Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.

1 ISSN:2355-6358
PENGEMBANGAN MEDIA CONGKLAK PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK OPERASI HITUNG
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN KELAS III SDN 7
PEMENANG BARAT

Yuntawati1 & Lalu Abdul Aziz2


1
Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram
2
Program Studi PGSD, FIP UNU Mataram
E-mail: humayaji@gmail.com

ABSTRACT: The purpose of this research is to produce conglak media on mathematics subject of
multiplication counting operation and class division III SDN 7 Winner of West. This research is a
development research. The subjects of the study were the third grade students of SDN 7 West
Winner, amounting to 13 people. This research and development is done by using Borg and Gall
development which consists of 10 (stages). However, based on the development needs that
researchers will do then the stages are simplified into 5 stages are: needs analysis, design, prototype,
field trials, and revisions. The results of this development research shows that the product developed
in the form of congklak media can be said to be suitable for use in learning. Based on the results of
validation experts note that congklak media products on learning mathematics are categorized
"good" with the following criteria: from media experts categorized well with the average score of 4
while from the material experts are also in good category with the acquisition score 3.6. In addition,
the results of development research obtained average data on the percentage of student responses in
response to congklak media reached 92%. So that learning by using cogklak media is said to be
effective, because students are very responsive to learning media congklak. While the results of
student learning obtained data average score of students is 80 with the percentage of completeness
reached 85%. Based on the results of this study can be concluded that the product development
congklak media feasible used in school learning.

Keywords: Congklak Media, Math Lesson.

PENDAHULUAN memulai dalam belajar matematika dari konkrit


Pembelajaran matematika di SD (nyata) menuju abstraks.
merupakan salah satu kajian yang selalu Belajar matematika sifatnya abstrak,
menarik untuk dikemukakan karena adanya maka dibutuhkan suatu alat yang bisa
perbedaan karakteristik khususnya antara dimanfaatkan pendidik untuk mengkonkritkan
hakikat anak dengan hakikat matematika pelajaran. Pelajaran yang sifatnya konkrit dapat
(Karso, 2005: 3). Untuk itu diperlukan adanya memberikan pemahaman tersendiri bagi
jembatan yang dapat menetralisasi perbedaan peserta didik. Karena sesungguhnya suatu hal
atau pertentangan tersebut. Anak usia SD yang konkrit dapat memudahkan siswa SD
sedang mengalami perkembangan dalam dalam menyerap pelajaran yang sifatnya
tingkat berpikirnya. Ini karena tahap berpikir abstraks.
mereka masih belum formal, akan tetapi para NEA (Nation Education Association)
siswa SD dikelas rendah bukan tidak mungkin menyatakan bahwa media adalah sarana
sebagian dari mereka berpikirnya masih berada komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pada tahapan (prakonkret). audiovisual, termasuk teknologi perangkat
Materi pelajaran matematika kerasnya. Hal itu sama dengan pengertian
termasuk meteri yang abstrak. Oleh karenanya media yang diberikan oleh AECT (Association
hanya orang-orang yang dapat berfikir abstrak of Education and Communicatoin
saja yang dapat mempelajari matematika Technology), yang menyatakan bahwa media
(Nahrowi Adjie dan Maulana, 2006: 37). Bagi merupakan segala bentuk dan saluran yang
siswa sekolah dasar akan kesulitan belajar dipergunakan untuk proses penyaluran pesan
matematika. Jika gurunya tidak menyesuaikan (Dina Indriana, 2011: 14). Diperjelas lagi
dengan kemampuan berpikir siswa-siswanya dengan pendapatnya Hamalik (Azhar Arsyad,
(siswa SD yang berusia di bawah 11 tahun pada 2009: 4) yang mengemukakan bahwa
umumnya belum dapat berpikir abstraks). pemakaian media pembelajaran dalam proses
Karena sifat abstraknya itu maka guru harus belajar mengajar dapat membangkitkan

12
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.1 ISSN:2355-6358
keinginan dan minat yang baru, ditempuh oleh guru untuk mengatasi masalah
membangkitkan motivasi dan rangsangan di atas adalah guru harus mampu
kegiatan belajar, dan bahkan membawa memanfaatkan dan mengembangkan media
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan
Penggunaan media pembelajaran pada tahap kebutuhan peserta didik. Sedangkan dampak
orientasi pembelajaran akan sangat membantu positif dari hal tersebut maka akan tercipta
keefektifan proses pembelajaran dan suasana proses belajar yang efektif, efisien, dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada menyenangkan.
saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan Sehubungan dengan hal tersebut
minat siswa, media pembelajaran juga dapat peneliti akan mengembangkan media congklak
membantu siswa meningkatkan pemahaman, pada mata pelajaran matematika pokok
menyajikan data dengan menarik dan bahasan operasi hitung perkalian dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan pembagian kelas III. Media congklak
memadatkan informasi. merupakan media pembelajaran yang dapat
Informasi yang disampaikan guru digunakan guru dalam proses pembelajaran
kepada siswa akan menjadi kebih menarik matematika. Karena dengan menggunakan
karena adanya media tersebut. Selain itu media congklak guru akan lebih mudah
pembelajaran akan menjadi lebih bermakna menanamkan konsep operasi hitung perkalian
dikarenakan media bersifat konkrit sehingga dan pembagian dengan baik dan benar. Ini akan
siswa akan lebih mudah dalam menafsirkan menjadi bermakna, karena akan memberikan
pesan-pesan pelajaran yang sifatnya abstrak. pemahaman tersendiri bagi peserta didik.
Dari hal tersebut maka dibutuhkan peran guru
yang kreatif dan profesional dalam mengelola
pembelajaran
Guru yang kreatif dan professional
dalam mengelola proses pembelajaran, dituntut
untuk memiliki kemampuan memanfaatkan
dan mengembangkan media pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik.Media sangat dibutuhkan di
dalam proses belajar mengajar karena dengan
adanya media proses pembelajaran menjadi
lebih menarik, menyenangkan dan bermakna. Gambar 1. Media congklak
Oleh sebab itu seorang guru ada baiknya Berdasarkan latar belakang diatas
menggunakan media dalam setiap proses dapat diidentifikasi masalah, diantaranya
pembelajaran. sebagai berikut:1) Masih kurangnya fasilitas
Berdasarkan hasil observasi, pendukung pembelajaran seperti media
ditemukan masalah-masalah yang dapat pembelajaran, 2) Proses belajar mengajar
menghambat keberhasilan belajar siswa di yang masih berpusat pada guru, 3) Masih
kelas III. Pada saat itu peserta didik sedang kurangnya pemanfaatan media dalam proses
belajar matematika tentang materi perkalian pembelajaran pada mata pelajaran Matematika,
dan pembagian. Namun kenyataannya tidak 4) Kurangnya inovasi dari guru untuk membuat
semua siswa mengerti dengan penjelasan yang proses belajar mengajar menjadi menarik
disampaikan oleh gurunya, karena guru karena metode yang digunakan oleh guru
tersebut cenderung menggunakan metode masih bersifat monoton.
ceramah tanpa menggunakan media dalam
proses pembelajaran. Diperjelas lagi dengan METODE
hasil wawancara beberapa guru SD, Matematika adalah disiplin berpikir
mengatakan bahwa guru cenderung tidak yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten,
menggunakan media dalam proses inovatif, dan kreatif terhadap bilangan yang
pembelajaran dikarenakan persediaan media sifatnya abstrak. Matematika berfungsi
pembelajaran yang ada disekolah masih mengembangkan kemampuan menghitung,
sangat kurang. Padahal apabila suatu media mengukur, menurunkan, dan menggunakan
pembelajaran dipakai sesuai dengan tujuan rumus matematika yang diperlukan dalam
pembelajaran maka proses belajar akan kehidupan sehari-hari. Bidang studi
berhasil dan siswa akan menjadi lebih aktif matematika yang diajarkan di SD mencakup
dalam kegiatan pembelajaran. tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan
Salah satu langkah yang harus geometri.

13
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.1 ISSN:2355-6358
Media pembelajaran adalah segala menyempurnakan produk yang telah ada, yang
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat dapat dipertanggungjawabkan. Suatu produk
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan dikatakan layak digunakan apabila tim ahli
peserta didik sehingga dapat mendorong sudah mengatakan valid dan mendapatkan izin
terciptanya proses belajar pada diri peserta untuk uji coba produk kepada subjek uji coba.
didik. Misalnya: (1) buku,(2) alat peraga, (3) Setelah uji coba, produk akan dikatakan efektif
video dan lain sebagainya. Media pembelajaran apabila tujuan dan harapan yang telah
berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa. ditetapkan oleh peneliti dapat tercapai.
Media pembelajaran dapat menarik perhatian Model pengembangan yang
siswa, bahan pembelajaran lebih jelas digunakan dalam penelitian pengembangan ini
maknanya, metode mengajarpun lebih banyak yaitu model pengembangan Borg and Gall
variasi yang digunakan. yang terdiri dari 10 (tahapan). Akan tetapi
Berdasarkan pertanyaan penelitian berdasarkan kebutuhan pengembangan yang
yang telah dikemukakan sebelumnya, maka akan peneliti lakukan, maka tahapan tersebut
penelitian ini menggunakan pendekatan disederhanakan menjadi 5 tahapan diantaranya:
penelitian dan pengembangan (research and analisis kebutuhan, desain, pembuatan
development). Borg & Gall (Punaji Setyosari. prototype, uji coba lapangan, dan revisi.
2012: 215) Mengemukakan bahwa penelitian Media yang dikembangkan dalam
pengembangan adalah suatu proses yang penelitian ini adalah media congklak.
dipakai untuk mengembangkan dan Pengembangan media ini dilakukan dengan
memvalidasi produk pendidikan. Sejalan menggunakan pengembangan model Borg ang
dengan pendapatnya Nana Syaodih Gall yang disederhanakan menjadi 5 tahapan
Sukmadinata (2010: 164) mendefinisikan yaitu diantaranya: analisis kebutuhan, desain,
penelitian dan pengembangan atau dalam pembuatan prototype, uji coba lapangan, dan
bahasa inggrisnya Research and Development revisi.
adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk baru atau

Survey/ analisis

1. Analisis
Kebutuhan

Merumuskan Media,
2. Desain Tujuan, dan Kegiatan

3. Pembuatan Prototype

4. Uji coba lapangan

5. Revisi

Gambar 2. Prosedur pengembangan dari Borg and Gall

HASIL dan PEMBAHASAN analisis kebutuhan yang disimpulkan setelah


Pada tahap awal, dilakukan analisis mendapatkan berbagai informasi tentang
kebutuhan dalam hal ini media pembelajaran kondisi pembelajaran mata pelajaran
Matematika untuk peserta didik kelas III matematika dan kompetensi dasar yang
sekolah dasar dikembangkan berdasar pada susah dibuktikan dengan praktek sekaligus

14
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.1 ISSN:2355-6358
sangat membutuhkan media pembelajaran seluruh siswa menunjukkan 85%. Sedangkan
yang memadai untuk menghadirkan jumlah siswa yang tidak tuntas yaitu
pemahaman siswa. Pengumpulan informasi sebanyak 2 orang siswa dengan persentase
dilakukan melalui wawancara dan studi ketuntasan yaitu 15%. Dengan demikian
lapangan. dapat dikatakan nilai rata-rata siswa sebesar
Materi tentang operasi hitung 80.
perkalian dan pembagian dikatakan kurang Sehingga dapat dinyatakan proses
menarik bagi siswa. Hal itu disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan media
aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar congklak berhasil dan media tersebut efektif
mengajar masih pada tingkat mencatat, digunakan pada proses pembelajaran ditinjau
mendengar dan memperhatikan penjelasan dari hasil belajar siswa.
guru yang dilakukan dengan cara ceramah dan Untuk mengetahui tentang respon
hanya menggunakan media papan tulis. siswa terhadap kegiatan pembelajaran
Pembelajaran diterapkan cenderung menggunakan media congklak maka dilakukan
menggunakan pendekatan tradisional tanpa pengamatan selama 3 kali pertemuan pada
menggunakan dan memanfaatkan media pokok bahasan operasi hitung perkalian dan
pembelajaran pendukung bagi pembagian pada siswa kelas III SDN 7
keberlangsungan proses pembelajaran. Pemenang Barat maka digunakan instrument
Pada tahap kedua yaitu tahap angket respon siswa. Berdasarkan data yang
perancangan, dilakukan perancangan media diperoleh data respon siswa terhadap
congklak dan juga buku panduan penggunaan kegiatan pembelajaran pada uji coba yaitu lebih
congklak. Rancangan awal yang harus dari 90% siswa merespon dalam kategori baik
dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan yaitu dengan menjawab ya, sehingga respon siswa
membuat rancangan instrument penelitian dapat dikatakan positif terhadap pembelajaran
berupa RPP dan THB. dengan penggunaan media congklak. Dengan
Fase selanjutnya yaitu fase pembuatan demikian media congklak layak digunakan
prototype, mencakup media pembelajaran pada pembelajaran matematika.
matematika berupa media congklak dan Adapun bagian yang perlu direvisi
pembuatan instrument- instrumen untuk dari media congklak ini yaitu ukuran tulisan
memperoleh data kevalidan. Fase ini (font size) pada buku panduan penggunaan
merupakan tindak lanjut dari fase perancangan dan pembuatan media congklak, disarankan
yaitu menghasilkan realisasi media congklak. untuk memperbesar ukuran tulisan agar terlihat
Prototype yang dibuat kemudian jelas ketika dibaca. Selain itu juga perlu
divalidasi oleh validator. Dari validator ahli dikembangkan contoh-contoh soal pada buku
media, media congklak mendapatkan panduan penggunaan dan pembuatan media
komentar/saran untuk melakukan revisi akan congklak sehingga dapat dengan mudah
tetapi berdasarkan hasil penilaian lembar dipahami oleh guru cara penggunaan media
validasi media congklak yaitu diperoleh congklak tersebut.
jumlah skor 68 dengan rata-rata 4 maka media Berdasarkan hasil validasi dan revisi
congklak dari ahli media dapat dikatakan valid menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
atau baik. Berbeda dengan hasil penilaian penilaian terhadap produk yang
media congklak oleh ahli materi yaitu dapat dikembangkan. Hal ini dapat diartikan bahwa
dijabarkan bahwa media congklak revisi terhadap produk yang dikembangkan
mendapatkan komentar/saran untuk melakukan membawa hasil yang positif terhadap produk
revisi akan tetapi jika dilihat dari jumlah skor media yang dikembangkan. Dengan demikian
yang diperoleh yaitu 32 dengan rata-rata 3,6 validasi dan revisi sangat diperlukan untuk
maka media congklak dari ahli materi dapat meningkatkan kualitas produk media
dikatakan valid atau baik. congklak yang dikembangkan sehingga
Data hasil belajar ini diperoleh menghasilkan media pembelajaran yang
dengan melakukan uji coba berupa berkualitas baik dari semua aspek.
pemberian lembar soal tes hasil belajar ini Kevalidan media congklak dari
diberikan kepada 13 orang siswa kelas III SDN masing-masing validator, baik ahli materi dan
7 Pemenang Barat pada pokok bahasan operasi ahli media menunjukkan bahwa media
hitung perkalian dan pembagian. Data yang congklak memenuhi kriteria baik dengan rata-
diperoleh menunjukkan data hasil tes siswa rata skor aktual 4 dari ahli media dan 3,6
yang tuntas dari 13 siswa yaitu terdapat 11 dari ahli materi. Berdasarkan nilai tersebut
orang siswa dengan KKM 60. Sehingga dapat maka media congklak dapat digunakan .
dinyatakan bahwa persentase ketuntasan Berdasarkan tes hasil belajar siswa

15
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.1 ISSN:2355-6358
dapat dilihat bahwa nilai terendah yang dikembangkan oleh peneliti baik dilihat dari
diperoleh siswa adalah 40, sedangkan nilai hasil validasi tim ahli dan angket respon
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95. maupun tes hasil belajar (THB) siswa pada
Terdapat 2 orang siswa yang tidak tuntas kajian akhir, maka media congklak ini dapat
karena nilai yang diperoleh berada di bawah dinyatakan valid dan efektif.
KKM yang sudah ditentukan yaitu di bawah
60. Rata-rata klasikal adalah 80 dan SIMPULAN
persentase ketuntasan adalah 85%. Dengan Berdasarkan penelitian yang telah
demikian siswa dikatakan tuntas karena dilakukan tentang pengembangan media
persentase ketuntasan klasikal yang didapatkan congklak pada pembelajaran Matematika kelas
melebihi yang telah ditetapkan yaitu 70% dan III di SDN 7 Pemenang Barat, maka dapat
kriteria ketuntasan yang diperoleh adalah diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Media
“baik”. pembelajaran yang dihasilkan yaitu berupa
Dari hasil observasi peneliti saat media congklak untuk pembelajaran
pembelajaran berlangsung selama 3 kali Matematika yang sesuai dengan pokok
pertemuan diperoleh respon siswa yang bahasan operasi hitung perkalian dan
menanggapi positif yaitu lebih dari 90%. pembagian, meliputi media congklak dan buku
Sehingga pembelajaran dengan menggunakan petunjuk penggunaan. 2) Media yang sesuai
media congklak dikatakan efektif. dengan pokok bahasan operasi hitung perkalian
Ditinjau dari hasil analisis validasi tim dan pembagian ini dinilai valid oleh validator
ahli terhadap kualitas produk yang baik dari segi fisik (media) yaitu dengan nilai
dikembangkan yaitu berupa media congklak rata-rata 4 dan juga dari segi materi dengan
berkatagori baik dengan skor rata- rata 4 nilai rata-rata 3,6. Sehingga semua aspek
(validasi media) dan 3,6 (validasi materi). media yang dikembangakan dikategorikan
Selain itu juga terlihat dari hasil pengamatan baik/layak untuk diuji cobakan. 3) Media yang
selama proses ujicoba terbatas yang dilakukan dikembangkan peneliti berhasil meningkatkan
di SDN 7 Pemenang Barat dengan hasil belajar siswa kelas III SDN 7 Pemenang
menunjukkan dampak positif yaitu siswa Barat pada kegiatan uji coba. Hal tersebut
begitu antusias dalam mengikuti proses terlihat pada media yang dikembangkan
pembelajaran ketika menggunakan media peneliti dapat meningkatkan kualitas
congklak yang dikembangkan dan materi yang pembelajaran yang terjadi di dalam kelas
disampaikan guru dalam pembelajaran dapat baik itu dari minat maupun hasil belajar yaitu
dengan mudah dipahami oleh siswa. Hal terlihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 80
tersebut dapat terjadi karena selain digunakan dengan persentase ketuntasan 85%. Sehingga
oleh guru dalam menyampaikan materi dapat dikatakan bahwa siswa sudah mencapai
pelajaran, media ini juga dapat digunakan atau peningkatan sesuai dengan KKM yang telah
dipraktikan sendiri oleh siswa dengan tujuan ditentukan.
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran DAFTAR RUJUKAN
khususnya pada perkalian dan pembagian. Abdul Halim Fathani. 2012. Matematika
Hal di atas diperkuat dan di perjelas Hakikat & Logika. Yogyakarta: AR-
lagi dengan adanya tes hasil belajar siswa Ruzz Media.
(THB). Penggunaan media congklak ini juga Abdurrahman Mulyono. 2009. Pendidikan
berdampak baik terhadap hasil belajar siswa. Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Berdasarkan hasil post tes yang diberikan Jakarta: PT. Rineka Cipta.
kepada 13 siswa, terdapat Adfal Pradigdo. 2012. Hakikat Kemampuan
11 siswa yang tuntas dan 2 orang Menghitung Perkalian. Diakses
yang tidak tuntas. Terlihat dari kemampuan tanggal 18 April
belajar siswa dengan rata-rata 80 dan 2015. Dari situs
ketuntasan secara klasikal yaitu mencapai http://adfal86.blogspot.sg/2012/06/haki
85% sehingga dapat dikatakan sudah kat-kemampuan-menghitung
mencapai target KKM yang telah ditetapkan perkalian.html.
yaitu 60. Hal ini menunjukkan bahwa media Azhar Arsyad. 2009. Media Pembelajaran.
congklak ini sebagai hasil pengembangan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
mampu membantu siswa dalam belajar. Dina Indriana. 2011. Ragam Alat
Pengembangan media congklak ini termasuk Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta:
dalam kategori “Baik’’. Diva Press.
Berdasarkan hasil produk yang Erna Nurmaningsih. 2009. Peningkatan

16
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 4. No.1 ISSN:2355-6358
Kemampuan Menghitung Perkalian RemajaRosdakarya.
dan Pembagian Melalui Pendekatan Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Bahan Ajar Cetak
Kontekstual Pada Siswa Kelas III: Pengembangan Pembelajaran
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika SD. Direktorat Jendral
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendidikan Tinggi Departemen
Erna Sulistiowati. 2013. Operasi Hitung Pendidikan Nasional.
Bilangan Perkalian dan Pembagian. Punaji Setyosari. 2012. Metode Penelitian
Diakses tanggal 06 Mei Pendidikan dan Pengembangan.
2015. Dari situs Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://ernasulistiowati.blogspot.com/2013/05/v Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran
behaviorurldefaultvmlo_5130.html. Berbasis Komputer Mengembangkan
Heruman. 2012. Model Pembelajaran Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung:
Matematika Di Sekolah Dasar. Alfabeta
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Singgih Prihadi. 2013. Model Blended
Irzani. 2010. Pembelajaran Matematika Learning Teori dan Praktek dalam
Panduan Praktis untuk Pengajar SD & Pembelajaran Geografi. Surakarta: Yuma
MI. Jogja: MG Press. Pustaka.
Karso. 2005. Pembelajaran Matematika SD. Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen
Jakarta: Universitas Terbuka. Nahrowi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Adjie dan Maulana. 2006. Pemecahan Sutiono. 2012. Diakses tanggal
Masalah Matematika. Bandung: Upi 14 Januari 2015. Dari situs
Press. http://datapendidik.blogspot.com/2012/12/sutiy
Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian ono-spdsd-guru- indonesia.html.
Pendidikan. Bandung: PT

17

Anda mungkin juga menyukai