Anda di halaman 1dari 3

NAMA: CITRA ADITYANINGRUM

NPM: 201910415264

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA


JAWABAN:

1. Budaya lokal merupakan budaya asli atau dapat didefinisikan sebagai ciri khas berbudaya sebuah
kelompok dalam berinteraksi atau berprilaku dalam ruang lingkup kelompok tersebut. Kelompok
yang dimaksudkan biasanya terikat dengan tempat atau masalah geografis. Bovee dan Thill
mendefinisikan budaya lokal sebagai suatu sistem untuk berbagai simbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan dan norma-norma untuk berprilaku. budaya lokal akan selalu terikat
dengan letak geografis termasuk iklimnya, kepecayaan ataupun norma-norma di sekitar.
Komunikasi verbal dan non-verbal juga termasuk ke dalam budaya lokal karena Indonesia terdiri
dari lebih dari 300 suku bangsan dan berbicara dalam 250 bahasa yang berbeda. Yang berarti
setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda dengan karakteristik kebudayaannya masing-
masing. Hal tersebut menjadi unik dan menjadi ciri khas (budaya) lokal suatu daerah.

Contoh dari budaya lokal:

Sedangkan secara spesifik, budaya lokal di Indonesia yang terdapat di setiap daerah dapat
berupa:

a. Seni Budaya
Adalah sebuah keahlian untuk mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk
mewujudkan kemampuan dan imajinasi pandangan mengeani benda, suasana atau karya
sehigga mampu menimbulkan rasa indah yang menciptakan peradaban yang lebih
modern. Contoh seni budaya Indonesia yang ada saat ini jumlahnya sangat melimpah
sebut saja Rapai Daboh (Aceh), Makan Bajamba (Minangkabau), Rudat Banten (Banten)
atau kebudayaan lainnya seperti kebudayaan suku baduy, kebudayaan suku toraja,
kebudayaan suku jawa, kebudayaan suku sunda atau kebudayaan Nusa Tenggara Timur.
b. Seni rupa
Merupakan sebuah seni yang menghasilkan karya yang penuh dengan nilai kreatifitas ,
nilai estetika dan nilai kebanggaan yang bisa dilihat oleh mata, diraba dengan tangan dan
dirasakan dengan hati, perasaan dan pikiran. Seni rupa sendiri digolongkan menjadi seni
rupa 3 dimensi dan seni rupa 2 dimensi. Dimana kedua golongan tersebut diturunkan
kembali menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan. Contoh seni rupa yang ada di
Indonesia sangat banyak, contohnya : seni patung, kaligrafi, seni lukis, seni kriya dan
masih banyak cabang seni rupa lainnya.

2. Budaya Global itu sendiri terdiri dari dua kata, yaitu Budaya dan Global. Budaya berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan juga disebut Culture, berasal dari kata Latin
(Colere), yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata Global itu sendiri maknanya adalah
universal. Jadi secara harfiah pengertian Budaya Global dikutip dari IGI Global adalah
Sekelompok manusia yang anggotanya saling mengenal, berdasarkan kekhasan yang
diukur dengan kombinasi ciri budaya, agama, perilaku dan/atau biologi.

Contoh budaya global:


Terjadi pertukaran budaya internasional
Tidak hanya busana saja, akan tetapi budaya juga menjadi salah satu unsur globalisasi
yang terjadi di Indonesia. Pertukaran budaya menjadi contoh globalisasi dalam kehidupan
sehari-hari yang sangat mudah ditemukan. Sebagai contoh, kegemaran generasi muda
terhadap budaya-budaya asing seperti K-POP dan budaya hip hop dari barat. Tidak sulit
kita menemukan pelaku dunia hiburan yang tampil kebarat – baratan, atau pertunjukan
yang mulai mengacu pada budaya lain.

3. Bisa, karena Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, arus globalisasi juga semakin menyebar ke segenap penjuru dunia.
Penyebarannya berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara
maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara
berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses yang
saling terkait satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Mereka
berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk disebarkan ke seluruh dunia
sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah melakukan itu karena mereka
menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas batas negara-bangsa.
Sebaliknya, pada saat yang sama, negara-negara berkembang tak mampu menyebarkan
nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya, negara-negara
berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai negara
maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya. Bagi Indonesia, merasuknya
nilai-nilai Barat yang menumpang arus globalisasi ke kalangan masyarakat Indonesia
merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerahdaerah di
negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari
menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas Barat yang semakin
diminati masyarakat karena dianggap lebih modern.

Contoh: Budaya Korea berkembang pesat dan meluas secara global dalam dua dekade
terakhir. Keberadaannya cenderung diterima publik dari berbagai kalangan sehingga
menghasilkan suatu fenomena “Korean Wave” atau disebut juga Hallyu. Fenomena ini
dapat dijumpai di Indonesia dan dampaknya sangat terasa di kehidupan sehari-hari
terutama pada generasi milenial. Perkembangan teknologi informasi yang masif akibat
adanya globalisasi menjadi faktor utama penyebab besarnya antusisme publik
tehadap Korean Wave di Indonesia. Korean Wave sendiri diawali dan sangat identik
dengan dunia hiburan seperti musik, drama, dan variety shows yang dikemas secara apik
menyajikan budaya-budaya Korea. Sering berjalannya waktu, budaya Korea banyak
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari para pecinta budaya Korea, mulai dari
fashion, make up, korean skincare, makanan, gaya bicara, hingga bahasa.
4. Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.
Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia
yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai
sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan
lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada. Kebudayaan dikenal karena
adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus
bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia
mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut
makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya. Sebagian
makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu
atau warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil)
kebudayaan. Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam
interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi.
Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit
modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut.
Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi) tertentu;
banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni
lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis
antara agama dan kebudayaan. Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya,
tidak pernah berubah; yang mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil
atau unsur-unsur kebudayaan. Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang
memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan
kebudayaan. Kecenderungan tersebut menghasilkan dikotomi hubungan antara iman-
agama dan kebudayaan. Dikotomi tersebut memunculkan konfrontasi (bukan hubungan
saling mengisi dan membangun) antara agama dan praktek budaya, karena dianggap sarat
dengan spiritisme, dinamisme, animisme, dan totemnisme. 

Anda mungkin juga menyukai