Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Dasar Ekonomi Islam
Disusun Oleh :
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Ekonomi
Islam tentang Perilaku Konsumsi Dalam Islam dan juga untuk teman-teman guna
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat bagi kita
semua.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun makalah ini. Kami mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca
makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Dasar Dasar Ekonomi Islam yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
C. Prinsip-Prinsip Konsumsi 7
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apalagi dikalangan muda eksistensi diri masih menjadi hal yang penting.
Kebutuhan untuk menjadi menonjol di antara yang lain atau paling tidak
menjadi setara dengan yang lain mendorong mereka untuk melakukan konsumsi
terhadap barang-barang yang sedang in atau sedang menjadi trend.
1
Hal tersebut mereka lakukan untuk mendapatkan rasa percaya diri
untuk tampil di lingkungan pergaulan mereka. Dan hal ini sangat diketahui
oleh para produsen di bidang fashion.
Islam melihat pada dasarnya perilaku konsumsi dibangun atas dua hal,
yaitu kebutuhan (hajat) dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Dalam
perspektif ekonomi Islam, dua unsur ini mempunyai kaitan yang sangat erat
(interdependensi) dengan konsumsi. Ketika konsumsi dalam Islam diartikan
sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang
diharamkan, maka sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan aktifitas juga harus sesuai dengan prinsip ekonomi Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konsumsi dalam islam?
2. Apa saja prioritas konsumsi dalam islam (dharuriyah khamsa)?
3. Apa saja prinsip-prinsip konsumsi?
4. Apa itu maslahah dalam konsumsi?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian konsumsi dalam islam
2. Agar mengetahui prioritas konsumsi dalam islam (dharuriyah khamsa)
3. Agar mengetahui tentang prinsip-prinsip konsumsi
4. Agar mengetahui maslahah dalam konsumsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi
1
Dr. Rosalinda, M.Ag., Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasi pada Aktivitas Ekonomi, “Perilaku Konsumsi
Islam”, hak cipta 2014, hal 97.
2
Dr. Rosalinda, M.Ag., Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasi pada Aktivitas Ekonomi, “Perilaku Konsumsi
Islam”, hak cipta 2014, hal 100.
3
B. Prioritas Konsumsi Dalam Islam
3
Abd. Ghafur, “Konsumsi Dalam Islam” , Iqtishodiyah, Volume II, Nomer II, 11 Juni 2016, hal .6.
4
(universal yang lima), dan "al-Dharuriyyat al-Khamsah" (lima macam
kepentingan yang mendasar).4
4
Jenita dan Rustam, “Konsep Konsumsi Islam Dan Perilaku Konsumsi Islam”, ( Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Islam ), volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017, Hal 79.
5
2. Memelihara Jiwa (al-nafs).
Memelihara (menjaga) jiwa: diri manusia (nyawa): Islam
mensyari’atkan agar mewujudkan dan melestarikan ras manusia dengan
jalan pernikahan dan melanjutkan keturunan. Agar dapat menjaga dan
menjamin kehidupan manusia, Islam mewajibkan secara pasti untuk
makan, minum, pakaian dan lain-lain.
3. Memelihara Akal (al-aql).
Memelihara (menjaga) akal: Akal adalah sebuah nikmat yang
agung. Allah SWT memberinya agar membedakan antara manusia
dengan makhluk lainnya, karena itu Allah SWT mensyari’atkan untuk
menjaganya dan menganjurkan untuk memanfaatkan akal untuk
mendapatkan ilmu. Agar dapat menjaganya, Allah melarang segala
sesuatu yang dapat merusak atau melemahkan akal. Maka dari itu,
sebuah hukuman akan didapatkan bagi yang memakan sesuatu yang
dapat menghilangkan akal.
4. Memelihara Keturunan (al-nasl).
Memelihara (menjaga) keturunan: Karena itu syari’at tetap
melestarikan pernikahan dan menganjurkannya. Agar dapat menjaganya,
Islam mengharamkan zina dan menegakkan hukuman bagi pelakunya.
Ini adalah karena mencegah dari bercampurnya nasab dan menjaga
kemuliaannya manusia.
5. Memelihara Harta (al-mal).
Memelihara (menjaga) harta: Harta adalah salah satu sebab agar
dapat bertahan hidup. Maka dari itu syari’at mewajibkan agar
menghasilkan harta, dan berusaha untuk mendapatkan harta. Syari’at
juga memperbolehkan melakukan muamalah di antara manusia dengan
cara jual-beli, sewa, dan lain-lain untuk mengatur cara memanfaatkan
harta. Agar dapat menjaganya, maka diharamkan dan dihukumnya
mencuri. Diharamkannya menipu dan mengkhianat. Begitu juga lainnya
agar dapat mencegah dari tercelanya pentasarufan dan bahaya terhadap
diri dan lainnya.
6
C. Prinsip Konsumsi dalam Islam
Menurut Mannan (2012:101) ada lima prinsip dalam melakukan kegiatan
konsumsi yang dideskripsi kan:
1. Prinsip Keadilan
Syariat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari
rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan
minuman, yang terlarang adalah darah, daging binatang yang telah mati sendiri,
daging babi, daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain
Allah. (QS. Al-Baqarah: 173)
ََا يْ َِ اَّن ل
لا َْ ايَ َااٍد نو اَ َاا دٍ فا ا ل
ا اَْي اَ ا ط نَ ا
َ ض ََا يْ َُ ََ ا يِ اَ يَْاَا اواِ نّ اَ اوِاْي اَ ا يِ َِ يْ َِْ َيَ او اَا ل ا َ َه نّ ََ هِ ََِاْ َيَ ل
لَ فا اَ َِ ا ي اَّن اَا اح نَ اَ ا
ٌ َََُ يْ رّ نّ َحْيا
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun
Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip kesederhanaan
Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan minuman
adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara
berlebihan.
7
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Maidah Ayat 87 :
8
5. Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan
tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan
demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-
keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan
nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia. Sebagaimana yang telah
Allah jelaskan dalam firman-Nya:
9
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas”.
10
Sedangkan hajiyat adalah komoditas yang dapat menghilangkan
kesulitan dan juga relatif berbeda antar satu orang dengan lainnya, seperti
luasnya tempat tinggal, baiknya kendaraan dan sebagainya. Sedangkan
takmiliyat adalah komoditi pelengkap yang dalam penggunaannya tidak boleh
melebihi dua prioritas konsumsi di atas.
a) Azas maslahat
Azas maslahat adalah merupakan segala bentuk kebaikan yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, meterial dan spiritural serta indiidual dan
kolektif serta harus memenuhi tiga unsur yaitu halal, thoyib dan
bermanfaat. Dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidal
menimbulkan kemudharatan. Manfaat membawa maslahat dan manfaat
bagi jasmani dan rohani dan sejalan dengan nilai maqasid syariah.
Termasuk dalam hal ini kaitan konsumsi dengan halal dan baik.
b) Azas kemandirian
Azas kemandirian adalah azas yang bisa mempetanggung
jawabkan bahwa yang dikonsumsi benar benar baik sesuai syariat islam.
c) Azas kesederhanaan
Azas kesederhanaan adalah asas ini mengajarkan bawah kita
harus mau menerima apa adanya apa yang kita konsumsi selama di dunia
dan mempertanggung jawabkan di akhirat nanti.
d) Azas Sosial
Azas sosial adalah asas yang menjaga kemurnian dan kesucian
yang kita konsumsi.
11
Batasan Konsumsi Makanan
12
yang Allah SWT ciptakan. Islam mewajibkan umatnya untuk menutu auratnya,
yakni wilayah anggota badan yang bagi orang beradab dan bersih fitrahnya
malu bila melihatnya. Itu dilakukan untuk membedakan antara manusia
dengan binatang. Bahkan Islam juga menganjurkan mereka untuk tetap
menutup auratnya meskipun sedang sendirian dan jauh dari orang lain,
hingga rasa malu menjadi tabiat dan akhlaknya. Untuk seorang muslimah,
Islam mengharamkan wanita mengenakan pakaian yang ketat dan transparan.
13
hanyalah kemampuan anggaran tanpa mempertimbangkan aturan dan prinsip
syariat.5 Ada beberapa perbedaan antara mashlahah dan utility yaitu:
5
Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, PT Grafindo Persada,
Jakarta, 2014, hlm. 202.
6
Ibid, hlm. 63-64.
14
Dalam Al-Qur’an, kata maslahah banyak disebut dengan istilah manfaat
yang berarti kebaikan yang terkait dengan material, fisik, dan psikologis.
Maslahah sering diungkap juga dengan istilah lain seperti hikmah, huda, dan
barakah, yang berarti imbalan baik yang dijanjikan oleh Allah mulai di dunia
dan akhirat. Dengan demikian maslahah mengandung pengertian kemanfaatan
dunia dan akhirat.7
7
Anita Rahmawaty, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 69.
8
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
Ekonomi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 144.
15
Perilaku konsumen dalam Islam menekankan pada konsep dasar bahwa
manusia cenderung untuk memilih barang dan jasa yang memberikan maslahah
maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas ekonomi Islam bahwa setiap
pelaku ekonomi ingin meningkatkan maslahah yang diperolehnya dalam
berkonsumsi.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsumsi merupakan suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam
kehidupan manusia. Dalam ilmu ekonomi secara umum, konsumsi adalah
perilaku seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam teori ekonomi konvensional hal
terpenting dalam konsumsi adalah bagaimana konsumen mengalokasikan
pendapatan untuk membelanjakan atas produk atau jasa dan menjelaskan
keputusan alokasi tersebut dalam menentukan permintaan yang diinginkan.
Dalam dunia perekonomian, kebutuhan dan keinginan merupakan suatu
hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimana setiap orang memiliki kebutuhan yang
sesuai dengan keinginan mereka. Islam berpandangan bahwa hal terpenting yang
harus dicapai dalam kegiatan konsumsi yaitu memiliki manfaat dan berkah. Ada
5 prinsip konsumsi dalam Islam, yaitu prinsip keadilan, kebersihan,
kesederhanaan, kemurahan hati dan moralitas.
Tujuan lain dari konsumen adalah bertujuan untuk mencapai maslahah.
Pencapaian maslahah merupakan tujuan dari syariat Islam yang menjadi tujuan
dari kegiatan konsumsi. Maslahah dipergunakan dalam ekonomi Islam,
disebabkan karena penggunaan asumsi manusia bertujuan mencari kepuasan
(utility) maksimum tidak mampu menjelaskan apakah barang yang memuaskan
selalu identik dengan barang yang memberikan manfaat atau berkah bagi
penggunanya. Selain itu, batasan seseorang dalam mengonsumsi hanyalah
kemampuan anggaran tanpa mempertimbangkan aturan dan prinsip syariat.
17
B. SARAN
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal mengenai tentang
Konsumsi dalam Islam, penulis berharap semoga dapat diterima dan dipahami
oleh para pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pemahaman tentang apa saja yang terdapat di dalam makalah tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
Rozalinda., 2014. Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada aktivitas Ekonomi,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ghafur, Abd, Konsumsi Dalam Islam, Iqtishodiyah, Volume II, Nomer II, 11 Juni 2016.
Rustam dan Jenita, Konsep Konsumsi Islam Dan Perilaku Konsumsi Islam, Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam, volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017.
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011.