Zciskx 1591310402
Zciskx 1591310402
YANG ERGONOMIS
SKRIPSI
OLEH :
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PERANCANGAN MEJ A DAN KURSI KULIAH
YANG ERGONOMIS
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
OLEH :
Mengetahui Mengetahui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua J ur usan Teknik Industri
UPN “Veteran” J awa Timur
Dr . Ir . Minto Waluyo, MM
NIP. 19611130 199003 1 001
Disusun Oleh :
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Teknik Industr i Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 5 Oktober 2012
3. Ir . Ir iani, MMT
NIP. 19621126 198803 2 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Ir . Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri
7. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ir. Hari Purwoadi.MM, Mpd selaku Dosen
Penguji Seminar I.
8. Bapak Ir. Rus Indiyanto, MT dan Ir. Budi Santoso, MMT selaku Dosen
masa perkuliahan.
10. Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa,
11. Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Dwi), terima kasih
banyak.
Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak.
kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,
Penulis
Abstraksi ............................................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
Anthropometri ..................................................................................... 40
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB V
5.1. Kesimpulan................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar
mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umumnya yang
kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada
disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah
merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada
meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi
kuliah tersebut, kelelahan terjadi pada bagian pinggang dikarenakan harus
menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang
belakang terasa sakit dikarenakan harus membungkuk disaat menulis, yang
membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau
mengerjakan sesuatu pada meja tersebut.
From the above problems in mind that tables and chairs are used at the
University college of National Development "Veteran" East Java is still very less
ergonomic and simple. Thus this study aims to design a table and chairs existing
college is becoming more ergonomically fit the needs of consumers who give
comfort to the users.
The analysis shows that in order to design a study table and chair is
ergonomically the recommended size is the height of the seat is 55 cm lecture,
lecture chair width is 55 cm, width of the seat lecture is 55 cm, the length of the
seat lecture is 40 cm, height lecture the seat is 44 cm, width of the table surface is
50 cm college, college desk surface length is 55 cm, height 76 cm table is a
college, and high chest of drawers with a 15 cm. And it is known from the results
of the questionnaire point total SS and S is greater than the total number of points
N, TS and STS are as follows: (46 + 162)> (95 + 21) = 204> 116 which indicates
that the proposed compliance tables and chairs have given convenience to the
user.
BAB I
PENDAHULUAN
sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang
peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti
halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang
dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang designer
sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan daya
persuasive.
Meja dan kursi kuliah merupakan salah satu alat penunjang proses belajar
mengajar yang bisa kita jumpai sehari–harinya. Pengguna meja dan kursi kuliah di
kebanyakan kita lihat adalah berbentuk kursi dengan meja kecil yang berada
disamping kanan pengguna. Hal ini sangat membuat pengguna meja kursi kuliah
merasa tidak nyaman jika ingin mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada
meja tersebut, karena sering merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi
menghadap ke samping kanan ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang
membuat mahasiswa merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau
sangat kurang ergonomis dan sederhana. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
merancang meja dan kursi kuliah yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis
penggunanya.
dihadapi, yaitu :
1. Data yang digunakan adalah data antrophometri dan responden untuk desain
3. Penelitian hanya melakukan pada meja kursi kuliah Teknik Industri Universitas
6. Desain meja dan kursi kuliah hanya untuk satu orang pengguna.
1.4 Asumsi
5. Ruangan yang digunakan sebagai sarana proses belajar mengajar cukup luas.
1.5 Tujuan
1.6 Manfaat
a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam
permasalahan nyata.
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
BAB I PENDAHULUAN
pendekatan ergonomi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang
tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat
produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan
a. Fase Informasi.
Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan
- Kriteria buying.
b. Fase kreatif.
c. Fase analisa.
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase
- Value analysis.
d. Fase pengembangan.
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang
digunakan adalah :
- Alternatif terpilih.
e. Fase rekomendasi.
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang
sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan
a. Model deskriptif.
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini
b. Model perspektif.
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan
sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada
aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri
Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk
selamanya.
produk, yaitu :
a. Tahap Penyaringan.
telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari
berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui
c. Tahap Pengembangan.
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ide-
d. Tahap Pengujian.
- Penelitian laboratorium.
- Test penggunaan.
- Tahap Komersialisasi.
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau
invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,
metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga
baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat
dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
2.2 Er gonomi.
tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan
berikut:
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah
mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,
meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak
penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada
lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
modern.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
England, 1918.
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem
kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan
rotasi pekerjaan.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di
Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
manusia.
manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka
bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen
ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo
yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefinisikan
rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat
meliputi perangkat keras misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches,
alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows),
dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan
sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.
fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu,
waktu kerja atau shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain.
Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan
Ilmu ergonomi ini secara khusus akan mempelajari tentang keterbatasan dan
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-
batas kemampuan, baik di dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat
(hardware mesin, peralatan kerja, dan sebagainya) dan perangkat lunak (metode
Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah
fitting the job to the man rather than the man to the job, dalam hal ini pekerjaan
disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus
terseebut.
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
1. Anthropometri.
sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap
individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang
2. Faal Kerja.
Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot.
3. Biomekanika Kerja.
kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya
4. Penginderaan.
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan
5. Psikologi Kerja.
kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik
diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu
manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak
dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit
energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot
statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan secara
Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan
berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk
yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan 1 tersebut
mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang
belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit
mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar
yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang
serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30
menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap
Gambar 2.1 Sikap ker ja pada Visual Display Terminal (VDT) yang
dir ekomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kir i) dan Gr andjean et al.
masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :
b. Melengkungnya punggung.
c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan.
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan
berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi
berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk
dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima
beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila
pembebanan dihentikan.
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal
pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian
beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa
skeletal, yaitu :
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas
otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka
2. Aktivitas Berulang.
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi
pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak
2.2.6 Kelelahan.
diatur secara sentral oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996)
kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang
Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami
oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap
dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan
(Wignjosoebroto, 2000).
munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan
beban.
adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan
3. Berdasarkan penyebabnya :
tempat kerja.
akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor
berkepanjangan.
karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa
Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang
melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara
1. Korset Bahu.
plane).
2. Persendian Bahu.
Keterangan :
a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
tubuh.
keseluruhan.
2. Persendian Siku.
flexion, extension.
Flexion Extension
Keterangan :
c. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
Keterangan :
a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
tubuh.
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan
sebagainya.
dll.
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
1. Umur.
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
4. Keacakan / Random.
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
5. Jenis Pekerjaan.
6. Pakaian.
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
7. Faktor Kehamilan.
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
8. Tubuh Cacat.
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
gambar 2.6.
Gambar 2.7. Antr opometr i Tinggi Badan Ber dir i dan Duduk
Sumber : Sritomo Wigjosoebroto, 2003
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
20 : Lebar kepala.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
Tabel 2.1. Per kiraan Antrophometri Untuk Masyar akat Hongkong, Dewasa,
Dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan
Etnis Asia) (mm)
Pria Wanita
No. Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
1 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60
Tegak
2 Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57
3 Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51
4 Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41
Tinggi Genggaman Tangan
5 (Knuckle) pada Posisi 685 750 815 40 650 715 780 41
relaks kebawah
6 Tinggi Badan Posisi Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37
7 Tinggi Mata Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35
8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38
9 Tinggi Siku Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38
10 Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14
11 Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30
12 Jarak dari Lipat Lutut 405 450 495 26 385 435 485 29
(Popliteal) ke Pantat
13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27
Tinggi Lipat Lutut
14 365 405 445 25 325 375 425 29
(Popliteal)
15 Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29
16 Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21
17 Tebal dada 155 195 235 25 160 215 270 34
18 Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39
Jarak dari Sikut ke Ujung
19 410 445 480 22 360 400 400 24
Jari
20 Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8
21 Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9
22 Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5
23 Jarak Bentang dari Ujung 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
24 (grip) pada Posisi tangan 1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
25 (grip) pada Posisi tangan 1.110 1.205 1.300 58 855 940 1.025 51
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
26 640 705 770 38 580 635 690 32
posisi tangan ke depan
(horizontal)
Pria Wanita
No. Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
1 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60
Tegak
2 Tinggi Mata 1.425 1.520 1.615 58 1.350 1.446 1.542 58
3 Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54
4 Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43
Tinggi Genggaman Tangan
5 (Knuckle) pada Posisi 655 718 782 39 646 708 771 38
relaks kebawah
6 Tinggi Badan Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36
7 Tinggi Mata Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33
8 Tinggi Bahu Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30
9 Tinggi Siku Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33
10 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11 Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30
12 Jarak dari Lipat Lutut 405 450 495 27 488 537 586 30
(Popliteal) ke Pantat
13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
Tinggi Lipat Lutut
14 361 403 445 26 337 382 428 28
(Popliteal)
15 Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26
16 Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
17 Tebal dada 174 212 250 23 178 228 278 30
18 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34
Jarak dari Sikut ke Ujung
19 405 439 473 21 374 409 287 34
Jari
20 Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7
21 Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9
22 Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23 Jarak Bentang dari Ujung 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
24 (grip) pada Posisi tangan 1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
25 (grip) pada Posisi tangan 1.065 1.169 1.273 63 945 1.030 1.115 52
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
26 649 708 767 37 610 661 712 31
posisi tangan ke depan
(horizontal)
Pria Wanita
No. Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D
1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Lebar Ibu Jari (LPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
10 Lebar Jari Telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11 Tebal Jari Telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
Lebar Telapak Tangan
12 74 81 88 4 68 73 78 3
(metacarpal)
13 Lebar Telapak Tangan 88 98 108 6 82 89 96 4
(sampai ibu jari)
Lebar Telapak Tangan
14 68 75 82 4 64 59 74 3
(minimum)
Tebal Telapak Tangan
15 28 31 34 2 25 27 29 1
(metacarpal)
16 Tebal Telapak Tangan 41 48 47 2 41 44 47 2
(sampai ibu jari)
Diameter Genggaman
17 45 48 51 2 43 46 49 1
(maksimum)
18 Lebar Maksimum (ibu jari 177 192 206 9 169 184 199 9
ke jari kelingking)
Lebar Fungsional
19 Maksimum (ibu jari ke jari 122 132 142 6 113 123 134 6
lain)
Segiempat minimum yang
20 dapat dilewati telapak 57 62 67 3 51 56 61 3
tangan
2.3.3 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data
Anthr opometr i.
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-
Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum
dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya
semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang
lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase
pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu
kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
Percentile Perhitungan
1-st X − 2,235σx
2,5-th X − 1,96σx
5-th X − 1,645σx
10-th X − 1,28σx
50-th X
90-th X + 1, 28σx
95-th X + 1,645σx
97,5-th X + 1,96σx
99-th X + 2,235σx
x = mean data
2003).
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
Meja kursi kuliah merupakan salah suatu alat atau tempat untuk seorang
mahasiswa bekerja. Bentuk meja kursi kuliah kian kini selalu mengalami
perubahan mulai dari bahan hingga bentuk maupun modelnya. Pada mulanya,
meja kursi kuliah memiliki bentuk yang itu-itu saja pada penggunaan dan
penempatan meja pada saat digunakan untuk menulis yang kurang ergonomi
maupun efisien. Terkadang juga tidak adanya tempat untuk menaruh tas dan
peralatan kerja dalam hal ini yang di maksud alat-alat tulis. Ini sangat merepotkan
bagi penggunanya karena tidak ada tempat penempatan yang ergonomis atau
mudah dijangkau. Dan terkadang juga ada yang lengkap fasilitasnya namun
penempatan dari fasilitas tersebut sangat tidak efisien bagi suatu pekerjaan. Bicara
tentang meja kursi kuliah, pemilihan meja kursi kuliah adalah penting. Karena
kualitas meja kursi kuliah akan menentukan keefisienan dari suatu pekerjaan.
Berikut adalah gambar dari meja kursi kuliah yang sampai sekarang masih
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan
cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-
dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil
x =
∑x i
.......................................................................... Persamaan 2.7.
n
Dimana:
Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar dengan persamaan 2.8 berikut:
Dimana:
Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
Dimana:
data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila
pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.
memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian
dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata
lain berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu
Dimana:
maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali,
tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan
tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah
satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan
pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas
akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.
2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan
produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta
praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100
cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk
Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat
putaran bawah terdapat tambahan bearing, dan pada bagian kursi dapat
alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh
para pekerja.
tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari
horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai
BAB III
METODE PENELITIAN
“Veteran” Jawa Timur yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai data yang
diperlukan terpenuhi.
Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi
1. Var iabel Ter ikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas, dalam hal ini adalah meja dan kursi kuliah yang ergonomis.
2. Var iabel Bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada
variabel yang lain. Adapun variabel bebas yang berpengaruh dalam penelitian
ini adalah :
a. Tinggi bahu dalam posisi duduk : diukur dari alas tempat duduk/ pantat
b. Lebar bahu : bisa diukur dalam posisi berdiri maupun duduk (Lb).
d. Panjang paha : diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut (Pp).
e. Tinggi tubuh dalam posisi duduk : diukur dari lantai sampai dengan paha
(Tt).
f. Jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak : diukur dari bahu sampai
dengan ujung jari telapak tangan yang terjangkau lurus kedepan (Jjt)
g. Tinggi siku dalam posisi duduk: diukur dari lantai sampai dengan ujung siku
peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang
jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum
A B
Desain Ergonomis?
Tidak
Ya
Selesai
1. Mulai
2. Studi Lapangan
3. Studi Pustaka
penelitian
4. Perumusan Masalah
5. Penetapan Tujuan
6. Identifikasi Variabel
ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari meja dan kursi.
Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (Static
Anthropometri)
Mengamati desain dari meja dan kursi beserta dengan pengukuran untuk
ukuran dimensinya
Dari ukuran yang diperoleh desain meja dan kuris digambar beserta dengan
Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam. Untuk
terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data ekstrim. Data
ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas kontrol yang
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang
Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5,
P50 dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk
Dari perancangan desain meja dan kursi yang usulan dapat digambar beserta
Dari gambar yang dihasilkan maka dilakukan proses pembuatan meja dan
kursi usulan
Setelah meja dan kursi jadi harus dilakukan proses uji coba pemakaian
18. Membandingkan Desain Meja dan Kursi yang Telah Ada dengan Desain
Pengaturan meja dan kursi lama dibandingkan dengan pengaturan meja dan
kursi usulan
19. Ergonomis
Mengetahui apakah meja dan kursi kuliah yang baru sudah berada dalam
kepada pengguna
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran untuk perancangan kursi dan meja yang baru ini diambil dari data
UPN “Veteran” Jatim sebanyak 40 orang (20 laki-laki dan 20 perempuan). Dalam
pengukuran meja dan kursi ini juga memperhatikan aspek-aspek egonomis dan
dimensi tubuh yang sesuai dengan alat kerja yang akan di rancang.
1. Tinggi bahu dalam posisi duduk : diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai
2. Lebar bahu : bisa diukur dalam posisi berdiri maupun duduk (Lb).
4. Panjang paha : diukur dari pantat sampai dengan ujung lipatan lutut (Pp).
5. Tinggi tubuh dalam posisi duduk : diukur dari lantai sampai dengan paha (Tt).
6. Jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak : diukur dari bahu sampai
dengan ujung jari telapak tangan yang terjangkau lurus kedepan (Jjt)
7. Tinggi siku dalam posisi duduk: diukur dari lantai sampai dengan ujung siku
Keterangan :
a. Tb = Tinggi bahu dalam posisi duduk
b. Lb = Lebar bahu
c. Lp = Lebar pinggul atau pantat
d. Pp = Panjang paha
e. Tt = Tinggi tubuh dalam posisi duduk
f. Jtj = Jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak
g. Ts = Tinggi siku dalam posisi duduk
h. Tp = Tebal paha
Gambar meja dan kursi kuliah awal dapat dilihat pada gambar 4.1
dibawah ini:
Kondisi meja dan kursi yang ada memiliki kekurangan, pada saat ingin
mencatat, menulis, dan mengerjakan tugas pada meja tersebut, karena sering
merasa kelelahan pada saat menggunakan meja kursi kuliah tersebut, kelelahan
ketika akan menulis atau mengerjakan, dan tulang belakang terasa sakit
merasa tidak nyaman pada saat untuk mencatat atau mengerjakan sesuatu pada
meja tersebut.
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu dalam posisi duduk (Tb) untuk
= = 54,55 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 1,01
Uji keseragaman data tinggi bahu dalam posisi duduk (Tb) dengan tingkat
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi bahu dalam posisi
57
56
TB
55
BKA
54
BKB
53
CL
52
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Gambar 4.2 Uji Keser agaman Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar bahu (Lb) untuk mencari nilai dan σx
= = 50,05 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 0,88
Uji keseragaman data lebar bahu (Lb) dengan tingkat kepercayaan yang
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman lebar bahu (Lb) sebagai
berikut:
51.83
LB
50.08 BKA
BKB
48.33
CL
46.58
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar pinggul atau pantat (Lp) untuk mencari nilai
= = 34,95 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 2,24
Uji keseragaman data lebar pinggul atau pantat (Lp) dengan tingkat
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman lebar pinggul atau pantat
38.96
LP
BKA
34.48
BKB
CL
30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai panjang paha (Pp) untuk mencari nilai dan σx
= = 39,75 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 1,10
Uji keseragaman data panjang paha (Pp) dengan tingkat kepercayaan yang
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Panjang paha (Pp) sebagai
berikut:
41.94
39.74 PP
BKA
37.54 BKB
CL
35.34
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi tubuh dalam posisi duduk (Tt) untuk
= = 41,65 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 1,14
Uji keseragaman data tinggi tubuh dalam posisi duduk (Tt) dengan tingkat
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi tubuh dalam posisi
43.94
TT
41.65
BKA
39.36 BKB
CL
37.07
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Gambar 4.6 Uji Keser agaman Tinggi Tubuh Dalam Posisi Duduk
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak
= = 74 cm
( ) ( ) ( )
σx = = 1,54
Uji keseragaman data jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak (Jjt)
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman jarak jangkauan tangan
77.073
JTJ
74.002 BKA
BKB
70.931
CL
67.86
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Gambar 4.7 Uji Keser agaman J arak Jangkauan Tangan Posisi Duduk Tegak
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi siku dalam posisi duduk (Ts) untuk
= = 66,2 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 1,59
Uji keseragaman data tinggi siku dalam posisi duduk (Ts) dengan tingkat
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi siku dalam posisi
69.36
TS
66.19 BKA
BKB
CL
63.02
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tebal paha (Tp) untuk mencari nilai dan σx
= = 15,9 cm
( , ) ( , ) ( , )
σx = = 0,96
Uji keseragaman data tebal paha (Tp) dengan tingkat kepercayaan yang
BKA = + k. σx
BKB = - k. σx
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tebal paha (Tp) sebagai
berikut:
19.72
17.81
TP
15.9 BKA
BKB
13.99
CL
12.08
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
mahasiswa, diperoleh tabel 4.2 hasil uji keseragaman data sebagai berikut:
Data Data
Dimensi BKA BKB Σx
Min Maks Keterangan
Tubuh (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm) (cm)
Tb 56,57 52,53 54,55 1,01 53 56 Seragam
Lb 51,80 48,30 50,05 0,88 49 51 Seragam
Lp 39,43 30,47 34,95 2,24 34 39 Seragam
Pp 41,96 37,54 39,75 1,01 39 41 Seragam
Tt 43,94 39,36 41,65 1,14 40 43 Seragam
Jjt 77,07 70,93 74,00 1,54 72 76 Seragam
Ts 69,38 63,02 66,20 1,59 64 68 Seragam
Tp 17,81 13,99 15,90 0,96 14 17 Seragam
∑ (∑ )
N’=
∑
Data tinggi bahu dalam posisi duduk (Tb) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑X = 2.182
2
∑X = 119.068
( . ) ( . )
,
Maka : N’= = 0,54
.
Kesimpulan:
N’ = 0,54 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
∑X = 2.002
2
∑X = 100.230
( . ) ( . )
,
Maka : N’= = 0,48
.
Kesimpulan:
N’ = 0,48 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
Data lebar pinggul atau pantat (Lp) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑X = 1.398
2
∑X = 49.056
( . ) ( . )
,
Maka : N’= = 6,42
.
Kesimpulan:
N’ = 6,42 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
∑X = 1.590
2
∑X = 63.250
( 63.250 ) ( . )
,
Maka : N’= = 1,20
.
Kesimpulan:
N’ = 1,20 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
Data tinggi tubuh dalam posisi duduk (Tt) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑X = 1.666
2
∑X = 69.440
( 69.440 ) ( . )
,
Maka : N’= = 1,18
.
Kesimpulan:
N’ = 1,18 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
Data jarak jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak (Jjt) dari tabel 4.1
diperoleh nilai:
∑X = 2.960
2
∑X = 219.132
( . ) ( . )
,
Maka : N’= = 0,67
.
Kesimpulan:
N’ = 0,67 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
Data tinggi siku dalam posisi duduk (Ts) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑X = 2.648
2
∑X = 175.396
( . ) ( . )
,
Maka : N’= = 0,90
.
Kesimpulan:
N’ = 0,90 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
∑X = 636
2
∑X = 10.148
( . ) ( )
,
Maka : N’= = 5,63
Kesimpulan:
N’ = 5,63 ≤N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
masing dimensi tubuh yang diukur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
selanjutnya dapat ditentukan ukuran meja dan kursi dengan penyesuaian persentil.
tubuh tinggi bahu dalam posisi duduk (Tb) dengan nilai persentil P50% (nilai
yang diukur dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar
Ts kursi =
= 54,55 cm ≈55 cm
lebar bahu (Lb) dengan nilai persentil P95% (nilai 95% persentil), yang
maksud yang besar agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman.
perhitungan lebar sandaran kursi dengan nilai persentil 95% sebagai berikut:
= 54,5 cm ≈55 cm
lebar pinggul atau pantat (Lp) dengan nilai persentil P95% (nilai 95% persentil),
yang merupakan persentil besar dari populasi mahasiswa yang diukur dengan
maksud yang besar agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman.
perhitungan lebar dudukan kursi dengan nilai persentil 95% sebagai berikut:
= 54,63 cm ≈55 cm
Dari perhitungan uji keseragaman data (Pp) diperoleh nilai = 39,75 cm.
panjang paha (Pp) dengan nilai persentil P50% (nilai 50% persentil), yang
maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar dapat menggunakan
kursi ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standart deviasi diatas,
Ts kursi =
= 39,75 cm ≈40 cm
Dari perhitungan uji keseragaman data (Tt) diperoleh nilai = 41,65 cm.
tubuh dalam posisi duduk (Tt) dengan nilai persentil P50% (nilai 50% persentil),
dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar dapat
jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak (Jjt) dengan nilai persentil P5%
yang diukur dengan maksud agar yang pendek dapat menggunakan meja ini
= 74 cm - 1,645 (1,54) – 21 cm
= 50,4 cm ≈50 cm
sebesar 55 cm.
Dari perhitungan uji keseragaman data (Ts) diperoleh nilai = 66,2 cm.
dalam posisi duduk (Ts) dengan nilai persentil P50% (nilai 50% persentil), yang
maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar dapat menggunakan
meja ini dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan standart deviasi diatas,
sebagai berikut:
Ts meja = + allowance
= 66,2 cm + 10 cm
= 76,2 cm ≈76 cm
Dari perhitungan uji keseragaman data (Tp) diperoleh nilai = 12,9 cm.
Selanjutnya untuk menentukan tinggi laci digunakan dimensi tebal paha (Tp)
dengan nilai persentil P95% (nilai 95% persentil), yang merupakan persentil
besar dari populasi mahasiswa yang diukur dengan maksud yang pahanya besar
= 14,5cm ≈15 cm
Tinggi laci = tinggi meja – (tinggi dudukan kursi + tebal paha) - kelonggaran
= 76 cm - (44 cm + 15 cm) – 2 cm
= 15 cm
Maka gambar teknik untuk meja dan kursi usulan dapat dilihat pada gambar 4.10
dibawah ini:
Hasil yang dapat diambil dari perhitungan data dimensi tubuh untuk
perancangan meja dan kursi kuliah agar menjadi ergonomis lebih nyaman untuk
maka dilakukan uji coba pada produk usulan dengan membuat kuisioner tingkat
kesesuaian tehadap responden sebanyak 40 orang pengguna. Hasil uji coba produk
Tabel 4.4 Data Hasil Kuisioner Meja dan Kursi Kuliah Usulan
No Kriteria
Variabel Total
SS S N TS STS
1 Tinggi sandaran kursi kuliah 5 18 7 10 - 40
8 Tinggi laci 1 12 27 - - 40
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total poin SS dan S lebih besar
daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (46 + 162) > (95 + 21) =
204 > 116 yang menandakan bahwa kesesuaian meja dan kursi usulan telah
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan data dimensi tubuh untuk
perancangan meja dan kursi kuliah agar menjadi ergonomis adalah sebagai
berikut :
• Ukuran awal meja dan kursi kuliah adalah sebagai berikut : tinggi sandaran
kursi kuliah 50 cm, panjang sandaran kursi kuliah 45 cm, panjang dudukan
kursi kuliah 45 cm, lebar dudukan kursi kuliah 40 cm, tinggi dudukan kursi
kuliah 40 cm, lebar permukaan meja kuliah 40 cm, tinggi meja kuliah 60 cm,
panjang meja kuliah 28 cm. Dan diketahui dari hasil kuisioner jumlah total
poin SS dan S lebih kecil daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu
sebesar : (0 + 35) > (120 + 111 + 54) = 35 < 285 yang menandakan bahwa
pengguna.
• Untuk merancang meja dan kursi kuliah secara ergonomis maka ukuran yang
sandaran kursi kuliah adalah 55 cm, lebar dudukan kursi kuliah adalah 55 cm,
panjang dudukan kursi kuliah adalah 40 cm, tinggi dudukan kursi kuliah adalah
44 cm, lebar permukaan meja kuliah adalah 50 cm, panjang pemukaan meja
kuliah adalah 55 cm, tinggi meja kuliah adalah 76 cm, dan tinggi laci dengan
adalah 15 cm. Dan diketahui dari hasil kuisioner jumlah total poin SS dan S
lebih besar daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (46 + 162)
> (95 + 21) = 204 > 116 yang menandakan bahwa kesesuaian meja dan kursi
5.2 Sar an
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah:
menerapkan hasil penelitian ini, baik itu dimensi ukuran meja dan kursi sebagai
acuan atau standart ukuran, maupun berbagai tambahan fungsi pada meja
khususnya meja dan kursi kuliah, dan hendaknya untuk penelitian yang
selanjutnya dapat menambahkan fitur atau inovasi yang lebih seperti meja dan
kursi dapat Knock Down, dan penggunaan bahan baku dalam proses pembuatan
Puji Lesmono, Atim. 2011. Perancangan Meja dan Kursi Restoran Cepat Saji
dengan Pendekatan Ergonomis di Café GajahMada Mojokerto. UPN
“Veteran” Jatim. Surabaya.
Ulrich, K.T dan Eppinger, S.D. 2001. Perancangan dan Pengembangn Produk.
Jakarta : Salemba Teknika.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya :
Guna Widya.