Pertemuan 9 Dan 10 P. Pancasila
Pertemuan 9 Dan 10 P. Pancasila
A. Tu juan Pembelajaran
Diharapkan setelah mempelajari materi pada modul ajar ini, mahasiswa mampu:
B. Uraian Materi
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Secara etimologi filsafat merupakan suatu bahasa yang asal-usulnya diambil
dari bahasa arab yaitu falsafah, yang notabene bahasa aslinya diadopsi dari
bahasa Yunani yaitu philoshopia. Kata philoshopia berasal dari dua kata yakni
Philos/Philein yang memiliki arti cinta. Dalam hal ini cinta didefiniskan seluas-
luasnya, yaitu cinta yang berkaitan dengan rasa “ingin”. Sedangkan shopia memiliki
makna kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. (Liang Gie, 1977).
Pendidikan Pancasila 95
Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat dimaknai di sini bahwa filsafat
merupakan sebuah perasaan, pemikiran yang berkaitan dengan keinginan
terhadap sebuah kebijaksanaan atau kepandaian, sehingga jika manusia memiliki
keinginan atau rasa cinta yang sangat kuat terhadap sebuah pengetahuan atau
kebijaksanaan (wisdom) maka manusia tersebut sudah berfilsafat, dan orang yang
berfilsafat itu disebut dengan filsuf.
Filsafat mempunyai cakupan yang lebih luas, setiap orang bebas memandang
filsafat dari manapun. Hal ini pula yang menyebabkan orang salah mengertikan
filsafat, karena setiap kita membaca buku filsafat bukannya kita lebih tahu tapi
justru kita dibuat bingung. Secara keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai
masalah itu dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, Sebagai
produk atau hasil dari proses berpikir. Termasuk dalam pengertian ini adalah:
Pendidikan Pancasila 96
ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan Sejarah Filsafat Islam.
(Kaelan, 2004). Sementara itu The Liang Gie membagi filsafat sistematis mejadi:
(Lasiyo dan Yuwono, 1985).
1. Metafisika, (filsafat tentang hal yang ada).
2. Epistemologi, (teori tantang pengetahuan).
3. Metodologi, (teori tentang metode).
4. Logika, (teori tentang penyimpulan).
5. Etika, (filsafat tentang pertimbangan moral).
6. Estetika, (filsafat tentang keindahan).
7. Sejarah Filsafat.
Berfilsafat ini sendiri tidak harus mengangkat tema yang sulit dimengerti atau
hal yang bersifat rumit, tetapi justeru suatu hal yang sederhana tetapi ternyata
menyimpan suatu hal baru tetapi memiliki makna yang mendalam. Salah satu
contoh sederhana tetapi dapat dikategorikan sebagai ide yang mengandung nilai
filsafat, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan gabungan dua kata, yaitu panca dan
sila. Panca dan sila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan sila
berarti prinsip atau asas.
Pendidikan Pancasila 97
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Adanya saling keterhubungan dan saling ketergantungan.
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pendidikan Pancasila 98
Kata “logos” yang mengandung pengertian pemikiran atau hipotesis yang
berbicara tentang atau bisa juga terlalu kejam “ilmu”. Metafisika
mempertimbangkan sifat keberadaan sesuatu yang ada dalam kerangka
paling teoritisnya. Dan protes formal filsafat adalah untuk menyediakan
pendirian umum yang paling utama untuk semua masalah tentang manusia,
dunia, dan Tuhan, seperti hampir kehadiran, harmoni, kesempatan, tubuh,
jiwa, agama, dan sebagainya. Dari segi filosofi, Pancasila mencakup hal-hal
berikut:
1. Kira-kira menunjukkan keberadaan Pancasila sejak awal kemunculannya.
2. Apa premis baik etis maupun yuridis.
3. Pancasila dibentuk dan dibuat oleh para pendahulu kita yang
mendefinisikannya sebagai premis negara Indonesia, yang diambil dari
tradisi dan nilai-nilai sosial negara Indonesia itu sendiri.
b. Landasan Epistemologi
Pendidikan Pancasila 99
1. Memiliki objek yang khas dalam pembahasannya. Pancasila dijadikan
objek pembahasan dan berusaha untuk tetap dikembangkan sepanjang
masa.
2. Dia milik masyarakat (komonal). Artinya pancasila milik seluruh
masyarakat Indonesia, bukan milik golongan atau kelompok tertentu.
3. Selalu dipertanyakan dengan skeptis. Banyak orang masih
mempertanyakan atau meragukan kemampuan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Adapula yang meragukan kebenaran Pancasila itu
sendiri.
4. Tersusun dengan sistematis. Pancasila telah tersusun secara runtut
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibolak balik.
5. Memiliki nilai kebenaran. Kebenaran Pancasila sudah diyakini, karena
nilai-nilainya digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia.
6. Kebenarannya disepakati bersama. Kebenaran Pancasila yang tercipta
adalah merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri dan milik
bangsa Indonesia.
c. Landasan Aksiologis
Aksiologi (Axiologi), berasal dari kata axios yang berarti nilai, dan
logos berarti ilmu atau teori. Jadi aksiologi berarti ilmu atau teori tentang nilai,
atau membahas tentang nilai. Dia biasa pula disebut dengan filsafat nilai.
Pengertian nilai secara garis besar diartikan dengan sesuatu yang berharga,
berguna, baik, benar, dan indah. Di sisi lain dapat pula diartikan dengan
mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang menyetujuinya.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis,
spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai
martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.
Sila pertama Ketuhanan, berarti sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan Tuhan. Sila kedua Kemanusiaan, berarti sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat manusia. Sila ketiga persatuan, berarti sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakekat satu. Sila keempat Kerakyatan
berarti sifatsifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Dan
sila kelima Keadilan, berarti sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
hakikat adil.
Kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai
dari sila-sila Pancasila dengan kondisi negara. Pengertian rumusan Pancasila
yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal maksudnya adalah:
1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa, dia meliputi dan menjiwai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, sila persatuan Indonesia, sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua: sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti dia diliputi dan
dijiwai oleh sila Ketuhahanan Yang Maha Esa, serta meliputi dan menjiwai
sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
1. Nilai Ketuhanan dari tingkatannya adalah lebih tinggi dari pada nilai-nilai
kenegaraan yang terkandung dalam sila lainnya, yaitu sila kemanusiaan,
Persatuan, sila Kerakyatan dan sila Keadilan, karena ketiga nilai tersebut
berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Dan ketuhanan menjadi causa
prima sebagai nilai tertinggi dari ajaran-ajaran setiap agama.
2. Nilai Kemanusiaan memiliki jenjang tertinggi kedua karena manusia
sebagai makhluk berakal, berbudi, dan memiliki akhlak.
3. Nilai persatuan dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada nilai
kerakyatan dan nilai keadilan sosial, karena persatuan adalah merupakan
syarat mutlak adanya rakyat dan terwujudnya rasa keadilan.
4. Sedangkan nilai kerakyatan yang didasari oleh nilai Ketuhanan, nilai
Kemanusiaan dan nilai Persatuan lebih tinggi dan mendasari nilai dari
keadilan sosial, karena Kerakyatan adalah sarana terwujudnya suatu
Keadilan sosial,
5. Sementara nilai yang terakhir adalah nilai Keadilan sosial, yang merupakan
tujuan akhir dari keempat sila lainnya. Suatu hal yang perlu diperhatikan,
yaitu meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
berbeda-beda, dan memiliki timgkatan yang berbeda-beda pula, namun
secara keseluruhan nilai tersebut merupakan suatu kesatuan, dan tidak
saling bertentangan. Oleh sebab itu perlu direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Filsafat lebih bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan
memandang realita dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran.
Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis.
bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada
masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak
didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan
weltanshauung berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula
bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak
langsung terkait dengan sikap hidup.
D. Daftar Pustaka
PERTEMUAN 10
FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SUMBER GENETIVUS
OBJECTIVUS, SUBJECTIVUS, HISTORIS, SOSIOLOGIS,
DAN POLITIS
A. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan setelah mempelajari materi pada modul ini, mahasiswa
memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan Sumber historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai
sistem filsafat.
2. Menjelaskan Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Esensi dan urgensi Pancasila sebagai
sistem filsafat.
B. Uraian Materi
1. Pancasila sebagai Sumber Genetivus Objectivus dan Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya cita-cita Pancasila
dijadikan objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem dan
cabang filsafat Barat. Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-
nilai Pancasila digunakan untuk mengevaluasi aliran filsafat lain yang
sedang berkembang, serta untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai
dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai
Pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan
dasar bagi pembangunan nasional.
2. Sumber Historis
3. Sumber Sosiologis
4. Sumber Politis
C. Soal Latihan
D. Daftar Pustaka
112