Anda di halaman 1dari 62
E) Just In Community Forum More Tightrope by kileela TV » EXO Next Door/-2| A EO] HAT} At Ct Rated: M, Indonesian, Drama & Romance, Words: 102k+, Favs: 1k+, Follows: 1k+, Published: Mar 8, 2018 Updated: Aug 7, 2018 1,004Chapter 2 "Some people won't sail the sea ‘cause they're safer on land To follow what's written" Do Not EDIT and REPOST. Etuviel Palace, January 15, 1850 Matahari yang bersinar cerah pagi itu menembus kedalam tebalnya jendela kaca berbingkai emas di kamar utama istana Etuviel. Sang pemilik kamar nampak sedang berdiri tegap di hadapan sebuah cermin besar. Ia membiarkan beberapa pelayan berpakaian hitam-putih menyisir rambut dan memasangkan jas bludru navy ke tubuh berototnya. Sepintas, lelaki itu seperti sedang mengecek penampilannya, memastikan apakah sudah sesuai dengan keinginannya atau belum. Tetapi, jauh didalam kepalanya, sedang terputar ulang adegan ketika ia bertemu dengan si mungil cantik yang menolongnya seminggu lalu. Ingatan itu terus berputar-putar di kepalanya. Terkadang ia tersenyum, tertawa, bahkan menggeleng- gelengkan kepalanya jika teringat akan pertemuan itu. Membuat Jongin, si penasihat dan sekertaris, berfikir apakah ia harus menjadwalkan sang junjungan untuk bertemu dengan tabib Zhang. "yang mulia, ibu suri dan puteri Elissa sudah menunggu anda untuk makan pagi", suara Jongin, akhirnya berhasil membuyarkan imajinasi sang raja dan membuatnya berdehem pelan. "baiklah Jongin aku akan segera kesana’, ujar Chanyeol, sambil menatap Jongin dari kaca dengan tatapan tajam, kesal pada si penasihat yang membuyarkan imajinasinya. Jongin bergidik pelan melihat tatapan itu. Ia harus menjadwalkan pertemuan sang raja dengan tabib Zhang segera. Bagaimana tidak, emosi raja sudah menyerupai seseorang yang hamil muda. Kadang ia akan tersenyum cerah padanya, kadang sang raja nampak kesal, bahkan dalam hitungan detik bisa berubah dari senang ke seram atau sebaliknya. Benar-benar mengkhawatirkan. Tak disangka, ketika sang raja sudah beranjak keluar dari kamar, tuannya itu menyempatkan diri untuk mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Jongin. Sesuatu yang menurut Jongin lebih seram dibanding opera horror manapun. Seketika tubuh tan berotot Jongin semakin bergidik. "Jongin, jika kau sedang membicarakanku di dalam hatimu, aku bersumpah akan memberitahukan Kyungsoo bahwa surat cinta dan bunga mawar yang tiap minggu diterimanya adalah darimu", senyuman miring tercetak di wajah tampan Chanyeol. Membuatnya terlihat seperti psikopat. Psikopat yang tampan. Baiklah biarpun tampan tetaplah psikopat! Tanpa menunggu jawaban dari penasihatnya, raja tampan itu langsung beranjak keluar dan menuju ruang makan yang berada di sayap timur dekat kamar sang ibu serta kakaknya. Kamar Chanyeol dan ruangan pribadi khusus raja beserta istrinya berada di sayap barat, sedangkan ruangan untuk keluarga raja dan bangsawan lain berada di sayap timur. Dapur dan ruangan para pelayan berada di bagian belakang istana. Terakhir adalah bagian utama istana, terletak di tengah yang berfungsi untuk pertemuan, pesta dan kegiatan-kegiatan umum lainnya. Selama ia berjalan menuju sayap timur, beberapa kali sang raja muda mengangguk untuk membalas sapaan pelayan yang ditujukan padanya. Sesekali ia tersenyum, membuat para pelayan terkagum- kagum dengan ketampanannya. Sebenarnya, raja Chanyeol bukanlah tipe orang yang suka tersenyum. Sejak ia menjadi putera mahkota, Chanyeol (atau pangeran Edmund, begitu semua orang memanggilnya) adalah pribadi yang dingin dan jarang tersenyum. Bahkan ia terlihat marah sepanjang waktu dengan keningnya yang berkerut tampan jika sesuatu membuatnya kesal. Tetapi, sejak acara First Chasse, ia berubah menjadi orang yang sering tersenyum lebar atau tertawa. Semua orang terheran-heran dengan perubahan tiba-tiba ini. Bahkan canggung jika melihat sang raja tersenyum sambil melewati mereka. Hanya saja, mereka tidak tahu bahwa senyuman itu tidak ditujukan untuk orang-orang disekitarnya, melainkan untuk seseorang yang sedang dibayangkannya. Tapi biarlah hal ini menjadi rahasia sang raja sendiri. "yang mulia Raja Edmund Danvers the 6th telah tiba, yang mulia", ujar seorang pelayan tua kepada dua wanita berbeda usia yang sedang asik berbincang di ruang makan. Membuat seluruh pelayan yang berbaris di sepanjang ruangan langsung membungkuk untuk menyambut kedatangan raja mereka. "ah akhirnya si pemalas itu datang juga", decak seorang wanita muda yang sedang asik mengoleskan selai nanas di roti bolillo nya. "Yoora, jangan goda adikmu. Ini masih terlalu pagi. Kau tidak mau kan membuatnya cemberut seperti bayi tidak diberi susu seharian?", kekeh sang ibu. Ditangannya bertengger cangkir putih mewah berisi teh chamomile hangat. "kudengar kalian sedang membicarakanku, /adies", sahut seseorang yang menjadi bahan perbincangan kedua wanita tadi. Chanyeol mengambil tempat duduk di tengah, tempat yang biasa di duduki sang ayah, sambil menggeleng disertai senyuman tampan kepada ibu dan kakaknya. "bu, apakah aku tidak salah lihat? King Edmund Danvers the 6th sedang tersenyum setelah kau menyebutnya bayi", ujar Yoora dengan nada sarkasme yang nyata. Alih-alih membuatnya kesal, Chanyeol malah terkekeh sambil menyeruput kopi dan mulai memakan roti lapis isi daging favoritnya. Chanyeol sebenarnya sudah terbiasa dengan sikap jail ibu serta kakaknya. Menjadi anak laki-laki bungsu di keluarganya berarti menjadi target utama korban bully di keluarga Danvers ketika berkumpul untuk sarapan. Biasanya jika ada sang ayah, Chanyeol akan dibela dengan sang ayah memelototi kakak dan ibunya. Tetapi sekarang ketika ayah tiada, Chanyeol harus dengan ikhlas menerima kejailan mereka. Bagaimanapun ia tahu, itu adalah bentuk kasih sayang ibu dan kakaknya. Biarpun caranya sedikit---aneh. "Chanyeol, apakah benar kau bertemu dengan Aolez? Bagaimana rupanya? Jantungku hampir copot mendengar Jenderal Oh bercerita kemarin’, perlahan ibu suri membelai tangan anak lelaki kesayangannya. Keningnya berkerut dalam. Anggukan menjadi jawaban Chanyeol. Sebelum ia kembali mengingat memori pertemuannya dengan si mungil. Membuat bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman lebar yang menawan (menyeramkan menurut Jongin). Kakak dan ibunya dibuat heran dengan kelakuan raja muda dihadapannya, apakah memori mengenai Aolez sungguh indah hingga membuat wajah dingin itu tersenyum lebar? "ehm, Chanyeol apakah kau kebetulan jatuh cinta kepada Aolez? Jongin bilang tiap ia menanyakan soal makhluk itu kau akan tersenyum. Aku kira ia membual, tetapi setelah melihatnya sendiri---", Yoora menggantung kata-katanya. Mata lebar yang bentuknya 99% mirip dengan mata sang adik itu nampak cemas. Cemas dan mengejek. Senyuman cerah sang adik langsung hilang seperti matahari yang tenggelam dan digantikan oleh badai. Mata tajam itu kembali dan langsung diarahkan kepada Jongin. ‘mati aku’, Batin Jongin sembari menunduk menghindari tatapan ganas sang raja. "aku tidak mungkin jatuh cinta kepada makhluk yang hanya melihatku sebagai santapan makan malam bukan Penasihat Kim?", Ujar Chanyeol penuh penekanan. Senyum nya kembali, namun senyum psikopat itu yang kembali. "t--tentu saja yang mulia raja", suara Jongin terbata. Menimbulkan senyuman di bibir berbentuk hati lelaki mungil yang berdiri berseberangan dengannya. "Chanyeol sudahlah jangan membuat Jongin takut. Jika bukan karena Aolez kenapa kau tersenyum seperti remaja dimabuk cinta begitu? Kau bertemu seseorang?’, suara Ibu Suri akhirnya menjadi penengah perang yang sepertinya akan terjadi antara dua lelaki tampan berbeda jabatan itu. Yang mulia Ibu Suri sudah hapal dengan tempramen Chanyeol dan kebiasaan dua lelaki tampan itu. Jongin sudah menjadi sahabat Chanyeol sejak mereka berusia 7 tahun. Ia mengikuti jejak sang ayah yang merupakan penasihat Charlie kala itu. Memang ketiga lelaki itu, ditambah jenderal Oh, selalu saja bertengkar atau berdebat sejak kecil. Tetapi semua orang tahu betapa mereka menyayangi satu sama lain seperti saudara tanpa melihat posisi mereka. Ah disaat seperti ini Tiffany merindukan masa-masa bahagia ketika mereka masih kecil dan menggemaskan. Semuanya berubah sekarang, kecuali pertengkaran-pertengkaran kecil yang terjadi bahkan di usia mereka yang sudah dewasa. "sebenarnya aku bertemu seseorang bu. Dia yang menyelamatkanku", Jawab Chanyeol setelah berdeham pelan untuk menghilangkan kegugupannya. Inilah saatnya ia mengaku kepada ibunya. Sejujurnya Chanyeol menyembunyikan semua ini karena takut restu akan sulit didapatnya. "OH? apakah dia cantik? Siapa wanita itu?", suara sang kakak langsung menyahut sebelum ibunya bahkan bisa membuka mulut. "he's more than beautiful, noona", Senyuman tampan itu kembali. "Well, jadi dia adalah pria? Tidak masalah selama dia carrier cantik yang baik hati. Ibu setuju Chanyeol ah", Ujar sang ibu dengan raut bahagia yang nyata. Puteri Yoora mengangguk semangat, menunjukkan bahwa ia setuju dengan apa yang dikatakan sang ibu. Ekspresi mereka berbeda jauh dengan lelaki tan yang menatap sengit kearah sang raja. Merasa dikhianati. "bros for life huh? Diberi tahu saja tidak’, batin Jongin kesal karena selama ini sang raja yang sudah seperti saudara itu tidak mau memberitahunya. "Namanya Byun Baekhyun, seorang perangkai bunga di Erith. Dan dia sudah pasti Carrier bu jika dilihat dari bentuk tubuh serta wajahnya", Ujar Chanyeol. Merasa bebannya terangkat melihat respon positif dari keluarganya. Sebenarnya Chanyeol sudah memikirkan ini sejak malam usai acara First Chasse. Apakah ia harus memperjuangkan perasaannya yang masih belum ia yakini atau tidak? Bagaimanapun ia baru sekali bertemu Baekhyun. Benar ia sangat tertarik pada lelaki mungil itu, hanya saja Chanyeol belum bisa memutuskan apakah Baekhyun adalah seseorang yang bisa ia ajak hidup dan memimpin Alderth Bersama. Menjadi ratu tentunya bukanlah hal sepele apalagi jika orang itu bukan berasal dari keluarga bangsawan. Tentunya akan ada ribuan hal yang harus dipelajari dan dipahami. Belum lagi meyakinkan para Lord dan rakyatnya. Tetapi jika ia ingat, ibunya bukan berasal dari keluarga bangsawan. Beliau adalah seorang perangkai bunga terkenal dari kerajaan Ce/naer. Sebuah kerajaan kecil yang luasnya hanya seperempat kerajaan Alderth. Kerajaan indah itu letaknya hanya beberapa kilometer saja dari ujung perbatasan Alderth. Ayahnya yang ketika itu tengah berkunjung, jatuh cinta dengan seorang gadis berparas cantik dengan pembawaan ceria, Hwang Miyoung namanya. Atau rakyat Alderth memanggilnya, Yang Mulia Ibu Suri Tiffany Danvers. Bukan hanya ayahnya, semua orang mencintai Tiffany. Ia dikenal sebagai seorang ratu paling rendah hati dan bijaksana yang pernah memimpin kerajaan besar ini. Memang sudah menjadi tradisi kerajaan Alderth sejak mendiang raja Raymond Danvers the 2nd, bahwa raja memiliki kebebasan memilih siapa pasangan hidupnya, darimanapun asal serta kalangannya. Yang terpenting ia merupakan seseorang yang dianggap pantas, memiliki hati baik, tidak ada catatan criminal dan tentunya sehat. Sekilas jika dilihat dari luar, Byun Baekhyun merupakan kandidat yang memenuhi semua kriteria yang dituliskan. Tetapi, Chanyeol tidak akan benar-benar tahu jika ia tidak berinteraksi langsung untuk beberapa lama dengan lelaki mungil itu. Sehingga, ia sudah memikirkan semuanya. Semua yang memungkinkan untuk menjadikan lelaki mungil itu permaisurinya. Katakanlah dia gila karena bisa memiliki ketertarikan luar biasa pada seseorang di kali pertama perjumpaan mereka. Menurut seorang Ahli, perasaan adalah keadaan dimana seseorang sadar, lalu memberikan respon atas suatu emosi dan ketertarikan yang dirasakannya. Dan jika kita membicarakan perasaan, tidak ada orang yang bisa memprediksi kapan, dimana, dan kepada siapa hal itu akan muncul. Jadi Chanyeol sebagai seorang manusia biasa terlepas dari betapa tinggi statusnya, juga tidak tahu kapan emosi dan ketertarikan itu ia rasakan. Yang ia tahu, ia harus memastikan semuanya sebelum bertindak. "lalu apa yang akan kau lakukan? Membawanya kesini segera?", tanya sang ibu. "aku akan menggunakan masa liburku selama seminggu untuk pergi ke Erith. Sekalian kunjungan sebagai seorang raja. Seperti yang kita tahu, Erith merupakan desa yang hampir tidak pernah dikunjungi oleh raja bu", Jawab Chanyeol sembari melahap potongan terakhir rotinya. Memang benar, para mendiang raja Alderth enggan mengunjungi Erith karena lokasinya yang dekat dengan hutan Anubis. Dan Chanyeol sebagai raja baru, ingin secara langsung mengunjungi rakyatnya yang ada disana. Melihat keadaannya secara langsung. Sekalian bertemu dengan si mungil cantik itu tentu saja. "tentu saja Yeol, bersenang-senanglah. Bawalah Jongin dan Sehun bersamamu. Sangat berbahaya bagi seorang raja, terutama raja baru untuk berkunjung sendirian", ujar sang ibu sambil tersenyum dan mengusap pipi putra bungsunya. Mau tidak mau Chanyeol melirik Jongin tajam sebelum mengangguk setuju pada ibunya. Pria tan itu balas menatap sang raja sambil menaikkan satu alisnya. ‘apa kau dasar pengkhianat’, itulah arti tatapan Jongin. "segeralah bawa dia kembali! Aku tidak sabar merangkai bunga Bersama menantu", Senyuman lebar tercetak di wajah cantik yang masih memukau bahkan di usianya yang tidak muda lagi. "ah sangat menyebalkan! Aku akan menjadi satu- satunya wanita Danvers yang tidak paham mengenai bunga!", Yoora berdecak sebal sambil memberengutkan wajah cantiknya. Mengundang kekehan dari sang ibu dan adik. “makanya! Jangan malas kalau ibu mengajakmu. Dan satu lagi, calon iparmu itu lelaki carrier, bukan wanita", ujar Tiffany. “biar saja! Lagipula tidak ada bedanya lelaki carrier dan wanita! Sama-sama dimasuki", jawab Yoora kesal. Agaknya kata-kata Yoora yang sedikit vulgar itu membuat semua orang yang berada diruangan nampak kaget dan canggung. Terutama sang raja muda yang langsung melotot pada kakaknya. Bagaimana bisa keluarga bangsawan mengucapkan lelucon seperti itu dihadapan para pelayan. Sangat tidak pantas. Tentunya, pelototan Chanyeol tidak ada artinya dan malah dibalas pelototan lebih menyeramkan oleh kakaknya. Kakaknya tentu tidak akan takut meskipun Chanyeol sudah menjadi raja sekarang. Sang raja tampan itu memilih menyerah dan memijit keningnya. "baiklah bu, kurasa aku harus bersiap sekarang. Aku akan berangkat sore nanti dengan Jongin dan Sehun. Menurutku agak berlebihan jika aku menaiki kereta kerajaan. Aku akan membawa Jillian bersamaku", Ujar Chanyeol sebelum beranjak dari kursi dan mencium kening ibunya. Ingin ia segera pergi dari ruangan itu. Suasana canggung akibat candaan Yoora serasa terlalu menyesakkan. Erith, January 16, 1850 Sepasang tangan mungil sedang sibuk menata bunga berwarna-warni yang ada dihadapannya. Seperti hari-hari biasa, pesanan buket bunga di Belle Bittersweet terus berdatangan. Meskipun begitu, senyuman tidak pernah hilang dari wajah cantik si perangkai bunga. Benar, siapa lagi kalau bukan Byun Baekhyun. Dengan telaten, jari-jari lentik itu memilih satu persatu bunga mawar merah dan baby breath yang sudah disiapkannya. Baekhyun sangat suka merangkai pesanan bunga mawar merah dan baby breath, karena biasanya yang memesan bunga seperti ini adalah mereka yang sedang jatuh cinta. Mereka yang sedang berbahagia. Selama ini, Baekhyun belum pernah memiliki kesempatan untuk merasakan apa yang orang sebut ‘cinta’. Dia selalu memenuhi pikirannya dengan sang nenek, bunga, dan Belle Bittersweet. Tetapi, beberapa hari ini agaknya sesuatu berubah. Wajah tampan dan senyum menawan orang nomor satu di kerajaan Alderth itu seolah membayangi nya. Tidak hanya ketika ia akan tidur atau terdiam. Disaat sibuk seperti inipun, wajah itu akan muncul di ingatannya. Baekhyun tau, ia tidak punya apa- apa bahkan untuk berharap bisa bertemu sang Raja. Apalagi memilikinya. Ia hanyalah rakyat biasa, seorang pedagang. Kasta kedua terendah setelah budak dan penjahat. Tentunya tidak pantas bagi seseorang sepertinya bersanding dengan raja. Tetapi, salah satu buku yang pernah ia baca mengatakan bahwa tidak berdosa bagi seseorang untuk berharap dan bermimpi biarpun hal itu sangat mustahil. Karenanya, sesekali Baekhyun membiarkan ingatannya akan raja tampan itu muncul ke permukaan. Membuatnya tanpa sadar tersenyum. Seperti saat ini, Baekhyun membayangkan bagaimana rasanya jika bunga yang ia rangkai ini adalah untuk Chanyeol. Ia membayangkan raja tampan itu akan dengan senang menerimanya dan tersenyum tampan kearahnya. Sukses bayangan itu membuat jantungnya berdebar dan wajahnya memerah. Dalam lubuk hati terdalam, betapa ia ingin melihat wajah tampan itu secara langsung biarpun hanya dari jauh. KLING Suara bel yang menandakan seseorang masuk kedalam toko membuyarkan lamunan Baekhyun. Perlahan ia mendongak dan melihat siapa pengunjung yang datang kali ini. Tetapi, apa yang dilihatnya hanya bisa membuat Baekhyun berkedip tidak percaya. Apakah karena terlalu sering melamun dan berkhayal lama-lama membuatnya gila, sehingga ia seolah-seolah benar melihat sang Raja sedang berdiri di sana? Oh Tuhan, nampaknya ia harus meminta obat pada tabib Kim sore ini. Alih-alih mendekat, Baekhyun malah menggelengkan kepalanya dan menunduk untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda selama beberapa detik, yakin bahwa bayangan itu akan hilang ketika ia sudah sepenuhnya sadar. "begitukah caramu menyambut pelanggan tuan Byun? Dengan mengacuhkannya?", Tetapi, Baekhyun mendengar suara itu dengan jelas. Suara berat menawan itu, yang ia kira hanya akan didengar dalam mimpi terindahnya. Perlahan Baekhyun mendongak dan mengerjapkan mata kecilnya. Ia melihat Lelaki tampan yang ada di bayangannya selama ini masih berdiri disana, dihadapannya. Setelan kemeja putih dengan bagian lengan yang digulung sampai siku dan celana khaki, nampak sangat pas membungkus tubuh berotot itu. Tatanan rambut rapi menampakkan dahinya menjadi pelengkap yang sempurna. Tuhan, pria dihadapannya memang sangat, sangat tampan. Membuat Baekhyun tercekat selama beberapa detik, dan lagi mata kecil itu berkedip. Ketika Baekhyun menyadari bahwa semua itu nyata, rasa panik menderanya. Semburat merah langsung muncul di pipi mulus itu tanpa permisi. Reflek, Baekhyun langsung berdiri dari kursinya dan membungkuk menyambut kedatangan sang raja. Menurut lelaki mungil itu, membungkuk juga bisa menjadi alternatif lain untuk menyembunyikan semburat merah memalukan yang nampak jelas di pipinya. "y... yang mulia, maafkan kelancangan saya. Selamat datang di Belle Bittersweet, ada yang bisa saya lakukan untuk anda yang mulia?", Ujar Baekhyun sedikit tergagap. Menimbulkan senyuman di wajah tampan sang raja. "sudah kukatakan untuk memanggilku Chanyeol saja kan Baek", Kekehan lolos dari bibir Chanyeol melihat kelakuan lucu lelaki mungil dihadapannya. Chanyeol berharap ia memiliki pertahanan diri yang kuat selama ia berada di Erith. "aku kesini hanya ingin bertemu dengan lelaki manis yang menolongku di Hutan Anubis seminggu lalu. Apakah dia tidak keberatan jika aku disini dan menemaninya?", Lanjut Chanyeol sambil berjalan mendekat. Tangannya terulur untuk menyentuh lembut tangan mungil milik Baekhyun dan menggenggamnya. Tangan mungil itu sangat pas dengan tangan besarnya. Sangat mengagumkan bagaimana tangan itu terasa sangat lembut biarpun setiap hari Baekhyun berkutat dengan bunga-bunga yang berduri. Jangan tanya bagaimana keadaan Baekhyun sekarang. Wajahnya sudah seperti kepiting rebus bikinan tuan Zander di toko seberang. Raja tampan ini memang selalu memiliki cara sendiri untuk memikat targetnya. "a:-apa yang sedang yang mulia lakukan di Erith?", Kegugupan itu tidak bisa ia hindari. Sampai- sampai Baekhyun tidak menjawab pertanyaan Chanyeol. Biar saja ia nampak memalukan dihadapan sang raja. "aku? Tentu saja aku mengunjungi Erith. Aku ingin menyapa rakyatku disini", Jawab sang raja yakin. Wajahnya nampak jail tanpa sedikitpun memalingkan pandangan dari si mungil. Di belakang sana, Jongin dan Sehun yang sedang berdiri tegap, tampak mendengus mendengar pernyataan raja barusan. Menggelikan melihat sang junjungan terlihat berbeda dari biasanya. Wajah dingin, kerutan di kening, gertakan gigi, semuanya menghilang sejak mereka menapakkan kaki di Erith. Efek Byun Baekhyun benar luar biasa. "Semoga kunjungan anda menyenangkan yang mulia", Ujar Baekhyun malu-malu. "Terimakasih Baek, tapi sayang sekali disini tidak ada kerabat yang bisa menampungku. Dan sepertinya tidak ada tempat penginapan. Tubuh ku sudah mulai menua dan tidak bisa bepergian jauh lagi", Desahan lelah yang dibuat-buat keluar dari bibir tebal sang raja. Perlahan ia memijit tengkuknya sendiri. Membuat dua lelaki tampan dibelakang sana merotasikan kedua bola matanya. Baekhyun berkedip bingung kearah sang raja. Memang jarak dari Erith ke Rissingshire sangat jauh. Lelaki mungil itu merasa kasian pada sang raja yang tampak kelelahan. Tapi apakah sang raja yakin mau menginap di Erith? Desa ini jauh dari kata mewah. Berbeda dengan Rissingshire yang terdapat area perumahan bangsawan dan penginapan mewah. "A--anda bisa menginap di tempat saya yang mulia. Jika yang mulia tidak merasa keberatan’, Ujar Baekhyun malu-malu. Senyum lebar langsung terkembang di wajah Chanyeol. Berusaha menahan diri untuk tidak menggigit Baekhyun. "wah akan sangat tidak sopan jika aku menolak tawaran rakyatku bukan? Tentu saja aku tidak keberatan Baek. Aku bisa beristirahat dan tidak kehujanan. Itu sudah cukup", Jawab Chanyeol dibarengi dengan senyuman yang sangat lebar. Rencananya berhasil. Dibelakang sana, Jongin dan Sehun juga menatap gemas kearah lelaki mungil itu. Pilihan raja mereka sungguh tidak salah. Terlepas dari pakaian biasa yang menandakan kasta dimana ia berasal, Baekhyun adalah lelaki yang sangat cantik dan bersinar. Pakaian mahal tentu akan sangat pas untuknya. Bahkan di otak mereka, sudah terbayang bagaimana rambut brunet lembut itu tampak sempurna dengan mahkota mewah ratu yang dihiasi dengan puluhan berlian berwarna putih dan merah. KLING! Suara bel yang lagi-lagi berbunyi membuat acara berpegangan mereka selesai. Baekhyun langsung melepaskan tangan sang raja dan mendongak melihat siapa yang datang. Semburat merah masih setia berada di pipinya. "Tuan Byun, apakah buket pesanan saya sudah selesai?”, ujar tuan Piers. Seorang lelaki tua pemilik toko keramik di ujung jalan. Setiap hari tuan Piers memang memesan bunga mawar 100 tangkai untuk istrinya. "e..eh? maaf tuan Piers, bunganya belum selesai saya rangkai. Setelah selesai akan saya antar kesana?", Jawab Baekhyun sambil tersenyum manis kearah pria tua dihadapannya. Terbersit sedikit perasaan bersalah karena ia sudah mengecewakan pelanggannya. Biarpun kecewa, pria tua itu tetap tersenyum kepada Baekhyun dan meminta untuk segera menyelesaikan pesanannya dengan sopan. Sebelum berbalik keluar dari toko, tuan Piers menyempatkan diri memperhatikan tiga pria tampan asing dengan pakaian mewah yang memenuhi toko itu. Penasaran dengan identitasnya, tetapi akhirnya memutuskan tidak mau ikut campur. Setelah lelaki tua itu hilang dari pandangan, Baekhyun langsung bergegas kembali ke kegiatannya merangkai bunga. Sempat melupakan kehadiran tiga lelaki tampan dan gagah yang berdiri disana sambil menatapnya. Sebenarnya tidak. Hanya sang raja saja yang menatapnya. Sedangkan Kai dan Sehun asik melihat ke sekeliling toko bunga dengan nuansa hijau pastel itu. "Baek, apakah kau sendirian disini? Tidak ada yang membantumu?", tanya sang raja memecah keheningan diruangan itu. "Ada Xiumin hyung yang membantuku, tetapi dia sedang cuti. Suaminya sakit, yang mulia", Ujar Baekhyun dengan focus yang masih tertuju pada buket bunga bawar dihadapannya. Sang raja mengangguk mengerti sebelum berjalan mengelilingi toko dan memperhatikan setiap detailnya. Toko bunga ini memang kecil, tetapi semua bunga tertata rapih di pot. Baekhyun yang memang punya selera seni bagus, menata bunga didalam pot berdasarkan warnanya. Membaginya sesuai dengan jenis yang sama. Tembok toko yang di cat hijau pastel seperti melebur dengan bunga yang ada disana. Sangat cocok dan indah. Rasanya menyenangkan berada di tempat ini. "yatuhan! Aku lupa menyiram bungaku", gerutu Baekhyun tiba-tiba. Chanyeol menoleh dan melihat lelaki manis itu sedang menatap jam dinding dengan kesal. Buket bunga mawar dihadapannya sudah tampak sempurna dan siap dikirim. "kau berangkatlah mengantar bunga itu Baek, biar aku yang menyiramnya", Ujar sang raja disertai senyuman tampan yang selalu sukses membuat Baekhyun berdebar. "bagaimana mungkin saya membiarkan anda menyiram bunga yang mulia? Saya akan dengan cepat mengantar buket ini setelah itu menyiram bunga", Tolak Baekhyun. Akan sangat tidak pantas jika Baekhyun membiarkan sang raja mengangkat ember berat berisi air untuk menyiram bunganya agar tetap segar dan tidak layu. "tenang saja Baek, Sehun dan Jongin akan membantuku. Benar kan?", Tanya Chanyeol sambil menoleh kepada kedua teman sekaligus pengawalnya. "tentu saja yang mulia", Jawab mereka serempak sembari membungkuk patuh pada sang raja. Baekhyun menatap tak yakin pada mereka. Tetapi dengan sedikit paksaan dan bujukan dari bibir manis sang raja, akhirnya Baekhyun pasrah dan segera beranjak keluar dari toko. Setelah lelaki mungil itu menghilang dibalik pintu, sang raja langsung memerintah kedua temannya mencari ember dan mengambil air. Sedangkan raja tampan itu hanya mondar-mandir sambil melihat seluruh isi toko yang belum dijamahnya. Chanyeol menelusuri rak kecil yang tertempel di tembok. Ia melihat beberapa bingkai yang berjejer manis disana. Terdapat lukisan wajah seorang anak kecil yang nampak menggemaskan. Lalu selanjutnya terlihat wajah yang sama hanya saja semakin beranjak dewasa. Beberapa dari lukisan itu, ia melihat seorang wanita tua cantik, yang sudah dipastikan adalah nenek Baekhyun. "Yang mulia, apakah saya harus menyiram semuanya?", tanya Sehun dengan waijah datar. Sebenarnya dalam hati ia tidak ikhlas. Ia adalah seorang petinggi militer di kerajaan Alderth, orang nomer dua di militer setelah sang raja yang berpangkat panglima besar. Menyiram bunga terlalu feminine. Sangat tidak cocok untuknya. Dibelakang Sehun, Jongin juga berkomat-kamit tanpa suara sambil menyiram bunga kuning yang ia tebak adalah bunga matahari. Sebenarnya mereka tidak keberatan jika disuruh melakukan pekerjaan berat, tetapi tidak menyiram bunga. Sangat memalukan. "tentu saja, aku tidak mau Baekhyun terlalu lelah", Ujar Chanyeol santai. Menimbulkan dengusan dari kedua temannya. "Jika anda tidak mau dia lelah seharusnya anda juga membantu kami agar pekerjaan ini selesai sebelum Baekhyun kembali", Jawab Jongin. Mendengar itu, Chanyeol langsung menoleh dan menatap tajam pada dua lelaki tampan itu. "apa kalian baru saja memerintah raja kalian?", Tanya Chanyeol dengan wajah menyeramkan. Membuat mereka langsung mengalihkan pandangan dan melanjutkan pekerjaannya. Chanyeol tersenyum puas begitu kedua temannya mulai menyiram bunga dengan wajah ditekuk, dan kembali mengamati lukisan dihadapannya. Merasa sangat terpesona dengan lelaki yang nampak cantik bahkan hanya ketika sosoknya dilukis dengan pensil tanpa warna. Waktu berlalu dan sayangnya kegiatan Chanyeol itu harus segera berhenti begitu ia melihat Baekhyun sudah kembali berjalan menuju toko. Lelaki mungil itu tampak kesulitan mambawa tiga cangkir terbuat dari kayu berukuran besar di tangannya. Chanyeol bergegas mengambil gayung besi kecil dari tangan Sehun dan menyiram bunga merah muda terdekat dengannya. Sehun dan Jongin melemparkan tatapan heran pada raja mereka. Tidak menyangka, Chanyeol yang sedang dimabuk cinta akan sangat aneh. KLING! "astaga yang mulia, anda tidak perlu melakukan ini", Pekik Baekhyun sambil berjalan tergopoh menuju sang raja. Berusaha merebut gayung itu dari tangannya. Tetapi gagal tentu saja karena tangan mungil itu sudah penuh dengan tiga cangkir yang dibawanya. "tidak Baek, aku tidak apa. Lanjutkan kegiatanmu merangkai bunga saja", Ujar Chanyeol sambil tersenyum lebar. Jongin dan Sehun bergidik ngeri di sampingnya. "t--tapi yang mulia--", "aku memaksa", Tegas Chanyeol dengan nada yang sama persis ketika ia menyuruh Baekhyun menerima cincin Phoenix kala itu. Baekhyun akhirnya menghela nafas dan mengangguk. Sepertinya ia tidak akan menang berdebat dengan raja tampan ini. Kemudian ia teringat tujuan utamanya membawa tiga cangkir besar yang ia beli dalam perjalanan kembali ke Belle Bittersweet. "em Yang mulia, saya membawakan susu kedelai ini untuk anda dan kedua teman anda. Pasti kalian lelah dan haus setelah perjalanan jauh. Mungkin tidak semewah yang biasa kalian minum, tapi ini yang terbaik di Erith. Minumlah selagi masih baru", Ujar Baekhyun malu-malu. Tanpa ba bi bu, Sehun langsung tersenyum lebar dan mengambil minuman itu. Ia sudah haus sejak tadi dan memutuskan tidak mau berpura-pura. "terimakasih tuan Byun, pasti sangat segar", Ujar Sehun yang langsung mengambil cangkir kayu di genggaman Baekhyun dan memberikan satu untuk Jongin. Diterima dengan senang hati oleh Jongin, tentu saja. Menimba air dan menyiram bunga ternyata cukup melelahkan. Baekhyun mengangguk dan tersenyum manis pada pria tampan yang merupakan Jenderal kerajaan Alderth itu. Berbeda dengan dua temannya, Chanyeol mengambil cangkir itu dengan ragu-ragu dan menatapnya lama. Bagaimanapun ia seorang raja, sejak kecil semua makanan dan minuman yang masuk ke mulutnya adalah yang terbaik serta sudah dipastikan kebersihannya oleh puluhan tukang masak di dapur istana. Chanyeol mengernyit membayangkan bagaimana proses pembuatan minuman itu. "a:-apakah yang mulia tidak menyukainya?", tanya Baekhyun pelan. Chanyeol mendongak dan melihat wajah manis itu tampak kecewa. Membuat hatinya mencelos. "t--tentu aku menyukainya Baek", Jawab Chanyeol sebelum memantapkan dirinya dan meneguk minuman itu. Begitu rasa manis menyentuh lidahnya, Chanyeol langsung membelalak kaget. Tidak ia sangka, rasanya sangat enak dan menyegarkan tenggorokan yang sejak tadi kering. "woah ini sangat luar biasa! Terimakasih baek", Ujar Chanyeol sebelum kembali meneguk minuman itu sampai habis. Baekhyun tertawa pelan melihat sang raja yang nampak bersemangat. Jantungnya berdebar melihat bagaimana lelaki tampan itu berusaha untuk tidak mengecewakannya. Kekehan lolos dari bibir Jongin. Jujur saja lelaki tan itu takjub melihat rajanya yang selama ini sangat pemilih untuk urusan makanan, dengan mudah memasukkan minuman itu ke perutnya. Padahal ia yakin, dalam hati sang raja pasti merasa terpaksa. Park Chanyeol benar sangat menyukai Byun Baekhyun. "Jongin setelah ini belikan lagi lima cangkir untukku, aku mau meminumnya sehabis menyiram bunga", Ujar sang raja. Senyuman ia tunjukkan pada lelaki mungil dihadapannya sebelum kembali sibuk menyirami bunga-bunga yang belum terguyur air. Matahari telah tiba di ufuk barat ketika Baekhyun mengunci pintu toko Belle Bittersweet. Sang raja yang sedari tadi setia menemaninya nampak mengencangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku. Setelah selesai menyiram semua bunga, sang raja langsung meminum susu kedelai yang dibelikan oleh Jongin. Menghabiskan 5 cangkir tanpa sisa sedikitpun, membuat semua orang di toko itu melongo. Puas menghabiskan susu kedelainya, sang raja tertidur sambil duduk dengan dikelilingi cangkir-cangkir kosong. Saking pulasnya, ia bahkan tidak menyadari Baekhyun yang sibuk membereskan cangkir kosong itu agar suasana lebih terang dan bersih. Tidak berbeda dengan sang raja, Jongin dan Sehun juga tertidur sambil menyandar pada salah satu pot bunga besar. Setiap pelanggan Baekhyun yang masuk pasti bertanya tentang identitas ketiga lelaki tampan yang tengah tertidur itu. Beberapa bahkan sempat mengagumi betapa tampannya mereka. Tetapi, karena merasa tidak memiliki hak memberitahu, Baekhyun hanya tersenyum dan mengatakan mereka adalah teman. Baekhyun kira, keributan pelanggannya akan membuat tidur ketiga lelaki itu terganggu. Tetapi mereka tetap saja tertidur pulas seperti habis melakukan pekerjaan yang amat berat. Terutama sang raja yang bahkan tidak bergerak sama sekali sejak tadi. Baekhyun bisa memaklumi, ini pastilah kali pertama sang raja menyiram bunga. Sehingga, tubuh itu pasti merasa lelah, ditambah mereka baru tiba dari Rissingshire. "hoahm, maafkan aku yang malah merepotkanmu Baek. Seharusnya aku menolongmu. Tapi aku malah tertidur", Ujar sang raja yang kini sudah berdiri di samping kuda putihnya, Jillian. Senyum manis merekah di wajah cantik itu, Baekhyun mengangguk maklum dan malu-malu menghampiri sang raja. "tidak apa-apa yang mulia, saya terbiasa seperti ini", Jawabnya. Perlahan tangan sang raja terulur, dan menyelipkan anak rambut yang jatuh kembali ke belakang telinga Baekhyun. Membuat wajah manis itu memerah. Jantung sang raja berdebar dengan cepat melihat wajah cantik itu, ia merasa memiliki keinginan kuat untuk menggigit lelaki mungil dihadapannya. "tidak apa kan kalau aku menginap dirumahmu? Tidak akan merepotkan?", tanya sang raja. Suara beratnya terdengar sangat lembut di telinga Baekhyun. "t---tentu saja yang mulia, Anda bisa tidur di kamar nenek saya. Tuan Oh dan Tuan Kim bisa berbagi kamar saya jika mau. Saya akan tidur di sofa", ujar Baekhyun. "tenang saja tuan Byun, kami sudah biasa tidur di sofa atau lantai. Anda bisa tetap di kamar. Lagipula, bagaimana bisa lelaki dominan seperti kami membiarkan orang secantik anda tidur di sofa yang dingin", Ujar Jongin dibarengi kekehan. Baekhyun yang sudah malu, semakin malu mendengar pujian dari lelaki tan dihadapannya. "sudah? Ayo kita segera kembali. Aku ingin mandi", sela Chanyeol yang tanpa permisi menuntun Baekhyun mendekat ke Jillian. Dengan lembut, tangan besar Chanyeol menyentuh pinggang ramping Baekhyun dan mengangkat tubuh mungilnya dengan mudah menaiki Jillian, setelah itu Chanyeol yang gantian naik ke atas kuda putih gagah miliknya. Kedua lengan kekar Chanyeol perlahan melingkari pinggang Baekhyun dari belakang untuk meraih tali kekangnya. Sekilas, mereka berdua tampak seperti sepasang kekasih yang dengan mesra berkuda Bersama sambil berpelukan. Perjalanan kerumah Baekhyun dari Belle Bittersweet tidak jauh, hanya sepuluh menit berkuda dengan kecepatan santai dan sekarang mereka sudah berada didepan rumah sederhana milik Baekhyun. Rumah Baekhyun yang bercat putih itu memang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Beberapa bunga gantung menghiasi sisian tembok rumah itu. Pekarangannya dipenuhi dengan berbagai bunga yang ditata rapih dan beberapa pohon. Di bagian paling depan rumah, terdapat pagar kecil kayu berwarna cokelat yang tingginya hanya sebatas perut Chanyeol. Baekhyun mempersilahkan tamunya masuk terlebih dahulu untuk melewati jalan setapak menuju ke pintu utama. Jika dari bagian depan rumah ini terlihat indah dan hangat, bagian dalamnya lebih menyenangkan lagi. Bagian dalam rumah bernuansa krem dan dipadukan dengan lantai kayu berwarna cokelat. Pada ruangan utama, mata ketiga lelaki itu langsung disambut dengan rak buku besar yang menempel di tembok. Ditengah ruangan terdapat perapian kecil yang didepannya ada sofa empuk berwarna cokelat muda, bagian bawah sofa dilapisi karpet luas berbulu putih yang tebal. Jongin dan Sehun langsung tersenyum lebar membayangkan betapa nyamannya tidur mereka selama di Erith. Sungguh jauh dari ekspektasi mereka yang mengira akan tidur di lantai keras dan dingin. Didekat ruangan utama, terdapat sekat kecil yang terbuat dari kayu. Dibaliknya ada ruang makan mini yang berada di satu ruangan dengan dapur minimalis yang juga indah. Dari dapur dan ruang makan, tepat di sebelah kiri, mereka melihat Lorong yang langsung menuju ke kamar dan kamar mandi paling ujung. "silahkan yang mulia", Ujar Baekhyun ketika pintu kamar sang nenek sudah terbuka. Chanyeol mengedarkan pandangannya ke kamar yang ukurannya lumayan luas itu. Memang tidak lebih luas dari kamar mandinya, tetapi sang raja muda itu tidak keberatan. Kamar bernuansa cokelat itu dilengkapi dengan perapian, sebuah sofa kecil, kaca di ujung ruangan, dan tempat tidur yang ukurannya tidak terlalu besar. Lantainya dilapisi dengan karpet berwarna krem. Di ujung ruangan terdapat lemari pakaian dan meja kecil yang diisi dengan lukisan kecil terbingkai. Lukisan itu berisi gambar pemilik lama kamar ini dan beberapa lukisan wajah cucu kesayangan sang pemilik kamar. Chanyeol melangkah masuk dan mendudukkan dirinya di tempat tidur. Ia tersenyum kearah Baekhyun sebelum mengisyaratkan sang lelaki mungil untuk mendekat. Dengan ragu-ragu Baekhyun berjalan mendekat. Merasa canggung hanya berdua dengan Chanyeol didalam kamar. "terimakasih Baek sudah mengizinkanku dan temanku menginap disini selama seminggu. Aku sangat berterimakasih", Ujar sang raja sambil menggenggam tangan mungil itu. Baekhyun mengangguk dan tersenyum manis pada sang raja. "tidak apa yang mulia. Sebagai rakyat yang baik, tentu menjadi kewajibanku untuk melayani anda dan pejabat kerajaan dengan baik", Jawab Baekhyun. Baru sehari berada di Erith, Chanyeol sudah yakin bahwa Baekhyun adalah orang yang baik. Tetapi masih ada enam hari lagi untuk mengetahui, dan Chanyeol menantikan tiap detik waktunya Bersama si cantik itu. Mereka mengucapkan perpisahan selamat malam sebelum Baekhyun beranjak keluar dari kamar itu dan menutup pintunya. Ketika ia berjalan ke dapur untuk mengambil minum, Sehun dan Jongin sudah tampak tertidur pulas sambil mendengkur. Jongin tidur terlentang di sofa sambil memeluk bantal. Kakinya menjulur keluar dari sofa karena terlalu panjang. Meskipun begitu ia nampak nyaman dengan posisinya. Si tampan satunya tertidur di karpet tepat dibawah Jongin dengan posisi tengkurap. Jenderal muda itu mendengkur tertahan karena wajah yang terbenam di sela-sela tangan kekar miliknya. Senyuman tercetak di wajah Baekhyun sebelum ia beranjak menuju lemari penyimpanan di dekat dapur untuk mengambil selimut wol yang tersimpan disana. Ketika ia akan berbalik, Baekhyun tersentak melihat sang raja yang sudah berdiri di belakangnya. Memperhatikannya tanpa suara. Siluet wajah tampannya tampak jelas meskipun cahaya lilin tidak sepenuhnya mengenai daerah tempat ia berdiri. Baekhyun bisa melihat bayangan tubuh berotot yang kini tidak menggunakan pakaian dan hanya dibalut celana khaki. Membuat ia tersipu. "kau sedang apa Baek? Belum tidur?", tanya sang raja. Baekhyun menggeleng dan mengangkat sedikit dua selimut yang sedang dipegangnya. Bermaksud menunjukkan pada sang raja. "saya menyiapkan ini untuk Penasihat Kim dan Jenderal Oh yang mulia, cuaca malam di Erith sangatlah dingin. Api dari perapian kadang tidak terlalu membantu", Ujar Baekhyun. Kekehan pelan lolos dari bibir sang raja. Sedikit takjub bagaimana lelaki mungil itu sempat memperdulikan orang asing yang baru saja dikenalnya. Kaki panjang Chanyeol berjalan mendekat. Hingga ia berada tepat di hadapan Baekhyun. Lelaki mungil itu mendongak dan menatap wajah sang raja yang sudah disinari cahaya lilin. Ingin rasanya tangan Baekhyun terulur dan mengusap wajah tampan itu. Tetapi, Baekhyun menahan keinginan itu tentu saja. Tidak pantas bagi seseorang sepertinya untuk menyentuh raja tanpa permisi. Perlahan Baekhyun menunduk, tetapi ide itu juga tampaknya kurang bagus karena ia kini berhadapan langsung dengan dada bidang sang raja yang polos. Bahkan ia bisa melihat jelas lekukan otot perut sang raja yang sangat mengangumkan walaupun hanya disinari cahaya seadanya. "berikan padaku Baek, biar aku saja. Kau mandi dan beristirahatlah", Ujar sang raja sambil merebut selimut di tangan Baekhyun pelan lalu berbalik menuju ruang utama. Baekhyun melihat bagaimana sang raja memakaikan selimut itu di tubuh kedua temannya dengan telaten. Sebenarnya, Baekhyun takjub melihat kedekatan mereka bertiga. Chanyeol adalah seorang raja, orang nomor satu di kerajaan Alderth. Tentu saja jabatannya jauh lebih tinggi dibanding kedua temannya, meskipun Jongin dan Sehun juga merupakan bangsawan. Tetapi, Chanyeol memperlakukan mereka berdua seperti saudaranya dan seolah mereka berada di tingkat yang sama, meskipun kadang ia nampak memerintah. Tetapi perlakuannya sangat baik. Dimana pernah kalian melihat seorang raja yang sudi memakaikan selimut pada tubuh pengawalnya jika bukan raja Park Chanyeol? Baekhyun yakin, mereka bertiga tentu sudah melalui banyak hal Bersama-sama dalam waktu yang lama. Pikiran itu membawa senyuman di wajah Baekhyun sebelum ia beranjak masuk ke kamarnya. Ia harus segara beristirahat. Sepertinya besok akan menjadi hari yang panjang. Erith, 19 January, 1850 Tiga hari sudah berlalu sejak kedatangan sang raja ke Erith, dan sejak hari pertama belum ada rakyat Erith yang mengetahui bahwa sang raja berada di tengah-tengah mereka. Tidak adanya atribut kerajaan yang ia gunakan membuat Chanyeol berbaur cukup baik meskipun pakaian yang digunakannya tetap menonjol dan jauh lebih mewah dibanding rakyat pada umumnya. Hari kedua mereka di Erith, sang raja mengikuti Baekhyun ke Anubis untuk memanen bunga. Tidak ada kejadian menyeramkan, semuanya berjalan lancar. Setelah itu, sang raja seharian membantu Baekhyun di toko. Tugasnya tetap sama, yakni menyiram bunga yang dibantu oleh Jongin dan Sehun. Setelahnya, mereka bertiga keluar dari Belle Bittersweet untuk menikmati susu kedelai dan mashed potato di kedai milik nyonya Spencer. Baekhyun takjub melihat bagaimana sang raja kecanduan dengan susu kedelai bikinan nyonya Spencer. Setelah kegiatan dari toko selesai, Baekhyun berniat untuk mengunjungi makam sang nenek, Chanyeol sebagai lelaki dominan sejati menawarkan diri untuk mengantar. Setelah sedikit membujuk dan memaksa, Baekhyun lagi-lagi kalah dan setuju untuk diantar. Jongin dan Sehun yang berjalan berlawanan dengan kedua pasangan itu untuk pulang kerumah Baekhyun, menyunggingkan senyum penuh arti. Baekhyun dan Chanyeol membelah jalanan desa menunggangi Jillian yang gagah. Mengundang beberapa orang untuk melihat mereka. Di Erith, hanya sedikit orang yang memiliki kuda. Itupun digunakan untuk mengangkut barang. Kuda putih terkenal memiliki harga yang sangat tinggi, mencapai tiga kali lipat dibanding kuda biasa. Semua orang tahu, hanya bangsawan yang bisa membeli kuda putih untuk ditunggangi. Karenanya, beberapa rakyat Erith tampak kagum melihat Baekhyun yang bisa menunggangi kuda putih dengan seorang lelaki tampan yang jelas bukanlah rakyat biasa. Tetapi, melihat kecantikan paras dan hati Baekhyun, wajar jika lelaki kaya sekalipun bisa jatuh hati pada sosok mungil perangkai bunga itu. Tidak seperti biasanya, Baekhyun hanya sebentar mengunjungi makam sang nenek. Setelah ia meletakkan buket bunga krisan diatas gundukan tanah itu, dan Chanyeol memberi salam pada nenek Baekhyun, mereka langsung bergegas kembali kerumah. Hal ini dikarenakan Baekhyun bisa mendengar teriakan perut sang raja muda, biarpun si pemilik tidak mau mengaku bahwa ia lapar. Setelah menghabiskan 25 menit menunggang kuda untuk pulang, Baekhyun langsung memasak untuk dirinya sendiri dan ketiga lelaki tampan yang sedang duduk di ruang utama sembari bermain catur milik mendiang sang kakek. Jongin yang bertugas sebagai wasit berkali-kali mengomel mengingatkan untuk tidak curang. Senyum sedari tadi tidak luntur dari wajah cantik Baekhyun, ia tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi padanya. Berawal dari kenekatan mengorbankan nyawa demi menolong, ia berakhir bisa berteman dan berinteraksi langsung dengan orang-orang hebat yang namanya pasti akan tertulis di buku sejarah kerajaan Alderth. Selain itu, selama hampir empat hari ini Baekhyun tidak merasa kesepian seperti biasanya. Kadang jika sang raja sedang mandi, Jenderal Oh akan menghampirinya sekedar mengajak berbincang dan minta dibuatkan teh hangat. Sang Jenderal akan bercerita mengenai petualangannya dan bercerita lucu mengenai sang raja. Begitupun dengan penasihat Kim, yang jika dibandingkan Jenderal Oh lebih kaku, juga tidak canggung untuk bercakap dan mengikuti Baekhyun kemanapun ia pergi agar dibuatkan pie apel lagi olenhnya. Nampaknya, sang penasihat ketagihan dengan pie apel bikinan Baekhyun yang ia buatkan untuk sarapan mereka pada pagi pertama di Alderth. Jika hubungan Baekhyun dengan kedua teman Chanyeol semakin dekat, begitupun hubungannya dengan sang raja muda. Karena sering menghabiskan waktu berdua, kini sudah tidak canggung bagi mereka untuk melakukan skinship. Bahkan beberapa kali Chanyeol tanpa permisi akan merangkul Baekhyun atau mengacak rambutnya. Bahkan jika sudah tidak bisa menahan diri, Chanyeol akan mengusap pipi mulus itu. Tentu saja Baekhyun akan merona karenanya. Baekhyun pun sama saja, ia akan secara reflek menarik lengan berotot Chanyeol ketika sedang bersemangat menunjukkan sesuatu pada si lelaki tinggi. Chanyeol, tentu saja bahagia diperlakukan seperti itu oleh Baekhyun. Tidak hanya itu, kemarin ketika mereka berkunjung ke makam nenek Baekhyun, Chanyeol menceritakan mimpinya untuk menjadi seorang pemain piano yang handal. Tetapi, sebagai seorang putera mahkota, ia tidak memiliki pilihan lain selain menjadi raja. Karenanya, Chanyeol mengubur dalam impiannya itu demi mengikuti takdir yang sudah dituliskan untuknya. Akhirnya Baekhyun juga menceritakan bahwa merangkai bunga memang adalah impiannya. Dan keinginan terdalam Baekhyun membuka cabang Belle Bittersweet di Ibukota Rissingshire. Air mata meleleh keluar dari mata mungil itu kemudian, mendadak ia mengingat sang nenek. Sore itu diakhiri dengan mereka berdua berbagi pelukan untuk saling menenangkan. Hari ini, Baekhyun tidak ke toko karena sejak pagi sang raja terus mengatakan ingin memakan sup ikan segar. Chanyeol meminta mereka menangkap ikan sendiri daripada pergi kepasar dan membelinya. Disaat seperti itu, Chanyeol akan menggunakan jabatannya untuk mendapatkan yang ia inginkan, dan bagi Baekhyun, Jongin serta Sehun sebagai rakyat Alderth yang baik, Titah raja adalah perintah mutlak, sehingga Baekhyun terpaksa menitipkan toko pada Xiumin. Matahari sudah berada ditengah ketika mereka berangkat menuju sungai Ord yang terletak di bagian barat desa. Wajah bahagia nampak jelas di ketiga bangsawan itu saat mata mereka menangkap aliran jernih sungai dan pemandangan gunung disekitar yang mengagumkan. Tanpa basa- basi, Sehun langsung menggulung celananya dan berlari masuk kedalam air untuk memulai perburuan ikan. Setelahnya, Jongin menyusul sambil menggelengkan kepala. Meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol yang masih berdiri ditempatnya sambil terkekeh. "Ayo kita kesana", ajak sang raja dengan lembut sambil menggenggam tangan munrgil si perangkai bunga. Pasrah, Baekhyun langsung melangkah mengikuti Chanyeol menuju bagian lain sungai. Dengan gentle, sang raja membimbing Baekhyun masuk kedalam air. Meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Baekhyun sudah sering menangkap ikan disini. Mereka masih berpegangan tangan dan bertatapan selama beberapa saat, terpana dengan keindahan masing-masing. Apalagi ketika angin berhembus menyibakkan rambut Baekhyun, membuat Chanyeol berhenti bernafas selama beberapa detik. "Chanyeol, sepertinya kita harus mulai sekarang’, Ujar Baekhyun malu-malu. Dehaman menjadi jawaban Chanyeol sebelum melepaskan tautan tangan mereka. Setelah itu mereka mulai sibuk menyusuri air untuk mencari ikan. Baru lewat beberapa menit, Baekhyun sudah berhasil mendapatkan dua ikan besar dan melemparkannya ke rerumputan di pinggir sungai. Melihat itu, jiwa Chanyeol sebagai seorang dominan seperti berteriak tidak terima. Ia tidak boleh kalah tentu saja. Dengan dengusan di hidungnya, Chanyeo! memulai perburuannya. Bahkan berkali-kali ia sempat terjatuh karena terlalu ceroboh dalam melangkah. Sang raja muda sudah tidak memperdulikan pakaiannya, dan tanpa ragu melemparkan tubuhnya di air untuk menangkap ikan-ikan yang melewatinya. Tetapi tetap saja, ikan-ikan itu terlalu gesit. Sehingga ia berkali-kali harus merasakan pahitnya kegagalan. Menurut Chanyeol berburu hewan di hutan lebih mudah dibanding ini. Dari kejauhan, Sehun dan Jongin sibuk mentertawakan ulah tidak tahu malu sang raja yang hampir tidak pernah mereka lihat seumur hidup. Chanyeol menggerutu dan berbalik untuk mencoba bagian lain sungai, siapa tahu ikan di sana lebih lambat. Tetapi alih-alih melihat ikan, mata bulat itu menangkap bunga Anyelir berwarna merah dan putih indah yang tumbuh di pinggir sungai. Mengingatkannya akan seseorang. Perlahan Chanyeol mendekat dan memetik dua bunga berbeda warna itu. Kebetulan si target sedang berada tak jauh dengannya. Senyuman lebar merekah di wajah tampan sang raja. "baek", Panggilnya. Mendengar namanya dipanggil, Baekhyun langsung menoleh dan melangkah dengan hati-hati kearah Chanyeol. Sang raja muda mengulurkan tangannya lalu memberikan bunga merah dan putih indah itu kepada Baekhyun. Satu tangannya lagi merangkul pinggang Baekhyun dan menarik si lelaki mungil untuk mendekat. “untukmu Baek", Ujar suara berat itu lembut. Membuat si lelaki mungil menggigit bibir bawahnya menahan senyuman di wajahnya yang mulai memerah. "t---terimakasih yang mulia", Jawab Baekhyun pelan sembari menerima bunga pemberian Chanyeol dan menggenggam tangkainya erat. Pandangan Chanyeol tetap terfokus pada si lelaki mungil. Sang raja muda membiarkan jantungnya berdebar dan menikmati sensasi debaran itu. Sangat menyenangkan berada di dekat Baekhyun. "Bunga Anyelir putih berarti keindahan dan kecantikan yang luar biasa, sedangkan anyelir merah berarti---", Ujar sang raja Menggantung. Mendengar itu, Baekhyun mendongak dan memberanikan diri menatap kedalam mata menawan Chanyeol. "berarti---", Chanyeol sempat lupa pada apa yang akan dikatakannya begitu matanya bersibobok dengan mata bersinar Baekhyun. "aku menginginkanmu:::", Ujar mereka berdua secara bersamaan dan tanpa disadari. Senyuman timbul di wajah Chanyeol sebelum perlahan ia mendekatkan wajahnya kearah si mungil. Debaran jantung mereka berdua semakin menggila, membuat Baekhyun memejamkan matanya gugup. Menunggu apa yang akan dilakukan sang raja. Semakin lama, Baekhyun bisa merasakan hembusan nafas Chanyeol tepat di bibirnya. Tangan mungil itu meremas bagian depan kemeja putih sang raja begitu ia merasakan bibir sang raja dengan lembut mulai menempel di bibir mungilnya. "EHEM! JIKA KALIAN LUPA, KAMI MASIH DISINI", hingga suara mengganggu kedua lelaki yang mereka lupakan kehadirannya membuat Chanyeol urung memperdalam ciumannya. Sang raja menjauhkan wajahnya dan tersenyum pada Baekhyun. Bibir yang seharusnya menempel dengan bibir si mungil berakhir memberikan kecupan lembut di kening Baekhyun. Sebelum akhirnya sang raja menggeram kesal kemudian berlari menghampiri Jongin dan Sehun untuk membalaskan dendamnya. TO BE CONTINUE « First « Prev Ch 3 of 17 Next » Review Jump:Chapter 1Chapter 2Chapter 3Chapter 4Chapter 5Chapter 6Chapter 7Chapter 8Chapter 9Chapter 10Chapter 11Chapter 12Chapter 13Chapter 14Chapter 15Chapter 16Chapter 17 Share: Email . Facebook . Twitter Story: Follow FavoriteAuthor: Follow FavoriteCo ntrast: Dark . Light Font: Small . Medium . Large . XL Twitter . Help . Sign Up . Cookies . Privacy . Terms of Service We use cookies. By using our services, you acknowledge that you have read and accept our Cookies & Privacy Policies. Accept

Anda mungkin juga menyukai