Anda di halaman 1dari 15

Tugas

Kelompok

Dewi Aing
3
Meisi
Nadia
Selviani

Materi : Dosen :
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Risti Rahmaniar
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia mempunyai tujuan Salah satu jenis pajak yang termasuk dalam
yaitu melaksanakan pembangunan nasional. Proses sumber penerimaan Negara yaitu Pajak
pembangunan yang sedang dijalani Negara Penghasilan (PPh) Pasal 23. Pajak
Indonesia saat ini, diperlukan kemampuan serta Penghasilan (PPh) 23 merupakan pemotongan
dukungan dari segala faktor. Dalam rangka atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
mewujudkan tujuan tersebut yang harus Wajib Pajak yang berasal dari modal,
diperhatikan adalah ketersediaan dana yang penyerahan jasa atau penyelenggaraan
diperlukan untuk pembiayaan pembangunan, salah kegiatan yang dibayarkan atau terutang oleh
satu alternatif yang dapat digunakan untuk badan pemerintah atau Subjek Pajak Dalam
pembiayaan pembangunan tersebut yaitu dari sektor Negeri.
pajak sebagai penerimaan kas Negara.
Latar Belakang
Penghasilan yang dimaksud berupa dividen, bunga, royalty, hadiah, sewa serta imbalan atas jasa.

PPh Pasal 23 ini terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan

terutangnya penghasilan yang bersangkutan. Subjek Pajak atau penerima penghasilan yang dipotong

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap. Pajak

Penghasilan Pasal 23 dipotong oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri,

penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, orang

pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri tertentu yang ditunjuk oleh kepala kantor pelayanan pajak

sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal23.


Pembahasan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah


pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21

Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara pihak yang
menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan pemberi penghasilan. Pihak
pemberi penghasilan (pembeli atau penerima jasa) akan memotong dan
melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak. Prosedur pembayaran dan
pelaporan PPh Pasal 23 diatur secara khusus dalam peraturan perundang undangan
perpajakan.
Pembayaran PPh Pasal 23 Bukti Potong PPh Pasal 23
Pembayaran dilakukan oleh pihak pemotong yang kemudian Sebagai tanda bahwa PPh Pasal 23 telah

menyetorkannya melalui Bank Persepsi (ATM, teller bank, fitur dipotong, pihak pemotong harus

bayar pajak online di OnlinePajak, dll) yang telah disetujui oleh memberikan bukti potong (rangkap ke-1)

Kementerian Keuangan. Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal yang sudah dilengkapi kepada pihak yang

10, sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23. dikenakan pajak tersebut dan bukti potong
(rangkap ke-2) pada saat melakukan e-
Filing pajak PPh 23 di OnlinePajak.
Pelaporan PPh Pasal 23
Pelaporan dilakukan oleh pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 23, lalu bisa
melaporkannya melalui fitur lapor pajak online atau e-Filing gratis di OnlinePajak. Jatuh tempo pelaporan
adalah tanggal 20, sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23. Jika sebelumnya perhitungan,
pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan secara terpisah-pisah, kini ketiga hal tersebut bisa dilakukan
dengan satu aplikasi OnlinePajak yang terintegrasi, mudah, otomatis dan lebih cepat.
Tarif PPh 23 dan Objeknya
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa
lainnya adalah yang diuraikan dalam Peraturan
atau jumlah bruto dari penghasilan. Ada dua jenis tarif yang Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan
dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%, tergantung dari efektif mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus
2015.
objek PPh pasal 23 tersebut. Berikut ini adalah daftar tarif dan
objek PPh Pasal 23 : 5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan
dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas : 23.
- Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi
dikenakan final, bunga dan royalti;
- Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan
21; yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan,
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan. penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa
konsultan.
Dasar hukum PPh Pasal 23

a. Pasal23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak


Penghasilansebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa


Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal23 ayat (1) Huruf c Angka 2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Pihak Pemotong PPh Pasal 23 dan Pihak yang Dikenakan PPh Pasal 23

Tidak semua pihak dapat dikenakan atau pun


2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:
memotong PPh Pasal 23 Pihak-pihak tersebut hanya
1)Wajib pajak dalam negeri;
mereka yang masuk pada kelompok berikut ini:
2)Bentuk Usaha Tetap (BUT)
1. Pihak pemotong PPh Pasal 23:

1)Badan pemerintah; 3.Pengecualian PPh 23


Pemotongan PPh 23 dikecualikan atas:
2)Subjek pajak badan dalam negeri;
1)Penghasilan yang dibayar atau berulang kepada
3)Penyelenggara kegiatan;
bank;
4)Bentuk Usaha Tetap (BUT); 2)Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan

5)Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya; dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;

6)Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu


yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak.
Lanjutan :

3). Dividen atau bagian laba yang diterima atau c. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan
kedudukan di Indonesia dengan syarat: kontrak investasi kolektif.

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; d. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggotanya;
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMB,
e. Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada
kepemilikan saham pada badan yang memberikan
badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai
dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
dari jumlah modal yang disetor;
Perhitungan PPh pasal 23 dalam Contoh Royalti
•Jika PT Insan Mulia adalah badan usaha yang bergerak dalam produksi penerbitan buku. Maka pemilik
perusahaan akan membayarkan pajak PPh pasal 23 kepada pihak penerima dengan rincian berikut:

•Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis:


Ini rincian pemberian royalti untuk ketiganya:
1)Alisa dengan NPWP 01.434.772.2.947.000
1)Royalti Alisa Rp25.000.000.
2)Bagus NPWP 01.347.865.1.234.000
2)Royalti Bagus Rp10.000.000
3)Stefani yang belum memiliki NPWP 3)Royalti Stefani Rp5.000.000.
Pembayaran bunga pinjaman kepada Bank Mandiri dengan
NPWP 03.123.321.2.523.000 untuk bulan September
sebesar Rp1.500.000.
Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk
PT Insan Mulia adalah sebagai berikut:
Perhitungan PPh pasal 23 dalam Contoh Royalti
• Untuk pembayaran royalti kepada penulis:

1) Alisa 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000

2) Bagus 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000 (Karena Stefani belum mempunyai NPWP, maka

3) Stefani 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000 dibebankan tambahan PPh sebesar 100% menjadi 100%

x Rp750.000 = Rp750.000). Dengan demikian Stefani

akan terkena pemotongan sebesar Rp750.000 +

Rp750.000 = Rp1.500.000.
Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal23 yaitu pajak penghasilan yang dikenakan
ataspenghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha
Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggara kegiatan selain
yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal
21, yang telah diatur dalam Undang-undang Pajak Penghasilan 23
No. 36 tahun 2008.
Tata cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23
telah sesuai dengan Undang -Undang No. 36 tahun
2008, yaitu dengan menggunakan tarif 2%
pelaporannya yaitu pembayaran yang dilakukan
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya
dan pelaporannya paling lambat tanggal 20 setelah
masa pajak berakhir.
Saran:
Dalam pembahasan di atas, saran dari kelompok
kami, seharusnya kita terus menjaga kepatuhan
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan agar
terhindar dari segala jenis sanksi perpajakan dan
tidak merugikan Negara.
Any question?

Anda mungkin juga menyukai