Gaya Hidup Keluarga Ideal, Putus Mata Rantai Penyebaran COVID-19
Oleh: Ny. Ika Evan Bryant Savero
Coronavirus Disease 2019 yang selanjutnya disebut COVID-19 telah dikenal
masyarakat dunia, jika kita bertanya kepada lingkungan pekerjaan maupun keluarga telah pasti akan mengetahui keberadaan penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory System Coronavirus 2 (SARS COV-2) ini. Oleh karena penyebarannya yang cepat dan hampir menginfeksi sebagian besar negara, organisasi kesehatan dunia World Health Organization telah menetapkan penyakit ini sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD)/Public Health Emergency of International Concern pada tanggal 11 Maret 2020. Tidak terasa telah kurang lebih satu tahun penduduk dunia hidup berdampingan dengan SARS COV-2, diperlukan kerjasama multi disiplin dan multi bidang dalam memerangi penyebaran COVID-19. Pemerintah dan pemegang kebijakan di berbagai belahan dunia memiliki strategi masing-masing dalam menanggulanginya, sebagai warga negara dan sebagai anggota PIA Ardhya Garini selayaknya turut ikut andil untuk menekan penularan COVID-19, dan menciptakan kondisi lingkungan yang sehat, aman, dan produktif dimulai dari lingkup kecil lingkungan keluarga dan lingkungan rumah tinggal. Kesehatan seorang manusia terbagi menjadi kesehatan fisik dan kesehatan mental, keduanya sama-sama penting dalam menunjang fungsi manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dalam komponen kesehatan fisik terdapat faktor-faktor yang erat mempengaruhi yaitu gaya hidup dan lingkungan. Jika menilik pembahasan mengenai gaya hidup yang dapat mencegah penularan COVID-19 berkaitan erat dengan pola makan mencakup nutrisi makro dan mikronutrien yang seimbang, kebersihan badan, dan olahraga. Pola makan dan diet seimbang sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan kekebalan seseorang. Konsumsi makronutrien yang seimbang yakni karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung dalam makanan pokok dan lauk pauk sangat berperan dalam menunjang kekebalan. Dimana kebutuhan kalori total setiap individu bervariasi tergantung pada profil jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, dan aktivitas fisik sehari-hari. Secara umum konsumsi karbohidrat dan protein memiliki porsi yang lebih besar untuk dikonsumsi jika dibandingkan dengan konsumsi lemak. Lemak yang lebih disarankan ialah lemak tidak jenuh seperti yang terkandung dalam minyak ikan, minyak kanola, minyak kedelai, alpukat, ikan, dan kacang- kacangan. Lemak yang terkandung dalam daging hewan, produk susu, dan minyak kelapa adalah lemak tidak jenuh, dan disarankan para ahli jantung untuk dikonsumsi dalam jumlah sedikit yaitu sekitar 7% saja dari kebutuhan kalori harian, sangat disarankan untuk digantikan konsumsinya dengan bahan makanan yang mengandung lemak tidak jenuh. Selanjutnya selain makronutrien, mikronutrien yaitu vitamin dan mineral juga merupakan komponen yang penting untuk menjaga kekebalan tubuh. Menurut Pedoman Tatalaksana penanggulangan COVID-19 pada kasus individu yang belum terkonfirmasi COVID-19 untuk menjaga kesehatannya parah ahli menganjurkan untuk mengkonsumsi Vitamin C 500mg 1-2 tablet/ hari dan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, dan Zink. Dalam aspek kebersihan badan mengingat COVID-19 ditularkan melalui droplet (percikan) sangat disarankan untuk melakukan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker yang menutupi area hidung mulut, dan dagu, sering mencuci tangan dengan air mengalir atau handsanitizer, dan menjaga jarak aman minimal 1m antar individu. Serta tidak kalah pentingnya untuk berolahraga sebagai upaya menjaga kekebalan tubuh. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention) menganjurkan seorang dewasa untuk berolahraga dengan intensitas sedang seperti berjalan, senam, atau berenang dengan intensitas setidaknya 150 menit dalam satu minggu, dapat terbagi menjadi 2-3x, dan diperlukan kombinasi aktivitas olahraga penguatan otot. Kebersihan lingkungan tempat tinggal perlu diperhatikan setiap hari, dan tidak lupa melakukan desinfeksi secara rutin. Setelah membahas mengenai kesehatan fisik, mari menilik bagaimana kesehatan mental dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Kemampuan manusia untuk memproses perasaan positif dan negatif yang tercermin dalam emosi dan perilaku, ditemukan dapat memberikan pengaruh pada kekebalan tubuh. Menurut jurnal Barak Y, 2006 emosi positif meningkatkan respon imun adaptif dan seluler dengan meningkatkan sel-sel antibodi dan menurunkan stress hormon kortisol di dalam tubuh. Dalam masa pandemi tidak dapat dipungkiri aktivitas di luar rumah dan interaksi sosial dibatasi. Perubahan kebiasaan manusia sebagai makhluk sosial mungkin berdampak dalam menimbulkan perasaan negatif. Perasaan dan perilaku seorang istri dan ibu di rumah sangat menentukan kondisi mental seluruh keluarga, maka baiklah kita menjaga agar perasaan positif yang mendominasi keseharian kita. Perasaan tersebut dapat dibangun dengan kondisi spiritual yang baik, komunikasi yang baik antar anggota keluarga, serta penyaluran terhadap hobi atau hal-hal yang digemari. Ajaklah seluruh anggota keluarga melakukan hal-hal yang digemari di luar rutinitas sehari hari untuk meningkatkan perasaan positif guna meningkatkan kekebalan tubuh di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Kesehatan individu manusia tidak dipungkiri merupakan hal yang dipengaruhi oleh berbagai macam aspek. Dengan memperhatikan aspek fisik dan mental, serta melihat individu manusia secara holistik dapat tercapai gaya hidup ideal yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh di tengah pandemi COVID-19. Selain diri sendiri dan keluarga, diperlukan kepedulian terhadap sesama agar saling mematuhi protokol kesehatan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Dengan kerjasama yang baik oleh semua kalangan, bersama-sama kita memutus mata rantai penyebaran COVID-19.