Aliyyul Adzhiim
Aliyyul Adzhiim
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Aliyyul Adzhiim
NIM 11150340000004
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Aliyyul Adzhiim
NIM 11150340000004
Pembimbing
i
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing,
SURAT PERNYATAAN
Aliyyul Adzhiim
iv
ABSTRAK
Aliyyul Adzhiim
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian skripsi pada
program Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang berjudul “Harta dalam Al-
Qur’an Studi Penafsiran Qs. Al-Humazah Menurut Mutawalli< Al-
Sya’ra> wi>”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad Saw. penghulu seluruh bangsa manusia dan sebagai
panutan yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga
zaman terangnya ilmu dan pengetahuan.
Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi
ini tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan
ada banyak sosok guru, sahabat, dan kerabat, serta berbagai pihak yang
menjadi penyemangat dan telah membantu penulis. Pada bagian ini
penulis ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dan mendukung penelitian skripsi ini hingga selesai.
Pihak pertama terima kasih kepada civitas akademik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A,
selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya kepada Bapak Dr. Eva Nugraha, M.A,
selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Bapak Farizal
Mahdi, Lc, MIRKH selaku sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Dosen pembimbing skripsi, Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA yang
senantiasa selalu sabar, meluangkan waktu, memberikan arahan, dukungan
vi
Aliyyul Adzhiim
viii
ن nun N En
و wawu W We
ه ha‟ H Ha
ء hamzah ’ Apostrof
ي ya Y Ye
B. Vokal Pendek
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk
vocal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut :
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fath}a h
َ I Kasrah
َ U D{amah
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan denga harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـَـا a> a dengan topi di atas
ْــِـ ْي i> i dengan topi di atas
ْــ ُ ْـى u> u dengan topi di atas
x
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah
maupun huruf qamariah. Contoh:
الرجال Ditulis al-rija>l
الذواى Ditulis al-diwa>n
E. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
F. Ta Marbu>t}ah
1. Jika ta marbu>t}ah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”, contoh:
هذرست Ditulis Madrasah
قريت Ditulis Qaryah
(Ketentuan ini tidak diberlakaukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan
sebagainya, kecuali bila dikendaki lafal aslinya).
Hal tersebut juga berlaku bila diikuti dengan kata sandang “al”
serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan “h”,
الجاهعتْاإلسالهيت Ditulis al-ja>mi‟ah al-Isla>miyyah
xi
G. Huruf Kapital
Dalam alih aksara huruf kapital digunakan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk
menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: al-Ghaza>li> bukan Al-
Ghaza>li>, al-Kindi bukan Al-Kindi.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ..................................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
E. Metode Penelitian ........................................................................ 10
F. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HARTA
A. Definisi Harta ............................................................................. 17
B. Proses Kepemilikan Harta ......................................................... 18
C. Fungsi Harta .............................................................................. 28
D. Derifasi Kata Ma>l dalam al-Qur‟an .......................................... 32
E. Penyebutan Harta Dalam Al-Qur‟an......................................... 34
BAB III BIOGRAFI MUTAWALLI> AL-SYA’RA> WI>
A. Riwayat Hidup ........................................................................... 43
B. Perjalanan Akademik ................................................................. 45
C. Pokok-Pokok Pemikirannya ...................................................... 47
xiii
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pandangan Islam harta merupakan alat untuk mendekatkan diri
kepada Allah, sebagai jalan agar mempunyai sikap dermawan, sebagai
cara untuk meninggikan derajat seorang mukmin dan memelihara
kemuliannya. Juga sebagai sarana untuk memajukan masyarakat dan
mengangkat martabat, serta mempertahankan kehormatan dan
eksistensinya. 1
Manusia menurut tabiatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup
sendiri, melainkan harus berinteraksi dengan yang lainya. Ia memerlukan
bantuan orang lain dan juga diperlukan oleh yang lainnya. Dalam
melakukan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya, salah
satu yang menjadi objek adalah harta (ma>l).2
Di era kekinian dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, banyak manusia berlomba-lomba untuk memperoleh harta.
Mereka sibuk dengan urusan yang hanya mementingkan kemewahan dan
keindahan duniawi. Sehingga mereka menjadikan harta sebagai sasaran
utama dalam kehidupan. Tidak jarang juga kita temukan dalam
masyarakat tindakan mubazir dan membuang-buang harta. Ada juga
tindakan yang gemar menumpuk-numpuk atau menimbun harta sehingga
menjadikan pribadi yang angkuh dan kikir.
Materi atau harta dalam pandangan Islam, bukan merupakan sasaran
yang pokok. Materi atau harta adalah sebagai jalan, bukan satu-satunya
tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian-
1
Wahbah az-Zuhaily, Al-Qur‟an dan Paradigma Peradaban, terj. M. Thohir
dan Team Titian Ilahi (Yogyakarta: Dinamika, 1996), 173.
2
Ahmad Ardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2013), 54.
1
2
ً َ َ َ ٰ َ ْ َ َ َ َ ْ ِ ِ ْ َ ْ َ َ ْ ِ ْ ِ ْ َ ْ ِ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ
وال ّذين ّاذآ انفليا لم يص ّهـيا ولم يلتدوا وكان ةحن ذ ّلك كياما
3
Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Dalam Pandangan Islam, terj.
Abdul Fatah Idris (Jakarta: Mulia, 1989), 5.
4
Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta, 6.
5
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan
(Jakarta: Hidaya Media Dakwah, 2013), 365.
6
Muhammad Saiful Mujab, “Ujaran Kebencian dalam Perspektif M. Quraish
Shihab: Analisis Qs. al-Hujurat ayat 11 dalam Tafsir al Misbah”. (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Walisongo, 2018), 1-2.
3
akan datang berita peringatan pada mereka dengan siksaan yang amat
pedih.
ْ
َّ َ َ ْ َ َ ْ ِ ِ َ َ َ ْ ُّ َ َ ْ َ ْ َ ِّ ً ْ َ َّ ْ ِ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
اس ّ ان ليأكلين اميال الن ّ يايىا ال ّذين امنيٓا ّان ك ّرحدا ّمن الاحت ّار والروت
َ َ َ َّ ْ َ َ َ َّ َ ْ ِ ْ َ َ ْ َّ َ ه َ َ ُّ ِ َ ة ْال
اّٰللۗوال ّذين يك ّجذون الذوب وال ّفضث ولا ّ اط ّل َو َيصد ْون غ ْن َس ّب ْي ّل ّ ّب
ََ ِْ َ َ َ ْ ِ ْ ِّ َ َ ه
َ
َّي ْي َم يح ٰمى عل ْي َىا ّف ْي ن ّار٣٤ ۙاب ا ّل ْي ٍم ذ ػة مو ه ش ب ۙـاّٰلل
ّ ل يْ ِي ْنف ِل ْي َن َىا ف ْي َسب
ٍ ّ ّ ّ ّ ّ ّ
ِ ِْ َ ِ َْ َ َ َ ٰ ِ ْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ِ َ َّ َ
س َىن َم ـخك ٰيى ّة َىا ّس َتاو ِى ْم َوسن ْيبه ْم َوظىي ِرو ْمۗ وذا ما كجذح ْم ّلانف ّسك ْم
َ ْ ِ ْ َ ْ ِْ ِ َ ْ ِْ ِ َ
٣٥ ـذوكيا ما كنخم حك ّجذون
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-
benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu". (Q.S. at-Taubah (9) : 34-35)7
7
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 192.
8
Amin Nurdin, Dadi Darmadi, Eva Nugraha, Sosiologi al Qur'an: Agama dan
Masyarakat dalam Islam (Jakarta: LPPM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 80.
4
َ ُّ َ ِ ِّ ِ ِّ ٌ
١َۙو ْيل ّلك ّل و َمز ٍة لمز ٍة
َ
9
Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta, 83.
10
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.
5
Lisan merupakan karunia yang amat penting bagi manusia. Lisan juga
merupakan salah satu organ tubuh yang paling sering digunakan. Oleh
karena itu, wajib bagi kita untuk menjaga lisan, apakah banyak
menyampaikan kebaikan yang hak ataupun terjerumus pada dosa dan
maksiat. Lisanlah yang menghubungkan manusia dengan manusia, lisan
lah yang menciptakan bahasa, dan lisan lah yang memberikan suara yang
merupakan ungkapan pikiran manusia, lisanlah yang memberi warna
semua pikiran dan cita, lisan yang memberi nasehat serta dapat
menerangkan gelora amarah dalam dada. 12
Hal yang mendorong seseorang sering tergelincir lidahnya,
adakalanya menghendaki kejelekan orang yang diceritakannya atau
menjilat kepada seseorang. Sesudah itu si pengadu domba akan
mengambil keuntungan dari upayanya ini, atau memang hanyalah ingin
memuaskan hatinya yang hitam penuh dengan kedengkian terhadap orang
11
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 427.
12
Imam Ghazali, Bahaya Lisan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 2.
6
Jika kita perhatikan pada ayat pertama, kedua, dan ketiga dalam Q.S.
al-Humazah maka ada kesinambungan antara perilaku pengumpat dan
13
Imam Ghazali, Bahaya Lisan, 130
14
Lihat Q.S. al- Al Baqarah (2): 213.
15
Amin Nurdin, Dadi Darmadi, Eva Nugraha, Sosiologi al Qur'an, 42-43.
16
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.
7
َ ْ ِْ ِ ْ ِ َ ِ ِ َ َ َ َ َ ِ َ ِ ٰ َّ ِ ٰ َ َّ
١٧٥ ّانما ذ ّلك ِم الش ْيط ِن يخ ّ ِّيف ا ْوّل َيا َۤءهۖٗ ـلا تخاـ ْيو ْم َوخاـ ْي ّن ّان كنخ ْم ُّمؤ ّم ّن ْحن
Allah Swt memberi balasan dari ancaman pada bagian akhir surat al-
Humazah. Neraka Hut}amah merupakan balasan yang Allah berikan bagi
pelaku pengumpat, pencela, dan para penimbun harta yang merendahkan
sesama. Siksaan dalam neraka hutamah merupakan suatu ilustrasi
ancaman yang tidak sepele bagi para pelaku pengumpat dan penimbun
17
Mutawalli asy Sya‟rawi, Rezeki, terj. Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994), 13.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka di atas, penulis menemukan
beberapa masalah yang perlu di identifikasikan dalam penelitian ini,
1. Sebagai salah satu pembahasan dalam al-Qur‟an, Bagaimana al-
Qur‟an berbicara tentang harta ?
9
E. Metode Penelitian
Penelitian atau penggunaan metode ilmiah secara terancang dan
sistematis, atau kegiatan penelaahan secara ilmiah, tidak dapat dipisahkan
dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan. Hal tersebut menunjukan bahwa
ilmu pengetahuan, berkepentingan dengan penemuan pengetahuan-
pengetahuan baru yang kebenarannya teruji secara ilmiah. 18
Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari,
mencatat, menemukan, dan menganalisis sampai menyusun laporan guna
mencapai tujuan. 19 Adapun metode penelitian dalam pembahasan skripsi
ini meliputi berbagai hal sebagai berikut :
1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan data-data
melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan
pembahasan penulis. Dengan sumber pokoknya adalah mencari bahan
pengetahuan dari kitab tafsir dan kaidah tafsir, serta sebagai
18
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), 11.
19
Cholid Nur Boko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara
Pustaka), 1.
11
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan dengan penelitian yang lain,
penulis mencoba menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan dan
memiliki kesamaan atau kemiripan. Selanjutnya, hasil penelusuran ini
akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat metodelogi yang
sama, sehingga penilitian ini benar-benar bukan hasil dari plagiat dari
kajian yang ada.
Berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai skripsi dan jurnal,
maupun semua yang berkaitan dengan judul ini, penulis menemukan
beberapa karya yang membahas permasalahan ini. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Zakiyatul Munawaroh dalam skripsi yang berjudul Harta
dan Hak Kepemilikan dalam Perspektif Al-Qur‟an.20 Berisi tentang
pandangan al-Qur‟an mengenai harta dan bagaimana konsep hak
kepemilikan dalam al-Qur‟an serta implementasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa dalam skripsi
yang berjudul Kritik Sosial dalam Qs. al-Humazah.21 Penelitian ini berisi
20
Zakiyatul Munawaroh, “Harta dan Hak Kepemilikan dan Perspektif Al-
Qur‟an”. (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel, 2019).
21
Khairunnisa, “Kritik Sosial dalam Qs. al-Humazah”. (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
13
kritik sosial dalam penafsiran Qs. al-Humazah dan menganalisa dari segi
kebahasaan dan mengaitkan dengan ayat-ayat yang saling berhubungan.
Skripsi yang ditulis oleh Atropal Asparina yang berjudul Kontruksi
Social Criticism dalam al-Qur‟an: Studi Terhadap Kesenjangan Sosial
yang Digambarkan al-Qur‟an dalam Penafsiran Juz „Amma.22 Penelitian
ini berisi suatu penelitian dengan menggunakan pendekatan sosio-historis
dengan menggunakan metode tafsir tematik untuk mencari surat-surat
dalam Juz „amma yang menggambarkan suatu proses kritik sosial.
Kesenjangan sosial yang santer digambarkan adalah kesewenang-
wenangan orang-orang kaya yang memonopoli sistem ekonomi, politik,
bahkan sosial.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh oleh Abdul Karim dalam
jurnal yang berjudul Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an.23 Berisi bahwa
pada prinsipnya harta adalah milik Allah, sedangkan pemilikan manusia
terhadap harta hanya pemilikan manfaat (istikhlaf) dan itupun terbatas
selama manusia masih hidup.
Selain itu, kajian-kajian tentang tokoh Mutawalli Al-Syaʿrāwī pun
telah banyak dilakukan oleh para sarjanawan. Seperti penelitian yang
dilakukakan oleh Badruzzaman M. Yunus dalam disertasinya yang
berjudul Tafsir Al-Sya‟ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber, Metode, dan
Ittija>h. 24 Penelitian ini berisi kaidah-kaidah dasar metodelogis yang
terdapat dalam tafsir al-Sya‟ra>wi>, seperti latar belakang penafsiran,
sumber, metode, serta ittija>h.
22
Atropal, “Kontruksi Social Critism dalam al-Qur‟an: Studi Terhadap
Kesenjangan Sosial yang Digambarkan al-Qur‟an dalam Penafsiran Juz „Amma”.
(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015).
23
Abdul Karim, “Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an”. Al-Hikmah, vol.12, no.1
(2011).
24
Badruzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>; Tinjauan Terhadap Sumber,
Metode, dan Ittija>h”. (Disertasi S3, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2009).
14
25
Zakaria Syafe‟i, “Harta Menurut Ajaran Islam”, DEDIKASI, vol.2, no.2
(Juli-Desember 2010).
26
Taufiq, “Memakan Harta Secara Batil (Perspektif Surat An-Nisa: 29 dan At-
Taubah: 34“, Jurnal Ilmiah Syari‟ah, vol.17, no.2 (Juli-Desember 2018).
27
Muhammad Saiful Mujab, “Ujaran Kebencian dalam Perspektif M. Quraish
Shihab (Analisis Qs. Al-Hujurat ayat 11 dalam Tafsir al-Misbah”. (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Walisongo Semarang, 2018).
28
Atika Salsabila Zahra, “Penafsiran Al-Sya‟rawi tentang Ayat-ayat Israf dalam
Al-Qur‟an”. (Tesis S2, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2019).
15
Israf yang terbagi menjadi tiga; sesuatu yang halal digunakan secara
berlebihan hukumnya haram, segala perbuatan halal dicampur dengan
perbuatan yang haram, susuatu yang halal itu diambilnya dengan cara
yang haram.
Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Dikalustian
Rizkiputra dalam skripsi yang berjudul Bahaya Lisan dan Pencegahannya
dalam Al Qur'an.29 Membahas permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan bahaya lisan yang sering terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat. Diantaranya, menggunjing, menuduh, dusta, mengolok-
olok, dan sumpah palsu. Diakhir penulisnya mencantumkan metode
pencegahan dan manfaat menjaga bahaya lidah.
Dari tinjauan pustaka di atas, penulis berkesimpulan bahwa masih
sedikit kajian yang membahasa tentang harta dalam al-Qur‟an terutama
yang terdapat dalam Q.S. al-Humazah. Kajian yang ada saat ini hanya
berfokus membahas tentang harta secara umum. Sedangkan kajian yang
penulis lakukan adalah mengenai pemaknaan harta dalam Qs. al-Humazah
Menurut Mutawalli al-Sya‟ra>wi>.
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis
menjadikan sistematika penulisan ini dalam lima bab, yang mana ke lima
bab tersebut terdiri dari sub-sub yang terkait. Sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan. Dimana digambarkan
didalamnya latar belakang yang menjelaskan mengapa penelitian ini
dilakukan, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
29
Dikalustian Rizkiputra, “Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam Al Qur'an”.
(Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2011).
16
A. Definisi Harta
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), harta mempunyai
dua arti. Pertama, barang-barang yang menjadi kekayaan. Kedua,
kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud yang bernilai dan yang
menurut hukum dimiliki perusahaan. 1 Dalam bahasa arab kata harta yaitu
ْ ْال َوا ُلberasal dari kata الا
ْ ْ َه ْي-ْ ها َ َل ْ– ْيَ ِو ْي ُل, yang artinya condong atau
berpaling dari tengah ke salah satu sisi. 2 Secara bahasa harta merupakan
sesuatu yang dapat dimiliki oleh manusia dengan bekerja baik berupa
materi atau manfaat. 3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ed. 3, cet. III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 299.
2
Jamaluddin Ibnu Mukarram Ibnu Manzhur, Lisa>n al-Arab, juz 11 (Beirut: Da>r
Al- Sha>dir, 1414), 634-635.
3
Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami> wa Adilatuhu, juz 4 (Damsyik: Da>r al-Fikr,
1989), 40.
17
18
4
Ibn Imarah, Qa>mush al-Must}alah}at al-Iqtisad fi al-Hasharah al-Islamiyyah
(Kairo: Da>r al-Syuruq, 1993), 503.
5
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Mu‟amalah, cet. I (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), 150.
19
َ َ َ ََْ ْ ِ َّ َ َ َ
ِّ
... الرةيا َّ
ّ وأحل اّٰلل البيع وحرم...
“..Allah menghalalkan jaul beli dan mengharamkan riba…”
Q.S. al-Baqarah (2): 27515
Hukum jual beli pada dasarnya adalah halal atau boleh. Artinya
setiap orang Islam dalam mencari nafkahnya boleh dengan cara
jual beli. Hukum jual beli dapat menjadi wajib apabila dalam
mempertahankan hidup hanya satu-satunya (yaitu jual beli) yang
dilaksanakan seseorang. Dan menjadi haram jika tidak memenuhi
syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan oleh syara‟. 16
Dengan didasarkan atas rasa saling membutuhkan, maka hikmah
dari jual beli adalah terciptanya rasa persaudaraan dan hubungan
yang harmonis (serasi) antar sesama manusia. Penjual
membutuhkan pembeli agar membeli barang dagangannya
sehingga memperoleh uang. Sedangkan pembeli akan memperoleh
barang yang dibutuhkan tentunya dengan nilai tukar yang
disepakati kedua belah pihak. 17
b. Bertani
Salah satu usaha untuk mendapatkan harta sebagai penopang
kehidupan adalah bertani atau usaha di bidang pertanian. Definisi
13
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 67-
68.
14
Nasroen Harun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 115.
15
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 47.
16
Ibnu Mas‟ud, Fiqhi Madzhab Syafi‟i, cet. I (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 4.
17
Parni, “Konsep Jual Beli”, 1-3.
22
18
Hendri Mulyadi, “Pertanian Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. (Tesis S2, Program
Studi Hukum Keluarga Konsentrasi Tafsir Hadits, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2020),
29.
19
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 146.
23
22
Hamka, Keadilan Sosial Dalam Islam (Depok: Gema Insani, 2015), 90.
23
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 83.
25
kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu
berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal
secara syar'i.24
Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum
yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang
pun. Setiap manusia memiliki ahli waris dan wali-wali, maka setiap
orang hendaknya memanfaatkan harta peninggalan itu dan jangan
menginginkan harta oran lain. 25
3. Pemberian
a. Hibah
Hibah menurut bahasa adalah menyedekahkan atau memberi
sesuatu, baik berbentuk harta maupun selain itu kepada orang lain.
Menurut syar‟i, hibah adalah suatu akad yang mengakibatkan
berpindahnya kepemilikan harta dari seseorang kepada orang lain
secara sukarela atas dasar kasih sayang untuk kepentingan
seseorang atau kepentingan badan sosial keagamaan yang dilakukan
selama masih hidup. 26 Hibah adalah pemindahan hak milik kepada
orang yang diberi. Dengan syarat si pemberi itu dewasa, sehat akal
dan tidak karena dipaksa.
Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah (2): 177
َ َ َّ َ ْ َ َ َ َْ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َّ ْ َّ َٰ َ
….. اب َوالن ّت ِّّيحن َوآتى خ
ّ ّك الو ثك
ّ ّ ائ ل م ال و ر ّ ّ اّٰلل واليي ّم
آخ ال ّ ول ّكن ال ّبد من آمن ّة
َ َ ْ َ ََْ َ َٰ ْ ِْ َ ِّ ِ ٰ َ َ َ َ ْ
الس ّائ ّلحن َو ّفي َّ حن َو ْاة َن
َّ السبيل َو اك س َ ام ٰى َوال َم خي الو ى برلال ي و
ّ ّ ّ ّ المال على ح ّت ّه
ذ
24
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Dalam Islam, terj. AM.
Basamalah (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),19.
25
Abi „Abdillah Muhammad bin Ahmad Abi Bakrin al-Qurt}ubi, Al-Ja>mi’ li
Ahka> m al-Qur‟a>n, terj. Asmuni, jilid 5 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) , 385.
26
Syiah Khosyi‟ah, Wakaf Hibah Persepektif Ulama Fiqh Dan
Perkembangannya di Indonesia (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), 239.
26
َ
ُِّ َ
َالصاةرين ِ َ َ َ ْ ْ َ َ ِ ِ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ِّ
ّّ و ٗۖ
واد او ع اذإّ مو ّ د
ّ ى ػ ةّ ين يـ مال و اةكالز ىآت و اة ل الص ام كأ و اب
ّ الر
ك ّ
ِ َّ ْ َ ٰ ِ ِ َ َ َ َّ َ ٰ ِ ْ ْ ْ ْ
ِ َ َ َ َّ
ّفي ال َبأ َس ّاء َوالضَّه ّاء َو ّححن ال َبأ ّسۗ أول ّئك ال ّذين صدكياۖٗ َوأول ّئك و ِم ال ِمخلين
b. Hadiah
Secara sederhana hadiah dapat diartikan sebagai pemberian
barang dari seseorang kepada orang lain dengan tidak ada
tukarannya dengan maksud memuliakan (ikara>man wa
tawaddadan).28
27
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 27.
28
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
211.
29
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 575.
27
C. Fungsi Harta
Jika berbicara tentang harta, maka hal pertama yang harus diingat
bahwa pemilik mutlak atas segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah
Allah. Kepemilikan harta oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas
melaksanakan amanah dengan mengelola dan memanfaatkan sesuai
dengan ketentuannya. Sebagai sarana untuk memenuhi segala hajat dan
kebutuhan manusia serta sebagai salah satu objek dalam kehidupan
bermuamalah, harta memiliki berbagai fungsi diantaranya:
1. Kebutuhan hidup
Harta merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Tanpa
harta manusia akan kesulitan untuk beribadah kepada Allah Swt dan
membantu sesama manusia. Selain itu, tanpa harta manusia akan
mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya terutama untuk
29
33
Toha Andiko, “Konsep Harta Dan Pengolahannya Dalam Al-Quran”. Jurnal
AL-INTAI , vol.2, no.1 (Maret 2016): 65-67.
34
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 77.
35
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 331.
30
ًك َذ َياةا
َ ِّ َ َ ْ ٌ ْ َ ِ ٰ ه ِ ٰ ٰ ْ َ َ ْ ُّ ٰ َْ ِ َ ْ َ ْ َِ ْ َ ِ َ َْ
ية الدجياۚٗ والت ّليج الص ّلحج خحد ّغند ر ّة
ّ المال والبنين ّزينث الحي
ً َ َ ٌ ْ َ َّ
٤٦ وخحد املا
36
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 299.
37
Imam Qurt}ubi, Al-Ja>mi’ li Ahka> m al-Qur‟a>n, jilid 11, 1049.
31
38
Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah, cet. I
(Solo: Citra Islami Press, 1997), 214. https://www.slideshare.net/Kamdaserang/sistem-
masyarakat-islam-dalam-al-quran-dan-sunnah-dr-yusuf-qardhawi.
39
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 94.
32
dari segi konsumsi namun juga upaya investasi untuk pengembangan harta
yang dimiliki. 40
40
Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya Dalam Al-Qur‟an”, 68-69.
41
Fuad Abdul Baqi, Mu‟jam Mufahrash Li al-fa>dzi al-Qur‟an al-Karim (Beirut:
Dar al-Fikr, 1987), 682-683.
42
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Ponorogo: STAIN Po
Press,2010), 109-113.
33
Fath/48: 11; 14 kali dengan dhami>r kum ( )كنyaitu Q.S. al-Baqarah /2:
188, 279, Q.S. Ali-Imran /3: 186, Q.S. al-Nisa‟/4: 2, 5, 24, 29, Q.S. al-
34
Anfal /8: 28, Q.S. at-Taubah/9: 41, Q.S. Saba‟ 34: 37, Q.S. Muhammad
47: 36, Q.S. al-Saff/61: 11, Q.S. al- Munafiqu>n/63: 9, Q.S. at-
Tagha>bun/64 :15; dan 31 kali dengan dhami>r hum ( )هنyaitu Q.S. al-
Baqarah/2: 261, 262, 265, 274, Q.S. Ali Imran /3: 10, 116, Q.S. al-
Nisa‟/4: 2,6, 34, 38, 95, Q.S. al-Anfal/8: 36, 72, Q.S. at-Taubah/9: 20,
44, 55, 81, 85, 88,103, 111, Q.S. Yunus/10: 88, Q.S. al-Ahza>b/33: 27,
Q.S. al-Hujurat/49: 15, Q.S. al-Zariyat 51: 19, Q.S. al-Mujadalah/58:
17, Q.S. al-Hasyr/59: 8, dan Q.S. al-Ma’a>rij/70: 24.
b. Bentuk Nakirah (amwa>l / ) أهىال
Kata harta dalam bentuk jamak yang termasuk dalam bentuk
nakirah disebutkan sebanyak 6 kali. Pertama, 2 kali Dikaitkan dengan
keturunan (bani>n/ )بٌييyaitu Q.S. al-Isra‟: 6 dan Nuh: 12. Kedua, 2 kali
43
Bunyamin Yusuf Surur, “Rezeki Dalam Perspektif Al-Qur‟an”. Suhuf, vol.1
no.1 (2008): 43-44.
44
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 133.
45
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 222.
46
Hamka, al-Azhar, jilid 5, 3434.
47
Hamka, al-Azhar, jilid 5, 3758.
36
2. Khai>r
Penggunaan kata al-Khai>r merupakan salah satu keunikan dari Al-
Qur‟an yang kaya dengan bahasa dan sastra. Lafaz ini mempunyai
makna yang sangat banyak, salah satunya adalah bermakna harta. Harta
dalam satu segi dapat membawa kepada hal-hal yang positif sehingga
dapat juga dikatakan al-Khai>r.48 Kata Khair dalam Al-Qur‟an diulang
sebanyak 179 kali, sebagian menunjukka sifat, dan sebagian lain
menunjuk pada sesuatu.49
ٌ َ َ َْ ِ َّ
٨ َۗواّ نه ّلح ّ ِّب الخ ْح ّد لش ّديْد
48
Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya dalam Al-Qur‟an”, 62.
49
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 157.
50
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 599.
51
Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan
materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Software KBBI online, Diakses, 13 Februari,
2020.
52
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Software KBBI online,
Diakses, 13 Februari, 2020.
53
Salman Harun, Secangkir Tafsir Juz Terakhir (Jakarta: Lentera Hati, 2017),
276.
37
3. Qint}a>r
Kata Qint}a>r adalah bentuk mashdar dari kata qant}ara yang berarti
memiliki harta yang banyak. Kata tersebut dengan berbagai
derivasinya, di dalam al-Qur‟an diulang sebanyak tiga kali yang
terdapat dalam dua surat, yaitu Q.S. Ali Imran (3):14, 75 dan Q.S. An-
Nisa‟ (4) : 20. 54
َ ْ َ ْ َ َْ َ َْ َْ َ ِّ ٰ َ َّ ُّ ِ َّ َ ِّ ِ
اط ْح ّد ال ِملنط َر ّة ّم َن
ّ ن لالو نح ن
ّ ب الو ۤء َ الن َ
ّ ّ اس حب الشىي ّت ّمن
ا س ّ ز ّين ّللن
ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ِ ْ ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َّ
…. ۗث
ّ ام والحر
ّ ػ ن ا الو ث
ّ مي س م ال لّ يخ الو ث
ّ ضفّ الو ب
ّ الذ
و
dalam al-Qur‟an disebut sebanyak 9 kali, 6 kali dalam bentuk isim dan
3 kali dalam bentuk fi‟il.
“….. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
manafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (Q.S.
At-Taubah (9) : 34) 57
57
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 192.
58
Quraish Shihab, al-Misbah, jilid 5 , 82.
59
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 168.
39
ْ ِ َّ َ ِ ْ َ َْ ِ ه َْ َ ْ َ َ َ ْ ِ ْ َ
ّٰٗۚلل والرسي ّل ّ يس َٔـلينك غ ّن الانف
ّ ّ الۗ ك ّل الانفال
60
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 221.
61
Hamka, al- Azhar, jilid 5, 3464-3465.
62
Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya Dalam Al-Qur‟an”, 61.
63
Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengolahannya”, 62.
64
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 187.
40
65
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 177.
66
Dalam Q.S. Al-Anfa>l ayat 41, Kata Al-Anfa>l yang bermakna sebagai harta
rampasan memiliki beberapa sinonim yaitu:
1. Al-Ghani>mah menurut syara‟ ialah harta rampasan yang diambil oleh kaum
Muslimin dari musuh., terdiri dari barang-barang kekayaan mereka yang dibawa
dalam perang.
2. Al-Fai-u berarti penyerahan. Maknanya sama dengan Ghanimah tetapi lebih luas
lagi. Maka seluruh harta benda, tanah, dan negeri musuh, dan diri musuh itu
sendiri, bila mereka telah dapat dikalahkan, diserahkan semuanya oleh Tuhan.
Sebab itu al-Fai-u terjadi setelah satu negeri diserbu.
3. As-Salbu artinya adalah apa yang dirampas dari badan musuh yang tela terbunuh
dalam suatu pertempuran. Misalnya, pedang, tombak, atau pakaiannya.
4. Ash-Shafiyyu yaitu setelah barang-barang rampasan itu terkumpul, kalau ada
satu barang yang Kepala Perang sendiri ingin mempunyainya, lalu dengan di
saksikan oleh orang banyak, maka diperbolehkan sebelum barang-barang yang
lain dibagi-bagi.
67
Hamka, al-Azhar, jilid 4, 2685.
68
Abu> Ja‟far al-Tabari, Tasi>r Al-Tabari>, terj. Ahsan Askan (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), 64.
41
tertinggi. Karena akan dibagikan kepada fakir miskin, anak yatim, dan
orang terlantar. 69
7. „Arad}
Al-Qur‟an juga menggunakan lafadz „arad{ untuk menggambarkan
sesuatu yang mengandung makna harta.
َ ْ ُّ َ َ َ ِ ِ
٦٧ٗۖ…ح ّر ْيد ْون غ َرض الدجيا..
69
Hamka, Keadilan Sosial Dalam Islam, 85.
70
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 185.
71
Hamka, al-Azhar, jilid 5, 2810.
72
Ahmad Munir, Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 174.
42
73
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 395.
74
Sarmiana Batubara, “Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an: Studi Tafsir Ayat-
Ayat Ekonomi”, Jurnal Imarah, vol.2, no.2 (Desember 2018): 142.
75
Hamka, al-Azhar, jilid 7, 5378.
BAB III
BIOGRAFI MUTAWALLI> AL-SYA‟RAWI>
A. Riwayat Hidup
Para tokoh-tokoh mufasir lahir dari suatu latar belakang kehidupan
yang berbeda. Pendidikan, wilayah tinggal, situasi, dan kondisi zaman dan
waktu yang bermacam-macam mempengaruhi pemikirannya. Beberapa
tokoh pembaharu Islam dalam bidang tafsir lahir dengan membawa
pemikiran yang modern. Salah satu dari mereka adalah Mutawalli al-
Sya‟ra>wi dengan tafsirnya yang berjudul Khawa>t}ir H}aula Al-Qur‟a>n Al-
Kari>m .
Al-Sya‟ra>wi> adalah seorang tokoh yang muncul dari rahim tanah
Mesir yang menjadi lahan subur bagi lahirnya para pembaharu Islam,
seperti al-T{ant}a wi, al-Afgha>n i, Muhammad Abduh, Rashid Ridho dan
lainnya. Beliau dikenal sebagai Syeikh Imam ad-Da>‟iyat al-Isla>m (penyeru
agama Islam/da‟i pemikir yang popular saat itu, juga termasuk salah
seorang ahli bahasa arab, ahli tafsir kontemporer, dan da‟i di masanya
yang telah menghasilkan beberapa karya tafsir. 1
Nama lengkap dari Al-Sya‟ra>wi> adalah Syeikh Muh{ammad Mutawalli >
al-Sya‟ra>wi> al-H{asani, beliau dilahirkan ketika masa pemerintahan dinasti
Fatimiyyah saat Mesir dalam kekuasaan Inggris. 2 Pada hari Ahad tanggal
17 Rabi‟ul al-Tsa>ni 1329 H atau 15 April 1911 M, tepatnya desa
Daqa>du>s, sebuah desa kecil yang terletak di kepulauan timur kecamatan
Midghamar, kabupaten Daqhaliyhah. Beliau wafat pada hari Rabu, 22
43
44
Safar 1419 H atau 17 Juni 1998 M dalam usia 87 tahun dan dimakamkan
di desa Daqa>dus.3
Beliau berasal dari keluarga sederhana namun memiliki keturunan
terhormat. Ayahnya bernama Mutawalli> Al-Sya’ra>w i> adalah seorang
petani sederhana yang mengolah tanah milik orang lain. Walaupun
demikian, ayah al-Sya‟ra>wi> mempunyai kecintaan terhadap ilmu dan
sering mendatangi majelis-majelis untuk mendengarkan tausiyah para
ulama.4 Sang ayah mempunyai keinginan yang besar agar anaknya
menjadi ilmuwan. Untuk mewujudkan cita-citanya, ia selalu memantau al-
Sya‟ra>wi> kecil ketika sedang belajar. al-Sya‟ra>wi> mengakui besarnya
peran sang ayah dalam membentuk kepribadiannya. Diibaratkan jika dari
gurunya al-Sya‟ra>wi> mengambil 10% maka yang 90% diperoleh dari
ayahnya.5 Adapun kakeknya yaitu, Sayyid Abdullah al-Anshari berasal
dari keluarga baik-baik. Suatu malam saat Al- Sya’ra>w i> dilahirkan,
ayahnya terlambat datang ke masjid, para jama‟ah menunggunya karena
beliau biasa menjadi imam. Ketika datang kakeknnya bertanya:
“Darimana kamu wahai Mutawalli>?”. Lalu ayahnya menjawab, “Istriku
tadi malam melahirkan sehingga aku sangat sibuk”. Serta merta bidan
yang mengurusi kelahiran Al- Sya‟ra>w i> menimpali, “Alhamdulillah
istrinya telah melahirkan anak laki-laki”. Para jama‟ah serentak
berkata,”Ma>sya>’ Allah , semoga Allah memberkahimu, Mutawalli>,”.
Kemudian kakeknya berkata, “Aku mendapat kabar gembira hari malam
ini, aku melihatnya dalam mimpiku”, sambil menunjuk ke arah mimbar
dan berkata “aku melihatnya di atas mimbar, dia seperti seekor anak ayam
yang berkhutbah di hadapan manusia”. Para jama‟ah tercengang dan
3
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-
Modern (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 143.
4
Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la na‟rifuhu (Kairo: Akhba>r al-
Yaum, 1995), 16.
5
Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la na‟rifuhu, 20.
45
B. Perjalanan Akademik
Pada saat revolusi Mesir pertama tahun 1919, Al-Sya’ra>w i> sudah
diperkenalkan dengan kegiatan pergerakan yang dilakukan oleh Sa‟ad
Zaghlul.7 Sejak kecil beliau sudah biasa di ladang dan pernah mempunyai
cita-cita mejadi seorang petani yang mempunyai tanah sendiri, namun
ayahnya mempunyai tekad besar untuk menyekolahkannya di Sekolah
Dasar (Madrasah Ibtida‟iyyah), maka ia pun beralih perhatian untuk
belajar prinsip-prinsip berhitung, menulis, dikte, dan qawa>id.8 Masa kecil
al-Sya’ra>w i> dilalui di salah satu kutta>b9 untuk menghapal al-Qur‟an,
belajar membaca, dan menulis. Al-Sya’ra>wi> sangat menyenangi sastra,
khusunya sya‟ir. Pada usia 11 tahun ia berhasil menghapal al-Qur‟an
dibawah bimbingan Syekh Abdul Majid Pasha. 10 Pendidikan formalnya
diawali dengan menuntut ilmu Sekolah Dasar di Lembaga Pendidikan al-
Azhar tahun 1926 yang berada di kota Zaqa>ziq. Selanjutnya, Al-Sya‟ra>wi
6
Said Abu al-Ainain, Al-Sya’ra>wi> al-ladzi> la> na‟rifuh , 17.
7
Sejak pertengahan abad 19 sampai pertengahan abad 20, Mesir telah
mengalami tiga kali perubahan bentuk pemerintahan. Pertama, bentuk monarki absolut,
yaitu sejak pemerintahan Khedevi Taufiq (1879-1892) sampai masa awal pemerintahan
Raja Fuad I (1917-1936). Kedua, bentuk monarki konstitusional, yaitu sejak revolusi
Mesir 1919 samapi pemerintahan Raja Faruq (1936-1952). Ketiga, Revolusi Monarki ke
bentuk Republik terjadi pada 23 Juli 1952 yang dipimpin Jamal Abdul Nasser. Lihat
Diana Trisnawati, “Revolusi Mesir 23 Juli 1952: Berakhirnya Pemerintahan Raja
Farouk”. Istoria, vol.11, no.2 (Maret 2016): 48.
8
Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi> “, 38.
9
Kutta>b berasal dari kara dasar kataba yang berarti menulis atau tempat
menulis. Kutta>b adalah tempat belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an dan membahas
pokok-pokok agama. Lihat Mukhlis Fahruddin, “Kuttab:Madrasah Pada Masa Awal
Umayyah”. Madrasah, vol.11, no.2 (Januari-Juni 2010): 209.
10
Zuraidah, “Konsep Adil Dalam Pembagian Harta Warisan Studi Penafsiran
Al-Sya‟rawi dan Hamka terhadap Qs. Al-Nisa Ayat 11”. (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin, UIN Jakarta, 2010), 37.
46
11
Malkan, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis dan
Biologis”. Alqalam, vol.29, no.2 (Mei-Agustus 2012): 193.
47
menjadi khatib dan imam shalat Jum‟at di masjid yang terdapat di gedung
PBB New York pada tanggal 27 Oktober 1983.12
Yang menarik dari Al-Sya’ra>wi> bahwasanya beliau tidak pernah
menulis buku-bukunya karena beliau berpendapat bahwa kalimat yang
disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih membekas
daripada kalimat yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab
semua manusia akan mendengar dari narasumber yang asli. Kitab ini
merupakan kolaborasi kreasi yang di buat oleh murid-muridnya yaitu
Muhammad al-Sinrawi dan Abdul Waris al-Dasuqi dari kumpulan-
kumpulan pidato-pidato atau ceramah-ceramah Al-Sya’ra>w i>. Sementara
itu, hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Tafsir Al-Sya’ra>wi> ditakhrij
oleh Ahmad Umar Hasyim. Kitab inu diterbitkan oleh Akhba>r al-Yaum
Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991 (yaitu tujuh tahun
sebelum al-Sya’ra>w i> wafat). Dengan demikian, Tafsir Al-Sya’ra>w i>
merupakan kumpulan ceramah dan pidatonya selama hidup kemudian di
edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-murdinya. Tafsir ini merupakan
golongan Tafsir bi al-Lisan atau tafsir Sauti (hasil pidato atau ceramah
yang kemudian di bukukan).13
C. Pokok-Pokok Pemikiran
Pemikiran al-Sya’ra>wi> terbentuk dari aktifitasnya sebagai seorang
intelektual yang lahir dalam situasi sosio kultural dan politik Mesir pada
masa al-Sya’ra>wi> hidup. Hiruk pikuk pergerakan untuk memperoleh
kemerdekaan dan instabilitas politik yang terjadi sampai kepemimpinan
Anwar Sadat telah membenuk karakter al-Sya’ra>wi> menjadi tokoh
12
M Yunus Badruzzaman, “Tafsir Al-Sya‟ra> wi>”, 40.
13
Muhammad Azmi, “Parenting Dalam Al-Qur‟an : Studi Terhadap Tafsir
Khawa>tir Asy-Sya‟ra> wi> H} aula Al-Qur‟an Al-Kari> m Karya Syekh Mutawalli Asy-
Sya‟ra> wi”. (Tesis S2, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), 34.
48
14
Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>”, 21.
15
Hikmatiar Pasya, “Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya‟rawi”. Studia Quranika,
vol.1, no.2 (Januari 2017): 149.
16
Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir Al-Sya’ra>wi>”, 46.
49
bahawa semua sifat Allah tersebut berada pada daerah ()ليس كمرله شيء.
17
Muhammad Azmi, “Parenting Dalam Al-Qur‟an”, 37-38.
18
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 488.
50
ْ ْ َ َ ِّ َ َ َ ْ ْ ِّ َ ِ َ ْ ِ ِّ َ ِ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ِ
ۚ خذ ّمن أمي ّال ّىم صدكث حط ّى ِروم وحز ّكي ّىم ّةىا وص ّل علي ّىم
َ
ْ)(خ ْذ م ْن أ ْم َيالىم
ِ
: ان كيله الحق: و وكؿ الػلماء رضي اّٰلل غنىم ونا وكاليا
ّّ ّ
19
Al-Sya’ra>wi>, Tafsir al-Sya‟ra>wi>, juz 22 (Kairo: Akhba> r al-Yaum, 1991),
13825-13828.
20
Muhammad Azmi, Parenting Dalam Al-Qur‟an, 38-39.
21
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 203
51
المؤدى ،ولي يتحن اّٰلل حق الفلحد وغزله غن مال صاحته ،ـىذا يػنى أن
المال إن ولك ـليس للفلحد شيء ،ولكن لأن المال الؾني ـحق الفلحد
محفيظ فى ذمث صاحب المال ،ووذ أـضل للفلحد ،ـإن الؾني ليلم يؤد
ِّ
(ح َط ِّى ِر ِو ْم َو ِح َزك ْي ْ
ىم) < السطحيين فى الفىم
ِ
وعلى من يػيد كيله الحق :
ّ ّ
ِّ
يليلين :إنىاحطىر من نأخذ منه المال ،وحزكي المال الذى نأخذ منه .لكن
ً
من يملك غملا فى الفىم يليل :مادامج وناك فى وذه الآيث غناصه ،
أما من ناحيث المال نفسه ،ـالصدكث حطىر المال :لأن الماللد يزيد ـيه
ً
وكيؿ حكين الصدكث حطىحدا للآخذ ووي لم يذنب ذجبا يحخاج إلى حطىحد ,
ِّ
مػطي له لأنه محخاج؟) ونليل :إن الآخذ ححن يأخذ من مال غحده ، ةل وي
52
لأنه وصله: ووي عاسز غن الكسب ـىي يخطىر من الحلد على ذى النػمث
ـىي إن، ـلا يحلد عليه ولايحسده،ةػض من المال الذى غند ذي النػمث
ً ً
22
. لأن ةػضا من الخحد يػيد عليه: دعاله ةالزيادة،رأى غنده خحدا
22
Al-Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, juz 9, 5464-5470.
53
24
Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKis Group,
2012), 58-65.
55
25
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas, 152.
26
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas, 153.
56
dan disertai tanda tangannya sebagai bentuk pengakuan atas apa yang
tertuang dalam karyanya adalah benar dari pemikiran dan
pembicaraannya. Bahkan, banyak karya-karya yang disandarkan
kepada beliau adalah karya tulis yang langsung di bawah
bimbingannya. 27
Khawatir yang berarti renungan sebagaimana beliau sampaikan
dalam muqaddimah tafsirnya yang berbunyi,
وليأن اللرآن من.. تخطر على كلب مؤمن فى آيث أو ةضع آيات.. صفائيث
ِّ
لكان رسيل اّٰلل صل اّٰلل عليه وسلم أولى الناس ةخفسحده.. الممكن أن يفسه
ِّ
وله ظىرت مػشزاحه... لأنه عليه نزل وةه أنفػل وله ةلؼ وةه علم و غمل..
28
..
“Hasil renungan saya terhadap al-Qur‟an bukan berarti tafsiran
terhadap al-Qur‟an, melainkan hanya percikan pemikiran yang
terlintas dalam hati sesorang mukmin pada saat membaca al-Qur‟an.
Seandainya al-Qur‟an memungkinkan untuk ditafsirkan, pastilah
Rasulullah adalah yang paling berhak untuk menafsirkannya, karena
kepada beliaulah al-Qur‟an diturunkan dan langsung berinteraksi
dalam kehidupannya“.29
27
Badruzaman, Tafsir Al-Sta‟ra>wi>, 54.
28
Al-Sya’ra>wi>, Tafsir al-Sya‟ra>wi>, juz 1, 9.
29
Imroatus Sholihah, “Konsep Kebahagiaan Dalam Al-Qur‟an Persepektif
Tafsir Mutawalli Asy Sya‟rawi Dan Psikologi Positif”. (Tesis S2, Jurusan Ilmu Agama
Islam, Pascasarjana, UIN Maulana Malang, 2016), 72.
57
apakah suatu karya ilmiah layak atau tidak, dapat dikonsumsi publik
atau tidak. Selain itu. 30
2. Metode dan Corak Penafsiran
Badruzzaman M. Yunus dalam disertasinya yang berjudul Tafsir
Asy-Sya‟rawi: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode, dan Ittijah
membagi metode dalam Tafsir al-Sya’ra>w i> menjadi dua, yaitu Metode
umum dan metode khusus. Dalam menjelaskan metode umum, kitab
tafsir al-Sya’ra>wi> termasuk pada kelompok kitab tafsir yang
menggunakan metode tahli>liy. Hal itu didasarkan kepada metode yang
digunakan al-Sya’ra>w i>, dimana beliau berusaha menjelaskan
kandungan makna-makna ayat Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya,
dengan memperhatikan urutan ayat sebagaimana yang tercantum dalam
mushaf. Sedangkan metode khusus, sebagai suatu arah metodologi
penafsiran yang khas dan tidak terlepas dari kerangka berfikir al-
Sya’ra>wi> terhadap Al-Qur‟an. Kerangka berfikir ini menjadi tujuan
atau haddaf dalam melakukan penafsiran Al-Qur‟an. Dalam
menafsirkan ayat atau kelompok ayat, al-Sya’ra>w i> menganalisis dengan
bahasa yang tajam dari lafadz yang dianggap penting dengan
berpedoman kepada kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek nahwu,
sharaf, balaghah, dan lain sebagainya. Beberapa komponen yang bisa
membantu memperluas penafsiran dikemukakan, seperti tentang
Qira‟at, asba>b al-nuzu>l, kaidah kebahasaan, riwayat dan sya‟ir arab,
serta hukum-hukum yang dikandungnya. 31
Beberapa metodologi yang digunakan al-Sya‟ra>wi> dalam
32
menafsirkan Al-Qur‟an, diantaranya:
30
Badruzaman, “Tafsir Al-Sta‟ra> wi> ” 54.
31
Badruzzaman, “Tafsir Al-Sya’ra> wi>“ 120-127.
32
Badruzzaman, “Tafsir al-Sya‟ra> wi>” 128.
58
33
Malkan, “Tafsir asy-Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”. Alqalam,
vol.29, no.2 (Mei-Agustus 2012): 198.
59
34
Abdul Syukur, “Mengenal Corak Tafsir Al-Qur‟an”. Al-Furqonia, vol.1, no.1
(Agustus 2015): 96.
35
Muhammad Husain al-Dzahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz 1 (Kairo:
Maktabah Wahbah, 2000), 183.
36
Hikmatiar Pasya, “Studi Metodologi Tafsir Asy-Sya‟rawi”, 150.
60
37
Malkan, “Tafsir Asy- Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”, 201.
38
Malkan, “Tafsi>r Asy-Sya’ra>wi>: Tinjauan Biografis dan Metodologis”, 200-
201.
39
Mutawalli Sya‟ra> wi>, al-Sya‟ra> wi>, 17351
61
40
Ali Iya> zi, Al -Mufassiru>n H}aya>tuhum wa Manhajuhum, 270.
41
Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi, terj. Zainal Arifin,
jilid 15 (Jakarta: Safir Al-Azhar, 2016), Pendahuluan.
62
42
Mutawalli Sya‟ra> wi>, al-Sya‟ra> wi, Daftar isi, 17351
43
Badruzzaman, “Tafsir al-Sya’ra>wi>“, 116-117.
63
Salah satu ciri dari juz 30 atau yang lebih popular dengan sebutan Juz
„Amma adalah jumlah surat yang banyak dengan ayat yang pendek-
pendek. Salah satunya adalah Qs. al-Humazah yang berarti pengumpat dan
pencela. Surat ini berbicara salah satu point penting dalam kehidupan,
yaitu tentang harta dengan tegas menjelaskan, siapa yang akan mengalami
kerugian bahkan kecelakaan. Sebagai seorang ulama kontemporer
bagaimana Mutawalli al-Sya‟ra>wi> memandang mengenai harta dalam Qs.
al-Humazah.
1
Mutawalli> al-Sya‟ra> wi>, Tafsir al-Sya‟ra> wi>, terj. Zainal Arifin, jilid 15 (Jakarta:
Safir Al-Azhar, 2016), 449.
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2000),
509.
64
65
َ َ
َّ ِ َ ِ َ َِْ َ َ َْٰ ََ َ َ ِْ َّ َ َ ِ َ ََّ ِ ََ ْ
ّٰلل
ّ )نار ٱ٥()ومآ أدرىك ما ٱلحطمث٤()كلاۖٗ لينۢتذن ّفى ٱلحطم ّث٣(أخلد ۥه
َ َ ٌ َ َ ْ ُّ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ ِ ََّ َّ ِ َ َ ِْ
) ّفى غم ٍد٨() ّإنىا علي ّىم مؤصدة٧()ٱل ّتى حط ّلع على ٱلأـ ّـد ّة٦(ٱلميكدة
َ ََّ ُّ
)٩(ِمدد ٍ ٍۭة
3
Mutawalli> al-Sya‟ra> wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 450.
4
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.
66
1. Asbabun Nuzul
Dalam kitab Luba>b an-Nuqu>l fi> Asbab an-Nuzu>l menyebutkan
bahwa surat ini turun berkaitan dengan Umayyah bin Khalaf yang setiap
kali bertemu dengan Rasulullah suka menghina dan mencaci maki beliau.
Kemudian Allah menurunkan ayat-ayat dalam surat ini secara
keseluruhan.5
Umayyah bin Khalaf merupakan seorang pemimpin suku Quraisy
yang terkemuka. Sejak kecil, ia sudah hidup berkecukupan harta dari
ayahnya yang seorang pedagang besar. Hal tersebut membuatnya menjadi
kikir dan angkuh saat dewasa. Harta kekayaan yang banyak membuat
Umayyah merasa kuat dan berpandangan bahwa harta adalah nilai
tertinggi dalam kehidupan. Sementara, nilai manusia dan kebenaran
dipandang rendah. Kebiasaan berikutnya yang sering dilakukannya adalah
mengolok-olok dan menghalangi dakwah Rasulullah saat di Mekkah.
6
Umayyah wafat terbunuh saat perang Badar tahun 624 M / 2 H.
2. Munasabah Ayat
Surat ini turun untuk menanggapi sikap sejumlah kaum musyrikin
yang melakukan penghinaan dan melemparkan aneka isu negatif terhadap
kaum Muslim. 7 Awal surat ini diawali dengan kata “wail” yang memiliki
dua makna baik secara harfiah dan istilah. Secara harfiah, kata ”wail”
merupakan sebuah tempat di neraka yang merupakan lembah yang paling
mengerikan. Kata “wail” juga berarti ancaman, yaitu tidak saja siksaan
yang mutlak dan absolut, tetapi lebih dari itu adalah azab khusus dari
Allah. Maka ancaman wail harus dipahami dalam bingkai kekuasaan
5
Jalaluddin as-Suyuthi, Luba>b an-Nuqu>l fi> Asbab an-Nuzu>l, terj. Abdul Hayyie
(Jakarta: Gema Insani, 2008), 640.
6
Agung Sasongko, “Kisah Umayah bin Khalaf Yang Tegila-Gila Harta, 2018”
Diakses, 28 Juli, 2020, https://republika.co.id/berita/p982s5313/kisah-umayyah-bin-
khalaf-yang-tergilagila-harta.
7
Quraish Shihab, Al-Luba>b (Jakarta: Lentera Hati, 2008), 741.
67
Allah.8 Sedangkan huruf lam dalam kata likulli bisa bermakna tiga; milik,
hak, dan khusus. Kata kulli bisa bermakna jami>‟ artinya masing-masing
atau bermakna majmu‟, artinya untuk semuanya sekaligus. 9 Akan tetapi
jika Allah berkata “wail”, maka ia telah mengancam dan mampu untuk
melaksanakan apa yang dikatakannya, sedangkan manusia tidak luput dari
kuasa-Nya.10 Celaka adalah hidup tidak bahagia. Kata “celaka” biasanya
terjadi sebagai hukuman bagi orang-orang berdosa. Ancaman hidup celaka
itu akan diderita oleh setiap humazah (pengumpat) dan Lumazah
(pengejek). Mereka yang tidak puas-puasnya dengan keadaan
bagaimanapun baiknya, lalu mengumpat-umpat dan selalu menyalahkan
orang lain.11
Sifat keji dalam diri pengumpat dan pencela yang orientasi hidupnya
hanyalah mengejar kekayaan dunia, menumbuhkan rasa tamak (selalu
mengumpulkan harta) dengan gemar menambah kekayaan dengan cara
apapun yang dapat dilakukan, halal maupun haram. Setiap hari selalu
menghitung-hitung kekayaannya. Mereka tidak mau kekayaannya
berkurang sedikit pun, tetapi yang diharapkan adalah selalu bertambah.
Sehingga menimbulkan sifat kikir. Prinsip hidup yang sudah mendarah
daging dengan beranggapan bahwa uang adalah segalanya dan dengan
uang segala persoalan dapat diatasi, termasuk masalah kematian. Karena
itu, dia merasa akan bisa hidup di dunia ini selama-lamanya.12
Dengan harta benda dia menyangka akan terpelihara dari gangguan
penyakit, dari bahaya tersembunyi, dan dari kemurkaan Allah. Karena
8
Mutawalli> Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15,451.
9
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz „Amma
(Bandung: Mizan Pustaka, 2014), 512.
10
Mutawalli> Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 450.
11
Salman Harun, Secangkir Tafsir Juz Terakhir (Tangerang: Lentera Hati,
2018), 308-309.
12
Salman Harun, Secangkir Tafsir, 309.
68
jiwanya sudah terpukau oleh harta, menyebabkan dia lupa bahwa hidup ini
akan mati.
Dalam Islam, tempat kehidupan akhir itu diterangkan dengan sangat
jelas. Surga diperuntukan bagi yang baik sedangkan neraka bagi yang
jahat. Pada ayat ke-4 Q.S. al-Humazah terdapat kata “Nabaza”, yang
bermakna membuang karena tidak ada gunanya. Jadi para pelaku
kejahatan sosial, tamak, pengejek, dan pelit tidak ada harganya dalam
pandangan Allah. Mereka akan dicampakkan ke neraka H}ut}amah.13
H}ut}amah adalah salah satu nama neraka, sebagaimana sebutan
Jahannam, Saqar, dsb. Neraka H}ut}amah adalah Neraka Allah.
Dikaitkannya neraka itu dengan Allah berarti mengandung makna khusus.
Selain itu, ciri neraka Hut}amah yaitu tertutup rapat, seperti sebuah
lubang yang sangat dalam dengan api yang berkobar-kobar. Sehingga
kedap panas dan tidak ada celah keluarnya uap panas tersebut dan celah
untuk melarikan diri. Didalamnya terdapat tiang-tiang yang panjang.
19
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 540.
20
Salman Harun, Secangkir Tafsir, 313.
21
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 349.
70
26
Abu „Abdullah Muhammad bin Isma>‟il bin al-Mughi>rah al-Bukha>ri, Shahih
Bukha>ri, juz 20 (Beiru>t: Dar al-Fikr, 2006), 11.
27
Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),1.
28
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman, 511.
29
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indoneia,
1980.
72
dorongan. Mendorong orang lain dengan lidah (ucapan) atau dengan kata
lain menggunjing, mengumpat, atau mencela orang lain tidak di hadapan
yang bersangkutan. 30
اط ْحن َ َّ َ َ َ
ّ ات الشي
ٍ …ومز.
30
Quraish Shihab, al-Misbah, 602.
31
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan,
348.
32
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indoneia,
1562.
33
Ibnu Mandzu>r, Lisa>n al-„Arabi, juz 12, 326.
34
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 516.
73
berasal dari kata ,ْْ ِإ ْغتِيَاباا,ِْ ْ ِإ ْغتِيَا,ِْ اإلغتيا, yang berarti menggunjing
atau menuturkan keburukan orang lain yang tidak disukai. Jika yang
digunjingnya itu memang benar adanya pada diri seseorang. Dan jika yang
digunjingnya itu tidak terdapat pada seseorang, maka itu disebut buhta>n
(kebohongan besar).38
Sedangkan kata Sukhriyyah berasal dari kata ْ , ْالسخريت,ْ سخر
ْي
ّْ ال ّسخر, yaitu olok-olokan atau ejekan yang menimbulkan tertawaan
orang, atau bisa diartikan perkataan pedas yang menyakitkan hati. 39
Sukhriyyah bisa juga terjadi dengan menyebut kekurangan orang lain atau
meniru dengan perkataan, perbuatan, atau isyarat orang yang diolok-olok
35
Mutawalli Sya‟ra> wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 451.
36
Lihat penafsiran al-Sya‟rawi pada Q.S. al-Qalam ayat 11, Mutawalli Sya‟ra> wi>,
Tafsir al-Sya‟ra> wi>, 16210-16212
37
Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, terj. Dudi Rosyadi dan Faturrahman,
jilid 20 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 718.
38
Ibnu Manzu>r, Lisa>n al-„Arab, juz 10, 152.
39
Ibnu Manzu>r, Lisa>n al-„Arabi, juz 15, 84.
74
40
Abdullah Husaeri, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an: Kajian
Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13”. (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurusan,
UIN Jakarta, 2008), 27.
41
Mutawalli> Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 293-294.
42
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 601.
75
43
Abdul Karim, “Fungsi Harta Menurut Al-Qur‟an”, 65.
44
Mutawalli> Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 454.
76
45
Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur‟an (Jakarta:
Gema Insani Press, 2006), 73.
77
47
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 554.
48
Sayyid Qut}b, Fi> Zila>l al-Qur‟a>n, juz 6 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
3570
79
49
Lihat Q.S. al-Muja>dilah (58): 11
50
Tien Pratiwi, “Konsep Kehormatan Manusia Dalam Al-Qur‟an Dan
Relevansinya Dengan Kehidupan Masyarakat Modern”, (Skripsi S1, Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Ponorogo, 2018), 21.
80
51
Quraish Shihab, al-Misbah, jilid 15, 606.
81
52
Mutawalli> Sya’ra>wi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 454.
53
Mutawalli> Sya‟rawi>, al-Sya‟ra> wi>, jilid 15, 455.
82
“Dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw
bersabda, “Seandainya anak Adam memiliki satu bukit dari emas,
tentu di lebih senang lagi jika memiliki bukit (emas) yang lain. Dan
tidak akan memenuhi mulutnya selain tanah. Dan Allah menerima
taubat orang yang bertaubat”. (HR Muslim)
58
Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 65.
59
Lihat Q.S. al-A‟ra> f (7): 176.
60
Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), 155.
61
Achmad Chodjim, Al-Falaq:Sembuh Dari Penyakit Batin Dengan Surah
Subuh (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), 143.
84
nakuti manusia akan menjadi miskin jika suka memberi 62. Bagi mereka
yang bersifat kikir, kemungkinan tidak akan luput dari 7 hal, yaitu: 63
1. Jika meninggal dunia, hartanya akan dihabiskan oleh ahli warisnya
untuk kemaksiaatan
2. Hartanya akan dirampas oleh pengusaha setelah ia dihinakan
(dipenjara),
3. Akan tumbuh nafsu syahwat yang menyebabkan hartanya habis
sia-sia,
4. Tumbuh keinginan untuk membangun usaha, namun Allah
menghendaki untuk bangkrut usahanya,
5. Akan ditimpa bencana berupa kebanjiran, kebakaran, dan
perampokan sehingga hartanya habis,
6. Akan ditimpa penyakit kronis, sehingga hartanya habis untuk
mengobatinya,
7. Harta itu disimpan di suatu tempat (Bank dan sejenisnya), tetapi
ketika hendak dibutuhkan tiba-tiba datang musibah (bank tersebut
kabur, atau perampokan).
Sifat Bakhil (pelit) juga merupakan bagian dari sifat serakah. Mereka
beranggapan semua yang diperoleh adalah hasil usaha dan kerja keras
sendiri. Padahal dari semua yang diperoleh terdapat bagian dari orang
yang membutuhkan. Sifat ini juga akan menghalangi terciptanya
persaudaraan dan rasa saling tolong menolong.
Bakhil atau pelit berasal dari kata bakhila-yabkhalu-bakhlan atau
bakhula-yabkhulu-bukhlan artinya kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil
adalah suatu sikap mental yang tidak mau mengeluarkan harta atau yang
lainnya kepada orang lain yang memerlukan, sementara dirinya
62
Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 268.
63
Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 159.
85
َّ َ َ ِ ِ ِ ْ َ
)( غنه َما له ّإذاح َرد
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta
mendustakan yang terbaik, maka kelak Kami akan memudahkan
baginya kesukaran dan tidak berguna baginya hartanya apabila ia
telah binasa”. (Q.S. al-Lail (92) : 8-11)65
64
Rosihan Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008),
212.
65
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 595.
66
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 599.
86
jalan kebaikan dan ketaatan, dan menjaga diri dari merendahkan orang
lain, serta berlomba beramal soleh. 67
Quraish Shihab menjelaskan sikap seorang terhadap harta dilihat dari
tingkat kedermawanan dan tingkat keengganan memberi, yang dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu memberi tanpa diminta, memberi setelah
diminta, memberi setelah diajukan kepadanya permintaan yang
mengundang rasa iba. 68
Dalam Qs. al-Humazah dampak apabila harta yang amanahkan hanya
untuk meremehkan orang lain dan tidak dimanfaatkan dengan baik
balasannya adalah akan dimasukan ke neraka h}utamah. Api yang menyala-
nyala yan dapat membakar hingga ke hati manusia. Karena hati
merupakan awal dimana seorang bersikap dan mempengaruhi baik
buruknya sikap tesebut. Jika pada saat memiliki harta digunakan untuk
menyakiti hati, menghina, merendahkan orang lain, melemahkan semangat
maka balasan siksaan neraka h}utamah yang membakar hingga ke dalam
hati adalah balasan yang setimpal. Balasan ini merupakan lukisan bagi
pelaku pengumpat dan para penimbun harta yang mengabaikan hartanya
untuk nilai-nilai sosial di masyarakat.
Taubat adalah jalan terakhir bagi mereka yang telah melakukan
kesalahan-kesalahan (mengumpat dan mencela), dengan bertaubat berarti
sebuah penyesalan dengan tekad yang sunguh-sungguh untuk tidak
mengulangi perbuatan di masa mendatang sehinga tidak ada lagi orang
yang tersakiti dan sebaliknya jika mereka tidak mau bertaubat maka
mereka pada dasarnya telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh
agama dan pada akhirnya akan mengantarkannya menuju neraka. Dalam
67
Anas Ahmad Karzon, Tazkiyatun Nafs (Gelombang Energi Penyucian Jiwa
Menurut Al-Qur‟an dan as-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Sha>lih) , terj. Emiel Threeska,
cet. IV (Jakarta: Akbar Media, 2016), 249
68
Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an, 158.
87
َ ِ َْ َ َ
خ ّت ْح ٌد ّةماحػ َمل ْين
69
Anas Ahmad Karzon, Tazkiyatun Nafs, 154.
70
Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, 548.
88
ْ َْ ِ َ ْ َ َّ َّ َّ َ َّ َّ َ ْ ِ َّ َ َ َّ ِ ْ ِ َ َّ َ َ ْ ِ
,دّ ـ ّإن الظن أكذب الح ّدي, ّإياكم والظن:اّٰلل كال ّ ر َرة أن رسيل و َي
71
Abdullah Husaeri, “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‟an : Kajian
Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13”. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Jakarta, 2008), 63-64.
89
ِ َ َ َ َ َ ْ ِ َ َ َ َ َ ْ ِ َ َ َ َ َ ْ ِ َّ َ َ َ َ ْ ِ َّ َ َ َ َ
ْض ْيا َو َل َاح َد َاة ِروا ولاتحسسيا ولاتجسسيا ولاتناـسيا ولاتحاسدوا ولاتباؽ
ً َ ْ َّ َ َ ْ ِ ْ ِ َ
اّٰلل ّإخيانا
ّ وكينيا ّغتاد
72
Imam Muslim, Shahih Muslim, vol. 16 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah), 118-
119.
73
Dalam Al-Qur‟an Qaulan Karima terdapat dalam Q.S. al-Isra‟ (17) : 23.
90
74
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah Menurut Al-Qur‟an”. Alhadharah,
vol.11, no.21 (Januari-Juni 2012): 10.
75
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah”, 11.
76
Dalam Al-Qur‟an Qaulan Ma‟rufa terdapat dalam Q.S. al-Baqarah (2): 235
dan 263; Q.S. an-Nisa>‟ (4): 5 dan 8; Q.S. al-Ahza>b (33): 32.
77
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah, 12.
78
Dalam Al-Qur‟an Qaulan Baligha terdapat dalam Q.S. al-Nisa>‟ (4): 63.
79
Nazarullah, “Teori-Teori Komunikasi Massa Dalam Persepektif Islam”.
Jurnal Peurawi, vol.1, no.1 (2008): 4.
80
Dalam Al-Qur‟an Qaulan Layyina terdapat dalam Q.S. T{a>h a> (20): 44.
91
pada anak dengan cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan
permusuhan.81
f. Qaulan Maisu>ra82
Dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, dianjurkan untuk
menggunakan bahasa yang mudah, ringkas, dan tepat sehingga mudah
dicerna dan dimengerti. Bila qaulan ma‟ru>fa berisi petunjuk lewat
perkataan yang baik, qaulan maisu>ra berisi hal-hal yang
menggembirakan lewat pekataan yang mudah atau pantas. 83
Demikian beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah
perilaku penimbun harta yang gemar mengumpat dan mencela aib orang
lain. Semoga penulis dan pembaca dapat mempraktekan beberapa cara ini
dengan baik dan benar sehingga dapat menimalisir kejelekan-kejelakan
sifat yang terdapat dalam Qs. al-Humazah.
81
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah, 14-15.
82
Dalam Al-Qur‟an Qaulan Maisu>ra terdapat dalam Q.S. al-Isra‟ (17):28.
83
Anita Ariani, “Etika Komunikasi Dakwah”, 15.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pertanyaan permasalahan yang tertulis dalam
rumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa secara umum harta adalah
segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dapat diambil manfaatnya
menurut syara‟ yang didalamnya membawa unsur kesenangan bagi
pemiliknya. Dalam Islam, harta befungsi untuk pengembangan,
pemakmuran, dan membuka pintu-pintu rezeki bagi manusia agar mereka
dapat bekerja dan berusaha dengan cara yang halal sehingga dapat
dimanfaatkan bersama. Menurut penafsiran al-Sya‟ra>wi> dalam surat al-
Humazah, harta tidak hanya bermakna kekakayaan berupa materi, namun
juga bisa berarti segala sesuatu yang membuat hati merasa lebih tinggi
dibanding orang lain seperti, kepintaran, kecantikan, kesuksesan, dan
kekemapanan yang membuat seseorang merasa diri lebih tinggi dibanding
orang sekitarnya.
Surat ini berisi pelajaran tentang jiwa yang kerdil, yang menilai
kesuksesan hanya pada keberhasilan mengumpulkan materi. Mereka
melihat bahwa keberhasilan moral, etika, dan bakat seorang tidak ada arti
dalam hidup ini. Sehingga dengan mudah mengumpat, mencela, atau
merendahkan orang lain.
Menurut al-Sya‟ra>wi> sebuah kisah yang memilki sebab turun, maka
jangan selau beranggapan bahwa sebablah yang membuat ayat itu turun.
Akan tetapi sebab adalah sarana untuk mempertajam prinsip. Sifat tersebut
(Humazah dan Lumazah) berlaku untuk umum bukan sekedar individu.
Karena lafaznya umum, maka ayat diatas berlaku secara umum dan
universal. Maka larangan supaya jangan menghina atau merendahkan
92
93
orang lain bukan saja berlaku bagi kaum lelaki, tetapi juga berlaku bagi
kaum wanita. Terlebih kaum wanita cenderung lebih emosional dan
sensitif, dan paling sering memberi penilaian atau sangka kepada sesama
perempuan., baik mengenai bentuk, pakaian maupun tentang gaya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis
mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bacaan dan
moral untuk masyarakat umum yang dapat membuat umat Islam sadar
bahwa kekayaan harta, kesuksesan, kepintaran, dan kemapanan seseorang
jangan membuatnya tinggi hati yang mudah meremehkan orang lain.
Penelitian tentang harta dalam Qs. al-Humazah ini masih banyak
kekurangan namun penulis mengharapkan perkembangan penelitian
tentang harta dalam suatu ayat dengan menggunakan cara baca mufasir
lain. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik, atau saran atas penulisan ini
maka penulis akan menerimanya dengan senang sehingga dapat
perkembangan ilmu kedepannya.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah Yusuf. Tafsir Yusuf Ali, terj. Ali Audah. Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2009.
Boko, Cholid Nur dan Abu Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara Pustaka, 2005.
Manzur, Jamaluddin Ibnu Mukarram Ibnu. Lisa>n al-Arab, juz 11. Beirut:
Da>r Al- Sha>dir, 1414.
Qardawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani
Pres, 1997.
Qut}b, Sayyid. Fi> Zila>l al-Qur‟a>n, juz 6. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Setiawan, MS. “Analisis Hukum Islam Terhadap Penukaran Kupon Air Isi
Ulang Di Depo Zha-Za Kalilom Lor Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya”. Skripsi S1, Jurusan Hukum Ekomomi Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum Perdata Islam, UIN Sunan Ampel
Surabaya. 2017.
_______. Rezeki. terj. Salim Basyarahil. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.
Taufiq. “Memakan Harta Secara Batil”. Durriah Syari‟ah. vol. 17, no. 2
(Juli-Desember 2018).
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB. Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz „Amma.
Bandung: Mizan Pustaka, 2014.