Anda di halaman 1dari 8
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses _pembelajaran agar peserta didik secara_aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.' Pendidikan merupakan proses menjadikan seseorang yang tidak tahu menjadi tahu Pendidikan bukan berarti mencetak kemampuan atau karakter peserta didik sama seperti gurunya, Sebagai suatu proses, pendididkan dimaknai sebagai semua tindakan yang berefek pada perubahan watak, kepribadian, pemikiran dan perilaku? Pada hakikatnya pendidikan yaitu proses dimana manusia berusaha memperbaiki kualitas hidupnya.’ Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan, Dengan melalui pendidikan diharapkan manusia dapat berperilaku sebagaimana sifat dan perilaku manusia La Ode Gusal, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Karya La Ode Sidi", Hurmanika No. 15, Vol. 3, (Desember 2015) Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, (Jakarta: Kompas Gramedia Building, 2013), b.1 * Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Yogakarta: Teras, 2009), h. 2. 24, sesungguhnya dan menjalani hidup secara benar. * Dengan demikian, pendi kan tidak hanya berbicara tentang pentransferan ilmu, teori-teori dan tujuan akhirnya mendapatkan suatu sertifikat kelulusan, Akan tetapi, pendidikan juga suatu proses transfer nilai, pembentukan karakter dan kepribadian yang unggul dengan menitik beratkan proses pematangan akhlak, keimanan dan puncak pendidikan adalah tercapainya titik kesempurnaan hidup. Dengan pentransferan nilai dan pembentukan akhlak serta keimanan dalam pendidikan, diharapkan dapat menciptakan manusia seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai Khalifah Allah di muka bumi berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks ini ialah terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.> Hal tersebut sesuai dengan pandangan Islam mengenai pendidikan, dimana pendidikan Islam adalah rangkaian\ proses sistematis, terencana dan Komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik serta mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka sehingga mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan nilai-nilai Hahiah yang didasarkan pada al-Qur’an dan hadits di semua dimensi kehidupan.® Pendidikan Islam mengajak kita lebih kepada hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam misalnya nilai keimanan, ibadah, dan akhlak yang 4 Hasbullah, Dasar-dasar Imu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2012), h. 1 * Nur Uhbiyati, Dasor-Dasar lim Pendidikan islam, (Semarang: FT IAIN Walisongo, 2012), h “Ibid, he 23, mni dan tidak boleh kita tinggalkan. Nilai-nilai pendidikan Islam salah satu, misalnya keimanan yang ditentukan pada diri kita manusia untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.” Tetapi pada kenyataannya, seiring masuknya era globlasisasi pada zaman ini, menimbulkan dampak negatif terhadap tingkah laku, karakter dan budaya remaja-remaja saat ini. Seperti halnya, keriakalan. remaja didukung dengan semakin mudahnya mengakses situs dengan bebas, baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan moralitas, sopan sentun, dan etika, Schingga secara langsung para pembaca dan pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya, munculnya sikap individualistik yang membuat sebagian masyarakat Iupa akan kedudukan ditinya sebagai makhluk sosial, dan lunturnya jati diri suatu bangsa karena dengan bangga masyarakat mengagungkan hal yang bersifat western (kebarat-baratan) dalam hal kuliner, dan lifestyle® Sclain itu, pelajar pada era globalisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan. Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi-yang lebih mengedepankan corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli) Generasi_ muda saat ini juga bersifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan banyak masyarakat yang menganggap generasi muda sckarang disibukkan olch tawuran dan bentrokan. Schingga pada Nurul Indana, dkk, “Wilai-Nilai Pendidikan Islam (Analisis Buku Mister’ Banjir Nabi Nuh Karya Yosep Rafiqi)”. Timuna, Vol. 2,No. 2, (Maret 2020), h. 107 * Sri Suneki, "Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi Budaya daerah, Jural Timiah Civis, Vol. 2, No 1, Januari 2012, h. 307 akhimya keamanan masyarakat menjadi terganggu dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian atau sekolah tidak kondusif yang menimbulkan adanya kekhawatiran adanya krisis moral generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan sosial menjadi lebih baik namun terhalang ‘oleh kebahagiaan dunia semata.” Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu solusinya ialah dengan melesetarikan budaya-budaya bangsa kita, karena budaya bangsa kita adalah mencerminan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, Budaya Indonesia sarat dengan adat istiadat yang luhur dengan menjujung tinggi sikap sopan santun, moral dan gotong royong, Banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita, maka kita wajib mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-sehari Bentuk budaya Indonesia salah satunya adalah kesenian pewayangan, terutama seni wayang kulit. Wayang adalah salah satu seni budaya bangsa asli Indonesia yang menonjol di antara berbagai karya budaya lainnya, Wayang berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali, Selain di pulau Jawa dan Bali, seni pertunjukan wayang juga populer di berbagai daerah seperti Sunda, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Budaya wayang meliputi berbagai seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain. Wayang merupakan tontonan sekaligus tuntunan. Tontonan, mengarahkan pada fungsi paedagogis (pendidikan), sedangkan tuntunan merujuk pada arah * Sctiyaningsih, “Dampak Globlasiasi Trahadap Moral Genrasi Muda”, Widya Aksara, Vol 22, No 1, (2017) © Bayu Wibisana dan Nanik Herawti, Mengenal wayang, (Klaten : PT Intan Pariwara, 2018), he sebagai sosok karya seni yang mengandung nilai estetis (keindahan). Wayang diturunkan oleh para leluhur secara turun temurun kepada anak cucu mereka secara tradisional, wayang merupakan gambaran kehidupan manusia di dunia yang mengandung dua sifat yaitu, ada sifat baik dan sifat buruk. Sebagai contoh, wayang yang memiliki sifat baik adalah Kesatria Pandawa (dalam cerita Mahabarata).'" Salah satu cerita wayang kulit yang populer di kalangan masyarakat adalah Lakon Semar Mbangun Kayangan. Dalam cerita wayang kulit Lakon Semar Mbangun Kayangan yang Semar sebagai tokoh utamanya, menceritakan keprihatinan Semar tethadap kehidupan di dunia yang mulai tidak karuan Dimana kejahatan, permusushan, peperangan, dan perbuatan yang melanggar norma-norma agama maupu masyarakat terjadi dimana-mana Oleh Karena itu, Semar bermaksud untuk Mbangun Kayangan agar kehidupan di dunia tentram. Maksud dati Mbangun Kayangan ini bukan berarti Semar ingin menandingi kehidupan di Kayangan, tetapi Semar bermaksud untuk membangun kehidupan dimasyarakat yang seperti di Kayangan, yaitu kehidupan yang tentram, damai dan orang-orang saling menghargai antar sesama, Hal itu yang menjadi kesalahpahaman antara Semar dengan Prabu Dharawati Krisna. Karena Prabu Dharawati Krisna menyangka Semar ingin menandingi Kayangan dan Pengusaan Bhatara Guru.’ Berbagai nilai yang terdapat dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan akan memberikan sumbangan dalam proses pendidikan Islam. Oleh " Bid, B.7 ” Purnaningrum Lestari Damayanti, “Lakon Wayang Semar Mbangunkayangan oleh Dhalang Ki Hadi Sugito”, Skripsi Sarjana pendidikan, (Sematang: UNNES, 2011), h. 13, 6 karena itu, dengan digali tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi menurunnya akhlak, moral dan karakter masyarakat Indonesia, Khususnya generasi muda dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan dalam kehidupan sehari-hari, Serta dapat diambil sebagai penambah wawasan para pembaca dan sebagai acuan para pendidik dan peserta didik dalam proses pendewasaan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Cerita Wayang Kulit Semar Mbangun Kayangan”. B. Identifik: i Masalah, Permasalahan peneliti yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahnya sebagai berikut: 1; Maraknya kenakalan remaja yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi. 2. Lunturnya kebudayaan bangsa Indonesia dikarenakan tidak memilah budaya asing yang masuk. 3. Meningkatnya sifat individualistik di lingkungan masyarakat. 4, Pergaulan bebas di kalangan remaja dikarenakan gampangnya mengakses situs porno di media elektronik dan cetak. C. Fokus dan Rumusan Masalah. nilai am penelitian ini, fokus masalah pada pembahosan nila pendi ‘kan Islam dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan dan implementasinya di lingkungan keluarga. Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang. penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi 1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan? 2. Bagaimana implementasinilai-nilai pendidikan Islam dalam cerita ‘wayang kulit Semar Mbangun Kayangan di tingkungan keluarga? D. Tujuan Penelitian, Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dati penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan. 2: Untuk mengetahui bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam cerita wayang kulit Semar Mbangun Kayangan di lingkungan keluarga E. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat teoritis a, Berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan untuk berbagai kalangan agar mengetahui pendidikan Islam apa yang terkandung dalam wayang kulit, khususnya dalam tokoh Semar sebagai gambaran karakter budaya Jawa dan Indonesia pada umumnya. b, Dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam cerita wayang Semar Mbangun Kayangan yang dapat diimplementasikan di dalam lingkungan keluarga. 2. Manfaat praktis a Dapat memberikan warna dan wawasan lebih mendalam bagi para pengemar wayang kulit mengenai tokoh Semar dalam pewayangan. Dapat ‘menjadi bahan referensi pada mahasiswa yang sedang menigadakan penelitian di UNISNU Jepara. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Timu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai