Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Ulumul Hadits

Dosen Pengampu:
Asep Rahman Sudrajat, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok
Jannatul Khilda
Ihya
Supriadi

Kelas: PIAUD dan HES Semester 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-BADAR
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ulumul Hadits, dengan
judul: “KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada Bapak Asep Rahman Sudrajat, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Ulumul
Hadits yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Purwakarta, 29 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I............................................................................................................3
PENDAHALUAN.........................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................4
1.3. Tujuan Masalah................................................................................5
BAB II...........................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................5
2.1. Kedudukan Hadits sebagai Sumber Syari’at Islam..........................5
2.2. Dalil Kehujjahan Hadits...................................................................6
2.3. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam.................................6

BAB II.........................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.....................................................................................17
3.2. Saran...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17

3
BAB I
PENDAHALUAN

1.1. Latar Belakang


Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin memiliki peranan sangat penting
dalam membentuk peradaban manusia yang mulia. Sebagai agama, Islam tidak saja
hanya mengatur hubungan manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dan
manusia dan hubungan manusia dan alam sekitarnya. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat
Islam adalah wahyu Allah SWT yang berisikan sejarah, hukum, dan syariat-syariat
untuk menuntun dan membimbing umat Islam ke jalan yang benar, yang pada akhirnya
akan memuliakan manusia itu sendiri. Manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka
bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan mahluk hidup dunia dan seisinya. Dalam
rangka itulah Allah SWT membuat sebuah undang-undang yang nantinya manusia bisa
menjalankan tugasnya dengan baik, manakala ia bisa mematuhi perundang-undangan
yang telah dituangkan-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an. Dalam Al-Qur'an telah dicakup
semua aspek kehidupan, hanya saja berwujud teks yang sangat global, sehingga
dibutuhkan penjelas sekaligus penyempurna akan eksistensinya. Maka Allah SWT
mengutus seorang Nabi untuk menyampaikannya, sekaligus menyampaikan risalah
yang Ia emban. Dari sang Nabi inilah selanjutnya lahir yang namanya Hadist, yang
mana kedudukan dan fungsinya amat sangatlah penting. Sebagai kitab suci tentu saja
Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam dalam menjalankan
perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan Allah SWT.

Untuk menjelaskan banyak hal yang bersifat umum dalam Al-Quran, maka Hadist
memiliki peran penting dalam menuntun dan mengarahkan manusia dalam menjalankan
ajaran Al-Qur’an. Kata “Hadist” secara bahasa dapat diartikan “baru” (al-jadid), yang
merupakan lawan kata dari al-qadim (lama/terdahulu). Makna ini dipahami sebagai
berita yang disandarkan kepada Nabi, karena pembaruannya sebagai perimbangan
dengan berita yang terkandung dalam Al-Qur’an yang sifatnya qadim. Dengan demikian

4
Hadist memiliki peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat Islam sebagai sumber
hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada dalam Al-Qur’an.

1.2. Rumusan Masalah


Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini antara lain:

1. Bagaimana Kedudukan Hadits sebagai Sumber Syari’at Islam?


2. Bagaimana Dalil Kehujjahan Hadits?
3. Bagaimana Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Kedudukan Hadits sebagai Sumber Syari’at Islam.
2. Untuk Mengetahui Dalil Kehujjahan Hadits.
3. Untuk mengetahui Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Hadits sebagai Sumber Syari’at Islam


Al-Qur’an dan Hadist merupakan dua sumber hukum syariat islam yang tetap,
yang mana orang islam tidak mungkin memahami syariat islam secara mendalam dan
lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber islam tersebut.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang memberikan pengertian bahwa hadist
itu merupakan sumber hukum islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti, baik dalam
perintah maupun larangannya. Pada umumnya Al-Qur’an membawa keterangan-
keterangan yang bersifat mujmal, sehingga banyak hukum yang tidak dapat dijalankan
tanpa syarah dari Nabi Muhammad saw. Jumhur (mayoritas) ulama telah sepakat bahwa
dasar hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.1 Dari segi urutan tingkatan dasar
Islam ini, hadist mempunyai kedudukan sebagai sumber hukum islam kedua setelah Al-
Qur’an karena beberapa alasan, sebagai berikut:

1. Sunnah sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an. Kedudukan penjelas berada satu


tingkat di bawah pihak yang dijelaskan. Teks Al-Qur’an sebagai pokok asal, sedang
Sunnah sebagai penjelas (tafsir) yang dibangun karenanya.
2. Mayoritas Sunnah relatif kebenarannya (zhanniy ats-tsubut). Sehingga derajatnya
lebih rendah dari al-Quran yang berfaedah qath’i ats-tsubut.

2.2. Dalil Kehujjahan Hadits


Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber
ajaran Islam diwajibkan mengikuti hadis, sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-
Qur’an. Dalam kaitannya dengan masalah ini ‘Ajal al Khatib menyatakan: “Al-Qur’an
dan Al- Sunnah (Al-hadis) merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap,
umpamanya orang Islam tidak mungkin mampu memahami syari’at Isalm dengan tanpa

1
Prof.Dr.T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, pokok-pokok ILMU DIRAYAH HADITS 2, Bulan Bintang Jakarta,
1976. Hlm. 365

6
kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Mujtahid dan orang alim pun tidak
diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.2
Ayat - ayat Al-Qur’an sendiri telah cukup menjadi alasan yang pasti tentang
kebenaran hadis, sebagai sumber hukum Islam. Al-Qur’an menjelaskan bahwa umat
Islam harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antarannya adalah sebagai
berikut:
1. Setiap Mu’min harus taat kepada Allah dan kepada Rasulullah. (Al-Anfal: 20,
Muhammad: 33, An-Nisa: 59, Ali ‘Imran: 32, al- Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-
Maidah: 92).
2. Patuh kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. (An-Nisa: 80, Ali ‘Imran:
31).
3. Orang yang menyalahi Sunah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13, Al-
Mujadilah: 5, An-Nisa: 115)
4. Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman. (An-Nisa: 65).3
Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits
yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i),  Hadits adalah sumber
hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi
mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka
secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi
mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada hadis karena selain memang
diperintahkan oleh Al-Qur’an, juga untuk memudahkan dalam menentukan suatu
perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali tidak dibicarakan di dalam
Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama. Apabila sunnah tidak berfungsi sebagai
sumber hukum, maka kaum Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam
berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain

2
Ibid. hlm. 35.
3
M. Hasbi Ash-Shiddiqiey, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis 2, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), hlm . 365.

7
sebagainya. Sebab ayat- ayat Al-Qur’an dalam hal ini hanya berbicara secara global,
dan yang menjelaskan secara terperinci adalah hadis Rasullah.
Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan
ayat-ayat yang musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna alternatif) dan
sebaginya yang mau tidak mau memerlukan sunnah untuk menjelaskannya. Apabila
penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan rasio (logika)
sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-ttafsiaran yang sangat subyektif dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
Jumhur imam mazhab mengharuskan umat Islam kembali kepada sunnah dalam
menghadapi permasalahannya. Imam Syafi’I menyatakan bahwa: “Apabila kamu
menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlawanan dengan Sunah Rasulullah SAW.
Maka berkatalah menurut Sunah Rasulullah SAW, dan tinggalkan apa yang telah aku
katakan.’’
Perkataan imam Syafi’i, ini memberikan pengertian bahwa segala pendapat para
ulama harus ditinggalkan apabila dalam kenyataannya berlawanan dengan hadis Nabi
SAW. 4Namun tidak semua perbuatan Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber yang
harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan dan perkataannya pada masa sebelum
kerasulannya.
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam,
dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam bentuk naqli ataupun aqli berikut ini:

2.2.1. Dalil Al-Qur’an

Banyak ayat Al-Qur’an yang merupakan tentang kewajiban mempercayai dan


menerima segala yang disampaikan oleh Rasul kepada umatnya untuk dijadikan
pedoman hidup. Diantara ayat dimaksud adalah:

‫ى‬ ِ ‫ٰب الَّ ِذى نََّز َل َع ٰل ر ُس ْولِِه ولْ ِكت‬


ٓ ‫ٰب الَّ ِذ‬ ِ ‫ٓئََايُّ َها الَّ ِذيْن ء َامنُ ٓواْ ء ِامنُواْ بِااللَّ ِه ور ُس ْولِِه والْ ِكت‬
َ َ َ ََ َ َ َ
ِ ‫َف َق ْدض َّل ضلَى اَْنز َل ِمْن َقبل ومن ي ْك ُفر ِب اللَّ ِه وم ٓلَ ِٕى َكتِ ِه و ُكتُبِ ِه ورسلِ ِه والْيوِم ا‬
‫َٔاْلخ ِر الَ بَعِْي ًدا‬ َْ َ ُ ُ َ َ ََ ْ َ ْ ََ ُ ْ َ ٰ َ َ
4
Ibid. hlm. 355-357

8
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Bagi siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”. (Q.S. An-Nisa: 136).

Firman Allah Swt dalam surah Ali Imran ayat 179 yang berbunyi : 

ِ ِّ‫يث ِمن الطَّي‬ ِ ِ ِ ِِ ِ


ُ‫ب َو َما َكا َن اللَّه‬ َ َ ‫ني َعلَى َما َأْنتُ ْم َعلَْيه َحىَّت مَي َيز اخْلَب‬ َ ‫َما َكا َن اللَّهُ ليَ َذ َر الْ ُمْؤ من‬
‫اللَّهَ جَيْتَيِب ِم ْن ُر ُسلِ ِه َم ْن يَ َشاءُ فَ ِآمنُوا بِاللَّ ِه َو ُر ُسلِ ِه َوِإ ْن ُتْؤ ِمنُوا‬   ‫ب َولَ ِك َّن‬ِ ‫لِيُطْلِ َع ُكم َعلَى الْغَْي‬
ْ
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َأجٌر َعظ‬ ْ ‫َوَتَّت ُقوا َفلَ ُك ْم‬
Artinya:

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik
(mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang
ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya.
Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan
bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.”(QS:Ali Imran:179).

Selain Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar percaya kepada
Rasulullah Saw. Allah juga memerintahkan agar mentaati segala peraturan dan
perundang-undangan yang dibawanya. Tuntutan taat kepada Rasul itu sama halnya
dengan tuntutan taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. Banyak ayat al-Qur’an yang
mnyerukan seruan ini.

Perhatikan firman Allah SWT. Dalam surat Ali-Imran ayat 32 dibawah ini:

ِ ُّ ِ‫ول فَِإ ْن َتولَّوا فَِإ َّن اللَّه ال حُي‬ ِ ‫قُل‬


َ ‫ب الْ َكاف ِر‬
‫ين‬ َ َْ َّ ‫َأطيعُوا اللَّهَ َو‬
َ ‫الر ُس‬ ْ
Artinya:

9
“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran : 32).

Juga dalam Surat An-Nur ayat 54 yang berbunyi:

          
          
    

54. Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling
Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika
kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul
itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".

Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis menjelaskan tentang permasalahan ini.
Dari beberapa ayat di atas telah jelas bahwa perintah mentaati Allah selalu dibarengi
dengan perintah taat terhadap Rasul-Nya. Begitu juga sebaliknya dilarang kita durhaka
kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya.

Dari sinilah jelas bahwa ungkapan kewajiban taat kepada Rasulullah Saw dan
larangan mendurhakainya, merupakan suatu kesepakatan yang tidak dipersilihkan umat
Islam. 

2.2.2. Dalil Hadits

Selain berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, kedudukan hadis ini juga dapat
dilihat hadis-hadis Rasul sendiri. Banyak hadis yang menggambarkan hal ini dan
menunjukkan perlunya ketaatan kepada perintahnya. Dalam salah satu pesannya,
berkenaan dengan keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup di samping Al-
Qur’an, Rasulullah SAW bersabda:

10
ِ ِ َ ‫َأن رس‬ ِ
ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال َتَر ْك‬
‫ت‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ُ‫ع ْن َأيِب ُهَر ْيَرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنه‬ 
َ
‫اب اللَّ ِه َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬ ِ ِ‫هِب‬ ِ ِ
َ َ‫في ُكم َْأمَريْ ِن لَ ْن تَضلُّوا َما مَتَ َّسكْتُ ْم َما كت‬.
 (‫)اإلمام مالك‬
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, bahwa Rasulullah bersabda: "Telah Aku
tinggalkan pada diri kamu sekalian dua perkara sehingga kamu tidak akan sesat selama
kamu berpegang teguh kepadanya. Yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya" (H.R.
Malik).

‫ني َعضُّوا َعلَْي َها بِالن ََّو ِاج ِذ‬ ِ ِ ِ َّ ‫َفعلَي ُكم بِسنَّيِت وسن َِّة اخْل لَ َف ِاء‬
َ ِّ‫ين الْ َم ْهدي‬
َ ‫الراشد‬ ُ ُ َ ُ ْ َْ
“maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham”. (HR.
Ibnu Majah Nomor 42).

ِ ِ ِ
ُ‫اب َوم ْثلَهُ َم َعه‬ ُ ‫َأاَل ِإيِّن ُأوت‬
َ َ‫يت الْكت‬
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al -Qur’an dan yang semisal bersamanya (As
Sunnah). (HR. Abu Daud Nomor 3988)
2.2.3. Dasar Ijma’

Semua umat Islam sepakat untuk mengamalkan Sunah Nabi. Diriwayatkan bahwa
Umar bin Khattab pernah berjongkok di Hajar Aswad seraya berkata: “Sungguh aku
tahu bahwa engkau (hajar aswad) hanyalah sebuah batu, seandainya aku tidak melihat.
Kekasihku (Rasulullah) menciummu dan mensalamimu dan aku tidak akan
mensalamimu dan menciummu.

Pernah suatu ketika Ibnu Umar ditanya, sebagai mana yang diriwayatkan oleh
Musnad Ahmad, kenapa tidak ditemukan tentang ketentuan sholat bagi musafir dalam
Qur’an, lalu beliau menjawab. “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad kepad kita
yang sebelumnya kita tak tahu apa-apa. “Kita melakukan perbuatan sebagimana beliau
lakukan.“Dalam riwayat lain Ibnu Umar menambahkan, “Kita sebelumnya dalam

11
kesesatan kemudian Allah menberikan petunjuk kepada kita maka dengan petunjuk
itulah ia berpegangan.

Perkataan Imam Syafi’i yang diungkap oleh As-Sya’roni dalam muqodimah Al-
Mizanul Kubro, semuanya memberi pengertian bahwasegala pendapat Ulama harus kita
tinggalkan jika berlawanan dengan suatu hadits yang shohih. Dan kita harus sadar,
walaupun Al-Qur’an dan Hadits semuanya berasal dari Allah tapi kedudukan keduanya
berbeda.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmizi bahwa ketika Nabi mengutus
Mu’adz bin Jaba’ untuk menjadi hakim di Yaman beliau bertanya,” dengan apa engkau
akan menetapkan hukum?”Muadz menjawab,” Kitabullah”beliau berrtanya lagi,”Jika
tak kau dapati?”Mu’adz menjawab,”Sunah Rasulullah”, beliau bertanya lagi,”Kalau
disana pun tidak kau dapati?”Mu’adz menjawab,” Aku akan berijtihad dengan akalku.
Berikut redaksi hadits selengkapnya,

‫ضي مِب َا‬ِ ْ‫ال َأق‬ َ ‫ضي َف َق‬ ِ ‫ال َكيف َت ْق‬
َ ْ َ ‫ث ُم َعاذًا ِإىَل الْيَ َم ِن َف َق‬ َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َب َع‬ ِ َ ‫َأن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ال‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ال فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن يِف كتَاب اللَّه قَ َال فَبِ ُسنَّة َر ُسول اللَّه‬ َ َ‫اب اللَّ ِه ق‬
ِ َ‫يِف كِت‬
‫ال احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي‬
َ َ‫َأجتَ ِه ُد َرْأيِي ق‬
ْ ‫ال‬َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ِ ِ
َ ‫فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن يِف ُسنَّة َر ُسول اللَّه‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ِ
َ ‫ول َر ُسول اللَّه‬ َ ‫َوفَّ َق َر ُس‬
“bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus Mu’adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: “Bagaimana engkau memutuskan hukum?” ia menjawab; Aku
memutuskan hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi:
“Jika tidak ada di dalam kitabullah?” ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bertanya: “Jika tidak terdapat di dalam sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan
pendapatku. Beliau mengatakan: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq
kepada utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi Nomor 1249).

12
2.3. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam

Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran Islam,
antara suatu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama
memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, dan hadislah sebagai sumber
ajaran kedua yang menjelaskan (Bayan) keumumman isi Al-Qur’an tersebut.

Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk
menjelaskan keumuman isi al-Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT:

       


     

44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan


kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,

Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, hadis berfungsi sebagai penafsir, pensyarat


dan penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila disimpulkan tentang fungsi hadis dalam
hubungan dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

Fungsi Rasul sebagai penjelas atau bayan Al-Qur’an itu bermacam-macam

Hasbi Ash-Shiddiqy menyebutkan tiga macam fungsi, yaitu Bayan at-Taqrir, Bayan at-
Tafsir, dan Bayan al-Tasyri.5

2.3.1. Bayan Taqrir


5
Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan pengatar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1980),
hal.179

13
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan Bayan Al-Ta’kid dan Bayan al-Isbat. Fungsi
hadis dalam hal ini hanya memperkokoh atau memperkuat isi kandungan Al-Qur’an.

Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar,  yang berbunyi:

)‫مسلم‬ ‫(رواه‬ ‫فإذا رأيتموه فصومواوإذارأيتموه فأفطروا‬


Artinya :

Apabila kamu melihat bulan maka berpuasalah dan apabila kamu melihat bulan maka
berbukalah (H.R Muslim)

Hadits ini memperkokoh ayat al-Qur’an dibawah ini:

‫َّهَر ِمْن ُك ُم َش ِه َد فَ َم ْن‬


ْ ‫ص ْمهُ الش‬
ُ َ‫َف ْلي‬
Artinya :

Maka barang siapa mempersaksikan di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu (Q.S Al-Baqarah : 185)

2.3.2. Bayan at-Tafsir

Yang dimaksud dengan Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an yang mujmal (ringkas/ singkat). Memberikan Taqyid (persyaratan)
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mutlaq, dan memberikan takhsis (penentuan khusus)
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum. Sebagai contoh tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih mujmal adalah perintah mengerjakan shalat.

Diantara contoh tentang ayat-ayat al-Qur’an yang masih mujmaladalah perinyah


mengerjakan shalat, puasa, zakat, disyariatkannya jual beli, nikah, qhisash, hudud dan
sebagainya. Ayat-ayat al-Qur’an tentang masalah ini masih bersifatmujmal, baik
mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat, atau halangan-halangannya.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW, melalui hadisnya menafsirkan dan menjelaskan
masalah-masalah tersebut. Sebagai contoh dibawah ini akan dikemukakan hadis yang
berfungsi sebagai bayan al-tafsir:

14
)‫ومسل‬ ‫صلو كما رأيتموين أصلي (رواه البخاري‬
Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat
(H.R Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al-Qur’an tidak
menjelaskan secara rinci.

2.3.3. Bayan al-Tasyri

Yang dimaksud dengan Bayan al-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak di dapati dalam Al-Qur’an. Hadis Rasulullah dalam segala
bentuknya (baik yang Qouli, Fi’li dan Taqrir) berusaha menunjukkan suatu kepastian
hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.

Hadits bayan at-tasyri’ ini merupakan hadits yang diamalkan sebagaimana


dengan hadits-hadits lainnya. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata bahwa hadits-hadits
Rasulullah Saw itu yang berupa tambahan setelah al-Qur’an merupakan ketentuan
hukum yang patut ditaati dan tidak boleh kitaa tolak sebagai umat Islam.

Suatu contoh dari hadits dalam kelompok ini adalah tentang hadits zakat fitrah yang
berbunyi:

‫إن رسول اهلل صلي اهلل عليه وسلم فرض زكاة الفطرمن رمضا ن علي النا س صاعا‬
‫مترأوصاعا من شعريعلي كل حراوعبد ذكر أو أنثي من املسلمني‬ ‫من‬

(‫)رواه مسلم‬
Artinya:

“Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulam
Ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan.”

15
Hadits yang termasuk bayan Tasyri’ ini wajib diamalkan sebagaimana dengan hadits-
hadis.

2.3.4. Bayan An-Nasakh

Kata An-Nasakh dari segi bahasa adalah al-iftal (membatalkan), al-ijalah


(menghilangkan), atau tahwil (memindahkan). Menurut ulama mutaqaddimin
mengartikan Bayan An-Nasakh ini adalah dalil syara’ yang dapat menghapuskan
ketentuan yang telah ada, karena datangnya kemudia. Imam Hanafi membatasi fungsi
bayan ini hanya terhadap hadis-hadis mutawatir dan masyhur saja. Sedangkan terhadap
hadis ahad menolaknya.

Salah satu contoh hadits yang biasa diajukan oleh para ulama adalah hadits:

‫ال وصية لوارث‬


Artinya;
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”.
Hadits ini menurut mereka me-nasakh isi Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 180:
Artinya:

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.”(QS:Al-Baqarah:180)

16
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Antara Hadist dan Al-Qur’an memiliki pertalian dan hubungan yang sangat erat
sekali, karenanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan dan Hadits merupakan
mubayyin atau penjelas dari Al-Qur’an

Secara ‘aqli maupun secara naqli, maka kedudukan hadist terhadap Al-Qur’an
adalah bahwa Hadist merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an. Hadits berfungsi
sebagai bayan at-tafsir, bayan at-taqrir,bayan an-naskh, dan bayan at-tasyri’ yang
merupakan penjelasan dan penafsiran Al-Qur’an.

Kewajiban untuk mengamalkan keduanya, bukan saja karena perintah Al-Qur’an


dan Hadits, tapi merupakan kebutuhan umat Islam kepadanya sangat besar, yaitu
pedoman hidup dan pedoman untuk beramal.

3.2. Saran
Sebagai umat Islam yang taat dan patuh perintah Allah swt., seyogyanya kita
menaati Rasul dan menjauhi apa yang dijauhi Rasul. Karena bentuk aplikasian dari
perintah Allah swt. Kita berpedoman pada Al-Qur’an tidaklah cukup karena dalam Al-
Qur’an sendiri sebagian besar dasar-dasar Syari’at. Maka dari itu, perlu penjelas berupa
Hadits Nabi saw., supaya bisa memahami kandungan Al-Qur’an.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shidiqiey, M. Hasbi. Sejarah dan Pengatar Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki
Putra,1999.
Abdul Qodir Hasan. Ilmu Mustalah Hadis. Bandung: Diponegoro. 1991
Ahmad Amin. Fajar al-Islam. Mesir: al-Nahdat.1974.
Awwamah, Muhammad.Atsar al-Hadis al-Syarif, Jeddah Dar al-Qiblah,1940
Abu Zahwu, Muhammad. Al-Hadis wa al-Muhadissun, Beirut: Dar al-fikr al-Arabi, t.t.
Ali Mustafa Yakub. Kritik Hadis, Jakarta: Firdaus. 1995

18

Anda mungkin juga menyukai