Anda di halaman 1dari 2

3.

1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan penjelelasan yang sudah dijelaskan pada bagian pembahasan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa Setelah runtuhnya sosialisme, negara cenderung sangat
lemah. Negara tidak memiliki keahlian untuk merancang dan mengimplementasikan
kebijakan yang ambisius, aktivis, dan diskresioner yang secara teoritis dapat membantu
mengurangi ketidaksempurnaan pasar di masa transformasi. negara yang lemah harus
berkonsentrasi pada beberapa tugas penting dan meninggalkan banyak ruang untuk
evolusi spontan institusi dan impor institusi dari Barat. Sehubungan dengan privatisasi
perusahaan-perusahaan yang ada, negara perlu mengakui bahwa perusahaan-perusahaan
ini telah lama lepas dari kendali pusat yang ketat. Pendekatan privatisasi dengan
demikian perlu mempertimbangkan hak kepemilikan de facto dari orang dalam
perusahaan secara memadai. Jika tidak, perlawanan orang dalam dapat menyebabkan
perjuangan politik yang berlarut-larut. Tugas penting dari kebijakan privatisasi adalah
untuk mendefinisikan dan melindungi hak milik yang dapat diperdagangkan, bahkan jika
bagian substansial dari hak tersebut pertama kali diberikan kepada manajer dan pekerja.
Distribusi hak-hak tersebut adalah kepentingan sekunder. Sampai batas tertentu, skema
pemberian yang menguntungkan penduduk pada umumnya dapat membantu untuk
mendorong dukungan rakyat untuk proses privatisasi. Namun, pemberian tidak harus
meluas ke sebagian besar hak kepemilikan di perusahaan sehingga mampu mengundang
perlawanan keras dari orang dalam.

Kemudian melihat kasus yang sejalan dengan pembahasan privatisasi di Indonesia


seperti Privatisasi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ini terjadi sebagai akibat dari
kebijakan hutang rezim Orde Baru. Karena tidak mampu mengembalikan hutang
sebagaimana perjanjian, maka terpaksa menandatangani Pacta Pengembalian Hutang
secara Paksa yaitu dengan cara “menyerahkan” asset negara bernama BUMN melalui
mekanisme “Lelang” yang disebut IPO maupun Strategic Sales/Strategic Partner.
Karena PLN merupakan peruhanaan milik BUMN maka dilakukan privatisasi. PLN
dihadapkan masalah kekurangan daya listrik karena kurangnya pasokan power dari
pembangkit listrik yang ada. Jadi ketika dilakukannya privatisasi pada PLN maka harga
energi ditetapkan sesuai harga keekonomian yang berkeadilan, jadi tarip listrik akan
dinaikkan sampai ketingkat harga keekonomian, dimana dapat menutupi biaya produksi
ditambah margin. Dengan adanya privatisasi pada PLN maka penjualan saham
Perusahaan Perseroan yang merupakan BUMN berbentuk perseroan terbatas dengan
saham paling sedikit 51% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia ("persero"), baik
sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan
dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. ketika PLN diprivatisasi maka tarif
listrik akan naik dibandingkan dengan kondisi sebelum diprivatisasi. Dan suplai (berupa
pembangkit, transmisi, dan distribusi) akan bergantung pada swasta, yang mana jika
pihak swasta mau berinvestasi maka suplai akan tetap terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai