Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Guru

Guru adalah
sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang
mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya 
dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara
optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di
sekolah negeri ataupun swasta.
Pengertian guru menurut para ahli

 menurut Noor Jamaluddin (1978: 1)


Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.

menurut Peraturan Pemerintah
Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang
dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri.

menurut Keputusan Men.Pan
Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab
oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.

menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005


Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

Sumber: http://bayuzu.blogspot.com/2012/07/pengertian-guru.html
Menurut Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi yang dikutip oleh Abudin Nata, menyebutkan,
bahwa kata murid berasal dari bahasa arab, yang artinya orang yang menginginkan (the
willer). Menurut Abudin Nata kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik sebagai
bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar sungguh-sungguh.
Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu
tilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamaknya talamidz. Kata ini merujuk pada murid
yang belajar di madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang artinya
pencari ilmu, pelajar, mahasiswa.
Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf
pendidikan, yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik. Sedangkan
Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid disebut peserta didik. Dalam hal ini
si terdidik dilihat sebagai seseorang (subjek didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai
individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus dikembangkan
untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang
diharapkan.
Menurut H.M. Arifin, menyebut “murid”, maka yang dimaksud adalah manusia didik sebagai
makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah
masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah
titik optimal yakni kemampuan fitrahnya.
Akan tetapi dalam literatur lain ditegaskan, bahwa anak didik (murid) bukanlah hanya anak-
anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tua, bukan pula anak yang dalam
usia sekolah saja. Pengertian ini berdasar atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna
secara utuh, untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayatnya.
Penulis menyimpulkan, pengertian murid sebagai orang yang memerlukan ilmu pengetahuan
yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk mengembangkn potensi diri (fitrahnya)
secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang
optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang
mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi.
Masalah yang berhubungan dengan anak didik (murid), merupakan objek yang penting dalam
paedagogik. Begitu pentingnya faktor anak dalam pendidikan, sampai-sampai ada aliran
pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan (aliran child
centered). Untuk itulah diperlukan sebuah upaya untuk memahami siapa peserta didik
(murid). anak didik memiliki sifat-sifat umum antara lain :

1. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana statement J.J. Rousseau, bahwa
“anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya
sendiri”
2. Peserta didik (murid), memiliki fase perkembangan tertentu, seperti pembagian Ki
Hadjar Dewantara (Wiraga, Wicipta, Wirama)
3. Murid memiliki pola perkembangan sendiri-sendiri
4. Peserta didik (murid), memiliki kebutuhan. Diantara kebutuhan tersebut adalah
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pendidikan seperti, L.J. Cionbach, yakni
afeksi, diterima orang tua, diterima kawan, independence, harga diri. Sedangkan
Maslow memaparkan : adanya kebutuhan biologi, rasa aman, kasih sayamg, harga
diri, realisasi.
Perbedaan individual, yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat dan lain
sebagainya. Disamping itu perlu diperhatikan masalah kualitas seorang pembelajar tidak
diukur dengan membandingkannya dengan pembelajar-pembelajar lainnya, karena secara
aktual diperhadapkan dengan dirinya yang potensial, sesederhana dan sesulit itu.
Sedangkan menurut para ahli psikologi kognitif memahami anak didik (murid), sebagai
manusia yang mendayagunakan ranah kognitifnya semenjak berfungsinya kapasitas motor
dan sensorinya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hida Karya agung,t.th). Undang-Undang
No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Bandung: Citra Umbara, 2003).
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994). Muhaimin
dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar
Operasionalnya, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993). H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 1994). Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Cet. II (Surabaya: Aksara
Baru, 1985). Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar; Pemberdayaan Dan
Transformasi Organisasi Dan Masyarakat Lewat Proses Pembelajaran, (Jakarta: Kompas,
2001).

Sumber: http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-murid.html
.    Kualifikasi Guru

Kualifikasi yaitu “keahlian yang diperlukan (menduki jabatan), berkualifikasi


yaitu memiliki kecakapan atau keahlian”.1[21] Dari pengertian ini penulis menyimpulkan
sesui dengan judul skripsi bahwa kualifikasi itu salah satu cara pendidik mencapai tujuan
pembelajaran khusus sesuai dengan yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

1. Penguasaan Materi

Kemampuan seorang pendidik mempersiapkan materi, dan penguasaan bahan


yang akan diajarkan di dalam kelas menentukan tercapainya indikator atau tujuan
pembelajaran khusus. “Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan
khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran”.2[22]
Persiapan yang mantang dilakukan oleh guru, guna mencapai hasil yang optimal dalam
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus. B.S. Sidjabat
mengatakan bahwa “Menjadi keharusan bagi guru untuk melakukan persiapan yang matang
dan saksama apa bila ingin melihat kualitas belajar dan mengajar yang memuaskan”.3[23]
Walaupun guru memiliki peran sebagai fasilitator atau manajer pembelajaran, guru juga perlu
tampil sebagai seorang ahli yang menguasai dan antusias terhadap materi pengajarannya.
2.   Penyesuaian Metode

Memikirkan metode untuk mempersiapkan materi sebelum guru masuk dalam


kelas, untuk melakukan kegiatan belajar mengajar merupakan hal penting. “Pemilihan
metode mengajar yang tepat kerap kali harus mempertimbangkan faktor usia dari peserta
didik”.4[24] Bagi guru yang memilki kualifikasi sebagai pengajar, memilih metode yang
sesui dengan tingkat usia dan pemahaman peserata didik, sehingga tidak menimbulkan
kebosanan bagi anak.
3.      Pengelola Kelas

Guru adalah sebagai pembimbing dalam kelas yang mempunyai tangung jawab
sebagai pengajar. “Berdasarkan pengalaman sebagai guru bahwa murid-murid dalam kelas
itu tidak sama pandainya”.5[25] Guru dalam mengelolah kelas mengetahui tingkat
pemahaman dan karakter anak yang berbeda, sehingga dalam kegiatan belajar guru
mengetahui bagaimana ia harus bersikap terhadap perbedaan tingkat pemahaman anak dan
begitu juga dengan karakter yang berbeda. “Tujuan umum pengelolaan kelas ialah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan

5
mengajar agar mencapai hasil yang baik”.6[26] Peran guru dalam mengelola kelas
menyediakan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar, dan juga menggunakan
fasilitas yang ada.
4.      Penggunaan Media

Penggunaan media membawa pengaruh terhadap peserta didik. Media yang


digunakan oleh guru disesuiakan dengan peserta didik dan guru juga mampu menggunakan
media tersebut. “Media yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan”.7[27]
Dalam menggunakan media guru menyesuaikan dengan tingkat pemahaman dan pengetahuan
anak yang mudah untuk dimengerti. Bagi guru juga bisa menggunakan media tersebut tanpa
adanya kesulitan yang membuat suasana kelas tidak nyaman.
5.      Pengelola Interaksi Belajar

Hubungan yang baik anatara guru dengan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh pendidik. “Interksi
guru dengan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan, anak didik ingin belajar dengan
menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin menimba dan membimbing anak didik
dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak”.8[28] Dalam kegiatan belajar mengajar
interaksi antara guru dengan peserta didik, tidak hanya berguna bagi peserta didik saja, tetapi
berguna bagi guru untuk mempermahir ketrampilannya sebagai pengajar yang memiliki
kualifikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dan peserta didik mempunyai kesamaan
langkah dan tujuan yaitu kebaikan.
Metode guru berinteraksi dalam kegitan belajar mengajar, mempengaruhi peserta
didik dengan bergai masalah yang berbeda dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
“Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya berfariasi, maka pendekatan
yang dilakukan oleh guru seharusnya juga berfariasi”.9[29] Guru di dalam kelas yang
menentukan anak memahami materi yang disampaikan, dengan berbagai pendekatan yang
dilakukan. Dalam satu kelas terdiri dari beberapa anak dan tentunya setiap pribadi anak
memilki karakter yang berbeda dan pemahaman yang berbeda pula, sebagai guru menghadapi
masalah yang bermacam-macam menggunakan pula pendekatan yang berfariasi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
6.      Kemampuan Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi

Guru yang berkompetensi mampu mengembangkan ketrampilannya dalam


merencanakan dan melaksanakan evaluasi. “Guru perlu tau bahwa tugas evaluasi tidak
sekedar berkaitan cara memberi angka yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didik”.10
[30] Sebagai guru tidak hanya melakukan evaluasi cukup dengan memberikan nilai sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak dalam program pengajaran yang ada di sekolah

10
tepi mampu mengevalusi diri sendiri sebgai pengajar menyampaikan materi. “Program
pengajaran diluar sekolahpun membutuhkan evaluasi sebab dengan evaluasi guru bersama
peserta didik bisa mengetahui apakah bahan pengajarannya relevan dan mudah dipahami”.11
[31] Dengan adanya evalusi memberi masukan bagi perencanaan program selanjutnya, yang
bertitik tolak dari tercapai atau tidaknya tujuan sebelumnya.
“Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data atau
informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk memberikan keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, hasil belar menunjuk pada hasil prestasi
belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan
tingkat laku siswa”.12[32]
Dalam mengevaluasi hasil belajar, guru memperhatikan banayak hal sehingga
tidak terjadi kekeliruan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, dan guru juga bisa
mengambil tindakan yang tepat pula untuk perencanaan pembelajaran selanjutnya yang
hendak dilakukan untuk mencapaihasil yang lebih baik lagi.
7.      Menguasai Kurikulum

Pengajar yang berkompoten memeiliki kecakapan dalam merancang dan


mengembangkan kurikulum. “Modal sebagai guru disamping menguasai materi ajar yang
menjadi bidang keahliannya, guru dituntut mempunyai kemampuan dalam menyusun dan
mengembangkan kurikulum”.13[33] Sebagai pengajar yang memiliki kualifikasi tidak cukup
dengan menguasai materi yang telah siap untuk disampaikan kepada peserta didik. Guru
wajib menyusun dan mengembangkan program-program yang tertuang dalam kurikulum
yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan.
Komponen pengembangan kurikulum adalah bagian-bagian vital yang harus ada
dalam sebuah kurikulum yang akan dikembangkan oleh guru. “Paling tidak guru harus
mengetahui bahwa komponen-komponen kurikulum meliputi kmponen antara lain: Pertama;
tujaun. Kedua; materi/pengalaman belajar. Ketiga; organisasi kurilulum. dan evaluasi”.14
[34] Komponen tujuan, segala jenis kegiatan guru selalu diarahkan bagi pencapaian tujuan
tertentu, dalam pengembangan kurikulum, tujuan merupakan salah satu komponen yang patut
dikembangkan. Materi/pengalaman belajar, guru perlu mengidentifikasi pengalaman belajar
dalam kurikulum guna untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh guru. Organisasi
kurikulum, guru membuat kurikulum secara terpisah antara pelajaran satu dengan yang
lainnya. Evaluasi, guru mengetahui kurikulum yang dikembangkan sesui yang
dikembangkan.

11

12

13

14

Anda mungkin juga menyukai