Riketsia
Riketsia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rickettsia adalah spesies yang dibawa oleh banyak kutu dan menyebabkan penyakit pada
manusia seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika,
melihat demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam
tifus dan Queensland tick. Mereka juga telah dikaitkan dengan berbagai penyakit
tanaman. Seperti virus, mereka hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup. Nama tersebut
rickettsia sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai
kerabat yang tinggal terdekat dengan bakteri yang asal dari organel mitokondria yang ada
di dalam sebagian besar sel eukariotik.
1.3 Tujuan
1
1. Untuk mengetahui definisi Rickettsia.
2. Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
3. Untuk mengetahui patogenesis dan patologi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
4. Untuk mengetahui gambaran klinik dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia
tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
5. Untuk mengetahui uji lab diagnostik pada Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
6. Untuk mengetahui resistensi dan imunitas dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi,
Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
7. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan pada manusia oleh Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
8. Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan dari penyakit yang ditimbulkan oleh
Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
9. Untuk mengetahui epidemiologi, pencegahan dan pengendalian dari Rickettsia prowazekii,
Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Rickettsia
Rickettsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia. Bakteri yang sangat
kecil selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Rickettsia merupakan parsit
obligat intra celuler. Mengandung asam-nukleat (RNA,DNA). Berkembang biak dengan
membelah biner.
Penyakit rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri
familia Rickettsiae. Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan
caplak. Tiga jenis tifus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar. Jenis
lain tifus yang juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus
epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh Bakteri Rickettsia prowazekii. Tifus
epidemik disebarkan oleh kutu badan. Tifus endemik disebabkan oleh bakteri Rickettsia
typhi, yang disebarkan oleh kutu. Tifus belukar disebabkan oleh bakteri Rickettsia
tsutsugamushi, dan disebarkan oleh tungau dan caplak. Jenis tifus lainnya antara lain
demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam Boutonneuse, tifus caplak siberia,
tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.
2.2.1 Morfologi
Rickettsia prowazekii berbentuk pleomorfik karena dapat tampak sebagai bentuk
batang ataupun kokus, merupakan bakteri aerob, berukuran 1-0,3 mikron, bersifat Gram
negatif di mana dinding selnya terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam
muramat, merupakan parasit intraseluler obligat. Bakteri ini dapat tunggal, berpasangan,
membentuk rantai pendek, atau filamen. Bila diwarnai, bakteri ini dengan mudah dapat
terlihat di bawah mikroskop cahaya. Dengan pewarnaan Giemsa, bakteri ini tampak biru;
3
dengan pewarnaan Macchiavello,bakteri ini tampak merah, dan kontras dengan sitoplasma
berwarna biru yang mengelilingi bakteri ini.
2.2.2 Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alpha Proteobacteria
Order : Rickettsiales
Family : Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia
Species : Rickettsia prowazekii
Rickettsia prowazekii bukan termasuk virus melainkan tergolong bakteri, karena
rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan bakteri antara lain : mengandung asam
nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA, berkembang biak dengan pembelahan biner,
dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif
pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat antibakteri dan dapat membentuk ATP
sebagai sumber energi.
2.2.3 Patogenesis
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan . Basil diserap usus halus melalui pembuluh
limfe peredaran darah organ-organ terutama hati dan limpa Basil yang tidak
hancur berkembang biak pada organ tsb sehingga membesar dan menimbulklan nyeri pada
perabaan Basil. masuk kembali peredaran darah (bakteriemia) menyebar keseluruh
tubuh terutama kekelenjer limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada permukoan mucosa perdarahan dan perforasi usus gejala demam (akibat
endotoksin ) dan gejala saluran pencernaan (akibat kelainan pada usus).
2.2.4 Patologi
Tifus (exanthematicus tifus) – Setelah inkubasi, yang berlangsung selama 10-14 hari
mengarah pada munculnya gatal-gatal dan kondisi tifoznog parah. Penyakit ini dimulai
tiba-tiba dengan menggigil, menggigil, sakit kepala mual, dan muntah. Ada rasa sakit di
4
semua otot dan sendi, suhu mencapai 39-40 derajat, pasien terlihat wajah merah dan mata,
kulit hangat, kering, merah, lidah kering, pecah-pecah. Berikutnya adalah kedua, tifozni
tahap ditandai oleh negara-tifoznim mengoceh sakit,, terganggu mudah tersinggung,
agresif, dengan episode depresi. Javalja ruam, yang kehilangan tekanan, dan ada wajah,
tangan dan kaki, pembesaran hati dan limpa. Tahap ini berlangsung 12-14 hari, dan
pemulihan setelah 20-30 hari.
Brill-Zinsser penyakit (tifus diperbarui) – terjadi pada orang yang memiliki tifus
sudah preležali. Penyakit ini dimulai tiba-tiba dengan demam tinggi, nyeri otot dan nyeri
sendi, sakit kepala parah dan insomnia. Semua gejala ini berlangsung selama 5-6 hari
selama waktu itu otot-otot di daerah ruam tampaknya menyebar ke dada dan punggung,
tetapi tidak ekstremitas bawah. Pasien tenang dan komunikatif seperti berkembang tifozni
di atas panggung.
5
2.2.7 Resistensi dan Imunitas
Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu serangan
dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan lama. Bakteri ini juga resisten
terhadap tiga atau lebih dari obat lini kedua pengobatan.
2.2.8 Penularan
Penularan penyakit tifus epidemik ini terjadi pada waktu arthropoda menghisap darah
mamalia yang telah terkena infeksi. Selain itu dapat juga terjadi penularan dari arthropoda
ke arthropoda lewat telur yang telah terinfeksi (transovarium).
Gambar arthropoda
2.2.10 Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada penyakit tifus epidemik akibat dari bakteri rickettsia
prowazekii ini antara lain :
Pemberian tetrasiklin dan kloramfenikol
Kedua obat tersebut merupakan obat yang efektif bila diberikan secara dini. Obat ini
diberikan melalui mulut setiap hari, diteruskan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada
penderita berat, dosis permulaan dapat diberikan secara intrafena.
Pemberian antibiotic
6
Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia prowazekii tetapi dapat menekan
pertumbuhan bakteri tersebut. Penyembuhan bergantung pada mekanisme kekebalan
penderita yang pada umumnya memerlukan waktu 2 minggu untuk dapat mencapai suatu
tingkat yang mampu menekan rickettsia prowazekii tersebut.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai infeksi, menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi atau pemberian antibiotik.
1. Pemutusan rantai infeksi
Rantai infeksi dapat diputus dengan membasmi tuma dengan insektisida.
2. Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya jangan
membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena dapat dijadikan
sarang tuma, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda.
3. Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan antigen yang dibuat dari kantong kuning
telur embrio ayam yang terinfeksi/ dari biakan sel yang diolah dengan formalin. Pada
umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau
oleh bahan-bahan bakterisid.
7
Pengendalian
Penghancuran segera setelah vektor dengan insektisida penting dalam pengendalian
epidemi. Debu yang mengandung ekskreta kutu yang terinfeksi mampu menularkan tifus,
dan harus ditangani dengan cermat untuk mencegah inhalasinya. (Behrman Klirgman
Arvin, hal : 1180)
2.3.1 Morfologi
Rickettsia typhi adalah bakteri intraselular obligat berukuran kecil, di mana
morfologi dinding selnya menunjukkan bahwa bakteri ini merupakan bakteri gram negatif
berbentuk basil. Bakteri ini memiliki membran luar dan lapisan murein yang tipis. Murein
adalah polimer yang ditemukan pada dinding sel dari organisme prokaryotik.
Lipopolisakarida yang merupakan ciri bakteri gram negatif dapat ditemukan dengan jelas
pada membran luarnya. Kelompok rickettsia penyebab typhus memiliki ciri yaitu dinding
selnya berisi limpahan lipopolisakarida serta protein pada membran luarnya tersusun oleh
OmpB atau protein antigen spesifik (SPA). Secara umum R. typhi telah meningkatkan
berbagai karakteristik yang berguna bagi intrasitosolnya untuk memperoleh ATP, asam
amino, gula, dan produk-produk metabolisme yang lain dari sel inang.
2.3.2 Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alpha Proteobacteria
8
Order : Rickettsiales
Family : Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia
Species : Rickettsia typhi
Secara filogenetik bakteri ini termasuk anggota subkelompok alfa dari Proteobacteria,
R. typhi bersama dengan Rickettsia prowazekii dimasukkan ke dalam kelompok rickettsia
penyebab typhus.
Gambar R.typhi
2.3.3 Patogenesis
Rickettsia typhi bersimbiosis dengan vectornya yang merupakan salah satu jenis
arthropoda, yaitu kutu tikus (Xenopsylla cheopis). Hal ini dikenal dengan siklus zoonotik.
R. typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang diambil oleh spesies inang. R. typhi
masuk dan tumbuh di dalam sel epitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang
dikeluarkan kutu. R. Typhi yang berada pada tinja dari kutu tersebut menjangkiti tikus dan
manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan kulit, atau perpindahan oleh jari
ke dalam membran lendir. Selain itu bakteri ini juga mampu menjangkiti manusia dan
tikus melalui gigitan oleh kutu tikus tersebut. R. typhi tidak menyebar secara efektif ke
sel-sel lainnya sampai pertumbuhannya di dalam sel inang (yang dilakukan secara
pembelahan biner) telah selesai melakukan penggandaan jumlah bakteri, yang pada
akhirnya membuat sel inang retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar R. typhi.
Penggandaan diri oleh mikroba ini terutama terjadi di jaringan endothelium. Kehancuran
sel endothelial menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah.
9
2.3.4 Patologi
Rickettsia typhi dapat ditansmisikan ke host oleh gigitan arthropoda terinfeksi (centang
atau kutu) atau melalui kotoran dari carrier, menyebabkan tifus. Pada manusia, tifus
menyebabkan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri umum. Dalam jaringan
endothelium, mikroba membagi dan mentransmisikan infeksinya. Mikroba terakumulasi,
maka host sel mengalami pemecahan dan melepaskan banyak rickettsia. Kerusakan sel
endothel menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah. Kadang
ditemukan ruam pada tubuh. Penyakit ini didiagnosis melalui tes darah. Antibiotik dibuat
untuk memasuki host sel dan membantu mengurangi efek dari R.typhi.
10
2.3.8 Penyakit pada Manusia
Rickettsia typhi adalah penyebab dari typhus endemik. Infeksi ini menyebabkan sakit
kepala, demam, rasa menggigil (kedinginan) dan dapat menyebabkan penyakit
multisistem, termasuk infeksi pada liver, ginjal, dan jantung. Efek patologis lainnya yang
ditimbulkan Rickettsia typhi ialah meningoencephalitis, kudis, pneumonia yang
menyebabkan sindrom gangguan pernapasan pada beberapa penderita, perluasan luka
vaskuler, dan kematian yang jumlahnya kira-kira 1% dari kasus yang terjadi. Typhus
endemik lebih lazim terjadi di wilayah kota atau daerah padat penduduk. Selain itu,
Meskipun typhus dapat ditemukan secara luas di seluruh dunia, namun penyakit ini lebih
sering terjadi di daerah pantai yang suhunya hangat. Penyakit typhus biasanya dijumpai di
daerah dengan kondisi kesehatan lingkungan yang buruk. Typhus endemik (murine
typhus) sendiri kurang berbahaya jika dibandingkan dengan typhus yang disebabkan oleh
R.prowazekii.
2.3.9 Pengobatan
Penyakit yang disebabkan oleh R.typhi didiagnosis lewat tes darah. Antibiotik yang
dibuat bertujuan untuk dapat memasuki sel inang dan membantu mengurangi efek R. typhi
maupun R.typhi itu sendiri. Beberapa pengobatan/obat yang telah dibuat adalah
doxycycline, tetracycline dan chloramphenicol.
1. Dapatkan segera pertolongan dokter atau petugas kesehatan terdekat.
2. Berikan chloramphenicol untuk orang dewasa: dua kapsul @ 250 mg 4 kali sehari. Jika
tidak ada chloramphenicol, gunakan ampicilin atau tetracycline.
3. Turunkan panasnya dengan dengan kain basah yang dingin
4. Berikan cairan yang banyak; sup, sari buah, dan minuman untuk mengembalikan cairan
dalam tubuh.
5. Berikan makanan yang bergizi, kalau perlu dalam bentuk cairan.
6. Penderita harus tinggal di tempat tidur sampai panasnya hilang sama sekali
7. Jika penderita batuk darah atau timbul tanda-tanda peradangan pada selaput perut, ia
harus segera dibawa ke rumah sakit.
Pengendalian
Mengontrol reservoir binatang pengerat berguna dalam mencegah infeksi. Vaksin
tidak tersedia.
12
dibedakan dari luar pada: (1) rutenium merah mantel berbulu positif (25 nm tebal), (2)
triple-lapis membran sel (5-6 nm), (3) leaflet luar dan dalam sel rickettsial -dinding (7-8
nm dan 2-2.5 nm, masing-masing), (4) periplasmic ruang (15-20 nm), (5) membran
sitoplasma triple-layered rickettsial (5-6 nm).
2.4.2 Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Alpha Proteobacteria
Order : Rickettsiales
Family : Rickettsiaceae
Genus : Rickettsia (Orientia)
Species : Rickettsia tsutsugamushi
2.4.3 Patogenesis
Infeksi terjadi ketika seorang pria sengaja mengambil sebuah infektif larva tungau
saat berjalan, duduk, atau berbaring di terinfestasi tungau dewasa ground. Rickettsia
tsutsugamushi memiliki siklus hidup empat tahap: telur, larva, nimfa dan dewasa. Larva
adalah tahap hanya (Chigger) yang dapat menularkan penyakit ke manusia dan lainnya
vertebrata, karena tahap kehidupan lainnya (anakan dan dewasa) tidak memberi makan
pada hewan vertebrata. Baik nimfa dan dewasa yang hidup bebas dalam tanah
2.4.4 Patologi
Rickettsia tsutsugamushi berkembang biak di dalam sel endotel pembuluh darah
kecil. Sel membengkak dan mengalami nekrosis, kemudianterjadi thrombosis pembuluh
darah yang dapat mengakibatkan rupture dan nekrosis. Di kulit Nampak adanya lesi
vaskuler. Vaskulitis terjadi pada beberapa organ merupakan dasar terjadinya gangguan
hemostatik. Dalam jaringan otak dapat ditemukan penumpukan limfosit.
2.4.9 Pengobatan
Tetrasiklin dosis tunggal (loading dose), diikuti dengan dosis
terbagi setiap hari sampai dengan penderita tidak demam lagi (rata-rata selama 30
jam). Kloramfenikol juga cukup efektif dan hanya diberikan jika ada indikasi
kontra pemberian tetrasiklin (lihat seksi I, 9B7 diatas). Jika pengobatan baru
dimulai 3 hari setelah sakit maka kemungkinan kambuh kembali besar sekali
15
kecuali jika diberikan segera dosis kedua dengan interval 6 hari. Di Malaysia
pemberian doxycycline dosis tunggal (5 mg/kg/BB) cukup efektif jika diberikan
pada hari ke tujuh, sedangkan di Pulau Pescadores (Taiwan) diberikan pada hari ke
lima. Jika dosis kedua ini diberikan lebih awal dari lima hari diperkirakan dapat
terjadi relaps. Azithromycin berhasil baik digunakan pada penderita yang sedang
hamil. Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi mereka menekan laju
pertumbuhannya. Pemulihan tergantung pada mekanisme kekebalan pasien.
Pencegahan:
16
1) Hindari kontak dengan ngengat yang terinfeksi dengan upaya profilaktis yaitu dengan
mengenakan pakaian dan selimut yang telah diberi mitisida (permethrin dan benzyl
benzoate), memakai repelan (diethyltoluamide, Deet®) pada kulit yang tidak tertutup
pakaian.
2) Basmilah ngengat dari tempat-tempat tertentu dengan cara menaburkan bahan kimia
dengan komposisi hidrokarbon klorida seperti lindane, dieldrin atau chlordane ditanah
serta vegetasi disekitar tenda perkemahan, bangunan
dipertambangan dan disekitar dearah yang dihuni banyak orang didaerah endemis.
3) Pemberian doxycycline selama 7 minggu dengan dosis tunggal sebanyak 200 mg/minggu
yang diberikan kepada sekelompok sukarelawan di Malaysia terbukti cukup efektif untuk
mencegah terjadinya infeksi tifus scrub.
Pengendalian:
Dalam upaya mengatasi wabah, terapkan secara ketat apa yang diuraikan pada
pencegahan pada point 1 dan 2 diatas di daerah terjangkit. Lakukan pengamatan yang
ketat terhadap setiap penduduk dengan risiko tinggi, cari mereka yang demam dan yang
dengan lesi primer; lakukan pengobatan segera begitu ditemukan ada yang sakit.
Phylum: Proteobacteria
Class: Alphaproteobacteria
17
Order: Rickettsiales
Family: Rickettsiaceae
Genus: Rickettsia
Species: R. acari
2.5.3 Patogenesis
Rickettsia akari mempunyai vektor berupa tungau penghisap darah dari spesies
Allodermanyssus sanguineus. Tungau ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus)
yang tertangkap di rumah-rumah apartemen di Amerika Serikat, tempat terjadinya
rickettsialpox. Penyebaran rickettsia secara transivarial terjadi pada tungau. Jadi, tungau
dapat berperan sebagai sumber sebenarnya dan juga sebagai vektor. R. akari juga telah
diisolasi di Korea. Infeksi dimanifestasikan oleh lesi kulit awal di lokasi gigitan tungau,
terkait dengan limfadenopati, demam, berkeringat, sakit kepala, ruam vesikuler
disebarluaskan; mungkin bingung dengan cacar air, kematian jarang terjadi.
2.5.4 Patologi
R.Akari adalah obligat intraseluler gram negatif coccobacillus. Vektor adalah tungau
berwarna Liponysoides sanguineus (sebelumnya Allodermanyssus sanguineus), yang
ditemukan pada tikus (paling sering tikus rumah [Mus musculus]) dan hewan pengerat
lainnya. Host ini berfungsi sebagai reservoir untuk penyakit ini. Sebuah sanguineus akan
menggigit manusia ketika host murine langka. Sekitar 7-10 hari setelah gigitan
menyakitkan, lesi kulit papula muncul di lokasi gigitan dan menjadi vesikular dengan
daerah sekitar eritema. Sebuah eschar terbentuk dan pelan-pelan sembuh. Tentang 3-7 hari
setelah lesi kulit berkembang awal,pasien tiba-tiba dapat mengembangkan demam tinggi,
menggigil, sakit kepala, dan mialgia dengan perkembangan selanjutnya ruam papulo
vesikular umumnya jarang.
18
2.5.6 Uji Lab Diagnostik
Spesimen serum yang diperoleh selama tahap akut penyakit dan beberapa minggu
setelah dievaluasi untuk antibodi IgG reaktif dengan R. Akari dengan menggunakan
antibodi immunofluorescence tidak langsung assay.23 suspensi Antigen dibuat dari R.
Akari (Hartford strain) tumbuh dalam kuning telur ayam kantung dan dimurnikan dengan
kombinasi keseimbangan viskositas gradien centrifugation.24 titer antibodi
diinterpretasikan sebagai kebalikan dari pengenceran terakhir dari sampel serum
menunjukkan reaktivitas dengan kambing isotiosianat-terkonjugasi fluorescein anti-IgG
manusia (γ-spesifik) pada pengenceran 1: 150.
2.5.8 Pengobatan
Tetrasiklin dan khloramfenikol adalah pengobatan yang efektif bila diberikan dini.
Tetrasiklin 2-3g, atau khloramfenikol 1,5-2 g,diberikan melalui mulut setiap hari dan
dilanjutkan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada penderita sakit berat, dosis
permulaan dapat diberikan secara intravena.
Sulfonamida memperberat penyakit dan merupakan kontradikasi. Antibiotika tidak
membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi dapat menekan pertumbuhan tergantung pada
mekanisme kekebalan penderita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rickettsia, Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena
tidak mandiri, rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, tetapi berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah
mempunyai membran sel, enzim2 dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga
berbeda dengan virus, rickettsia dapat dibunuh dengan antibiotika yang tepat. Rickettsia,
Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena tidak mandiri,
rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, tetapi
berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah mempunyai membran sel, enzim2
20
dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga berbeda dengan virus, rickettsia dapat
dibunuh dengan antibiotika yang tepat
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang Ricckettsia, dan
klasifikasinya. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan
dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/KULIAH/mikro-para/rickettsia/patologi.htm
http://untukhidupsehat.blogspot.com/2011/03/typus-dan-peran-tahitian-noni-bioactive.html
http://etatutwuni.wordpress.com/2011/07/31/bakteri-gram-negatif/
http://penyakitdalam.wordpress.com/category/manual-pemberantasan-penyakit-menular/
page/5/
http://jenispenyakit.blogspot.com/2009/07/penyakit-tifus.html
http://umyastari.blogspot.com/2011/03/tugas-dpp.html
21
http://www.uptodate.com/contents/the-epidemiology-and-clinical-manifestations-of-murine-
typhus
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Rickettsia_typhi
http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6188355
http://www.slideshare.net/ErvanWulfric/5-entomologi
http://en.wikipedia.org/wiki/Rickettsia_akari
http://pathmicro.med.sc.edu/mayer/ricketsia.htm
http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/msds127e-eng.php
http://www.rightdiagnosis.com/medical/rickettsia_akari.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Rickettsialpox
22