Anda di halaman 1dari 71

Modul

ETOS KERJA
PELAYANAN
SAMBUTAN

Pembangunan dan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan


kebutuhan untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara telah mengamanatkan bahwa sangat diperlukan dan merupakan usaha strategis untuk
membangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur pereka persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Lahirnya Undang-Undang No.5 tahun 2014 ini memberi dampak perubahan tidak saja dari
nomenklatur jabatan, namun yang lebih penting lagi adalah perubahan struktur organisasi yang
merubah cara pikir dan cara kerja pegawai. Organisasi dinilai bukan dari penyerapan anggarannya saja,
tapi lebih dari itu ia dinilai dari hasil dan dampak yang diberikan organisasi/lembaga pemerintah kepada
masyarakat. Untuk itu, organisasi membutuhkan modal insani yang cerdas, inovatif, dan mampu
menjawab tuntutan zaman yang serba ‘internet of things’. Oleh sebab itu, Peraturan Pemerintah (PP)
No, 11 tahun 2017 tentang manajemen aparatur sipil negara merespons tentang kepentingan
pemerintah untuk mengelola ASN dan menekankan pengembangan karir serta pengembangan
kompetensi dengan menekankan system merit. Dalam PP 11 tahun 2017 ini juga ditekankan bahwa
pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat instansi dan nasional. Dan setiap pegawai negeri
sipil (PNS) mendapatkan hak untuk mengembangkan kompetensi minimal 20 (dua puluh) jam
pembelajaran per tahun. Tentunya, dengan peraturan ini memerlukan kemampuan lembaga-lembaga
pengembangan kompetensi baik di Pusat dan di Daerah memiliki kompetensi dalam mengelola dan
menyelenggarakan pengembangan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lembaga, regional dan
nasional.
Untuk membantu lembaga-lembaga pengembangan kompetensi tersebut dapat melakukan
tugas dan fungsinya, Lembaga Administrasi Negara telah merancang program pelatihan bagi para
penyelenggara pelatihan yang sering disebut Pelatihan Training Officer Cource (TOC). Tujuan program
pelatihan ini adalah untuk membangun kompetensi para penyelenggara agar dapat menyelenggarakan
program-program pelatihan dan memberikan pelayanan lembaga mereka secara profesional. Program
pelatihan TOC ini tentunya telah mengalami transformasi yang cukup signifikan dari model pelatihan
yang klasikal menjadi blended dan full e-learning. Perancangan program dirancang dengan menerapkan
pengelolaan yang berkelanjutan atau Pro Hijau. Artinya program yang dikembangkan peduli akan
kebutuhan peserta yang menerima manfaat utama dari program yang dirancang, namun juga
memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari upaya pelayanan yang cepat, mudah diakses, efisien dan
transparan. Dan tak kalah pentingnya, penyelenggaraan program dengan pendekatan teknologi ini juga
sebagai bentuk upaya menyelamatkan bumi dari penggunaan kertas, sumber daya air, energi dan
lainnya.
Desain-disain mata pelatihan dan substansinya dalam program TOC ini telah mengalami
perubahan dan pembaharuan sesuai dengan konteks tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh
para penyelenggara saat ini. Saat ini kita diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal
dengan memperhatikan secara baik kebutuhan para peserta, mempertimbangkan aspek lingkungan
dan teknologi. Saya dengan bangga menghadirkan program ini berserta modul-modul yang sesuai
kepada Anda dengan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan instansi. Semoga
program ini dapat melengkapi kemampuan Anda yang sudah ada dan memberikan inspirasi dalam
pengelolaannya.

ii
Kepada perancang program ini dan seluruh tim penulis, tim teknis dan tim review dari disain
pembelajaran yang telah berpartisipasi membuat program ini terus mengalami perbaikan dan
pembaharuan, saya mengucapkan terima kasih. ASN cerdas adalah ASN yang terus mengasah
kemampuan belajarnya. Dan ASN cerdas juga ditumbuhkan oleh lembaga-lembaga pengembang
kompetensi yang terus melakukan pembelajaran dan berinovasi.

Jakarta, Januari 2022

Kepala
Lembaga Administrasi Negara

Adi Suryanto

iii
KATA PENGANTAR

Sejalan dengan upaya mewujudkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang unggul, pengembangan
kompetensi terutama melalui pelatihan merupakan usaha strategis untuk meningkatkan kompetensi
yang diharapkan. Penyelenggaraan Pelatihan Penyelenggara Pelatihan atau Training Officer Course
(TOC) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan inovasi dalam pelatihan dan tuntutan perubahan.
Kehadiran modul TOC ini memiliki nilai strategis karena menjadi acuan dalam proses
pembelajaran, sehingga lembaga pelatihan dengan penyelenggara pelatihan yang profesional dapat
diwujudkan. Modul ini diharapkan dapat membantu widyaiswara atau fasilitator pelatihan dalam
mendesain pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta pelatihan; membantu pengelola dan
penyelenggara pelatihan dalam penyelenggaraan pelatihan; dan membantu peserta pelatihan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Untuk maksud inilah maka dilakukan penyempurnaan tehadap
keseluruhan modul Pelatihan TOC yang meliputi substansi dan format.
Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung lebih cepat khususnya terhadap
kebutuhan pengembangan kompetensi dalam rangka mendorong peningkatan kompetensi ASN,
peningkatan kinerja organisasi, dan akselerasi reformasi birokrasi, maka kualitas modul perlu terus
dipantau dan disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi. Sehubungan dengan
hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai bahan minimal pelatihan, dalam artian bahwa setelah
substansinya disesuaikan dengan perkembangan yang ada, maka dapat dikembangkan selama relevan
dengan hasil belajar yang akan dicapai dalam modul ini. Oleh karena itu, peranan widyaiswara termasuk
peserta pelatihan juga dibutuhkan. Konkritnya, widyaiswara dapat melakukan penyesuaian dan
pengembangan terhadap isi modul, sedangkan peserta pelatihan dapat memperluas bacaan yang
relevan dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dinamis, interaktif, dan
aktual.
Kepada seluruh peserta diharapkan dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan secara optimal
dengan penuh kesungguhan. Selamat mengikuti pelatihan TOC.
Salam sukses.

Jakarta, 2022

Deputi Bidang Kebijakan


Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara

Muhammad Taufiq

iv
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ......................................................................................................... ii


SAMBUTAN ............................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 2
A. Deskripsi Singkat ............................................................................................... 2
B. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................ 3
C. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.................................................................. 4
D. Petunjuk Belajar ................................................................................................ 5
BAB II KONSEP ETOS KERJA.................................................................................. 7
A. Pengertian Etos Kerja ........................................................................................ 7
B. Konsep Etos Kerja ........................................................................................... 11
C. Ruang Lingkup Etos Kerja ............................................................................... 13
D. Latihan ............................................................................................................. 14
E. Rangkuman ..................................................................................................... 14
F. Evaluasi ........................................................................................................... 14
BAB III SIFAT-SIFAT ETOS KERJA ........................................................................ 16
A. Sifat-Sifat Etos Kerja ....................................................................................... 16
B. Karakter Dasar Manusia .................................................................................. 18
C. Latihan ............................................................................................................. 20
D. Rangkuman ..................................................................................................... 20
E. Evaluasi ........................................................................................................... 21
BAB IV ETOS KERJA .............................................................................................. 23
A. Pengertian ....................................................................................................... 23
B. Kaitan Antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan ....... 25
C. Persiapan Penyelenggaraan Pelatihan............................................................ 26
D. Proses Pembelajaran ...................................................................................... 29
E. Ketatausahaan ................................................................................................ 30
F. Pengorganisasian ............................................................................................ 30
G. Penutupan Penyelenggaraan Pelatihan .......................................................... 34
H. Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan ........................................... 34
I. Latihan ............................................................................................................. 48
J. Rangkuman ..................................................................................................... 48
K. Evaluasi ........................................................................................................... 49
BAB V INDIKATOR ETOS KERJA DALAM TUGAS DAN JABATANNYA ............. 51
A. Indikator Etos Kerja Saat Ini ............................................................................ 51
B. Indikator Etos Kerja yang Diharapkan ............................................................. 53
C. Strategi yang Akan Dilakukan Meningkatkan Etos Kerja ................................. 55
D. Latihan ............................................................................................................. 57
E. Rangkuman ..................................................................................................... 57
F. Evaluasi ........................................................................................................... 57

v
BAB VI ...................................................................................................................... 60
PENUTUP ................................................................................................................. 60
A. Simpulan ......................................................................................................... 60
B. Tindak Lanjut ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 63

vi
Bab I

Pendahuluan

1
BAB I
PENDAHULUAN

“Jika kamu tidak bersemangat melanjuti apa yang kamu lakukan


Ingatlah … apa alasan kamu memulai pekerjaan itu.”
[unknown]

A. Latar Belakang
Selamat datang dalam mata Pelatihan Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan. Saat ini
Pegawai Negeri Sipil merupakan profesi Aparatur Sipil Negara yang mempunyai peran dan
fungsi yang sangat strategis dalam melakukan reformasi birokrasi. Berdasarkan arah
pembangunan Aparatur Sipil Negara pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
IV tahun 2020-2024, adalah pembangunan ASN menuju terjudnya World Class Goverment.
Pembangunan ASN yang mampu mewujudkan profill ASN yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Nasionalisme
2. Integritas
3. Hospitality
4. Networking
5. Teknologi Informasi
6. Bahasa Asing
7. Entrepreneurship
Pembangunan ASN dimaksud hanya dapat diwujudkan pelaksanaannya jika didukung
dengan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi
serta tata kelola dan reformasi birokrasi yang berjalan dengan baik. Dan, tentu saja tata kelola
pemerintahan yang baik ini akan terlaksana apabila Pegawai Negeri Sipil sebagai
penyelenggara pemerintahan dapat bekerja secara profesional.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara untuk melaksanakan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) salah satunya
adalah perlunya pengembangan kompetensi yang berkesinambungan. Ada beberapa kegiatan
dalam pengembangan kompetensi antara lain pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
penataran. Lembaga Administrasi Negara (LAN) ditetapkan sebagai institusi yang berwenang

2
dalam pembinaan serta penyelenggaraan pelatihan. Hal tersebut ditetapkan dalam rangka
menjamin penyelenggaraan pelatihan yang berkualitas untuk dapat memfasilitasi
pengembangan sumber daya aparatur pemerintah yang dapat membentuk birokrat yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, nepotisme, inovatif serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat, dan mampu menjalankan peran sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

B. Deskripsi Singkat
Salah satu tugas dan fungsi LAN yang berkenaan dengan pengendalian kualitas (Quality
control) penyelenggaraan pelatihan di seluruh lembaga/badan pelatihan kementerian,
lembaga serta pemerintah pusat dan daerah adalah pemberian akreditasi lembaga pelatihan
dimana salah satu unsur penilaian akreditasi adalah sumber daya penyelenggara
kepelatihanan yang profesional. Sesuai Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2013 kualitas
penyelenggara pelatihan yang profesional antara lain mempunyai kompetensi sebagai
berikut:
1. Mempunyai etika kerja dalam pelaksanaan pelatihan;
2. Merencanakan pelaksanaan pelatihan;
3. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan pelatihan;
4. Melaksanakan administrasi penyelenggaraaan pelatihan;
5. Menyiapkan sarana dan prasarana pelatihan; dan
6. Memberikan pelayanan prima, bekerja dalam tim secara efektif.
Kesemua kompetensi diatas dapat terwujud dengan etos kerja yang baik sebagai
penyelenggara pelatihan. Karena itu dalam modul ini dipaparkan etos kerja penyelenggara
pelatihan, mulai dari konsep, pengertian, ruang lingkup etos kerja, mengidentifikasi etos kerja,
mempraktikkan etos kerja, menginternalisasi etos kerja, dan bagaimana menerapkan etos
kerja dalam tugas sebagai penyelenggara pelatihan yang baik dan profesional.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta diharapkan mampu menjelaskan
indikator etos kerja dalam penyelenggaraan pelatihan.
2. Indikator Hasil Belajar

3
Selesai pembelajaran peserta dapat:
a. Menjelaskan konsep etos kerja
b. Menjelaskan Sifat -Sifat etos kerja
c. Menjelaskan etos kerja
d. Menjelaskan indikator etos kerja dalam tugas dan jabatannya.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Mata Pelatihan Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan ini merupakan mata pelatihan dengan
durasi 9 jam pelatihan (9 JP) dengan alokasi ceramah berbasis elekronik, tanya jawab interaktif
secara langsung maupun online. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok yang dibahas dalam
modul ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep Etos Kerja
a. Pengertian Etos Kerja
b. Konsep Etos Kerja
c. Ruang Lingkup Etos Kerja
2. Sifat -sifat etos Kerja
a. Sifat-sifat Etos Kerja
b. Karakter Dasar Manusia
3. Etos Kerja
a. Kaitan antar Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
b. Persiapan Penyelenggaraan Pelatihan
c. Proses Pembelajaran
d. Ketatausahaan
e. Pengorganisasian
f. Penutupan Penyelenggaraan Pelatihan
g. Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan
4. Indikator Etos Kerja dalam tugas dan jabatannya
a. Indikator Etos Kerja saat ini
b. Indikator Etos Kerja yang diharapkan
c. Strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan Etos Kerja Tinggi.

4
E. Petunjuk Belajar
Penyampaian materi pelatihan ini menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa
yang menekankan pada pembelajaran aktif, interaksi yang aktif dan eksperimen untuk
mencoba Konsep dan Teknik yang disajikan melalui penugasan-penugasan individu. Untuk
meningkatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang mata pelatihan ini, Peserta
diminta membaca modul, mengerjakan bahan latihan, melihat video-video serta mempelajari
juga bahan tayang yang telah diunggah dalam media pembelajaran elektronik yang
disediakan. Berbagi dengan para peserta lain adalah sumber belajar yang paling membantu
karena sesungguhnya mereka telah memiliki pengalaman yang berharga dalam memotivasi,
meyakinkan dan menggerakkan orang lain untuk mempraktikkannya di lingkungan kerja
mereka.

5
>>

Bab II

Konsep
Etos Kerja

6
BAB II

KONSEP ETOS KERJA

“The Fragrance of flowers spreads only in the direction of the wind. But the goodness of a
person spreads in all direction.”
(Chanakya)

INDIKATOR HASIL BELAJAR:


Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan dapat menjelaskan Konsep Etos
Kerja.

A. Pengertian Etos Kerja


Etos kerja menjadi bahan pembicaraan penting dalam suatu instansi pemerintah maupun
swasta. Mengapa etos kerja banyak dibicarakan orang? Dalam strategi program Reformasi
Birokrasi, etos kerja masuk dalam strategi pembangunan mental sumber daya aparatur.
Sedangkan jika kita lihat dalam Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012
tentang Pengembangan budaya kerja, etos kerja menjadi salah satu bahasan sebagai
aktualisasi dalam budaya kerja. Etos kerja seorang pegawai atau karyawan sangat
mempengaruhi kinerja mereka dan diyakini sebagai pondasi kesuksesan baik pada level
individual, organisasional dan sosial.
Sebelum membahas etos kerja lebih lanjut, perlu kita tanyakan pada diri kita masing-
masing mengenai: Mengapa kita bekerja? Apakah sesungguhnya hakekat kerja itu? Apakah
setiap orang yang bekerja senantiasa menuai kesuksesan? Dan jika alasan yang baik untuk
bekerja, bagaimana kita dapat bekerja dengan lebih baik lagi?
Mungkin saja jawaban kebanyakan orang adalah “Saya perlu mencari nafkah”. Akan tetapi,
sebanyak apakah nafkah yang mesti dicari? Ada orang yang cukup satu lumbung atau ada juga
yang memerlukan berlumbung-lumbung nafkah bahkan sejuta lumbung nafkah. Atau ada
beberapa jawaban antara lain: untuk menjadikan sebuah status sosial, pekerjaan bahkan telah
menjadi identitas pribadi, tabungan hari tua, membangun karier, lapangan ekpresi diri secara
kreatif, mengaktualisasikan potensi jasmani dan rohaninya secara maksimal, berbakti dan
beribadah kepada Tuhan serta wahana pengabdian bagi suatu idealisme.

7
Akan tetapi apakah hakekat kerja itu? Menurut Jansen Sinamo (2013) kerja dalam ilmu
fisika dirumuskan sebagai besarnya gaya yang dikenakan pada suatu obyek dikaitkan dengan
gerak obyek terebut pada arah gayanya. Ketika kerja berlangsung, terjadilah perpindahan
energi kepada obyek tersebut. Jadi jika manusia dipandang sebagai suatu sistem energi maka
kerja manusia adalah segala aktivitas manusia mengerahkan energi biologis, psikologis dan
spiritual dengan tujuan memperoleh hasil tertentu.
Seseorang yang bekerja akan mendapatkan hasil tertentu tergantung pada pengerahan
energi-energi tersebut sehingga tingkat keberhasilan pun dapat saja bervariasi. Nah disinilah
seringkali terdapat problem kerja yang seringkali mengakibatkan adanya ketegangan.
Persoalan terpenting adalah bagaimana memaknai ulang kerja dan pekerjaan sehingga sebuah
prioritas baru dapat dibuat. Mengubah menjadi ketegangan yang kreatif, yang kita perlukan
adalah stress inspiratif. Jadi kita dapat tampil cerdas menghadapi segala tantangan dan
peluang dalam dunia kerja.
Karena itu melalui pengertian, konsep paripurna akan etos kerja, semoga menjadi jawaban
dalam mencapai kesuksesan dalam bekerja. Apakah yang dimaksud dengan Etos kerja?
Makna kerja, sudah dibahas diatas, selanjutnya mari kita lihat kata etos, Kamus wikipedia
menyebutkan bawa etos merupakan bahasa dari Yunani; akar katanya adalah ethikos yang
mengandung arti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa yunani kuno serta
modern, etos mempunyai arti sebagai keberadaan diri, jiwa dan pikiran yang membentuk
seseorang.
Pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos mempunyai definisi
sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan, yang berbeda dari individu
atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah pendalaman dari
etika. Dalam kamus bahasa Indonesia, Etos Kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Dengan demikian Etos adalah sikap yang tetap
dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan
antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
Etos kerja memiliki banyak pengertian, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan
fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja tertentu (Jansen
Sinamo, 2013).

8
2. Etos kerja adalah keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi
seseorang, sekelompok orang atau sebuah institusi.
(http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf)
3. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup
motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik,
kode moral, kode perilaku, sikap- sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-
prinsip,standar-standar.
(http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf)
4. Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap
kerja. Apabila individu-individu dalam suatu komunitas memandang bahwa kerja
adalah sesuatu yang luhur maka etos kerjanya adalah tinggi, akan tetapi sebaliknya
apabila sikap dan pandangannya terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah
dalam kehidupan maka etos kerjanya pun akan rendah. (Anaroga, 2009)
5. Etos dapat diartikan sebagai hal yang berkehendak atau berkemauan yang disertai
semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif. Etos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. (Wikipedia,
2016).
Dari keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan, bahwa etos kerja adalah refleksi
dari sikap hidup yang mendasar dan etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari
pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden (ilahiyah).
Etos biasa dapat diartikan juga sebagai suatu keyakinan, kepercayaan, kebiasaan, sikap, atau
dasar dari etika. Kata lain yang berkaitan erat dengan etos dan etika adalah profesionalisme.
Manusia terdiri dari batin, pikir, dan lahir. Setelah digabungkan, maka kira-kira didapatkan
gambar seperti di bawah ini.

9
Batin-pikir-lahir secara lebih jelas dapat dikembangkan menjadi keyakinan-kepercayaan-
cara pikir-perbuatan. Keyakinan adalah sesuatu yang sulit dirubah, termasuk di sini adalah
nilai-nilai tentang baik buruk, hati nurani, dan ajaran agama. Etos kerja dimasukkan ke dalam
kategori kepercayaan, yang bisa berubah sesuai dengan inputan yang masuk dari pikiran. Etos
kerja menjadi dasar dari cara pikir profesionalisme. Dan selanjutnya akan diwujudkan dalam
bentuk perbuatan cara kerja. Ada dua faktor utama dari luar yang mempengaruhi suatu etos
kerja, yaitu etos kerja lingkungan dan etika kerja. Etos kerja lingkungan adalah contoh nyata
yang diberikan oleh lingkungan. Adapun etika kerja adalah bagian dari kesisteman organisasi,
yang biasanya dituangkan dalam bentuk formal prosedural. Sebagai contoh adalah kondisi
etos kerja di negara ini. Etos kerja di negara ini telah diketahui bersama berada dalam kondisi
yang sangat memprihatinkan, terbukti dari banyaknya kasus korupsi. Maka salah satu jalan
melawan etos kerja lingkungan yang buruk ini adalah dengan menegakkan etika kerja internal
organisasi.
Pada mata pelatihan Etika Kerja Pelaksanaan Pelatihan, tentunya para peserta sudah
mendapatkan nilai-nilai yang perlu diterapkan sebagai seorang aparatur sipil negara. Nilai-nilai
tersebut sudah ditetapkan sebagai Kode Etik profesi PNS yang menjadi pedoman sikap,
perilaku, dan perbuatan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan dan juga pelayanan
kepada masyarakat atau publik.
Sebelum kita melanjutkan ke dalam konsep Etos kerja, coba Anda ingat-ingat kembali,
nilai-nilai apakah yang perlu dikembangkan dalam melaksanakan tugas sebagai PNS dan lebih
khusus lagi pada pelaksanaan pelatihan?
Nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pelatihan adalah:

10
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
Coba dikerjakan.

B. Konsep Etos Kerja


Konsep etos kerja merupakan rancangan atau ide semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Pada dasarnya manusia adalah pencari
kesuksesan dalam segala bidang. Yang membedakan profesional atau tidaknya manusia dalam
mencari kesuksesan tersebut adalah terletak pada cara untuk mencapai kesuksesannya.

Untuk seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, meningkatkan etos
kerja PNS merupakan salah satu tujuan dari pembinaan jiwa korps PNS. Untuk mencapai
tujuan ini, Kode Etik PNS yakni pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan PNS di dalam
melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari dipandang merupakan landasan yang
tepat untuk dapat mewujudkan pembinaan jiwa korps PNS.
Konsep etos kerja yang harus dijunjung tinggi oleh PNS sesuai dengan PP Nomor 42 Tahun
2004 terdiri atas nilai-nilai sebagai berikut:
1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
3. Semangat nasionalisme;
4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
7. Tidak diskriminatif;
8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi; dan
9. Semangat jiwa korps.

11
Jansen Sinamo menjabarkan ada delapan etos kerja unggulan yang harus dimiliki oleh
seseorang yaitu:
1. Kerja adalah Rahmat, bekerja tulus penuh syukur;
2. Kerja adalah Amanah, bekerja benar penuh tanggung jawab;
3. Kerja adalah Panggilan, bekerja tuntas penuh integritas;
4. Kerja adalah Aktualisasi, bekerja keras penuh semangat;
5. Kerja adalah Ibadah, bekerja serius penuh kecintaan;
6. Kerja adalah Seni, bekerja cerdas penuh kreativitas;
7. Kerja adalah Kehormatan, bekerja tekun penuh keunggulan; dan
8. Kerja adalah Pelayanan, bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Etos kerja orang Jepang. (http://www.institutmahardika.com/penerbitan/ 8etos.php):


1. Bersikap Benar dan Bertanggung jawab
2. Berani dan Kesatria
3. Murah Hati dan Mencintai
4. Bersikap Santun dan Hormat
5. Bersikap Tulus dan Sungguh-sungguh
6. Menjaga Martabat dan Kehormatan
7. Mengabdi dan Loyal
Orang Korea Selatan memiliki etos kerja sebagai berikut:

12
1. Kerja keras
2. Disiplin
3. Berhemat
4. Menabung
5. Mengutamakan pendidikan
Orang Jerman memiliki etos kerja yang berbeda pula seperti dibawah ini:
1. Bertindak Rasional
2. Berdisiplin Tinggi
3. Bekerja Keras
4. Berorientasi Sukses Material
5. Tidak Mengumbar Kesenangan
6. Hemat dan Bersahaja
7. Menabung dan Berinvestasi

C. Ruang Lingkup Etos Kerja


Berdasarkan PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS,
ruang lingkup etos kerja PNS dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu produktif dan profesional
didalam bekerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) bahwa Produktivitas artinya:
1. Mampu menghasilkan dalam jumlah banyak
2. Mendatangkan hasil dan memberi manfaat
3. Mampu menghasilkan terus dipakai secara teratur dan memberikan unsur-unsur baru.
Nah dengan etos kerja yang baik, seorang PNS semestinya akan dapat menjadi pegawai yang
produktif. Sedangkan kata Profesional menurut KKBI berarti:
1. Bersangkutan dengan profesi
2. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya
3. Mengharuskan ada pembayaran untuk melakukannya
Nah dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan professional harus
memiliki 3 aspek yaitu Expertise (ahli di bidangnya, kompeten), memiliki komitmen yang tinggi
dalam bekerja dan menjunjung tinggi kode etik profesinya. Ketiga unsur ini harus ada baru
dapat dikatakan professional. Jadi, seorang penyelenggara pelatihan harus produktif dan
profesional dalam menyelenggarakan sebuah pelatihan.

13
D. Latihan
Berikut ini beberapa langkah latihan yang perlu Saudara lakukan sebelum Saudara
membaca lebih lanjut modul ini, yaitu:
1. Jelaskan pengertian etos kerja menurut anda.
2. Uraikan konsep etos kerja.
3. Sebutkan ruang lingkup etos kerja dan berikan penjelasan anda terhadap pemahaman
yang anda ketahui.

E. Rangkuman
Penyelenggaran Pelatihan membutuhkan penyelenggara pelatihan yang memahami
tugasnya dengan baik. Dengan pemahaman yang dalam akan pengertian etos kerja sebagai
bentuk perilaku dan keberadaan jiwa yang baik yang didasari atas keyakinan yang mendasar
serta memiliki komitmen yang integral maka seseorang dapat melaksanakan tugasnya sebagai
penyelenggara pelatihan dengan maksimal. Seorang penyelenggara pelatihan menjunjung
tinggi ruang lingkup dari etos kerja yaitu bekerja secara produktif dan profesional.

F. Evaluasi
Ada 8 etos kerja profesional menurut Jansen Sinamo. Sebutkan satu-persatu dan jelaskan
pemahaman anda terhadap 8 etos kerja itu dengan rinci.

14
Bab III
Sifat-Sifat
Etos Kerja

1
5
BAB III
SIFAT-SIFAT ETOS KERJA

“Mulailah dari mana pun Anda berada. Gunakan apa yang Anda miliki. Lakukan apa yang
Anda bisa.”
[Arthur Ashe]

INDIKATOR HASIL BELAJAR:


Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan dapat menjelaskan sifat-sifat etos
kerja

A. Sifat-Sifat Etos Kerja


Dalam menyelenggarakan suatu pelatihan, seorang penyelenggara pelatihan perlu
mengetahui sifat-sifat etos kerja itu sendiri dan makna sebenarnya dari kata itu. Banyak orang
tahu mengucapkan kata itu tapi tidak tahu dengan benar arti dan makna kata etos kerja itu.
Setelah mengetahui arti kata itu maka penyelenggara pelatihan dapat mengidentifikasi sifat-
sifat etos kerja itu untuk dapat diimplementasikan dalam pekerjaaannya sebagai
penyelenggara pelatihan yang baik. Nah ada baiknya bagi kita untuk mengetahui sifat etos
kerja itu bersama dengan artinya.
Menurut Jansen H. Sinamo (2013), sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik
adalah:
- Aktif: giat bekerja
- Ceria: bersih, suci, murni, bersinar, berseri-seri, cerah
- Dinamis: penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan (ada dinamika)
- Disiplin: taat atau patuh terhadap peraturan/tata tertib
- Efektif: membawa hasil, berhasil guna
- Efisien: tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya atau mampu menjalankan tugas dengan tepat
dan cermat, berdaya guna, bertepat guna
- Energik: penuh energi, semangat

16
- Fokus: terpusat pada satu titik perhatian, pandangan, pembicaraan, sasaran, dsb
- Gesit: cekatan
- Ikhlas: bersih hati, tulus hati, rela tanpa pamrih
- Interaktif: bersifat saling melakukan aksi, antar hubungan, saling aktif
- Jeli: awas, tajam
- Jujur: lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus
- Kerja keras: bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak mengeluh
- Kerja tim: bekerja sama dengan sesama untuk kepentingan bersama
- Konsisten: tetap, selaras, sesuai, taat asas
- Kreatif: memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu
- Lapang dada: melegakan perasaan dan pikiran, menjadikan senang
- Membagi: memberikan (sebagian) untuk orang lain
- Menghargai: menghormati, mengindahkan orang lain
- Menghibur: menyenangkan dan menyejukan hati yang susah
- Optimis: orang yang selalu berpengharapan/berpandangan baik dalam menghadapi
segala hal
- Peka: tidak lalai, mudah menerima atau meneruskan
- Rajin: suka bekerja, sungguh-sungguh bekerja
- Ramah: baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya, suka
bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan

- Sabar: tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa- gesa/terburu-buru


- Semangat: roh kehidupan, kekuatan batin, perasaan hati, kemauan, gairah untuk
bekerja

17
- Tanggung jawab: keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, fungsi dari menerima
pembebanan sebagai akibat sikap pihak diri sendiri atau orang lain
- Tekun: rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh
- Teliti: cermat, seksama, hati-hati, ingat-ingat
- Tepat waktu: tidak ada selisih waktu, sesuai dengan jadual
- Teratur: rapi, beres, berturut-turut dengan tetap.
- Terkendali: terkontrol.
- Toleran: bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pandangan, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan,
dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri
- Total: menyeluruh, sepenuhnya
- Ulet: tidak mudah putus asa

B. Karakter Dasar Manusia


Selain sifat-sifat Etos Kerja yang ada yang dapat kita jelaskan dan identifikasi, maka
penyelenggara pelatihan perlu juga mengetahui karakter dasar yang dimiliki manusia. Pada
hakekatnya, ada enam karakter dasar manusia yaitu:
1. Dapat dipercaya (Thruswothiness)
2. Berlaku hormat (Respect)
3. Bertanggung jawab (Responsibility)
4. Berlaku adil (Fairness)
5. Perhatian dan peduli (Caring)
6. Kewargaan (Citizenship)

18
Berikut ini pemaknaan dari setiap karakter dasar yang ada:
1. Karakter Dasar 1 - Dapat Dipercaya (Trustworthiness)
a. Tidak menipu, tidak curang, tidak mencuri
b. Dapat diandalkan
c. satunya kata dengan perbuatan
d. Memiliki keberanian melakukan hal-hal yang benar
e. Membangun reputasi yang baik (bukan citra)
f. Loyal, siap mempertahankan keluarga, teman, komunitas, dan negara
2. Karakter Dasar 2 - Berlaku Hormat (Respect)
a. Memperlakukan orang lain dengan rasa hormat (menjalankan nilai-nilai luhur)
b. Toleran terhadap perbedaan
c. Menggunakan tata cara yang baik, bukan bahasa yang buruk
d. Memberi perhatian terhadap perasaan orang lain
e. Tidak mengancam, memukul, atau menyakiti orang lain
f. Dengan tenang menghadapi kemarahan, perselisihan dan cercaan
3. Karakter Dasar 3 - Bertanggung Jawab (Responsibility)
a. Melaksanakan apa yang dianggap benar untuk dilakukan
b. Gigih-selalu berusaha keras sepenuh hati
c. Selalu melakukan yang terbaik
d. Menggunakan kendali diri
e. Menerapkan disiplin pribadi
f. Berpikir sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensinya
g. Mempertanggungjawabkan pilihannya
4. Karakter Dasar 4 - Berlaku Adil (Fairness)
a. Bermain sesuai aturan
b. Mengikuti dan menggunakan gilirannya serta berbagi

19
c. Berpikiran terbuka mendengarkan orang lain
d. Tidak mengambil keuntungan dari atau memanipulasi orang lain
e. Tidak menyalahkan orang lain sembarangan
5. Karakter Dasar 5 - Perhatian dan Peduli (Caring)
a. Ramah
b. Penuh kasih dan menunjukkan kepedulian
c. Mengungkapkan rasa syukur
d. Memaafkan orang lain
e. Membantu orang yang membutuhkan
6. Karakter Dasar 6 - Kewargaan (Citizenship)
a. Melakukan partisipasi untuk membuat lembaganya dan komunitasnya menjadi
lebih baik
b. Bekerja sama
c. Terlibat dalam urusan komunitas
d. Berusaha tetap memiliki informasi, menggunakan hak pilih
e. Menjadi tetangga yang baik
f. Menaati hukum dan peraturan, menghormati otoritas
g. Melindungi lingkungan

C. Latihan
1. Jelaskan sifat-sifat etos kerja yang anda ketahui.
2. Memahami karakter dasar manusia sangat penting bagi penyelenggara pelatihan.
Mengapa dan jelaskan.
3. Identifikasi sifat-sifat etos kerja yang Anda miliki sebagai penyelenggara pelatihan
sekarang.

D. Rangkuman
Demikianlah sifat-sifat etos kerja dan karakter dasar manusia yang baik yang perlu kita
ketahui sebagai penyelenggara pelatihan. Dengan mengetahui kata dan makna kata etos kerja
itu, maka kita dapat mengidentifikasi sifat-sifat etos kerja bagi kita dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan kita dengan penuh semangat motivasi kerja yang tinggi serta dapat
meningkatkan kinerja kita sebagai penyelenggara pelatihan yang produktif dan profesional.

20
E. Evaluasi
Sebagai penyelenggara pelatihan, tentu Anda memiliki tugas dan fungsi dalam
menyelenggarakan sebuah pelatihan. Apakah tugas dan fungsi anda di dalam penyelenggara
pelatihan itu, Coba kaitkan tugas Anda dengan sifat-sifat etos kerja yang ada. Silahkan
identifikasi sifat-sifat etos kerja yang mana yang harus Anda miliki dan renungkan, sehingga
nantinya Anda dapat memiliki etos kerja yang produktif dan profesional dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai penyelenggara pelatihan.

21
Bab IV

Etos Kerja

2
2
BAB IV

ETOS KERJA

“Kebahagiaan adalah perasaan yang muncul karena pemenuhan yang berasal dari kerja
keras.“
[Joseph Barbara]

INDIKATOR HASIL BELAJAR:


Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat menjelaskan etos
kerja.

A. Pengertian
Secara umum istilah etos kerja sudah kita jelaskan di awal. Etos kerja pada bab ini
maksudnya adalah bagaimana kita mampu menginternalisasi etos kerja di dalam
penyelenggaraan pelatihan. Internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar
dapat tertanam dalam diri penyelenggara pelatihan. Beberapa cara untuk
menginternalisasikan etos kerja, yaitu:
1. Membangun kebiasaan yang efektif
2. Belajar dan berlatih
3. Melalui penciptaan kondisi yang tertib, disiplin dan terkendali dalam lingkungan kerja
4. Membangun kesadaran pribadi
5. Meningkatkan nilai-nilai iman

23
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara memiliki tugas untuk melayani
masyarakat. Keberadaan PNS yang berinteraksi dengan masyarakat dalam menyajikan
pelayanan menjadikannya sebagai bagian dari pemerintah yang sangat diperhatikan oleh
masyarakat. Begitu besarnya harapan masyarakat terhadap pelayanan publik yang baik
namun sampai saat ini aparatur pemerintah belum mampu mewujudkan kepuasan publik atau
dengan kata lain belum mampu memberikan pelayanan secara prima. Ada benarnya persepsi
negatif masyarakat terhadap kinerja atau Etos Kerja PNS seperti: sikap PNS kurang responsif,
kurang efisien, tidak berorientasi ke masa depan, tidak menghargai mutu, tidak kreatif atau
tidak disiplin, dan lain-lain.
Beberapa sikap tidak terpuji tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari bagaimana
organisasi yang umumnya direpresentasikan oleh pemimpin memposisikan,
menginterpretasikan, mengapresiasikan, dan memperlakukan sumber daya manusia yang
ada, termasuk bagaimana mengelola sumber daya lainnya.
Tantangan yang dihadapi oleh organisasi di lingkungan pemerintahan salah satunya
adalah tantangan individual yaitu bahwa dalam manajemen sumber daya manusia, cita-cita,
harapan, aspirasi, keinginan, dan kebutuhan para anggota organisasi sebagai manusia dan
selaku pegawai harus diupayakan agar terpenuhi dengan memuaskan karena dengan
demikian mereka akan termotivasi untuk menampilkan perilaku positif (dalam Siagian, 2005).
Untuk mewujudkan ‘Good Governance’ (kepemerintahan yang baik) pemerintah telah
membuat PP No. 42/2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik Pegawai Negri Sipil
(Pasal 4) yaitu: Ruang lingkup pembinaan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil mencakup:
peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan profesionalitas
Pegawai negri Sipil). Selain itu Etos kerja Pegawai Negeri Sipil juga diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri menyatakan bahwa
disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman
disiplin.
Kemudian, internalisasi etos kerja dapat dilakukan dngan memahami tugas dan fungsinya
dalam penyelenggaraan pelatihan. Sebagai penyelenggara pelatihan yang profesional,
keberhasilan menyelenggarakan pelatihan berarti keberhasilan dalam tugas yang
akanmendukung keberhasilan dalam karier. Efektivitas proses belajar ini sangat tergantung

24
dari faktor-faktor antara lain:
1. Tujuan Pelatihan
2. Susunan Kurikulum
3. Tenaga Kepelatihanan (antara lain Widyaiswara dan Penyelenggaraan Pelatihan)
4. Peserta
5. Metode
6. Bahan Ajar/Materi Pelatihan
7. Sarana dan Prasarana Pelatihan e-learning
8. Waktu dan Penjadwalan
9. Administrasi dan Anggaran
10. Lingkungan dan Suasana Pelatihan

25
B. Kaitan Antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelatihan
Dalam penyelenggaraan Pelatihan semua faktor-faktor tersebut yang diatas saling
memengaruhi satu dengan lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil menyatakan bahwa Pengembangan kompetensi merupakan
upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan
rencana pengembangan karier. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pencapaian tujuan pengembangan kompetensi diantaranya adalah Widyaiswara,
penyelenggara pelatihan/pengembangan kompetensi, peserta, media pembelajaran, dan lain-
lain. Widyaiswara adalah salah satu faktor yang menentukan dalam penyelenggaraan
pelatihan, khususnya pada proses pembelajaran. Oleh karena itu Widyaiswara menjadi
garapan kedua setelah peserta Pelatihan yang perlu diperhatikan.
Peserta Pelatihan dan Widyaiswara berinteraksi melalui Bahan ajar atau mata pelatihan
yang tersusun dalam kurikulum. Maka garapan ketiga adalah kurikulum. Interaksi antara
peserta dan widyaiswara terjadi dalam proses pembelajaran atau proses belajar mengajar.
Maka proses pembelajaran inilah yang menjadi fokus garapan, karena segala upaya mencapai
tujuan Pelatihan terpusat pada proses pembelajaran dan faktor selanjutnya adalah metode
pembelajaran, media atau sarana dan prasarana pelatihan.
Proses pembelajaran akan semakin efektif apabila ditunjang dengan kegiatan
ketatausahaan dan akan semakin berhasil apabila seluruh kegiatan penunjangnya

26
diorganisasikan dengan baik, termasuk pengorganisasian struktur, jenjang pelatihan dan
sebagainya. Dan pada akhirnya Pelatihan sebagai suatu organisasi tak akan berhasil bila tidak
didukung oleh anggaran pelatihan yang cukup dan terencana.
Kedelapan faktor keberhasilan Pelatihan ini disusun secara sistematis dan logis yang akan
merupakan delapan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pelatihan yang harus
direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dilaksanakan oleh penyelenggara pelatihan
melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik.

C. Persiapan Penyelenggaraan Pelatihan

Penyelenggaraan Pelatihan adalah proses atau serangkaian kegiatan/perbuatan yang


dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan
ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu sesuatu yang menyebabkan atau
mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pelatihan sebagai berikut:
1. Peserta
Dalam persiapan penyelenggaraan pelatihan, maka perlu bagi penyelenggara untuk
mengecek dan mengumpulkan persyaratan peserta pelatihan untuk masing-masing
jenis program Pelatihan. Adapun tugasnya antara lain adalah:
a. Menyusun konsep surat edaran untuk menjaring peserta Pelatihan dari unit terkait.
b. Menyebarkan surat edaran tentang penyelenggaraan Pelatihan untuk
mendapatkan calon peserta Pelatihan dari unit terkait.

27
c. Menyusun daftar calon peserta Pelatihan yang masuk dan selanjutnya diserahkan
pada tim seleksi peserta Pelatihan yang umumnya terdiri dari pengelola Pelatihan
dan pejabat terkait dengan pengembangan pegawai.
d. Hasil seleksi peserta disimpan dan selanjutnya dipanggil untuk mengikuti Pelatihan
yang telah ditentukan. Dalam proses pemanggilan ini, penyelenggara hendaknya
selalu memantau calon peserta untuk mengetahui kesediaan yang bersangkutan
mengikuti Pelatihan pada waktu yang telah ditentukan.
e. Dalam hal peserta terpilih/terseleksi berhalangan mengikuti Pelatihan, maka
penyelenggara hendaknya segera melaporkan kepada tim seleksi atau orang yang
diberi wewenang dalam penentuan calon pengganti. Tapi biasanya hal ini sudah
diantisipasi oleh tim seleksi, sehingga tim seleksi umumnya telah menentukan calon
cadangan, minimal 10% dari jumlah peserta yang diharapkan.
f. Mendokumentasikan hal-hal yang terkait dengan peserta Pelatihan.
2. Widyaiswara
Penyelenggaraan suatu Pelatihan akan berhasil sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan apabila mempunyai tenaga Widyaiswara yang kompeten. Untuk itu
penyelenggara Pelatihan perlu memperhatikan persiapan-persiapan yang menyangkut
widayaiswara yaitu sebagai berikut:
a. Mengecek mata Pelatihan untuk masing-masing Pelatihan yang akan
diselenggarakan.
b. Berdasarkan mata Pelatihan tersebut di atas, penyelenggara mengumpulkan nama
widyaiswara pengampu masing-masing mata Pelatihan.
c. Mengecek kriteria/persyaratan penetapan calon widyaiswara.
d. Mengidentifikasi dan mencocokkan kompetensi widyaiswara yang telah
dikumpulkan tersebut.
e. Membuat daftar calon widyaiswara yang memenuhi kriteria/persyaratan
kompetensi untuk masing-masing mata Pelatihan dan selanjutnya diajukan kepada
pengelola Pelatihan yang ditunjuk.
f. Widyaiswara terpilih/terseleksi, dihubungi untuk kesediaannya memberikan data
Pelatihan pada waktu yang telah ditetapkan. Untuk satu mata Pelatihan pilihan
sedikitnya 3 widyaiswara, untuk menjaga kemungkinan widyaiswara berhalangan.

28
g. Pada saat pemberitahuan widyaiswara, kepada yang bersangkutan sekaligus
diinformasikan mengenai peserta Pelatihan, kurikulum dan silabi, kesediaan untuk
menyiapkan bahan ajar/materi Pelatihan apabila belum ada.
h. Walaupun sudah disampaikan melalui telepon, hal yang mutlak dilakukan adalah
menyiapkan surat undangan secara resmi, yang menyatakan tentang:
1) Sifat pelatihan
2) Kapan pelatihan diselenggarakan
3) Dimana pelatihan akan dilaksanakan
4) Tujuan pelatihan
5) Latar belakang peserta
6) Mata pelatihan dan sekuensi penyampaiannya
7) Dan lain-lain yang perlu diketahui widyaiswara
i. Agar program pelatihan yang akan diselenggarakan lebih jelas bagi widyaiswara,
atur pertemuan/rapat dengan widyaiswara.
j. Beberapa saat sebelum waktu pelaksanaan proses pembelajaran, penyelenggara
hendaknya mengkonfirmasi kembali kepastian widyaiswara untuk menyampaikan
mata pelatihan yang telah ditetapkan.
3. Kurikulum
a. Mengecek kurikulum, silabi dan Rancang Bangun Program Mata Pelatihan atau yang
disngkat dengan RBPMP, yang dulu sering disebut dengan Garis-garis Besar
Program Pembelajaran (GBPP) mata pelatihan program yang akan diselenggarakan.
b. Mengecek apakah untuk mata pelatihan tersebut sudah tersedia bahan ajar, modul
atau naskah pegangan peserta.
c. Menginformasikan hal-hal tersebut kepada widyaiswara yang akan mengajar, agar
widyaiswara bersangkutan dapat menyiapkan diri dengan baik.
4. Sarana dan Prasarana Pelatihan
Selanjutnya, penyelenggara pelatihan perlu mengecek kesiapan sarana dan prasarana
pelatihan, apakah sudah siap untuk proses pembelajaran dan mengenai penentuan
tempat pelatihan akan dilaksanakan oleh pengelola pelatihan. Hal-hal yang di cek
dalam sarana dan prasarana pelatihan ini, antara lain adalah:
a. Kursi dan meja dalam keadaan bersih

29
b. Pengaturan tempat duduk peserta dan widyaiswara yang baik, yang memungkinkan
komunikasi yang efektif diantara peserta dan widyaiswara
c. White board/black board dalam keadaan bersih
d. Spidol (marker) dan penghapus sudah tersedia
e. Sarana alat pandang dengar dan perlengkapannya sudah disiapkan
f. Lembar balik/flipchart dan penyangganya
g. Lakban, gunting dan penggaris
h. Alat bantu lain, misalnya model, alat peraga dan sebagainya
i. Alat penyejuk ruangan/ventilasi yang memadai sudah diatur
j. Sarana dan prasarana kesehatan (ruang periksa, obat-obatan, tenaga medis dan
para medis) apakah sudah tersedia
k. Menyiapkan dan membagikan buku-buku, bahan ajar atau naskah pegangan
peserta

D. Proses Pembelajaran

Penyelenggara pelatihan harus memperhatikan hal-hal apa saja yang ada dalam proses
pembelajaran suatu pelatihan yang ada. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Sebelum pembelajaran dimulai, penyelenggara perlu mengecek terlebih dahulu
mengenai kesiapan bahan-bahan yang diperlukan bagi peserta Pelatihan. Apa sudah
dibagikan atau disiapkan di kelas atau belum.
2. Mengecek kehadiran peserta dan widyaiswara dalam pembelajaran e-learning, karena
tanpa kehadiran mereka proses pembelajaran tidak akan berjalan. Jika salah satu saja
yang tidak ada atau yang tidak hadir, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan
secara efektif. Apabila widyaiswara berhalangan hadir, maka penyelenggara segera
menghubungi widyaiswara pengganti atau cadangan agar dapat mengajar. Dalam hal

30
tidak ada widyaiswara yang dapat hadir untuk mata pelatihan tersebut, maka
penyelenggara dapat mencoba menukar jadwal mata pelatihan dengan
mempertimbangkan sekuensi dari mata pelatihan tersebut. Hal ini sangat perlu,
karena ada mata-mata pelatihan yang dipersyaratkan penyampaiannya setelah mata
pelatihan tertentu sudah diterima.
3. Mencatat kehadiran peserta dan widyaiswara. Hal ini perlu diperhatikan untuk melihat
kedisplinan peserta pelatihan dan widyaiswara/fasilitator dalam melaksanakan
tugasnya dalam pembelajaran yang ada.

E. Ketatausahaan
Apa saja yang ada di dalam Ketatausahaan? Administrasi penyelenggaraan pelatihan
dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan. Penyelenggara pelatihan
perlu mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam dalam administrasi penyelenggraan
pelatihan. Adapun kegiatan tersebut antara lain:
1. Membuat surat undangan atau pemanggilan peserta pelatihan
2. Membuat undangan rapat widyaiswara dan undangan mengajar
3. Membuat jadwal pelatihan
4. Membuat buku pedoman penyelenggaraan pelatihan
5. Menyiapkan form biodata widyaiswara

F. Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian ini pembahasan dilakukan untuk masing-masing kegiatan, tidak
tahap demi tahap seperti kegiatan administrasi lainnya.
1. Pembentukan Panitia
Kegiatan ini dilakukan bagi organisasi/unit kerja yang memerlukan penegasan peranan
setiap staf atau dalam hal unit kerja tersebut memiliki beban kerja yang cukup besar
(program pelatihan cukup banyak), sehingga memerlukan bantuan staf dari unit kerja
lain dalam penyelenggaraan pelatihan. Tapi bagi unit kerja yang sudah jelas betul tugas
pokok, fungsi dan peranan staf dan dalam penyelenggaraan pelatihannya dapat
ditangani sendiri, kegiatan pembentukan panitia ini tidak diperlukan lagi.
Bila panitia diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan, maka pengelola pelatihan
akan menetapkan panitia penyelenggara pelatihan yang ketetapan siapa bertugas

31
menangani apa, akan dimuat dalam Surat Keputusan Pembentukan Panitia
Penyelenggara Pelatihan.
2. Upacara Pembukaan Program Pelatihan
Dalam pengorganisasian ini, penyelenggara pelatihan perlu memahami betapa
pentingnya kegaitan Upacara Pembukaan Program suatu pelatihan. Untuk itu,
tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Mengkonfirmasi kepada pengelola pelatihan, siapa pejabat akan diundang pada
upacara pembukaan
b. Membuat surat undangan pada upacara pembukaan
c. Menyiapkan ruangan upacara
d. Menyiapkan konsumsi
e. Melaksanakan upacara pembukaan
f. Menjelaskan kepada peserta tentang sasaran pelatihan, aturan-aturan yang
diterapkan Pelatihan, hak dan kewajiban peserta serta hal-hal lain yang perlu
diketahui peserta selama Pelatihan berlangsung
3. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelatihan
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan, maka tugas yang perlu dilakukan
penyelenggara pelatihan terhadap unsur-unsur pelatihan dibawah ini adalah sebagai
berikut:

a. Peserta
1) Menerima dan membuat daftar peserta yang hadir

32
2) Menyediakan daftar hadir peserta dan mengecek /memantau tingkat kehadiran
peserta
3) Memantau sikap dan partisipasi peserta selama mengikuti kegiatan Pelatihan
b. Widyaiswara
Penyelenggaraan suatu Pelatihan akan berhasil sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan apabila mempunyai tenaga Widyaiswara yang kompeten, untuk itu
penyelenggara Pelatihan perlu memperhatikan pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Mencatat kehadiran Widyaiswara dalam pelaksanaan proses pembelajaran
2) Menanyakan apakah Widyaiswara yang menyiapkan bahan ajar, modul atau
naskah pegangan yang perlu digandakan untuk peserta
3) Membacakan biodata widyaiswara
4) Membagikan formulir evaluasi atau umpan balik bagi widyaiswara kepada
peserta Pelatihan
c. Kurikulum
1) Memantau pelaksanaan kurikulum dalam proses pembelajaran
2) Membuat catatan tertulis mengenai pelaksanaan kurikulum
3) Membagikan bahan/materi Pelatihan yang terkait dengan kurikulum
d. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Dalam tahap pelaksanaan ini, penyelenggara tidak banyak berperan kalau semua
sarana dan prasarana sudah disiapkan dengan baik dan rapi. Hanya tinggal
memantau kalau ada hal-hal yang tidak beres. Dan sewaktu-waktu kalau diperlukan
bantuannya oleh widyaiswsara dalam mengubah posisi tempat duduk dan
sebagainya.
e. Proses Pembelajaran

33
1) Setelah semua persiapan proses pembelajaran yang terkait dengan tugas
penyelenggaraan dilaksanakan, maka selanjutnya penyelenggaraan memantau
kegiatan tersebut.
2) Pada saat proses pembelajaran, penyelenggara hendaknya berada di kelas,
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan bantuannya oleh widyaiswara.
f. Ketata Usahaan
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan pada ketata usahaan adalah:
1) Menyerahkan bukti mengajar
2) Mengurus administrasi keuangan pelatihan
3) Melaksanakan evaluasi kegiatan peserta dan widyaiswara
g. Keuangan
Administrasi keuangan yang dilakukan oleh panitia penyelenggara Pelatihan antara
lain adalah:
1) Pembayaran honorarium
2) Penggantian transport peserta dan pembayaran uang saku peserta selama
mengikuti pelatihan
3) Penggandaan bahan ajar, naskah pegangan atau modul pelatihan
4) Pembelian sarana dan media pelatihan
5) Pembayaran konsumsi dan akomodasi peserta
6) Pemegang kas kecil untuk pembayaran hal-hal tak terduga yang menjadi
tanggungan penyelenggara pelatihan

34
G. Penutupan Penyelenggaraan Pelatihan

Kegiatan terakhir dalam penyelenggaraan pelatihan adalah penutupan penyelenggaraan


pelatihan. Dalam kegiatan penutupan penyelenggaraan pelatihan yang perlu dilakukan
penyelenggara pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Mengkonfirmasi kepada pengelola pelatihan, siapa pejabat akan diundang pada
upacara penutupan
2. Membuat surat undangan pada upacara penutupan
3. Menyiapkan ruangan upacara
4. Membuat laporan yang akan dibacakan pada upacara penutupan
5. Menyiapkan konsumsi
6. Melaksanakan upacara penutupan

H. Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan

1. Pengertian dan Fungsi Laporan


Laporan adalah penyampaian informasi dari petugas/pejabat tertentu kepada petugas
atau pejabat lain dalam suatu Sistem Administrasi (Lamuddin Finoza, Aneka Surat,
Statuta, laporan dan Proposal, hal 89). Laporan Penyelenggaraan Pelatihan merupakan
upaya pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan penyampaian hasil

35
penyelenggaraan pelatihan kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
pelatihan, sebagai bahan informasi pengambilan keputusan lebih lanjut.
Lebih lanjut dikatakan bahwa laporan adalah suatu dokumen sebagai hasil dari
serangkaian kegiatan mencari dan menyajikan informasi mengenai suatu hal tertentu.
Dengan demikian laporan merupakan keterangan atau informasi yang dihimpun,
diolah, dan disajikan secara tertulis. Adapun kegiatan mencari keterangan tersebut
dapat dilakukan melalui kegiatan:
a. Observasi, yaitu suatu kegiatan mendapatkan informasi dengan cara melaksanakan
pengamatan terhadap obyek yang diamati. Misalnya dalam penyelenggaraan
pelatihan Si calon Pembuat Laporan melakukan pengamatan terhadap
penyelenggaraan pelatihan secara intens sehingga diperoleh suatu data berupa
informasi yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan.
b. Penyelidikan, yaitu upaya untuk mendapatkan keterangan dengan cara bertanya,
mencatat serta membandingkan dengan sumber informasi.
c. Studi yaitu upaya untuk mendapatkan keterangan dengan cara mengumpulkan data
dan informasi yang terkait dengan pokok permasalahan, membaca dokumen atau
bertukar pikiran untuk mendapatkan informasi yang valid.
Lalu pertanyaannya adalah apakah fungsi laporan itu? Nah, adapun fungsi laporan
penyelenggaraan pelatihan antara lain:
a. Fungsi informatif. Fungsi informatif mengandung pengertian bahwa laporan
berguna sebagai sumber informasi bagi pejabat yang melaksanakan tugas-tugasnya.
Di dalam penyelenggaraan pelatihan laporan memberikan informasi kepada
pimpinan mengenai berbagai hal berkaitan penyelenggaraan pelatihan, sehingga
dapat dipakai sebagai bahan pengambilan keputusan lebih lanjut.
b. Fungsi pertanggungjawaban. Hal ini berarti bahwa laporan merupakan
pertanggungjawaban dari pelapor mengenai hal yang dilaporkannya. Dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan pelatihan, laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan dokumentasi yang memuat rincian mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan penyelenggaraan pelatihan.
c. Fungsi pengawasan. Hal ini berarti bahwa laporan sebagai alat pengawasan bagi
atasan dengan membaca laporan yang telah dibuat oleh stafnya, meskipun atasan
tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dengan membaca laporan yang ada

36
pengawas dan penanggung jawab pelatihan akan mengetahui sejauh manakah
perkembangan pelaksanaan pelatihan.
d. Fungsi komunikasi, yakni memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan
yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelatihan.
e. Fungsi evaluasi, yakni sebagai bahan umpan balik dalam penyelenggaraan pelatihan
di masa yang akan datang.
f. Sebagai bahan dokumentasi dan referensi.
2. Syarat dan Jenis Laporan
Suatu laporan manajerial pada prinsipnya memiliki ciri khusus yang membedakannya
dengan jenis laporan lainnya, sebagai berikut:
a. Mengandung semua fakta yang bertalian dengan hal yang secara obyektif
dilaporkan.
b. Menyampaikan kesimpulan dan saran atau rekomendasi tertentu berdasarkan
fakta-fakta.
c. Mempunyai bentuk tersendiri sesuai aturan yang ada.
d. Mengandung suatu gaya tulis yang sesuai dengan fakta yang diungkapkan, bukan
secara tertulis.
e. Menampilkan suatu tata wajah yang mencerminkan pembuatan laporan dikerjakan
dengan penuh kesungguhan.
Di samping itu laporan penyelenggaraan pelatihan harus dapat menyajikan secara
jelas, menggambarkan hal-hal yang penting dan bermanfaat serta mengandung suatu
kesimpulan tentang penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena itu hal-hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penulisan pelaporan penyelenggaraan pelatihan adalah:
a. Bahasa yang dipergunakan harus mudah dipahami.
b. Kalimat sederhana dan jelas.
c. Isi laporan harus menggambarkan yang sebenarnya (obyektif).
d. Apabila dalam laporan digunakan singkatan-singkatan, maka perlu adanya
penjelasan secara rinci agar memudahkan di dalam memahami isi laporan.
e. Laporan hendaknya disampaikan secara informatif. Untuk menghindari salah
pengertian terhadap arti kata atau kalimat dalam laporan, perlu dihindari istilah-
istilah yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.

37
Lamuddin Finoza menyatakan bahwa laporan sebagai alat komunikasi yang efektif
paling tidak memenuhi 6 (enam) persyaratan dalam pembuatan laporan. Syarat
tersebut adalah:
a. Lengkap. Laporan harus lengkap mengandung data dan fakta sehingga dapat
dipergunakan pimpinan dalam pengambilan keputusan lebih lanjut.
b. Jelas. Laporan harus terinci dengan jelas. Untuk itu uraian dalam laporan tidak
memberikan peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh dua orang atau lebih.
c. Benar. Laporan harus mengandung kebenaran. Oleh karena itu harus didukung data
dan fakta yang obyektif. Apabila laporan tersebut salah maka akan berdampak
dalam pengambilan keputusan oleh pimpinan.
d. Sistematis. Laporan harus sistematis agar memudahkan diikuti oleh yang
membacanya. Untuk itu laporan harus diorganisir sedemikian rupa, misalnya
dengan sistem pengkodean yang teratur agar menjadi suatu wacana yang
terstruktur rapi.
e. Obyektif. Pelapor harus netral dalam artian tidak ada unsur subyektifitas dan harus
bersikap netral dengan kriteria yang umum dipakai oleh kebanyakan orang.
f. Tepat waktu. Ketepatan waktu dalam penyampaian sebuah laporan dapat
dikatakan mutlak, lebih-lebih jika laporan sudah ditunggu oleh berbagai pihak yang
memerlukan sesuai dengan kegunaan laporan.
Terkait dengan laporan penyelenggaraan pelatihan, maka laporan penyelenggaraan
pelatihan termasuk jenis laporan analitik. Hal ini disebabkan dalam laporan
penyelenggaraan pelatihan tidak hanya memberikan informasi tetapi juga menafsirkan
data sebaik mungkin, sehingga sangat berguna sebagai bahan umpan balik dalam
penyelenggaraan pelatihan berikutnya. Untuk itu maka di dalam membuat laporan
jenis ini harus mengacu pada jenis-jenis laporan yang telah dijelaskan dalam uraian di
atas.
3. Laporan Dari Segi Maksudnya
a. Laporan Informatif. Laporan ini berbentuk informasi yang didukung oleh suatu
rekomendasi. Laporan informatif adalah laporan yang hanya bersifat memberi
informasi kepada pimpinan agar ia memperoleh gambaran tentang sesuatu
masalah sehingga dapat mengikuti perkembangan dengan baik.

38
b. Laporan Rekomendasi. Rekomendasi berarti pendapat berupa penilaian tentang
suatu hal atas dasar pengamatan semata, bukan atas dasar penelitian yang
mendalam. Rekomendasi juga dapat diartikan sebagai usul yang tidak mengikat.
Laporan rekomendasi adalah laporan yang di samping menyampaikan informasi
juga menyertakan pendapat si pelapor, misalnya dengan mengemukakan alasan
atau sebab terjadinya informasi yang dilaporkan. Laporan ini bertujuan pokok
memberikan rekomendasi mengenai suatu masalah.
c. Laporan Analitik. Laporan ini memberikan informasi kepada pimpinan, juga
memberikan sumbangan pikiran yang menyangkut informasi yang dilaporkan.
Sumbangan pikiran itu berupa pendapat dan saran yang diberikan oleh pelapor
setelah melakukan analisis yang matang dan mendalam.
d. Laporan Pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban dimaksudkan untuk
memberikan pertanggungjawaban atas tugas atau wewenang yang telah
dilimpahkan oleh atasan. Laporan ini memberi gambaran pekerjaan yang masih
perlu diselesaikan atau evaluasi pekerjaan yang telah rampung. Karena laporan
pertanggungjawaban kadang-kadang dapat juga disebut laporan kemajuan
(progress report).
e. Laporan Kelayakan. Laporan ini menganalisis suatu situasi atau masalah secara
mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan, layak atau tidak. Di dalam
laporan ini berbagai alternatif dianalisis, lalu ditentukan mana yang terbaik.
Dalam kaitannya dengan hal ini laporan pembukaan atau penutupan pelatihan
disampaikan secara tertulis dan lisan, hal ini disebabkan laporan ini dibuat secara
tertulis dan disampaikan pada waktu acara pembukaan atau penutupan suatu
pelatihan tertentu oleh Ketua Pelaksana Pelatihan.
4. Laporan Dari Segi Waktu Penyampaiannya
a. Laporan Insidental. Insidental artinya tidak rutin, sekali-kali, kadang-kadang.
Laporan insidental adalah laporan yang waktu penyampaiannya tidak terjadwal
secara tetap. Laporan ini muncul atau dibuat jika ada kegiatan atau kejadian yang
sifatnya mendadak.
b. Laporan Periodik. Laporan periodik dibuat menurut periode tertentu, harian,
mingguan, bulanan, triwulan, tengah tahunan, tahunan, sesuai dengan waktu
penyampaiannya.

39
5. Langkah-Langkah Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pelatihan
Dalam pokok bahasan di atas telah dibahas tentang Pengertian, Syarat dan Jenis
Laporan. Maka dalam pokok bahasan ini anda akan dipandu untuk memahami tentang
langkah-langkah pembuatan laporan secara efektif. Adapun langkah-langkah
pembuatan laporan antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan subyek laporan
Hal ini dimaksudkan untuk mamberikan kejelasan tentang laporan yang akan
disampaikan, ada pembatasan diri dan memenuhi keinginan pihak yang akan
menerima laporan.
2) Mengumpulkan data dan fakta
Data dan fakta yang dipergunakan dalam penyusunan laporan penyelenggaraan
pelatihan misalnya:
a) Surat keputusan dan landasan-landasan yuridis lainnya.
b) Laporan hasil pemantauan dan monitoring kegiatan pelatihan.
c) Hasil evaluasi peserta pelatihan, baik yang berasal dari Asisten Akademis,
Widyaiswara maupun panitia penyelenggara yang lain.
d) Perilaku peserta pelatihan.
e) Rencana/program kerja.
f) Notulen rapat.
g) Grafik, tabel, dan sebagainya
Bahan-bahan laporan di atas dapat diperoleh dari data primer maupun dari data
sekunder. Data primer meliputi: hasil wawancara, hasil diskusi, hasil pengisian
daftar pertanyaan, hasil observasi langsung dan lain sebagainya. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari catatan-catatan harian, hasil monitoring, dan Surat
Keputusan.
3) Mengolah data dan fakta menjadi informasi
Data yang telah terkumpul melalui cara-cara pengumpulan seperti tersebut
diatas, harus diklasifikasikan dengan tepat supaya dapat dipergunakan dengan
baik, sistematis dan tepat. Pengklasifikasian ini berguna dalam rangka:
a) Menyusun sistematika laporan.
b) Menentukan data mana yang perlu dimasukkan untuk dianalisis dan data
mana pula yang cukup disertakan sebagai lampiran-lampiran saja.

40
c) Mempermudah penentuan koreksi antara data yang satu dengan data lainnya
dan selanjutnya akan mempermudah dalam analisanya. Setelah dibuat
klasifikasi data sebagai diuraikan di atas maka dapatlah diadakan evaluasi dan
pengolahan (analisa) data.
4) Menentukan sistematika laporan
Sistematika Laporan Penyelenggaraan pelatihan, ada beberapa macam, namun
dari semua laporan yang ada sebenarnya dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) klasifikasi di antaranya adalah:
a) Pendahuluan
b) Isi Laporan
Isi laporan sering juga disebut dengan batang tubuh laporan adalah bagian
yang memuat isi utama yang dapat meliputi pelaksanaan suatu kegiatan,
tujuan yang telah dicapai, kendala yang telah dihadapi, saran perbaikan,
bahkan dapat pula memperkenalkan penemuan baru. Uraian tentang isi
laporan dapat dilengkapi dengan grafik, chart, diagram, tabel dan sebagainya
untuk memperjelas isi laporan.
c) Analisis
Analisis adalah kegiatan menghitung, menimbang-nimbang, membandingkan
dan mengkaji aspek tertentu.
d) Penutup/Kesimpulan
Penutup adalah bagian akhir dari suatu laporan yang tidak mengandung
analisis. Apabila di dalam kesimpulan tidak ada kekurangan maka tidak perlu
diberikan saran.
5) Teknik Pembuatan Laporan Penyelenggaraan Pembukaan dan Penutupan
Pelatihan
Laporan Pembukaan dan Penutupan Pelatihan dibuat oleh Ketua Pelaksana
Pelatihan sebagai pertanggungjawaban dalam rangka penyelenggaraan atau
penutupan suatu pelatihan tertentu. Jenis laporan ini biasanya dibacakan oleh
Ketua Pelaksana Pelatihan saat dilaksanakan acara Pembukaan maupun acara
Penutupan suatu jenis pelatihan tertentu. Adapun sistematika laporan antara
lain sebagai berikut:
a) Laporan Penyelenggaraan Pembukaan Pelatihan

41
- Pendahuluan, berisi latar belakang dilaksanakan Pelatihan X (yang sedang
dibuka), dan Dasar Penyelenggaraan Pelatihan.
- Tujuan dan Sasaran. Dalam hal ini diuraikan tentang tujuan dan sasaran
dilaksanakan Pelatihan tersebut.
- Waktu dan Tempat. Berisi waktu dan Tempat dilaksanakan kegiatan
Pelatihan.
- Kepesertaan. Berisi syarat peserta dan sampai dengan acara pembukaan
ini berapa jumlah peserta yang sudah hadir, berapa yang belum hadir dan
sejauh manakah kemungkinan peserta dapat memenuhi jumlah yang telah
ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan.
- Kurikulum dan Metode Pembelajaran. Berisi tentang uraian kurikulum
yang akan diberikan selama pelatihan, alokasi waktu untuk setiap mata
sajian dan metode yang akan dipergunakan dalam proses pembelajaran.
- Tenaga Kependidikan. Berisi informasi tentang siapakah yang akan
melaksanakan proses pembelajaran pada Pelatihan tersebut.
- Evaluasi yang akan dilaksanakan untuk menentukan tingkat kelulusan
peserta pelatihan.
Perlu pula ditekankan di sini bahwa mohon kesediaan pimpinan untuk
membuka secara resmi kegiatan penyelenggaraan pelatihan. Dan himbauan
kepada peserta pelatihan untuk melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan
pelatihan secara efektif.
b) Laporan Penyelenggaraan Penutupan Pelatihan
Laporan jenis ini dibacakan oleh Ketua Pelaksana Pelatihan pada akhir
penyelenggaraan pelatihan. Laporan ini dimaksudkan sebagai
pertanggungjawaban panitia penyelenggara kepada pimpinan di depan
Umum. Laporan ini antara lain memuat hal- hal sebagai berikut:
- Kepesertaan, dalam hal ini diuraikan berapa jumlah peserta pelatihan,
kondisi peserta pelatihan sampai dengan hari ini baik menyangkut kondisi
kesehatan, partisipasi peserta pelatihan selama mengkuti pelatihan dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada saat pelatihan.

42
- Kurikulum, dijelaskan alokasi waktu untuk menyelesaikan kurikulum
tersebut, metode serta Tenaga Pelatihan yang membawakan materi
tersebut.
- Ujian, dijelaskan tentang pelaksanaan ujian untuk mengetahui sejauh
manakah tingkat pemahaman peserta pelatihan selama mengikuti
pelatihan.
- Evaluasi, dalam hal ini dijelaskan tentang kegiatan yang dilaksanakan
dalam melaksanakan evaluasi peserta pelatihan serta hasil yang dicapai
peserta pelatihan.
- Sertifikat.
Demikian tugas-tugas dan kegiatan yang perlu dipahami seorang
penyelenggara pelatihan. Selanjutnya dengan memahami tugas-tugasnya
dalam bidang penyelenggaraan pelatihan, maka penyelenggara pelatihan
dapat merenungkan dan menginternalisasi tugasnya apakah di dalam
pekerjaannya sebagai penyelenggara pelatihan sudah tepat dan maksimal.
Jika belum tepat atau maksimal, maka penyelenggara pelatihan perlu
meningkatkan etos kerjanya dengan mempelajari studi kasus-studi kasus yang
ada yang pernah dibaca atau dijumpai di saat penyelenggaraan pelatihan
berlangsung dan video pendek tentang etos kerja seorang pegawai atau
pelaksana penyelenggara pelatihan.

STUDI KASUS
Seorang penyelenggara pelatihan dapat menjelaskan etos kerja dengan mengamati dan
mempelajari kasus-kasus yang ada di dalam lingkungan kerjanya. Dengan kesadaran diri untuk
belajar dan bekerja lebih baik, maka berikut ini ada beberapa kasus yang dapat dipelajari
sehingga proses menginternalisasi etos kerja dapat terjadi dengan baik.
Mari baca, simak dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

43
Kasus 1: Pelanggaran Jam Kerja Kembali Dominasi Kasus Disiplin PNS
(REPORTER: Nurmayanti|12 April 2019 12:20 WIB | Sumber:
(http://www.liputan6.com/bisnis/read/3939872/pelanggaran-jam-kerja-kembali-
dominasi-kasus-disiplin-pns, diakses 28 Januari 2020 )
Pelanggaran jam kerja masih mendominasi kasus-kasus disiplin yang melibatkan para
pegawai negeri sipil (PNS). Ketentuan jam kerja ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pasal 3 Angka 11.

Mengutip laman Sekretariat Kabinet, Jumat (12/4/2019), pelanggaran ini tercatat dilakukan
PNS baik di tingkat instansi pusat dan daerah.

Pelanggaran tidak masuk kerja yang melampaui aturan jam kerja instansi, menjadi
pembahasan rapat antara Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) bersama Sekretariat
Kabinet, Kejaksaan Agung, dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi
Birokrasi, pada Kamis (11/4/2019).

Rapat pembahasan yang dipimpin Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria
Wibisana selaku Sekretaris Bapek mengupas 23 kasus disiplin PNS yang kebanyakan terlibat
pelanggaran disiplin berupa tidak masuk kerja.

Tim Bapek juga membahas rekomendasi sanksi yang akan dijatuhkan pada PNS yang terlibat
pelanggaran disiplin dan melakukan banding administratif ke Bapek.

Selain kasus pelanggaran disiplin berupa ketentuan masuk kerja, ada beberapa kasus
disiplin lainnya. Ini seperti penyalahgunaan wewenang sampai perbuatan asusila.

Beragam sanksi yang disarankan mulai dari hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat.

Dari aspek regulasi yang diatur dalam PP 53/2010 Pasal 7, hukuman disiplin ringan yang
dimaksud berupa teguran lisan atau tulisan, untuk hukuman disiplin sedang bisa dilakukan
dengan penurunan pangkat, dan sanksi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian.

LANGKAH KEGIATAN STUDI KASUS


1. Mengidentifikasi fakta, konsep dalam kasus
2. Menghubungkan berbagai informasi dalam kasus
3. Menyimpulkan permasalahan
4. Mencari alternatif pemecahan
5. Menetapkan pilihan alternatif pemecahan masalah yang terbaik

Untuk kasus 1 diatas, ada beberapa pertanyaan pengarah yang perlu dibahas yaitu:
1. Apa permasalahan yang ada dalam kasus ini?

44
2. Peran apa yang dimainkan oleh Kepala BKN dalam paparan kasus?
3. Menurut Anda faktor apa yang mempengaruhi prilaku PNS yang tidak disiplin di atas?
4. Bagaimana perasaan Anda kalau anda sebagai PNS yang tidak disiplin sebagaimana
kasus di atas ?
5. Apa rekomendasi Anda terhadap peningkatan Etos Kerja PNS agar lebih baik?
6. Poin poin apakah yang Anda anggap penting tapi belum didiskusikan pada kasus ini?

Kasus 2: BKN Temukan 990 Pelanggaran Netralitas PNS


(REPORTER: Nurmayanti|12 April 2019 12:20 WIB | Sumber:
(http://www.liputan6.com/bisnis/read/3939872/pelanggaran-jam-kerja-kembali-
dominasi-kasus-disiplin-pns, diakses 28 Januari 2020 )

Pelanggaran jam kerja masih mendominasi kasus-kasus disiplin yang melibatkan para
pegawai negeri sipil (PNS). Ketentuan jam kerja ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pasal 3 Angka 11.

Mengutip laman Sekretariat Kabinet, Jumat (12/4/2019), pelanggaran ini tercatat dilakukan
PNS baik di tingkat instansi pusat dan daerah.

Pelanggaran tidak masuk kerja yang melampaui aturan jam kerja instansi, menjadi
pembahasan rapat antara Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) bersama Sekretariat
Kabinet, Kejaksaan Agung, dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi
Birokrasi, pada Kamis (11/4/2019).

Rapat pembahasan yang dipimpin Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria
Wibisana selaku Sekretaris Bapek mengupas 23 kasus disiplin PNS yang kebanyakan terlibat
pelanggaran disiplin berupa tidak masuk kerja.

Tim Bapek juga membahas rekomendasi sanksi yang akan dijatuhkan pada PNS yang
terlibat pelanggaran disiplin dan melakukan banding administratif ke Bapek.

Selain kasus pelanggaran disiplin berupa ketentuan masuk kerja, ada beberapa kasus
disiplin lainnya. Ini seperti penyalahgunaan wewenang sampai perbuatan asusila.

Beragam sanksi yang disarankan mulai dari hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat.

Dari aspek regulasi yang diatur dalam PP 53/2010 Pasal 7, hukuman disiplin ringan yang
dimaksud berupa teguran lisan atau tulisan, untuk hukuman disiplin sedang bisa dilakukan
dengan penurunan pangkat, dan sanksi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian.

45
Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BKN Nomor 02/SE/2016, Aparatur Sipil Negara atau
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia dituntut untuk netral baik dalam pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada), pemilihan Calon Legislatif (Pileg) maupun pemilihan Presiden/Wakil
Presiden (Pilpres).

Namun, Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat terdapat 990 kasus pelanggaran
netralitas yang dilakukan PNS terhitung sejak Januari 2018 hingga Maret 2019.

Berdasarkan rekapitulasi data BKN bekerjasama dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
dan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), 99,5 persen pelanggaran didominasi pegawai
instansi daerah yang meliputi provinsi, kabupaten dan kota. Pengaduan diterima dari laman
pengaduan LAPORBKN, email Humas dan media sosial (medsos).

Pelanggaran netralitas PNS ini sebagian besar dilakukan melalui medsos, mulai dari
menyebarluaskan gambar pasangan calon, memberikan dukungan, berkomentar, sampai
mengunggah foto untuk menyatakan keberpihakan terhadap pasangan calon (paslon)
tertentu.

Selain aktivitas medsos, pelanggaran netralitas yang diterima juga berupa bentuk dukungan
secara langsung misalnya menghadiri kampanye paslon dan kegiatan yang bersinggungan
dengan partai politik paslon.

BKN sebelumnya sudah mengingatkan ASN untuk tidak memberikan dukungan kepada
paslon, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan
Pemerintah 53 tahun 2010 Pasal 4.

Jika melanggar, ada sanksi yang harus dihadapi. Tingkat sanksi yang dikenakan mulai dari
pemberian hukuman disiplin (HD) sedang sampai HD berat.

Secara terperinci dalam Pasal 7 angka (3) dan (4) disebutkan bahwa penjatuhan HD sedang
dilakukan melalui penundaan kenaikan pangkat (KP) selama satu tahun, penundaan
kenaikan gaji berkala, dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.

Sementara untuk HD berat dilakukan melalui pembebasan jabatan, penurunan pangkat


selama tiga tahun, sampai dengan pemberhentian.

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT


1. Apa permasalahan yang ada dalam kasus ini?
2. Peran apa yang dilakukan oleh Kepala BKN dalam paparan kasus?
3. Menurut Anda bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Kepala BKN, terhadap PNS
tidak netral?
4. Jika Anda sebagai Kepala BKN, apa sangsi yang harus diberikan kepada PNS yang
berperilaku tidak netral tersebut?
5. Bagaimana perasaan Anda kalau anda sebagai PNS yang tidak netral?

46
6. Apa rekomendasi Anda terhadap peningkatan Etos Kerja PNS dalam mewujudkan
netralitas?
Selamat mengerjakan.

Kasus 3
Seorang cleaning service, di instansi X yang bernama Anto, berumur 50 tahun terkenal dengan
sifatnya yang tekun dan bekerja dengan penuh semangat. Dengan keberadaannya sebagai
pelayan kebersihan di kamar asrama pelatihan, ia selalu bekerja dengan rajin, bahkan hampir
tidak pernah terlambat datang ke kantor. Ia selalu melayani orang dengan baik tanpa melihat
apakah orang itu memberi pernah tip atau tidak kepadanya. Ia melaksanakan tugasnya sehari-
hari dengan rajin dan selalu sopan kepada semua peserta yang menginap di kamar asrama.
Sekalipun ia hanya seorang pelayan kebersihan kamar asrama, namun setiap orang yang
menginap di kamar asrama selalu senang dan bahagia karena kamar mereka dibersihkan
dengan baik.
Menurut anda, apakah yang dapat ambil dari seorang Anto bila dikaitkan dengan anda sebagai
seorang penyelenggara pelatihan?

Kasus 4
Di sebuah institusi Z, seorang pegawai yang bernama Parlin, bekerja di bagian unit
Penyelenggaraan Pelatihan. Di setiap penyelenggaraan Pelatihan yang ada di kantornya,
beliau selalu datang pagi-pagi sekali, walau beberapa temannya belum ada yang datang. Pak
Parlin tidak mempedulikan apakah Namanya ada dalam tim atau tidak tapi beliau tetap fokus
pada tugasnya sebagai pelaksana penyelenggara pelatihan. Sekalipun Namanya tidak tertera
dalam pelatihan tertentu, namun setiap ada penyelenggaraan yang diadakan di kantor
tersebut, beliau selalu hadir mengerjakan merapikan meja kursi dan hal-hal yang
berhubungan dengan fasiltas peatihan di ruang kelas. Bahkan beliau selalu berada di dalam
kelas mulai dari awal pembelajaran sampai selesai. Padahal jika ditanya apakah bapak yang
bertugas hari itu? Beliau katakan tidak, tapi yang bertugas yang seharusnya hari itu tidak
datang, maka dia rela stand by di kelas dan bersedia menggantikan temannya yang
berhalangan walau tidak mendapat honor atau penghargaan yang lain. Kadang kala ada
pegawai lain yang mengatakan hal yang dilakukan Pak Parlin itu suatu kebodohan. Untuk apa
kita lakukan pekerjaan itu bila nama kita tidak tertera dalam tim pelaksana dan buang-buang

47
waktu saja. Namun beliau tidak peduli dengan sangkaan buruk orang lain beliau tetap
tersenyum dan melaksanakan apa yang mampu dia lakukan dengan maksimal. Lagi pula beliau
mengatakan bahwa bisa bekerja adalah suatu anugrah besar dari Tuhan, di luar sana masih
banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja. Nah, beliau dapat bekerja
sebagai pelaksana pelatihan baginya itu adalah sebuah ibadah. Pak Parlin selalu tersenyum
dan ramah dengan peserta dan sigap membantu peserta dan widyaiswara/fasilitator dalam
memenuhi hal-hal yang diperlukan seperti ganti baterai pointer, microphone, penambahan
papan flipchart, kekurangan spidol dan hal-hal lainnya di dalam kelas sehingga proses
pembelajaran yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semua orang
yang mengenalnya sangat terkesan dengan perilakunya dan hasil kerjanya yang baik. Sungguh
menyenangkan mengenal Pak Parlin yang bersahaja namun mencintai pekerjaannya.
Nah…menurut anda, apa saja yang dapat Anda ambil yang baik dari Pak Parlin yang dapat
Anda lakukan sebagai penyelenggara pelatihan nantinya.

Kasus 5
Dalam sebuah institusi Y, ada seorang pegawai yang bernama Lucy yang memiliki tugas dan
fungsinya sebagai pengampu materi atau Widyaiswara/fasilitator. Beliau terkenal dengan
sifatnya agak pendiam, disiplin dan sopan. Bu Lucy tidak banyak bicara namun banyak bekerja
bukan orang yang No Action Talk Only. Beliau sangat rapi dalam mendokumentasikan hal-hal
yang berkaitan dengan tugasnya, bahkan beliau selalu mengerjakan tugasnya tidak hanya
tepat pada waktu namun juga memberikan yang terbaik. Selalu beliau empati pada teman-
temannya yang susah dalam mengembangkan profesi seperti menulis artikel ataupun karya
tulis ilmiah dengan cara memotivasi rekan-rekannya melalui fasilitasi partnership dan
pembimbingan lainnya. Bu Lucy selalu mengikuti dan melaksanakan setiap apa yang menjadi
tugasnya sebagai widyaiswara dan sebagai penyelenggara pelatihan. Beliau energik dan tidak
suka membuang waktu dengan sembarangan dan suka mencari pelatihan-pelatihan di luar
negeri maupun di dalam negeri untuk meningkatkan kompetensinya bahkan jadi pembicara
dalam seminar Internasional. Beliau juga suka membawa makanan ringan ke kantor untuk
menyenangkan rekan-rekannya.
Nah…dari kasus bu Lucy ini…hal-hal apa saja yang dapat Anda ambil yang dapat Anda
internalisasikan etos kerjanya yang dapat Anda terapkan sebagai penyelenggara pelatihan?

48
Video
Selain dari memperhatikan studi kasus yang ada, menginternalisasi etos kerja juga dapat
dilakukan dengan pengamatan video yang berkaitan dengan nilai-nilai yang baik dalam suatu
pekerjaan /profesi dan pelayanan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan atau
masyarakat. Dari pengamatan video yang ada dapat diambil lesson- learnt- nya dan sifat -sifat
etos kerja yang ada pada si pelaku dalam video yang ada kaitannya dengan pekerjaan kita
sebagai penyelenggara pelatihan. Lagi pula dari pengamatan sebuah film atau video yang
disajikan mampu menggugah pikiran kita dan menginspirasi kita untuk berubah menjadi lebih
baik dalam bekerja sebagai penyelenggara pelatihan. Perubahan bukanlah perubahan sampai
terjadi perubahan itu sendiri.
Jadi betapa pentingnya proses internalisasi yang dilakukan peserta untuk dapat menunjukkan
kinerja yang maksimal.

I. Latihan
1. Apa yang anda ketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
suatu pelatihan.
2. Jelaskan tahapan dalam Penutupan sebuah penyelenggaraan pelatihan.
3. Uraikan tugas sebagai penyelenggara pelatihan dalam bagian penutupan suatu
penyelenggaraan pelatihan.
4. Apa saja yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada suatu penyelenggaraan
pelatihan. Berikan penjelasan yang baik.
5. Dari hal apa saja yang dapat membantu anda dalam menginternalisasi Etos Kerja.
Jelaskan.

J. Rangkuman
Etos kerja yang maksimal tidak datang dengan begitu saja bagi kita dalam bekerja sebagai
penyelenggara pelatihan. Namun melalui penghayatan akan pekerjaan, merefleksi apa yang
sudah kita lakukan serta internalisasi akan sesuatu hal atau pekerjaan baik itu sudah baik atau
masih kurang baik. Internalisasi etos kerja dapat lakukan melalui pengamatan akan kasus-
kasus yang ada, pemutaran video-video atau film yang ada hubungannya penghayatan
perilaku kerja.

49
K. Evaluasi
1. Perhatikanlah video Washroom Cleaning Training ini di
https://www.youtube.com/results?searchquery=washroom+cleaning+training+video
Setelah mengamati video ini, jawablah pertanyaan berikut ini:
a. Apa yang terjadi dalam diri anda? Apakah anda belajar?
b. Apa perbedaan sebelum dan sesudah belajar?
c. Apa yang anda pikirkan, anda rasakan dan apa yang anda pelajari dari video
tersebut?
d. Pernyataan apa yang amda sampaikan kepada pelaku yang ada di video tersebut?
e. Nilai etos kerja apa yang akan anda terapkan sebagai penyelenggara pelatihan?
2. Pejamkanlah kedua mata anda. Coba anda ingat dan renungkan sejenak ke belakang
akan apa yang sudah anda lakukan sebagai penyelenggara pelatihan selama ini. Apa
yang anda lihat dan bagaimana potret diri anda sebagai penyelanggara pelatihan
menurut anda? Kemudian bukalah mata anda. Sampaikanlah dengan jujur apa adanya
apa yang anda lihat tentang anda sebagai penyelenggara pelatihan selama ini. Apa
yang anda mau ubah untuk dilakukan nantinya?

50
Bab V
Indikator Etos
Kerja Dalam
Tugas dan
Jabatannya
5
0
BAB V
INDIKATOR ETOS KERJA DALAM TUGAS DAN JABATANNYA

“Sebuah mimpi tidak menjadi kenyataan melalui sihir, dibutuhkan keringat, tekad dan kerja
keras.“
[Colin Powell]

INDIKATOR HASIL BELAJAR:


Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan dapat
menjelaskan indikator etos kerja dalam tugas dan jabatannya.

Dalam Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan, seorang penyelenggara pelatihan menjelaskan


konsep etos kerja kemudian mengidentifikasi sifat-sifat etos kerja serta kemudian
menginternalisasikan etos kerja yang ada melalui pemahaman yang benar akan tugas dan
fungsinya sebagai penyelenggara pelatihan, maka selanjutnya seorang penyelenggara
pelatihan menjelaskan indikator etos kerja dalam tugas dan jabatannya.
Dalam indikator etos kerja ini menyangkut indikator etos kerja dalam jabatannya saat ini,
lalu indikator etos kerja yang diharapkan di masa yang akan datang dan strategi yang akan
dilakukan untuk meningkatkan etos kerjanya sebagai penyelenggara pelatihan sehingga
mampu meningkatkan reputasi kinerja instansinya. Untuk itu mari perhatikan indikator Etos
Kerja saat ini.

A. Indikator Etos Kerja Saat Ini


Bagaimana etos kerja kita saat ini? Sudah baikkah etos kerja saat ini di Indonesia?
Bagaimana pula dengan etos kerja anda sendiri? Dapatkah anda menggambarkannya dengan
kata-kata? Mari kita belajar…
Menurut Jansen Sinamo yang dikenal dengan Bapak Etos Indonesia yang diambil sarinya
dari buku Muchtar Lubis yang berjudul Manusia Indonesa (1977) bahwa etos kerja Indonesia
saat ini adalah:
1. Bersifat Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura yang artinya lain di mulut lain pula
dihati.

51
2. Bekerja karena paksaan, karena ada pimpinan.
3. Suka menunda-nunda pekerjaan
4. Tidak suka bertanggung jawab dan suka mencari kambing hitam.
5. Berjiwa feodal, gemar dengan upacara-upacara ritual.
6. Suka dihormati orang dari pada menghormati orang lain serta lebih mementingkan
status dari pada prestasi kerja.
7. Suka percaya takhyul, gemar hal-hal yang bersifat keramat, mistis dan cerita-cerita
gaib.
8. Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, suka plin-plan dan
gampang terintimidasi.
9. Apatis terhadap sekeliling.
10. Malas mengerjakan tugas pekerjaan jika tidak ada surat tugasnya.
11. Kurang teliti dalam bekerja.
12. Tidak antusias dalam melayani tamu yang datang dalam penyelenggaraan pelatihan
yang sedang berlangsung, dan lain-lain.
Dari no. 1 sampai no. 9 adalah yang bersifat negatif. Etos Kerja Indonesia tidaklah
semuanya bersifat negatif, melainkan ada juga yang bersifat positif yaitu Artistik, yang artinya
berjiwa seni dan dekat dengan alam, Dari no. 1 sampai dengan no. 6 dapat disebutkan sebagai
contoh-contoh dari indicator etos kerja saat ini dan banyak lagi.
Dengan memperhatikan etos kerja saat ini, ini tidak bisa dipungkiri bahwa ini merupakan
kenyataan pahit yang kita alami dan memang begitu apa adanya. Namun dari banyaknya
jumlah penduduk Indonesia, tidak semua memiliki etos kerja buruk seperti yang disebutkan
diatas. Masih ada organisasi yang peduli dan mau mengubah etos kerja yang diberikan ke
Indonesia saat ini. Seperti contoh yang diberikan pada bab II Konsep Etos Kerja dalam modul
ini oleh Bank Nasional yang mencoba merumuskan etos kerja mereka seperti: berorientasi
pada nasabah, menjunjung tinggi integritas, berdisiplin, kerjasama, saling percaya, dan saling
menghormati, pemberdayaan Sumber Daya Manusia, keseimbangan, Kepemimpinan dan
kepedulian pada lingkungan. Inilah etos yang hendak mereka tegakkan dan diharapkan bisa
mengubah mereka menjadi lebih baik.
Saat ini Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara Indonesia yang dikaruniai Tuhan
dengan sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Hal ini
merupakan modal besar untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta

52
sejahtera. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak rakyat Indonesia yang miskin,
pengangguran semakin meningkat dan masih banyak anak Indonesia yang tidak mempunyai
kesempatan untuk bersekolah. Dan menurut penelitian Jansen Sinamo bahwa salah satu
faktor rendahnya etos Kerja yang dimiliki Indonesia saat ini adalah rendahnya keteladanan
yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan
saja hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan non formal yang justru sering
kali disalahgunakan. Nah…bagaimana menurut pendapat Anda?

B. Indikator Etos Kerja yang Diharapkan


Setelah melihat dan mengetahui indikator etos kerja saat ini, apa yang Anda rasakan?
Adakah sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda dan bagaimana etos kerja Indonesia di masa
depan nanti dan apa harapan Anda?
Mengingat bahwa Penyelenggaran pelatihan adalah serangkaian kegiatan/perbuatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan penyelenggaraan
pelatihan. Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pelatihan ada beberapa rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan adalah: penentuan peserta pelatihan, ketersediaan
Widyaiswara, Kurikulum, media dan metode pembelajaran, sarana dan prasarana pelatihan
ketatausahaan, organisasi pelatihan dan hubungan kerja pelatihan.
Oleh karena itu etos kerja penyelenggaraan pelatihan dituntut selalu prima, yaitu:
1. Mampu bekerja tulus penuh rasa syukur
2. Mengerjakan tugas atau pekerjaan tepat pada waktunya
3. Komit bekerja benar penuh tanggung jawab
4. Terbiasa bekerja tuntas penuh integritas
5. Suka bekerja keras penuh semangat
6. Dapat bekerja serius penuh kecintaan
7. Sanggup bekerja cerdas penuh kreativitas
8. Senantiasa bekerja unggul penuh ketekunan
9. Selalu bekerja paripurna penuh kerendahan hati
10. Rajin dalam mengerjakan pekerjaan
11. Jujur dan teliti dalam mengerjakan tugas bagian keuangan, dan lain-lain

53
Pelatihan adalah kata yang sangat akrab dengan kita sehari-hari, karena keterlibatan kita,
baik sebagai penyelenggara, widyaiswara ataupun peserta pelatihan. Walaupun sudah
demikian akrab dengan kita, mari kita menyamakan persepsi mengenai pengertian pelatihan.
“Pelatihan adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja
seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatan.
Nah…contoh-contoh etos kerja yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Tentunya kondisi Indonesia jauh lebih baik sekarang dari pada kondisi di masa lalu.
Kita memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, yang bisa lebih menghargai waktu,
menjadi pribadi yang lebih disiplin. Karena sesungguhnya jika kita sadar bahwa waktu
ini mempengaruhi produktifitas kerja. Coba kita bayangkan dalam waktu 1 menit. Kita
bisa menghasilkan 5 barang, namun karena SDM /pegawai datang terlambat hingga 1
jam saja, begitu banyak kerugian yang ada akhirnya. Tanggung jawab yang dipegang
adalah besar dan harus dipegang kuat oleh seorang pegawai/pekerja yang ikut orang
lain. Dengan demikian harus berani mengundurkan diri atau keluar jika melakukan
kesalahan besar oleh ulah mereka sendiri.
2. Bersikap hemat dan tidak suka memboroskan uang ketika tidak dibutuhkan.
Hidup sederhana dan tidak konsumtif. Hal ini berhubungan dengan prinsip kesuksesan
usaha, dimana sekecil apapun barang yang digunakan namun bisa menghasilkan uang
yang besar, sehingga meskipun jumlahnya sedikit, maka jangan dibuang begitu saja.
3. Harus memacu persaingan yang sehat.
Dengan adanya etos kerja ini maka diharapkan ada persaingan yang sehat diantara
sumber daya manusia yang ada di dalam berusaha dan bekerja dimana saja apakah di
kantor, di perusahaan, di Pusat Pelatihan dan bukan merugikan perusahaan atau
kantor dimana mereka bekerja.
4. Bekerja tuntas, sampai pekerjaan diselesaikan dengan baik.

54
5. Lebih disiplin lagi dalam bekerja.
6. Lebih antuasias dalam melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan.
7. Selalu tepat waktu dalam menyelesaikan laporan penyelenggaraan pelatihan
8. Gigih dalam mengerjakan tugas-tugas yang diemban dalam penyelenggaraan
pelatihan.
9. Tidak diskriminasi lagi dalam melayani peserta pelatihan.
10. Bekerja penuh semangat dalam menyelenggarakan pelatihan
11. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berinovasi dalam penyelenggaraan pelatihan, dan
lain-lain.

C. Strategi yang Akan Dilakukan Meningkatkan Etos Kerja


Setelah mengetahui indikator etos kerja saat ini dan indikator etos kerja yang diharapkan
di masa depan, perlukah kita membuat strategi untuk meningkatkan etos kerja kita menjadi
tinggi? Sangat perlu sekali! Untuk itu, maka langkah-langkah apa yang harus kita lakukan
selanjutnya dalam meningkatkan etos kerja tinggi kita sebagai pegawai/pekerja/
penyelenggara pelatihan?
Nah…adapun contoh-contoh strategi yang akan kita lakukan adalah sebagai berikut:
1. Kita harus memiliki passion/strong desire atau keinginan yang kuat di dalam diri untuk
merefleksi diri dan merubah diri ke arah yang lebih baik. Mau menerima feedback atau
kritikan yang bersifat membangun dari orang lain dengan ikhlas dan membuka diri
bahkan memperbesar kapasitas hati kita untuk mau bertumbuh berkembang ke arah
yang lebih maju lagi ke depannya.
2. Senantiasa berpikiran positif dalam segala hal. Bahwa apa saja yang sudah anda
kerjakan dengan sungguh-sungguh dan susah payah maka hasil akhirnya nanti pasti
membuahkan hasil dan tidak bisa dibohongi.
3. Jadilah diri Anda sendiri. Kemudian tentukan tujuan yang jelas dan cobalah berusaha
sekuat tenaga dan meraih impian yang sudah dibuat tersebut.
4. Jangan suka membuang waktu dengan percuma dengan angan-angan yang kosong.
5. Jadilah pribadi yang disiplin, baik dalam disiplin waktu dalam kehadiran sesuai yang
ditentukan dan dalam bekerja melaksanakan tugas yang dberikan tanpa mau
menunda-nundanya serta dalam hal kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Anda
menghargai waktu yang diberikan.

55
6. Bekerjalah dengan konsentrasi yang penuh, fokus pada apa yang dikerjakan.
7. Janganlah cepat merasa puas terhadap hal yang baru kerjakan. Bekerjalah dengan
penuh kreativitas dan ingin memberi yang terbaik dan maksimal terhadap apapun yang
dilakukan.
8. Meningkatkan rasa empati kepada sesama penyelenggara pelatihan.
9. Mengerjakan tugas dan pekerjaan dengan segenap hati seperti untuk Sang Pencipta
dan bukan untuk manusia.
10. Meningkatkan nilai ibadah sehari-hari.
11. Tidak menunda-nunda waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan atasan.
12. Apabila terjadi kegagalan dalam melaksanakan suatu hal atau pekerjaan, janganlah
cepat putus asa dan menyerah. Akan tetapi teruslah memiliki semangat yang tinggi
untuk terus mencoba lagi dan belajarlah dari keledai yang tidak mau dan tidak suka
gagal pada hal yang sama. Anda bisa mencoba lagi dan lagi dan lebih keras lagi agar ke
depannya lebih baik lagi dan maksimal. Seperti kata orang orang bijak yang
mengatakan “not trial and error but trial and learn” (bukan coba dan salah lagi namun
coba lagi dan ada pembelajaran yang diambil sehingga berhasil).
13. Teruslah mau belajar dan belajar baik itu dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
motivasi, magang, coaching atau mentoring, dan yang berhubungan dengan
kompetensi Anda, belajar dari pembelajaran dari pengalaman bekerja bersama
dengan rekan kerja dan pengalaman diri sendiri disaat bekerja.
14. Pegang teguh konsep etos kerja, sifat-sifat etos kerja yang ada dan yang sudah
dipelajari dan dimiliki untuk menjadikan hidup lebih baik ke depannya dan akhirnya
kontribusinya sangat besar dalam pembangunan bangsa di bumi ibu pertiwi tercinta
ini,
15. Mengelola waktu dengan baik, fokus, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk
bekerja dengan maksimal dan yang terbaik.
Nah…menurut Anda strategi apa lagi yang Anda dapat lakukan dalam meningkatkan etos
kerja Anda dalam tugas dan jabatan Anda sebagai penyelenggara pelatihan. Temukanlah
melalui perenungan dan refleksi terhadap apa saja yang sudah dilakukan dan apa yang mau
dicapai di masa akan datang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Anda pasti bisa
melakukannya dengan semangat motivasi kerja yang tinggi untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan yang ada di tempat Anda bekerja.

56
D. Latihan
1. Jelaskan indikator etos kerja saat ini yang Anda pahami.
2. Uraikan dengan jelas indikator etos kerja yang akan datang yang Anda ketahui.
3. Perlukan etos kerja itu ditingkatkan sampai maksimal? Kalau perlu, strategi apa yang
Anda lakukan agar terjadi peningkatan etos tinggi tinggi dalam bekerja.

E. Rangkuman
Keberhasilan suatu pelatihan tidak datang begitu saja dengan instan atau tiba-tiba.
Keberhasilan suatu penyelenggaraan pelatihan bukanlah sim salabim tiba terjadi kesuksesan.
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya yang diantaranya adalah
penyelenggara itu sendiri. Suatu penyelenggaraan pelatihan mencakup pembukaan, proses
pembelajaran, penutupan penyelenggaraan itu sendiri, pengorganisasiannya,
ketatausahaannya serta pembuatan laporan suatu penyelenggaraan. Dalam melaksanakan
tugas jabatannya, seorang penyelenggara pelatihan harus mengetahui, memahami setiap
proses yang ada dalam kegiatan-kegiatan suatu penyelenggaraan yang dilakukan sehingga
mampu mengimplementasikannya dengan sungguh-sungguh dan maksimal setiap apa yang
menjadi tugas dalam jabatannya.
Dalam melakukan penjelasan indikator etos kerja tinggi ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: indikator etos kerja saat ini, indikator etos kerja yang diharapkan dan
strategi-strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan etos kerjanya menjadi tinggi dan
maksimal. Dengan demikian betapa pentingnya melakukan reviu indikator etos kerja tinggi
bagi pegawai/penyelenggara pelatihan demi meningkatan reputasi kinerja instansi/institusi.

F. Evaluasi
Laksanakanlah dengan mandiri! Jelaskanlah indikator etos kerja Anda sebagai
penyelenggara pelatihan dengan melengkapi tabel yang ada di bawah ini: Lakukanlah dengan
jujur, sungguh-sungguh dan penuh semangat. Selamat bekerja!

INDIKATOR ETOS KERJA


No. Indikator etos kerja saat ini Indikator etos kerja Strategi yang akan dilakukan
yang diharapkan untuk meningkatkan etos kerja
1.

57
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

58
Bab
VI
Penutu
p

5
9
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
Etos kerja bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dipraktikkan dalam bentuk
pernyataan kata, tindakan, sikap dan perilaku Pegawai Negeri Sipil baik pada saat
melaksanakan tugas kedinasan, memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun dalam
kehidupan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pegawai Negeri Sipil harus mampu:
bekerja dengan tulus penuh syukur, bekerja benar penuh tanggung jawab, bekerja tuntas
penuh integritas, bekerja keras penuh semangat, bekerja serius penuh kecintaan, bekerja
cerdas penuh kreativitas, bekerja tekun penuh keunggulan dan bekerja paripurna penuh
kerendahan hati.
Etos Kerja Penyelenggara Pelatihan ini mencakup pengertian, konsep dan ruang Lingkup
Etos Kerja. Menurut Jansen Sinamo bahwa Etos kerja itu merupakan suatu seperangkat sikap
dan perilaku kerja yang positif yang berakar pada kesadaran yang kuat, kental suatu keyakinan
uang fundamental disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Segala
sesuatu harus dimulai dengan sebuah komitmen yang kuat untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh dan maksimal. Kata kunci dari Etos Kerja adalah semangat motivasi kerja yang tinggi
untuk meningkatkan reputasi kerja instansi atau institusi.
Sebagai penyelenggara pelatihan harus sadar untuk memberikan yang terbaik bagi
penyelenggaraan pelatihan di instansinya dengan kerelaan yang tulus. Kerja itu adalah ibadah
dan jika kerja itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dibarengi dengan
kompetensi yang tinggi yang kita miliki, hal itu dikatakan ibadah. Dengan semangat motivasi
yang tinggi dalam bekerja otomatis segala yang dikerjakan itu menjadi mudah dan berkah bagi
diri kita dan juga orang lain yang menikmati pekerjaan kita. Kerja itu adalah sebuah pelayanan
yang harus dilakukan dengan penuh cinta, keikhlasan, dengan senyuman yang ikhlas dengan
semangat motivasi kerja yang tinggi, bergairah atau memiliki passion yang kuat untuk
melaksanakan tugas sebagai penyelenggara pelatihan maka semua pelanggan kita baik itu
peserta pelatihan, para tamu, para sesama penyelenggara pelatihan dan pengelola pelatihan
pasti bahagia dan menikmati apa yang kita suguhkan yang semua itu untuk reputasi institusi
kita, lembaga pelatihan kita dan tempat dimana kita bekerja dan akhirnya jika semua lembaga
pelatihan yang ada di negeri ini mampu memberikan yang terbaik maka INDONESIA HEBAT

60
pasti terwujud. Wow…inilah betapa pentingnya etos kerja itu harus dimiliki semua
penyelenggara pelatihan di Republik tercinta ini.
Seperti kata Bijak mengatakan ”Do The Best and God will do The Rest.” Mari kita lakukan
yang terbaik dengan memiliki semangat motivasi kerja yang tinggi, maksimal dalam
penyelenggaraan pelatihan maka Sang Maha Pencipta bumi ini pasti memampukan kita
menyelenggarakan suatu pelatihan dengan profesional dan produktif.

B. Tindak Lanjut
Dalam penulisan bahan ajar ini, disadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun akan sangat bermanfaat bagi kami dalam
menyempurnakan dan mengembangkan bahan ajar ini lebih lanjut.
Besar harapan kami, bahan ajar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkannya terutama bagi peserta Pelatihan Training Officer Course (TOC) atau yang
disebut juga Pelatihan Bagi Penyelenggara Pelatihan, untuk pemahaman yang lebih baik
dalam melaksanakan Etos Kerja di tempat kita bekerja dimanapun. Namun ada kata-kata bijak
yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kita.
Berkaitan dengan pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil, promosi jabatan bukanlah
suatu tujuan tetapi merupakan suatu bentuk penghargaan dan kepercayaan dari pemerintah
dan masyarakat atas hasil implementasi etos kerja yang sangat memuaskan.
Untuk mempelajari sesuatu, praktikkanlah apa yang dikatakan oleh Orang Bijak (Unknown)
sebagai berikut: “No Man Too Old to Learn” bermakna bahwa tidak ada kata terlambat untuk
belajar… Tidak ada yang terlalu tua untuk belajar memperbaiki diri… semua usia mampu
belajar. Mari terus kita belajar dan belajar untuk meningkatkan semangat motivasi kerja yang
tinggi demi instansi kita, Pusat pelatihan kita, kantor kita dan ibu pertiwi kita yang tercinta
ini… demi Indonesia maju nan jaya.
Untuk itu…mari kita sebagai penyelenggara pelatihan di seluruh nusantara ini berubah
kearah yang lebih baik, lebih maju lagi. Berubahlah oleh pembaharuan budi kita. Akhir kata…
para peserta pelatihan bagi penyelenggara pelatihan yang budiman… Selamat Belajar dan
Bekerja dengan sepenuh hati dan maksimal! Miliki terus semangat motivasi kerja yang tinggi
dalam menyelenggarakan suatu pelatihan! Practice what we preach and Learn!

61
62
DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Sondang.P. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta. Bumi Aksara.


Sinamo, Jansen. 2013. 8 Etos Kerja Profesional. Cetakan Keduabelas. Jakarta. Darma
Mahardika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun
2015 tentang. Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019.
Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Teknis.
Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pengembangan Budaya
Kerja.
PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri.
http://www.posindonesia.co.id/promo/foto2007/etos.pdf. Diakses 13 Juli 2016.
http://www.institutmahardika.com/penerbitan/ 8etos.php. Diakses 13 Juli 2016.
http://metro.sindonews.com/read/758538/11/buruh-kecam-etos-kerja-pns-disnakersos-dki-
jakarta, Diakses 13 Juli 2016.
http://www.beritajakarta.com/read/2535/Disidak_BKD_PNS_Asyik_Main_Catur#.VvAsGOa
MGX0). Diakses 13 Juli 2016.
Finoza, Lamuddin. 2006. Aneka Surat Statuta Laporan dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan Mulia

63

Anda mungkin juga menyukai