INPUT - OUTPUT
5.1 Pengantar
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis input-output (I-O), yaitu
suatu model matematis untuk menelaah keterkaitan antar sektor dalam suatu
perekonomian. Output (keluaran) dari sektor yang satu, di samping dipakai
sebagai input untuk dirinya sendiri, juga dipakai input oleh sektor lainnya,
dan sebagai barang konsumsi bagi pemakai akhir. Alat analisis ini, pertama
kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an.Tujuan utama
dari analisis input-output ini adalah untuk meramalkan (memprediksi) tingkat
output yang harus disediakan (diproduksi) oleh masing-masing sektor untuk
memenuhi tingkat permintaan akhir.
Untuk dapat memahami dengan baik analisis input-output ini, diperlukan
pengetahuan yang memadai tentang operasi matriks, determinan, invers
suatu matriks, dan persamaan linear simultan.
Tujuan bab ini. Setelah mempelajari bab ini peserta didik (mahasiswa)
diharapkan mengenal dan dapat memahami mengenai dasar-dasar analisis
input-output.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini diberikan contoh tabel input - output
untuk suatu perekonomian tiga sektor.
Industri 6 10 4 20 40
Jasa 1 7 5 7 20
Nilai Tambah 4 18 10 32
(Input Primer)
Total Input 15 40 20 75
Sumber : Data Hipotetis
&DUDPHPEDFD7DEHOVHEDJDLEHULNXW
Baris pertama: menunjukkan bahwa, dari seluruh output (keluaran)
sektor pertanian senilai 15 triliun rupaih, 4 triliun rupiah digunakan oleh
sektor pertanian sendiri sebagai input, 5 triliun rupiah digunakan oleh
sektor Industri sebagai input, 1 triliun rupiah digunakan oleh sektor jasa,
juga sebagai input. Sisanya sebesar 5 triliun dibeli oleh konsumen akhir
sebagai barang konsumsi.
Baris kedua: menunjukkan bahwa, dari seluruh output (keluaran) sektor
industri sebesar 40 triliun rupiah, 6 triliun rupiah digunakan oleh sektor
pertanian sebagai input, 10 triliun rupiah digunakan sendiri oleh sektor
industri sebagai input, 4 triliun rupiah digunakan oleh sektor jasa,juga sebagai
input. Sisanya sebesar 20 triliun rupiah dibeli oleh konsumen akhir sebagai
barang konsumsi. Baris ketiga dapat dibaca dengan cara yang sama, seperti
membaca baris pertama dan kedua.
Baris keempat: menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-
masing sektor. Sektor pertanian menghasilkan nilai tambah 4 triliun rupiah,
sektor Industri menghasilkan 18 triliun rupiah dan sektor jasa menghasilkan
10 triliun rupiah.
Kolom pertama: menunjukkan bahwa, dari 15 triliun rupiah seluruh input
(total input) sektor pertanian, 4 triliun rupiah input dari sektor pertanian sendiri,
6 triliun rupiah berupa input dari sektor industri, 1 triliun rupiah merupakan
input dari sektor jasa, dan sisanya sebesar 4 triliun rupiah merupakan nilai
tambah bagi sektor pertanian. Nilai tambah ini sering juga disebut input
primer. Nilai tambah merupakan selisih dari nilai total output suatu sektor
dengan nilai inputnya. Kolom lainnya dapat dibaca dengan cara yang sama
seperti membaca kolom pertama.
Kolom yang terakhir: menunjukkan nilai total output masing-masing
sektor, dan baris yang terakhir: menunjukkan nilai total input masing- masing
sektor. Nilai total input masing-masing sektor harus sama dengan nilai total
outputnya masing–masing.
X 11 + X 12 + X 13 + K + X 1n + F1 = X 1
X 21 + X 22 + X 23 + K + X 2 n + F2 = X 2
X 31 + X 32 + X 33 + K + X 3n + F3 = X 3 (5.1)
M M M M M M
X n1 + X n 2 + X n 3 + L + X nn + Fn = X n
X ij
aij = (5.2)
Xj
j = 1, 2, 3, . . . n
i = 1, 2, 3,… n
Xij = output sektor i yang diperlukan sebagai input (bahan mentah) sektor
J untuk menghasilkan Xj satuan sektor j.
aij = input sektor i yang diperlukan sebagai input untuk menghasilkan satu
unit output disektor j.
Bila (5.2) dimasukkan ke dalam (5.1) diperoleh sistem persamaan berikut :
X = AX + F
X - AX = F
(I - A) X = F
X = (I - A)-1 F (5.4)
(I - A)-1= matriks invers Leontief yaitu invers dari selisih matrik indentitas
dan matriks input. I = matriks satuan atau matriks indentitas. A = matriks
NRH¿VLHQLQSXWDWDXPDWULNVNRH¿VLHQWHNQRORJLQLODLLQLEHVDUQ\DWHUJDQWXQJ
dari kemajuan teknologi. F = permintaan akhir, dan (I - A) = matriks teknologi
(matriks Leontief) dan harus tan-singular. Ketiga matriks I, A dan (I - A)
merupakan matriks bujur sangkar berorde n.
Agar lebih jelas mengenai analisis input–output, di bawah ini diberikan
beberapa contoh.
Contoh 5- 1
Hubungan input-output antar sektor dalam perekonomian sebuah negara,
ditunjukkan oleh tabel transaksi berikut (triliun rupiah):
Penyelesaian
(a) Untuk menghitung nilai tambah masing-masing sektor, tabel tersebut
dilengkapi terlebih dahulu, sebagai berikut:
E'LKLWXQJWHUOHELKGDKXOXNRH¿VLHQLQSXWPDVLQJPDVLQJHOHPHQSHUUXPXV
(5.2) sebagai berikut:
X 21 60 X 22 20 X 23 30
a21 = = a22 = = a23 = =
X1 150 X2 200 X3 180
= 0,40 = 0,10 = 0,17
X 31 40 X 32 10 X 33 50
a31 = = a32 = = a33 = =
X1 150 X2 200 X3 180
= 0,27 = 0,05 = 0,28
-DGLPDWULNVNRH¿VLHQLQSXWQ\D
ƔMatriks (I - A)
0,15 0,06
C 31 = + = 0,08
0,90 0,17
0,67 0,06
C 32 = = 0,13
0,40 0,17
0,67 0,15
C 33 = + = 0,54
0,40 0,90
0,15 0,06
C 31 0,08
0,90 0,17
0,67 0,06
C 32 0,13
0,40 0,17
0,67 0,15
C 33 0,54
0,40 0,90
§ C 11 C 12 C 13 ·
¨ ¸
Cij (I - A) = ¨ C 21 C 22 C 23 ¸
¨ C C 33 ¸¹
© 31 C 32
Matriks Ajoinnya
Ɣ0DWULNV,QYHUVQ\D
Ŷ2XWSXWWRWDOPDVLQJPDVLQJVHNWRU
Diketahui
§ F1 · §¨ 100 ·¸
¨ ¸
F = ¨ F2 ¸ = ¨ 120 ¸
¨ F ¸ ¨© 130 ¸¹
© 3¹
X = (I - A)-1 F
244,60
= 293,80
289,80
G.RH¿VLHQQLODLWDPEDKXQWXNPDVLQJPDVLQJVHNWRU
SHMDODQGHQJDQUXPXVNRH¿VLHQLQSXWPDNDNRH¿VLHQQLODLWDPEDK
GDSDWGLGH¿QLVLNDQVHEDJDLEHULNXW
Vi
vi = , i = 1, 2, 3 … n (5.5)
Xi
V1 0
.RH¿VLHQQLODLWDPEDKGLVHNWRUSHUWDQLDQY1 = = =0
X1 150
V2 140
.RH¿VLHQQLODLWDPEDKGLVHNWRULQGXVWULY2 = = = 0,70
X2 200
V3 90
.RH¿VLHQQLODLWDPEDKGLVHNWRUMDVDY3 = = = 0,50
X3 180
.HPXGLDQVHWLDSQLODL;LMGLPDVXNNDQNHGDODPVHOQ\DPDVLQJPDVLQJ
Terakhir, masukkan nilai tambah masing-masing sektor, maka diperoleh tabel
input-output yang baru, seperti tabel berikut:
Contoh 5- 2
Hubungan input-output di antara sektor perekonomian suatu negara pada
tahun t ditunjukkan oleh tabel transaksi berikut (satuan data dalam triliun
rupiah)
Sektor B 80 200 60 60
Penyelesaian
(a) Menghitung nilai tambah di masing - masing sektor
Tabel tersebut dilengkapi terlebih dahulu sebagai berikut:
E0DWULNVNRH¿VLHQWHNQLV PDWULNVNRH¿VLHQLQSXWQ\D
§ 80 100 100 ·
¨ 320 400 300 ¸ § 0,25 0,25 0,33 ·
¨ 80 200 60 ¸ ¨ ¸
0,25 0,50 0,20 ¸
A = 320 400 300
¨ ¸ = ¨¨ ¸
¨ 80 100 100 ¸ © 0,25 0,25 0,33 ¹
© 320 400 300 ¹
Nata WIrawan 119
Ų5. ANALISIS INPUT - OUTPUT
Ɣ0DWULNVLQYHUV\DLWX,$-1
Ɣ0DWULNVNRIDNWRU,$
§ C 11 C 12 C 13 ·
¨ ¸
Cij (I - A) = ¨ C 21 C 22 C 23 ¸
¨ ¸
¨ C C 32 C 33 ¸¹
© 31
0,25 0,50
C 13 0,19
0,25 0,25
0,75 0,250
C 23 0,25
0,25 0,25
0,75 0,25
C 33 0,31
0,25 0,50
Matriks kofaktornya,
ƔMatriks Ajoinnya
§ 0,29 0,25 0,22 ·
¨ ¸
Ajoint (I - A) = Cij (I - A)’ = ¨ 0,22 0,42 0,23 ¸
¨ 0,19 0,25 0,31 ¸
© ¹
ƔMatriks Inversnya
1
(I - A) -1 = . Aj. (I - A)
IA
§ 0,29 0,25 0,22 ·
1 ¨ ¸
= ¨ 0,22 0,42 0,23 ¸
0,10 ¨ ¸
© 0,19 0,25 0,31 ¹
X = (I - A)-1 F
Xij = aij.Xj
Ŷ.DLWDQ3HUXEDKDQ3HUPLQWDDQGHQJDQ3HUXEDKDQ2XWSXW
Ŷ.DLWDQ3HUXEDKDQ2XWSXWGHQJDQ3HUXEDKDQ1LODL7DPEDK
n n
'PDB = ¦ 'Vi = ¦ v i 'X i (5.8)
i 1 i 1
Vi
vi = , i = 1, 2, 3, ... n
Xi
Ŷ.DLWDQ3HUXEDKDQ2XWSXWGHQJDQ.HVHPSDWDQ.HUMD
n n
'L = ¦ 'L i =
i 1
¦ l 'X
i 1
i i (5.10)
l i DGDODK NRH¿VLHQ NHVHPSDWDQ NHUMD VHNWRU \DQJ NHL GDQ ' L i adalah
SHUXEDKDQ NHVHPSDWDQ NHUMD VHNWRU \DQJ NHL 6HPHQWDUD NRH¿VLHQ
NHVHPSDWDQNHUMDGLGH¿QLVLNDQVHEDJDLEHULNXW
Li
li , i = 1, 2, 3,…n (5.11)
Xi
Contoh 5– 3
Hubungan antar sektor perekonomian suatu negara yang terdiri atas sektor
A dan B (perekonomian sederhana) pada tahun t dinyatakan dalam tabel
transaksi berikut (satuan data dalam triliun rupiah),
Penyelesaian
'V 'GDP …?
Ɣ0DWULNVNRH¿VLHQLQSXWQ\D
§ 150 250 ·
¨ 600 500 ¸ 0,25 0,50
A= ¨ 300 125 ¸ =
© 600 500 ¹ 0,50 0,25
ƔMatriks (I-A)
0,75 050
I A = = 0,31 z 0
0,50 0,75
0,75 0,50
Aj.(I-A) = C ij (I A ) =
0,50 0,75
1 AJ. I A
(I – A) =
I A
Ɣ.HQDLNNDQSHUPLQWDDQPDVLQJPDVLQJVHNWRU
Per rumus (5.6) kenaikkan permintaan di masing-masing sektor dapat
dihitung sebagai berikut:
Ŷ.HQDLNDQQLODLWDPEDKGLPDVLQJPDVLQJVHNWRU
Sebelum menghitung perubahan (kenaikkan) nilai tambah di masing-masing
sektor, dihitung dulu nilai tambah masing-masing sektor (dengan melengkapi
WDEHOVHPXODVHWHODKLWXNRH¿VLHQQLODLWDPEDKQ\DGLKLWXQJSHUUXPXV
sebagai berikut:
Vi
vi
Xi
V1 150
.RH¿VLHQQLODLWDPEDKGLVHNWRU$ v 1 = = 0,25
X1 600
V2 125
.RH¿VLHQQLODLWDPEDKGLVHNWRU% v 2 = = 0,25
X2 500
Selanjutnya kenaikan nilai tambah di masing-masing sektor dapat dihitung
per rumus 5.7 sebagai berikut:
L1
.RH¿VLHQNHVHPSDWDQNHUMDGLVHNWRUVHNWRU$ l1
X1
= 100 = 0,17
600
L2
.RH¿VLHQNHVHPSDWDQNHUMDGLVHNWRUVHNWRU% l 2
X2
= 60 = 0,12
500
Selanjutnya, per rumus (5.10) kenaikkan tenaga kerja yang dapat diserap
di masing-masing sektor, dapat dihitung sebagai berikut:
Soal-soal Latihan
D%XDWODKPDWULNVNRH¿VLHQLQSXWQ\D
(b) Bila diprediksi pada (t + 3) permintaan akhir di sektor pertanian
meningkat sebesar 500 triliun rupiah, di sektor Industri miningkat
sebesar 300 triliun rupiah, sedangkan di sektor sebesar 200 triliun
rupiah. Prediksilah output total yang harus disediakan oleh masing-
masing sektor, untuk memenuhi permintaan akhir tersebut.
(c) Bila pada saat ini (tahun t) jumlah tenaga kerja disektor pertanian
30 juta orang, di sektor industri 50 juta orang dan di sektor jasa 20
juta orang, perkirakanlah lapangan kerja yang tercipta pada tahun
t + 3.
§ 0,2 0,3 · § 10 ·
(b) A = ¨¨ ¸¸ dan F = ¨ ¸
© 0,5 0,4 ¹ © 8 ¹
Pemakai Permintaan
Produsen
A B Akhir
A 150 250 100
B 300 200 500
D%XDWODKPDWULNVNRH¿VLHQLQSXWQ\D
(b) Bila diprediksi pada (t + 2) permintaan akhir di sektor pertanian
meningkat sebesar 300 triliun rupiah, di sektor Industri miningkat
sebesar 500 triliun rupiah, sedangkan di sektor jasa tetap. Predik-
silah output total yang harus disediakan oleh masing-masing sek-
tor, untuk memenuhi permintaan akhir tersebut.
(c) Bila pada saat ini (tahun t) jumlah tenaga kerja disektor pertanian
60 juta orang, di sektor industri 40 juta orang dan di sektor jasa 25
juta orang, perkirakanlah lapangan kerja yang tercipta pada tahun
t + 2.