Anda di halaman 1dari 9

HUKUM AVIASI

( INVESTIGASI KECELAKAAN PESAWAT UDARA )

DI SUSUN OLEH :
YANWAR .S ( 170505011148 )

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA


STMT TRISAKTI 2017 / 2018
MAKSUD & TUJUAN INVESTIGASI PESAWAT UDARA
Maksud dan tujuanya ialah untuk mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan pesawat
udara dengan sebab yang sama, bukan mencari siapa yang salah dan siapa yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Dalam dunia penerbangan, untuk mencegah kecelakaan dengan sebab yang sama
memerlukan kejujuran yang orang yang bersangkutan, Pada tataran internasional aspek
hokum yang sering menjadi kontroversiala dalah menyebarluaskan hasil investigasi
kecelakaan pesawat udara sebagaimana diatur dalam paragraph 5.1 ANNEX 13 tentang
AIRCRAFT ACCIDENT INVESTIGATION konvensi Chicago 1944.

A. Biaya Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara

Khusus di Indonesia belum diatur bagaimana biaya tersebut dibebankan, dalam praktik
sering membebani perusahaan penerbangan yang mengalami kecelakaan. Seharusnya di
samping itu juga, akan merupakan beban berat bagi perusahaan penerbangan, karena
sudah mengalami kecelakaan masih dibebani lagi biaya investigasi, semestinya biaya
tersebut diebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).

B. Jenis-Jenis Kecelakaan Pesawat Udara

Kecelakaan pesawat udara dapat dibedakan dari sisi tahap pengoprasian dan dari sisi
lokasi kecelakaan. Dari sisi tahap pengoprasian kecelakaan diawali sejak tinggal
landas(take off), menanjak (climb), penerbangan jelajah (cruising flight), dan tahap
pendaratan yang dimulai dari pendekatan (approach), menyentuh landasan pacu (touch
down), sampai pesawat udara berhenti dipelataran (apron) Bandar udara pendaratan,
sedangkan dilihat dari sisi lokasinya dapat berupa run off dan over run dan under shoot.

Data memang menunjukan bahwa pada umumnya kecelakaan pesawat udara seratus
persen terjadi di bandara udara dan sekitarnya, sedangkan pada saat mendarat diawali saat
pendekatan (approach) kemungkinan kecelakaan mencapai 81-87 persen, karena itu pada
saat pendekatan selalu diingatkan oleh awak pesawat udara agar penumpang memasang
sabuk pengaman, menegakkan kursi, lampu diredupkan, rokok dimatikan, kembali
ketempat duduk, jangan di toilet, lipat meja didepannya dan lain-lain.
C. . Sebab-sebab Kecelakaan Pesawat Udara

Dalam dunia penerbanganpada asasnya kecelakaan pesawat udara tidak pernah


disebabkan faktor tunggal (single factor) yang berdiri sendiri. Ada berbagai faktor
kecelakaan pesawat udara tersebut seperti faktor manusia (man), pesawat udara itu sendiri
(mechine), lingkungan (environment), penggunaa pesawat udara (mission), dan
pengelolaan (management). Manusia (man) sebagai penyebab biasanya yang dituding
adalah kapten penerbang, padahal sebenarnya tidak demikian, karena manusia tersebut
terdiri atas setiap orang atau personel yang terlibat langsung dalam operasi penerbangan.

Kapten penerbang selama menjalankan tugasnya dapat mengalami sudden incapacity


yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti batu ginjal, epilepsy, serangan jantung,
dan lain-lain. Di amerika serikat pada umumnya kapten penerbang terus terang member
tahu keletihan (fatigue) yang dialami kepada perusahaan penerbangan, karena takut
dipecat, terutama untuk melayani rute Amerika Utara ke Eropa. Kapten penerbang berhak
menolak terbang, dapat melanggar kontrak kerja,melanggar peraturan kepegawaian
perusaan bahkan dapat melanggar peraturan perundang-undangan asal alasan keselamatan
penerbangan (safety first). Faktor lingkungan dapat bersifat alamiah maupun buatan
manusia. Faktor lingkungan yang bersifat alamiah seperti angin yang datang tiba-tiba
(wind shear) awan yang berputar-putar (cumulonimbus-cb) yang oleh orang jawa disebut
claret tahun atau lesus, topan,salju, gempa bumi, letusan gunung berapi. Semuanya
merupakan faktor lingkungan alamiah. Kecuali disebabkan oleh manusia dan
lingkungan,kecelakaan pesawat udara juga dapat disebabkan oleh pesawat udara itu
sendiri.

Dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 2009, investigasi kecelakaan pesawat udara


diatur dalam pasal 357 sampai pasal 363. Pelaksanaan investigasi kecelakaan pesawat
udara tersebut dilakukan oleh komite nasional tersebut merupakan indtitusi independen
yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta memiliki keanggotaan yang dipilih
berdasarkan standar kompetensi melalui uji kepatutan dan kelayakan oleh menteri.

Komite nasional wajib melaporkan segala perkembangan dan hasil investigasinya kepada
menteri perhubungan. Rancangan laporan akhir investigasi kecelakaan pesawat udara
dikirim kepada Negara tempat pesawat udara didaftarkan, negara tempat badan usaha
angkutan udara, Negara perancang pesawa, dan Negara pembuat pesawat untuk
mendapatkan tanggapan daripihak terkait terhadap rancangan laporan akhir investigasi.
Rancangan laporan akhir investigasi tersebut harus diselesaikan secepat-cepatnya, jika
dalam rangka waktu dua belas bulan, laporan akhir investigasi kecelakaan pesawat udara
belum dapat diselesaikan, komite nasional wajib menyampaikalaporan perkembangan
(intermediate report) hasil investigasi setiap tahun.

Hasil investigasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses perdilan pada
gugatan perdata maupun tuntutan pidana. Setiap orang dilarang merusak atau
menghilangkan bukti-bukti, mengubah letak pesawat udara, dan mengambil bagian
pesawat udara atau barang lainnya yang tersisa akibat dari kecelakaan atau kejadian
serius pesawat udara.

Dalam hal pesawat udara asing mengalami kecelakaan di wilayah Republik Indonesia,
wakil resmi dari Negara (acredited representative) tempat pesawat udara didaftarkan,
Negara tempat badan usaha angkutan udara, Negara tempat perancang pesawat udara, dan
Negara tempat pembuat pesawat udara dapat diikutsertakan dalam investigasi sepanjang
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Orang perseorangan wajib memberikan
keterangan atau bantuan jasa keahlian untuk kelancaran investigasi yang dibutuhkan oleh
komite nasional.

Pejabat yang berwenang dilokasi kecelakaan pesawat udara wajib melakukan tindakan
pengamananterhadap pesawat udara yang mengalami kecelakaan diluar daerah
lingkungan kerja Bandar udara untuk melindungi personel pesawat udara dan
penumpangnya ;dan mencegah terjadinya tindakan yang dapat mengubah letak pesawat
udara,merusak dan /mengambil barang-barang dari pesawat udara yang mengalami
kecelakaan.

Berdasarkan undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa hasil


investigasi kecelakaan pesawat udara tidak dapat digunakan sebagai alat buktidalam
proses peradilan, terutamayang berkenaan dengan pernyataan dari orang-orang yang
diperoleh dalam proses investigasi; rekaman atau transkip komunkasi antara orang-orang
yang terlibat di dalam pengoprasian pesawat udara, informasi mengenai kesehatan atau
informasi pribadi dari orang-orang terlibat dalam kecelakaan atau kejadian; rekaman
suara di ruang kemudi (cockpit voice recorder) dan catatan kata demi kata (transkip) dari
rekaman suara tersebut; rekaman dan transkip dari pembicaraan petugas pelayanan
lalulintas penerbangan (air traffic service) ; dan pendapat yang disampaikan dalam analisi
informasi termasuk rekaman informasi penerbangan (flight data recorder).

D. Pelaksanaan Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara


Berdasarkan pasal 464 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, untuk investigasi
kecelakaan atau kejadian berat (serious incident) pesawat udara berlaku keputusan
menteri perhubungan Nomor KM 1 Tahun 2004.

a. Pemberitahuan Awal

Setiap operator pesawat udara domestik maupun asing, berdasarkan sarana yang
tersedia, segera member tahu kepada kantor Komite Nasional Keselamat Transportasi
(KNKT), Direktorat Jendral Perhubungan Udara maupun pemerintahan daerah adanya :

1. Kecelakaan pesawat udara ;

2. Keterlambata pesawat udarayang dipastikan mengalami kecelakaan.

3. Kegagalan fungsi atau kerusakan pada flight control system, ketidak mampuan awak
pesawat udara menjalakan tugas terbang secara normal yang disebabkan oleh luka atau
sakit, kerusakan komponen struktur turbin mesin kecuali kompresor dan daun-daun
turbin dan baling-baling, kebakaran dalam penerbanga, tabrakan pesawat udara dalam
penerbanga, kerusakan multi mesin berbadan lebar yang mempunyai berat tinggal
landas 12.500 pound, kerusakan mesin listrik dalam penerbangan yang membutuhkan
bantuan daruratyang digerakan oelh sumber daya baterai, unitkekuatan tambahan atau
generator yang digerakan oleh udara untuk mempertahankan kemudi atau instrument
yang penting, kerusakn sistem hidrolik dalam penerbangan yang mengakibatkan
ketergantungan pada stu-satunya sistem hidrolik atausistem mekanis yang tersisa
untuk pergerakan permukaan kemudi terbang, kehilangan terus-menerus tenaga atau
daya dorong yang dihasilkan oleh dua mesin atau lebih dan evakuasi dari pesawat
udara yang memiliki sistem untuk keluar dari pesawat udara secara darurat.

4. Kerusakan selain kegagalan fungsi atau kersakan pada flight control system, ketidak
mampuan awak pesawat udara menjalakan tugas terbang secara normal yang
disebakan oleh luka atau sakit, kerusakan komponen struktur turbinmesin kecuali
kompreso dandaun-daun turbin dan baling-baling, kebakaran dalam
penerbangan,tabrakan pesawat udaradalam penerbangan, kerusakan multi mesin
berbadan lebar yang mempunyai berat tinggal landas 12.500 pound , kerusakanmesin
listrik dalam penerbangan yang membutuhkan bantuan darurat digerakan sumber daya
baterai.

5. Pihak yang berwenang di Bandara udara dan / atau jasa pelayanan navigasi
penerbangan yang mengetahui adanya kecelakaan pesawat udara yang dialami oleh
pesawat udara segera melaporkan kepada KNKT dan Direktorat Jendral Perhubungan
Udara.

 . Penjagaan Reruntuhan, Surat Muatan, dan Catatan Pesawat Udara

Operator pesawat udara yang bersangkutan bertanggung jawab atas penjagaan


reruntuhan, catatan-catatan, surat-surat, muatan pesawat udara, semua catatan
termasuk saluruh medium catatan penerbangan, pemeliharaan pasawat udradan awak
pesawat udara sampai pejabat KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara
mengambil alih reruntuhan, catatan dan muatan pesawat udara dalam penjagaan
KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara yang berhak melepaskan barang-
barang reruntuhan tersebut karena sudah tidak perlukan lagi.

Operator pesawat udara tersebut harus menyimpan semua catatan laporan internal
dan memo-memo yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara sampai izin oleh
KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara atau sebaliknya.

 . Pelaporan Kecelakaan dan Keterlambatan Kedatangan Pesawat Udara

Dalam kurun waktu sepuluh hari terhitung sejak kecelakaan pesawat udara terjadi,
operator pesawat udara tersebut harus membuat laporan dengan mengisi formulir dari
KNKT dan Direktorat Jendral Perhubungan Udara atau jatuh dari perhitungan sejak
kejadian berat (serious incedent) bila pesawat udara mengalami keterlambatan
kedatangan belum juga ada kabarnya atau hilang.

Apabila secara fisik setiap awak pesawat udara mampu membuat laporan, harus disertai
pernyataan yang sesuai dengan kenyataan, kondisi, dan keadaan yang berhubungan
dengan kecelakaan atau kejadian berat (serious incident)yang dialamiya. Operator
pesawat udara harus menyimpan laporan kecelakaan atau kejadian berat (serious
incident)tersebut di kantor KNKT dan Direktorat Jendral Perhubungan Udara.

 . Prosedur dan Tata Cara Investigasi

Kecuali diperintahkan secara khusus oleh KNKT atau Diektorat Jendral


Perhubungan Udara, investigasi kecelakaan atau kejadian berat pesawat udara,
dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
penerbangan.

a. Tanggung Jawab

KNKT bertanggung jawab atas pengatur, pengadaan, dan pengadilan KNKT


kecelakaan pada pesawat udara udara yang terjadi di dalam wilayah Republik
Indonesia, tempat kecelakaan pesawat udara yang melibatkan setiapapesawat
udara.

Atas permintaan KNKT, beberapa investigasi kecelakaan atau kejadian berat


pesawat udara dapat dilakukan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara
yang terjadi pada pesawat udara, namun demikian KNKT menentukan
kemungkinan penyebab kecelakaan pesawat udara tesebut.

KNKT meruapakan komite yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 2009 yang mempunyai wewenang untuk memenuhi kewajiban
Negara Republik Indonesia dengan rekomendasi Annex 13 konvensi Chicago
1944 yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai pemberitahuan, investigasi,
dan pelaporan investigasi kecelakaan atau kejadian berat pesawat udara yang
terdaftar atau dibuat di Indonesia dan mengalami kecelakaan diwilayah
Republik Indonesia atau di perairn internasional atau di daerah tidak bertuan
atau pesawat udara asing yang mengalami kecelakaan di wilayah Republik
Indonesia dimana peawat udara asing tersebut terdaftar sebagai Negara
anggota organisasi penerbangan sipil internasional.

b. Sifat investigasi kecelakaan pesawat udara

Investigasi yang dilakukan oleh KNKT untuk menentukan fakta-fakta yang


berhubugan dengan kecelakaan atau kejadian berat pesawat udara serta
kemungkinan sebab-sebab kecelakaan, kemungkinan hasil investigasi
digunakan untuk mengetahui dengan pasti batasan-batasan yang akan
digunkan sebagai cara terbaik untuk mecegah terjadinya kecelakaan dengan
sebab yang sama dimasa yang akan dating.

berhubungan dengan hasil investigasi kejadian berat tersebut digunakan


untuk menetapkan batasan-batasan yang digunakan sebagaicara pemeliharaan
terbaik untuk mencegah kejadian serupa dimasa yang akan dating.

Setiap orang yang diwawancarai oleh perwakilan KNKT atau Direktorat


Jendral Perhubungan Udara yang berwenang selama investigasi, tanpa adanya
formulir wawancara (disumpah, tanpa disumpah, ditulis tidak ditulis, dan
lain-lain) mempunyai hak untuk didampingi, diwakilkan atau diberi saran /
anjuran oleh pengacara atau perwakilan yang bukan pengacara. Peran anggota
perwakilan KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara di tempat
investigasi kecelakaan atau kejadian berat adalah sebagai juru bicara bagi
KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
c. Wewenang KNKT atau Ditjen Perhubungan Udara

Setiap pegawai KNKT atau Direktort Jendral Perhubungan Udara


yang menunjukan surat tegas berwenang untuk memasuki tiap benda miliki di
mana terletak subjek kecelakaan atau kejadiaan berat yang terjadi di wilayah
kekuasaan KNKT atau Diektorat Jendral Perhubungan Udara atau reruntuhan
dari kecelakaan atau kejadian berat pesawat udara tersebut dan melakukan
semua hal yang diperlukan berkaitan dengan investigasi.

d. Pemeriksaan mayat

KNKT berwenang mengadakan,dengan atau tanpa penggantian biaya


salinan laporan pemeriksaan mayat yang di buat oleh pegawai Negara atau
pegawai daerah untuk setiap orang yang meninggal dunia disebabkan oleh
kecelakaa transportasi yang terjadi diwilayah kekuasan hukum KNKT.

e. Para pihak yang ikut serta investigasi

Investor berwenang menunjuk para pihak yang ikut serta dalanm


investigasi. Pesertan dalam investigasi (misalnya pihak perwakilan, pihak
penyelenggara atau pihak organisasi yang lebih besar) harus menjalankan
petunjuk KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan dapat
kehilangan status peserta bila tidak dapat menjalankan tugas mereka
melakukan pelanggaran aktivitas atau petunjuk atau bila mereka menunjukan
sikap yang merugikan investigasi.

f. Memasuki, melepas reruntuhan, surat maupun muatan pesawat udara

Hanya petugas investigator kecelakaan atau kejadian berat dari KNKT


atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara dn orang yang diberi izin oleh
investigator yang bertugas untuk ikut serta dalam setiap bagian investigasi,
pemeriksaan atau pengujian yang di izinkan memasuki reruntuhan,
catatan-catatan, surat atau muatan pesawat udarayang berada dalam
penjagaan KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara.

g. Penyebaran informasi investigasi kecelakaan

Pemberian informasi atau keterangan selama investigasi berlangsung


dilapangan terutama tempat terjadinya kecelakaan atau kejadian berat
harus dibatasi pada pengembangan fakta, harus di buat dan dihadiri
perwakilan KNKT atau Dairektorat Jendral Perhubungan Udara yang ada
di lokasi kecelakaan atau kejadian berat perwakilan kantor hubungan
masyarakat KNKT atau Direktorat Jendral Perhubungan Udara atau
investigator yang bertugas.

Anda mungkin juga menyukai