Anda di halaman 1dari 22

DEPARTEMEN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


Nomor : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN,

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menciptakan iklim usaha ayam


ras yang kondusif adalah dengan menjaga keseimbangan
antara permintaan dan penawaran ayam ras sebagai salah
satu pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat;
b. bahwa untuk mengetahui kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat tersebut diperlukan ketersediaan data yang
akurat melalui penyampaian laporan yang cepat dan tepat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b,
sekaligus untuk memberikan kejelasan kepada pembibit
dalam penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan
pembibitan ayam ras perlu menetapkan Petunjuk Teknis
Pelaporan Pembibitan Ayam Ras dengan Keputusan
Direktur Jenderal Peternakan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan

1
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang
Penolakan; Pencegahan; Pemberantasan dan
Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun
1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3101);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang
Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102 );
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 299, tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia;
9. Keputusan Presiden Nomor 100/M Tahun 2007;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404/Kpts/OT.210/
6/2002 tentang Pedoman perizinan dan Pendaftaran
Usaha Peternakan;

2
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 238/Kpts/PD.430/6/
2005 tentang Pedoman Penetasan Ayam Ras Yang Baik;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 333/Kpts/PD.420/
08/2005 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Ras yang
Baik;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/
OT.140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak
Nasional;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/
OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi
Nasional di Bidang Pertanian;
15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.210/
07/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/
Permentan/OT.140/2/2007;
16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.210/
9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Depertemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 12/ Permentan/OT.140/2/2007;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/
OT.140/1/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan
dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Petunjuk Teknis Pelaporan Pembibitan Ayam Ras seperti
tercantum pada lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
KEDUA : Petunjuk Teknis Pelaporan Pembibitan Ayam Ras
sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU merupakan
acuan bagi perusahaan pembibitan ayam ras dalam melakukan

3
kegiatan pembibitan ayam ras dan bagi petugas pengawas
pembibitan ayam ras dalam melakukan kegiatan pengawasan
pembibitan ayam ras.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Juli 2008

DIREKTUR JENDERAL,

TJEPPY D. SOEDJANA

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth :


1. Menteri Pertanian;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian;
3. Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi seluruh Indonesia;
4. Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

4
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
Nomor : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
Tanggal : 1 Juli 2008

PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ternak unggas sebagai salah satu komoditas yang berperan dalam
penyediaan protein hewani bagi masyarakat. Ayam ras sebagai bagian dari
komoditas ternak unggas yang memberikan sumbangan terbesar dalam
memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki kemampuan genetik
yang tinggi. Usaha ayam ras dari waktu ke waktu selalu mengalami gejolak,
disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran
(supply).
Untuk menjaga iklim usaha ayam ras yang kondusif, serta keseimbangan
permintaan dan penawarannya, salah satu upaya yang diperlukan adalah
ketersediaan data yang akurat melalui penyampaian pelaporan yang cepat
dan tepat secara berkala sebagai bahan analisa untuk pengambilan
keputusan dan atau kebijakan perbibitan ayam ras. Pelaporan tersebut
berupa laporan populasi, produksi dan distribusi bibit ayam ras, serta
realisasi pemasukan benih dan atau bibit ayam ras bagi masing-masing
pembibit yang merupakan aplikasi dari rencana pemasukan. Hal ini sesuai
dengan surat edaran Direktur Jenderal Peternakan nomor
150/PD.410/F/11/2007 tanggal 19 November 2007 tentang kebijakan
pengendalian pasokan ayam broiler.

5
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai berikut:
a. bagi pembibit, sebagai acuan dalam menyusun laporan
perkembangan usaha pembibitan ayam ras;
b. bagi Pejabat Pemerintah (Direktorat Jenderal Peternakan), sebagai
bahan pengambilan keputusan dan atau penentuan kebijakan
perbibitan ayam ras;
c. bagi Dinas yang membidangi fungsi peternakan di daerah provinsi
dan kabupaten/kota, sebagai acuan dalam melakukan bimbingan
usaha pembibitan ayam ras.
2. Tujuan
Tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan
kejelasan kepada pembibit dalam penyusunan dan penyampaian
pelaporan kegiatan pembibitan ayam ras agar diperoleh data yang
akurat dan tepat waktu sebagai dasar analisa ketersediaan bibit ayam
ras.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam petunjuk teknis ini meliputi jenis pelaporan
dan tatacara pelaporan.
D. Pengertian
Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan;
a. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit ternak
untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.
b. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

6
c. Benih adalah hasil pemuliaan ternak yang berupa mani (semen), sel
(oocyt), telur tetas dan embrio.
d. Strain atau Galur adalah sekelompok individu ternak dalam suatu
rumpun yang dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan atau
karakteristik tertentu.
e. Bibit Tetua (Grand Parent Stock / GPS) adalah bibit dengan spesifikasi
tertentu untuk menghasilkan bibit induk (Parent Stock/PS).
f. Bibit Induk (Parent Stock/PS) adalah bibit dengan spesifikasi tertentu
untuk menghasilkan bibit sebar atau bibit niaga (Final Stock/FS)
g. Day Old Chick (DOC) adalah anak ayam yang berumur sehari
h. Telur Tetas (Hatching Egg/HE) adalah telur yang telah dibuahi sehingga
memungkinkan untuk ditetaskan.
i. Penetasan adalah kegiatan pengeraman (setter) dan penetasan
(hatcher) HE untuk menghasilkan bibit ayam untuk keperluan sendiri
atau untuk diperjualbelikan.
j. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha
Menengah atau dengan Usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan.
k. Pemasukan benih, bibit ternak, dan/atau ternak potong adalah
serangkaian kegiatan untuk memasukan benih, bibit ternak, dan/atau
ternak potong dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan benih, bibit ternak, dan/atau
ternak potong dalam negeri.
l. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
m. Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah
suatu negara yang mengeluarkan benih, bibit ternak, dan/atau ternak
potong ke suatu tempat pemasukan di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.

7
BAB II
JENIS PELAPORAN

Jenis pelaporan dalam petunjuk teknis ini terdiri dari:


1. Laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih ayam ras.
Pelaporan mengenai populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih
ayam ras sangat diperlukan sebagai bahan dalam menentukan keputusan
dan atau penentuan kebijakan yang terkait dengan ketersediaan bibit ayam
ras. Pelaporan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a. jumlah populasi bibit ayam ras baik yang sedang berproduksi maupun
yang belum berproduksi.
b. jumlah produksi bibit dan atau benih ayam ras yang dihasilkan (PS dan
FS).
c. distribusi DOC dan HE baik PS maupun FS.
Rekapitulasi laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih
ayam ras dengan menggunakan formulir model 1a, 1b, 1c,dan 1d.
Laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih ayam ras
dengan menggunakan formulir model 2a,2b, 2c dan 2d.
2. Rencana pemasukan/impor bibit dan atau benih ayam ras.
Selain laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih ayam
ras, setiap pembibit ayam ras yang akan melakukan pemasukan bibit dan
atau benih ayam ras dari luar negeri diwajibkan menyampaikan rencana
pemasukannya yang meliputi bulan, jenis, jumlah dan negara asal. Dari data
rencana pemasukan tersebut akan dilakukan perhitungan potensi produksi
DOC FS yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam memberi
rekomendasi pemasukan bibit ayam ras. Rencana pemasukan dengan
menggunakan formulir model 3a, 3b, 3c, 3d dan 4a, 4b, 4c,4d.

8
3. Laporan realisasi pemasukan bibit dan atau benih ayam ras.
Pelaporan juga diperlukan bagi setiap pembibit ayam ras yang telah
melakukan pemasukan bibit dan atau benih ayam ras dari luar negeri
diwajibkan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan pemasukan bibit
dan benih ayam ras yang meliputi tanggal pemasukan, jenis, jumlah dan
negara asal yang merupakan realisasi dari rencana pemasukan benih dan
atau bibit ayam ras dari masing-masing pembibit. Laporan realisasi
pemasukan dengan menggunakan formulir model 5.
Contoh formulir laporan populasi, produksi, distribusi, dan rencana serta realisasi
pemasukan, seperti tercantum pada lampiran-1 keputusan ini. Selanjutnya tata
cara pengisian formulir seperti tercantum pada lampiran-2 keputusan ini.

9
BAB III
TATA CARA PELAPORAN

Setiap pembibit ayam ras menyampaikan laporan kegiatan usahanya kepada


Direktur Jenderal Peternakan dengan tata cara sebagai berikut :
A. Waktu Pelaporan
a. Penyampaian laporan rencana pemasukan bibit dan atau benih ayam
ras selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun bersangkutan
berjalan.
b. Penyampaian laporan realisasi pemasukan bibit dan atau benih ayam
ras, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan
pemasukan.
c. Penyampaian laporan populasi, produksi dan distribusi dilakukan secara
berkala setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
B. Penyampaian Laporan
1. Laporan rencana pemasukan bibit dan atau benih ayam ras
disampaikan oleh pembibit kepada Direktur Jenderal Peternakan.
2. Laporan realisasi pemasukan bibit dan atau benih ayam ras
disampaikan oleh pembibit kepada Direktur Jenderal Peternakan
dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dan
Kepala Dinas Kabupaten/Kota lokasi pemasukan.
3. Rekapitulasi laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau
benih ayam ras oleh pembibit disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan yang meliputi seluruh breeding farm disetiap propinsi milik
pembibit tersebut.
4. Laporan populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau benih ayam ras
disampaikan oleh pembibit kepada Direktur Jenderal Peternakan
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota setempat.
10
5. Dinas di Kabupaten/Kota selanjutnya mengkompilasikan data populasi,
produksi dan distribusi bibit dan atau benih ayam ras dari seluruh
pembibitan ayam ras di wilayahnya, selanjutnya melaporkan data hasil
kompilasi tersebut kepada Kepala Dinas Provinsi secara berkala setiap
3 bulan sekali.
6. Dinas di Provinsi selanjutnya mengkompilasikan data populasi, produksi
dan distribusi bibit dan atau benih ayam ras dari seluruh pembibitan
ayam ras yang ada di wilayahnya, selanjutnya melaporkan data hasil
kompilasi tersebut kepada Direktur Jenderal Peternakan secara berkala
setiap 3 bulan sekali.

11
BAB IV
PENUTUP

Demikian petunjuk teknis ini ditetapkan dengan harapan dapat digunakan


sebagai acuan bagi pembibit ayam ras dalam penyusunan dan penyampaian
laporan usaha pembibitan ayam ras.
Petunjuk teknis ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali berdasarkan
perkembangan kebutuhan dan teknologi.

DIREKTUR JENDERAL,

TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728

12
LAMPIRAN-1 : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
NOMOR : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
TANGGAL : 1 Juli 2008

JENIS FORMULIR
PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS

No KODE NAMA FORMULIR


1 Formulir Model – 1a Rekapitulasi Populasi, Produksi dan Distribusi DOC PS
Broiler
2 Formulir Model – 1b Rekapitulasi Populasi, Produksi dan Distribusi DOC PS
Layer
3 Formulir Model – 1c Rekapitulasi Populasi, Produksi dan Distribusi DOC FS
Broiler
4 Formulir Model – 1d Rekapitulasi Populasi, Produksi dan Distribusi DOC FS
Layer
5 Formulir Model – 2a Laporan Populasi, Produksi dan Distribusi DOC PS Broiler
6 Formulir Model – 2b Laporan Populasi, Produksi dan Distribusi DOC PS Layer
7 Formulir Model – 2c Laporan Populasi, Produksi dan Distribusi DOC FS Broiler
8 Formulir Model – 2d Laporan Populasi, Produksi dan Distribusi DOC FS Layer
9 Formulir Model – 2e Laporan Perusahaan Penetasan
10 Formulir Model – 3a Rencana Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC GPS Broiler
11 Formulir Model – 3b Rencana Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC GPS Layer
12 Formulir Model – 3c Rencana Pemasukan Benih Ayam Ras HE GPS Broiler
13 Formulir Model – 3d Rencana Pemasukan Benih Ayam Ras HE GPS Layer
14 Formulir Model – 4a Rencana Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC PS Broiler
15 Formulir Model – 4b Rencana Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC PS Layer
16 Formulir Model – 4c Rencana Pemasukan Benih Ayam Ras HE PS Broiler
17 Formulir Model – 4d Rencana Pemasukan Benih Ayam Ras HE PS Layer
18 Formulir Model - 5 Laporan Realisasi Pemasukan Bibit/Benih Ayam Ras

DIREKTUR JENDERAL,

TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728

13
14
LAMPIRAN 2 : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
NOMOR : 01019/Kpts/PD.430/F/07/2008
TANGGAL : 1 Juli 2008

TATA CARA PENGISIAN FORMULIR

No KODE URAIAN

1 TC-01 Tata Cara Pengisian Formulir Model 1a, 1b, 1c, 1d. Rekapitulasi
Populasi, Produksi Dan Distribusi Bibit Ayam Ras DOC PS/FS baik
Broiler/Layer.

2 TC-02 Tata Cara Pengisian Formulir Model 2a, 2b, 2c, 2d. Populasi,
Produksi Dan Distribusi DOC PS/FS Broiler/Layer

3 TC-02e Tata Cara Pengisian Formulir Model 2e. Laboran Perusahaan


Penetasan

4 TC-03 Tata Cara Pengisian Formulir Model 3a, 3b, 3c, 3d. Rencana
Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC GPS Broiler/Layer dan Bibit Ayam
Ras HE GPS Broiler/Layer.

5 TC-04 Tata Cara Pengisian Formulir Model 4a, 4b, 4c, 4d. Rencana
Pemasukan Bibit Ayam Ras DOC PS Broiler/Layer dan Benih Ayam
Ras HE PS Broiler/Layer.

6 TC-05 Tata Cara Pengisian Formulir Model 5. Laporan Realisasi


Pemasukan Bibit / Benih Ayam Ras

DIREKTUR JENDERAL,

TJEPPY D. SOEDJANA
NIP. 080 029 728

36
TC-01

Tata Cara Pengisian Formulir Model 1a, 1b, 1c, 1d. Rekapitulasi Populasi,
Produksi Dan Distribusi Bibit Ayam Ras DOC PS/FS baik Broiler/Layer.

Diisi oleh kantor pusat perusahaan pembibitan ayam ras.


1. Nama Perusahaan :
Diisi dengan nama perusahaan pembibitan
2. Alamat Perusahaan :
Diisi dengan alamat kantor Pusat Perusahaan
3. Periode :
Diisi dengan bulan dan tahun periode rekapitulasi
4. Lokasi Farm :
Diisi dengan nama propinsi/kabupaten semua lokasi breeding farm yang
dimiliki perusahaan yang bersangkutan .
5. Strain :
Diisi nama strain bibit ayam ras yang dipelihara pada periode
rekapitulasi
6. Populasi GPS.
Diisi populasi GPS female line female (FLF/D line) yang belum
berproduksi dan sedang berproduksi pada bulan bersangkutan.
7. Produksi DOC PS.
Diisi produksi DOC PS pada bulan bersangkutan.
8. Distribusi DOC PS.
Diisi jumlah DOC PS yang didistribusi ke masing-masing propinsi pada
bulan bersangkutan.

37
TC-02

Tata Cara Pengisian Formulir Model 2a, 2b, 2c, 2d. Populasi, Produksi Dan
Distribusi DOC PS/FS Broiler/Layer
Diisi oleh kantor pusat perusahaan pembibitan ayam ras.
1. Nama Perusahaan Pembibit :
Diisi dengan nama perusahaan pembibitan
2. Alamat kantor :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan pembibit
3. Periode :
Diisi dengan bulan dan tahun periode laporan
4. Uraian
Lokasi Farm :
Diisi dengan nama semua lokasi breeding farm yang dimiliki
perusahaan di propinsi yang bersangkutan.
5. Strain :
Diisi nama strain bibit ayam ras yang dipelihara pada periode
rekapitulasi
6. Populasi .
a. Diisi populasi GPS (D-Line) untuk formulir model 2a dan 2b.
b. Diisi populasi PS (betina) untuk formulir model 2c dan 2d.
7. Produksi Telur (HE)
Diisi dengan produksi telur HE
8. Distribusi
a. Lokasi
Diisi dengan nama Propinsi/Kabupaten penerima HE PS/FS
b. Hatchery Penerima
Diisi dengan nama Hatchery penerima HE PS/FS
c. Jumlah HE PS
Diisi dengan jumlah HE PS/FS terdistribusi
38
9. Produksi DOC PS/FS
Diisi dengan jumlah DOC PS/FS
10. Distribusi DOC PS/FS
a. Lokasi
Diisi dengan nama Propinsi/Kabupaten penerima DOC PS/FS
b. Hatchery Penerima
Diisi dengan nama Hatchery penerima DOC PS/FS
c. Jumlah DOC PS/FS
si dengan jumlah DOC PS/FS terdistribusi

39
TC-02e

Tata Cara Pengisian Formulir Model 2e. Laporan Perusahaan Penetasan


Diisi oleh kantor pusat perusahaan penetasan ayam ras.
1. Nama Perusahaan Penetasan :
Diisi dengan nama perusahaan penetasan
2. Alamat :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan penetasan
3. Bulan :
Diisi dengan bulan dan tahun periode laporan
4. Asal telur tetas/HE :
Diisi nama-nama breeding asal telur, nama strain dan jumlah telurnya
dari masing-masing breeding.
5. Mesin :
Diisi dengan jumlah mesin yang sedang operasional dan tidak beserta
kapasitasnya baik setter dan hatcher.
6. Produksi :
Diisi dengan jumlah produksi DOC sesuai dengan jenisnya.

40
TC-03

Tata Cara Pengisian Formulir Model 3a, 3b, 3c, 3d. Rencana Pemasukan
Bibit Ayam Ras DOC GPS Broiler/Layer dan Bibit Ayam Ras HE GPS
Broiler/Layer.
Diisi oleh pembibit yang melakukan impor bibit ayam ras.
1. Nama perusahaan pembibit :
Diisi dengan nama perusahaan
2. Alamat perusahaan :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan pembibit.
3. Tahun :
Diisi dengan tahun rencana pemasukan/impor bibit ayam ras akan
dilaksanakan
4. Bulan :
Diisi dengan bulan rencana pemasukan/impor bibit ayam ras akan
dilaksanakan
5. Negara asal:
Diisi negara asal bibit ayam ras
6. Strain :
Diisi dengan nama strain bibit ayam ras
7. Rincian :
Diisi rincian jumlah bibit ayam ras setiap jalur (line) yang akan
dimasukan/diimpor.
a. A Line : Jantan dari Jalur Jantan/ Male Line Male (MLM)
b. B Line : Betina dari Jalur Jantan/ Female Line Male (FLM)
c. C Line : Jantan dari Jalur Betina/ Male Line Female (MLF)
d. D Line : Betina dari Jalur Betina/ Female Line Female (FLF)
8. Total :
Diisi dengan total bibit ayam ras yang akan dimasukan/diimpor.
9. Keterangan:
Diisi apabila ada catatan tertentu.

41
TC-04

Tata Cara Pengisian Formulir Model 4a, 4b, 4c, 4d. Rencana Pemasukan
Bibit Ayam Ras DOC PS Broiler/Layer dan Benih Ayam Ras HE PS
Broiler/Layer.

Diisi oleh pembibit yang melakukan pemasukan bibit ayam ras (HE/DOC) PS
Broiler/Layer :
1. Nama perusahaan :
Diisi dengan nama perusahaan
2. Alamat perusahaan :
Diisi dengan alamat kantor pusat perusahaan
3. Tahun :
Diisi dengan tahun rencana pemasukan akan dilaksanakan
4. Bulan :
Diisi dengan bulan rencana pemasukan akan dilaksanakan
5. Negara asal
Diisi dengan nama negara asal DOC/HE
6. Strain :
Diisi dengan nama strain bibit ayam ras
7. Rincian :
Diisi dengan rincian jumlah jantan, betina bibit ayam ras yang akan
dimasukan.
8. Total :
Diisi dengan total bibit ayam ras (HE/DOC) PS yang akan dimasukan.
9. Keterangan :
Diisi apabila ada catatan tertentu.

42
TC-05

Tata Cara Pengisian Formulir Model 5. Laporan Realisasi Pemasukan Bibit/


Benih Ayam Ras

Diisi oleh pembibit yang melakukan pemasukan/impor bibit ayam ras.


1. Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) Bibit Ayam Ras :
Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan.
2. Pemegang SPP Bibit Ayam Ras :
Diisi dengan nama perusahaan, alamat kantor dan NPWP
3. Pelaksana pemasukan :
Diisi dengan nama perusahaan, alamat kantor dan nomor APIT yang
melaksanakan pemasukan/impor bibit ayam ras
4. Rincian pemasukan :
Diisi dengan jenis, strain, rincian jumlah Male line male (MLM), Male line
female (MLF), Female line male (FLM), Female line female (FLF), dan
jumlah total) untuk GPS atau rincian jumlah (jantan, betina) untuk PS,
negara asal, provinsi pemasukan, lokasi farm pembibitan, pelabuhan
asal, dan pelabuhan tujuan serta jadwal pemasukan
5. Realisasi pemasukan :
Diisi tanggal realisasi pemasukan/impor bibit ayam ras, dan jumlah
Male-line male (MLM), Male-line female (MLF), Female-line male (FLM),
Female-line female (FLF), untuk GPS, jumlah jantan, betina untuk PS.

43

Anda mungkin juga menyukai