Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
     
      Rickettsia adalah spesies yang dibawa oleh banyak kutu dan menyebabkan penyakit pada
manusia seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika,
melihat demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam
tifus dan Queensland tick.  Mereka juga telah dikaitkan dengan berbagai penyakit
tanaman. Seperti virus, mereka hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup. Nama tersebut
rickettsia sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai
kerabat yang tinggal terdekat dengan bakteri yang asal dari organel mitokondria yang ada
di dalam sebagian besar sel eukariotik.

1.2  Rumusan Masalah


1.    Apakah definisi Rickettsia ?
2.    Bagaimana morfologi dan klasifikasi  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
3.    Bagaimana patogenesis dan patologi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari?
4.    Bagaimana gambaran klinik dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
5.    Bagaimana uji lab diagnostik pada  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
6.    Bagaimana resistensi dan imunitas dari penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia
prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
7.    Apa penyakit yang ditimbulkan pada manusia oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia
typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
8.    Bagaimana pengobatan dari penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
9.    Bagaimana epidemiologi , pencegahan dan pengendalian dari Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?

1.3  Tujuan
1
1.    Untuk mengetahui definisi Rickettsia.
2.    Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
3.    Untuk mengetahui patogenesis dan patologi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
4.    Untuk mengetahui gambaran klinik dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
5.    Untuk mengetahui uji lab diagnostik pada Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
6.    Untuk mengetahui resistensi dan imunitas dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
7.    Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan pada manusia oleh Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
8.    Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan dari penyakit yang ditimbulkan oleh
Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
9.    Untuk mengetahui epidemiologi, pencegahan dan pengendalian dari Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.

BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Rickettsia
     Rickettsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia. Bakteri yang sangat
kecil selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Rickettsia merupakan parsit
obligat intra celuler. Mengandung asam-nukleat (RNA,DNA). Berkembang biak dengan
membelah biner.
     Penyakit rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri
familia Rickettsiae. Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan
caplak. Tiga jenis tifus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar. Jenis
lain tifus yang juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus
epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh Bakteri Rickettsia prowazekii. Tifus
epidemik disebarkan oleh kutu badan. Tifus endemik disebabkan oleh bakteri Rickettsia
typhi, yang disebarkan oleh kutu. Tifus belukar disebabkan oleh bakteri Rickettsia
tsutsugamushi, dan disebarkan oleh tungau dan caplak. Jenis tifus lainnya antara lain
demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam Boutonneuse, tifus caplak siberia,
tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.

2.2  Rickettsia Prowazekii


     Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat
dan ditularkan ke manusia melalui arthropoda. Rickettsia prowazekii ini dapat
menimbulkan penyakit tifus epidemik yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini
ditandai dengan gejala-gejala klinis antara lain: demam, sakit kepala, sangat lemah, lesu,
kelainan di kulit, dan pembesaran limpa serta hati. Penyakit tifus epidemik ini dapat
diobati dengan pemberian obat tetrasiklin dan kloramfenikol, selain itu juga diberikan
antibiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri tersebut. Pencegahan penyakit ini
dilakukan dengan pemutusan rantai infeksi, imunisasi, dan menjaga kebersihan lingkungan
dan diri sendiri.

2.2.1  Morfologi
      Rickettsia prowazekii berbentuk pleomorfik karena dapat tampak sebagai bentuk
batang ataupun kokus, merupakan bakteri aerob, berukuran 1-0,3 mikron, bersifat Gram
negatif di mana dinding selnya terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam
muramat, merupakan parasit intraseluler obligat. Bakteri ini dapat tunggal, berpasangan,
membentuk rantai pendek, atau filamen. Bila diwarnai, bakteri ini dengan mudah dapat
terlihat di bawah mikroskop cahaya. Dengan pewarnaan Giemsa, bakteri ini tampak biru;
3
dengan pewarnaan Macchiavello,bakteri ini tampak merah, dan kontras dengan sitoplasma
berwarna biru yang mengelilingi bakteri ini.

2.2.2  Klasifikasi
Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia
Species        : Rickettsia prowazekii

        Rickettsia prowazekii bukan termasuk virus melainkan tergolong bakteri, karena
rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan bakteri antara lain : mengandung asam
nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA, berkembang biak dengan pembelahan biner,
dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif
pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat antibakteri dan dapat membentuk ATP
sebagai sumber energi.

2.2.3 Patogenesis
        Infeksi terjadi pada saluran pencernaan . Basil diserap usus halus melalui pembuluh
limfe  peredaran darah  organ-organ terutama hati dan limpa  Basil yang tidak
hancur berkembang biak pada organ tsb sehingga membesar dan menimbulklan nyeri pada
perabaan  Basil. masuk kembali peredaran darah (bakteriemia)  menyebar keseluruh
tubuh terutama kekelenjer limfoid usus halus  menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada permukoan mucosa  perdarahan dan perforasi usus  gejala demam (akibat
endotoksin ) dan gejala saluran pencernaan (akibat kelainan pada usus).

2.2.4 Patologi
      Tifus (exanthematicus tifus) – Setelah inkubasi, yang berlangsung selama 10-14 hari
mengarah pada munculnya gatal-gatal dan kondisi tifoznog parah. Penyakit ini dimulai
tiba-tiba dengan menggigil, menggigil, sakit kepala mual, dan muntah. Ada rasa sakit di
4
semua otot dan sendi, suhu mencapai 39-40 derajat, pasien terlihat wajah merah dan mata,
kulit hangat, kering, merah, lidah kering, pecah-pecah. Berikutnya adalah kedua, tifozni
tahap ditandai oleh negara-tifoznim mengoceh sakit,, terganggu mudah tersinggung,
agresif, dengan episode depresi. Javalja ruam, yang kehilangan tekanan, dan ada wajah,
tangan dan kaki, pembesaran hati dan limpa. Tahap ini berlangsung 12-14 hari, dan
pemulihan setelah 20-30 hari.
       Brill-Zinsser penyakit (tifus diperbarui) – terjadi pada orang yang memiliki tifus
sudah preležali. Penyakit ini dimulai tiba-tiba dengan demam tinggi, nyeri otot dan nyeri
sendi, sakit kepala parah dan insomnia. Semua gejala ini berlangsung selama 5-6 hari
selama waktu itu otot-otot di daerah ruam tampaknya menyebar ke dada dan punggung,
tetapi tidak ekstremitas bawah. Pasien tenang dan komunikatif seperti berkembang tifozni
di atas panggung.

2.2.5 Gambaran Klinik


      Penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii ini adalah tifus epidemik,
dengan gambaran klinik yaitu demam, sakit kepala, sangat lemah, lesu, pembesaran limpa
serta hati, dan kelainan di kulit. Pada tifus epidemik ini terjadi infeksi sistemik yang berat
disertai perasaan amat lemah dan demam selama 2 minggu. Pada penderita berusia di atas
40 tahun penyakit akan berakibat lebih parah dan fatal.

2.2.6 Uji Lab Diagnostik


Pemeriksaan Laboratorium
1.    Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis :
a)    Pemeriksaan darah tepi. Terdapat gambaran leukopenia limfositisis relatif dan
aneosinofilik pada. Permulaan sakit, anemia dan trombositopenia ringan.
b)   Pemeriksaan sumsum tulang. Terdapat gambaran hiperaktif RES dengan adanya
makrofag, sedangkan sistem eritropoeisis, granulopoesis dn trombopoesis berkurang.
2.    Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis dilakukan pada saat penderita masuk
dan setiap minggu berikutnya.
a)      Biakan Empedu. Basil ditemukan pada darah pada minggu kedua sakit, kemudian dapat
ditemukan pula pada urin dan feses.
b)      Pemeriksaan Widal dasar pemeriksaan yaitu reaksi aglutinasi, positif jika terjadi
aglutinasi.

5
2.2.7   Resistensi dan Imunitas
      Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu serangan
dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan lama. Bakteri ini juga resisten
terhadap tiga atau lebih dari obat lini kedua pengobatan.

2.2.8   Penularan
     Penularan penyakit tifus epidemik ini terjadi pada waktu arthropoda menghisap darah
mamalia yang telah terkena infeksi. Selain itu dapat juga terjadi penularan dari arthropoda
ke arthropoda lewat telur yang telah terinfeksi (transovarium).
  Gambar arthropoda

2.2.9   Penyakit pada Manusia


      Penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia Prowazekii adalah penyakit endemic
thypus. Ditularkan oleh Pediculus humanus (kutu manusia).
Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, sakit punggung, anorexia, dan
malaise. Ruam di kulit biasanya muncul pada hari ketiga sampai ketujuh. Dimulai dari
daerah axial (ketiak) menyebar ke perut, dada, punggung, terakhir ke kaki dan lengan.
      Lesi yang terjadi pada endhotel kapiler menyebabkan terjadinya thrombosis dan
perdarahan. Lesi ini terutama mengenai kapiler pada kulit, susunan syaraf pusat dan otot
jantung. Komplikasi yang sering terjadi adalah Bronchopneumonia dan Nephritis. Angka
kematian antara 5 – 40 %.
     Penyakitnya banyak berjangkit di kalangan masyarakat yang hygiene pribadinya
buruk, jarang mandi, pakaian tidak dicuci dan sanitasi lingkungan yang buruk.

2.2.10    Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada penyakit tifus epidemik akibat dari bakteri rickettsia
prowazekii ini antara lain :
      Pemberian tetrasiklin dan kloramfenikol
Kedua obat tersebut merupakan obat yang efektif bila diberikan secara dini. Obat ini
diberikan melalui mulut setiap hari, diteruskan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada
penderita berat, dosis permulaan dapat diberikan secara intrafena.
      Pemberian antibiotic

6
Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia prowazekii tetapi dapat menekan
pertumbuhan bakteri tersebut. Penyembuhan bergantung pada mekanisme kekebalan
penderita yang pada umumnya memerlukan waktu 2 minggu untuk dapat mencapai suatu
tingkat yang mampu menekan rickettsia prowazekii tersebut.

2.2.11    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian


   Rickettsia prowazekii mempunyai siklus hidup yang terbatas pada manusia dan tuma
manusia (Pediculus humanus corporis dan Pediculus humanus capitis). Tuma memperoleh
rickettsia pada waktu menggigit manusia yang terinfeksi. Karena darah yang dihisap oleh
tuma sudah terinfeksi maka sel-sel usus akan terkena infeksi dan rickettsia
berkembangbiak di dalamnya, sewaktu sel pecah rickettsia keluar dan tercampur dengan
tinja tuma. Sambil menghisap darah tuma mengeluarkan tinja. Gigitan tuma menimbulkan
rasa gatal, sewaktu hospes menggaruk, tinja infeksius secara tidak sengaja masuk dalam
luka gigitan dan menimbulkan infeksi pada hospes. Bila tuma menggigit pada saat yang
sama dia berdefekasi. Pada saat orang tersebut menggaruk daerah gigitan tuma, hal
tersebut memungkinkan rickettsia yang diekskresi dalam tinja menembus kulit orang
tersebut. Akibat infeksi tersebut tuma mati, tetapi organisme tetap hidup selama beberapa
waktu dalam tinja kering tuma tersebut.

      Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai infeksi, menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi atau pemberian antibiotik.
1.   Pemutusan rantai infeksi
Rantai infeksi dapat diputus dengan membasmi tuma dengan insektisida.
2.   Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya jangan
membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena dapat dijadikan
sarang tuma, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda.
3.   Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan antigen yang dibuat dari kantong kuning
telur embrio ayam yang terinfeksi/ dari biakan sel yang diolah dengan formalin. Pada
umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan  dan pengeringan atau
oleh bahan-bahan bakterisid.

7
      Pengendalian
Penghancuran segera setelah vektor dengan insektisida penting dalam pengendalian
epidemi. Debu yang mengandung ekskreta kutu yang terinfeksi mampu menularkan tifus,
dan harus ditangani dengan cermat untuk mencegah inhalasinya. (Behrman Klirgman
Arvin, hal : 1180)

2.3    Rickettsia Typhi


     Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit typhus ialah Rickettsia typhi. Penyakit
typhus yang disebabkan oleh bakteri ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.

2.3.1  Morfologi
      Rickettsia typhi adalah bakteri intraselular obligat berukuran kecil, di mana
morfologi dinding selnya menunjukkan bahwa bakteri ini merupakan bakteri gram negatif
berbentuk basil. Bakteri ini memiliki membran luar dan lapisan murein yang tipis. Murein
adalah polimer yang ditemukan pada dinding sel dari organisme prokaryotik.
Lipopolisakarida yang merupakan ciri bakteri gram negatif dapat ditemukan dengan jelas
pada membran luarnya. Kelompok rickettsia penyebab typhus memiliki ciri yaitu dinding
selnya berisi limpahan lipopolisakarida serta protein pada membran luarnya tersusun oleh
OmpB atau protein antigen spesifik (SPA). Secara umum R. typhi telah meningkatkan
berbagai karakteristik yang berguna bagi intrasitosolnya untuk memperoleh ATP, asam
amino, gula, dan produk-produk metabolisme yang lain dari sel inang.

2.3.2   Klasifikasi
Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria

8
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia
Species        : Rickettsia typhi

Secara filogenetik bakteri ini termasuk anggota subkelompok alfa dari Proteobacteria,
R. typhi bersama dengan Rickettsia prowazekii dimasukkan ke dalam kelompok rickettsia
penyebab typhus.

Gambar R.typhi
2.3.3   Patogenesis
Rickettsia typhi bersimbiosis dengan vectornya yang merupakan salah satu jenis
arthropoda, yaitu kutu tikus (Xenopsylla cheopis). Hal ini dikenal dengan siklus zoonotik.
R. typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang diambil oleh spesies inang. R. typhi
masuk dan tumbuh di dalam sel epitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang
dikeluarkan kutu. R. Typhi yang berada pada tinja dari kutu tersebut menjangkiti tikus dan
manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan kulit, atau perpindahan oleh jari
ke dalam membran lendir. Selain itu bakteri ini juga mampu menjangkiti manusia dan
tikus melalui gigitan oleh kutu tikus tersebut. R. typhi tidak menyebar secara efektif ke
sel-sel lainnya sampai pertumbuhannya di dalam sel inang (yang dilakukan secara
pembelahan biner) telah selesai melakukan penggandaan jumlah bakteri, yang pada
akhirnya membuat sel inang retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar R. typhi.
Penggandaan diri oleh mikroba ini terutama terjadi di jaringan endothelium. Kehancuran
sel endothelial menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah.
9
2.3.4   Patologi
        Rickettsia typhi dapat ditansmisikan ke host oleh gigitan arthropoda terinfeksi (centang
atau kutu) atau melalui kotoran dari carrier, menyebabkan tifus. Pada manusia, tifus
menyebabkan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri umum. Dalam jaringan
endothelium, mikroba membagi dan mentransmisikan infeksinya. Mikroba terakumulasi,
maka host sel mengalami pemecahan dan melepaskan banyak rickettsia. Kerusakan sel
endothel menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah. Kadang
ditemukan ruam pada tubuh. Penyakit ini didiagnosis melalui tes darah. Antibiotik dibuat
untuk memasuki host sel dan membantu mengurangi efek dari R.typhi.

2.3.5   Gambaran Klinik


     Rickettsia typhi adalah penyebab dari typhus endemik. Gejala tifus endemik
berkembang dalam waktu sekitar 1-2 minggu setelah infeksi awal dan mungkin termasuk
demam tinggi (sekitar 105 M), sakit kepala, malaise, mual, muntah, diare, dan ruam yang
mulai sekitar empat sampai tujuh hari di dada dan perut setelah gejala awal di atas
berkembang; ruam sering menyebar. Beberapa pasien juga mungkin memiliki batuk dan
perut, nyeri sendi, dan punggung. Gejala dapat berlangsung selama sekitar dua minggu,
dan komplikasi pembatasan atau kematian (kurang dari 2% meninggal), gejala mereda.

2.3.6   Uji Laboratorium Diagnostik


     Pada pasien typhus endemik yang disebabkan bakteri R.typhi ini, menunjukkan hasil
tes darah :
      Rendah kadar sodium
      Rendah kadar albumin
      Enzim di dalam liver meningkat tajam
      Terjadi keluhan disekitar ginjal
      Antibodi yang dihasilkan sangat tinggi

2.3.7   Resistensi dan Imunitas


Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap infeksi penyakit ini, infeksi
menimbulkan kekebalan.

10
2.3.8   Penyakit pada Manusia
      Rickettsia typhi adalah penyebab dari typhus endemik. Infeksi ini menyebabkan sakit
kepala, demam, rasa menggigil (kedinginan) dan dapat menyebabkan penyakit
multisistem, termasuk infeksi pada liver, ginjal, dan jantung. Efek patologis lainnya yang
ditimbulkan Rickettsia typhi ialah meningoencephalitis, kudis, pneumonia yang
menyebabkan sindrom gangguan pernapasan pada beberapa penderita, perluasan luka
vaskuler, dan kematian yang jumlahnya kira-kira 1% dari kasus yang terjadi. Typhus
endemik lebih lazim terjadi di wilayah kota atau daerah padat penduduk. Selain itu,
Meskipun typhus dapat ditemukan secara luas di seluruh dunia, namun penyakit ini lebih
sering terjadi di daerah pantai yang suhunya hangat. Penyakit typhus biasanya dijumpai di
daerah dengan kondisi kesehatan lingkungan yang buruk. Typhus endemik (murine
typhus) sendiri kurang berbahaya jika dibandingkan dengan typhus yang disebabkan oleh
R.prowazekii.

  gambar penyakit yang disebabkan R.typhi

2.3.9   Pengobatan
      Penyakit yang disebabkan oleh R.typhi didiagnosis lewat tes darah. Antibiotik yang
dibuat bertujuan untuk dapat memasuki sel inang dan membantu mengurangi efek R. typhi
maupun R.typhi itu sendiri. Beberapa pengobatan/obat yang telah dibuat adalah
doxycycline, tetracycline dan chloramphenicol.
1.      Dapatkan segera pertolongan dokter atau petugas kesehatan terdekat.
2.      Berikan chloramphenicol untuk orang dewasa: dua kapsul @ 250 mg 4 kali sehari. Jika
tidak ada chloramphenicol, gunakan ampicilin atau tetracycline.
3.      Turunkan panasnya dengan dengan kain basah yang dingin
4.      Berikan cairan yang banyak; sup, sari buah, dan minuman untuk mengembalikan cairan
dalam tubuh.
5.      Berikan makanan yang bergizi, kalau perlu dalam bentuk cairan.
6.      Penderita harus tinggal di tempat tidur sampai panasnya hilang sama sekali
7.      Jika penderita batuk darah atau timbul tanda-tanda peradangan pada selaput perut, ia
harus segera dibawa ke rumah sakit.

2.3.10    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian


       Epidemiologi
11
      Rickettsia typhi bersumber pada tikus, di mana infeksi tidak nyata dan berlangsung
lama. Kutu tikus membawa rickettsia dari tikus ke tikus, dan kadang-kadang dari tikus ke
manusia, yang menimbulkan tifus endemik. Kutu kucing dapat berperanan sebagai vektor.
Pada tifus endemik, kutu tidak dapat menghantarkan rickettsia secara transovarial.
      Pencegahan
1.    Mengindarkan diri dari hal-hal kotor seperti pencemaran air dan makanan oleh kotoran
manusia. Pastikan jamban keluarga terletak jauh dari tempat penduduk mengambil air
minum.
2.    Memberi perhatian khusus pada kebersihan air minum, terutama saat banjir.
3.    Penderita harus tinggal di kamar terpisah untuk mencegah penyebaran tifus perut.
Kotorannya harus dibakar atau dikubur di dalam lubang yang dalam. Orang yang
merawatnya harus membasuh tangan segera sesudahnya.
4.    Setiap orang yang pernah menderita tifus harus memberikan perhatian tambahan terhadap
kebersihan perorangan dan tidak boleh bekerja di rumah makan atau di tempat-tempat
pengolahan makanan.

      Pengendalian
Mengontrol reservoir binatang pengerat berguna dalam mencegah infeksi. Vaksin
tidak tersedia.

2.4    Rickettsia Tsutsugamushi


2.4.1 Morfologi
        Perubahan morfologi berurutan dari permukaan L-sel setelah infeksi Rickettsia
tsutsugamushi (Gilliam strain) telah diperiksa dengan memindai mikroskop elektron dan
ruthenium teknik pewarnaan merah. Kepatuhan rickettsiae diinokulasikan pada permukaan
sel inang dan terperosok mereka dengan sel terlihat pada 30 menit dan telah masih
berjalan pada 24 jam pasca infeksi (pi). Progeni rickettsiae yang mengangkat membran sel
inang oleh pemula diamati pada permukaan sel pada 48 jam pi Para pemula dari rickettsiae
meningkat secara bertahap dalam waktu dan, pada 96 jam setelah infeksi, meliputi hampir
semua host-sel permukaan kecuali sel margin. Mikrovili banyak diamati pada permukaan
sel L tidak terinfeksi menurun secara bertahap pi, mereka hampir menghilang ketika
rickettsiae keturunan terjadi. Rutenium merah spesimen pewarnaan jelas menunjukkan
bahwa rickettsiae pemula dikelilingi dengan membran sel inang. Lapisan berikut

12
dibedakan dari luar pada: (1) rutenium merah mantel berbulu positif (25 nm tebal), (2)
triple-lapis membran sel (5-6 nm), (3) leaflet luar dan dalam sel rickettsial -dinding (7-8
nm dan 2-2.5 nm, masing-masing), (4) periplasmic ruang (15-20 nm), (5) membran
sitoplasma triple-layered rickettsial (5-6 nm).

2.4.2   Klasifikasi
Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia (Orientia)
Species        : Rickettsia tsutsugamushi

2.4.3   Patogenesis
      Infeksi terjadi ketika seorang pria sengaja mengambil sebuah infektif larva tungau
saat berjalan, duduk, atau berbaring di terinfestasi tungau dewasa ground. Rickettsia
tsutsugamushi memiliki siklus hidup empat tahap: telur, larva, nimfa dan dewasa. Larva
adalah tahap hanya (Chigger) yang dapat menularkan penyakit ke manusia dan lainnya
vertebrata, karena tahap kehidupan lainnya (anakan dan dewasa) tidak memberi makan
pada hewan vertebrata. Baik nimfa dan dewasa yang hidup bebas dalam tanah

2.4.4   Patologi
      Rickettsia tsutsugamushi  berkembang biak di dalam sel endotel pembuluh darah
kecil. Sel membengkak dan mengalami nekrosis, kemudianterjadi thrombosis pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan rupture dan nekrosis. Di kulit Nampak adanya lesi
vaskuler. Vaskulitis terjadi pada beberapa organ merupakan dasar terjadinya gangguan
hemostatik. Dalam jaringan otak dapat ditemukan penumpukan limfosit.

2.4.5   Gambaran Klinik


      Penyakit typhus scrub ini secara klinis mirip dengan tipus endemik. Salah satu
gambarannya adalah eschar, the punched-out ilcer yang ditutupi dengan kulit yang
menghitam yang mengindikasikan lokasi dari gigitan tungau. Generalisasi dari
limfadenopati dan limfosit banyak ditemui. Eschar yang terbatas juga dapat terjadi pada
13
kolompok demam bercak. Keterlibatan kardiak dan serebal mungkin membuat penyakit ini
menjadi parah.

2.4.6   Uji Lab Diagnostik


      Prosedur diagnostik yang melibatkan isolasi sebenarnya rickettsiae dari darah atau
jaringan tubuh lainnya biasanya mahal, memakan waktu, dan berbahaya bagi pekerja
laboratorium. Akibatnya, beberapa jenis tes yang dikenal sebagai serologi (imunologi) tes
digunakan secara luas untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis di laboratorium.
      Mengembangkan antibodi spesifik dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi.
Pengembangan antibodi selama periode pemulihan menunjukkan bahwa respon imun
hadir. Pembentukan antibodi adalah prinsip dasar dari tes serologis. Tiga tes yang berbeda
tersedia untuk mendiagnosis infeksi riketsia. Yang paling banyak digunakan adalah tes
Weil-Felix. Tes ini didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa antibodi yang terbentuk
dalam tubuh selama infeksi riketsia dapat bereaksi dengan strain tertentu (OX-2 dan OX-
19) dari bakteri Proteus dan menyebabkan mereka untuk rumpun (mengaglutinasi).
Penggumpalan ini mudah dilihat di bawah mikroskop. Tes Weil-Felix mudah dan murah
untuk melakukan, dengan hasil yang banyak digunakan. Tes WeilFelix, bagaimanapun,
tidak sangat spesifik. Selain itu, penggumpalan tidak terdeteksi sampai minggu kedua dari
penyakit, yang membatasi kegunaan tes di diagnosis dini.
      Tes kedua dikenal sebagai tes fiksasi komplemen (CF) didasarkan pada prinsip bahwa
jika antibodi yang terbentuk dalam tubuh sebagai respon terhadap penyakit, maka antigen
dan antibodi akan membentuk kompleks. Ini kompleks antigen-antibodi memiliki
kemampuan untuk menonaktifkan, atau memperbaiki, protein yang ditemukan dalam
serum darah (komplemen serum). Fiksasi komplemen serum dapat diukur dengan
menggunakan tes biokimia standar dan menegaskan kehadiran antibodi. Tes ketiga yang
dikenal sebagai tes antibodi fluoresen menggunakan tag neon yang melekat pada antibodi
untuk deteksi mudah. Tes ini telah dikembangkan dengan menggunakan tiga strain
Rickettsia tsutsugamushi dan telah terbukti menjadi yang paling spesifik untuk diagnosis.

2.4.7   Resistensi dan Imunitas


     Semua orang rentan terhadap penyakit typhus scrub yang disebabkan oleh rickettsia
tsutsugamusi ini, seseorang yang terserang penyakit ini akan kebal dalam waktu yang
cukup panjang terhadap strain homolog dari rickettsia tsutsugamushi dan hanya
menimbulkan kekebalan sementara terhadap strain heterolog. Infeksi oleh strain heterolog
14
dalam beberapa bulan akan menimbulkan penyakit yang ringan, namun setahun kemudian
akan muncul penyakit yang khas. Serangan kedua dan ketiga terhadap mereka yang tingal
di daerah endemis dapat terjadi secara alamiah pada orang-orang yang tinggal di daerah
endemis, biasanya penyakit yang ditimbulkan sangat ringan bahkan tanpa gejala. Atau
serangan kedua dan ketiga dapat terjadi pada mereka yang pernah terinfeksi namun tidak
mendapatkan pengobatan dengan sempurna. Pada berbagai percobaan yang dilakukan
belum ditemukan jenis vaksin yang efektif.

2.4.8   Penyakit pada Manusia


      Tifus scrub adalah penyakit menular yang ditularkan ke manusia dari tikus ladang dan
tikus melalui gigitan tungau yang hidup pada hewan. Gejala utama penyakit ini adalah
demam, luka pada tempat gigitan, ruam terlihat di bagasi, dan pembengkakan kelenjar
getah bening.
      Tifus scrub juga dikenal sebagai penyakit tsutsugamushi. Para tsutsugamushi
namanya berasal dari dua kata Jepang: tsutsuga, yang berarti sesuatu yang kecil dan
berbahaya, dan Mushi, yang berarti makhluk. Infeksi ini disebut scrub tipus karena
umumnya terjadi setelah terpapar daerah dengan sekunder (scrub) vegetasi. Baru-baru ini
menemukan, bagaimanapun, bahwa penyakit juga bisa menjadi lazim di berbagai bidang
seperti pantai berpasir, padang pasir gunung, dan hutan hujan khatulistiwa. Oleh karena itu
telah disarankan bahwa nama-nama tifus miteborne, atau chigger-ditanggung tifus, lebih
sesuai. Karena penyakit ini terbatas pada bagian timur dan tenggara Asia, India, Australia
utara dan pulau-pulau yang berdekatan, juga sering disebut sebagai tifus tropis.
      Terjadinya musiman tifus scrub bervariasi dengan iklim di berbagai negara. Hal ini
terjadi lebih sering selama musim hujan. Daerah tertentu seperti pembukaan hutan,
pinggiran sungai, dan daerah berumput memberikan kondisi optimal untuk tungau yang
terinfeksi untuk berkembang. Daerah-daerah geografis kecil daerah berisiko tinggi bagi
manusia dan telah disebut-scrub tipus pulau.

2.4.9   Pengobatan
        Tetrasiklin dosis tunggal (loading dose), diikuti dengan dosis
terbagi setiap hari sampai dengan penderita tidak demam lagi (rata-rata selama 30
jam). Kloramfenikol juga cukup efektif dan hanya diberikan jika ada indikasi
kontra pemberian tetrasiklin (lihat seksi I, 9B7 diatas). Jika pengobatan baru
dimulai 3 hari setelah sakit maka kemungkinan kambuh kembali besar sekali
15
kecuali jika diberikan segera dosis kedua dengan interval 6 hari. Di Malaysia
pemberian doxycycline dosis tunggal (5 mg/kg/BB) cukup efektif jika diberikan
pada hari ke tujuh, sedangkan di Pulau Pescadores (Taiwan) diberikan pada hari ke
lima. Jika dosis kedua ini diberikan lebih awal dari lima hari diperkirakan dapat
terjadi relaps. Azithromycin berhasil baik digunakan pada penderita yang sedang
hamil. Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi mereka menekan laju
pertumbuhannya. Pemulihan tergantung pada mekanisme kekebalan pasien.

2.4.10    Epidemiologi, Pencegahan, dan Pengendalian


       Rickettsia tsutsugamushi memiliki reservior pada tungau (mites) yang ada pada tikus.
Tungau menularkan infeksi secara transvorial. Terkadang, tungau atau kutu tikus yang
terinfeksi menggigit manusia, dan thypus scrub terjadi. Rickettsia bertahan pada siklus
tungau-tungau yang terdapat pada vegetasi hutan sekunder yang telah digantikan dengan
hutan perawan yang sebagaian wilayah adalah pertanian. Wilayah-wilayah tersebut
mungkin menjadi tempat mendekamnya tikus dan tungau trombikulid.
      Penyakit yang disebabkan oleh rickettsia tsutsugamushi ini tersebar di Asia bagian
Tengah, Timur dan Tenggara. Kemudian ditemukan tersebar mulai dari Siberia tenggara,
Jepang bagian utara sampai pada kewilayah bagian utara Australia dan Vanuatu, palestina
bagin barat, lereng Himalaya sampai ketinggian 10.000 kaki dan banyak ditemukan
terutama di Thailand bagian utara. Biasanya manusia mendapatkan infeksi dari tempat
yang ukurannya relatif sangat kecil bahkan dalam ukuran meter persegi dimana ditempat
tersebut rickettsia, vektor dan rodentia hidup berkoeksistensi dengan baik. Tempat yang
terbatas tersebut dinamakan “typhus islands”.
      Distribusi penyakit menurut jender sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Orang
dewasa yang bekerja pada daerah endemis tifus scrub dan didaerah yang densitas populasi
ngengatnya tinggi kemungkinan tertular sangat besar. Misalnya mereka yang bekerja pada
pembukaan lahan dihutan, daerah padang pasir yang diirigasi. KLB tifus dapat terjadi
apabila mereka yang rentan masuk kedaerah endemis, terutama pada waktu dilakukan
operasi militer, 20 – 50% dari mereka akan terinfeksi dalam beberpa minggu atau dalam
beberapa bulan.

         Pencegahan:

16
1)   Hindari kontak dengan ngengat yang terinfeksi dengan upaya profilaktis yaitu dengan
mengenakan pakaian dan selimut yang telah diberi mitisida (permethrin dan benzyl
benzoate), memakai repelan (diethyltoluamide, Deet®) pada kulit yang tidak tertutup
pakaian.
2)   Basmilah ngengat dari tempat-tempat tertentu dengan cara menaburkan bahan kimia
dengan komposisi hidrokarbon klorida seperti lindane, dieldrin atau chlordane ditanah
serta vegetasi disekitar tenda perkemahan, bangunan
dipertambangan dan disekitar dearah yang dihuni banyak orang didaerah endemis.
3)   Pemberian doxycycline selama 7 minggu dengan dosis tunggal sebanyak 200 mg/minggu
yang diberikan kepada sekelompok sukarelawan di Malaysia terbukti cukup efektif untuk
mencegah terjadinya infeksi tifus scrub.

         Pengendalian:
Dalam upaya mengatasi wabah, terapkan secara ketat apa yang diuraikan pada 
pencegahan pada point 1 dan 2 diatas di daerah terjangkit. Lakukan pengamatan yang
ketat terhadap setiap penduduk dengan risiko tinggi, cari mereka yang demam dan yang
dengan lesi primer; lakukan pengobatan segera begitu ditemukan ada yang sakit.

2.5    Rickettsia Akari


2.5.1  Morfologi
        Sebuah spesies bakteri gram negatif yang menyebabkan rickettsialpox. Vektor
adalah tungau mouse dan waduk adalah tungau dan tikus.Pleomorfik gram
negatif bakteri 0,6-1,0 pM, intraseluler. Spesies
bakteri menyebabkan rickettsialpox manusia; ditularkan oleh kutu tikus
rumah, Liponyssoides sanguineus, sebuah penyakit demam ringan 7-10 hari
diproduksi dengan distribusi perkotaan di Amerika Serikat timur laut dan pada hewan
pengerat liar atau komensal di negara-negara di bagian timur Rusia dan di beberapa
negara Asia Tengah, dan Afrika.
2.5.2   Klasifikasi
Domain: Bacteria

Phylum: Proteobacteria

Class: Alphaproteobacteria

17
Order: Rickettsiales

Family: Rickettsiaceae

Genus: Rickettsia

Species: R. acari

2.5.3   Patogenesis
      Rickettsia akari mempunyai vektor berupa tungau penghisap darah dari spesies
Allodermanyssus sanguineus. Tungau ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus)
yang tertangkap di rumah-rumah apartemen di Amerika Serikat, tempat terjadinya
rickettsialpox. Penyebaran rickettsia secara transivarial terjadi pada tungau. Jadi, tungau
dapat berperan sebagai sumber sebenarnya dan juga sebagai vektor. R. akari juga telah
diisolasi di Korea. Infeksi dimanifestasikan oleh lesi kulit awal di lokasi gigitan tungau,
terkait dengan limfadenopati, demam, berkeringat, sakit kepala, ruam vesikuler
disebarluaskan; mungkin bingung dengan cacar air, kematian jarang terjadi.

2.5.4   Patologi
      R.Akari adalah obligat intraseluler gram negatif coccobacillus. Vektor adalah tungau
berwarna Liponysoides sanguineus (sebelumnya Allodermanyssus sanguineus), yang
ditemukan pada tikus (paling sering tikus rumah [Mus musculus]) dan hewan pengerat
lainnya. Host ini berfungsi sebagai reservoir untuk penyakit ini. Sebuah sanguineus akan
menggigit manusia ketika host murine langka. Sekitar 7-10 hari setelah gigitan
menyakitkan, lesi kulit papula muncul di  lokasi gigitan dan menjadi vesikular dengan
daerah sekitar eritema. Sebuah eschar terbentuk dan pelan-pelan sembuh. Tentang 3-7 hari
setelah lesi kulit berkembang awal,pasien tiba-tiba dapat mengembangkan demam tinggi,
menggigil, sakit kepala, dan mialgia dengan perkembangan selanjutnya ruam papulo
vesikular umumnya jarang.

2.5.5 Gambaran Klinik


      Rickettsialpox adalah penyakit yang ringan dengan ruam yang mirip varisela. Kira-
kira seminggu sebelum demam timbul, suatu papula kemerahan yang tegas dan timbul
pada tempat gigitan tungau dan berkembang menjadi vesikel yang berakar dalam,yang
selanjutnya membentuk “eschar” hitam

18
2.5.6 Uji Lab Diagnostik
     Spesimen serum yang diperoleh selama tahap akut penyakit dan beberapa minggu
setelah dievaluasi untuk antibodi IgG reaktif dengan R. Akari dengan menggunakan
antibodi immunofluorescence tidak langsung assay.23 suspensi Antigen dibuat dari R.
Akari (Hartford strain) tumbuh dalam kuning telur ayam kantung dan dimurnikan dengan
kombinasi keseimbangan viskositas gradien centrifugation.24 titer antibodi
diinterpretasikan sebagai kebalikan dari pengenceran terakhir dari sampel serum
menunjukkan reaktivitas dengan kambing isotiosianat-terkonjugasi fluorescein anti-IgG
manusia (γ-spesifik) pada pengenceran 1: 150.

2.5.7 Penyakit pada Manusia


     Rickettsialpox adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang ditemukan
pada keluarga Rickettsia (Rickettsia akari). Bakteri mula-mula ditemukan pada tikus-tikus
dan sedikit yang menyebabkan tikus tersebut terinfeksi. Manusia akan terkena
Rickettsialpox jika tergigit Rickettsia, bukan dari tikus. Gejala yang pertama adalah suatu
bengkak yang dibentuk oleh gigitan, secara cepat menghasilkan suatu bengkak hitam yang
keras. Banyak dari gejala adalah demam termasuk seperti influenza, rasa dingin, lemah
dan otot sakit tetapi gejala yang paling membedakan adalah ruam yang terjadi tiba-tiab,
memutar yang terkena infeksi kemudian menyebar ke keseluruhan badan manusia
tersebut. Rickettsialpox biasanya lembut dan di sana adalah tidak (ada) kematian dikenal
sebagai hasil penyakit. wilayah perkotaan di (dalam) Hunian itu ( yang (mana) secara khas
mengalami binatang pengerat permasalahan) sudahkah suatu yang lebih tinggi resiko
[mengontrak/memendekkan] Rickettsialpox

2.5.8 Pengobatan
      Tetrasiklin dan khloramfenikol adalah pengobatan yang efektif bila diberikan dini.
Tetrasiklin 2-3g, atau khloramfenikol 1,5-2 g,diberikan melalui mulut setiap hari dan
dilanjutkan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada penderita sakit berat, dosis
permulaan dapat diberikan secara intravena.
      Sulfonamida memperberat penyakit dan merupakan kontradikasi. Antibiotika tidak
membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi dapat menekan pertumbuhan tergantung pada
mekanisme kekebalan penderita.

2.5.9    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian


19
         Epidemiologi
Rickettsia akari mempunyai vektor berupa tungau yang menghisap darah dari spesies.
Allodermanyssus sanguineus. Tungau ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus)
yang tertangkap di rumah-rumah apartemen di Amerika Serikat, di mana terjadi
“rickettsiapox”. Penyebarn transovarial rickettsia terjadi pada tungau. Tungau dapat
berperan sebagai sumber sebenarnya dan vektor. R.akari juga telah di isolasi di korea.

         Pencegahan dan Pengendalian


Tentraskilin dan loramfenikol dapat mempercepat pemulihan. Tindakan ditujukan
untuk mengontrol populasi tikus membantu mencegah penyakit.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Rickettsia, Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena
tidak mandiri, rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, tetapi berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah
mempunyai membran sel, enzim2 dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga
berbeda dengan virus, rickettsia dapat dibunuh dengan antibiotika yang tepat. Rickettsia,
Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena tidak mandiri,
rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, tetapi
berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah mempunyai membran sel, enzim2

20
dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga berbeda dengan virus, rickettsia dapat
dibunuh dengan antibiotika yang tepat

3.2    Saran

     Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang Ricckettsia, dan
klasifikasinya. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan
dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/KULIAH/mikro-para/rickettsia/patologi.htm

http://untukhidupsehat.blogspot.com/2011/03/typus-dan-peran-tahitian-noni-bioactive.html

http://etatutwuni.wordpress.com/2011/07/31/bakteri-gram-negatif/

http://penyakitdalam.wordpress.com/category/manual-pemberantasan-penyakit-menular/

page/5/

http://jenispenyakit.blogspot.com/2009/07/penyakit-tifus.html

http://umyastari.blogspot.com/2011/03/tugas-dpp.html

21
http://www.uptodate.com/contents/the-epidemiology-and-clinical-manifestations-of-murine-

typhus

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Rickettsia_typhi

http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf 

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6188355

http://www.slideshare.net/ErvanWulfric/5-entomologi

http://en.wikipedia.org/wiki/Rickettsia_akari

http://pathmicro.med.sc.edu/mayer/ricketsia.htm

http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/msds127e-eng.php

http://www.rightdiagnosis.com/medical/rickettsia_akari.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Rickettsialpox

22

Anda mungkin juga menyukai