Anda di halaman 1dari 5

JANGAN SAMPAI ASA BANGSA PUPUS KARENA NARKOBA

MEREBAK DIKAMPUS

Beberapa waktu yang lalu masyarakat disuguhi pemberitaan melalui


media cetak maupun media elektronik terkait dengan penangkapan
yang dilakukan oleh BNN Provinsi Sumatera Utara terhadap 47 orang
dan 31 orang diantaranya terindikasi positif narkoba. Menariknya
penangkapan tersebut dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya yang
notabene adalah bagian dari Kampus Universitas Sumatera Utara
(USU). Dan ironisnya dari 31 orang yang ditangkap itu adalah
Mahasiswa dari USU , mahasiswa dari universitas lain, dan alumni.
Sementara 11 orang lagi adalah warga masyarakat. Barang bukti
yang diketemukan adalah narkoba jenis ganja seberat 508,6 gram.
Sungguh sangat ironis dan membuat hati miris, karena kampus
sesungguhnya adalah lembaga pendidikan tinggi yang diharapkan
dapat mencetak generasi muda unggul dalam rangka mewujudkan
cita-cita bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur serta
dapat menjadikan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
bermartabat diantara bangsa-bangsa lainnya didunia, dan apa jadinya
ketika kemudian lembaga pendidikan terkontaminasi dengan
peredaran serta pemakaian narkoba?.
Penangkapan yang dilakukan oleh BNN Provinsi Sumatera Utara
hendaknya juga membuka mata semua pihak agar benar-benar
meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya hal
yang sama dikampus-kampus lainnya, karena dari pemberitaan
tentang penangkapan tersebut diketemukan juga oknum-oknum
mahasiswa lainnya dari pemakai dan pengedar yang berasal dari
universitas lainnya dan hal ini menjadi indikasi bahwa peredaran
narkoba tersebut juga bisa terjadi dikampus-kampus lainnya. Karena
kalau kita baca berbagai pemberitaan yang terkait dengan peredaran
narkoba dikampus-dikampus pada tahun 2019 Polsek Serpong
Tanggerang Selatan pernah melakukan penangkapan terhadap
pengedar narkoba jenis ganja yang melakukan aksinya disemua
kampus di wilayah DKI Jakarta.

Dari berbagai pengungkapan peredaran dan pemakaian narkoba


diseluruh wilayah di Indonesia dapat ditarik beberapa kesimpulan
yakni:
1. Maraknya peredaran narkoba sampai kewilayah kampus
menunjukan kegagalan pemerintah untuk menghentikan peredaran
narkoba di Indonesia, sekaligus juga membuktikan masih eksisnya
para pengedar narkoba mengedarkan narkoba bahkan sampai
kewilayah kampus.
2. Peredaran narkoba dilembaga pendidikan semakin memperjelas
bahwa adanya ancaman yang nyata terhadap kelangsungan nasib
dan masa depan bangsa. Belajar dari sejarah terjadinya perang
candu atau Opium War (1839-1842) ketika rakyat Tiongkok
dihancurkan oleh pemakaian candu yang diedarkan oleh pihak inggris
yg berasal dari Benggala.
3.Kampus adalah menjadi tempat yang relatif aman tempat perdaran
dan pemakaian narkoba, karena ada anggapan sebagian pihak
bahwa kampus memiliki otoritas kampus yang tidak boleh dimasuki
sembarangan oleh aparat keamanan. Dan hal ini terbukti ketika kasus
penangkapan yang dilakukan oleh BNN Provinsi Sumatera Utara di
Kampus USU ada sebagian pihak yang mempertanyakan dan
menyesalkan adanya penangkapan yang dilakukan oleh aparat
keamanan.Padahal kalau kita baca Pasal 14 ayat (1) UU Kepolisian
dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan
menjamin keamanan umum berwenang melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Berdasarkan ketentuan hukum diatas , dalam hal terjadi dugaan
tindak pidana, Polri berwenang untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan. Kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan ini
juga termasuk pada areal kampus untuk melalukan penindakan. Perlu
digarisbawahi bahwa areal kampus tidak termasuk tempat yang
dikecualikan untuk dimasuki oleh penyidik (@malufakum).
4.Dalam berbagai kasus, aparat keamanan dalam melakukan
penyelidikan, penyidikan, ataupun penindakan diarea kampus juga
terkesan menahan diri dan berhati-hati dan bisa difahami untuk
mencegah atau mengantisipasi terjadinya gesekan dengan para
mahasiswa, seperti halnya kasus diatas bahwa pimpinan universitas
dalam pemberitaan media menyatakan bahwa mereka meminta
kerjasama dengan pihak BNN Provinsi Sumatera Utara dalam rangka
upaya menghentikan peredaran dan pemakaian narkoba dikampus,
karena universitas sendiri mengalami kesulitan untuk menghentikan
peredaran dan pemakaian narkoba dikampus, bahkan rektor
menyampaikan bahwa tiga tahun sebelumnya pihak keamanan
kampus dalam upayanya mengamankan kampus sempat bentrok
dengan oknum mahasiswa yang menolak upaya pengamanan
tersebut. Pernyataan yang disampaikan oleh pihak pimpinan
universitas sekaligus menjernihkan pertanyaan dan penyesalan
berbagai pihak tentang penangkapan tersebut.
5. Narkoba jenis ganja adalah narkoba yang paling sering dijumpai
dalam berbagai pengungkapan kasus narkoba dikampus, ditenggarai
karena harganya relatif sesuai dengan kondisi kantong oknum
mahasiswa yang mengkonsumsinya.
6. Kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan pihak kampus dan
juga pemberian kelonggaran terhadap adanya berbagai kegiatan
kampus juga menjadi salah satu penyebab mengapa peredaran dan
pemakaian narkoba semakin marak dan ironisnya pemakai narkoba
yang notabene bukan bagian dari masyarakat kampus juga bisa
memiliki keleluasan untuk mengedarkan dan memakai narkoba.

Sebagai anak bangsa kita berharap bahwa apa yang terjadi


dikampus-kampus atau dilembaga pendidikan lainnya menjadi
‘peringatan’ bagi semua pihak utamanya pemerintah agar
bersungguh-sungguh dalam penanganan peredaran narkoba yang
masih marak dinegeri ini. JIka narkoba ini kita anggap seperti virus
covid-19, maka kita perlu mewaspadainya dengan 3 M, yakni
Mewaspadai, Menyikapi dan Menindak. Yang dimaksud dengan
‘Mewaspadai” adalah bagaimana semua pihak agar benar-benar
mengawasi dan menjaga orang-orang terdekatnya jangan sampai
terkontaminasi dengan bahaya narkoba,yang dimaksud ‘Menyikapi’
adalah bagaimana semua pihak harus perduli dan sadar akibat dari
bahaya narkoba, oleh karena itu harus memiliki sikap perduli terkait
dengan peredaran narkoba dengan melakukan upaya pembersihan
lingkungan dari bahaya narkoba, serta mau menginformasikan
kepada aparat keamanan terkait dengan peredaran dan pemakaian
narkoba yang terjadi dilingkungannya, terakhir adalah ‘Menindak’ ,kita
berharap pemerintah dan utamanya aparat hukum benar-benar
melakukan penindakan terhadap peredaran dan pemakaian narkoba,
karena apa yang terjadi terhadap korban pemakaian narkoba pada
suatu hari nanti juga bisa terjadi kepada orang-orang terdekatnya
seperti anak maupun saudara. Banyaknya pemberitaan yang
memberitaan adanya oknum aparat hukum yang terlibat dalam
peredaran dan pemakain narkoba, seperti yang terjadi terhadap 11
oknum aparat hukum di Tanjung Balai adalah merupakan ironi dan
anomali bagi pemberantasan narkoba itu sendiri.
Masyarakat patut memberikan apresiasi tinggi kepada pimpinan
Universitas Sumatera Utara yang memiliki kebijakan untuk
memberantas peredaran dan pemakaian narkoba dikampusnya,
karena bukan tidak mungkin peredaran dan pemakaian narkoba yg
berlangsung dikampus tersebut sudah terjadi sebelum masa
kepemimpinannya, dan barulah pada masa kepemimpinan sekarang
upaya pemberantasan peredaran dan pemakaian narkoba itu
dilakukan sekaligus mengembalikan funsi kampus sesuai dengan
statutanya sebagai lembaga pendidikan tinggi untuk melahirkan anak-
anak bangsa yang cerdas, unggul serta berkualitas. Dan apa yg
dilakukan oleh pimpinan Universitas Sumatera Utara patut untuk
diikuti oleh para pemimpin Universitas lainnya untuk melakukan
upaya pemberantasan dan pencegahan perdaran dan pemakaian
narkoba dilingkungan kampusnya.

Saat ini penyahgunaan narkoba bagi generasi penerus bangsa  kian


menghawatirkan. Survei dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2019 menunjukan
2,3 juta pelajar dan mahasiswa  di indonesia pernah menggunakan
atau mengkonsumsi narkoba. Angka ini setara dengan 3,2 % dari
populasi kelompok tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan dan tanpa
pencegahan mungkin kita tidak akan bisa berharap kepemimpinan
mereka dimasa yang akan datang. Dan menjadi sangat penting bagi
pihak kampus untuk melakukan sinergitas dengan melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak, baik melakukan hubungan
sinergitas antar universitas untuk bersama-sama melakukan usaha-
usaha pencegahan maupun pembersihan kampus dari peredaran dan
pemakaian narkoba , maupun dengan pihak aparat hukum untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penindakan terhadap
oknum-oknum yang ditenggarai melakukan kegiatan peredaran
narkoba dikampus. Melakukan test urine terhadap mahasiswa baru ,
maupun upaya sosialisasi bahaya pemakaian narkoba harus terus
dilakukan dalam berbagai kesempatan dan jangan sifatnya musiman,
melakukan penataan ulang dan pengawasan yang melekat terhadap
berbagai kegiatan kampus utamanya diluar jam perkuliahan menjadi
suatu yg penting guna mengantisipasi jangan sampai kegiatan
mahsiswa diluar jam perkuliahan disalahgunakan untuk hal-hal yang
tidak ada hubungannya dengan kegiatan perkuliahan. Pembentukan
team satgas narkoba dari kalangan mahasiswa dan dosen juga dapat
dimaksimalkan untuk mengantisipasi peredaran dan pemakaian
narkoba. Segala bentuk upaya yang dilakukan belum tentu mampu
menyelesaikan persoalan yang terkait dengan peredaran dan
pemakaian narkoba dikampus, tapi paling tidak telah menunjukan
bahwa pihak Universitas bersungguh-sungguh untuk menjadikan
kampus sebagai lingkungan pendidikan yang benar-benar ditempati
oleh mereka yang terdidik yang tidak terhanyut dengan mimpi-mimpi
atau berbagai fantasi semu, melainkan mereka yang bercita-cita dan
memiliki visi serta misi untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa
dimasa depan. Semoga

Anda mungkin juga menyukai