Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL SKRIPSI

MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN TERHADAP PENDIDIK DI


YAYASAN RUMAH QURAN IMAM SYAFII PONTIANAK KOTA
TAHUN 2022-2023

OLEH :

INDRI AULIA

NIM .11901143

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian :...............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah :...........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian :............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................................4
2.1 Deskripsi Teori...................................................................................................4
A. Pengertian Manajemen.....................................................................................4
B. Tenaga Pendidik................................................................................................5
C. Tugas dan Peran Tenaga Pendidik.....................................................................6
D. Fungsi Tenaga Pendidik....................................................................................7
E. Tujuan dan Manajemen Tenaga Pendidik.........................................................8
2.2 Kebijakan Pendidikan......................................................................................9
A. Pengertian Kebijakan Pendidikan.....................................................................9
B. Karakteristik Kebijakan Pendidikan................................................................10
C. Dasar Kebijakan Pendidikan...........................................................................10
D. Tujuan Kebijakan Pendidikan.........................................................................10
E. Model Kebijakan Pendidikan...........................................................................11
F. Aspek-Aspek dan Perumusan Kebijakan Pendidikan......................................12
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................13
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................13
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................13

i
3.3 Sumber Data Penelitian...................................................................................14
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data..............................................................14
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan tenaga pendidik telah menjadi salah satu kajian dalam
pengelolaan lembaga pendidikan, baik yang dikelola oleh Negara maupun masyarakat
atau swasta (Karno & Syahrul, 2020). mengelola tenaga pendidik selanjutnya
berkembang pada lembaga pendidikan nonformal seperti Taman Pendidikan Al-
Qur’an atau TPQ, yang dilakukan sejalan dengan upaya peningkatan mutu
(Aminullah, 2017). Jadi, pengelolaan tenaga pendidikan penting dilakukan karena
terkait langsung dengan mutu. Pengelolaan tenaga pendidik merupakan salah satu
pembahasan penting dalam pengelolaan SDM lembaga pendidikan. Manajemen
sumber daya manusia dalam organisasi memiliki fungsi yang amat penting dalam
mencapai kinerja organisasi, dalam mencapai tujuan tersebut organisasi harus mampu
mengelola dan mendayagunakan sumber daya manusianya agar mampu bekerja
secara efektif dan efisien (Dewi, 2019). Setiap lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal, diperlukan berbagai unsur pendukung untuk tercapainya tujuan
lembaga pendidikan, manajemen merupakan salah satu unsur penting yang
keberadaannya dapat memberikan kontribusi luar biasa bagi terciptanya kompetensi
pendidikan (Nurohmawati, 2017).
Pada hakikatnya sebuah Lembaga Pendidikan terutama pendidikan agama
mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas tenaga pendidik. Pendidikan
Islam sebagai integral Pendidikan agama berfungsi dalam mempersiapkan tenaga
pendidik yang berkualitas tinggi baik terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun pembentukan karakter, sikap, moral serta pengamalan ajaran
agama.

Rumah Qur’an atau Pondok pesantren adalah salah satu Lembaga Pendidikan
non-formal yang keberadaannya di lindungi oleh pemerintah. Sebagaimana telah
diatur dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional, bahwa

1
setiap masyarakat memiliki peran serta tanggung jawab terhadap penyelenggaraan
Pendidikan, sehingga pengelolaan Pendidikan akan berkembang seiring dengan
tuntutan masyarakat. Pengelolaan tenaga pendidik ini penting dilakukan di rumah
Qur’an untuk dapat memberikan jaminan kualitas lulusan yang dihasilkan oleh rumah
Qur’an, karena bagaimanapun juga lulusan rumah Qur’an yang telah menyelesaikan
pendidikannya akan berhadapan langsung dengan masyarakat sebagai pengguna dari
lulusan tersebut.

Rumah Qur’an Imam Syafi’I merupakan rumah Qur’an dengan latar belakang
Tahfidzul Qur’an yang tengah mengalami perkembangan cukup pesat apabila ditinjau
dari jumlah santri yang terus meningkat setiap tahunnya. Namun, kondisi tersebut
belum di imbangi dengan upaya pengelolaan tenaga pendidik secara optimal. Hal ini
terbukti dengan perbandingan rasio yang tidak seimbang antara asatidz dengan santri
sehingga mempengaruhi kualitas pembinaan. Selain itu background keilmuan tahfidz
Al - Qur’an yang dimiliki setiap pengajar (asatidz) sangat beragam sehingga
berdampak pada konsitensi kurikulum pengajaran.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu menkaji lebih lanjut tentang
bagaimana pengelolaan tenaga pendidik yang dijalankan oleh rumah Qur’an dalam
upaya mempertahankan eksistensi dan pencapaian tujuan Lembaga secara optimal
melalui pengelolaan tenaga pendidik.

1.2 Fokus Penelitian :


Berdasarkan latar belakang diatas, fokus penelitian ini adalah manajemen
pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an Imam Syafi’i Pontianak.

1.3 Rumusan Masalah :


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an Imam
Syafi’i Pontianak.

2
2. Bagaimana implementasi pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an
Imam Syafi’i Pontianak.
3. Bagaimana evaluasi pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an imam
syafi’i Pontianak.

1.4 Tujuan Penelitian :


Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah.
1. Perencanaan pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an Imam Syafi’i
Pontianak.
2. Implementasi pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an Imam Syafi’i
Pontianak.
4. Evaluasi pengelolaan tenaga pendidik di rumah Qur’an Imam Syafi’i
Pontianak.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan
khususnya dalam bidang kajian Pengelolaan tenaga pendidik di lembaga
pendidikan. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai pengelola yayasan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan kebijakan yang bersifat kreatif, inovatif dan
produktif guna mengembangkan rumah Qur’an Imam Syafi’i

3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Deskripsi Teori
A. Pengertian Manajemen.
Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan
perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan,
ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan
sebagainya. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar
belakang pekerjaan mereka. Meskipun pada kenyataanya bahwa istilah tersebut
memiliki perbedaan makna.
Secara etimologis, kata manajemen (management) perancis berarti tindakan
membimbing atau memimpin. Sedangkan dalam bahasa latin, management berasal
dari kata “managiere” terdiri dari dua kata yaitu manus dan agere. Manus Berarti
tangan dan “agere” berarti melakukan atau melaksanakan. Manajemen merupakan
kegiatan mengatur berbagai sumber daya, baik manusia maupun material, dalam
rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara
optimal. Karena itu, manajemen merupakan kegiatan yang harus ada dalam organisasi
dan merupakan tugas pimpinan dalam menggerakkan berbagai sumber daya yang ada
kearah sasaran yang ingin dicapai.(Siswanto,2011)
Manajemen juga dapat diartikan sebagai profesi karena manajemen dilandasi
oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional
dituntut oleh suatu kode etik. Untuk mengetahui istilah manajemen, pendekatan yang
digunakan adalah berdasarkan pengalaman manajer. an para professional dituntut
oleh suatu kode etik. Untuk mengetahui istilah manajemen, pendekatan yang
digunakan adalah berdasarkan pengalaman manajer.(Wojowarsito, 2007)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan. Dengan demikian maka manajemen merupakan suatu proses

4
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Yang masing-masing
bidang tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun berarti, pimpinan, direksi
dan pengurus, yang diambil dari kata kerja manage dalam bahasa keahlian dan yang
diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan
semula. (Syafarudin,2005)
B. Tenaga Pendidik
Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama kepada
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam Undang-Undang No 19 tahun 2017 tentang guru. Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan,melatih,menlai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar,dan pendidikan menengah.
Pendidik atau guru adalah orang yang bertugas menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran dengan cara mentransfer ilmu dan pengetahuannya terhadap peserta
didik disekolah agar anak didik tersebut menjadi pribadi yang baik dan memiliki sifat,
karakter dan prilaku yang lebih baik. Menurut Ramayulis dalam Helmawati Bahwa di
Indonesia pendidik disebut guru, yaitu orang yang digugu dan ditiru.
Guru pendidik adalah professional, karena secara emplisit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebgian tanggung jawab pendidikan yang telah
terpikul di pundak orang tua. Guru dipandang sebagai profesi sebab guru harus
mewakili keahlian khusus sebagai guru menekankan bahwa seorang pendidik atau
guru perlu memahami nilai dan pengajaran selama berinteraksi dengan peserta
didiknya.(Zakiah Drajadjt, 2008)

5
C. Tugas dan Peran Tenaga Pendidik
Tugas Pendidik adalah pekerjaan yang menjadi kewajiban seorang guru, yang
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas. belajar
bagi siswa untuk mencapai tujuan, guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan
siswa.(Jejen Musfah,2015)
Adapun tugas guru sebagai berikut.
1. Mendidik berarti menanamkan, meneruskan, dan mengembangkan Nilai -
nilai hidup kepada anak didik (nilai-nilai agama dan budaya).
2. Melatih berarti membekali anak didik agar memiliki keterampilan sebagai
bekal dalam kehidupannya.
3. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Tugas pendidik sangat penting dan bertanggung jawab atas tugasnya dalam
mendidik, melatih, mengajar. Guru sangat berperan penting dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik. Apabila guru merupakan seorang yang tidak
mempunyai kemampuan dalam mengajar atau yang tidak layak untuk menjadi guru
maka yang akan hancur adalah siswanya karena tugas guru dalam pembelajaran tidak
terbatas pada penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu guru
harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik sehingga menjadi pribadi
yang baik.(Rahmat Hidayat,2016)
Adapun Tenaga Pendidik memiliki beberapa peran, diantaranya:
1. Fasilitator, yakni menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan
peserta didik.
2. Pembimbing, yaitu memberikan bimbingan terhadap peserta didik dalam
interaksi belajar-mengajar, agar siswa tersebut mampu belajar dengan
lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
3. Motivator, yakni memberikan dorongan dan semanagat agar siswa mau
giat belajar.
6
4. Organisator, yakni mengorganisasikan kegiatan belajar peserta didik
maupun pendidik.
5. Manusia sumber, yakni ketika pendidik dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan peserta didik, baik berupa pengetahuan (kognitif),
keterampilan (afektif), maupun sikap (psikomotorik).
D. Fungsi Tenaga Pendidik
Terdapat beberapa fungsi utama dari tenaga pendidik, meliputi.
(Priyono,2010)
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan kebutuhan SDM setidaknya meliputi 2 kegiatan utama,
yaitu.
a. Perencanaan dan peramalan permintaan tenaga kerja organisasi baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Analisis jabatan dalam organisasi untuk menentukan tugas,tujuan,
keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan.
Kedua fungsi tersebut sangat esensial dalam melaksanakan kegiatan MSDM secara
efektif.
2. Pelatihan dan Pengembangan.
Pelatihan atau (training) merujuk kepada cara untuk memperoleh
pengetahuan dan keahlian-keahlian sebagai sebuah hasil dari pembelajaran
mengenai kejuruan atau keahlian-keahlian praktis dan pengetahuan yang
berhubungan kepada kompetensi - kompetensi spesifik yang berguna.
Pelatihan (training) adalah sebuah konsep manajemen sumber daya manusia
yang sempit yang melibatkan aktivitas - aktivitas pemberian instruksi-
instruksi khusus yang direncanakan (seperti misalnya pelatihan terhadap
prosedur - prosedur operasi pelatihan yang spesifik) atau pelatihan keahlian
(seperti misalnya pelatihan yang berhubungan dengan tugas, program-
program pengenalan pekerjaan) pelatihan (training) sendiri adalah proses
untuk mempertahankan atau memperbaiki ketrampilan karyawan untuk
7
menghasilkan pekerjaan yang efektif. Menurut Pasal 9 Undang-undang
Ketenaga kerjaan Tahun 2003, pelatihan (training) kerja diselenggarakan dan
diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
Tujuan pelatihan(training) dan pengembangan SDM (Human resource
development) pada dasarnya dikelompokan ke dalam lima bidang. (Chris
Rowley, 2012)
1. Memperbaiki kinerja
2. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar agar kompeten
dalam pekerjaan,
4. membantu memecahkan masalah operasional.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
E. Tujuan dan Manajemen Tenaga Pendidik.
Tujuan manajemen tenaga pendidik yaitu pencapaian kinerja pendidik
menciptakan kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia
yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Kegiatan manajemen ini terkait dengan
kompetensi yang pada gilirannya dapat diukur mutu dan kadar profesionalitasnya.
(Prasadja Ricardianto,2018)
Tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependdikan adalah agar mereka
memiliki kemampuan, motivasi dan kreatifitas untuk.
1. Mewujudkan sistem sekolah yang mampu mengatasi kelemahankelemahan
sendiri.
2. Secara berkesinambungan menyesuaikan program pendidikan sekolah
terhadap kebutuhan kehidupan (belajar) peserta didik dan persaingan terhadap
kehidupan masyarakat secara sehat dan dinamis.
3. Menyediakan bentuk kepemimpinan (khususnya menyiapkan kader pemimpin
pendidikan yang handal dan dapat menjadi teladan) yang mampu mewujudkan

8
human organization yang pengertiannya lebih dari human relationship pada
setiap jenjang manajemen organisasi pendidikan nasional.
2.2 Kebijakan Pendidikan.
A. Pengertian Kebijakan Pendidikan.
Kebijakan (policy)secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa Yunani,
yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Dapat ditambahkan, kebijakan mengacu kepada
cara-cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan untuk mengelola kegiatan
mereka. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi
dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehingga
dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya. Hakikat kebijakan adalah berupa
keputusan yang substansinya adalah tujuan, prinsip dan aturan-aturan. Format
kebijakan biasanya dicatat dan dituliskan untuk dipedomi oleh pimpinan, staf, dan
personel organisasi, serta interaksinya dengan lingkungan eksternal.
Kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan penggabungan dari
kata educational dan policy. Kebijakan adalah seperangkat aturannya, sedangkan
pendidikan menunjukkan pada bidangnya. Dengan demikian, kebijakan pendidikan
tidak terlalu berbeda dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah -
langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan, dalam
rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat
untuk kurun waktu tertentu.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupaka keputusan formal organisasi,
yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata
nilai baru dalam organisasi hal ini terkait dengan kebijakan pendidikan di sekolah.
Dalam mengelola satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis tentunya
merupakan tanggung jawab menteri sebagai system pendidikan nasional memerlukan
kebijakan untuk mampu menciptakan masa depan yang lebih baik. Menciptakan
kebijakan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembangunan sehingga

9
mampu mewujudkan manusia - manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri dan bertanggung jawab membangun bangsanya.
B. Karakteristik Kebijakan Pendidikan.
Dalam bukunya Yoyon Bahtiar Irianto karakteristik etika kebijakan dalam
konteks manajemen pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan pendidikan diperoleh melalui penemuan empiris dengan
menggunakan prosedur dan teknik ilmiah.
2. Kriteria, alat dan prosedur yang dipergunakan dalam menganalisis kebijakan
pendidikan bersifat relative untuk setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
3. Masing-masing implementasi kebijakan pendidikan harus menghasilkan
produk dan dampak yang bernilai, baik yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
4. Nilai baik pada setiap situasi implementasi kebijakan pendidikan terletak pada
proses aktif.
5. Sikap yang baik adalah yakin bahwa kondisi implementasi kebijakan
pendidikan pada suatu saat akan bernilai baik dan buruk tergantung apa yang
telah, sedang dan akan diusahakan.
C. Dasar Kebijakan Pendidikan.
Dasar kebijakan pendidikan ditinjau dari segi sosiologis adalah selain sebagai
makhluk social, manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan proses pendidikan
tersebut harus sesuai dengan hakikat manusia yang bebas. Kebijakan pendidikan di
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
D. Tujuan Kebijakan Pendidikan.
Dalam merumuskan kebijakan pendidikan perlu pemahaman tentang
pandangan terhadap tujuan kebijakan yaitu.
1. Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan masyarakat
Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan masyarakat, dapat ditelusuri
dari hakikat tujuan pendidikan yang universal. Pendidikan dapat membentuk
seseorang menjadi lebih baik setelah ia dididik. Melalui pendidikan diajarkan
10
bagaimana nilai-nilai kebaikan kepada seseorang, sehingga ia mengetahui
mana yang baik mana yang buruk.
2. Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan politisi
Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan politisi dapat ditelusuri dari
sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan social
yang berbeda. Pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan
sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warga
Negara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan
diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan
perilakunya semakin demokratis.
3. Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan ekonomi.
Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi,pendidikan
dapat membantu siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk hidup. Investasi pendidikan memberikan nilai balik yang
lebih tinggi daripada investasi fisik dibidang lain. Nilai baik pendidikan
adalah perbandingan antara total biasa yang dikeeluarkan untuk membiayai
pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang
memasuki dunia kerja.
E. Model Kebijakan Pendidikan
1. Model deskriptif
Model deskrriptif menurut Suryadi dan Tilaar adalah suatu prosedur atau
cara yang digunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni
maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam
masyarakat.
2. Model normative
Model normative merupakan upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu
norma, kaidah, atau resep yang dapat digunakan oleh pemauntuk
memecahkan suatu masalah. Model normative membantu menentukan

11
tingkat kapasitas pelayanan yang optimum, dan keuntungan optimum
pada investasi public.
3. Model verbal
Model verbal dalam kebijakan diekspresikan dalam bahasa sehari-hari,
bukan bahasa logika simbolis dan matematika sabagai masalah subtansif.
4. Model simbolis
Model simbolis ialah model yang menggunakan simbol-simbol matematis
untuk menerangkan hubungan variabel-variabel kunci yang dipercaya
menciri suatu masalah.
5. Model procedural.
Model procedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variable-
variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan.
F. Aspek-Aspek dan Perumusan Kebijakan Pendidikan.
1. Pelaku kebijakan/actor kebijakan.
Aktor kebijakan pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu para
pelaku resmi dan pelaku tidak resmi. Pelaku resmi kebijakan pendidikan
adalah perseorangan atau lembaga yang secara legak memiliki tanggung
jawab berkenaan dengan pendidikan.
2. Implementasi kebijakan.
Aspek implementasi merupakan aspek yang paling penting karena aspek
inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu kebijakan.
3. Perumusan Kebijakan.
Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dibuat berdasarkan aspirasi
dan berpihak kepada masyarakat dan realitas yang ada, menyahuti
berbagai kepentingan dan meminimalkan adanya kerugian pihak-pihak
tertentu. Demikian pula halnya dengan kebijakan pendidikan,
hendaknya harus mempertimbangkan banyak hal, karena menyangkut
kepentingan publik.

12
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan keinginan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat
kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam mengkaji penelitian mengenai
manajemen tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan di yayasan
Rumah Qur’an Imam Syafi’i menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang
diamati.Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian
ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.Dapat disimpulkan
diatas, kualitatif deskriptif adalah kejadian, fakta dan fenomena yang ditemukan
peneliti dan memperoleh data yang ada di lapangan sehubungan dengan
Manajemen dan kebijakan terhadap pendidik pendidik di yayasan rumah quran
imam syafii 1ontianak kota tahun 2022-2023.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Yayasan Imam Assyafi’i yang
berlokasi dijalan. Prof Hamka Gg Nilam 4 No 19 Sui Jawi, Kecamatan
Pontianak Kota, dan jalan Karet Sui Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Kota
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini karena
tidak jauh dari lokasi peneliti, sehinga akses ke lokasi Yayasan Yayasan Rumah
Qur’an Imam Syafi’i yang berlokasi di jalan. Prof Hamka Gg Nilam 4 No 19
dan jalan. Karet sangat mudah dijangkau. Penulis menyusun skripsi dari

13
Oktober 2022 sampai Januari 2023. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31
Oktober 2022 s/d 14 November 2022.
3.3 Sumber Data Penelitian.
Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah yayasan perguruan
utama yang difokuskan pada manajemen dan kebijakan tenaga pendidik
Adapun yang menjadi sumber data (Informan/responden) dalam penelitian ini
adalah memiliki keterkaitan dalam Manajemen dan kebijakan Tenaga pendidik.
Subjek penelitian dalam penelitiannya yaitu:
a. Ketua Yayasan Rumah Quran menjadi sumber data paling utama atau
informan kunci.
b. Penyusun Kurikulum Yayasan Rumah Qur’an
c. Staff Administrasi Yayasan Rumah Qur’an
d. Beberapa orang tenaga pendidik yang dalam hal ini adalah guru di Yayasan
Rumah Qur’an Imam Syafi’i.
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data.
Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Alat Pengumpulan Data.
a. Alat pengumpulan data
Adapun alat pengumpulan data untuk penunjang penelitian ini terdiri dari,
pensil,pulpen, kertas dan kamera untuk dokumentasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengendalikan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.
Pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah mengerti ciri-
ciri dan luasnya signifikansi dari interalisasinya elemen-elemen tingkah laku
manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola kultur tertentu.
14
b. Interview / Wawancara
Metode interview yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dengan
cara Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Interview sering disebut wawancara,
yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden.Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab. Peneliti menggunakan
pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan dalam beberapa pertanyaan
yang ditujukan kepada ketua Yayasan Imam Assyafi’i, Penyusun
kurikulum,Staff Administrasi dan beberapa Tenaga pendidik.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah seluruh data yang dikumpulkan dan ditafsirkan oleh
peneliti, tetapi dalam kegiatan ini peneliti didukung instrument skunder,
yaitu: foto, catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan focus
penelitian Sebagai manusia peneliti menjadi instrument utama dengan cirri
khusu atau kelebihan. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan misalnya data tentang
sejarah berdirinya Yayasan Imam Assyafi’i, keadaan santri, guru serta
karyawan, struktur organisasi, dan sarana prasana.
3.5 Teknik Analisis Data.
Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan
dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian. Analisis data menurut Boglan dan Biklen, ialah proses mencari dan
mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan –
bahan lain yang telah dikumpulkan untuk menambah pemahaman sendiri
mengenai bahan-bahan tersebut sehingga memungkinkan temuan tersebut
kepada pihak lain. Lebih lanjut di jelaskan bahwa analisis data mencakup
kegiatan mengerjakan data, menatanya, membagi menjadi satuan-satuan yang
15
dapat dikelola, mensitensisnya, mencari pola, menemukan apa yang penting,
dan apa yang akan dipelajari dan memutuskan apa yang akan dilaporkan.
Dengan analisis data, maka data tersusun dengan baik dan teratur sehingga
dapat diketahui makna dari temuan sesuai fokus penelitian.Penulis
menggunakan analisis data dengan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi.
a. Reduksi data.
Peneliti menggunakan analisis data berupa reduksi data dengan
mengumpulkan seluruh data, informasi dan dokumentasi di lapangan atau di
tempat penelitian. Kemudian, setelah terkumpul seluruh data maka peneliti
melakukan proses pemilihan dan penyederhanaan tentang data yang
berkaitan dengan judul penelitian atau pembahasan penelitian. Untuk
memudahkan penyimpulan data-data yang telah didapat dari lapangan atau
tempat penelitian maka diadakan reduksi data.
b. Penyajian data.
Setelah mereduksi data, peneliti menggunakan analisis data berupa penyajian
data. di dalam kegiatan ini, peneliti menyusun kembali data berdasarkan
klasifikasi dan masing-masing topik kemudian dipisahkan, kemudian topik
yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat dan diberi
tanda, hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi
kekeliruan Dengan penyajian data, peneliti dapat memahami apa yang
sedang terjadi di ruang lingkup penelitian maupun hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian untuk disajikan dan dipergunakan untuk penelitian.
c. Menarik kesimpulan/ vertifikasi.
Data yang dikelompokan pada kegiatan kedua kemudian diteliti kembali
dengan cermat, dilihat mana data yang telah lengkap dan data yang belum
lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan kegiatan ini dilakukan
pada saat kegiatan berlangsung. Setelah data dianggap cukup dan telah
sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan
16
yang selanjutnya yaitu menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan
simpulan. Penarikan kesimpulan disini adalah upaya untuk mengartikan data
yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti.

17
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, A. (2017). Pengaruh Penerapan Manajemen Mutu Terhadap Kualitas
Sumberdaya Pendidik TPQ Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi
Tahun Pelajaran 2017.Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi
dan Pemikiran Hukum Islam.
Chris Rowley, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Dewi, F. P. (2019). Manajemen Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di


SD Kristen Kalam Kudus Surakarta. SKRIPSI, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Drajadjt, Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat, Rahmat dan Henni Syafriana Nasution. 2016. filsafat pendidikan
islam:membangun konsep dasar pendidikan islam. Medan: Lembaga peduli
pengembangan pendidikan Indonesia (LPPPI).

Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik, Jakarta:


Pranadamedia Group, 2015

Karno, E., & Syahrul. (2020). Management of Educators in Private Schools in


Indonesia. International Journal of Advance Research and Innovative
Ideas in Education.
Nurohmawati, F. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia di MTs Se Kecamatan
Kroya Kabupaten Cilacap. SKRIPSI, IAIN Purwokerto.
Prasadja Ricardianto, Human capital management Bogor: CV In Media, 2018.

Priyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2010.

Siswanto. (2011), Pengantar Manajaemen, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono, Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,


2015.
Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: PT Ciputat
Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Wojowarsito dkk. (2007), kamus lengkap Indonesia-Inggris, Jakarta: Hasta

Anda mungkin juga menyukai