Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRODUKSI DALAM ISLAM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Alan Su’ud Ma’adi, S.Pd.I., M. Sh., Ec

Disusun Oleh :

1. Naylul Farohah (210721100028)


2. Jihan Risky Amalia (210721100047)
3. Moch. Ghozali Affandy (210721100075)
4. Frisca Wulandary (210721100203)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada
umat manusia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
proses kegiatan belajar mengajar.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam tentang
Produksi Dalam Islam dan juga untuk teman-teman guna sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan serta informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini. Kami mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Etika Bisnis Islam yang kami harapkan sebagai
bahan koreksi untuk kami.

Bangkalan, 24 Oktober 2022

PENULIS

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produksi dalam Islam ..................................................................... 3

2.2 Konsep Produksi dalam Al-Qur’an dan Hadist ................................................ 5

2.3 Motif-motif Produksi Islam .............................................................................. 8

2.4 Etika Produksi Islam......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.


Kegiatan produksilah yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi
oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti,
demikian pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi
melibatkan banyak faktor produksi. pada umumnya faktor produksi ini terdiri atas
alam, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Keempat faktor produksi ini bekerja
sama satu sama lainnya untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam produksi
permasalahan yang muncul tidak hanya berkenaan dengan apa tujuan dan prinsip
dasar dalam produksi, tetapi juga bagaimana pegorganisasian faktor produksi serta
penentuan harga input maupun output yang sesuai dengan tujuan dari produksi.

Dalam sistem ekonomi islam, definisi produksi adalah dimana barang yamg
ingin diproduksi dan proses produksi serta proses distribusi harus sesuai dengan
nilai-nilai syariah dalam artian harus dalam kerangka halal. Akhlak utama dalam
produksi yang wajin diperhatikan kaum muslimin, baik secara bersama ialah bekerja
pada bidang produksi yang dihalalkan oleh Allah. Meskupun ruang lingkup yang
halal itu luas, tetapi sebagian besar manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan
kerusakan.

Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir dimuka bumi semenjak
manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan
juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari
menyatunya manusia dengan alam. Maka untuk menyatakan antara manusia dan
alam Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah. Bumi
adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang
terhampar dimuka bumi untuk dimaksimalkan fungsi dan kegunaannya. Produksi
merupakan urat nadi dalam kegiatan ekonomi. Dalam kehidupan ekonomi, tidak
akan pernah ada kegiatan konsumsi, distribusi, ataupun perdagangan barang dan jasa
tanpa di awali oleh proses produksi. secara umum produksi merupakan proses untuk

1
menghasilkan suatu barang dan jasa, atau proses peningkatan utility (nilai) suatu
benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses (siklus) kegiatan-
kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu
tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan produksi?

2. Apa saja konsep produksi dalam al-qur’an dan hadist?

3. Apa saja motif-motif produksi dalam Islam?

4. Bagaimana etika produksi dalam Islam?

1.3 Tujuan Masalah

1. Agar dapat mengetahui apa itu produksi.

2. Agar dapat mengetahui konsep produksi dalam al-qur’an dan hadist.

3. Agar dapat mengetahui apa saja motif-motif produksi dalam Islam.

4. Agar dapat mengetahui tentang apa itu etika bisnis dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produksi dalam Islam

Prinsip dasar ekonomi islam yaitu keyakinan kepada Allah SWT sebagai
Rabb dalam alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat
islam, firman Allah dalam QS. Al- Jaatsiyah ayat 13 yang artinya: “Dan dia
menundukan untuk mu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuannya,
(sebagai rahmat dan pada-Nya sesugguhnnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir’’.

Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi


merupakan lapangan dan medan, sedangkan manusia sebagai pengelola segala apa
yang terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya.
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah yaitu sebagai pengelola (resources) yang
telah diberikan oleh Maha Pencipta secara efisien dan juga optimal agar
kesejahteraan dan keadilan ditegakkan.

Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang


banyak manfaatnya untuk orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti
luas ini tidak mungkin dilakukan jika seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan
demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat
penting dalam Islam.

Dalam Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk mengkonsumsi


sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu tidak cukup, sebab masih terbatas pada
fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi
harus pula mewujudkan fungsi sosial. Hal ini tercermin dalam QS. Al-hadiid (57): 7
yang artinya: “Percayalah kamu sekalian kepada Allah beserta para rasul-Nya dan
juga nafkahkanlah sebagian dari kekayaanmu yang Allah Telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari kekayaannya memperoleh pahala yang besar.” QS: Al-hadiid (57):
7.

3
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta
isinya bagi manusia, agar diolah untuk kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22: “Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menjatuhkan air (hujan) dari
langit, kemudian dia memperoleh dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
sedangkan kamu Mengetahuinya”. (QS: Al-Baqarah: 22). Aturan-aturan produksi
dalam islam diantaranya sebagai berikut ini:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk mengatasi polusi,
memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan
masyarakat serta mencapai kesejahteraan. Kebutuhan yang wajib dipenuhi
dalam prioritas yang ditetapkan agama, adalah terkait dengan kebutuhan
untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan
keturunan/kehormatan, dan untuk kemakmuran material.
4. Produksi menurut Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian
umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan
dan fasilitas yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan sprituak dan
material.
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual
maupun mental dan fisik.

Pengertian Produksi

Produksi merupakan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.


Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih
dari bentuk semula. Dalam pengertian lain, produksi merupakan sebuah proses yang
terlahir di muka buni ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi adalah
prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia di muka bumi. Ada
juga yang berpendapat bahwa produksi yaitu kegiatan manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.

4
Menurut Siddiqi Produksi yang Islami (1992) yaitu penyediaan barang dan
jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan serta manfaat
(mashlahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah
bertindak adil serta membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak
Islami. Produksi juga mata rantai konsumsi, dengan cara menyediakan barang dan
jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Produsen, sebagai mana konsumen,
bertujuan untuk memperoleh maslahah maksimum melalui aktifitasnya. Oleh karena
itu, produsen dalam persepektif islam bukanlah seorang pemburu laba maksimal
melainkan pemburu maslahah. Ekpresi maslahah dalam kegiatan produksi yaitu
keuntungan dan berkah sehingga produsen akan menenukan kombinasi antara bekah
dan keuntungn yang memberikan maslahah.

Oleh karena itu, tujuan produsen tidak hanya laba, tetapi pertimbangan
produsen juga bukan semata pada hal yang bersifat sumber daya yang memiliki
hubungan teknis denga output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (nin
teknis) yang ada pada sumber daya maupun output. Misalnya untuk menghasilkan
baju diperlukan kain, benang, tenaga kerja, dan mesin jahit, produsen tidak hanya
memikirkan beberapa meter kain dan benang yang diperlukan agar labanya
maksimal, namun juga memprtimbangkan jenis kain dan benang apa dan dibeli
dengan harga berapa, berapa tenaga kerja yang diperlukan, berapa baju yang akan
dibuat agar maslahah mencapai maksimal.

2.2 Konsep Produksi dalam Al-Qur’an dan Hadist

1. Konsep Produksi dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas.


Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi
suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia.
Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia,
bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak

5
sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan
untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.1

Produksi yang selama ini terjadi tidak lagi dipandang sebagai


pemenuhan kebutuhan manusia melainkan lebih pada keinginannya.
Sehingga dalam prosesnya meninggalkan dampak yang buruk bagi
kehidupan manusia. Kegiatan produksi bahkan mengabaikan usaha manusia
dan memilih kecanggihan alat dalam menyelasaikan target yang dituju.
Kerusakan alam yang timbul akibat kegitan produksi seakan hanya sesuatu
yang lumrah. Ini menunjukkan bahwa konsep produksi hanya berorientasi
pada keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat proses dan factor yang
mendukung di belakangnya, bahkan halal dan haram pun ditinggalkan demi
hasrat kegiatan supaya terlaksana.Produksi merupakan aktivitas yang
dilaksakan untuk memanfaatkan sumber-sumber yang telah disediakan
Allah SWT agar menjadi maslahat demi memenuhi kebutuhan umat
manusia, karenanya produksi harus menjadi aktivitas yang berorentasi pada
masyarakat luas. Sistem produksi tidak pernah terlepas dari faktor produksi
dan dan prinsip produksi.

Dalam Islam prinsip produksi merupakan proses dari sumber bahan


baku sampai menjadi produk baik barang maupun jasa yang dihasilakan
dengan cara yang hal. Adapun faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal,
dan faktor manajemen merupakan faktor produksi yang menunjang hasil
produksi. Produksi selalu dikaitkan dengan semua kebutuhan dan keinginan
manusia dalam memenuhi kebutuhan melalui kegiatan bisnis untuk
mempertahankan kehidupannya, memnuhi kebutuhan sandang, papan, dan
pangan. Produksi dalam arti yang sederhana bukanlah sesuatu yang
dicetuskan oleh kapitaslis. Produksi telah terjadi semenjak manusia bergelut
dengan bumi, karena produksi merupakan suatu hal yang primer dalam
kehidupan. Nabi Adam, bapak manusia adalah orang pertama dalam
berproduksi.

1
Misbah Ali. “Prinsip Dasar dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Lisan Al- Hal. 2013. Vol.7.1:19 34. Hal 19.

6
Keluarnya Nabi Adam dari surga dan selanjutnya turun ke bumi
adalah skenario yang telah direncanakan oleh Allah SWT. agar Nabi Adam
dapat memakmurkan bumi dan melangsungkan kehidupan di atasnya. Dan
pada dasarnya Allah SWT. Menciptakan manusia dengan tabiat yang terikat
dengan kebutuhan akan makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan
keturunan (Qardawi 1997). Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup
tersebut manusia berusaha untuk memenuhinya dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya alam yang telah diciptakan dan disediakan oleh Allah
SWT.Berdasarkan penjelasan ini, peneliti ingin menawarkan konsep
produksi Islam yang ditulis oleh tokoh muslim yaitu Muhammad Hasan As
Syaibani. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
konsep produksi yang selama ini dilaksanakan dengan pendekatan As
Syaibani.

Konsep produksi yang diajukan dalam prosesnya dilandasi Al Quran


dan Hadits, dibangun dengan usaha manusia dalam bekerja untuk memenuhi
kebutuhan manusia, dan modal yang digunakan memiliki unsur halal yang
jelas. Sehingga produksi yang dihasilkan bukan sekedar sebagai faktor
pemenuhan kebutuhan duniawi manusia melainkan mempunyai ibadah yang
mendekatkan diri kepada Allah sebagai bekal di akhirat.2

2. Konsep Produksi dalam Hadist

Rosululloh sangat menghargai umatnya yang selalu bekerja dan


berproduksi dalam rangka memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.
beliau mendorong umat islam agar rajin bekerja, berangkat pagi-pagi sekali
untuk mencari karunia Allah agar dapat memberi dan dan berbagi nikmat
kepada orang lain, tidak meminta-minta, dan agar dapat memenuhi
kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung jawab mereka. Dalam hadist
riwayat abu hurayrah, nabi bersabda yang

2
Syamsuri, Setiawan bin Lahuri, Yusuf Al Manaanu., “Analisis Konsep Produksi” Menurut Muhammad
Hasan As Syaibani Dalam Kitab Al Kasb. 2020. Vol. 6.3: 2-12. Hal 169.

7
Artinya: “hendaklah seseorang diantara kalian berangkat pagi-pagi
sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri
(tidak meminta-minta) dari manusia lebih baik dari pada meminta kepada
seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan diatas lebih baik dari pada
tangan dibawah . mulailah (memberi kepada orang yang menjadi tanggung
jawabmu” (H.R.Muslim).
Dalam hadits di atas menjelaskan tentang beberapa hal terkait
dengan aktivitas ekonomi yaitu: (1) dorongan untuk rajin bekerja dengan
berangkat pagi-pagi sekali, (2) dorongan untuk bekerja dan berproduksi, (3)
dorongan untuk melakukan distribusi, (4) dorongan untuk hidup kesatria
dengan tidak meminta-minta, dan (5) dorongan untuk tanggung jawab dalam
ekonomi keluraga.
Aktivitas produksi mencangkup semua pekerjaan yang dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari bertani,
berindustri, usaha jasa, dan lain sebagainya. Dalam persepktif islam semua
usaha itu masuk dala katrgori ibadah. Bahkan hal itu menempati porsi
sembilan puluh persen dari ibadah. Sebab bekerja yang produktif akan
membantu manusia dalam menunaikan ibadah-ibadah wajib seperti : shalat,
zakat, puasa, haji, dan lainnya. Bahkan Rosullulah SAW mendorong untuk
bekerja dan berproduksi serta melarang pengangguran walaupun manusia
memiliki modal finacial yang mencukupi.3

2.3 Motif-motif Produksi Islam

Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang


menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini maupun di masa
mendatang(M.Frank, 2003). Dengan pengertian yang lusa tersebut kita memahami
kegiatan produksi tidak terlepas dari keseharian manusia. Motif maksimalisasi
keputusan dan maksimalisasi keuntungan yang menjadi pendorong utama sekaligus
tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi konvensional Bukannya
salah ataupun dilarang dalam Islam. Islam ingin mendudukannya pada posisi yang
benar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi kepuasan dan keuntungan di

3
Idri.“Ekonimi dalam Perspektif Hadis Nabi”., jakarta. Hal 64.

8
akhirat. Perlu diingat sejarah pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada
umumnya yang bangkit sejak zaman Renaisans, suatu zaman di mana terjadi
perubahan ukuran kebenaran dari yang semula Bersandar kepada Wahyu dan dogma
gereja menjadi Bersandar kepada logika,bukti empiris,positivisme. Perubahan
ukuran kebenaran tersebut membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia
menjadi sangat sekuler. Isu penting yang kemudian berkembang menyertai motivasi
produksi ini adalah masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan
maksimal telah menjadi sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk
melaksanakan produksi. Akibatnya motivasi untuk mencari keuntungan maksimal
seringkali menyebabkan produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya.
Segala hal perlu dilakukan untuk mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya.

Dalam pandangan ekonomi Islam motivasi produsen semestinya sejalan


dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan
produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan
Mashlahah, maka motivasi produsen Tentu juga menjadi Mashlahah, di mana Ini
juga sejalan dengan tujuan kehidupan muslim. Menjadi keuntungan dalam produksi
dan kegiatan bisnis memang tidak dilarang, sepanjang dalam bingkai tujuan dan
hukum Islam.4

2.4 Etika Produksi Islam

Dalam Islam, perilaku produksi adalah manifestasi ibadah, moralitas, dan


kedudukan manusia pada Tuhannya. Produsen dalam Islam mengimplementasikan
nilai moral dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dalam hal memenuhi permintaan
konsumen, proses produksi, memperoleh modal, pertumbuhan usaha, serta
diversifikasi produk untuk kelangsungan usaha. Karena tidak lepas dari nilai moral,
produksi berpengaruh langsung pada kehidupan sosial. Celaan al-Qur’an terhadap
dis-ekuilibrium ekonomi dan ketimpangan sosial masyarakat Mekkah menjadi bukti
keinginan moral untuk merekayasa masyarakat yang adil (QS at-Takatsur: 1-4; al-
Humazah: 1-7). Realitas ekonomi masyarakat Mekkah Jahiliyah yang penuh dengan
eksploitasi ekonomi, kecurangan dalam perdagangan, monopoli, mementingkan diri

4
Akramunnas, “Ekonomi Islam suatu pengantar”, Tasikmalaya: EDU PUBLISHER, 2021,. Hal 32.

9
sendiri, dan hidup bermewah-mewahan hanya melahirkan penindasan manusia,
menimbulkan bibit permusuhan, dan ketimpangan sosial ekonomi. Atas dasar itu,
spirit ekonomi yang berlandaskan etika mampu menghilangkan ketimpangan itu.

1. Tujuan penting untuk merumuskan etika produksi dalam Islam adalah:


a. Sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah mengandung dimensi
moral yang dominan melalui petunjuk pada manusia untuk bertindak dan
berakhlak mulia. Hal ini bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat
manusia itu sendiri
b. Dalam kegiatan produksi, peran moral bertujuan memberi arah yang jelas
tentang manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mengelolasumber
daya ekonomi, meningkatkan taraf kesejahteraan hidup, serta menggagas
kesejahteraan bagi masyarakat luas
c. Peran moral dalam kegiatan produksi adalah keberpihakan pada
kehidupan manusia, alam, dan Tuhan serta mendorongnya untuk
memanfaatkan sumber daya ekonomi sesuai dengan tuntunan Allah SWT
d. Dalam kegiatan produksi, aksioma etika menjadi dasar dalam memberi
arah dengan mempertimbangkan tatanan nilai dan norma Islam seperti hak
dan kewajiban manusia dalam hidup, kewajiban produsen/pemilik modal,
hak dan kewajiban karyawan, kewajiban menjaga kelestarian sumber
alam, produksi barang yang mempromosi keluhuran martabat manusia,
serta mengembangkan mekanisme produksi yang efektif dan efisien.
2. Etika Produsen Muslim:
a. Memperhatikan halal dan haram
b. Tidak mementingkan keuntungan semata
c. Diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan
akhlak serta segala sesuatu yang menghilangkan identitas umat, merusak
nilai-nilai agama, menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan menjauhkan
kebenaran, mendekatkan kepada kebatilan, mendekatkan dunia dan

10
menjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan individu dan kesejahteraan
umum.5

5
Purnama W, dkk. “Etika Produksi dan Konsumsi dalam Islam”, Jurnal Academia. UIN Antarsari
Banjarmasin. 2018. 2-12. Hal 4-5.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Produksi merupakan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.
Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih
dari bentuk semula. Dalam pengertian lain, produksi merupakan sebuah proses
yang terlahir di muka buni ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi
adalah prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia di muka
bumi. Ada juga yang berpendapat bahwa produksi yaitu kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al-
Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu
barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang
itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk
memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang tersebut dianggap tidak produktif.

3.2 Saran

Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal mengenai tentang


Produksi dalam Islam, penulis berharap semoga dapat diterima dan dipahami oleh
para pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pemahaman tentang apa saja yang terdapat di dalam makalah tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akramunnas, “Ekonomi Islam suatu pengantar”, Tasikmalaya: EDU PUBLISHER,


2021.

Idri,. “Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi”. Jakarta.

Misbah Ali. “Prinsip Dasar dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Lisan Al- Hal. 2013.
Vol.7.1:19 34.

Purnama W,dkk. “Etika Produksi dan Konsumsi dalam Islam”, Jurnal Academia. UIN
Antarsari Banjarmasin. Vol 2. 2018.

Syamsuri, Setiawan bin Lahuri, Yusuf Al Manaanu., “Analisis Konsep Produksi”


Menurut Muhammad Hasan As Syaibani Dalam Kitab Al Kasb. 2020. Vol. 6.3:
2-12.

13

Anda mungkin juga menyukai