Anda di halaman 1dari 23

PERTEMUAN 9

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Tu juan Pembelajaran
Diharapkan setelah mempelajari materi pada modul ajar ini, mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat.


2. Menjelaskan Landasan ontologis, epistemologis aksiologis Filsafat Pancasila.

B. Uraian Materi
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Secara etimologi filsafat merupakan suatu bahasa yang asal-usulnya diambil
dari bahasa arab yaitu falsafah, yang notabene bahasa aslinya diadopsi dari
bahasa Yunani yaitu philoshopia. Kata philoshopia berasal dari dua kata yakni
Philos/Philein yang memiliki arti cinta. Dalam hal ini cinta didefiniskan seluas-
luasnya, yaitu cinta yang berkaitan dengan rasa “ingin”. Sedangkan shopia memiliki
makna kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. (Liang Gie, 1977).

Gambar. 9.1 Sumber gambar : bp.blogspot.com

Plato berpendapat bahwa “filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk


mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli”. Lebih jauh Aristoteles
menyatakan bahwa “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika”. Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Al-Farabi seorang
filosof Arab menyatakan bahwa “filsafat adalah ilmu penetahuan tentang hakikat
bagaimana alam maujud yang sebenarnya”.( Ahmadi Asmoro, 2005).

Pendidikan Pancasila 95
Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat dimaknai di sini bahwa filsafat
merupakan sebuah perasaan, pemikiran yang berkaitan dengan keinginan
terhadap sebuah kebijaksanaan atau kepandaian, sehingga jika manusia memiliki
keinginan atau rasa cinta yang sangat kuat terhadap sebuah pengetahuan atau
kebijaksanaan (wisdom) maka manusia tersebut sudah berfilsafat, dan orang yang
berfilsafat itu disebut dengan filsuf.

Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tapi yang dicari


adalah hakikat dari suatu fenomena. Selanjutnya bila memperhatikan pengertian
filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya, maka filsafat mencakup
banyak bidang bahasan, misalnya: manusia, alam, pengetahuan dan lain-lain.
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah antara lain bahwa
pengetahuan itu dalam mengkaji sesuatu itu dimulai dari ketidaktahuan hingga
menjadi tahu, tapi filsafat lebih dari itu dia membicarakannya sampai kepada
hakekat segala sesuatu tersebut. Sehingga filsafat merupakan ilmu pengetahuan,
namun cakupan ilmu pengetahuan dan filsafat itu berbeda.

Filsafat mempunyai cakupan yang lebih luas, setiap orang bebas memandang
filsafat dari manapun. Hal ini pula yang menyebabkan orang salah mengertikan
filsafat, karena setiap kita membaca buku filsafat bukannya kita lebih tahu tapi
justru kita dibuat bingung. Secara keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai
masalah itu dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, Sebagai
produk atau hasil dari proses berpikir. Termasuk dalam pengertian ini adalah:

1. Jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari pada filsuf pada


zaman dahulu yang lazim disebut sebagai suatu aliran atau sistem filsafat
tertentu. Misalnya: Rasionalisme, Materialisme, Pragmatisme dan lain
sebagainya.
2. Sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktifitas berfilsafat. Maksudnya manusia mencari suatu kebenaran yang timbul
dari persoalan yang bersumber pada akal manusia (reflektive thinking), yaitu
kegiatan atau proses dari berpikir mendalam itu sendiri. Kedua, filsafat adalah
suatu proses, maksudnya filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktifitas
berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.

Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang


bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu
kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai
tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktifitas, suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan metode tersendiri.
Sementara sejarah Filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran
filsafat di sepanjang masa, mulai dari zaman kuno hingga zaman modern. Bagian

Pendidikan Pancasila 96
ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan Sejarah Filsafat Islam.
(Kaelan, 2004). Sementara itu The Liang Gie membagi filsafat sistematis mejadi:
(Lasiyo dan Yuwono, 1985).
1. Metafisika, (filsafat tentang hal yang ada).
2. Epistemologi, (teori tantang pengetahuan).
3. Metodologi, (teori tentang metode).
4. Logika, (teori tentang penyimpulan).
5. Etika, (filsafat tentang pertimbangan moral).
6. Estetika, (filsafat tentang keindahan).
7. Sejarah Filsafat.
Berfilsafat ini sendiri tidak harus mengangkat tema yang sulit dimengerti atau
hal yang bersifat rumit, tetapi justeru suatu hal yang sederhana tetapi ternyata
menyimpan suatu hal baru tetapi memiliki makna yang mendalam. Salah satu
contoh sederhana tetapi dapat dikategorikan sebagai ide yang mengandung nilai
filsafat, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan gabungan dua kata, yaitu panca dan
sila. Panca dan sila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan sila
berarti prinsip atau asas.

Presiden Republik Indonesia Pertama yakni, Ir. Soekarno menyampaikan


bahwa pancasila merupakan isi jiwa bangsa Indonesia turun temurun yang sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa
Indonesia.(Ronto, 2012). Dengan kata lain, Pancasila merupakan tuntunan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari
perpaduan inilah kemudian terbentuk nilai-nilai yang menjadi tuntunan hidup
bangsa. Berdasarkan nilai-nilai itu, dalam kajian sosiologi terbukti bahwa bangsa
Indonesia pada hakekatnya bersifat terbuka, walaupun tidak ternyatakan secara
eksplisit. Keberterimaan secara tidak eksplisit ini karena sikap menghormati
pemikiran orang lain, namun sekaligus refleksi ketidaksediaan melepas begitu saja
nilai-nilai yang sudah menjadi keyakinannya.

Pancasila dikatakan sebagai sebuah sistem berarti tidak mungkin sila-silanya


berdiri sendiri, akan tetapi harus mencakup keseluruhan silanya. Dengan kata lain
Pancasila sebagai sebuah sistem karena Pancasila mengandung sila-sila yang
sudah utuh diatur sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu susunan yang
teratur dan tidak bisa dibolak-balik. Dalam hal ini Pancasila memiliki suatu makna
yang berurutan, artinya makna sila yang pertama lebih luas maknanya dari sila-sila
yang berikutnya., demikian seterusnya.

Unsur-unsur dalam Pancasila tidak dapat berdiri sendiri, karena masing-


masing unsur memiliki hubungan dan keterkaitan yang erat antara yang satu
dengan yang lainnya, sehingga ketotalitasan unit menjadi utuh eksistensinya. Maka
dari itu ( Mustaqiem, 2013) sebuah sistem lazimnya memiliki ciri-ciri di antaranya:

Pendidikan Pancasila 97
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Adanya saling keterhubungan dan saling ketergantungan.
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

2. Landasan Ontologis, Epistemologis, Aksiologis Filsafat Pancasila

Landasan berfikir Filsafat Pancasila merupakan suatu proses perenungan


secara mendalam untuk memperoleh esensi dari sebuah ideologi yang sesuai
dengan jiwa rakyat (Volk geist).

Gambar 9.2 Patung Bung Karno Sedang Merenung

Patung yang menggambarkan pertimbangan dan pemikiran sang


proklamator. refleksi mendalam dari para founding fathers ketika mereka berusaha
menyelidiki nilai-nilai hakiki dan menentukan pendirian negara yang di atasnya
Republik Indonesia didirikan. Datang tentang pertimbangan yang berada di titik yang
otoritatif dikonfirmasi sepanjang sisi (UUD NRI) oleh (PPKI) pada 18 Agustus 1945
sebagai filosofis Premise Republik Indonesia . Kelima hakekat atau standar yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila, apalagi jelas merupakan bagian yang saling
terikat sehingga saling berhubungan untuk mempertegas adanya suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama sehingga dapat disebut suatu sistem.

a. Landasan Ontologis Pancasila

Kata ontologis berasal dari kata Yunani “onto” yang menyiratkan


sesuatu yang benar-benar ada atau mungkin merupakan realitas yang asli.

Pendidikan Pancasila 98
Kata “logos” yang mengandung pengertian pemikiran atau hipotesis yang
berbicara tentang atau bisa juga terlalu kejam “ilmu”. Metafisika
mempertimbangkan sifat keberadaan sesuatu yang ada dalam kerangka
paling teoritisnya. Dan protes formal filsafat adalah untuk menyediakan
pendirian umum yang paling utama untuk semua masalah tentang manusia,
dunia, dan Tuhan, seperti hampir kehadiran, harmoni, kesempatan, tubuh,
jiwa, agama, dan sebagainya. Dari segi filosofi, Pancasila mencakup hal-hal
berikut:
1. Kira-kira menunjukkan keberadaan Pancasila sejak awal kemunculannya.
2. Apa premis baik etis maupun yuridis.
3. Pancasila dibentuk dan dibuat oleh para pendahulu kita yang
mendefinisikannya sebagai premis negara Indonesia, yang diambil dari
tradisi dan nilai-nilai sosial negara Indonesia itu sendiri.

Pancasila adalah landasan moral bagi bangsa Indonesia. Causa material


(asal material): Pancasila dirumuskan sebagai kehidupan bernegara, yang
unsur-unsurnya telah ada sejak dahulu kala dalam adat, dalam budaya,
dalam agama. Causa formalis (asal usul bentuk): Artinya sebagai asal mula
bentuk Pancasila dirumuskan oleh negara bekas, dalam hal ini Ir. Soekarno
dan Moh, Yamin bersama anggota BPUPKI yang pertama kali merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara. Causa efisien (asal karya): Sejak
dirumuskan, dibahas dalam sidang BPUPKI pertama dan kedua hingga
proses pengesahan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945, itulah asal
karya. Causa finalis (asal tujuan): Itulah asal mula rumusan Pancasila
sebagai dasar negara. Landasan Epistemologi Epistemologi berasal dari
kata Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan atau kebenaran, dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Artinya Pancasila adalah milik seluruh
rakyat Indonesia, bukan milik golongan atau golongan tertentu.

b. Landasan Epistemologi

Epistemologis berasal dari kata Yunani yaitu episteme yang berarti


pengetahuan atau kebenaran, dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi
epistemologi berarti ilmu pengetahuan yang benar. Atau teori filsafat yang
mempelajari sumber, hakikat dan validitas dari pada pengetahuan. Dengan
demikian epistemologi dalam Pancasila adalah bagaimana keabsahan
pancasila sebagai ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan. Dan sesuatu
dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, bila ia memiliki ciri-ciri yang
dimiliki pengetahuan. Pancasila sah sebagai ilmu pengetahuan karena
Pancasila telah dikembangkan sebagai ilmu pengetahuan dan juga sebagai
suatu sistem. Pancasila sebagai suatu sistem, karena ia telah memiliki
persyaratan sebagai ilmu pengetahuan yang ilmiah, yang antara lain:

Pendidikan Pancasila 99
1. Memiliki objek yang khas dalam pembahasannya. Pancasila dijadikan
objek pembahasan dan berusaha untuk tetap dikembangkan sepanjang
masa.
2. Dia milik masyarakat (komonal). Artinya pancasila milik seluruh
masyarakat Indonesia, bukan milik golongan atau kelompok tertentu.
3. Selalu dipertanyakan dengan skeptis. Banyak orang masih
mempertanyakan atau meragukan kemampuan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Adapula yang meragukan kebenaran Pancasila itu
sendiri.
4. Tersusun dengan sistematis. Pancasila telah tersusun secara runtut
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibolak balik.
5. Memiliki nilai kebenaran. Kebenaran Pancasila sudah diyakini, karena
nilai-nilainya digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia.
6. Kebenarannya disepakati bersama. Kebenaran Pancasila yang tercipta
adalah merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri dan milik
bangsa Indonesia.

c. Landasan Aksiologis

Aksiologi (Axiologi), berasal dari kata axios yang berarti nilai, dan
logos berarti ilmu atau teori. Jadi aksiologi berarti ilmu atau teori tentang nilai,
atau membahas tentang nilai. Dia biasa pula disebut dengan filsafat nilai.
Pengertian nilai secara garis besar diartikan dengan sesuatu yang berharga,
berguna, baik, benar, dan indah. Di sisi lain dapat pula diartikan dengan
mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang menyetujuinya.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis,
spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai
martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

Pancasila Sebagai Sistem Nilai-Nilai yang terkandung dalam


pancasila mulai dari sila pertama sampai dengan sila yang kelima, adalah
merupakan cita-cita, harapan, dan dambaan bangsa Indonesia, yang akan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai Pancasila dapat
dikelompokkan dalam dua macam yaitu nilai subjektif dan nilai objektif. Nilai
subjektif, berkaitan orang memberikan nilai tentang pancasila tersebut, yaitu
manusia itu sendiri. Sementara nilai objektif yaitu yang beranggapan bahwa
pada hakikatnya sesuatu itu memang mempunyai nilai tersendiri.

Pendidikan Pancasila 100


Pada hakikatnya segala sesuatu itu benilai, hanya nilai apa saja yang
ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Bangsa
Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila. Hal tersebut dapat
dipahami berdasarkan pengertian bahwa yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berparsatuan, yang berkerakyatan, dan yang
berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Bangsa Indonesia sebagai
pendukung nilai itu menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai
dasar nilai.

Pengakuan tersebut termanifestasikan dalam setiap tingkah laku dan


perbuatan manusia Indonesia. Hal tersebut berarti juga bahwa bangsa
Indonesia sebagai pengemban nilai. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila berturut-turut mulai nilai ketuhanan sebagai nilai-nilai kerohanian
dan sebagai nilai yang tertinggi karena memiliki sifat mutlak. Berikutnya
adalah nilai kemanusiaan sebagai pengkhususan dari nilai ketuhanan karena
manusia adalah ciptaan Tuhan YME. Untuk mewujudkan tujuan negara
sebagai tujuan bersama, maka dalam hidup kenegaraan harus mewujudkan
jaminan perlindungan bagi seluruh warga, sehingga untuk mewujudkan
tujuan seluruh warganya harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan
yang timbul dalam kehidupan bersama, atau kehidupan sosial ( Hakikat sila
ke lima). Nilai- nilai inilah yang merupakan suatu nilai dasar bagi kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.(Kaelan, 2004). Kedua nilai
yang telah disebutkan diatas, yaitu nilai Ketuhanan dan nilai kemanusiaan
adalah merupakan nilai yang tertinggi dibandingkan dengan ketiga nilai di
bawahnya. Sila persatuan, sila kerakyatan dan sila keadilan sosial
merupakan nilai-nilai kenegaraan, karena ketiganya berkaitan dengan
kehidupan kenegaraan.

Nilai persatuan dipandang memiliki tingkatan nilai yang lebih tinggi


dari pada kerakyatan dan keadilan, karena persatuan adalah syarat adanya
rakyat dan keadilan. Sedangkan kerakyatan merupakan sarana terwujudnya
suatu keadilan sosial dan terakhir keadilan sosial adalah tujuan dari keempat
sila lainnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila pencasila akan
memberikan pola sikap, perbuatan, dan tingkah laku bagi bangsa Indonesia.
Hal tersebut bagi bangsa Indonesia merupakan cita-cita dan harapan atau
hal yang akan dicapai dan diwujudkan menjadi kenyataan dalam kehidupan.

3. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis

Susunan Pancasila yang bersifat hierarkhis berarti bahwa sila


Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi basis dari sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab, sila Persatuan Indonesia, sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

Pendidikan Pancasila 101


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta sila Keadilan Ssosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dan sebaliknya berarti bahwa Ketuhanan Yang
Mahas Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang bersatu, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Sehingga di dalam setiap sila terkandung
sila-sila lainnya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan sifat dan hakikat
negara, haruslah sesuai dengan hakikat dari landasan Pancasila itu sendiri.
(Notonagoro, 1975)

Gambar. 9.3 Sumber https://www.slideshare.net

Sila pertama Ketuhanan, berarti sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan Tuhan. Sila kedua Kemanusiaan, berarti sifat dan keadaan negara
harus sesuai dengan hakikat manusia. Sila ketiga persatuan, berarti sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakekat satu. Sila keempat Kerakyatan
berarti sifatsifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Dan
sila kelima Keadilan, berarti sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan
hakikat adil.
Kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai
dari sila-sila Pancasila dengan kondisi negara. Pengertian rumusan Pancasila
yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal maksudnya adalah:
1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa, dia meliputi dan menjiwai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, sila persatuan Indonesia, sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila kedua: sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti dia diliputi dan
dijiwai oleh sila Ketuhahanan Yang Maha Esa, serta meliputi dan menjiwai
sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

Pendidikan Pancasila 102


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia. Diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta meliputi
dan mejiwai sila kerakyatan yang dipimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila-sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila ke lima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi
dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan YME, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Maksudnya bahwa dalam setiap sila Pancasila terkandung nilai dari keempat
sila lainnya. Atau dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya. Hal tersebut dapat djelaskan sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti dia harus ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Parsatuan Indonesia, ber-Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab; berarti dia ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, ber-Parsatuan Indonesia, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan/ perwakilan, dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia; adalah ber-Ketuhanan YME, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan Berkeadilan sosial
bagi seleuruh rakyat Indonesia.
4. Sila Kerakyatan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan; adalah ber-Ketuhanan YME,
Berkemanusiaan yang adil dan beradab, Berparsatuan Indonesia dan
Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; adlah berKetuhanan
YME, berkemanusiaan yang adil dan beradab, Berparsatuan Indonesia,
dan Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan/perwakilan.

Pendidikan Pancasila 103


Adapun nilai-nilai kenegaraan yang terkandung dalam Pancasila tersebut
berturut-turut memiliki tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai Ketuhanan dari tingkatannya adalah lebih tinggi dari pada nilai-nilai
kenegaraan yang terkandung dalam sila lainnya, yaitu sila kemanusiaan,
Persatuan, sila Kerakyatan dan sila Keadilan, karena ketiga nilai tersebut
berkaitan dengan kehidupan kenegaraan. Dan ketuhanan menjadi causa
prima sebagai nilai tertinggi dari ajaran-ajaran setiap agama.
2. Nilai Kemanusiaan memiliki jenjang tertinggi kedua karena manusia
sebagai makhluk berakal, berbudi, dan memiliki akhlak.
3. Nilai persatuan dipandang memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada nilai
kerakyatan dan nilai keadilan sosial, karena persatuan adalah merupakan
syarat mutlak adanya rakyat dan terwujudnya rasa keadilan.
4. Sedangkan nilai kerakyatan yang didasari oleh nilai Ketuhanan, nilai
Kemanusiaan dan nilai Persatuan lebih tinggi dan mendasari nilai dari
keadilan sosial, karena Kerakyatan adalah sarana terwujudnya suatu
Keadilan sosial,
5. Sementara nilai yang terakhir adalah nilai Keadilan sosial, yang merupakan
tujuan akhir dari keempat sila lainnya. Suatu hal yang perlu diperhatikan,
yaitu meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
berbeda-beda, dan memiliki timgkatan yang berbeda-beda pula, namun
secara keseluruhan nilai tersebut merupakan suatu kesatuan, dan tidak
saling bertentangan. Oleh sebab itu perlu direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Filsafat lebih bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan
memandang realita dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran.
Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis.
bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada
masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak
didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan
weltanshauung berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula
bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak
langsung terkait dengan sikap hidup.

Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari


seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila sebagai
Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah
ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian
disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag). Manusia
memerlukan filsafat dengan beberapa alasan. Pertama, manusia telah
memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah
mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman
(security) dan kenikmatan (comfort). Kedua, filsafat melalui kerjasama dengan

Pendidikan Pancasila 104


disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat penting untuk membimbing
manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi mereka.

Beberapa faedah filsafat yang perlu diketahui dan dipahami. Pertama,


faedah terbesar dari filsafat adalah untuk menjaga kemungkinan terjadinya
pemecahan-pemecahan terhadap problem kehidupan manusia. Kedua, filsafat
adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar perbuatan
manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman- pengalaman manusia pada
waktu sekarang. Ketiga, filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-
bidang kesadaran manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat
membedakan, lebih kritis, dan lebih pandai.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya


refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja
menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar dapat
diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih
lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut
hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai
perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar
dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta
memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

Pendidikan Pancasila 105


C. Soal Latihan

1. Jelaskan konsep terbentuknya idelogi berdasarkan filsafat Pancasila!


2. Apa yang dimaksud dengan dasar ontologi, etimologis, dan aksiologi Pancasila
sebagai filsafat?
3. Berikan contoh pengaruh perkembangan filsafat barat yang menjadi tantangan
dan persoalan-persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara saat ini!
4. Apa peran dan fungsi Filsafat Pancasila bagi perkembangan IPTEK?
5. Jelaskan apa saja dasar-dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah ideologi
yang sesuai bagi bangsa Indonesia berdasarkan filosofinya ?

D. Daftar Pustaka

Asmoro, Ahmadi, (2005) Filsafat Umum, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.


Darmodihardjo, (1978) Orientasi Singkat Pancasila, PT Gita Karya, PT INTISA,
Jakarta.
Kaelan. MS, (2004) Pendidikan Pancasila, Paradigma , Yogyakarta.
Lasiyo dan Yuwono, (1985) Pengantar ilmu filsafat . Yogyakarta; Liberty.
Mustaqiem, (2013) Pendidikan Pancasila, Ideologi Negara Indonesia Dalam
Bermasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara, Buku Litera, Yokyakarta.
Natonagoro. (1975) Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tudjuh, Jakarta
Ronto, (2012) Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Surajiyo, (2008) Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara.
The Liang Gie, (1977) Teori-Teori Keadilan, Yogyakarta, Super.

Pendidikan Pancasila 106


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

PERTEMUAN 10
FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SUMBER GENETIVUS
OBJECTIVUS, SUBJECTIVUS, HISTORIS, SOSIOLOGIS,
DAN POLITIS

A. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan setelah mempelajari materi pada modul ini, mahasiswa
memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan Sumber historis, sosiologis dan politis Pancasila sebagai
sistem filsafat.
2. Menjelaskan Dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Esensi dan urgensi Pancasila sebagai
sistem filsafat.

B. Uraian Materi
1. Pancasila sebagai Sumber Genetivus Objectivus dan Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya cita-cita Pancasila
dijadikan objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem dan
cabang filsafat Barat. Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-
nilai Pancasila digunakan untuk mengevaluasi aliran filsafat lain yang
sedang berkembang, serta untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai
dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai
Pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan
dasar bagi pembangunan nasional.

Sastrapratedja mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik,


yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat. Soerjanto mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk
memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya.

2. Sumber Historis

Sila Pancasila sebagai filsafat filosofis telah diperdebatkan


sepanjang sejarah Indonesia. Ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa telah
dibawa sejak zaman dahulu hingga gerbang kemerdekaan negara
Indonesia. Penduduk nusantara telah dipengaruhi oleh agama-agama lokal
selama ribuan tahun, terutama sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha,
7 abad pengaruh Islam, dan 4 abad pengaruh Kristen. Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih berlangsungnya sistem penyembahan dari
berbagai kepercayaan dalam agama-agama yang hidup di Indonesia. Pada
semua sistem religi-politik tradisional di muka bumi, termasuk di Indonesia,
agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian institusi-institusi sosial.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Bangsa Indonesia dikenal

Pendidikan Pancasila 103


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

sebagai negara maritim. Soekarno menyebutnya dengan istilah


Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Sila kedua ini dibuktikan melalui
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemerdekan Indonesia menghadirkan
suatu bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki
komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian,
dan keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam
suasana kekeluargaan kebangsan Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia. Bangsa Indoneisa adalah bangsa yang
majemuk sosial, kultural, dan territorial. Bangsa Indonesia dapat menyatu
dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Indonesia adalah
sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban Nusantara dan
kerajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah
kerajaan feodal yang dikuasai oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian,
nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya
Nusantara, dan dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa
di Jawa, nagari di Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya. Tan
Malaka mengatakan bahwa paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah
tumbuh di alam kebudayaan Minangkabau, kekuasaan raja dibatasi oleh
ketundukannya pada keadilan dan kepatutan. Kemudian, Hatta
menambahkan ada dua anasir tradisi demokrasi di Nusantara, yaitu; hak
untuk mengadakan protes terhadap peraturan raja yang tidak adil dan hak
untuk menyingkir dari kekuasaan raja yang tidak disenangi.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Masyarakat adil
dan makmur adalah impian kebahagian yang telah berkobar ratusan tahun
lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian kebahagian itu
terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta
raharja”. Demi impian masyarakat yang adil dan makmur itu, para pejuang
bangsa telah mengorbankan dirinya untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa yang
hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas
oleh kolonialisme.

3. Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dibagi dalam dua


kelompok. Kelompok pertama, Kelompok pertama masyarakat awam yang
memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang terdapat dalam agama,
adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok
kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis.

Menurut Notonagoro, Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan


satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila
Pancasila merupakan suatu kesatuan utuh yang saling terkait dan saling

Pendidikan Pancasila 104


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

berhubungan secara koheren. Notonagoro menggambarkan kesatuan dan


hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan hubungan
hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau saling
mengkualifikasi.( Darmodihardjo, 1978).

4. Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat


diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama, meliputi
wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada siding
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan
1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik
Habibie 1 Juni 2011.

Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas


kesepakatan penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara. Garuda
Pancasila merupakan salah satu simbol dalam kehidupan bernegara. Dalam
pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai berikut. ”Bendera
Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan
Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera merah putih, Bahasa Indonesia,
Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya merupakan simbol
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berikut arti
lambang Garuda Pancasila:

a) Garuda Pancasila sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal


melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan
Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan
sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia
adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
b) Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan
kejayaan.
c) Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan
kekuatan dan tenaga pembangunan.
d) Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, di antaranya: 17 helai
bulu pada masing-masing sayap. 8 helai bulu pada ekor,19 helai bulu di
bawah perisai atau pada pangkal ekor,45 helai bulu di leher.
e) Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan
peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan
perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
f) Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang
melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara

Pendidikan Pancasila 105


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis


khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
g) Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan
negara Indonesia "Merah-Putih", sedangkan pada bagian tengah
berwarna dasar hitam. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang
mewujudkan dasar Negara Pancasila.

5. Esensi Pancasila sebagai sistem filsafat.


Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki esensi, antara lain:

a) Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah


prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Setiap orang memiliki
kebebasan yang bertanggungjawab.
b) Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang
terdiri dari susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu,
sosial), dan kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan
makhluk Tuhan).
c) Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa
kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke
dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental.
Tanah air real adalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
bersuka, dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air
formal adalah Negara bangsa yang berundang-undang dasar, yang
Anda, manusia Indonesia, menjadi salah seorang warganya, yang
membuat undang-undang, menggariskan hukum dan peraturan,
menata, mengatur dan memberikan hak serta kewajiban, mengesahkan
atau membatalkan, memberikan perlindungan, dan menghukum,
memberikan paspor atau surat pengenal lainnya. Tanah air mental
bukan bersifat teritorial karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,
melainkan imajinasi yang dibentuk dan dibina oleh ideologi atau
seperangkat gagasan vital.
d) Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya,
keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah
untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas
tanpa peduli pendapat minoritas.
e) Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan
distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan
bersifat membagi dari negara kepada warga negara. Keadilan legal
adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau dinamakan
keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama
warga negara.

Beberapa hal penting bagi pengembangan Pancsila sebagai sistem


filsafat, antara lain:

Pendidikan Pancasila 106


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

a) Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka


dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide
pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun
spiritual.
b) Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai
ideologi dunia.
c) Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang
dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-
sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat
banyak.

6. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam


sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak
aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya
spekulasi, semua didasarkan pada data empiris (pengalaman). oleh karena
itu, kita akan mempelajari terlebih dahulu seperti apa cara berfikir aliran
positivisme yang lahir pada zaman modern sebagai konsep berfikir,
kemudian kita juga akan menganalisa apakah ada pengaruhnya sebagai
tantangan terhadap Nilai Pancasila? Apakah karakter Pancasilais, seperti
religius dan kejujuran diterima oleh pemikiran Positivisme sebagai suatu
kebenaran? Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon
(sekitar 1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofik
tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris
Francis Bacon (sekitar 1600). Tesis positivism adalah: bahwa ilmu adalah
satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang
mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme
menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta,
menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk
menelaah fakta.

Positivisme merupakan metode dalam mengetahui alam semesta


berdasarkan ilmu pengetahuan. Penganut paham positivisme meyakini
bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu
alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan
aturan-aturan, demikian juga alam. Tantangannya adalah kita sebagai
bangsa Indonesia percaya akan sebuah nilai yang melekat yaitu keyakinan
terhadap Tuhan. Jika kita hanya bersandar pada kebenaran sains maka
sesuatu yang bersifat metafisik/goib akan senantiasa dipertanyakan oleh
manusia sebagai dasar keyakinan mereka. positivisme berkembang pesat
pada abad ke-19 ketika empirisme mendominasi pemikiran mereka.
Pengaruh pemikiran kemodern sekarang ini didasari suatu pengalaman
yang dimana dapat menentukan pemikiran seseorang, dan bukan faktor-
faktor internal seperti bakat, kecenderungan, kemampuan, ataupun

Pendidikan Pancasila 107


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

hereditas yang dibawa secara fitri. Jadi positivisme memandang bahwa


pengalaman sebagai dasar bagi metode ilmiah. Oleh karena itu, hal-hal
internal yang tidak dapat dijangkau secara akal atau berada diluar akal,
tidak menjadi perhatian kaum positivis.

Para positivis menentang ilmu metafisika yang bentuk suatu


kepercayaan, karena apa yang berada di luar batas pengalaman manusia.
Mereka menganggap metafisika sebagai tidak ada artinya bagi ilmu
pengetahuan, sebab metafisika menarik diri dari tiap kebenaran atau
ketidakbenaran. Jadi pendirian yang tidak dapat ditetapkan jika tidak diuji
dengan metode mereka. Bahayanya adalah ketika karakter Pancasilais
seperti Religius dan Kejujuran tidak akan diterima oleh pemikiran
Positivisme sebagai suatu Kebenaran, karena mereka mendasari suatu
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dapat di jangkau oleh pemikiran
mereka. sebuah ideologi yang meyakini suatu kebenaran hanya pada
sesuatu yang dapat dijagkau oleh Pancaindra akhirnya akan berlawanan
dengan Ideologi Pancasila. hal inilah yang menjadi tantangan Pancasila
sebagai sistem Filsafat. dimana banyak masyarakat yang belum
mengetahui bahwa Pancasila diciptakan berdasarkan kebiasaan kita,
sungguh percuma jika ada yang berusaha merubah Pancasila, sebab suatu
kebiasaan seperti beribadah sangatlah tidak mungkin untuk dihilangkan.
maka dari itu, pemikiran semacam inilah yang sebenarnya bertolak
belakang dengan pemikiran atau filsafat Pancasila yang tetap
mempercayai sesuatu yang bersifat metafisik, seperti percaya bahwa,
sebuah perbuatan baik akan mendapatkan balasan kebaikan juga dalam
lingkungan masyarakat. dan percaya bahwa perbuatan buruk akan
memperoleh sebuah dosa. itulah mengapa para pejabat selalu diambil
sumpah dengan kitab suci. karena Pancasila mempercayai masyarakat
yang berpegang teguh pada ajaran agama sehingga tidak akan
mengingkari sumpahnya. jika masih terdapat pelanggaran atas sumpah
tersebut, artinya sudah luntur nilai kepercayaan mereka terhadap agama,
dan agama hanya dijadikan alat untuk berpolitik. disinilah tantangan
pancasila sebagai sistem filsafat.

Karena sistem filsafat yang dibangun oleh Ideologi kita


berlandaskan nilai ketuhanan yang mana masyarakat saat ini banyak yang
tidak takut lagi dengan dosa. karena mereka menganggap dosa tidak dapat
dilihat dan diuji secara idrawi. Contohnya seorang atheis yang melakukan
kebaikan dengan menyumbangkan hartanya untuk kemanusiaan bukankah
itu perbuatan baik? siapa yang mengukur bahwa dia berdosa? siapa yang
mengukur dia akan mendapatkan pahala? akhirnya kembali ke sudut
pandang manusia itu sendiri menilai. perbuatan baiknya dapat diukur
(sebab faktual/nyata) hanya saja sulit bagi positivisme untuk berpendapat
dia dapat pahala (yang versi dimensinya metafisis) sedangkan Pancasila
mewajibkan masyarakatnya untuk memiliki sikap spiritual sebab tanpa nilai
spiritual tidak akan tercapai nilai-nilai moral yang baik. dengan memiliki

Pendidikan Pancasila 108


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

rasa kepercayaan terhadap tuhan diharapkan manusia akan memiliki rasa


gotong-royong terhadap sesama. Sikap Jujur dan nilai religius bersifat
metafisik, sebab dimensinya akan terus berubah. contoh : manusia
terkadang jujur, kadang bohong. itulah hal yang disebut sebagai kebenaran
abstrak/ tidak dapat diukur dan bersifat metafisik. oleh karena itu,
Positivisme merupakan salah satu aliran filsafat modern yang berpangkal
pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dan berdasarkan data empiris. jika
di korelasikan dengan filsafat Pancasila akan sedikit bertolak belakang.
sebab Pancasila lahir dari kebiasaan masyarakat yang religius dimana nilai
ini dianggap abstrak dan tidak dapat diukur. seperti Pahala dan dosa
seseorang. (tidak dapat diukur).

Filsafat Positivisme adalah filsafat yang berorientasi pada realitas


dan menolak pembahasan mengenai sesuatu yang ada di balik realitas,
dengan dasar bahwa akal manusia tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui entitas apapun yang melintasi alam inderawi (persepsi) dan
alam kasat mata. sedangkan hal ini menjadi tantangan bagi Pancasila
terhadap perkembangan faham Positivisme. yang akhirnya menjurus pada
pemikiran materialistik (sesuatu yang berwujud materi) contoh : menolong.
sikap masyarakat dahulu secara filosofinya masyarakat yang selalu
memiliki sikap gotong-royong . namun di era modern ini mulai bergeser dan
berorientasi pada materi. bekerja jika dibayar. hal inilah yang menjadi
tantangan bagi punahnya nilai filsafat pancasila itu sendiri. Filsafat
pancasila juga merupakan penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bernegara. Dalam prinsipnya, Pancasila
sebagai filsafat merupakan perluasan manfaat nilai bermasyarakat. melihat
kebiasaan apa saja yang melekat pada suatu masyarakat maka nilai
tersebutlah yang dijadikan sebagai rumusan Ideologi.

Filsafat Pancasila berisikan nilai-nilai luhur mendasar dari


kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, berakar dari unsur-
unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. artinya ada juga
kebudayaan luar melalui proses asimilasi dan akulturasi budaya yang
dijadikan nilai, contoh saja agama melalui proses sinkretisme. unsur
religius inipun sebenaranya ada proses masuknya sebagai kepercayaan
yang diterima oleh masyarakat. sedangkan positivisme tidak sepenuhnya
ditolak, seperti science dan teknologi juga diterima oleh Pancasila sebagai
idelogi yang bersifat terbuka. yang menjadi tantangan adalah dalam
memasukkan nilai religius akan melahirkan perdebatan karena dianggap
nilai ini sulit diukur menggunakan science. sehingga aliran kepercayaan,
agama, mitos, animisme, dan dinamisme semua ada di Indonesia.

Selain positivisme ada juga pemahaman mengenai filsafat


humanism. Humanisme yaitu gaya pemikiran filsafat yang mengedepankan

Pendidikan Pancasila 109


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam


segala hal. Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme
ditelusuri pada masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran
filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik
cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis
itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan
1960-an. Dimana perkembangan peradaban baru itu dikenal dengan nama
renaisance yang terjadi pada abad 16. sebelumnya humanisme merupakan
pemikiran dengan tujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia.
Sebagai pemikiran etis yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme
menekankan harkat, peran, tanggugjawab menurut manusia. Menurut
humanisme manusia mempuyai kedudukan yang istimewa dan
berkemampuan lebih dari mahluk lainya karena mempunyai rohani.

Pembagian sejarah humanisme dibagi menjadi tiga periode, zaman


antik, pra-renaisancedan tahap humanisme modern. Tantangan yang
harus dihadapi Ideologi Pancasila dari paham ini adalah sikap
antroposentrisme, dimana sikap yang memusatkan segala kebenaran
hanya bersumber dari manusia. Jadi, sangat berbahaya jika paham Ini
bertujuan memisahkan manusia dengan agamanya. Akibatnya,
penyimpangan-penyimpangan seperti lesbian, seks bebas, homoseksual,
dan lain-lain dapat dianggap sebagai suatu hal yang normal. Karena,
agama tidak lagi berperan sebagai causa prima. sebenarnya ada juga
humanism yang bersifat atheis Hal ini diuji dengan kesadaran kritik yang
dimiliki manusia melalui sifat curiga terhadap ajaran-ajaran agama, apakah
ajaran tersebut menjadikan manusia bukan sebagai manusia (seperti
hewan yang selalu di atur). akhirnya kepercayaan terhadap ajaran agama
dianggap mengusik kebebasan manusia untuk mencari jati dirinya. alasan
mereka menolak ajaran agama bukan berarti mengabulkan manusia untuk
bertingkah seperti hewan, justru sikap-sikap atau perlakuan manusia
sebagai hewan itu sangat ditolak sebenarnya oleh golongan humanism.
Sejak masa kemunculan hingga perkembangannya di Indonesia, kelompok
LGBT selalu berlindung dibalik humanisme. Karena mereka mendapat
dukungan dari para aktivis HAM. Hal inilah yang membuat mereka merasa
diberi ruang, lantas kemudian semakin gencar menuntut hak persamaan.

Sebenarnya, dengan mendukung kelompok LGBT bukanlah


membela hak asasi manusia, melainkan membela hawa nafsu mereka
yang sesat. Dan dukungan ini akan semakin menjerumuskan mereka.
Apalagi, masalah ini dapat menimbulkan dampak yang tidak main-main di
masa depan. Seperti rusaknya moral, kecilnya angka kelahiran dan makin
menyebarnya virus HIV / AIDS yang hingga saat ini belum ada obatnya.
Penyebar terbanyak virus tersebut adalah kelompok LGBT. Bahkan, pada
sebuah penelitian di awal tahun 1981, ditemukan bahwa orang yang
pertama kali mengidap penyakit tersebut adalah seorang gay. Jadi,
humanisme sebetulnya tidak sehumanis yang dibayangkan. Sebab ia

Pendidikan Pancasila 110


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn

mendukung sesuatu yang bisa merusak manusia seperti LGBT. Tentu,


karena konsep tersebut dibangun atas dasar hawa nafsu belaka. Dalam hal
ini sebaiknya manusia kembali kepada agama. Karena tidak ada agama
yang setuju dengan LGBT. mengapa menjadi berkesan tidak sehumanis
yang kita bayangkan? karena kesalahan pemahaman tentang nilai
humanism yang sesungguhnya. kembali kepada agama sangat tepat
bahkan jelas ajaran agama banyak mengajarkan nilai humanis yang
sesungguhnya mereka juga percaya bahwa ajaran agama sesuai dengan
nilai kemanusiaan, contohnya seperti sikap toleransi, tidak memaksakan
kehendak, saling tolong-menolong, manusia sebagai khalifah, manusia
tidak dapat merubah nasibnya kecuali manusia itu sendiri yang
merubahnya, tidak boleh mangambil hak orang lain, tidak boleh merampas
nyawa orang lain, tidak boleh menghina. Dan sebagainya. hal tersebut
sejalan dengan nilai Pancasila yaitu sila ke 1 "Ketuhanan yang maha Esa"
kesalahan dalam menafsirkan sikap humanism yang tercantum dalam sila
ke-2 adalah Mereka berpendapat tuhan itu tergantung manusia, artinya
disembah atau tidak tergantung pada manusia itu sendiri, sebab
manusialah yang memposisikan ada atau tidaknya tuhan sebagai yang
Esa. Maksudnya manusia yang memposisikan tuhan menjadi tuhan
mereka, itulah ajaran humanisme yang bercorak sekuler. Termasuk
Adanya agama juga menurut Humanism tergantung pada manusia. baik-
buruknya ajaran suatu agama juga tergantung dari prilaku baik-buruknya
manusia itu sendiri.

Filsafat Pancasila memusatkan nilai Ketuhanan sebagai causa


prima (tertinggi) artinya nilai kemanusiaan tidak boleh bertentangan
dengan ajaran-ajaran agama. Aliran inipun menuai kritik karena akhirnya
pemikiran ini tidak sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu melindungi
manusia sebagai manusia , menjaga hak-hak dasar manusia. Seiring
perkembangannya humanisme ini dijadikan sebagai alat untuk membuat
struktur besar di dunia. atas nama HAM kaum LGBT berusaha melegalkan
perbuatan yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai Agama. Sebenarnya
Humanisme yang bercorak religius memilki pemikiran bahwa ketika tuhan
menciptakan manusia itu sudah lengkap/sempurna. Kemudian wahyu
diturunkan sebagai petunjuk agar manusia tidak bergeser pada
fitrah/esensi sebagai manusia. Misalnya aturan agama mengenai
pernikahan membedakan manusia dengan hewan. Misi diturunkannya
dalil-dalil agama agar manusia menjadi manusia yang benar, bukan
menjadi manusia yang berkedudukan sebagai tuhan /penguasa atas
manusia lainnya, yang akhirnya memiliki kekuatan besar untuk melakukan
perbudakan yang jauh dari nilai humanis. Sikap Humanism dalam
Pancasila yaitu sikap yang menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabat
manusia sesuai dengan konsep ajaran agama. artinya jika ada pandangan
bahwa prilaku LGBT adalah sesuatu yang harus kita terima itu penafsifaran
Humanisme versi barat yang memandang baik-buruk suatu perbuatan
tergantung pilihan dari manusia itu sendiri. dan itu sangat bertentangan

Pendidikan Pancasila 111


Universitas Pamulang Program Studi S1 PPKn
dengan ideologi Pancasila yang seharusnya menciptakan
manusia yang beradab.

C. Soal Latihan

Coba Anda perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 10.1. Sumber Gambar: Straitstimes.com

Bagaimana pandangan humanisme dengan perkembangan LGBT,


dimana kebebasan manusia sangat dijunjung tinggi karena manusia
sebagai subjek atau antroposentrime (manusia sebagai pusat dari
segalanya)? apakah ajaran agama (sila ke- 1) dianggap merampas
kebebasan manusia itu sendiri?
(berikan kesimpulan 1 paragraf “humanisme dari sudut pandang Pancasila”).

D. Daftar Pustaka

Asmoro, Ahmadi, (2005) Filsafat Umum, PT RajaGrafindo Persada.


Jakarta. Darmodihardjo, (1978) Orientasi Singkat Pancasila, PT Gita
Karya, PT INTISA,
Jakarta.
Kaelan. MS, (2004) Pendidikan Pancasila, Paradigma ,
Yogyakarta. Lasiyo dan Yuwono, (1985) Pengantar ilmu
filsafat . Yogyakarta; Liberty.
Mustaqiem, (2013) Pendidikan Pancasila, Ideologi Negara Indonesia
Dalam Bermasyarakat, Berbangsa, Dan Bernegara, Buku
Litera, Yokyakarta.
Natonagoro. (1975) Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pantjuran
Tudjuh, Jakarta Ronto, (2012) Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar
Negara, Jakarta: PT Balai
Universitas Pamulang
Pustaka. Program Studi S1 PPKn
Surajiyo, (2008) Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta : Bumi Aksara.
The Liang Gie, (1977) Teori-Teori Keadilan, Yogyakarta, Super

112

Anda mungkin juga menyukai