daftar harga-harga produk makanan yang ada:

Tabel 3.2

Harga jual Makanan Home Industry Kecamatan Alam Barajo

NO Nama Produk Makanan Harga Jual

1 Kerupuk Jangek 10.000

2 Rempeyek 10.000

3 Keripik Pisang 10.000

4 Sarang Balam 5.000

5 Kerupuk Pangsit 10.000

6 Kue Pilin 5.000

7 Kue Kembang Goyang 10.000

Sumber: Diambil dari Bendahara Home Industry Kecamatan Alam Barajo. 41

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa harga jual produk makanan di

Home Industry kecamatan Alam Barajo berbeda-beda harganya. Adapun

harga kerupuk jangek Rp.10.000 harga rempeyek Rp.10.000 harga keripik

pisang Rp.10.000 harga sarang balam Rp.5.000 harga kerupuk pangsit

Rp.10.000 harga kue pilin Rp.5.000 dan harga kue kembang goyang

Rp.10.000.

41
Hasil wawancara dengan Riska Fatma selaku Bendahara Home Industry Kecamatan
Alam Barajo pada 05 Agustus 2019.
41

3. Distribusi

Adapun saluran distribusi Home Industry kecamatan Alam Barajo adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.3

Saluran Distribusi Home Industry kecamatan Alam Barajo

Home
Industry

Grosir Pengecer Konsumen

Sumber: Home Industry Kecamatan Alam Barajo.

Dari gambar diatas menginterprestasikan pola saluran Home Industry

kecamatan Alam Barajo yang terdiri dari Home Industry kepada grosir,

kemudian pada pengecer, dan selanjutnya kepada konsumen. 42

4. Promosi

Dalam dunia usaha pasti banyak pesaing, kebanyakan mereka

menganggap pesaing adalah musuh, kata ibu Tiani.

“Dalam dunia politik dagang pasti akan membuat sepaneng”.43

“Tidak ada persaingan soal rizki sudah ada yang ngatur lagian saya

juga membuat usaha dari hasil keringat sendiri untuk apa bersaing”.

42
Hasil wawancara dengan ibu Tiani pada tanggal 05 Agustus 2019
43
Hasil wawancara dengan ibu Tiani pada tanggal 05 Agustus 2019
42

5. Keuangan dan Permodalan

Home Industry ini merupakan usaha perseorangan yang hanya

dimiliki satu pemodal. Modal berasal dari milik pribadi tanpa pinjaman

dari lembaga keuangan.

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang handal dan telaten,

jam kerja yang digunakan yaitu dari pukul 07.00-12.00 kemudian istirahat

selama 1 jam dan mulai bekerja kembali dari pukul 13.00-17.00.44

44
Hasil wawancara dengan ibu Tiani pada tanggal 05 Agustus 2019.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Home Industry

Pada dasarnya perlindungan konsumen terhadap makanan baik olahan

produk suatu perusahaan ataupun produk industri rumah tangga adalah sama

dari sisi bentuk perlindungannya yaitu adanya ganti kerugian jika diketahui

produk makanan tersebut cacat terhadap konsumen yang dirugikan.

Perlindungan bagi konsumen sendiri sudah tercantum jelas dalam undang-

undang perlindungan konsumen khususnya berkaitan dengan makanan itu

sendiri walaupun sebenarnya berkaitan dengan makanan produk home industri

rumah tangga belum ada peraturan khusus yang mengatur namun tetap

perlindungan bagi konsumen mengacu pada Undang-undang No.8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

Melihat fakta yang terjadi yaitu adanya produk makanan yang tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa, maka perlindungan bagi konsumen itu

sendiri sama pada makanan olahan pabrik atau perusahaan. Sejauh ini

berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan salah

satu perangkat desa yang bertanggung jawab melindungi warganya yaitu

Bapak Pujiono selaku Ketua RW dikelurahan Bagan Pete, semampir

mengemukakan:

43
44

“Ketika terjadi keracunan makanan kue pilin itu yang sebelumnya


belum pernah terjadi, maka kami mengantisipasi para warga agar tidak
terjadi kasus yang berulang dengan memberikan penyuluhan kepada warga
yang rata-rata masyarakat itu berpendidikan rendah tidak tahu bagaimana
mengenai makanan yang menyehatkan, selain itu kami dibantu dari
berbagai pihak terutama dari BPOM dan Dinas Kesehatan untuk
melakukan penyuluhan berkaitan dengan masalah makanan yang
cenderung diabaikan tentang kesehatannya”.45
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Pujiono selaku Ketua RW tersebut

pihak-pihak yang terkait dengan adanya kasus itu tidak terulang lagi di

Kelurahan manapun. Mengenai warga yang mengalami keracunan atau sebagai

korban keracunan itu menceritakan bahwa:

Untuk warga yang mengalamai keracunan itu telah mendapat


perawatan dirumah sakit terdekat atas bantuan berbagai pihak karena Bu
Tiani penjual kue pilin itu orang yang kurang mampu sehingga untuk
mengganti kerugian warga yang keracunan itu tidak semuanya dapat
diganti hanya sebagian dan para warga juga telah saya arahkan agar
diupayakan tentang hal itu dengan jalan damai toh sudah dapat bantuan
dari berbagai pihak termasuk upaya penyembuhan.
Dari kasus keracunan itu bentuk perlindungan konsumen yang dapat

dilakukan sampai sejauh ini adalah dengan memberi ganti kerugian berupa

pengobatan gratis bagi warga yang mengalami keracunan makanan tersebut.

Menurut badan yang terkait yaitu BPOM selaku Badan Pengawas terhadap

makanan memparkan:

Bahwa terkait dengan makanan produk industry rumah tangga belum


dapat dilakukan upaya lebih untuk melakukan pengawasan terhadap
produk makanan itu hanya sesekali dilakukan Inspeksi Mendadak (Sidak)
kepasar-pasar tradisional untuk mengecek produk yang beredar dipasaran
sudah memenuhi standar yang berlaku, itupun tidak sering karena
terbentur dana.

45
Hasil wawancara dengan Bapak Pujiono selaku Ketua Rw pada 05 Agustus 2019.
45

Home Industry keberadaannya dalam rangka meringankan pemerintah

untuk mengatasi adanya banyak pengangguran. Selain itu usaha home industry

merupakan suatu usaha kecil yang dilakukan oleh industri rumah tangga yang

pada proses berjalannya tidak begitu banyak melibatkan berkaitan dengan

hukum-hukum dan aturannya. 46 Artinya banyak industri rumah tangga yang

berjalannya usaha tersebut tidak banyak yang mendaftarkan pada instansi yang

terkait demi kekuatan hukum dan perlindungan hukum bagi industri rumah

tangga tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah industri rumah

tangga tidak melalui proses hukum yang sesuai sehingga pelaku usaha industri

rumah tangga tidak memiliki perlindungan hukum. Namun bukan berarti usaha

home industry tidak mendapat perhatian dan perlindungan hukum karena bisa

jadi suatu daerah menjadi daerah produktif karena keberadaan home industry

ini.

Pemerintah sebagai badan yang bertanggung jawab atas rakyatnya wajib

memberikan jaminan perlindungan hukum bagi sebuah industri rumah tangga

khususnya yang bergerak dibidang makanan karena makanan pada prakteknya

seringkali menimbulkan banyak permasalahan sehingga dengan adanya upaya

pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum baik bagi pelaku usaha

maupun konsumen makanan home industry kedua-duanya dapat terlindungi

dan mempunyai kekuatan hukum untuk berbuat dan bertanggung jawab.

46
Ahmad Miru Dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), h.10
46

Konsumen merupakan objek yang memungkinkan sering terjadinya

pelanggaran hukum karena konsumen memiliki posisi lemah. Sebelum

berlakunya UU Perlindungan Konsumen, konsumen dapat memperjuangkan

kepentingan-kepentingan hukumnya dengan memanfaatkan instrumen-

instrumen hukum pokok konsumen, apalagi mengayomi kepentingan

konsumen. Sedangkan konsumen masih dalam posisi tawar yang kurang

menguntungkan tetapi tidak berarti sebelum dikeluarkannya UU Perlindungan

Konsumen, konsumen tidak dilindungi sama sekali.

Dalam UU Perlindungan Konsumen No.8 tahun 1999 belum diatur secara

jelas aturan tentang makanan home industry, sehingga klausula batasan-batasan

perlindungan belum jelas tercantum. 47 Jadi, selama ini konsumen makanan

home industry belum mendapat perlindungan secara tepat atau dapat dikatakan

tidak ada perlindungan hukumnya karena tidak UU yang mengaturnya. Selama

ini konsumen makanan home industry jika terjadi kerugian atau produk yang

cacat jarang sekali menuntut haknya karena anggapannya hal itu juga

merupakan kesalahannya sendiri sehingga sampai saat ini dianggap tidak

terjadi masalah terhadap makanan produk home industry. Ketiadaan UU yang

mengatur tentang konsumen makanan home industry bukan berarti tidak ada

perlindungan hukumnya. Walau tidak secara jelas diatur perlindungan

hukumnya namun konsumen makanan home industry tetap mempunyai hak

dalam perlindungan konsumen.

47
Undang-Undang Nomor No.8 Tahun 1999 tentang Makanan Home Industry.
47

B. Peranan BPOM Dalam Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Terhadap

Makanan Home Industry

Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Menteri

Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Tahun 1987

tentang produksi dan peredaran makanan tadi.48 Dalam peraturan ini tercantum

antara lain:

a. Definisi yang diperlukan, misalnya tentang makanan, produksi, peredaran,

label, pengawas, dan lain-lain (pasal 1).

b. Tujuan dari pengawasan, yaitu beredarnya makanan yang memenuhi

syarat dan dilarang beredarnya makanan yang membahayakan kesehatan

(pasal 2,21).

c. Ketentuan tentang perizinan/ persetujuan dan registrasi (pasal 3,4,5,22).

d. Ketentuan tentang produksi (pasal 6-17).

e. Ketentuan tentang bahan tambahan yang dipergunakan dalam makanan

(pasal 10).

f. Ketentuan tentang penandaan (label) dan periklanan (pasal 18,27,28).

g. Ketentuan tentang pengawasan (pasal 29-33,37,39).

h. Ketentuan tentang sanksi/penindakan terhadap pelangganan ketentuan

(pasal 34,35).

48
Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Tahun 1987 tentang Produksi dan Peredaran
makanan.
48

Sebagai penjabaran dari peraturan menteri Kesehatan RI tentang Produksi

dan Peredaran Makanan tersebut telah diterbitkn peraturan-peraturan:

1. Wajib mendaftar makanan

2. Label dan Periklanan

3. Bahan tambahan makanan, dan lain-lain.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 103 tahun 2001 tentang

kedudukan, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga

pemerintah non Departemen49 bahwa yang termasuk lembaga pemerintah non

Departemen adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan yang disingkat

BPOM.

Pada pasal 67 Kepres RI No. 103 tahun 2001 menyebutkan BPOM

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pengawasan

obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 68 menyebutkan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam pasal 67, BPOM menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan obat

dan makanan.

b. Pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang pengawasan obat dan makanan.

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM.

49
Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, fumgsi, kewenangan,
susunan organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non Departemen.
49

d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah dan masyarakat dibidang pengawasan obat dan

makanan.

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang

perencanaan umum ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan,

dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana diatas BPOM mempunyai

kewenangan:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya.

b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro.

c. Penetapan sistem informasi dibidang ini.

d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan50 (zat aditif) tertentu

untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan

makanan.

e. Pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri

farmasi.

f. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan, pengawasan

tanaman obat.

50
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.382/Menkes/PER/IV/1986 Tentang Bahan
Tambahan Makanan.
50

Adapun Pelaksanaan Perlindungan Konsumen terhadap Makanan Home

Industry

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas peranan BPOM dalam rangka

pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap makanan, maka dapat kita

ketahui juga bahwa upaya BPOM terhadap perlindungan konsumen makanan

produk industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara melakukan

penyuluhan bagi perusahaan makanan industri rumah tangga.

Penyuluhan adalah pendidikan non formal yang dilakukan secara

terencana dan berkesinambungan dan mencakup pengubahan tiga ranah

perilaku sasaran yaitu: ranah kognitif, afeksi, dan tindakan.

Dalam hal keamanan pangan, khususnya menyangkut home industry,


51
penyuluhan yang ditujukan kepada produsen menjadi sangat penting,

sehingga mereka mempraktekkan cara yang sehat dan aman dalam

memproduksi produk makanan yang akan dikonsumsi masyarakat. Ranah

kognitif dalam penyuluhan dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Kemudian menginjak pada ranah afektif yaitu: dari tidak suka menjadi suka

untuk mempraktekkan cara-cara produksi yang aman dan sehat. Akhirnya

terjadi penmbahan tindakan dari semula tidak terampil menjadi terampil dan

terus dipraktekkan untuk menjamin kelangsungan produksi makanan yang

aman.

Demikian halnya penyuluhan bagi konsumen, tujuan akhir yang ingin

dicapai adalah perubahan perilaku dari kebiasaan mengkonsumsi makanan

51
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi
Perusahaan Makanan Industry Rumah Tangga.
51

tidak aman menuju pilihan pada makanan yang aman. Perubahan perilaku ini

juga melalui tahapan kognitif, afektif, dan tindakan. Perilaku untuk lebih

memilih makanan yang aman dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri sendiri,

keluarga, masyarakat, dan ketersediaan makanan aman yang diproduksi oleh

produsen.

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI

No.02608/B/VII/87 tentang petunjuk Pelaksanaan Penyuluhan bagi Perusahaan

makanan industri rumah tangga maka dapat digariskan yaitu:52

1. Metode Penyuluhan

a. Ceramah

Materi ceramah yang diberikan:

1. Peraturan perundang-undangan terutama tentang: penggunaan

bahan tambahan makanan dan label makanan.

2. Bakteri penyebab keracunan.

3. Higiene makanan: higiene pengolaan, karyawan, air, dan cara

pembersihan dan disineksi wadah dan peralatan.

Dapat pula ditambahkan materi lain sesuai dengan keperluan

masing-masing daerah, misalnya masalah teknologi pengolaan

makanan tertentu dan petunjuk yang dapat digunakan dalam

mengembangkan usahanya.

b. Diskusi Kelompok

52
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI
No.02608/B/VII/87 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyuluhan bagi Perusahaan makanan industry
rumah tangga.
52

Diskusi dilaksanakan berdasarkan materi ceramah dan data yang

disampaikan oleh peserta tentang sarana, proses pengolahan dan

produk akhir termasuk label atau tanggal kadaluarsa.

2. Pelaksanaan Penyuluhan

a. Ceramah tentang materi penyuluhan diikuti oleh seluruh peserta

disesuaikan dengan kondisi setempat.

b. Diskusi kelompok diusahakan terdiri dari peserta yang produknya

sejenis dengan jumlah peserta tidak lebih dari 20 orang tiap kelompok

untuk memperoleh efektifitas yang tinggi.

c. Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengikuti ceramah dan diskusi

sekurang-kurangnya 10 jam efektif.

3. Media Penyuluhan

Media yang digunakan untuk menyaampaikan materi penyuluhan adalah:

a. OHP (Over Head Proyektor).

b. Media Cetak.

c. Film Bingkai (Slide).

d. Video (termasuk TV).

e. Demonstrasi/Peragaan.

4. Sertifikat Penyuluhan

Untuk peserta yang telah mengikuti penyuluhan dan di anggap memenuhi

syarat diberikan Sertifikasi Penyuluhan.

5. Laporan Pelaksanaan
53

Setiap kali selesai penyuluhan, kantor Departemen Kesehatan/Dinas

Kesehatan Dati II melaporkan hasil penyuluhan dengan melampirkan

daftar peserta yang diberi sertifikat penyuluhan.

C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Perlindungan

Konsumen Terhadap Produk Makanan Home Industry

Pada dasarnya setiap upaya perlindungan konsumen senaantiasa ada beberapa

faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.

a. Faktor Pendukung

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas akan kita dapati bahwa

untuk pelaksanaan dari upaya perlindungan hukum terhadap konsumen

makanan home industry faktor pendukungnya yaitu:

1. Dengan adanya Lembaga Perlindungan Konsumen yang senantiasa


53
mengupayakan perlindungan hukum bagi konsumen untuk

menyuarakan hak-haknya.

2. Adanya kesadaran para produsen/perusahaan makanan home industry

untuk melindungi keselamatan dari konsumen terhadap produknya.

3. Adanya keinginan dan motivasi dari konsumen tentang pentingnya

menyuarakan haknya dalam rangka mewujudkan perlindungan

konsumen.

4. Dengan mengikuti penyuluhan diharapkan bagi produsen dan

konsumen pengetahuannya semakin meningkat tentang pentingnya

53
Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati. Hukum Perlindungan Konsumen,Bandung:
Mandar Maju, 2000.
54

informasi tentang makanan dan minuman khususnya yang berkaitan

dengan kesehatan mereka.

5. Meningkatkan pengetahuan bagi konsumen tentang pentingnya dibuat

peraturan perundangan untuk melindungi hak konsumen.

b. Faktor Penghambat

Dalam upaya memberikan perlindungan hukum pada konsumen makanan

home industry ada beberapa kendala khususnya berkaitan dengan

pelaksanaan pengawasan makanan masih menemui banyak kesulitan

antara lain:

1. Landasan Hukum Kurang Kuat

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Produksi dan Peredaran

Makanan disusun berdasarkan undang-undang produk kesehatan,

undang-undang higiene, undang-undang tentang higiene untuk

usaha-usaha bagi umum. Ordonansi bahan-bahan berbahaya dan

undang-undang pokok yang dengan tegas memberikan kewenangan

kepada Departemen Kesehatan untuk mengatur masalah produksi,

penanganan dan peredaran makanan. Pengawasan makanan sudah

mulai disadari memerlukan landasan hukum berupa undang-undang,

yang berarti sudah merupakan konsumen Nasional sebab

menyangkut kebutuhan seluruh rakyat, dan menyangkut banyak

aspek terutama ekonomi dan sosial.

2. Sanksi Terhadap Pelanggaran kurang kuat dan terutama pidana

belum dapat/sulit dilaksanakan karena:


55

1. Undang-undang yang menjadi dasar peraturan Menteri Kesehatan

yaitu:

a. Undang-undang pokok kesehatan dan undang-undang tentang

higiene tidak mencantumkan sanksi pidana.

b. Undang-undang barang mencantumkan ketentuan hukum

bahwa perbuatan yang melanggar ketentuannya merupakan

tindak pidana ekonomi, dan undang-undang higiene, untuk

usaha-usaha bagi umum mencantumkan sanksi pidana berupa

pidana kurungan atau pidana denda tetapi belum dapat atau

sulit ditetapkan karena peraturan pemerintah sebagai

peraturan pelaksanaan undang-undang tersebut sampai

sekarang belum ada.

c. Ordonansi bahan-bahan berbahaya mencantumkan sanksi

pidana, tetaapi undang-undang ini hanya dapat diberlakukan

bila ada ketentuan yang menyatakan sesuatu barang

dinyatakan membahayakan kesehatan. Sampai sekarang

pelanggaran yang dapat diancam dengan ordinasi ini ialah:

- Memproduksi makanan/mengedarkan minuman keras

yang tidak terdaftar (Permenkes RI No.59/Men

Kes/Per/IX/82) 54tentang larang peredaran, produksi dan

mengimpor minuman keras yang tidak terdaftar pada

Departemen Kesehatan.
54
Peraturan Pemerintah Kesehatan RI No.59/Men Kes/Per/IX/82 Tentang Larang
Peredaran, produksi, dan mengimpor minuman keras yang tidak terdaftar pada Departemen
Kesehatan.
56

- Memproduksi makanan yang tidak sesuai dengan

ketentuan tertentu antara lain: mengandung bahan

makanan yang dinyatakan dilarang untuk memakan

(Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang bab

tambahan makanan.55

- Mengedarkan makanan yang sudah kadaluarsa

(Permenkes RI No.180/Menkes/Per/IV/85) tentang

makanan kadaluarsa.56

2. Pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang produksi dan

peredaran makanan, penindakan atas pelanggaran pasal tertentu

selain dikenakan tindakan administratif, juga dikenakan sanksi

pidana berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP). Sanksi pidana ini baru dapat dikenakan apabila

seseorang yang karena akibat dari perbuatannya telah merugikan

atau membahayakan kepentingan umum.

3. Pengawasan terhadap bahan pangan secara Nasional ditangani

oleh beberapa Departemen, antara lain Departemen Pertanian,

Departemen Perdagangan, Departemen Kesehatan.

4. Biaya untuk melaksanakan pengawasan dan penyuluhan yang

terbatas karena semua dapat berjalan kalau ada dana yang

tersedia.

55
Peraturan Pemerintah Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bab Tambahan
Makanan.
56
Peraturan Pemerintah Kesehatan RI No. 180/Menkes/Per/IV/85 Tentang Makanan
Kadaluarsa.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bentuk Perlindungan terhadap makanan industri rumah tangga atau home

industry adalah sama dengan perlindungan terhadap makanan olahan

bukan produk home industry yaitu dengan adanya ganti rugi apabila

diketahui ada cacat produk juga dalam rangka perlindungan terhadap

konsumen, maka dilakukan penyuluhan kepada produsen sebagai

penghasil makanan.

2. Peranan dari Balai Besar POM selaku dari lembaga yang melakukan

pengawasan terhadap obat dan makanan dalam hal perlindungan terhadap

perusahaan pangan industri rumah tangga ini tidak terlepas dari upayanya

dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada beberapa pelaku usaha

industri rumah tangga ini juga kepada konsumen.

3. Di dalam pelaksanaan dari perlindungan konsumen terhadap produk

makanan home industry ini ada faktor pendukung dan penghambat. Faktor

pendukungnya adalah berupa peraturan-peraturan yang mengatur hal itu,

kesadaran konsumen untuk menyuarakan hak-haknya, adanya lembaga

konsumen yang ikut membantu pelaksanaan perlindungan konsumen dan

lain-lain. Faktor penghambatnya sendiri berupa tidak adanya peraturan

57
58

perundangan khusus yang mengatur tentang makanan home industry, tidak

kuatnya landasan hukum, pelaksanaan terhadap sanksi pelanggaran tidak

tegas, dan juga kendala biaya.

B. Saran

Berkaitan dengan kesimpulan diatas, maka penyusun memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Sebaiknya dibuat peraturan perundangan khusus yang mengatur tentang

makanan home industry agar lebih jelas pelaksanaan perlindungannya.

2. Meningkatkan sosialisasi pentingnya perlindungan konsumen kepada

masyarakat.

3. Sebaiknya pelaksanaan sanksi hukum lebih dipertegas ketika terjadi

pelanggaran hukum.

4. Sebaiknya disediakan dana khusus untuk penyelenggaraan perlindungan

konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

A. Literature

Adrian Sutedi. Tanggungjawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen,


Cetakan Pertama, Bogor: 2008 Ghalia Indonesia. Hal. 1-2.

Agus Arijanto “Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis”, (Jakarta Pusat An-Nur Pers,
2012), h. 56.

Ahmadi Miru Dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2010), h. 10.
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta; Grafindo Persada, 2015
hlm. 25-26

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta; 2002


Diadit Media, hlm 22.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, S.H., M.Hum, Hukum Perlindungan Konsumen,


Cetakan Pertama, (Sinar Grafika, 2008) Jakarta, hal. 4

Danang Suntoyo Dan Wika Harisa Putri, Hukum Bisnis (Yogyakarta Pustaka
Yustisia, Cetakan Pertama, 2016), h. 142.

Erman Rajagukguk et al, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung; Mandar


Maju, 2000 hlm, 7.

Husni Syawali Dan Neni Sri Imaniyati. Hukum Perlindungan Konsumen,Bandung:


Mandar Maju, 2000.

Lexsi J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja


Rosdakarya,1996), hlm. 6.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya,


2014), hal 271.

Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015),


h. 464.
Michael A. Huberman dan Matthew B Miles, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:
UI, 1992), hlm. 16.

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, (Jambi: Sulthan Thaha
Press, 2007), hlm, 87.

Siti Fadilah, “Analisis Peran Home Industry Terhadap Kesejahteraan Masyarakat


Dalam Persepektif Ekonomi Islam”, Lampung, h. 20.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu pengantar), (Yogyakarta: 2003),


hlm 12.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rinerka Cipta, 2006), hal. 156.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R  D,


(Bandung: Alfabeta. 2009), hal. 399.

Zulham, Hukum Perlindungan konsumen (Jakarta, PT Charisma Putra Utama, h.


59.

B. Sumber Lain

Undang-Undang:
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan Konsumen”, Bab II,


Pasal 2.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang “Perlindungan Konsumen”, Bab


III, Pasal 3.

Jurnal:
Ernawati, Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Pangan Industri Rumah
Tangga, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, April 2017
Skripsi:
Hastarini Yuliawati, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran
Daur Ulang Makanan Kadaluarsa ditinjau dari Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Universitas Indonesia,
Depok, 2009
Imam Taufiq, Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen terhadap Peredaran
Makanan Kadaluarsa di Wilayah Kabupaten Sukoharjo, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta, 2017

Nasyatun Fadhilah, Perlindungan Konsumen terhadap Produk Makanan dan


Minuman Kadaluarsa di Assalam Hipermarket Solo berdasarkan
Undaang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen,Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008

Risa Mayasari, Produk Home Industry Tanpa Tanggal Kadaluarsa Implikasinya


Terhadap Pelaku Ekonomi Dan Perlindungan Konsumen,Skripsi,
Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, 2017.

Sevila Ariloem, Pelaksanaan Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap


Makanan dalam kemasan yang telah kadaluarsa di Kota Pekanbaru,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, 2013

Al-Qur’an

Departemen, RI Al-Qur’an dan Terjemahan IKAPI, Bandung, h. 587.

Syamsul Hilal, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi (IAIN Raden Intan Lampung, 2007), h.
21.
Pedoman Wawancara

a. Siapakah nama anda?


b. Sejak kapan anda memulai usaha ini?
c. Apakah memproduksi makanan ringan sebagai pekerjaan pokok
anda?
d. Bagaimana pemasaran pada produk anda?
e. Apakah produk anda sudah mencantumkan tanggal kadaluarsa pada
kemasannya?
f. Jika sudah mencantumkan tanggal kadaluarsa, apakah terdapat
dampak yang anda peroleh berkaitan dengan keberlangsungan usaha
anda?
g. Jika belum, apakah terdapat dampak yang anda peroleh berkaitan
dengan keberlangsungan usaha anda?
h. Pernahkan konsumen mengeluhkan tentang produk anda yang belum
mencantumkan tanggal kadaluarsa?
i. Ganti rugi seperti apa yang anda berikan kepada konsumen?
j. Adakah bentuk perlindungan konsumen terhadap produk makanan
yang tidak ada tanggal kadaluarsanya?

Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam perlindungan konsumen


pada produk makanan tanpa tanggal kadaluarsa?
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Darmawati

Tempat dan Tanggal Lahir : Musi Banyuasin, 01 Maret 1997

Agama : Islam

Alamat : Telanai Pura

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tamat Tahun Keterangan


1 SD Negeri SP D3 Betung II.D 2009 Banjar Jaya
Banjar Jaya
2 Mts Nurul Islam 2012 Bayung Lencir
Bayung Lencir
3 SMA Islam Al-Arief 2015 Muaro Sebapo
Muaro Sebapo
4 UIN STS Jambi 2019 Jambi

Anda mungkin juga menyukai