Ulumul Hadits
Ulumul Hadits
Dosen Pengampu:
Asep Rahman Sudrajat, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok
Jannatul Khilda
Ihya
Supriadi
1
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada Bapak Asep Rahman Sudrajat, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ulumul
Hadits yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I............................................................................................................3
PENDAHALUAN.........................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................4
1.3. Tujuan Masalah................................................................................5
BAB II...........................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................5
2.1. Kedudukan Hadits sebagai Sumber Syari’at Islam..........................5
2.2. Dalil Kehujjahan Hadits...................................................................6
2.3. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam.................................6
BAB II.........................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.....................................................................................17
3.2. Saran...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17
3
BAB I
PENDAHALUAN
Untuk menjelaskan banyak hal yang bersifat umum dalam Al-Quran, maka Hadist
memiliki peran penting dalam menuntun dan mengarahkan manusia dalam menjalankan
ajaran Al-Qur’an. Kata “Hadist” secara bahasa dapat diartikan “baru” (al-jadid), yang
merupakan lawan kata dari al-qadim (lama/terdahulu). Makna ini dipahami sebagai
berita yang disandarkan kepada Nabi, karena pembaruannya sebagai perimbangan
dengan berita yang terkandung dalam Al-Qur’an yang sifatnya qadim. Dengan demikian
4
Hadist memiliki peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat Islam sebagai sumber
hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada dalam Al-Qur’an.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Prof.Dr.T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, pokok-pokok ILMU DIRAYAH HADITS 2, Bulan Bintang Jakarta,
1976. Hlm. 365
6
kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Mujtahid dan orang alim pun tidak
diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.2
Ayat - ayat Al-Qur’an sendiri telah cukup menjadi alasan yang pasti tentang
kebenaran hadis, sebagai sumber hukum Islam. Al-Qur’an menjelaskan bahwa umat
Islam harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antarannya adalah sebagai
berikut:
1. Setiap Mu’min harus taat kepada Allah dan kepada Rasulullah. (Al-Anfal: 20,
Muhammad: 33, An-Nisa: 59, Ali ‘Imran: 32, al- Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-
Maidah: 92).
2. Patuh kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. (An-Nisa: 80, Ali ‘Imran:
31).
3. Orang yang menyalahi Sunah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13, Al-
Mujadilah: 5, An-Nisa: 115)
4. Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman. (An-Nisa: 65).3
Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits
yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), Hadits adalah sumber
hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi
mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka
secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi
mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada hadis karena selain memang
diperintahkan oleh Al-Qur’an, juga untuk memudahkan dalam menentukan suatu
perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali tidak dibicarakan di dalam
Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama. Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai
sumber hukum, maka kaum Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam
berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
2
Ibid. hlm. 35.
3
M. Hasbi Ash-Shiddiqiey, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis 2, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), hlm . 365.
7
sebagainya. Sebab ayat- ayat Al-Qur’an dalam hal ini hanya berbicara secara global,
dan yang menjelaskan secara terperinci adalah hadis Rasullah.
Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan
ayat-ayat yang musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna alternatif) dan
sebaginya yang mau tidak mau memerlukan sunnah untuk menjelaskannya. Apabila
penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan rasio (logika)
sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-ttafsiaran yang sangat subyektif dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
Jumhur imam mazhab mengharuskan umat Islam kembali kepada sunnah dalam
menghadapi permasalahannya. Imam Syafi’I menyatakan bahwa: “Apabila kamu
menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlawanan dengan Sunah Rasulullah SAW.
Maka berkatalah menurut Sunah Rasulullah SAW, dan tinggalkan apa yang telah aku
katakan.’’
Perkataan imam Syafi’i, ini memberikan pengertian bahwa segala pendapat para
ulama harus ditinggalkan apabila dalam kenyataannya berlawanan dengan hadis Nabi
SAW. 4Namun tidak semua perbuatan Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber yang
harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan dan perkataannya pada masa sebelum
kerasulannya.
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam,
dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam bentuk naqli ataupun aqli berikut ini:
8
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Bagi siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”. (Q.S. An-Nisa: 136).
Firman Allah Swt dalam surah Ali Imran ayat 179 yang berbunyi :
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik
(mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang
ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya.
Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan
bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.”(QS:Ali Imran:179).
Selain Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar percaya kepada
Rasulullah Saw. Allah juga memerintahkan agar mentaati segala peraturan dan
perundang-undangan yang dibawanya. Tuntutan taat kepada Rasul itu sama halnya
dengan tuntutan taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. Banyak ayat al-Qur’an yang
mnyerukan seruan ini.
Perhatikan firman Allah SWT. Dalam surat Ali-Imran ayat 32 dibawah ini:
9
“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran : 32).
54. Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling
Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika
kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul
itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".
Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis menjelaskan tentang permasalahan ini.
Dari beberapa ayat di atas telah jelas bahwa perintah mentaati Allah selalu dibarengi
dengan perintah taat terhadap Rasul-Nya. Begitu juga sebaliknya dilarang kita durhaka
kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya.
Dari sinilah jelas bahwa ungkapan kewajiban taat kepada Rasulullah Saw dan
larangan mendurhakainya, merupakan suatu kesepakatan yang tidak dipersilihkan umat
Islam.
Selain berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, kedudukan hadis ini juga dapat
dilihat hadis-hadis Rasul sendiri. Banyak hadis yang menggambarkan hal ini dan
menunjukkan perlunya ketaatan kepada perintahnya. Dalam salah satu pesannya,
berkenaan dengan keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup di samping Al-
Qur’an, Rasulullah SAW bersabda:
10
ِ ِ َ َأن رس ِ
ُ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َتَر ْك
ت َ ول اللَّه ُ َ َّ ُع ْن َأيِب ُهَر ْيَرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنه
َ
اب اللَّ ِه َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه ِ ِهِب ِ ِ
َ َفي ُكم َْأمَريْ ِن لَ ْن تَضلُّوا َما مَتَ َّسكْتُ ْم َما كت.
()اإلمام مالك
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, bahwa Rasulullah bersabda: "Telah Aku
tinggalkan pada diri kamu sekalian dua perkara sehingga kamu tidak akan sesat selama
kamu berpegang teguh kepadanya. Yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya" (H.R.
Malik).
ني َعضُّوا َعلَْي َها بِالن ََّو ِاج ِذ ِ ِ ِ َّ َفعلَي ُكم بِسنَّيِت وسن َِّة اخْل لَ َف ِاء
َ ِّين الْ َم ْهدي
َ الراشد ُ ُ َ ُ ْ َْ
“maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham”. (HR.
Ibnu Majah Nomor 42).
ِ ِ ِ
ُاب َوم ْثلَهُ َم َعه ُ َأاَل ِإيِّن ُأوت
َ َيت الْكت
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al -Qur’an dan yang semisal bersamanya (As
Sunnah). (HR. Abu Daud Nomor 3988)
2.2.3. Dasar Ijma’
Semua umat Islam sepakat untuk mengamalkan Sunah Nabi. Diriwayatkan bahwa
Umar bin Khattab pernah berjongkok di Hajar Aswad seraya berkata: “Sungguh aku
tahu bahwa engkau (hajar aswad) hanyalah sebuah batu, seandainya aku tidak melihat.
Kekasihku (Rasulullah) menciummu dan mensalamimu dan aku tidak akan
mensalamimu dan menciummu.
Pernah suatu ketika Ibnu Umar ditanya, sebagai mana yang diriwayatkan oleh
Musnad Ahmad, kenapa tidak ditemukan tentang ketentuan sholat bagi musafir dalam
Qur’an, lalu beliau menjawab. “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad kepad kita
yang sebelumnya kita tak tahu apa-apa. “Kita melakukan perbuatan sebagimana beliau
lakukan.“Dalam riwayat lain Ibnu Umar menambahkan, “Kita sebelumnya dalam
11
kesesatan kemudian Allah menberikan petunjuk kepada kita maka dengan petunjuk
itulah ia berpegangan.
Perkataan Imam Syafi’i yang diungkap oleh As-Sya’roni dalam muqodimah Al-
Mizanul Kubro, semuanya memberi pengertian bahwasegala pendapat Ulama harus kita
tinggalkan jika berlawanan dengan suatu hadits yang shohih. Dan kita harus sadar,
walaupun Al-Qur’an dan Hadits semuanya berasal dari Allah tapi kedudukan keduanya
berbeda.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmizi bahwa ketika Nabi mengutus
Mu’adz bin Jaba’ untuk menjadi hakim di Yaman beliau bertanya,” dengan apa engkau
akan menetapkan hukum?”Muadz menjawab,” Kitabullah”beliau berrtanya lagi,”Jika
tak kau dapati?”Mu’adz menjawab,”Sunah Rasulullah”, beliau bertanya lagi,”Kalau
disana pun tidak kau dapati?”Mu’adz menjawab,” Aku akan berijtihad dengan akalku.
Berikut redaksi hadits selengkapnya,
ضي مِب َاِ ْال َأق َ ضي َف َق ِ ال َكيف َت ْق
َ ْ َ ث ُم َعاذًا ِإىَل الْيَ َم ِن َف َق َ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َب َع ِ َ َأن رس
َ ول اللَّه ُ َ َّ
َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ال ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ال فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن يِف كتَاب اللَّه قَ َال فَبِ ُسنَّة َر ُسول اللَّه َ َاب اللَّ ِه ق
ِ َيِف كِت
ال احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي
َ ََأجتَ ِه ُد َرْأيِي ق
ْ الَ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق ِ ِ ِ
َ فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن يِف ُسنَّة َر ُسول اللَّه
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِ ِ
َ ول َر ُسول اللَّه َ َوفَّ َق َر ُس
“bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus Mu’adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: “Bagaimana engkau memutuskan hukum?” ia menjawab; Aku
memutuskan hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi:
“Jika tidak ada di dalam kitabullah?” ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bertanya: “Jika tidak terdapat di dalam sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan
pendapatku. Beliau mengatakan: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq
kepada utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi Nomor 1249).
12
2.3. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam
Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran Islam,
antara suatu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama
memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, dan hadislah sebagai sumber
ajaran kedua yang menjelaskan (Bayan) keumumman isi Al-Qur’an tersebut.
Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk
menjelaskan keumuman isi al-Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT:
Hasbi Ash-Shiddiqy menyebutkan tiga macam fungsi, yaitu Bayan at-Taqrir, Bayan at-
Tafsir, dan Bayan al-Tasyri.5
13
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan Bayan Al-Ta’kid dan Bayan al-Isbat. Fungsi
hadis dalam hal ini hanya memperkokoh atau memperkuat isi kandungan Al-Qur’an.
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi:
Apabila kamu melihat bulan maka berpuasalah dan apabila kamu melihat bulan maka
berbukalah (H.R Muslim)
Maka barang siapa mempersaksikan di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu (Q.S Al-Baqarah : 185)
Yang dimaksud dengan Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an yang mujmal (ringkas/ singkat). Memberikan Taqyid (persyaratan)
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mutlaq, dan memberikan takhsis (penentuan khusus)
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum. Sebagai contoh tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih mujmal adalah perintah mengerjakan shalat.
14
)ومسل صلو كما رأيتموين أصلي (رواه البخاري
Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat
(H.R Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al-Qur’an tidak
menjelaskan secara rinci.
Yang dimaksud dengan Bayan al-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak di dapati dalam Al-Qur’an. Hadis Rasulullah dalam segala
bentuknya (baik yang Qouli, Fi’li dan Taqrir) berusaha menunjukkan suatu kepastian
hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Suatu contoh dari hadits dalam kelompok ini adalah tentang hadits zakat fitrah yang
berbunyi:
إن رسول اهلل صلي اهلل عليه وسلم فرض زكاة الفطرمن رمضا ن علي النا س صاعا
مترأوصاعا من شعريعلي كل حراوعبد ذكر أو أنثي من املسلمني من
()رواه مسلم
Artinya:
“Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulam
Ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan.”
15
Hadits yang termasuk bayan Tasyri’ ini wajib diamalkan sebagaimana dengan hadits-
hadis.
Salah satu contoh hadits yang biasa diajukan oleh para ulama adalah hadits:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.”(QS:Al-Baqarah:180)
16
BAB II
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Antara Hadist dan Al-Qur’an memiliki pertalian dan hubungan yang sangat erat
sekali, karenanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan Hadits merupakan
mubayyin atau penjelas dari Al-Qur’an
Secara ‘aqli maupun secara naqli, maka kedudukan hadist terhadap Al-Qur’an
adalah bahwa Hadist merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an. Hadits berfungsi
sebagai bayan at-tafsir, bayan at-taqrir,bayan an-naskh, dan bayan at-tasyri’ yang
merupakan penjelasan dan penafsiran Al-Qur’an.
3.2. Saran
Sebagai umat Islam yang taat dan patuh perintah Allah swt., seyogyanya kita
menaati Rasul dan menjauhi apa yang dijauhi Rasul. Karena bentuk aplikasian dari
perintah Allah swt. Kita berpedoman pada Al-Qur’an tidaklah cukup karena dalam Al-
Qur’an sendiri sebagian besar dasar-dasar Syari’at. Maka dari itu, perlu penjelas berupa
Hadits Nabi saw., supaya bisa memahami kandungan Al-Qur’an.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shidiqiey, M. Hasbi. Sejarah dan Pengatar Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki
Putra,1999.
Abdul Qodir Hasan. Ilmu Mustalah Hadis. Bandung: Diponegoro. 1991
Ahmad Amin. Fajar al-Islam. Mesir: al-Nahdat.1974.
Awwamah, Muhammad.Atsar al-Hadis al-Syarif, Jeddah Dar al-Qiblah,1940
Abu Zahwu, Muhammad. Al-Hadis wa al-Muhadissun, Beirut: Dar al-fikr al-Arabi, t.t.
Ali Mustafa Yakub. Kritik Hadis, Jakarta: Firdaus. 1995
18