Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai
proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki
kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma,
dan pranata-pranata sosial.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga
terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang
kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa
dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan
alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan
sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang
baru.
Definisi integrasi nasional menurut beberapa ahli :
1. Menurut Howard Wrigins (1996)
Integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda
dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih
utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang
banyak menjadi suatu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi
bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat
kecil menjadi suatu masyarakat yang besar.
2. Saafroedin Bahar, (1998)
Mengintegrasikan berarti membuat atau menyempurnakan
dengan jalan terpusah-pisah. Integrasi nasional adalah upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya.
B. Pentingnya Integrasi Nasional
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi
setiap negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang
diperlukan bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak
kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materi seperti
kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan
kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Disisi lain banyak pula potensi sumber daya yang
dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus
dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian
negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk
mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang
tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat disamping
membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja
sama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat,
merupakan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-
perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku,
perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan
adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-
pebedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang
tepat. Namun apapun kondisi integrasi masyarakat merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa
dan negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan.
Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan
untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
(Sumartana dkk, 2001)

C. Strategi Integrasi Nasional


Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang
mantap ada beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu :
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses pencampuran dua macam
kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan yang baru,
dimana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam
kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-
masing budaya pembentuknya.Dalam konteks perubahan
budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya
oleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa
juga hal itu merupakan bagian dari strategi pemerintah negara
dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu cara melakukan
rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam
kebudayaan atau lebih sehingga memunculkan kebudayaan
yang baru, dimana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian
berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat”
semua unsurbudaya pembentuknya. Mewujudkan integrasi
nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur
budaya kelompok atau budaya lokal. Sebagaimana asimilasi,
proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa
sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga akulturasi
menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam
mengintegrasikan masyarakatnya.
3. Strategi Pluralis
Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya
perbedaan dalam masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya
mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatan
pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat
untuk hidup dan berkembang. Strategi pluralis, dalam
mewujudkan integrasi nasional negara memberi kesempatan
kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku,
agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya
untuk tumbuh dan berkembang serta hidup berdampingan
secara damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan tetap
menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat.

D. Faktor-Faktor Integrasi Nasional


Faktor-faktor integrasi nasional terbagi atas dua, yaitu :
1. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional
a. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan
seperjuangan.
b. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928.
c. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia,
sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan,
dan mengisi kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang
gugur di medan perjuangan.
e. Kesepakatan atau consensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945,
bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
2. Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional
- Masyarakat Indonesia yang heterogen (beranekaragam)
dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing
kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya.
- Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan
kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
- Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan
persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun
luar negeri.
- Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan
separatis medan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
- Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia,
sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan,
dan mengisi kemerdekaan.
- Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang
gugur di medan perjuangan.
- Kesepakatan atau consensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945,
bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
3. Faktor Internal dan Eksternal
a. Faktor Internal: kesadaran diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan jiwa dan semangat gotong royong.
b. Faktor Eksternal: tuntutan perkembangan zaman persamaan
kebudayaan terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam
kehidupan bersama persamaan visi, misi, dan tujuan sikap
toleransi adanya kosensus nilai adanya tantangan dari luar.

E. Integrasi Nasional Indonesia


1. Dimensi Integrasi Nasional
Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal dari integrasi
adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya menyatukan
persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elit dan massa
atau antara pemerintah dan rakyat. Jadi integrasi vertikal
merupakanupaya mewujudkan integrasi dengan menjebatani
perbedaan-perbedaan antara pemerintah dan rakyat. Integrasi
nasional dalam dimensi yang demikian biasa disebut dengan
integrasi politik.Sedangkan dimensi horizontal dari integrasi adalah
dimensi yang berkenaan dengan upaya mewujudkan persatuan di
antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat itu
sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku,
perbedaan agama, perbedaan budaya dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jadi integrasi horizontal merupakan upaya mewujudkan
integrasi dengan menjembatani perbedaan antar kelompok dalam
masyarakat. Integrasi nasional dalam dimensi ini biasa disebut
dengan integrasi teritorial.
Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering
muncul kepermukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal,
sehingga memberikan kesan bahwa dalam kasus indonesia
dimensi horizontal lebih menonjol dari pada dimensi
vertikalnya.Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan masyarakat
terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan warga masyarakat
melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya
integrasi dalam arti vertikal.Sedangkan jalinan hubungan dan
kerjasama di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai
dan saling menghargai antara kelompok-kelompok masyarakat
dengan pembedaaan yang ada satu sama lain, merupakan
pertanda adanya integrasi dalam arti horizontal.
2. Mewujudkan integrasi nasional Indonesia
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara
berkembang termasuk indonesia dalam mewujudkan integrasi
nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik
pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal,
yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras),
bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai
karakter bangsa tetap diperlukan di era indonesia merdeka sebagai
kekuatan untuk menjaga eksistensi, sekaligus mewujudkan taraf
peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh, dan mencapai
negara-bangsa yang besar. Nasionalisme sebagai karakter
semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan martabat bangsa di
era globalisasi karena gelombang “peradaban kesejagatan”
ditandai oleh semakin kaburnya batas-batas teritorial negara akibat
gempuran informasi dan komunikasi.
Sejak awal berdirinya negara indonesia, para pendiri negara
menghendaki persatuan di negara ini diwujudkan dengan
menghargai terdapatnya perbedaan di dalamnya. Artinya bahwa
upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia dilakukan dengan
tetap memberi kesempatan kepada unsur-unsur perbedaan yang
ada untuk dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-sama.
Proses pengesahan pembukaan UUD 1945 oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 yang bahannya diambil dari naskah
piagam jakarta, dan didalamnya terdapat rumusan dasar-dasar
negara pancasila, menunjukkan pada kjita betapa tokoh-tokoh
pendiri negara (the founding fathers) pada waaktu itu menghargai
perbedaan-perbadaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan persoalan
perbedaan-perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara
yang dapat melindungi seluruh rakyat indonesia.
Sejalan dengan itu dipakailah semboyan bhineka tunggal ika,
yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu adanya.
Semboyan tersebut sama maknanya dengan istilah “unity in
diversity:”, yang artinya bersatu dalam keanekaragaman, sebuah
ungkapan yang menggambarkan cara menyatukan secara
demokratis suatu masyarakat yang didalamnya diwarnai oleh
adanya berbagai perbedaan. Dengan semboyan bhineka tunggal
ika tersebut segala perbedaan dalam masyarakat ditanggapi bukan
sebagai keadaan yang menghambat persatuan dan kesatuan
bangsa, melainkan sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan
sumber pengayaan kebudayaan nasional kita.
Untuk terwujudnya masyarakat yang menggambarkan
semboyan bhineka tunggal ika, diperlukan pandangan atau
wawasan multikulturalisme. Multikulturalisme adalah pandangan
bahwa setiap kebudayaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama
dengan kebudayaan lain, sehingga setiap kebudayaan berhak
mendapatkan tempat sebagaimana kebudayaan lainnya.
Perwujudan dari multikulturalisme adalah kesediaan orang-orang
dari kebudayaan yang beragam untuk hidup berdampingan secara
damai. Disini diperlukan sikap hidup yang memandang perbedaan
di antara anggota masyarakat sebagai kenyataan wajar dan tidak
menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan untuk berkonflik.
Disamping itu perlu memandang kebudayaan orang lain dari
perspektif pemilik kebudayaan yang bersangkutan, dan bukan
memandang kebudayaan orang lain dari perspektif dirinya sendiri.
Oleh karena itu multikulturalisme menekankan pentingnya belajar
tentang kebudayaan-kebudayaan lain dan mencoba memahaminya
secara penuh dan empatik sehingga dapat menghargai
kebudayaan-kebudayaan lain disamping kebudayaannya sendiri.
3. Contoh Wujud Integrasi Nasional
Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita
berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus saling
menghormati.
Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah
lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain, misalnya
masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang
merupakan salah satu tarian adat Bali.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT


Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Herdiawanto, Heri dan Jumanta. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif


Berwarganegara Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Winarno.2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di


Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumiaksara.

Anda mungkin juga menyukai