TENTANG
1
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang
Penolakan; Pencegahan; Pemberantasan dan
Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun
1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3101);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang
Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102 );
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 299, tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia;
9. Keputusan Presiden Nomor 100/M Tahun 2007;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/
6/2002 tentang Pedoman perizinan dan Pendaftaran
Usaha Peternakan;
2
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 238/Kpts/PD.430/6/
2005 tentang Pedoman Penetasan Ayam Ras Yang Baik;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 333/Kpts/PD.420/
08/2005 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Ras yang
Baik;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/
OT.140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak
Nasional;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/
OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi
Nasional di Bidang Pertanian;
15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.210/
07/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/
Permentan/OT.140/2/2007;
16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.210/
9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Depertemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 12/ Permentan/OT.140/2/2007;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/
OT.140/1/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan
dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Petunjuk Teknis Pelaporan Pembibitan Ayam Ras seperti
tercantum pada lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis Pelaporan Pembibitan Ayam Ras
sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU merupakan
acuan bagi perusahaan pembibitan ayam ras dalam melakukan
3
kegiatan pembibitan ayam ras dan bagi petugas pengawas
pembibitan ayam ras dalam melakukan kegiatan pengawasan
pembibitan ayam ras.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2008
DIREKTUR JENDERAL,
TJEPPY D. SOEDJANA
4
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
Nomor : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
Tanggal : 1 Juli 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak unggas sebagai salah satu komoditas yang berperan dalam
penyediaan protein hewani bagi masyarakat. Ayam ras sebagai bagian dari
komoditas ternak unggas yang memberikan sumbangan terbesar dalam
memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki kemampuan genetik
yang tinggi. Usaha ayam ras dari waktu ke waktu selalu mengalami gejolak,
disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran
(supply).
Untuk menjaga iklim usaha ayam ras yang kondusif, serta keseimbangan
permintaan dan penawarannya, salah satu upaya yang diperlukan adalah
ketersediaan data yang akurat melalui penyampaian pelaporan yang cepat
dan tepat secara berkala sebagai bahan analisa untuk pengambilan
keputusan dan atau kebijakan perbibitan ayam ras. Pelaporan tersebut
berupa laporan populasi, produksi dan distribusi bibit ayam ras, serta
realisasi pemasukan benih dan atau bibit ayam ras bagi masing-masing
pembibit yang merupakan aplikasi dari rencana pemasukan. Hal ini sesuai
dengan surat edaran Direktur Jenderal Peternakan nomor
150/PD.410/F/11/2007 tanggal 19 November 2007 tentang kebijakan
pengendalian pasokan ayam broiler.
5
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai berikut:
a. bagi pembibit, sebagai acuan dalam menyusun laporan
perkembangan usaha pembibitan ayam ras;
b. bagi Pejabat Pemerintah (Direktorat Jenderal Peternakan), sebagai
bahan pengambilan keputusan dan atau penentuan kebijakan
perbibitan ayam ras;
c. bagi Dinas yang membidangi fungsi peternakan di daerah provinsi
dan kabupaten/kota, sebagai acuan dalam melakukan bimbingan
usaha pembibitan ayam ras.
2. Tujuan
Tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan
kejelasan kepada pembibit dalam penyusunan dan penyampaian
pelaporan kegiatan pembibitan ayam ras agar diperoleh data yang
akurat dan tepat waktu sebagai dasar analisa ketersediaan bibit ayam
ras.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam petunjuk teknis ini meliputi jenis pelaporan
dan tatacara pelaporan.
D. Pengertian
Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan;
a. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit ternak
untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.
b. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
6
c. Benih adalah hasil pemuliaan ternak yang berupa mani (semen), sel
(oocyt), telur tetas dan embrio.
d. Strain atau Galur adalah sekelompok individu ternak dalam suatu
rumpun yang dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan atau
karakteristik tertentu.
e. Bibit Tetua (Grand Parent Stock / GPS) adalah bibit dengan spesifikasi
tertentu untuk menghasilkan bibit induk (Parent Stock/PS).
f. Bibit Induk (Parent Stock/PS) adalah bibit dengan spesifikasi tertentu
untuk menghasilkan bibit sebar atau bibit niaga (Final Stock/FS)
g. Day Old Chick (DOC) adalah anak ayam yang berumur sehari
h. Telur Tetas (Hatching Egg/HE) adalah telur yang telah dibuahi sehingga
memungkinkan untuk ditetaskan.
i. Penetasan adalah kegiatan pengeraman (setter) dan penetasan
(hatcher) HE untuk menghasilkan bibit ayam untuk keperluan sendiri
atau untuk diperjualbelikan.
j. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha
Menengah atau dengan Usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan.
k. Pemasukan benih, bibit ternak, dan/atau ternak potong adalah
serangkaian kegiatan untuk memasukan benih, bibit ternak, dan/atau
ternak potong dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan benih, bibit ternak, dan/atau
ternak potong dalam negeri.
l. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
m. Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah
suatu negara yang mengeluarkan benih, bibit ternak, dan/atau ternak
potong ke suatu tempat pemasukan di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
7
BAB II
JENIS PELAPORAN
8
3. Laporan realisasi pemasukan bibit dan atau benih ayam ras.
Pelaporan juga diperlukan bagi setiap pembibit ayam ras yang telah
melakukan pemasukan bibit dan atau benih ayam ras dari luar negeri
diwajibkan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan pemasukan bibit
dan benih ayam ras yang meliputi tanggal pemasukan, jenis, jumlah dan
negara asal yang merupakan realisasi dari rencana pemasukan benih dan
atau bibit ayam ras dari masing-masing pembibit. Laporan realisasi
pemasukan dengan menggunakan formulir model 5.
Contoh formulir laporan populasi, produksi, distribusi, dan rencana serta realisasi
pemasukan, seperti tercantum pada lampiran-1 keputusan ini. Selanjutnya tata
cara pengisian formulir seperti tercantum pada lampiran-2 keputusan ini.
9
BAB III
TATA CARA PELAPORAN
11
BAB IV
PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL,
TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728
12
LAMPIRAN-1 : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
NOMOR : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
TANGGAL : 1 Juli 2008
JENIS FORMULIR
PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS
DIREKTUR JENDERAL,
TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728
13
14
LAMPIRAN 2 : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
NOMOR : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
TANGGAL : 1 Juli 2008
No KODE URAIAN
1 TC-01 Tata Cara Pengisian Formulir Model 1a, 1b, 1c, 1d. Rekapitulasi
Populasi, Produksi Dan Distribusi Bibit Ayam Ras DOC PS/FS baik
Broiler/Layer.
2 TC-02 Tata Cara Pengisian Formulir Model 2a, 2b, 2c, 2d. Populasi,
Produksi Dan Distribusi DOC PS/FS Broiler/Layer
4 TC-03 Tata Cara Pengisian Formulir Model 3a, 3b, 3c, 3d. Rencana
Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC GPS Broiler/Layer dan Bibit Ayam
Ras HE GPS Broiler/Layer.
5 TC-04 Tata Cara Pengisian Formulir Model 4a, 4b, 4c, 4d. Rencana
Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC PS Broiler/Layer dan Benih Ayam
Ras HE PS Broiler/Layer.
DIREKTUR JENDERAL,
TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728
36
TC-01
Tata Cara Pengisian Formulir Model 1a, 1b, 1c, 1d. Rekapitulasi Populasi,
Produksi Dan Distribusi Bibit Ayam Ras DOC PS/FS baik Broiler/Layer.
37
TC-02
Tata Cara Pengisian Formulir Model 2a, 2b, 2c, 2d. Populasi, Produksi Dan
Distribusi DOC PS/FS Broiler/Layer
Diisi oleh kantor pusat perusahaan pembibitan ayam ras.
1. Nama Perusahaan Pembibit :
Diisi dengan nama perusahaan pembibitan
2. Alamat kantor :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan pembibit
3. Periode :
Diisi dengan bulan dan tahun periode laporan
4. Uraian
Lokasi Farm :
Diisi dengan nama semua lokasi breeding farm yang dimiliki
perusahaan di propinsi yang bersangkutan.
5. Strain :
Diisi nama strain bibit ayam ras yang dipelihara pada periode
rekapitulasi
6. Populasi .
a. Diisi populasi GPS (D-Line) untuk formulir model 2a dan 2b.
b. Diisi populasi PS (betina) untuk formulir model 2c dan 2d.
7. Produksi Telur (HE)
Diisi dengan produksi telur HE
8. Distribusi
a. Lokasi
Diisi dengan nama Propinsi/Kabupaten penerima HE PS/FS
b. Hatchery Penerima
Diisi dengan nama Hatchery penerima HE PS/FS
c. Jumlah HE PS
Diisi dengan jumlah HE PS/FS terdistribusi
38
9. Produksi DOC PS/FS
Diisi dengan jumlah DOC PS/FS
10. Distribusi DOC PS/FS
a. Lokasi
Diisi dengan nama Propinsi/Kabupaten penerima DOC PS/FS
b. Hatchery Penerima
Diisi dengan nama Hatchery penerima DOC PS/FS
c. Jumlah DOC PS/FS
si dengan jumlah DOC PS/FS terdistribusi
39
TC-02e
40
TC-03
Tata Cara Pengisian Formulir Model 3a, 3b, 3c, 3d. Rencana Pemasukan
Bibit Ayam Ras DOC GPS Broiler/Layer dan Bibit Ayam Ras HE GPS
Broiler/Layer.
Diisi oleh pembibit yang melakukan impor bibit ayam ras.
1. Nama perusahaan pembibit :
Diisi dengan nama perusahaan
2. Alamat perusahaan :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan pembibit.
3. Tahun :
Diisi dengan tahun rencana pemasukan/impor bibit ayam ras akan
dilaksanakan
4. Bulan :
Diisi dengan bulan rencana pemasukan/impor bibit ayam ras akan
dilaksanakan
5. Negara asal:
Diisi negara asal bibit ayam ras
6. Strain :
Diisi dengan nama strain bibit ayam ras
7. Rincian :
Diisi rincian jumlah bibit ayam ras setiap jalur (line) yang akan
dimasukan/diimpor.
a. A Line : Jantan dari Jalur Jantan/ Male Line Male (MLM)
b. B Line : Betina dari Jalur Jantan/ Female Line Male (FLM)
c. C Line : Jantan dari Jalur Betina/ Male Line Female (MLF)
d. D Line : Betina dari Jalur Betina/ Female Line Female (FLF)
8. Total :
Diisi dengan total bibit ayam ras yang akan dimasukan/diimpor.
9. Keterangan:
Diisi apabila ada catatan tertentu.
41
TC-04
Tata Cara Pengisian Formulir Model 4a, 4b, 4c, 4d. Rencana Pemasukan
Bibit Ayam Ras DOC PS Broiler/Layer dan Benih Ayam Ras HE PS
Broiler/Layer.
Diisi oleh pembibit yang melakukan pemasukan bibit ayam ras (HE/DOC) PS
Broiler/Layer :
1. Nama perusahaan :
Diisi dengan nama perusahaan
2. Alamat perusahaan :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan
3. Tahun :
Diisi dengan tahun rencana pemasukan akan dilaksanakan
4. Bulan :
Diisi dengan bulan rencana pemasukan akan dilaksanakan
5. Negara asal
Diisi dengan nama negara asal DOC/HE
6. Strain :
Diisi dengan nama strain bibit ayam ras
7. Rincian :
Diisi dengan rincian jumlah jantan, betina bibit ayam ras yang akan
dimasukan.
8. Total :
Diisi dengan total bibit ayam ras (HE/DOC) PS yang akan dimasukan.
9. Keterangan :
Diisi apabila ada catatan tertentu.
42
TC-05
43