Anda di halaman 1dari 66

PERBANDINGAN KADAR ANTIBODI SEBELUM DAN

SESUDAH BOOSTER KE-2 PADA TENAGA KESEHATAN


RUMAH SAKIT SILOAM CIKARANG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Bandung

Disusun Oleh:

MURNI
NIM. P17334121195

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa


Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul:

PERBANDINGAN KADAR ANTIBODI SEBELUM DAN


SESUDAH BOOSTER KE-2 PADA TENAGA KESEHATAN
RUMAH SAKIT SILOAM CIKARANG

Disusun oleh :

MURNI
NIM. P17334121195

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada


Sidang Karya Tulis Ilmiah

MENYETUJUI :
PEMBIMBING

Dra.Ira Gustira Rahayu,M.Kes


NIP.197008231995032001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Analis Keshatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Entuy Kurniawan,SSi, MKM


NIP . 196811111992031001

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

Laporan Penelitian ini telah diujikan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Kememkes Bandung
Tanggal: 07 Desember 2022

PERBANDINGAN KADAR ANTIBODI SEBELUM DAN


SESUDAH BOOSTER KE-2 PADA TENAGA KESEHATAN
RUMAH SAKIT SILOAM CIKARANG

Disusun oleh :

MURNI

NIM. P17334121195

Panitia Ujian

Tanda Tangan

Dra.Ira Gustira Rahayu ,M.Kes


Ketua Penguji -------------------
NIP. 197008231995032001

Wiwin Wiryanti, S.Pd,M.Kes


Penguji I -------------------
NIP. 196910061994032001

Drs. Adang Durachim, S.Pd, M.Kes


Peguji II -------------------
NIP. 1965092219900310032001

ii
GAMBARAN KADAR ANTIBODI SEBELUM DAN SESUDAH BOOSTER
KE-2 PADA TENAGA KESEHATAN
RUMAH SAKIT SILOAM CIKARANG
ABSTRAK
Dosen Pembimbing : Dra.Ira Gustira Rahayu, MKes

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh (SARSCoV-2). 4 Februari 2020 Menkes RI mengeluarkan
Kemenkes nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel
Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Vaksinasi adalah salah satu upaya
penanggulangan pandemi Covid-19, dimana saat ini pemerintah sedang sangat
serius guna terciptanya kekebalan kelompok (herd immunity). Pengabdian kepada
masyarakat ini memberikan vaksinasi booster-2 gratis sebagai upaya menekan angka
penyebaran Covid-19. Pemberian vaksinasi booster-1 Covid-19 berjalan sesuai
jadwal yang telah direncanakan.Vaksin menjadi upaya paling efektif dalam
pencegahan infeksi. Tenaga Kesehatan merupakan garda terdepan dalam upaya
penanggulangan pandemi sehingga pemerintah mewajibkan untuk para tenaga
kesehatan adalah yg pertama diberikan vaksin dosis keempat (booster ke- 2).
Berdasarkan hal ini penulis ingin melakukan penelitian gambaran kadar antibodi
terhadap COVID-19 sebelum dan sesudah pemberian vaksin booster ke-2. Tujuan
untuk mengetahui apakah ada peningkatan kadar antibodi yang signifikan terhadap
COVID-19 sebelum dan sesudah pemberian vaksin booster ke-2 pada tenaga
kesehatan di RS Siloam Cikarang. Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan
menggunakan data primer dengan populasi tenaga kesehatan dan sampel 50 tenaga
kesehatan dengan syarat sudah mendapatkan vaksin dosis 1, 2, booster 1 dan belum
terpapar virus Covid-19.

Kata Kunci: Antibodi Covid,Vaksin booster,covid-19

iii
DESCRIPTION OF ANTIBODY LEVELS BEFORE AND AFTER THE
2nd BOOSTER IN HEALTH WORKERS
SILOAM HOSPITALS CIKARANG
ABSTRACT

Supervisor : Dra.Ira Gustira Rahayu, MKes

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by


(SARSCoV-2). February 4, 2020 The Indonesian Minister of Health issued the
Ministry of Health number HK.01.07/MENKES/104/2020 concerning the
Determination of Novel Coronavirus Infection (2019-nCoV Infection) as a Type of
Disease that Can Cause Outbreaks and Efforts to Control It. Vaccination is one of
the efforts to deal with the Covid-19 pandemic, where currently the government is
very serious about creating herd immunity. This community service provides free
booster-2 vaccinations as an effort to reduce the spread of Covid-19. The
administration of booster-1 Covid-19 vaccination is running according to the
planned schedule. Vaccines are the most effective way to prevent infection. Health
workers are at the forefront of efforts to deal with a pandemic, so the government
requires that health workers be the first to be given the fourth dose of vaccine (2nd
booster). Based on this, the authors wanted to conduct an overview study of
antibody levels against COVID-19 before and after administration of the 2nd
booster vaccine. The aim is to find out whether there is a significant increase in
antibody levels against COVID-19 before and after administration of the 2nd
booster vaccine to health workers at Siloam Cikarang Hospital. Methods The type
of research used is descriptive research with a cross-sectional approach using
primary data with a population of health workers and a sample of 50 health workers
with the condition that they have received vaccine doses 1, 2, booster 1 and have not
been exposed to the Covid-19 virus.

Keywords: Covid Antibodies, booster vaccines,Covid-19

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb, Alhamdulillah saya panjatkan kepada Alloh SWT

yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul “ Perbandingan Kadar Antibodi

Sebelum Dan Sesudah Booster ke-2 Pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Siloam

Cikarang ” dengan lancar dan tepat waktu.

Usulan Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Jurusan Teknologi Laboratorium

Medis Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung.

Dalam penulisan usulan tugas akhir ini, tidak akan terwujud tanpa bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan

ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. dr. Feronica Kusuma Hiayat, SpPK selaku Kepala Divisi Laboratorium

Siloam Hospitals Lippo Cikarang yang sudah memberikan ijin dan dukungan

kepada saya untuk melanjutkan program D3 RPL Tehnologi Laboratorium

Medis

2. Bapak Entuy Kurniawan,SSi MKM, selaku Ketua Jurusan Teknologi

Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

3. Ibu Dr.Dra.Ani Riyani,M.Kes selaku Kaprodi DIII Teknologi Laboratorium

Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

v
4. Ibu Dra.Ira Gustira Rahayu, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal tugas akhir ini.

5. Ibu Wiwin Wiryanti, S.Pd, M.Kes dan Bapak Drs.Adang Durachim,S.Pd,

M.Kes, selaku dosen penguji pada sidang usulan penelitian yang telah

Memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan penulisan proposal

penelitian ini.

6. Kepada seluruh dosen dan staff di Poltekes Bandung yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir.

7. Atasan serta staff laboratorium Rumah Sakit Siloam Cikarang yang telah

mendukung dan memberi kesempatan untuk menempuh kuliah terutama

memback-up posisi saya ketika kuliah.

8. Suami dan anak kami tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan

dukungan moral serta dukungan moril, sehingga usulan karya tulis ilmiah ini

dapat selesai

9. Teman teman DIII TLM program RPL angkatan 2022, terimakasih atas

kerjasamanya dan rasa persaudaraan selama ini

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

dan memberikan dukungan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan usulan karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun, guna memperbaiki dan menyempurnakan karya

vi
tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis semoga usulan karya tulis ilmiah ini dapat

memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya, serta

dapat menjadi referensi bagi peneliti yang lain dalam ruang lingkup yang sama.

Cikarang, 07 Desember 2022

Murni

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


kata pengantar .......................................................................................................v
daftar isi ............................................................................................................ viii
daftar istilah...........................................................................................................x
daftar gambar ...................................................................................................... xi
daftar tabel.......................................................................................................... xii
bab I Pendahuluan ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................9
Bagi Penulis .....................................................................................9
Bagi Akademik.................................................................................9
Bagi Masyarakat Umum ...................................................................9
Bagi Tenaga Laboratorium ...............................................................9
bab II tinjauan pustaka ..................................................................................... 10
2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 10
2.2 Kerangka konsep ................................................................................... 22
2.3 Definisi Operasional .............................................................................. 23
bab III metode penelitian .................................................................................. 24
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 24
3.4 Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................. 25
bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 31
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 31
4.1.1 Data Umum Responden .................................................................. 31
4.1.2 Data Khusus ................................................................................... 32
4.2 Pembahasan........................................................................................... 33
4.2.1 Kadar Antibody sebelum bosster .................................................... 34

viii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
Lampiran 1 .......................................................................................................... 43

ix
DAFTAR ISTILAH

1. Vaksinasi adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran

penyakit

2. Antibody adalah bagian dari sistem kekebalan yang bekerja untuk melindungi

tubuh dari bahaya virus, bakteri, kuman zat-zat yang dapat menyebabkan

penyakit infeksi

3. Vaksinasi Booster adalah dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat kekebalan

dan memperpanjang masa perlindungan dari vaksinasi primer

4. Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi asing

yang terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut bisa berasal dari luar

maupun dalam tubuh sendiri.

5. Herd immunity adalah Kekebalan kelompok atau kekebalan kawanan adalah

uatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi

ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi, baik melalui

infeksi sebelumnya, sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi

6. Praexperimental One group pretest-posttes design yaitu : Prosedur desain

penelitian yg dilakukan pengukuran variable tergantung dari satu kelompok

subjek (pretest), subjek diberi perlakuan untuk jangka waktu tertentu (exposure),

dilakukan pengukuran ke-2 (post test) terhadap variable bebas, dan hasil

pengukuran prestest dibandingan dengan hasil pengukuran ke-2 (post test)

7. KIPI adalah Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

x
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2. 1 STRUKTUR IMMUNOGLOBULIN ......................................................... 16

GAMBAR 2. 2 BAGAN KERANGKA KONSEP ANTI –SARS COV-2 ........................... 22

GAMBAR 3. 1 SKEMA KERJA ................................................................................. 30

xi
DAFTAR TABEL

TABEL 4. 1 DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI RS

SILOAM HOSPITAL LIPPO CIKARANG ..................................................... 31

TABEL 4. 2 DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR DI RS SILOAM

CIKARANG.................................................................................................... 31

TABEL 4. 3 DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN ANTIBODY SEBELUM

BOOSTER 2 DI RS.SILOAM CIKARANG ............................................................ 32

TABEL 4. 4 DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN ANTIBODY SESUDAH

BOOSTER 2 DI RS SILOAM HOSPITAL LIPPO CIKARANG .......................... 32

TABEL 4. 5 NILAI MEAN (RATA-RATA) KADAR ANTIBODY SESUDAH VAKSIN

BOOSTER 2 DI RS SILOAM HOSPITAL LIPPO CIKARANG .......................... 33

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini seluruh penduduk dibelahan dunia sedang menghadapi pandemi

Covid-19. Awal mula pandemi ini diketahui dari laporan pertama kali yaitu kejadian

luar biasa (KLB) yang terjadi di kota Wuhan, Cina sejak akhir Desember tahun 2019.

Dimana pada tanggal 1 Desember 2019 ditemukan gejala pertama sekali pada pasien

seperti demam, malaise, batuk kering, dan dispnea yang disebabkan oleh

Coronavirus syndrome pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kemudian pada

tanggal 12 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Global (WHO) secara resmi

menamakan penyakit menular ini dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

Sejak Covid-19 pertama kali muncul di Cina, hanya dalam empat bulan, virus

tersebut dengan cepat telah berkembang dan menyebar ke negara-negara lain di

seluruh dunia dan menjadi ancaman global (Liu et al., 2021)

Dibutuhkan rencana yang terpadu untuk mengakhiri pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan dari WHO, terdapat lima komponen utama dari upaya

kesiapsiagaan, kesiapan, dan respon Covid-19. Lima komponen tersebut adalah

koordinasi kesiapsiagaan dan respon (1), surveilan, laboratorium, dan intelejen

kesehatan masyarakat (2), vaksinasi, kesehatan masyarakat, tindakan sosial, dan

keterlibatan masyarakat (3), penelitian, pengembangan, dan pemerataan akses ke

penanggulangan dan persediaan penting (4), perawatan klinis yang aman dan

terukur, serta sistem kesehatan yang tangguh (5). (WHO, 2022).

1
Vaksinasi adalah salah satu upaya penanggulangan pandemi Covid-19,

dimana saat ini pemerintah sedang berupaya untuk mengejar herd immunity yaitu

bila vaksinasi mencapai angka 70%. Manfaat dari vaksinasi adalah merangsang

sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko penularan, mengurangi dampak berat

dari virus, dan mencapai kekebalan kelompok (herdimmunity). Kekebalan kelompok

atau herd immunity akan tercapai di suatu negara ataupun wilayah apabila semakin

banyak individu mendapatkan vaksin. Dampaknya adalah risiko paparan dan mutasi

dari virus tersebut dapat diminimalkan(Syahrial, IlhamMartadona, Angelia Leovita,

2021).

Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan

ekonomi. Masih banyak kontroversi seputar penyakit ini, termasuk dalam aspek

penegakan diagnosis, tata laksana, hingga pencegahan. Respons imun yang

disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat

dipelajari dari mekanisme yang ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika

virus masuk ke dalam sel, antigen virus akan dipresentasikan ke antigen

presentation cells (APC). Presentasi antigen virus terutama bergantung pada

molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II

juga turut berkontribusi. Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons

imunitas humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang

spesifik terhadap virus. Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap

SARS-CoV IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG dapat

bertahan jangka panjang. Hasil penelitian terhadap pasien yang telah sembuh dari

SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T CD4+ dan CD8+ memori

2
yang spesifik terhadap SARS-CoV, tetapi jumlahnya menurun secara bertahap tanpa

adanya antigen. Virus memiliki mekanisme untuk menghindari respons imun

pejamu. SARS-CoV dapat menginduksi produksi vesikel membran ganda yang tidak

memiliki pattern recognition receptors (PRRs) dan bereplikasi dalam vesikel

tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh

SARS-CoV dan MERS-CoV. Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi akibat

MERS-CoV.30. (Arianto & Sutrisno, 2021)

Pada 22 Mei 2022, hampir satu miliar orang di negara-negara berpenghasilan

rendah tetap tidak divaksinasi. Hanya 57 negara yang telah memvaksinasi 70%

populasi mereka – hampir semuanya negara berpenghasilan tinggi. Kita harus terus

mendukung semua negara untuk mencapai cakupan vaksinasi 70% sesegera

mungkin, termasuk 100% dari mereka yang berusia di atas 60 tahun; 100% tenaga

kesehatan; dan 100% dari mereka dengan kondisi yang mendasarinya.

Pasokan vaksin telah meningkat, tetapi penyerapannya tidak terus berlanjut.

Di beberapa negara, kami melihat komitmen politik yang tidak memadai untuk

meluncurkan vaksin. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya komitmen politik untuk

akses yang adil terhadap vaksin. Fokus utama WHO sekarang adalah mendukung

negara-negara untuk mengubah vaksin menjadi vaksinasi secepat mungkin. Kita

harus memastikan akses yang adil dan merata ke vaksin, dan memastikan setiap

negara menerimanya dan dapat (WHO, 2022)

Vaksinasi adalah cara sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi tubuh

dari penyakit berbahaya, sebelum bersentuhan dengan virus. Ini menggunakan

pertahanan alami tubuh untuk membangun ketahanan terhadap infeksi tertentu dan

3
membuat sistem kekebalan menjadi lebih kuat. Vaksin melatih sistem kekebalan

tubuh untuk membuat antibodi, sama seperti ketika terpapar penyakit. Namun,

karena vaksin hanya mengandung kuman yang mati atau dilemahkan seperti virus

atau bakteri, vaksin tidak menyebabkan penyakit atau membuat tubuh berisiko

mengalami komplikasinya. Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan, namun

ada juga yang diberikan secara oral (melalui mulut) atau disemprotkan ke dalam

hidung.

Vaksin mengurangi risiko terkena penyakit. Ketika tubuh sudah mendapatkan

vaksin, maka sistem kekebalan tubuh akan merespons sbb:

 Mengenali kuman yang menyerang, seperti virus atau bakteri.

 Menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang bekerja dengan

pertahanan alami tubuh untuk membangun perlindungan, diproduksi secara

alami oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.

 Ingat penyakitnya dan bagaimana cara melawannya ketika tubuh terkena

virus atau bakteri di masa depan, sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat

menghancurkannya.sebelum tubuh menjadi lemah.

Oleh karena itu, vaksin adalah cara yang aman dan cerdas untuk menghasilkan

respons imun dalam tubuh, tanpa menyebabkan penyakit. Sistem kekebalan tubuh

kita dirancang untuk mengingat. Setelah terpapar satu atau lebih dosis vaksin, kita

biasanya tetap terlindungi dari penyakit selama bertahun-tahun, puluhan tahun, atau

bahkan seumur hidup. Inilah yang membuat vaksin sangat

4
Vaksinasi COVID-19 telah mengalami perjalanan yang panjang untuk

memastikan keamanan dan keampuhannya melalui berbagai penelitian dan uji coba.

Program vaksinasi dianggap sebagai kunci dalam mengakhiri pandemi karena dapat

digunakan dalam rangka mengurangi angka morbiditas dan mortalitas serta

membentuk kekebalan kelompok terhadap virus COVID-19 (SatgasCOVID-19,

2020a).

Namun, perjalanan vaksin hingga diterima dengan baik dan didistribusikan

kepada masyarakat luas saat ini membutuhkan proses yang lebih panjang karena

masih terdapat pro dan kontra terhadap vaksinasi (Hakam, n.d.).

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), efektivitas

vaksin didefinisikan sebagai perbedaan antara orang yang menjadi sakit setelah

vaksinasi dan mereka yang sakit tanpa menerima vaksinasi. Ini adalah ukuran yang

diidentifikasi selama fase ketiga dari uji klinis di mana peneliti memvaksinasi

beberapa orang dan memberikan plasebo kepada orang lain. Subyek uji kemudian

dipantau selama beberapa bulan untuk melihat apakah orang yang divaksinasi lebih

rendah terinfeksi dibandingkan dengan mereka yang belum menerima vaksin.

Sebagai contoh, misalkan suatu vaksin COVID-19 dikatakan memiliki efektivitas

sebesar 80%, maka berarti jika seratus orang telah divaksinasi, rata-rata 80 orang

dari 100 orang tersebut tidak tertular COVID-19. Pada catatan yang sama, keamanan

vaksin didefinisikan sebagai kemampuannya untuk tidak menyebabkan komplikasi

kesehatan, baik pada saat ini maupun di masa depan, pada orang yang telah

divaksinasi (Vaksinasi et al., 2022)

5
Penanggulangan pandemi SARS-COV-2 yang dianggap paling efektif

hingga saat ini adalah vaksinasi, yang dilengkapi dengan penerapan protokol

kesehatan. Pemahaman tentang program vaksinasi saat ini menjadi sangat penting,

baik untuk merancang penanggulangan SARS-CoV-2 yang lebih baik, maupun

untuk memberikan edukasi bagi calon peserta vaksinasi. Penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan gambaran spesifik antibodi yang terbentuk pada penerima

vaksinasi SARS-CoV2 menggunakan desain kohort . Pengukuran antibodi spesifik

SARS-CoV-2 menggunakan metode Electro Chemiluminescence Immunoassay

(ECLIA).

( Rotty et al., 2022)


Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran penyakit.

Pemaparan antigen dari suatu patogen ke dalam tubuh dapat menginduksi

pembentukan antibodi spesifik yang dapat melawan patogen tersebut. Vaksin covid-

19 tersebut dapat menginduksi respon imun humoral yaitu antibodi netralisasi dan

imunoglobulin G (IgG) yang spesifik terhadap Receptor Binding Domain (RBD)

SARS CoV-2 (Cucunawangsih et al., 2021). Perbedaan titer antibodi spesifik paska

vaksinasi COVID-19 pada tiap peserta dapat dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Dalam penelitiannya, Cheng et al. (2021) melaporkan bahwa pembentukan

antibodi paska vaksinasi COVID-19 dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, riwayat

infeksi, dan pola hidup. Orang yang berusia lebih tua, berjenis kelamin wanita,

belum pernah terinfeksi SARS CoV-2 dan memiliki pola hidup yang buruk

umumnya menghasilkan sedikit antibodi spesifik. Hasil penelitian (Khoury et al.,

2021) juga menunjukkan bahwa durasi vaksinasi dapat mempengaruhi titer antibodi

spesifik. Antibodi yang terbentuk paska vaksinasi COVID-19 akan mengalami

6
penurunan sebanyak 6% setelah empat bulan. Selain itu, SARS CoV-2 merupakan

virus RNA yang mudah bermutasi sehingga varian baru virus tersebut akan muncul

seiring waktu (Banoun, 2021). Antibodi spesifik yang telah terbentuk belum tentu

dapat melawan virus varian baru. Informasi tersebut menunjukkan bahwa vaksinasi

tidak dapat dijadikan satu-satunya upaya pencegahan COVID-19. Oleh karena itu,

bagi peserta yang memiliki titer antibodi spesifik di atas rata-rata diharapkan tetap

menerapkan prokes seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan

dengan sabun, mengurangi mobilitas dan kerumunan (Naully et al., 2022).

Bagi peserta dengan titer antibodi dibawah rata-rata diharapkan menerapkan

prokes, memperbaiki pola hidup dan mendapatkan vaksin dosis tambahan

(booster).Pada tenaga kesehatan telah dilakukan vaksinasi tahap 1 ,2 dan 3 (booster

1) dan akan dilakukan vaksin ke 4 ( Booster ke-2 ), dimana vaksin ke 3 (Boster 1)

adalah tipe vaksin messenger RNA (mRNA) yang menggunakan materi genetik

untuk memberikan stimulus kepada sel tubuh kita agar membentuk antibodi.

Beberapa tenaga kesehatan yang sudah melakukan vaksin ke-3 ( Booster ke-1 )

banyak merasakan KIPI yg lebih berat,

Antibodi spesifik yang telah terbentuk belum tentu dapat melawan virus

varian baru, karena meskipun tenaga kesehatan sudah mendapatkan vaksin 1, 2 dan

3 (Booster 1) akan tetapi masih ada tenaga kesehatan yang terinfeksi virus covid 19,

namun dengan adanya vaksin maka gejala yg ditimbulkan biasanya lebih ringan

daripada yg belum di vaksin. Informasi tersebut menunjukkan bahwa vaksinasi tidak

dapat dijadikan satu-satunya upaya pencegahan COVID-19. Oleh karena itu, bagi

peserta yang memiliki titer antibodi spesifik di atas rata-rata diharapkan tetap

7
menerapkan prokes seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan

dengan sabun, mengurangi mobilitas dan kerumunan. (Lidiana et al., 2021)

Apakah setelah dengan diberikannya Booster ke-2 para tenaga kesehatan tidak

akan terkena infeksi virus COVID 19 lagi ? dan bagaimana peningkatan kadar

antibodi setelah booster ke-2?. Dari permasalahan ini peneliti akan melakukan

penelitian tentang kadar antibodi sebelum dan sesudah pemberian vaksin booster ke-

2 pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Siloam Cikarang

1.2 Rumusan Masalah

Dari Uraian pada latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kadar antibodi terhadap COVID-19 sebelum dan

sesudah pemberian vaksin Booster ke-2 ?

2. Apakah ada perbedaan kadar antibodi terhadap COVID-19 sesudah

pemberian vaksin Booster ke-2 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kadar antibodi terhadap COVID-19 sebelum dan

sesudah pemberian vaksin Booster ke-2 pada tenaga kesehatan di

RS. Siloam Cikarang

2. Untuk megetahui apakah ada perbedaan kadar antibodi COVID-19

sebelum dan sesudah pemberian vaksin Booster ke-2 pada tenaga

kesehatan di Rumah Sakit Siloam Cikarang

8
1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Penulis

Peneliti mengetahui gambaran kadar antibodi COVID-19 sebelum

dan sesudah pemberian vaksin Booster 2 pada tenaga kesehatan di

Rumah Sakit Siloam Cikarang

Bagi Akademik

Dapat menambah wawasan dan pembendaharaan Karya Tulis Ilmiah

tentang gambaran kadar antibodi COVID-19 sebelum dan sesudah

pemberian vaksin Booster 2 pada tenaga kesehatan

Bagi Masyarakat Umum

Penelitan ini bermanfaat untuk dapat memberikan informasi kepada

masyarakat sehingga masyarakat yang sedang sakit dan akan ke rumah

Sakit merasa aman pada saat mendapatkan pelayanan oleh para tenaga

kesehatan yang sudah diberikan vaksin booster ke-2.

Bagi Tenaga Laboratorium

Dapat menjadi referensi dan informasi dalam bidang imunologi

tentang peningkatan kadar antibodi COVID-19 sebelum dan sesudah

pemberian vaksin Booster ke-2 pada tenaga kesehatan

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Covid 19

Pandemi Covid-19 menggemparkan dunia. Virus baru ini telah menginfeksi

lebih dari 850 ribu orang di berbagai belahan dunia. WHO dan Centers for Disease

Control and Prevention (CDC) telah banyak memberikan informasi terkait

bagaimana ciri-ciri infeksi virus corona baru bagi seseorang. Karena virus ini

merupakan strain baru, seiring waktu, gejala-gejala untuk mengidentifikasi

seseorang apakah ia terpapar virus corona atau tidak terus dikabarkan. Menurut data

kesehatan yang dilakukan oleh Immune Deficiency Foundation, virus Corona

merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan serta mudah ditularkan melalui

kontak perorangan. Selain itu, orang dengan imunitas rendah juga berisiko tinggi

terinfeksi virus corona. Bagaimana cara agar imun kita tidak rendah pada masa

pandemi covid-19 ini?. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui gejala

klinis dan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah penyakit

Covid-19. Metode pengambilan data dilakukan dengan membaca dan menganalisis

dari berbagai sumber. (Amalia et al., 2020)

Corona virus atau Virus corona adalah hal yang familiar di dunia kesehatan

hewan. Virus ini termasuk salah satu kelompok virus ribonukleat acid (RNA) yang

menjangkit mamalia dan burung. Virus ini dapat menginfeksi manusia sehingga bagi

yang terinfeksi virus akan terjangkit penyakit mulai dari penyakit ringan seperti

10
batuk kering, deman dan lain-lain. Jika bertambah parah, infeksi covid-19 dapat

berkembang menjadi gagal napas yang terkait dengan kerusakan alveolar difus dan

sindrom gangguan pernapasan akut (Adijaya & Bakti, 2021)

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang bisa menyebabkan

penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), dan Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) ((Adijaya & Bakti, 2021)).

SARS pertama kali ditemukan menjadi wabah di Tiongkok, kemudian pada

tahun 2012 MERS pertama kali ditemukan di Timur Tengah, dan yang terakhir

ditemukan di Wuhan China dengan nama covid-19 ((Amalia et al., 2020)

Ada empat genus dalam virus corona yakni alphaviruses, beta-viruses, yang

berasal dari binatang mamalia, lebih tepatnya dari kelelawar, lalu gammaviruses dan

delta- viruses berasal dari babi dan burung. Ukuran genom corona virus bervariasi,

antara 26 kb dan 32 kb. Di antara beberapa sub-tipe virus ada yang dapat

menginfeksi manusia. Beta-virus dapat menyebabkan penyakit dan kematian yang

parah, sedangkan alphavirus menyebabkan infeksi tanpa gejala atau gejala ringan.

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Virus corona terdeteksi lagi pada akhir bulan desember 2019 dan jenis baru

ini dinamakan SARS-CoV2 atau covid-19, karena secara genetik mirip dengan virus

SARS-CoV yang menjadi wabah pernapasan akut pada tahun 2002 (Adijaya & Bakti,

2021).

Meskipun secara genetik sama, namun SARS-CoV-2 lebih mudah menular

dari pada SARS-CoV dan MERS-CoV (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2020:8).

11
Sebuah studi mengatakan, pada tanggal 31 Desember 2019 hingga akhir

masa studi tanggal 11 Februari 2020 menunjukkan bahwa penyebaran virus ini

sangat cepat dan dapat menyebar dari satu kota hingga seluruh negeri dala m kurun

waktu satu bulan. (Hua dkk., 2020:1).

Covid-19 mempunyai kemampuan menular jauh lebih cepat dibandingkan

SARS, karena daya ikat ACE-2 terhadap protein S sangat tinggi, yaitu sekitar

sepuluh sampai dua puluh kali lipat daya ikat SARS. Protein S (Spike Protein)

bekerja memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel target, kemudian ditangkap oleh

reseptor Angiotensin Converting enzyme 2 (ACE 2). ACE 2 merupakan membran

integral yang terdiri dari enzim pemecah protein yang mengandung zinc (Zn-metallo

peptidase) dan glikoprotein (Nugroho & Hidayat, 2021)

ACE 2 ini terdapat berbagai sel yang diantaranya sel ginjal, jantung, dan

yang paling banyak terdapat di paru-paru, dan itulah kenapa covid-19 banyak

menginfeksi paru paru.(Syahrial, IlhamMartadona, Angelia Leovita, 2021)

Media infeksi covid-19 ialah melalui cairan mulut, mata, dan hidung

(droplet). Pada saat infeksi, masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 4–5 hari sebelum

timbulnya gejala, dengan 97,5% dari pasien bergejala mengalami peningkatan gejala

dalam 11 hari. Pada saat masuk rumah sakit, pasien covid-19 biasanya menunjukkan

demam dan batuk kering, terkadang pasien juga mengalami kesulitan bernapas,

nyeri otot dan atau

sendi, sakit kepala, diare, mual dan batuk darah. Dalam 5–6 hari setelah timbulnya

gejala, tampungan virus covid-19 mencapai puncaknya secara signifikan lebih cepat

dibandingkan dengan SARS-CoV, di mana tampungan virus mencapai puncaknya

12
sekitar 10 hari setelah gejala. Dan lebih parahnya sekitar 8–9 hari setelah timbul

gejala, covid-19 dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut.

( Tay dkk.,s2020:364).

2.1.2 Antibodi

Sistem pertahanan tubuh (sistem imun) adalah sistem pertahanan yang

berperan

dalam mengenal, menghancurkan serta menetralkan benda-benda asing atau sel

abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh

manusia meliputi pertahanan tubuh bawaan (pertahanan non spesifik) dan

pertahanan adaptif (pertahanan spesifik). Imunitas dihasilkan dari produksi antibodi

spesifik yang dikhususkan untuk antigen tertentu. Antigen singkatan dari antibodi-

generators, merupakan suatu molekul penanda yang terdapat pada permukaan sel

yang dapat merangsang produksi antibodi. Sedangkan antibodi adalah protein

plasma yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respon terhadap keberadaan

suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut.

Pertahanan spesifik dapat mengenal benda asing atau antigen yang sama pada

pertemuan berikutnya. Hal ini karena terdapat kemampuan mengingat kembali

antigen tertentu. Hal ini dapat diaplikasikan pada konsep imunisasi.

Imunisasi adalah pemberian perlindungan pada tubuh dari serangan

penyakit dengan memberikan vaksin. Vaksin adalah suatu cairan yang berisi bakteri

atau virus yang telah dilemahkan atau dimatikan sehingga dapat menimbulkan

kekebalan (imunitas) oleh antibodi. Jika kekebalan muncul karena respon dari

13
adanya infeksi dan dapat sembuh, disebut kekebalan alamiah. Bila kekebalan timbul

karena dibuat, contohnya karena vaksin maka disebut kekebalan buatan.

Antibodi merupakan protein plasma yang dihasilkan oleh sel B. Sel B

merupakan perkembangan dari limfosit yang berdiferensiasi menjadi sel plasma, dan

sel plasma itu yang memproduksi antibodi. Nama lain dari antibodi adalah

immunoglobulin. Setelah antibodi berhasil mengalahkan antigen, antibodi akan

memperbanyak diri. Sel hasil perbanyakan diri tersebut tidak akan berdiferensiasi

dan disebut Sel Memori B. Sel ini berfungsi dalam respon imunitas sekunder (respon

terhadap antigen yang sama di kemudian hari).

Antibodi sendiri adalah protein khusus yang diproduksi oleh sistem

kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi serta menghancurkan penyerbu asing,

seperti virus dan bakteri. Di sinilah peran tes titer antibodi untuk mengetahui secara

kualitatif (keberadaan) dan kuantitatif (jumlah) antibodi dalam darah. Tes titer

antibodi juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang pernah terinfeksi oleh

patogen di masa lalu. Respon pertahanan tubuh melibatkan aktivasi sel B yang akan

menghasilkan antibodi. Antigen yang masuk akan diikat oleh antibodi di bagian

epitop. Epitop menentukan kecocokan antara antibodi dengan antigen. Antigen yang

sudah diikat oleh antibodi akan diuraikan dan dibuang keluar tubuh bersama aliran

darah.

Mari sama-sama kita perhatikan proses mekanisme pengikatan antibodi

dengan antigen berikut ini: Pada pemaparan antigen yang masuk kedalam tubuh

pertama kali, akan direspon oleh sel makrofag yang berfungsi sebagai sel penyaji

antigen. Makrofag akan memberikan antigen kepada sel T helper untuk di bentuk

14
respon pertahanan tubuh terhadap antigen tersebut. Sel T helper akan mengaktivasi

sel B dan sel T sitotoksik. Kedua proses aktivasi tersebut memiliki respon yang

berbeda terhadap antigen tadi. Sel B sebagai kekebalan humoral akan menghasilkan

antibodi dalam plasma darah dan limfa (ekstraseluler). Sel T sitotoksik akan

melawan antigen secara intraseluler yaitu dengan melisiskan sel-sel yang sudah

terinfeksi antigen.

Saat pengaktivasian sel B, sel tersebut memperbanyak diri dengan tujuan

sebagian sel akan digunakan sebagai sel memori (respon imunitas sekunder) dan

sebagian yang lain akan menyerang antigen. Sehingga pada pemaparan antigen yang

sama pada waktu yang akan datang akan langsung direspon oleh sel B memori dan

langsung Terdapat beberapa macam immunoglobulin berdasarkan strukturnya, ada

monomer, d-dimer dan pentamer memproduksi antibodi untuk melawan antigen

tersebut.

15
Untuk lebih jelas coba perhatikan gambar ini:

Gambar 2. 1 struktur immunoglobulin

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar antibody

Perbedaan titer antibodi spesifik paska vaksinasi COVID-19 pada setiap peserta

akan berbeda beda, karena dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dalam

penelitiannya, Cheng et al. (2021) melaporkan bahwa terbentuknya antibodi paska

vaksinasi COVID-19 dipengaruhi oleh : usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, pola

hidup/Lifestyle,imunitas, jenis vaksin,jadwal vaksin dan alat yang digunakan.

Belum terdapat standarisasi internasional antibodi netralisasi yang sesuai

dengan berbagai tes antibodi kuantitatif yang beredar. Metode Gold standard adalah

PRNT ( Plaque Reduction Neutralization Test) dan pemeriksaan antibodi kuantitatif

RBD ( Receptor Binding Domain ).untuk monitoring mandiri respon imun vaksinasi

harus menggunakan alat dan reagen yang sama.

16
Target utama vaksinasi saat ini adalah untuk mencapai meningkatkan

cakupan untuk mencapai herd immunity → belum ada rekomendasi

penambahan/perubahan jenis vaksin/dosis berdasarkan hasil antibody. Penentuan

cut-off kadar antibodi seroprotektif masih membutuhkan penelitian (Prof. Dr.

Aryati, dr., MS, SpPK(K), pdspatklin_2021

2.1.4 Vaksin Covid-19

Saat ini terdapat jutaan orang di dunia yang telah menerima vaksin COVID

-19 dengan aman membawa kita semua satu langkah lebih dekat untuk kembali

berkegiatan seperti biasa dan bertemu dengan keluarga serta kerabat tercinta. Vaksin

dinanti-nantikan oleh banyak orang, namun amat wajar jika sebagian orang masih

bertanya-tanya mengenai proses vaksinasi dan apa saja yang perlu diantisipasi saat

giliran mereka tiba nanti . Vaksin membantu membentuk kekebalan pada tubuh

untuk memproduksi T-limfosit dan antibodi sehingga tubuh menimbulkan gejala

seperti demam dalam pembentukan antibodi tubuh. Setelah infeksi tiruan hilang,

tubuh akan membentuk T Limfosit memori yang akan digunakan untuk melawan

virus mendatang dan memakan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk

memproduksi T-limfosit setelah vaksinasi. (Syahrial, Ilham Martadona, Angelia

Leovita, Dian Fauzi jurnal umsb.)

Di Indonesia, pemerintah menargetkan seluruh sasaran vaksinasi Covid-19

sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap dan booster. Vaksinasi booster adalah

vaksinasi yang diberikan setelah seseorang mendapatkan vaksin primer dosis

lengkap. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan

17
memperpanjang masa perlindungan. Dapat diberikan secara homolog maupun

heterolog (Atmar et al., 2022).

Diharapkan dari kegiatan pemberian vaksinasi booster Covid-19 mampu

memutus rantai penularan Covid-19. Vaksinasi primer dosis lengkap menghasilkan

kekebalan yang cepat dan memberikan perlindungan terhadap Covid-19.

Imunogenisitas dan efektivitas vaksin pada tingkat individu bervariasi menurut

beberapa faktor termasuk usia dan kemampuan tubuh membentuk kekebalan itu

sendiri. Seiring waktu, perlindungan dari vaksin berkurang (Andrews et al., 2021;

Juno & Wheatley, 2021; Shekhar et al., 2021).

Oleh karena itu, untuk meningkatkan respon imun terhadap virus maka

penting sekali untuk melaksanakan pemberian vaksinasi booster ke-2 Covid-19.

Jenis vaksin booster yang diberikan berdasarkan informasi dari Kementerian

Kesehatan adalah vaksin yang diproduksi oleh PT. Biofarma (Persero), Astra

Zeneca, China Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc

and Bio N Tech, dan Sinovac Biotech Ltd. (Kementerian Kesehatan RI, 2022a).

Berikut ada beberapa macam vaksin yang beredar di Indonesia :

1. Sinovac

Sinovac adalah vaksin yang diproduksi perusahaan biofarmasi China, Sinovac

BioTech. Vaksin bermerek CoronaVac ini merupakan tipe vaksin whole virus yang

memanfaatkan virus SARS-CoV-2 nonaktif. Virus tersebut sudah tidak dapat

menginfeksi tubuh, namun bisa memicu pembentukan imun dalam tubuh kita.

Vaksin Sinovac memiliki berbagai angka efikasi dari beberapa negara yang telah

18
melakukan uji coba. Setelah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin Sinovac mulai digunakan untuk

program vaksinasi di Indonesia mulai sekitar bulan Februari 2021 .

2. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca atau Oxford-AstraZeneca adalah vaksin yang diproduksi

perusahaan biofarmasi asal Inggris bersama Universitas Oxford.Vaksin ini

merupakan tipe vaksin viral vector yang memanfaatkan adenovirus simpanse (yang

sudah dilemahkan sehingga tidak berbahaya), untuk mengantarkan protein spike dari

Covid-19 ke dalam sel tubuh, sehingga memicu pembentukan antibodi.

3. Moderna

Vaksin Moderna adalah vaksin yang diproduksi perusahaan bioteknologi

asal Amerika Serikat, Vaksin Moderna adalah tipe vaksin messenger RNA (mRNA)

yang menggunakan materi genetik untuk memberikan stimulus kepada sel tubuh kita

agar membentuk antibodi.

4. Pfizer

Pfizer-BioNTech adalah vaksin pertama di dunia yang diberikan untuk

masyarakat umum. Vaksin ini merupakan hasil kolaborasi antara perusahaan

bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dengan perusahaan farmasi asal Amerika

Pfizer. Sama seperti Moderna, vaksin Pfizer-BioNTech adalah vaksin

tipe messenger RNA (mRNA) atau vaksin asam nukleat. Vaksin ini menggunakan

materi genetik, yaitu protein spike dari Covid-19, yang dimanfaatkan untuk

memberikan instruksi kepada sel tubuh kita agar membentuk antibodi.

19
5. Sinopharm

Vaksin Sinopharm adalah vaksin virus corona buatan China dan telah

diujikan di beberapa negara lainnya. Vaksin ini menggunakan platform yang sama

dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi atau berjenis inactivated

vaccine. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 akan berhasil jika masyarakat Indonesia

memiliki niat yang tinggi untuk mengikuti vaksinasi.

Saat seseorang divaksinasi, orang tersebut sangat mungkin terlindungi dari

penyakit yang disasar.Saat seseorang divaksinasi, orang tersebut sangat mungkin

terlindungi dari penyakit yang disasar. Tetapi tidak semua orang bisa

divaksinasi. Orang-orang dengan kondisi kesehatan penyerta yang memperlemah

sistem imun mereka (seperti kanker atau HIV) atau yang memiliki alergi parah

terhadap beberapa komponen vaksin mungkin tidak bisa divaksinasi dengan vaksin-

vaksin tertentu. Orang-orang ini masih dapat dilindungi jika mereka tinggal di

tengah orang-orang yang divaksinasi. Saat banyak orang di dalam masyarakat

divaksinasi, patogen akan sulit menyebar karena sebagian besar yang dijangkitinya

sudah kebal. Jadi, semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin kecil risiko

orang yang tidak dapat dilindungi oleh paparan patogen-patogen yang

merugikan. Keadaan ini disebut kekebalan kelompok.

Kekebalan kelompok menjadi semakin penting.Kekebalan kelompok

menjadi semakin penting bagi orang-orang yang selain dapat divaksinasi juga tidak

rentan terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicapai melalui vaksinasi. Tidak ada

vaksin yang memberikan perlindungan 100%, dan kekebalan kelompok tidak

memberikan perlindungan penuh bagi yang tidak bisa divaksinasi dengan

20
aman. Namun, dengan kekebalan kelompok, orang-orang ini akan mendapat

perlindungan yang cukup besar, karena orang-orang di sekitarnya sudah divaksinasi.

Vaksinasi tidak hanya melindungi diri Anda, tetapi juga melindungi orang-orang di

masyarakat yang tidak bisa divaksinasi. Jika bisa divaksinasi, pastikan Anda

divaksinasi.(who,coronavirus,cara-kerja-vaksin)

2.1.3 Pemeriksaan Antibodi Titer SARS CoV-2

Titer antibodi merupakan jenis tes darah yang digunakan untuk menentukan

keberadaan dan tingkat antibodi dalam darah. Tes ini berguna untuk menyelidiki

apakah terdapat reaksi kekebalan yang dipicu oleh penyerbu asing (antigen) di

dalam tubuh. Jadi ketika ada patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) masuk

ke dalam tubuh, antigen yang berada pada patogen tersebut akan memicu sistem

imunitas untuk menghasilkan antibodi.

Pemeriksaan Anti-SARS-CoV-2 Kuantitatif merupakan pemeriksaan untuk

mengukur antibodi kuantitatif in vitro (termasuk IgG) terhadap receptor binding

domain (RBD) protein Spike (S) SARS-CoV-2 yang bertujuan untuk menilai respons

imun humoral adaptif terhadap protein Spike SARS-CoV-2.

2.1.4 Metode Pemeriksaan Anti-SARS CoV-2

Prosedur dan Pembacaan Hasil Tes Antibodi COVID-19 yaitu tenaga medis

akan mengambil sampel darah tenaga kesehatan, biasanya dengan mengambil darah

dari pembuluh darah vena pada lengan,darah ditampung dengan menggunakan

tabung penampungnya SST (tutup kuning). Kemudian sampel serum di diamkan

21
sampai darah membeku ( sekitar 30 menit),Kemudian di proses pemisahan serum

yaitu dicentrifuge. Setelah sampel serum terpisah bisa dilanjutkan untuk diuji

dengan menggunakan alat otomatis Cobas E411 metode ECLIA untuk menentukan

apakah pasien telah mengembangkan antibodi terhadap virus SARS Cov-2. Hasil tes

antibody kuantitatif selesai dalam waktu 30 menit.

2.2 Kerangka konsep

Kadar antibodi Kadar antibody


sebelum booster 2 sesudah booster 2
moderna moderna

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Konsep Anti –SARS CoV-2

22
2.3 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional Anti-SARS COV-2

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1.Tenaga Tenaga Wawancara Observasi Jumlah : Ordinal
kesehatan kesehatan yg
sdh vaksin Laki-laki
1,2 dan Perempuan
booster 1
blm pernah 3,6 bulan
terinfeksi
covid-19
Profesi Dokter:
Perawat
Analis

2.Kadar Kadar Electro Cobas U/mL Ratio


Antibodi Antibodi Chemiluminesce E411
sebelum nce (ECL)
sesudah
Vaksin
Booster ke-2

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variable dependen

dan variable independen dilakukan dan diukur dalam waktu yang berbeda yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar Antibodi pada tenaga kesehatan di

Rumah Sakit Siloam Hospital Lippo Cikarang.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan tenaga kesehatan yg belum pernah

terinfeksi virus COVID-19, sudah vaksin 1,2 dan booster 1 di Rumah Sakit Siloam

Hospital Lippo Cikarang

3.2.2 Sampel

Pada penelitian ini,sampel yang di gunakan adalah sampel darah vena dari

50 tenaga kesehatan yang belum pernah terpapar virus COVID-19, dan yang sudah

mendapatkan vaksin 1, 2 dan 3 (booster 1). Di lakukan pemeriksaan kadar Antibodi

Covid-19 sebelum booster ke-2 dan 14 hari sesudah vaksin ke 4 (Booster 2) di

Rumah Sakit Siloam Hospitals Lippo Cikarang pada bulan September sampai

November 2022.

a. Kriteria inklusi

24
1. Seluruh tenaga kesehatan Rumah Sakit Siloam Hospitals Lippo Cikarang

2. Sudah mendapatkan vaksian 1,2,3 (Booster 1)

3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

4. Belum terpapar virus Covid-19

b. Kriteria Ekklusi

1. Tenaga kesehatan Rumah Sakit Siloam Hospitals Lippo Cikarang Lippo

cikarang yang pernah terpapar virus covid-19

3.2.3 Teknik Pengambilan Sample

Sample diambil secara Random Sampling yaitu teknik pengambilan sample dari

populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

diambil sebagai sample (Sugiyono, 2017).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Siloam

Hospital Lippo Cikarang, mulai bulan September 2022 sampai dengan bulan

Oktober 2022.

3.4 Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini, adalah data sekunder yang diambil

dari hasil pemeriksaan kadar antibodi covid-19 dengan metode Eclia pada tenaga

kesehatan di Rumah Sakit Siloam Hospitals Lippo Cikarang dalam kurun waktu 2

25
bulan September – Oktober 2022 sebanyak 50 sampel kemudian data di sajikan

dalam bentuk tabel.

3.5 Alat, Bahan dan Prosedur Kerja

3.5.1 Alat

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini,antara lain: Needle/spuit

3 mL, kapas alkohol, micropure/plester, tourniquet, tabung SST, Centrifuge dan alat

otomation analyzer.

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: serum dari darah

vena, reagen Anti SARS-CoV-2.

3.5.3 Cara Kerja

3.5.3.1 Cara Kerja Pengambilan Darah Vena (Nugraha 2022)

1. Dilakukan pendekatan kepada pasien dengan tenang dan ramah, diusahakan

pasien senyaman mungkin.

2. Pasien diidentifikasi dengan benar sesuai dengan data pada lembar permintaan.

3. Keadaan pasien diverifikasi, misalnya puasa atau konsumsi obat, dicatat bila

pasien minum obat tertentu.

4. Pasien diminta untuk meluruskan lengan dan mengepalkan tangannya.

5. Tali pembendung (torniquet) dipasang ± 10 cm di atas lipatan siku.

6. Dipilih vena bagian median cubital atau cephalic. Dilakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan

26
memiliki dinding tebal. Bila vena tidak teraba, maka dilakukan pengurutan dari

arah pergelangan ke siku.

7. Area kulit pada bagian yang akan diambil darah dibersihkan dengan kapas

alkohol 70%, dan dibiarkan kering; kulit yang sudah dibersihkan jangan

dipegang lagi.

8. Bagian vena ditusuk dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum

telah masuk kedalam vena, maka tabung vacutainer akan terisi dengan

sendirinya, torniquet dikendorkan, dan pasien diminta untuk membuka kepalan

tangannya.

9. Setelah volume darah yang diinginkan cukup, tourniquet dilepas, dan

diletakkan kapas pada lokasi suntikan, jarum segera dilepaskan atau ditarik.

Diletakkan kapas pada bekas tusukan, kemudian ditekan beberapa saat, dan

diberi plester.

3.5.3.2 Pembuatan Serum (Nugraha 2022)

Darah vena dalam tabung, dibiarkan selama 30 – 60 menit, kemudian

disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, cairan bening berwarna

kuning pucat dipisahkan dari komponen sel darah; serum siap digunakan untuk

pemeriksaan Antibodi titer SARS CoV 2.

27
3.5.3.3 Pemeriksaan Antibodi Metode ECLIA dengan Alat Otomation

Prinsip Pemeriksaan : Alat otomation immune analyzer bekerja secara Electro

ChemiLuminescence Immuno Assay (ECLIA) untuk mengukur absorbans suatu

campuran reaksi dalam kuvet. Kuvet yang terdapat dalam instrument ini disusun

dengan bentuk melingkar dan dalam jumlah yang banyak,yaitu sebanyak 150 kuvet,

sehingga memungkinkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan secara

bersamaan.Sistem komputer pada instrument ini mengatur dan mengontrol berbagai

proses yang dilakukan oleh setiap bagian yang berperan dalam proses pengukuran,

sehingga tidak akan terjadi kesalahan baik dalam proses pemipetan, penambahan

reagen, pengukuran maupun perhitungan kadar. Seluruh tahapan analisis dengan

instrument ini berjalan secara otomatis. (Laksamana, 2022)

Prosedur pemeriksaan kadar Antibodi titer SARS CoV 2 :

1. Sambungkan kabel power pada stabilitor kemudian nyalakan alat (saklar 0n/Off)

2. Pastikan alat pada posisi stanby dan tunggu lampu berwarna hijau.

3. Masukkan sample serum yang sudah ada barcode pasien ke dalam rak sampel

4. Tekan start dan alat akan melakukan pengoperasian secara otomatis.

5. Pembacaan dilanjutkan dengan alat immuno analyzer yang sudah terprogram,

dan di dalamnya terdapat reagen Antibodi titer SARS CoV 2 .

6. Hasil akan keluar dalam waktu 25 menit dan otomatis link ke sistem LIS ,

kemudian catat hasil pemeriksaan kadar Antibodi titer SARS CoV 2

3.6 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data primer sebagai hasil pemeriksaan kadar antibodi

titer SARS CoV-2 sebelum vaksin booster 2 dan 14 hari setelah booster 2 dari peserta

28
tenaga kesehatan. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan

narasi/deskriptif.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical

Package for Social Science) versi 26 dan ditampilkan dalam bentuk sederhana

berdasarkan perbandingan kadar sebelum dan sesudah vaksin booster ke-2. Hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi atau deskriptif.

3.8 Alur Pemeriksaan

Responden Tenaga
Kesehatan

Wawancara

Pengambilan Sampel
darah

Pengambilan Sampel
darah

Proses pembuatan
sampel Anti-Sars Cov

Pemeriksaan Sampel
Anti Sars29
Cov-2
Pengumpulan data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Skema Kerja

30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Data Umum Responden

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS


Siloam Cikarang

No Jenis Kelamin Frekuensi %


1 Laki-laki 21 42
2 Perempuan
29 58
Jumlah 50 100
Sumber: Data Primer tahun 2022

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa Jenis kelamin responden sebagian besar

Perempuan yaitu 29 orang (58 %).

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RS Siloam


Cikarang

No. Umur (Th) Frekuensi %


1 21-30 13 26
2 30-40 13 26
3 40-50 10 20
4 50-60 8 10 16
5 60-70 5 10 10
6 >70 1 2

Total 50 100
Sumber: Data Primer tahun 2022

31
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Umur responden sebagian besar adalah 21-

30 tahun (26%) dan 30-40 tahun ( 26%) . Berdasarkan umur responden

diketahui bahwa paling muda adalah umur 21 tahun dan paling tua 72 tahun.

4.1.2 Data Khusus

4.1.2.1 Kadar Antibody Sebelum Vaksin Booster

Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan antibody sebelum


booster ke-2 di RS.Siloam Cikarang

No Antibody(U/mL) Frekuensi %
1 < 10 66 12
2 10-15 24 48
3 15-21 14 28
4 20-26 5 10
5 > 25 1 2

Total 50 100
Sumber: Data Primer tahun 2022

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Antibody sebelum vaksin booster

sebagian besar 10-15 U/mL(48%). Nilai antibody paling rendah 7,800 U/mL

dan paling tinggi 25,200 U/mL.

4.1.2.1 Kadar Antibody Sesudah Vaksin Booster

Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan antibody sesudah


booster ke-2 di RS Siloam Cikarang

No Antibody U/mL Frekuensi %


1 15-20 5 10
2 20-25 11 22
3 25-30 14 28
4 30-35 7 14
5 35-40 6 12
6 40-45 7 14

Sumber: Data Primer tahun 2022

32
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Antibody sesudah vaksin booster

sebagian besar 25-30 U/mL (28%). Nilai antibody paling rendah 17,300

U/mL dan paling tinggi 45,230 U/mL.

Tabel 4. 5 Nilai mean (rata-rata) kadar antibody sesudah vaksin booster ke- 2
di RS Siloam Cikarang

No Rata-rata
Jadwal Booster Selisih
Antibody
1 Sebelum 14,74 U/mL
2 Sesudah 29,62 U/mL 14,87 U/mL

Sumber: Data Primer tahun 2022

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Antibody sebelum vaksin booster

dengan rata-rata 14,74 U/mL dan sesudah vaksin booster terjadi peningkatan

dengan nilai rata-rata 29,62 U/mL. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

perbedaan antibody responden sebelum dan sesudah sebesar 14,74 U/mL.

4.2 Pembahasan

33
4.2.1 Kadar Antibodi sebelum bosster

Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa kadar Antibody sebelum

vaksin booster sebagian besar 10,000-15,000 U/mL (48%). Kadar antibody

paling rendah 7,780 U/mL dan paling tinggi 25,200 U/mL .

Berdasarkan hasil pengukuran antibody pada responden didapatkan

Kadar antibody paling tinggi pada kadar 25,200 U/mL. Kadar yang tinggi ini

ditemukan pada responden usia 59 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

responden memiliki pertahanan imunitas yang baik dan dalam kondisi sehat.

Sedangkan kadar antibody paling rendah dengan kadar 7,780 U/mL

ditemukan pada responden dengan usia 28 tahun. Kadar antibody pada

responden lebih rendah bisa dikarenakan banyak faktor seperti kondisi

kesehatan, kelelahan, Nutrisi.

Antibodi merupakan protein plasma yang dihasilkan oleh sel B. Sel

B merupakan perkembangan dari limfosit yang berdiferensiasi menjadi sel

plasma, dan sel plasma itu yang memproduksi antibodi. Setelah antibodi

berhasil mengalahkan antigen, antibodi akan memperbanyak diri. Sel hasil

perbanyakan diri tersebut tidak akan berdiferensiasi dan disebut Sel Memori

B. Sel ini berfungsi dalam respon imunitas sekunder (respon terhadap antigen

yang sama di kemudian hari).

Antibodi sendiri adalah protein khusus yang diproduksi oleh sistem

kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi serta menghancurkan penyerbu

asing, seperti virus dan bakteri. Di sinilah peran tes titer antibodi untuk

34
mengetahui secara kualitatif (keberadaan) dan kuantitatif (jumlah) antibodi

dalam darah. Tes titer antibodi juga dilakukan untuk menentukan apakah

seseorang pernah terinfeksi oleh patogen di masa lalu.

Antibody dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah Usia,

jenis kelamin, riwayat infeksi, imunitas, pola hidup dan jens vaksin yang

digunakan.

4.4.2 Kadar Antibody sesudah Bosster

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

nilai Antibody sesudah vaksin booster sebagian besar 25-30 U/mL (28%).

Nilai antibody paling rendah 17,300 U/mL dan paling tinggi 45,230 U/mL.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Antibody sebelum vaksin booster

dengan rata-rata 14,74 U/mL dan sesudah vaksin booster terjadi peningkatan

dengan nilai rata-rata 29,62 U/mL. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

perbedaan antibody responden sebelum dan sesudah sebesar 14,74 U/mL.

Vaksin efektif meningkatkan kekebalan tubuh melalui peningkatan jumlah

antibodi.

Vaksinasi akan menyebabkan pemaparan antigen yang masuk kedalam

tubuh pertama kali, akan direspon oleh sel makrofag yang berfungsi sebagai

sel penyaji antigen. Makrofag akan memberikan antigen kepada sel T helper

untuk di bentuk respon pertahanan tubuh terhadap antigen tersebut. Sel T

helper akan mengaktivasi sel B dan sel T sitotoksik. Kedua proses aktivasi

35
tersebut memiliki respon yang berbeda terhadap antigen tadi. Sel B sebagai

kekebalan humoral akan menghasilkan antibodi dalam plasma darah dan

limfa (ekstraseluler). Sel T sitotoksik akan melawan antigen secara

intraseluler yaitu dengan melisiskan sel-sel yang sudah terinfeksi antigen.

Saat pengaktivasian sel B, sel tersebut memperbanyak diri dengan tujuan

sebagian sel akan digunakan sebagai sel memori (respon imunitas sekunder)

dan sebagian yang lain akan menyerang antigen. Sehingga pada pemaparan

antigen yang sama pada waktu yang akan datang akan langsung direspon

oleh sel B memori dan langsung Terdapat beberapa macam immunoglobulin

berdasarkan strukturnya, ada monomer, d-dimer dan pentamer memproduksi

antibodi untuk melawan antigen tersebut.

Pemberian vaksin booster menyebabkan adannya peningkatan antibody pada

manusia berlipat-lipat tergantung dari usia, riwayat kesehatan dan jenis

vaksin. Adanya peningkatan antibody akan berdampak pada proses

pertahann tubuh semakin kuat untuk melawan virus atau baktrei yang masuk

kedalam tubuh. Hal ini sangat bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya

yang setiap harimya akan terpapar dengan virus atau bakteri ketika

memberikan pelayanan kepada klien. Pemberian vaksinasi booster akan

meningkatkan proses replikasi dan difrensiasi yang dibisa diukur dari

pemeriksaan antibody yang hasilnya cenderung meningkat setelah

divaksinasi.

36
Antibody juga dipengaruhi oleh gizi, semakin baik gizi seseorang maka

status imun tubuh juga akan semakin baik. Demikian juga sebaliknya bila

status gizinya kurang baik akan terjadi penurunan imunitas tubuh yang

berdampak mudah terpapar infeksi. Tubuh memerlukan enam kompnone

utama yaitu proterin, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.

Faktor lainnya adalah usia, system imun pada manusia sudah terbentuk sejak

masa dalam kandungan. Semakin tua usia seseorang maka akan berdampak

pada semakin lemahnya system imunitas tubuh. Hal ini terjadi karena

pengaruhi kemunduran biologis dan menyusutnya kelenjar timus sehingga

berdampak pada perubahan imun seluler dan humoral. Usia lanjut juga

rentan timbul adanya kelainan yang melibatkan system imun semain

bertambah karena adanya rseiko menderita penyakit autoimun, penyakit

keganasan, sehingga mudah terpapar penyakit. (Sharma & Anand, 2022)

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pemeriksaan kadar

Antibodi COVID-19 dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Vaksin

COVID-19 dalam uji klinis semuanya menunjukkan imunogenisitas yang

menjanjikan dengan berbagai tingkat efektivitas. perlindungan dan profil keamanan

yang dapat diterima. Imunisasi dosis kedua memberikan respon imun yang lebih

kuat pada semua vaksin.

5.2. Saran

Tantangan kedepan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas dan

keamanan vaksin pada kasus dengan varian SARS-CoV-2 baru perlu dilakukan,

tentu hal ini akan berdampak pada efektivitas vaksin itu sendiri terhadap varian baru

SARS-CoV-2. Selain itu jadwal imunisasi, seperti frekuensi vaksinasi yang lebih

sering atau dosis yang lebih tinggi pada setiap suntikan juga perlu dilaksanakan,

perlunya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai efektivitas dan

keamanan vaksin COVID-19 juga sangat dianggap penting agar dapat meningkatkan

tingkat penerimaan vaksin pada masyarakat.

38
DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, O., & Bakti, A. P. (2021). PENINGKATAN SISTEM IMUNITAS


TUBUH DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 Okta Adijaya
Ananda Perwira Bakti. Jurnal Kesehatan Olahraga, 51–60.
Amalia, L., Irwan, I., & Hiola, F. (2020). Analisis Gejala Klinis Dan Peningkatan
Kekebalan Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Covid-19. Jambura Journal of
Health Sciences and Research, 2(2), 71–76.
https://doi.org/10.35971/jjhsr.v2i2.6134
Arianto, D., & Sutrisno, A. (2021). Kajian Antisipasi Pelayanan Kapal dan Barang
di Pelabuhan Pada Masa Pandemi Covid–19. Jurnal Penelitian Transportasi
Laut, 22(2), 97–110. https://doi.org/10.25104/transla.v22i2.1682
Banoun, H. (2021). Evolution of SARS-CoV-2: Review of Mutations, Role of the
Host Immune System. Nephron, 145(4), 392–403.
https://doi.org/10.1159/000515417
Hakam. (n.d.). Vaksinasi COVID-19: Solusi Menghadapi Pandemi?
Laksamana, K. (2022). PENCEGAHAN COVID-19 1 Program Studi Kebidanan ,
Akademi Kebidanan Laksamana Pekanbaru Universitas Riau 3 Universitas
Riau 4 Universitas Ria Corresponding Author : Adhistie Indah Sari , Program
Studi Kebidanan , akademi Abstrak PENDAHULUAN. 3061–3069.
Lidiana, E. H., Mustikasari, H., Pradana, K. A., & Permatasari, A. (2021). Gambaran
Karakteristik Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi Covid-19 Tenaga Kesehatan
Alumni Universitas ’Aisyiyah Surakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(1), 11–
17.
Liu, Z., VanBlargan, L. A., Bloyet, L. M., Rothlauf, P. W., Chen, R. E., Stumpf, S.,
Zhao, H., Errico, J. M., Theel, E. S., Liebeskind, M. J., Alford, B., Buchser, W.
J., Ellebedy, A. H., Fremont, D. H., Diamond, M. S., & Whelan, S. P. J. (2021).
Identification of SARS-CoV-2 spike mutations that attenuate monoclonal and
serum antibody neutralization. Cell Host and Microbe, 29(3), 477-488.e4.
https://doi.org/10.1016/j.chom.2021.01.014
Naully, P., Nursidika, P., Kania, P. P., Rachmawati, F., & Gunawan, T. (2022).
Pemeriksaan Antibodi Paska Vaksinasi COVID-19 pada Penduduk di Sekitar
Universitas Jenderal Achmad Yani. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian
Nusantara, 6(3), 566–572. https://doi.org/10.29407/ja.v6i3.16772
Nugroho, S. A., & Hidayat, I. N. (2021). Efektivitas Dan Keamanan Vaksin Covid-
19 : Studi Refrensi. Jurnal Keperawatan Profesional, 9(2), 61–107.
https://doi.org/10.33650/jkp.v9i2.2767
Rotty, I., Kristanto, E. G., Sekeon, S., Ekawardani, N., & Liwe, H. R. (2022).
Formation of SARS-CoV-2 Specific Antibody after vaccination. E-CliniC,
10(1), 16. https://doi.org/10.35790/ecl.v10i1.37193
Sharma, R., & Anand, A. (2022). The effect of pandemic prevalence on the reported
efficacy of SARS-CoV-2 vaccines. PLoS ONE, 17(4 April), 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0266271
Syahrial, IlhamMartadona, Angelia Leovita, D. F. (2021). Peningkatan imunitas

39
tubuh di masa pandemi covid-19 melalui budidaya tanaman herbal di lahan
pekarangan rumah tangga di Kelurahan Lolong Belanti Kecamatan Padang
Utara Kota Padang. Menara Pengabdian, 1(2), 74–81.
Vaksinasi, P., Covid-, B., Percepatan, U., Sinaga, E. S., Pou, R., Tarigan, G. H., &
Yuwono, B. E. (2022). JUARA : Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Pemberian
Vaksinasi Booster Covid-19 sebagai Upaya Percepatan Terbentuknya
Kekebalan Kelompok pada Masyarakat di Wilayah DKI Jakarta Provision of
Covid-19 Booster Vaccination to Accelerate the Herd Immunity in DKI J. 227–
237.
WHO. (2022). WHO Therapeutics and COVID-19: Living Guideline. World Health
Organisation, July, 128.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/345356.%0Ahttps://www.who.int/publi
cations/i/item/WHO-2019-nCoV-therapeutics-2022.3

(Kemenkes RI, 2020)


Kemenkes. (2020). Frequently asked question. https://kesmas.kemkes.go.id/assets/
uploads/contents/others/FAQ_VA KSINASI_COVID__call_center.pd f

ANDERSON, R. M., VEGVARI, C., TRUSCOTT, J. & COLLYER, B. S. 2020b.


Challenges in creating herd immunity to SARSCoV-2 infection by mass
vaccination. Lancet, 396, 1614- 1616.

CDC. 2021a. COVID-19 and Your Health [Online]. Available: https://www.cdc.go


v/coronavirus/2019 -ncov/yourhealth/index.html [Accessed 23 Juli 2021].

CLINICALTRIALS.GOV. 2021. Phase III Trial of A COVID-19 Vaccine of


Adenovirus Vector in Adults 18 Years Old and Above [Online]. Available:
https://www.clinica ltrials.gov/ct2/show /NCT04526990 [Accessed 24 Juli 2021].

FDA. 2020. Vaccines and Related Biological Products Advisory Committee


[Online]. Available: https://www.fda.go v/advisorycommittees/bloodvaccines-and-
otherbiologics/vaccinesand-relatedbiological-productsadvisory-committee
[Accessed 20 Juli 2020]

REUTERS, S. 2021. UPDATE 2-China's Sinovac defends COVID-19 vaccine


after disappointing Brazil data [Online]. Available: https://www.reute
s.com/article/healt h-coronavirusmalaysiaidCNL1N2JO0O9 [Accessed 25 Juli
2021].

Cheng, Z. J., Xue, M., Zheng, P., Lyu, J., Zhan, Z., Hu, H., Zhang, Y., Zhang, X. D.,
& Sun, B. (2021). Factors Affecting the Antibody Immunogenicity of
Vaccines against SARSCoV-2: A Focused Review. Vaccines, 9(8), 869.
https://doi.org/10.3390/vaccines9080869

40
Chiu, S.-K., Tsai, K.-W., Wu, C.-C., Zheng, C.-M., Yang, C.-H., Hu, W.-C., Hou,
Y.-C., Lu, K.-C., & Chao, Y.-C. (2021). Putative Role of Vitamin D for
COVID-19 Vaccination. International Journal of Molecular Sciences, 22(16),
8988. https://doi.org/10.3390/ijms22168988

Cucunawangsih, C., Wijaya, R. S., Lugito, N. P. H., & Suriapranata, I. (2021).


Antibody response to the inactivated SARS-CoV-2 vaccine among healthcare
workers, Indonesia. International Journal of Infectious Diseases, 113, 15–17.
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.09.078
Elecsys® Anti-SARS-CoV-2 S. Package Insert 2020-09, V1.0; Material Numbers
092. Pelacak dan lanskap vaksin COVID-19 W. COVID-19 2021. [Tersedia
dari: https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-
candidate-vaccines
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 6 (3), 2022, 566-572 Patricia Gita
Naully, Perdina Nursidika, Dkk. http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/PPM
Jayani, I., Ramayanti, E. D., & Susmiati, S. (2021). Edukasi Penerapan Protokol
Kesehatan Pada Era New Normal Sebagai Bentuk Upaya Pencegahan
Pengendalian Covid-19. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara,
5(1), 1–8. https://doi.org/10.29407/ja.v5i1.15270
Khoury, J., Najjar-Debbiny, R., Hanna, A., Jabbour, A., Abu Ahmad, Y., Saffuri,
A., AbuSinni, M., Shkeiri, R., Elemy, A., & Hakim, F. (2021). COVID-19
vaccine – Long term immune decline and breakthrough infections. Vaccine,
39(48), 6984–6989. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2021.10.038

McNeil, S. (2006). Overview of Vaccine Efficacy and Vaccine Effectiveness. WHO,


19.
Menara Pengabdian
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarapengabdian/article/download/309
5/pdf
Nurnaningsih Nurnaningsih https://stikes-nhm.e-journal.id/JOB/article/view/755

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Republik Indonesia. (2021). Analisis Data


COVID-19 Indonesia. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Republik
Indonesia.

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id

Nugraha G. (2022) ‘Teknik Pengambilan dan Penanganan Spesimen Darah Vena


Manusia untuk Penelitian’, LIPI Press, Jakarta

World Health Organization. (2020). Corona Disease (COVID-19) Situation


Report—198. World Health Organization.

41
Wu, Z., Hu, Y., Xu, M., Chen, Z., Yang, W., Jiang, Z., Li, M., Jin, H., Cui, G., Chen,
P., Wang, L., Zhao, G., Ding, Y., Zhao, Y., & Yin, W. (2021). Safety,
tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2 vaccine
(CoronaVac) in healthy adults aged 60 years and older: A randomised, double-
blind, placebo-controlled, phase 1/2 clinical trial. The Lancet Infectious
Diseases, 21(6), 803–812. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30987-7
Who https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-cara-kerja-
vaksin

42
Lampiran 1

Lembar Bimbingan KTI

43
Lampiran.2
PERIODE: 03-09-2022 TO 03-10-2022
TES: Total Anti SARS-CoV-2 Titer

RESPODEN HASIL ( U/mL) %


SELISIH
NO AGE SEX SEBELUM SESUDAH PENINGKATAN

1 45Y F 10.400 23.000 12.600 121


2 21Y F 13.600 30.009 16.409 121
3 48Y M 12.731 27.340 14.609 115
4 49Y F 20.000 40.340 20.340 102
5 49Y F 12.790 25.750 12.960 101
6 26Y M 12.500 17.540 5.040 40
7 42Y M 9.400 20.250 10.850 115
8 37Y F 12.540 26.400 13.860 111
9 60Y M 17.500 37.560 20.060 115
10 47Y F 10.870 20.210 9.340 86
11 53Y F 14.500 30.210 15.710 108
12 28Y F 7.780 17.300 9.520 122
13 33Y M 17.890 36.500 18.610 104
14 62Y F 10.854 20.230 9.376 86
15 60Y M 12.561 23.250 10.689 85
16 60Y M 15.017 32.150 17.133 114
17 61Y F 13.780 28.753 14.973 109
18 72Y F 21.000 40.320 19.320 92
19 43Y M 19.800 42.210 22.410 113
20 29Y F 8.800 18.302 9.502 108
21 59Y M 25.120 45.640 20.520 82
22 40Y F 10.890 21.560 10.670 98
23 34Y M 11.987 24.340 12.353 103
24 36Y M 12.560 25.220 12.660 101
25 70Y F 15.541 32.120 16.579 107
26 32Y F 16.524 33.451 16.927 102
27 49Y M 18.450 37.904 19.454 105
28 63Y F 14.560 27.601 13.041 90
29 69Y M 18.890 37.654 18.764 99

44
30 26Y F 12.670 23.650 10.980 87
31 22Y F 13.560 27.630 14.070 104
32 23Y F 18.769 38.752 19.983 106
33 51Y F 14.650 29.850 15.200 104
34 51Y F 22.100 45.230 23.130 105
35 39Y F 10.897 23.220 12.323 113
36 35Y M 8.990 18.650 9.660 107
37 24Y M 14.870 30.021 15.151 102
38 42Y F 12.657 22.040 9.383 74
39 31Y F 22.109 43.670 21.561 98
40 41Y F 8.879 17.564 8.685 98
41 40Y M 16.751 32.452 15.701 94
42 29Y F 15.789 30.650 14.861 94
43 34Y F 14.351 27.850 13.499 94
44 40Y M 15.189 33.240 18.051 119
45 51Y F 9.890 20.454 10.564 107
46 25Y F 14.670 29.760 15.090 103
47 25Y M 18.790 37.650 18.860 100
48 30Y M 14.750 29.430 14.680 100
49 31Y M 20.200 41.040 20.840 103
50 22Y M 17.860 35.050 17.190 96

45
Lampiran.3

Nomor : LB. 02.01/4.6/ 08 / 2022 20 Agustus 2022


Perihal : Permohonan izin penelitian

Yang terhormat,
Dr Feronica Kusuma Hidayat Sp.PK
RS Siloam Cikarang
Jl.MH Thamrin Kav.105 Lippo
Cikarang

Kami hadapkan mahasiswa Program Studi D III Teknologi Laboratorium Medis


Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung sebagai berikut :

NO NAMA NIM JUDUL PENELITIAN NAMA PEMBIMBING

1 Murni P17334121195 Perbandingan kadar Dra.Ira Gustira Rahayu,


Antibodi sebelum dan MKes
sesudah booster ke-
2pada tenga kesehatan
RS Siloam Cikarang

Untuk dapat diijinkan melakukan pengambilan data Penelitian, sehingga dapat


digunakan sebagai data penunjang penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Demikian permohonan kami sampaikan, Atas perhatian dan kerjasamanya kami
sampaikan terimakasih.

Ketua Jurusan

Entuy Kurniawan,S.Si.,MKM
NIP.196811111992031001

46
Lampiran 4

Gambar 1 Alat Immunologi Analyzer

Gambar 2 Reagen Ellecys Anti-SARS CoV-2

47
Lampiran 5

Gambar 3 Proses Penelitian Kadar Antibodi Metode ECLIA

48
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


NAMA : MURNI
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : SOLO, 17 JANUARI 1973
BANGSA : INDONESIA
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
STATUS DALAM KELUARGA : MENIKAH
ALAMAT : VILA MUTIARA CIKARANG BLOK F3/4
CIANTRA CIKARANG SELATAN BEKASI ,JAWA BARAT
NO. TELEPON : 081384205484
EMAIL : IMUNKMURNI@GMAIL.COM
MENERANGKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
PENDIDIKAN
1. TAMATAN SDN BIBIS WETAN GILINGAN BANJARSARI SOLO.
2. TAMATAN SMPN 7 SOLO TAHUN 1987, BERIJAZAH.
3. TAMATAN SMAK NASIONAL SURAKARTA TAHUN 1992,
BERIJAZAH.
PENGALAMAN KERJA
1. LAB KLINIK PRODIA
2. RS SILOAM LIPPO CIKARANG
DEMIKIAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP INI SAYA BUAT DENGAN
SEBENARNNYA
BANDUNG, 07 DESEMBER 2022

(MURNI )

49
Lampiran 7

INFORMED CONSENT

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN

SUBJEK DAN FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH MENDAPATKAN

PENJELASAN.

Rekan yang terhormat, saya adalah mahasiswi Jurusan Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan bandung yang akan melakukan penelitian dengan judul

“PERBANDINGAN KADAR ANTIBODI SEBELUM DAN SESUDAH BOOSTER


KE-2 PADA TENAGA KESEHATAN RUMAH SAKIT SILOAM CIKARANG”
Penelitian yang akan saya lakukan memerlukan bantuan responden yaitu semua

tenaga kesehatan di RS Siloam Cikarang sebagai sample penelitian saya karena

memenuhi kriteria sebagai berikut:

KRITERIA INKLUSI:

1 Tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan vaksin 1,2 dan booster 1

2 Tenaga kesehatan yang belum terpapar COVID-19

3 Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

4 Berusia 20-70 tahun

Oleh karena itu, saya memohon kesediaan pasien untuk bersedia dilakukan

pengambilan darah , dibagian vena sebanyak 3 ml, yang akan diambil sample darah

venanya menggunaka spuit/needle. Pengambilan darah akan dilakukan oleh peneliti

yang sudah berkompeten. Dalam pengambilan darah akan terasa sedikit nyeri dan

50
mungkin akan terjadi hematoma. Jika memerlukan pertolongan pada saat pengambilan

darah, maka akan segera diberikan pertolongan oleh dokter yang bertugas.

Sample darah vena dari tenaga keshatan yang telah berupa serum, akan diproses

dan diperiksa kadar antibodi Covid-19 menggunakan alat imunology analyzer.

Kerahasiaan

Catatan mengenai hasil pemeriksaan pasien akan dijaga kerahasiannya.

Kalaupun diperlukan, nama pasien akan dilindungi dalam bentuk kode atau nomer dan

tidak akan diketahui oleh siapapun.

51
Lampiran 8

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dan memahami mengenai yang akan dilakukan, maka

saya dengan penuh kesadaran menyatakan SETUJU untuk dilakukan tindakan tersebut

pada diri saya.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan seperlunya.

Cikarang, September 2022

Peneliti Yang Menyetujui

( Murni ) (…………………..)

52
No Antibody(U/mL) Frekuensi %
1 < 10 66 12
2 10-15 24 48
3 15-21 14 28
4 20-26 5 10
5 > 25 1 2

Total 50 100

53

Anda mungkin juga menyukai